Вы находитесь на странице: 1из 26

AL MASHLAHAH

AL MASHLAHAH, JURNAL
Vol. 06, No. 01 HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL
ISSN : 2339-2800 ISLAM
(Media Cetak)
DOI : 10.30868/am.v6i01.244 ISSN : 2581-2556 (Media Online)

KONSTRUK SYARAH HADITS AHKAM (SYARH AHÂDÎTS AL-AHKÂM)


DAN FORMAT PEMBELAJARANNYA DI PERGURUAN TINGGI:
SEBUAH TAWARAN METODOLOGIS

Rahendra Maya
STAI Al Hidayah Bogor
rahendra.maya76@ gmail.com

Received: 31-03-2018, Accepted: 15-05-2018, Published: 01-06-18

ABSTRACT
This paper offers a methodological offer in relation to the format of the study of Hadith Ahkam
Course (Ahâdîts Al-Ahkâm) in Higher Education. The exact nomenclature for the Hadith Ahkam
course is Syarah Ahkam (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm). During this time, Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm has
not been studied deeply about the substance of his legal ahadith and its construct is seen not clear
until it seems is too much expose his hadiths but minimal explanation or interpretation (syarh). This
impact on the format of learning Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm which is felt still not structured and
directed the purpose. Therefore, the construct in Syarh Ahâdîts al-Ahkâm should consist of two
scope (objectivity) of the discussion, namely the law of worship (fiqh al-'ibâdah, al-'ibâdât) and
interactional muamalah law (fiqh al-mu'amalah, al- mu'âmalât) for example with the main reference
of the book of Bulûgh Al-Marâm min Adillah Al-Ahkâm by Ibn Hajar Al-'Asqalânî Al-Syâfi'î or
other works by studying about 3-5 hadiths which are sub sections in each chapter. As for the format
of learning, it can be applied scientific-applicative steps in the preparation of scientific papers for
learning which includes the determination of the theme of hadith, the writing of Had teksth text and
its translation, takhrîj al-hadîts, vocabulary (mufradât), biographical narrator, historical background
of hadith (asbâb wurûd al- hadîts) if any, explanation or interpretation (syarh) hadith, and the
conclusion of the law or avail of his hadith.

ABSTRAK
Makalah ini mengajukan tawaran metodologis berkaitan dengan format pembelajaran Mata Kuliah
Hadits Ahkam (Ahâdîts Al-Ahkâm) di Perguruan Tinggi. Nomenklatur yang tepat bagi mata kuliah
Hadits Ahkam adalah Syarah Hadits Ahkam (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm). Selama ini, Syarh Ahâdîts
Al-Ahkâm belum banyak dikaji secara mendalam tentang substansi hadits-hadits hukumnya dan
konstruknya pun terlihat belum jelas hingga yang tampak adalah terlalu banyak mengekspos hadits-
haditsnya namun minim penjelasan atau interpretasinya (syarh). Hal ini berimbas terhadap format
pembelajaran Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm yang dirasakan masih belum terstruktur dan terarah
tujuannya. Karena itu, konstruk dalam Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm sebaiknya terdiri dari dua ruang
lingkup (objektifitas) pembahasannya, yaitu hukum ibadah (fiqh al-’ibâdah, al-’ibâdât) dan hukum
muamalah interaksional (fiqh al-mu’âmalah, al-mu’âmalât) misalnya dengan referensi utama kitab
Bulûgh Al-Marâm min Adillah Al-Ahkâm karya Ibn Hajar Al-‟Asqalânî Al-Syâfi‟î atau karya lainnya
dengan mengkaji sekitar 3-5 hadits saja yang menjadi subbab dalam tiap babnya. Adapun format
pembelajarannya, maka dapat diterapkan langkah ilmiah-aplikatif dalam penyusunan karya ilmiah
untuk pembelajaran yang meliputi penentuan tema hadits, penulisan teks hadits dan terjemahannya,
takhrîj al-hadîts, kosakata (mufradât), biografi perawi, latar historis hadits (asbâb wurûd al-hadîts)
bila ada, penjelasan atau interpretasi (syarh) hadits, dan kesimpulan hukum atau faedah haditsnya.

Keywords: hadits, ahkam, syarah hadits ahkam.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 32


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

A. PENDAHULUAN penjelasan hadits dinamakan anotasi atau


syarah (syarh).
Selain mata kuliah Tafsir Ayat
Ahkam (Tafsîr Âyât Al-Ahkâm), di Kedua, bila nama mata kuliah
Perguruan Tinggi juga diajarkan dan tersebut adalah Hadits Ahkam, maka yang
ditetapkan sebagai salah satu bagian dari dipelajari hanyalah haditsnya saja, tidak
struktur kurikulumnya adalah mata kuliah termasuk penjelasan kandungannya (syarh)
Hadits Ahkam (terkadang terdiri dari Hadits dan konklusi hukum (istinbâth atau fâ‘idah)
Ahkam I dan Hadits Ahkam II). yang disimpulkan darinya, sebagaimana
yang banyak ditemukan dalan karya para
Mata kuliah Hadits Ahkam di banyak ulama dari lintas generasi.
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI), baik perguruan tinggi negeri Bila demikian pun, maksudnya yang
maupun swasta, umumnya merupakan mata dipelajari hanya hadits-hadits ahkam, nama
kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas mata kuliah yang tepat adalah Hafalan
Syariah, antara lain bagi Jurusan Hukum Hadits Ahkam (Hifzh Ahâdîts Al-Ahkâm).
Islam Program Studi Hukum Keluarga Padahal dalam realitas karya ilmiah tentang
Islam (Al-Ahwâl Al-Syakhshiyyah), baik Hadits Ahkam, selain dideskripsikan hadits-
untuk tingkat S1 maupun Pascasarjana. hadits hukum sesuai dengan tema yang
Demikian pula dalam lingkup beberapa hendak didiskusikan dan diajarkan, juga
Perguruan Tinggi Umum (PTU), mata dikemukakan penjelasan dan konklusi
kuliah Hadits Ahkam juga termasuk mata hukumnya. Karena itu, seharusnya ada juga
kuliah yang wajib dipelajari, antara lain mata kuliah lanjutannya, yaitu Fikih Hadits
pada Program Pascasarjana Ilmu Hukum Ahkam (Fiqh Ahâdîts Al-Ahkâm), atau
Konsentrasi Hukum Islam, tentunya Syarah Hadits Ahkan (Syarh Ahâdîts Al-
disesuaikan dengan kebijakan dan struktur Ahkâm), dan yang terakhir ini (Syarh
kurikulum resminya. Ahâdîts Al-Ahkâm) dapat dinyatakan
sebagai nama yang paling tepat.
Realitas empirik tersebut kemudian
memunculkan produktifitas keilmuan dan Di samping itu, dalam buku-buku
aktifitas ilmiah dalam wujud disusun atau Hadits Ahkam yang menjadi referensi
ditulisnya karya ilmiah tentang Hadits utama di Perguruan Tinggi, selain dapat
Ahkam, yang ditulis oleh para dosen dinyatakan belum begitu banyak dan masih
pengampu mata kuliah tersebut atau dosen terbatas; pada umumnya banyak memuat
dan pihak lainnya yang kompeten serta hadits-hadits secara tekstual, sedikit
memiliki gairah tinggi untuk menulis dan penjelasan, dan seakan-akan sedang
melakukan penelitian terkait. mengejar banyak target materi namun
terbatas oleh waktu yang hanya berkisar 14-
Sebenarnya nama dan nomenklatur 16 pertemuan tatap muka. Serta yang paling
yang tepat bagi mata kuliah tersebut adalah penting adalah hampir tidak adanya
Syarah Hadits Ahkan (Syarh Ahâdîts Al- pengantar atau pendahuluan tentang Hadits
Ahkâm), bukan Hadits Ahkam. Hal ini Ahkam (Ahâdîts Al-Ahkâm) itu sendiri,
setidaknya dapat dijelaskan sebagai berikut: antara lain tentang hakekat, jumlah, dan
Pertama, sebelumnya sudah ada mata karya-karyanya.
kuliah pasangannya yaitu Tafsir Ayat Berdasarkan rasionalitas dan latar
Ahkam (Tafsîr Âyât Al-Ahkâm); dimana belakang masalah tersebut, makalah ini
telah dimaklumi bersama bahwa penjelasan mengkaji tentang konstruk Syarah Hadits
(bayân) terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an Ahkam (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm) dan
dimaksudkan sebagai tafsir, sedangkan format metodologis pembelajarannya di

32 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Perguruan Tinggi, baik Perguruan Tinggi ketetapan, sifat fisik dan psikis
Islam maupun umum. (akhlak), maupun sejarah
kehidupannya, baik sebelum beliau
B. TINJAUAN PUSTAKA diutus sebagai rasul maupun pasca
pengutusannya tersebut.3
1. Hakekat Ahâdîts Al-Ahkâm dan
Syarahnya Adapun al-hukm, maka secara
leksikal-etimologis berarti larangan (al-
Ahâdîts Al-Ahkâm adalah term man’) atau keputusan (al-qadhâ‘), karena
gabungan berbentuk penyandaran (tarkîb hukum memang berfungsi sebagai protektor
idhâfî) yang terdiri dari dua kata (sebagai yang melarang atau mencegah suatu pihak
mudhâf dan mudhâf ilaih), yaitu kata al- dari hal yang tidak diputuskan,4 atau yang
ahâdîts yang kemudian dibuang al-nya bertentangan dengan ketetapannya.
sebagai mudhâf dan kata al-ahkâm sebagai
mudhâf ilaih. Keduanya merupakan bentuk Hukum dalam kajian ushul fikih
jamak (plural) dari masing-masing bentuk umumnya dimaksud sebagai hukum syariat
tunggalnya (singular, mufrad). (hukm syar’î)5 yang dapat didefinisikan
sebagai ketentuan Allah S.W.T. yang
Al-Ahâdîts adalah bentuk jamak dari berkaitan dengan segala perbuatan hamba
term al-hadîts, sedangkan al-ahkâm adalah yang telah diwajibkan untuk
bentuk jamak dari term al-hukm. mengembannya, baik berupa tuntutan,
Al-Hadîts secara leksikal-etimologis pilihan, maupun pertimbangan (khithâb
(lughatan) memiliki arti hal baru atau Allah al-muta’allaq bi a’fâl al-mukallafîn
sesuatu yang baru (al-jadîd),1 pengabaran bi al-iqtidhâ‘ au al-takhyîr au al-wadh’).6
(al-ikhbâr), dan dapat pula berarti kejadian
(al-jiddah) yang biasanya baru terjadi pula,
antonim dari hal yang lama (yuqâbilu al- 3
Ini adalah definisi yang cukup populer.
qadîm).2 Lihat Mushthafâ Al-Sibâ‟î. 1978. Al-Sunnah wa
Sedangkan definisi hadits menurut Makânatuhâ fî Al-Tasyrî’ Al-Islâmî. Beirut: Al-
Maktab Al-Islâmî. hlm. 48.
ulama hadits secara terminologis 4
(ishthilâhan) adalah: Muhammad ibn Husain ibn Hasan Al-
Jîzânî. 1429 H. Ma’âlim Ushûl Al-Fiqh ’inda Ahl Al-
‫ما أثز عن النبي صلى هللا عليه وسلم من‬ Sunnah wa Al-Jamâ’ah. Damam: Dâr Ibn Al-Jauzî.
hlm. 286.
‫قىل أو فعل أو ثقزٍز أو صفة خلقية أو‬ 5
Secara umum, hukum syariat (ahkâm
syar’iyyah) ada dua, yaitu (a) hukum-hukum tentang
‫ سىاء أكان قبل البعثة أو‬،‫خلقية أو سيرة‬ keyakinan (ahkam i’tiqâdiyyah) yang dikaji dalam
ilmu akidah; dan (b) hukum-hukum cabang (ahkam
.‫بعدها‬ far’iyyah) yang dikaji dalam ilmu ushul fikih. Lihat
Muhammad Sulaiman ‟Abd Allah Al-Asyqar. 2001.
Berbagai hal yang ditinggalkan oleh Al-Wâdhih fi Ushûl Al-Fiqh li Al-Mubtadi‘în.
Rasulullah S.A.W. sebagai petunjuk, Yordania: Dâr Al-Nafâ„is. hlm. 23.
6
baik berupa ucapan, amal perbuatan, Kutipan teks aslinya sebagai berikut:
‫خطاب هللا املحعلق بأفعال املكلفين باالقحضاء أو‬
1
Mahmûd Al-Thahhân. 1987. Taisîr .‫الحخيير أو الىضع‬
Mushthalah Al-Hadîts. Riyadh: Maktabah Al- Lihat Muhammad ibn Husain ibn Hasan Al-
Ma‟ârif. hlm. 15. Jîzânî. 1429 H. hlm. 288. Lihat pula ‟Abd Allah ibn
2
Lihat Ahmad Farîd. 1415 H.. Nazhm Al- Shâlih Al-Fauzân. (1993). Syarh Al-Waraqât fî
Durar fî Mushthalah Ahl Al-Atsar. Kairo: Maktabah Ushûl Al-Fiqh. Riyadh: Dâr Al-Muslim. hlm. 20-21;
Ibn Taimiyyah dan Maktabah Al-‟Ilm Jeddah. hlm. dan Mushthafâ ibn Muhammad ibn Salâmah. 1992.
15. Al-Ta‘sîs fî Ushûl Al-Fiqh ’alâ Dhau‘ Al-Kitâb wa

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 32


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Mannâ‟ Al-Qaththân secara ringkas baik berupa tuntutan, pilihan maupun


menyatakan bahwa kutub al-ahkâm atau pertimbangan.
kutub ahâdîts al-ahkâm adalah karya-karya
yang hanya menghimpun hadits-hadits 2. Jumlah Ahâdîts Al-Ahkâm
hukum (al-kutub allatî iqtasharat ’alâ
Secara pasti dan mutlak, hingga kini
ahâdîts al-ahkâm faqath),7 yang berkaitan
kuantitas ahâdîts al-ahkâm tidak dapat
dengan hukum-hukum cabang syariat
ditentukan jumlahnya. Hal ini terjadi selain
tentang segala perbuatan hamba.
karena banyaknya kuantitas hadits secara
Yaitu hadits yang dipilih oleh umum, juga karena adanya perbedaan
penyusun kitab-kitab tersebut dari kitab- dalam mengidentifikasi tema-tema dan
kitab rujukan hadits, dan mereka ragam hukum-hukum fikih Islam serta
menyusunnya berdasarkan bab-bab fikih.8 perbedaan dalam memverifikasi kualitas
Berdasarkan hal tersebut, dapat hadits.
disimpulkan bahwa Hadits Ahkam Muhammad ‟Umar Bâzamûl dalam
merupakan hadits-hadits Rasulullah S.A.W. penyelidikan dan penelusurannya terhadap
yang dapat diterima (maqbûl) dan bisa pendapat ulama, menurutnya terdapat
dijadikan sebagai landasan bagi hukum banyak perbedaan dalam menetapkan
fikih Islam tentang perbuatan hamba yang jumlah ahâdîts al-ahkâm secara kuantitas,
disyariatkan oleh Allah S.W.T. bahkan di antara satu ulama sendiri ada
Kemudian ketika ahâdîts al-ahkâm yang memiliki beberapa pendapat yang
menjelma menjadi sebuah disiplin ilmu, variatif.
maka dapat didefinisikan sebagai:9 Berikut tabulasi dari kisaran pendapat
ulama tersebut:10
‫علم ًبحث في أقىال الزسىل وأفعاله‬
N ULAMA JMLH
‫ من حيث جعلقها بأفعال‬،‫وثقزٍزاثه‬ O HADITS
.‫املكلفين باالقحضاء أو الحخيير أو الىضع‬ 1 Al-Syâfi‟î dan Abû 500
Yûsuf (2)
Ilmu tentang berbagai ucapan, amal 2 Ahmad ibn Hanbal 800
perbuatan, dan ketetapan Rasulullah (1), Ibn Mahdî, dan
S.A.W. yang berkaitan dengan Ishâq ibn Râhawaih
perbuatan hamba yang telah 3 Ibn Al-Mubârak 900
menerima ketentuan hukum tersebut, 4 Abû Yûsuf (1) 1100
5 Abû Dâwud (1) 4800
6 Abû Dâwud (2) 3000
Al-Sunnah. Bimit‟uqbah: Maktabah Khâlid ibn Al- 7 Ibn Al-‟Arabî, Abû 1000
Walîd. Vol. 1. hlm. 23-24. Ya‟lâ (1), dan Ahmad
7
Mannâ‟ Al-Qaththân. 1992. Mabâhits fî ibn Hanbal (2)
’Ulûm Al-Hadîts. Kairo: Maktabah Wahbah. h. 44.
8
8 Abû Ya‟lâ (2) dan 1200
Lihat Muhammad Az-Zahrani. 2011.
Ahmad ibn Hanbal (3)
Ensiklopedi Kitab-Kitab Rujukan Hadits: Lengkap
dengan Biografi Ulama Hadits dan Sejarah 9 Ibn Al-Qayyim Al- 4500
Pembukuannya. Jakarta: Darul Haq. hlm. 220. Jauziyyah
9
Lihat Nûr bint Hasan ibn ‟Abd Al-Halîm
Qârût. 1998. “Madkhal li Dirâsah Ahâdîts Al-
Ahkâm”. Majallah Jâmi’ah Umm Al-Qurâ li Al-
10
Buhûts Al-’Ilmiyyah Al-Muhakkamah. Vol. 11. No. Lihat Muhammad ‟Umar Bâzamûl. 1995.
18. (Al-Syarî‟ah wa Al-Dirâsât Al-Islâmiyyah 1). Al-Idhâfah: Dirâsât Hadîtsiyyah. Riyadh: Dâr Al-
hlm. 141. Hijrah. hlm. 261-264.

32 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Berdasarkan berbagai pendapat dalam induk yang menggunakan metode penulisan


tabel tersebut dapat diketahui bahwa dengan gaya Sunan.12
kisaran hadits-hadits hukum berjumlah Selain kitab Sunan yang empat (Al-
antara 500-4800 hadits. Sunan Al-Arba’ah),13 kitab-kitab ahâdîts al-
Namun masih menurut Bâzamûl, ahkâm tersebut antara lain:14
sebenarnya tidak mungkin ditentukan a. Al-Muntaqâ fî Al-Sunan karya
secara pasti jumlah ahâdîts al-ahkâm. Abû Muhammad ‟Abd Allah ibn
Ulama menyebutkan kuantitasnya dalam ‟Alî ibn Al-Jârûd Al-Nîsâbûrî (w.
jumlah tertentu adalah dalam rangka dan 307 H.).
untuk mengungkap batasan minimal untuk
mengetahui hukum-hukum syar‟i yang b. Al-Ahkâm Al-Kubrâ, Al-Ahkâm
terkandung dalam pelbagai hadits dalam Al-Wusthâ, dan Al-Ahkâm Al-
berbagai karyanya.11 Shughrâ, ketiganya karya ‟Abd
Al-Haqq ibn ‟Abd Al-Rahmân Al-
3. Karya dalam Bidang Ahâdîts Al- Asybîlî (w. 581 H.).
Ahkâm dan Syarahnya
c. ’Umdah Al-Ahkâm Al-Shughrâ
Karya-karya para ulama yang mimmâ Ittafaqa ’alaihi Al-
menghimpun, merekam, dan merangkum Syaikhâni dan ’Umdah Al-Ahkâm
ahâdîts al-ahkâm secara khusus atau sejak Al-Kubrâ karya ‟Abd Al-Ghanî
awal penulisannya secara spesifik hanya ibn ‟Abd Al-Wâhid ibn ‟Alî ibn
membahas hadits-hadits hukum sangatlah Surûr Al-Jamâ‟îlî Al-Maqdisî Al-
banyak, terutama dalam kitab-kitab hadits Hanbalî (w. 600 H.).
d. Al-Muntaqâ fî Al-Ahkâm ’an
Khair Al-Anâm karya Majd Al-
Dîn Abû Al-Barakât ‟Abd Al-
11 Salâm ibn Taimiyyah (w. 652 H.).
Selain dikenal sebagai nama bagi kitab-
kitab induk hadits, terutama kitab Sunan yang empat e. Al-Ahkâm Al-Kubrâ, Al-Ahkâm
(Al-Sunan Al-Arba’ah), Sunan juga merupakan salah Al-Wusthâ, dan Al-Ahkâm Al-
satu metode atau model dalam penulisan hadits.
Metode penulisan hadits (minhaj tadwin al-hadits)
Shughrâ, ketiganya karya Ahmad
antara lain menggunakan metode (thariqah) (a) al- ibn ‟Abd Allah ibn Abî Bakr ibn
masânîd; (b) al-ma’âjim; (c) al-tashnîf ’alâ abwâb Muhammad ibn Ibrâhîm Muhibb
al-dîn kullihi atau al-jawâmi’; (d) al-tashnîf ’alâ al- Al-Dîn Al-Thabarî Al-Makkî Al-
abwâb al-fiqhiyyah, meliputi al-sunan, al- Syâfi‟î Abî Ja‟far wa Abi Al-
mushannafât, dan al-muwaththa‘ât; (e) al-kutub alltî
iltazama fîhâ ahluhâ al-shihhah; (f) al-mu‘allafât al-
‟Abbâs (w. 694 H.).
maudhû’iyyah; (g) kutub al-ahkâm; (h) al-majâmî’; f. Al-Ilmâm bi Ahâdîts Al-Ahkâm
(i) al-ajzâ‘; (j) al-athrâf; (k) al-ta‘lîf fî al-ahâdîts al-
karya Ibn Daqîq Al-‟Îd Abî Al-
musytahirah ’alâ al-alsinah au al-maudhû’ah; dan
(l) al-zawâ ‘id. Fath Muhammad ibn ‟Alî ibn
Yang dimaksud dengan metode al-sunan Wahb Al-Qusyairî (w. 702 H.).
sendiri adalah karya-karya hadits yang disusun
berdasarkan bab-bab kajian fikih, biasanya hanya
berupa hadits-hadits marfû’ yang bersambung
hingga ke Rasulullah S.A.W. untuk dijadikan 12
Lihat Muhammad ‟Umar Bâzamûl. 1995.
sebagai landasan ahli fikih dalam mengambil
hlm. 263-264.
kesimpulan hukumnya (al-kutub al-murattabah ’alâ 13
al-abwâb al-fiqhiyyah wa taqtashiru ’alâ al-ahâdîts Yaitu Sunan Abû Dâwud, Sunan Al-
al-marfû’ah faqath li takûna mashdaran li al- Tirmidzî, Sunan Al-Nasâ„î, dan Sunan Ibn Mâjah.
14
fuqahâ‘ fi istinbâth al-ahkâm). Lihat Mannâ‟ Al- Lihat Muhammad ‟Umar Bâzamûl. 1995.
Qaththân. 1992. hlm. 37-49. hlm. 265-269.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 32


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

g. Al-Muharrar fî Al-Hadîts karya Al-Sittah, Al-Muwaththa‘, dan kitab-kitab


Syams Al-Dîn Abû ‟Abd Allah hadits lainnya.15
Muhammad ibn Ahmad ibn ‟Abd Selain karya-karya dalam ahâdîts al-
Al-Hâdî Al-Maqdisî (w. 744 H.). ahkâm sebagaimana tersebut di atas, kitab-
h. Bulûgh Al-Marâm min Adillah Al- kitab tersebut kemudian diuraikan anotasi
Ahkâm karya Syihâb Al-Dîn Abû dan penjelasannya (syarh) agar dapat
Al-Fadhl Ahmad ibn ‟Alî ibn dipahami makna hadits-haditsnya, diketahui
Hajar Al-‟Asqalânî (w. 852 H.). kandungan hukumnya, dan dapat ditarik
kesimpulan atau pilihan konklusi
i. ’Uqûd Al-Jawâhir Al-Munîfah fî
hukumnya.
Adillah Madzhab Al-Imâm Abî
Hanîfah karya Al-Sayyid Dalam buku ensiklopedis tentang
Muhammad Muhammad karya ilmiah di bidang hadits, kitab Dalîl
Murtadhâ Al-Zabîdî (w. 1205 H.). Mu‘allafât Al-Hadîts Al-Syarîf Al-
Mathbû’ah Al-Qadîmah wa Al-Hadîtsah,
j. Majmû’ Al-Hadîts ’alâ Abwâb
terdapat banyak sekali karya ilmiah yang
Al-Fiqh karya Muhammad ibn
ditulis tentang hadits-hadits hukum (ahâdîts
‟Abd Al-Wahhâb (w. 1206 H.).
al-ahkâm). Berikut tabulasinya secara
Menurut Ahmad ibn Muhammad Al- alfabetis berdasarkan judul kitab sesuai
Syarqâwî, di antara karakteristik positif dari urutan huruf hijaiyah (dalam versi
masa stagnasi dan fanatisme madzhab Arabnya):16
(’ashr al-jumûd wa al-taqlîd) yang terjadi
dalam sejarah pembentukan syariat dan N KITAB KARYA
periodesasi fikih Islam (târîkh al-tasyrî’ wa 1 Al-Âdâb Al- Rasyhah Al-
al-fiqh al-Islâmî) adalah masifnya gerakan Mulûkiyyah fî Nashîh ’alâ Al-
intelektualitas dan lahirnya banyak karya Shalâh Al- Hadîts Al-
ilmiah yang variatif antara lain dalam Ru’âh wa Al- Shahîh karya
bidang fikih (mu‘allafât fiqhiyyah). Hal ini Ra’iyyah min Muhammad ibn
ditandai dengan munculnya karya-karya Rasyhah Al- Mahmûd
tentang hadits-hadits hukum (kutub ahâdîts Nashîh ’alâ Al- Dabbâgh Zâdah
al-ahkâm). Karya tentang hadits-hadits Hadîts Al- (w. 1114 H.)
hukum sendiri menurutnya dapat Shahîh
diklasifikasi menjadi dua kategori. 2 Ibânah Al- Muhammad ibn
Ahkâm Syarh ‟Alawî ibn
Pertama, karya khusus tentang fikih, Bulûgh Al- ‟Abbâs Al-
di antaranya Nail Al-Authâr: Syarh Marâm Mâlikî dan
Muntaqâ Al-Akhbâr karya Al-Syaukânî dan
Subul Al-Salâm: Syarh Bulûgh Al-Marâm
karya Al-Shan‟ânî serta kedua karya Ibn 15
Lihat Ahmad ibn Muhammad Al-
Daqîq Al-‟Îd, Al-Ilmâm fi Ahâdîts Al- Syarqâwî. 1427 H. Al-Wasîth fî Târîkh Al-Tasyrî’ wa
Ahkâm dan Ihkâm Al-Ahkâm: Syarh Al-Fiqh Al-Islâmî. Riyadh: Dâr Al-Shamai‟î. hlm.
265
’Umdah Al-Ahkâm. 16
Dengan mengurangi dan tidak
Kedua, karya yang menjelaskan memasukkan kitab-kitab yang membahas hadits atau
hukum-hukum fikih dalam kitab hadits tema hadits yang sangat spesifik, serta tidak
secara umum, antara lain syarah Al-Kutub mengkaji pembahasan fikih secara keseluruhan.
Lihat Muhyî Al-Dîn ‟Athiyyah, Shalâh Al-Dîn Hafî,
dan Muhammad Khair Ramadhân Yûsuf. 1995.
Dalîl Mu‘allafât Al-Hadîts Al-Syarîf Al-Mathbû’ah
Al-Qadîmah wa Al-Hadîtsah. Beirut: Dâr Ibn Hazm.
Vol. 1. hlm. 397-420.

32 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Hasan Sulaimân Allah Isybîlî (w. 581


Al-Nûrî H.)
3 Al-Ittijâhât Al- ‟Abd Al-Majîd 13 Ihyâ‘ Af’âl Al- Ahmad ‟Abd
Fiqhiyyah Mahmûd Rasûl Al-Qâdir
’inda Ashhâb 14 Irsyâd Al- Ibn Katsîr Al-
Al-Hadîts Faqîh ilâ Dimasyqî
4 Ahâdîts Nahnu Shâlih ibn ‟Abd Adillah Al-
’anhâ Ghâfilûn Al-‟Azîz Âlu Tanbîh
Al-Syaikh 15 Ushûl Al- ‟Abd Al-
5 Ahâdîts Muhammad ibn Ahkâm Rahmân ibn
Nisâ‘iyyah min Shâlih Al- Muhammad ibn
Kalâm Khair ‟Utsaimîn Qâsim Al-Najdî
Al-Bariyyah (w. 1392 H.)
6 Ahsan Al- Muhammad 16 I’lâ‘ Al-Sunan Zhafar Ahmad
Kalam fima Bakhît Al- ibn Lathîf Al-
Yata’allaqu bi Muthî‟î ‟Utsmânî Al-
Al-Sunnah wa Tahâwunî (w.
Al-Bid’ah min 1394 H.)
Al-Ahkam 17 Af’âl Al-Rasûl Muhammad Al-
7 Ihkâm Al- Ibn Daqîq Al-‟Îd wa Dilâlatuhâ ‟Arûsî ‟Abd Al-
Ahkâm Syarh (w. 702 H.) ’alâ Al-Ahkâm Qâdir
’Umdah Al- 18 Af’âl Al-Rasûl Muhammad
Ahkâm wa Dilâtuhâ Sulaimân Al-
8 Ihkâm Al- Muhammad ibn ’alâ Al-Ahkâm Asyqar
Ahkâm Al- ‟Alî ibn ‟Abd Al-Syar’iyyah
Shâdirah min Al-Wâhid ibn 19 Al-Ilmâm bi Ibn Daqîq Al-‟Îd
Baini Syiftai Al-Niqâsy Al- Ahâdîts Al- (w. 702 H.)
Sayyid Al- Maghribî (w. Ahkâm
Anâm 763H.) 20 Al-Ilmâm bi Ismâ‟îl ibn
9 Ihkâm Al- Ismâ‟îl ibn Syarh ’Umdah Muhammad Al-
Ahkâm fi Syarh Ahmad ibn Al- Al-Ahkâm Anshârî
Ahâdîts Sayyid Atsîr Al-Halabî 21 Al-Imâm fî ‟Abd Al-‟Azîz
Al-Anâm Bayân Adillah ‟Abd Al-Salâm
10 Al-Ihkâm ‟Abd Al- Al-Ahkâm Al-Sullamî
Syarh Ushûl Rahmân ibn 22 Anjah Al- Fâlih ibn
Al-Ahkâm Muhammad ibn Musâ’î fî Al- Muhammad Al-
Qâsim Al-Najdî Jam’ baina Zhâhirî Al-
(w. 1392 H.) Shifatai Al- Madanî
11 Al-Ahkâm Al- ‟Abd Al-Haqq Sâmi’ wa Al-
Syar’iyyah Al- ibn ‟Abd Al- Wâ’î
Shughrâ Al- Rahmân ibn Al- 23 Al-Ihtimâm bi ‟Abd Al-Karîim
Shahîhah Kharrâth Al- Talkhîs Kitâb ibn Munîr Al-
Isybîlî (w. 581 Al-Ilmâm Halabî
H.) 24 Al-Awâmir wa Husain ibn
12 Al-Ahkâm Al- ‟Abd Al-Haqq Al-Nawâhî Mubârak ibn
Syar’iyyah Al- ibn ‟Abd Al- Yûsuf Al-
Kubrâ min Rahmân ibn Al- Shairafî
Hadîts Rasûl Kharrâth Al- 25 Al-Bâhir fî Jalâl Al-Dîn Al-

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 32


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Hukm Al-Nabî Suyûthî 35 Taisîr Al- ‟Abd Allah ibn


bi Al-Bâthin ’Allâm Syarh ‟Abd Al-
wa Al-Zhâhir ’Umdah Al- Rahmân ibn
26 Badr Al- Al-Qâdhî Al- Ahkâm Shâlih Âlu
Tamâm fî Maghribî Bassâm
Syarh Bulûgh 36 Al-Jawâhir Al- Hasan
Al-Marâm Tsamînah fî Muhammad Al-
27 Bustân Al- Faishal ibn ‟Abd Bayân Adillah Masysyâth
Akhbâr Al-‟Azîz Âlu ’Âlim Al-
Mukhtashar Mubârak Madînah
Nail Al-Authâr 37 Hâsyiyah Al- Ahmad Hasan
28 Bulûgh Al- Ahmad ibn ‟Alî Dahlawî ’alâ Al-Dahlawî
Marâm min ibn Hajar Al- Bulûgh Al-
Adillah Al- ‟Asqalânî (w. Marâm min
Ahkâm 852 H.) Adillah Al-
29 Al-Bayân min Jamîl Ibrâhîm Ahkâm
Sunnah Khalîl ‟Abd Al-Jabbâr 38 Al-Hadîts Al- Abû Al-
Al-Rahmân li Syarîf wa Yaqzhân
Taisîr Al- Ahkâmuhu ‟Athiyyah Al-
Ihtikâm ilâ Jabûrî
Sunnah Khair 39 Husn Al- Shiddîq Hasan
Al-Anâm Uswah bimâ Khân (w. 1307
30 Tuhfah Al- ‟Umar ibn ‟Alî Tsabata min H.)
Muhtâj ilâ ibn Al-Mulaqqin Allah wa
Adillah Al- Rasûlihi fî Al-
Minhâj Niswah
31 Al-Tadzhîb fî Mushthafâ Dîb 40 Khulâshah Al- Yahyâ ibn
Adillah Matn Al-Bughâ Ahkâm fî Syaraf Al-
Al-Ghâyah wa Muhimmât Al- Nawawî
Al-Taqrîb Sunan wa
32 Al-Tashnîf Al- ‟Ishâm Al-Dîn Qawâ’id Al-
Fiqhî li ibn Ghulâm Islâm
Ahâdîts Kitâb Husain 41 Khulâshah Al- Faishal ibn ‟Abd
Al-Kunâ wa Kalâm Syarh Al-‟Azîz Âlu
Al-Asmâ‘ li ’Umdah Al- Mubârak
Muhammad Ahkâm
ibn Ahmad Al- 42 Dirâsah Al- Sajjâd
Daulâbî Ahâdîts wa Al- Mushthafâ
33 Taqrîb Al- ‟Abd Al-Rahiîm Âtsâr Al- Kamâl Al-Hasan
Asânîd wa ibn Al-Husain Wâridah fî
Tartiîb Al- Al-‟Irâqî (w. Ahkâm Al-
Masânîd 806 H.) Qur‘ân li Abî
34 Taqrîb Husn Shiddîq Hasan Bakr Al-
Al-Uswah Khân (w. 1307 Jashshâsh
bimâ Tsabata H.) 43 Dalâ‘il ilâ Al- ‟Abd Allah ibn
min Allah wa Sunnah: Fî Dhaif Allah Al-
Rasûlihi fî Al- Tathbîq Al- Ruhailî
Niswah Sunnah

23 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Minhîjan wa Ahaduhum
Uslûban 51 ’Umdah Al- ‟Abd Al-Ghanî
44 Al-Risâlah Al- Muhammad ibn Ahkâm min ibn ‟Abd Al-
Salafiyyah fî ‟Alî Al- Kalâm Khair Wâhid Al-
Ihyâ‘ Sunnah Syaukânî (w. Al-Anâm Maqdisî Al-
Khair Al- 1250 H.) Jamâ‟ilî (w. 600
Bariyyah H.)
45 Al-Rasûl Al- Abû Bakr ibn 52 Fatâwâ Rasûl Muhammad ibn
Karîm Muhammad Al- Allah Abî Bakr ibn
Yushahhihu Hanbalî Qayyim Al-
Al-Mafâhîm Jauziyyah
46 Al-Sâthi’ Muhammad ibn 53 Fath Al-’Allâm Shiddîq Hasan
Syarh Kitâb Yâsîn ibn ‟Abd li Syarh ‟Alî Al-Qannûjî
Al-Jâmi’ min Allah Bulûgh Al- (w. 1307 H.)
Kitâb Bulûgh Marâm
Al-Marâm min 54 Fath Al- Al-Hasan ibn
Adillah Al- Ghaffâr Al- Ahmad Al-
Ahkâm Musytamil ’alâ Rubâ‟î (w. 1276
47 Subul Al- Muhammad ibn Ahkâm Sunnah H.)
Salâm Syarh Ismâ‟îl Al-Amîr Nabiyyinâ Al-
Bulûgh Al- Al-Yamanî Al- Mukhtâr
Marâm min Shan‟ânî Al- 55 Fath Al- Muhammad
Adillah Al- Kahlânî (w. Wahhâb Syarh Ahmad Al-Dâh
Ahkâm 1182 M.) ’alâ Bulûgh Al-Syinqîthî
48 Tharh Al- Ahmad ibn ‟Abd Al-Marâm
Tatsrîb fî Al-Rahîm ibn 56 Fiqh Al-Islâm ‟Abd Al-Qâdir
Syarh Al- Al-Husain Al- Syarh Bulûgh Syaibah Al-
Taqrîb (Taqrîb ‟Irâqî (w. 806 Al-Marâm min Hamd
Al-Asânîd wa H.) Jam’ Adillah
Tartib Al- Al-Ahkâm
Masânîd) 57 Fiqh Al- Al-Sayyid Sâbiq
49 Al-’Uddah Muhammad ibn Sunnah
Hâsyiyah Al- Ismâ‟îl Al-Amîr 58 Faidh Al- Al-Sa‟îd
Shan’ânî ’alâ Al-Yamanî Al- Ghaffâr fî Mahmûd
Ihkâm Al- Shan‟ânî Al- Syarh Ahâdîts Mas‟ûd ‟Umar
Ahkâm Kahlânî (w. Al-Mukhtâr
1182 M.) 59 Faidh Al- Muhammad
50 ‘Uqud Al- Muhammad ibn Ghaffâr min Ahmad Al-Dâh
Jawâhir Al- Muhammad Ahâdîts Al- Al-Syinqîthî
Munîfah fî Murtadhâ Al- Nabî Al-
Adillah Zabîdî (w. 1205 Mukhtâr
Madzhab Al- H.) 60 Al-Muharrar fî Muhammad ibn
Imâm Abî Al-Hadîts Ahmad ibn
Hanîfah Qudâmah Al-
mimmâ Maqdisî (w.
Wâfaqa fîhi Al- 744H.)
A‘immah Al- 61 Mukhtâr Al- Muhammad ibn
Sittah au Nashîhah bi Muhammad ibn

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 23


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Al-Adillah Al- ‟Alî Al-Jazrî Al-Mahkûm


Shahîhah 71 Al-Nisâ‘iyyat Muhammad
62 Mukhtârât min ‟Abd Al-Lathîf min Al-Ahâdîts Shâlih Farfûr
Fatâwâ Rasûl Muhammad Al- (ed.)
Allah Faraj ‟Imârah Nabawiyyah
63 Mukhtashar ‟Abd Al-Ghanî Al-Syarîfah:
’Umdah Al- ibn ‟Abd Al- Mubawwabata
Ahkâm min Wâhid Al- n Masyrûhatan
Kalâm Khair Maqdisî Al- Syarhan
Al-Anâm Jamâ‟ilî (w. 600 Mûjazan
H.) Wâfiyan ma’a
64 Mishbâh Al- Muhammad ibn Tarâjum Al-
Zhalâm wa ‟Abd Allah Al- Shahâbah
Bahjah Al- Jardânî 72 Nail Al- Muhammad ibn
Anâm fî Syarh Authâr: Syarh ‟Alî Al-
Nail Al-Marâm Muntaqâ Al- Syaukânî (w.
min Ahâdîts Akhbâr min 1250 H.)
Khair Al-Anâm Ahâdîts Sayyid
65 Multaqath Al- Muhammad ibn Al-Akhyâr
Raudh Al- ‟Alî Shiddîq 73 Nail Al- Muhammad ibn
Bassâm min Hasan Khân Marâm: Syarh Yâsîn ibn ‟Abd
Tarjamah Bulûgh Al- Allah
Bulûgh Al- Marâm min
Marâm Adillah Al-
66 Al-Muntaqâ ‟Abd Al-Fattâh Ahkâm
Al-Mukhtâr: Ismâ‟îl Syalabî 74 Nail Al- Hasan Sulaimân
Jumlah min Al- Marâm: Syarh Al-Nûrî
Ahâdîs Al- ’Umdah Al-
Nabawiyyah Ahkâm
Al-Shihâh fî 75 Wahyu Al- Syâkir ibn
Ushûl Al- Kalâm min Mahmûd
Ahkâm Bulûgh Al-
67 Al-Muntaqâ Kulliyyah Al- Marâm
min Ahkâm Al- Dirâsât Al-
Ihkâm Islâmiyyah di Dari tabel dan penjelasan di atas,
Baghdad dapat diketahui dan dinyatakan bahwa
68 Al-Muntaqâ ‟Abd Al-Salâm karya dalam bidang dan tentang hadits-
min Akhbâr Al- ibn ‟Abd Allah hadits hukum (ahâdîts al-ahkâm) terbagi
Mushthafâ ibn Taimiyyah dalam dua format, yaitu kitab utama atau
(w. 652 H.) induk yang hanya memuat teks ahâdîts al-
69 Al-Minhâj Al- Muhammad ‟Alî ahkâm dan kitab anotasi penjelasanya
Badî’ fî Al-Ansî (syarh ahâdîts al-ahkâm).
Ahâdîts Al- Di antara kitab utama (induk) ahâdîts
Syafî’ al-ahkâm yang paling populer terutama di
70 Manhaj Al- Yahyâ Isma‟îl Indonesia adalah kitab Bulûgh Al-Marâm
Sunnah fî Al- Ahmad min Adillah Al-Ahkâm karya Syihâb Al-Dîn
’Alâqât baina Abû Al-Fadhl Ahmad ibn ‟Alî ibn Hajar
Al-Hâkim wa Al-‟Asqalânî (populer sebagai Imam Ibn

23 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Hajar Al-‟Asqalânî)17 dan kitab ’Umdah Al- interaksional (fiqh al-mu’âmalah atau al-
Ahkâm min Kalâm Khair Al-Anâm mu’âmalât).
karya‟Abd Al-Ghanî ibn ‟Abd Al-Wâhid Dengan menelaah kitab Bulûgh Al-
Al-Maqdisî Al-Jamâ‟ilî (populer sebagai Marâm min Adillah Al-Ahkâm karya Ibn
Imam Al-Maqdisi)18. Hajar Al-‟Asqalânî19 dan memperhatikan
Sedangkan kitab syarh ahâdîts al- pembahasannya, maka konstruk susunan
ahkâm yang populer antara lain kitab Subul bab (kitâb), subbab (bâb), dan jumlah
Al-Salâm Syarh Bulûgh Al-Marâm min
Adillah Al-Ahkâm karya Muhammad ibn
Ismâ‟îl Al-Amîr Al-Yamanî Al-Shan‟ânî
Al-Kahlânî (populer sebagai Imam Al-
Shan‟ânî) dan kitab Taisîr Al-’Allâm Syarh
’Umdah Al-Ahkâm karya ‟Abd Allah ibn
‟Abd Al-Rahmân ibn Shâlih Âlu Bassâm. 19
Selain popularitas dan kepengikutannya
terhadap madzhab Syafi‟i yang banyak dianut oleh
C. HASIL DAN PEMBAHASAN kaum Muslimin, Bulûgh Al-Marâm juga memiliki
keunggulan metodologis antara lain sebagai berikut:
1. Konstruk Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm a. Disebutkannya nama periwayat hadits
(mukharrijîn) dan kitab hadits yang
Sebagaimana dalam kajian fikih atau menjadi sumber referensinya, tidak hanya
pengkajian hukum Islam pada umumnya, dari kitab induk hadits yang enam (al-
ummahât al-sitt).
konstruk atau materi kajian dan
b. Disebutkan pula nama imam ahli hadits
pembahasan utama dalam hadits-hadits yang memverifikasi kualitas haditsnya,
hukum (ahâdîts al-ahkâm) biasanya terdiri baik shahih, hasan, maupun dha‟if.
dari dua tema utama yang menjadi c. Dijelaskan secara agak detail pelbagai
objektifitas atau ruang lingkupnya, yaitu jalur transmisi hadits (thuruq al-hadîts)
hukum-hukum ibadah (fiqh al-’ibâdah atau disertai keterangan kevalidan kualitas dan
al-’ibâdât) dan hukum-hukum muamalah kecatatannya sehingga tidak layak
dijadikan pegangan.
17
d. Dikemukakan lafazh tambahan dalam
Kitab Bulûgh Al-Marâm min Adillah Al- hadits (al-ziyâdah fi al-hadîts) yang perlu
Ahkâm ini memuat sekitar 1520 hadits, walaupun dijelaskan.
ringkas dapat dikategorikan dan dinyatakan sebagai
e. Dipilih dan dipilahkan hadits yang paling
karya terbaik yang menghimpun hadits-hadits
shahih dalam setiap babnya (ashahh al-
tentang hukum Islam (min ajall mâ ullifa fî jam’
ahâdîts fi kull bâb min abwâb al-kitâb)
adillah al-ahkâm ma’a al-ikhtishâr) hingga saat ini.
dan tidak memasukkan hadits yang
Lihat Muhammad Luqmân Al-Salafî. 1423 H.
banyak dinilai cacat oleh para ulama.
Tuhfah Al-Kirâm: Syarh Bulûgh Al-Marâm.
Mekkah: Dâr Al-Dâ‟î dan Markaz Al-‟Allâmah f. Diringkaskan hadits yang panjang dengan
‟Abd Al-‟Azîz ibn Bâz li Al-Dirâsât Al-Islâmiyyah tanpa menghilangkan makna esensialnya.
India. hlm.11. g. Pembahasannya disusun berdasarkan
18
Kitab ’Umdah Al-Ahkâm min Kalâm Khair pembahasan fikih sehingga lebih mudah.
Al-Anâm dapat dikategorikan sebagai salah satu Lihat ‟Abd Al-‟Azîz ibn ‟Abd Allah ibn Bâz.
kitab induk terbaik tentang hadits-hadits hukum 2004. Hâsyiyah Samâhah Al-Syaikh ’Abd Al-’Azîz
berdasarkan sistematika pembahasan fikih yang ibn ’Abd Allah ibn Bâz ’alâ Bulûgh Al-Marâm min
referensi utamanya didasarkan kepada dua kitab Adillah Al-Ahkâm. ed. ‟Abd Al-‟Azîz ibn Ibrâhîm
hadits yang paling shahih, yaitu Shahîh Al-Bukhârî ibn Qasim. Riyadh: Dâr Al-Imtiyâz. h. 27-28. Lihat
dan Shahîh Muslim. Lihat ‟Abd Allah ibn ‟Abd Al- pula ‟Abd Allah ibn Shâlih Al-Fauzân. 1428 H.
Rahmân ibn Shâlih Âlu Bassâm. 2006. Taisîr Al- Minhah Al-’Allâm fî Syarh Bulûgh Al-Marâm.
’Allâm: Syarh ’Umdah Al-Ahkâm. ed. Muhammad Damam: Dâr Ibn Al-Jauzî. Vol. 1. hlm. 6-7; dan
Shubhî ibn Hasan Hallâq. Uni Emirat Arab: ‟Abd Allah ibn ‟Abd Al-Rahmân Âlu Bassâm. 2003.
Maktabah Al-Shahâbah dan Maktabah Al-Tâbi‟în. Taudhîh Al-Ahkâm min Bulûgh Al-Marâm. Mekkah:
hlm.12. Maktabah Al-Asadî. Vol. 1. hlm. 22-23.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

hadits-hadits hukumnya secara tabulasi wa Al-Imâmah (384-


dapat diketahui sebagai berikut:20 413)
KITÂB – BÂB JMLH Bâb Shalâh Al-Musâfir 15
(NO. HADITS) HDS wa Al-Marîdh (414-
428)
1 KITÂB AL-THAHÂRAH (146)
Bâb Shalâh Al-Jumu’ah 29
Bâb Al-Miyâh (1-13) 13
(429-457)
Bâb Al-Âniyah (14-21) 8
Bâb Shalâh Al-Khauf 10
Bâb Izâlah Al-Najâsah 8
(458-467)
wa Bayânihâ (22-29)
Bâb Shalâh Al-’Îdain 17
Bâb Al-Wudhû‘ (30-55) 26
(468-484)
Bâb Al-Mash ’alâ Al- 9
Bâb Shalâh Al-Kusûf 10
Khuffain (56-64)
(485-494)
Bâb Nawâqidh Al- 18
Bâb Shalâh Al-Istisqâ‘ 11
Wudhû‘ (65-82)
(495-505)
Bâb Âdâb Qadhâ‘ Al- 21
Bâb Al-Libâs (506-515) 10
Hâjah (83-103)
3 KITÂB AL-JAN‘IZ 65
Bâb Al-Ghusl wa Hukm 17
(516-580)
Al-Junub (104-120)
4 KITÂB AL-ZAK‘H (48)
Bâb Al-Tayammum 13
Kitâb Al-Zakâh (581- 25
(121-133)
605)
Bâb Al-Haidh (134- 13
Bâb Shadaqah Al-Fithr 4
146)
(606-609)
2 KITÂB AL-SHALÂH (369)
Bâb Shadaqah Al- 12
Bâb Al-Mawâqît (147- 27
Tathawwu’ (610-621)
173)
Bâb Qasm Al-Shadaqât 7
Bâb Al-Adzân (174- 27
(622-628)
200)
5 KITAB AL-SHIYÂM (55)
Bâb Syurûth Al-Shalâh 22
Kitab Al-Shiyâm (629- 27
(201-222)
655)
Bâb Sutrah Al-Mushallî 9
Bâb Shaum Al- 17
(223-231)
Tathawwu’ wa Mâ
Bâb Al-Hatsts ’alâ Al- 12
Nuhiya ’an Shaumih
Khusyû’ fî Al-Shalâh
(656-672)
(232-243)
Bâb Al-I’tikâf wa 11
Bâb Al-Masâjîd (244- 16
Qiyâm Ramadhân (673-
259)
683)
Bâb Shifah Al-Shalâh 63
6 KITAB AL-HAJJ (72)
(260-322)
Bâb Fadhlih wa Bayân 13
Bâb Sujud Al-Sahw wa 20
Man Furidha ’alaihi
Ghairih (323-342)
(684-696)
Bâb Shalâh Al- 41
Bâb Al-Mawâqît (697- 3
Tathawwu’ (343-383)
699)
Bâb Shalâh Al-Jamâ’ah 30
Bâb Wujûh Al-Ihrâm 1
wa Shifatih (700)
20
Berdasarkan penomoran kitab Tuhfah Al- Bâb Al-Ihrâm wa Mâ 14
Kirâm: Syarh Bulûgh Al-Marâm. Lihat Muhammad Yata’allaq bihi (701-
Luqmân Al-Salafî. 1423 H.

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

714) Bâb Al-Luqathah (910- 6


Bâb Shifah Al-Hajj wa 38 915)
Dukhûl Makkah (715- Bâb Al-Farâ‘idh (916- 13
752) 928)
Bâb Al-Fawât wa Al- 3 Bâb Al-Washâyâ (929- 6
Ihshâr (753-755) 934)
7 KITAB AL-BUYÛ’ (180) Bâb Al-Wadî’ah (935) 1
Bâb Syurûthihi wa Mâ 44 8 KITAB AL-NIKÂH (185)
Nuhiya ’anhu minhu Kitâb Al-Nikâh (936- 32
(756-799) 967)
Bâb Al-Khiyâr (800- 3 Bâb Al-Kafâ‘ah wa Al- 14
802) Khiyâr (968-981)
Bâb Al-Ribâ (803-819) 17 Bâb ’Isyrah Al-Nisâ‘ 15
Bâb Al-Rukhshah fî Al- 7 (982-996)
’Arâyâ wa Bai’ Al- Bâb Al-Shidâq (997- 12
Ushûl wa Al-Tsimâr 1008)
(820-826) Bâb Al-Walîmah (1009- 17
Bâb Al-Salam wa Al- 8 1025)
Qardh wa Al-Rahn Bâb Al-Qasm (1026- 10
(827-834) 1035)
Bâb Al-Taflîs wa Al- 10 Bâb Al-Khulu’ (1036- 3
Hajr (835-844) 1038)
Bâb Al-Shulh (845-847) 3 Bâb Al-Thalâq (1039- 17
Bâb Al-Hiwâlah wa Al- 4 1055)
Dhimân (848-851) Bâb Al-Raj’ah (1056- 2
Bâb Al-Syirkah wa Al- 8 1057)
Wakâlah (852-859) Bâb Al-Îlâ‘ wa Al- 6
Bâb Al-Iqrâr wa fîhi 1 Zhihâr wa Al-Kafârah
Alladzî qablahu wa Mâ (1058-1063)
Asybahahu (860) Bâb Al-Li’ân (1064- 9
Bâb Al-’Âriyah (861- 4 1072)
864) Bâb Al-’Iddah wa Al- 19
Bâb Al-Ghashab (865- 5 Ihdâd (1073-1091)
869) Bâb Al-Radhâ’ (1092- 11
Bâb Al-Syuf’ah (870- 6 1102)
875) Bâb Al-Nafaqât (1103- 12
Bâb Al-Qirâdh (876- 2 1114)
877) Bâb Al-Hadhânah 6
Bâb Al-Musâqâh wa Al- 9 (1115-1120)
Ijârah (878-886) 9 KITAB AL-JINÂYÂT (44)
Bâb Ihyâ‘ Al-Mawât- 9 Kitâb Al-Jinâyât (1121- 18
(887-895) 1138)
Bâb Al-Waqaf (896- 3 Bâb Al-Diyah (1139- 12
898) 1150)
Bâb Al-Hibah wa Al- 11 Bâb Da’wâ Al-Dam wa 2
’Umrâ wa Al-Ruqbâ Al-Qasâmah (1151-
(899-909) 1152)

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Bâb Qitâl Ahl Al-Baghy 5 Al-Mukatab wa Umm


(1153-1157) Al-Walad (1386-1392)
Bâb Qitâl Al-Jânî wa 7 16 KITÂB AL-JÂMI’ (128)
Qatl Al-Murtadd (1158- Bâb Al-Adab (1393- 16
1164) 1408)
10 KITAB AL-HUDÛD (52) Bâb Al-Birr wa Al- 14
Bâb Hadd Al-Zânî 17 Shilah (1409-1422)
(1165-1181) Bâb Al-Zuhd wa Al- 11
Bâb Hadd Al-Qadzaf 4 Wara’ (1423-1433)
(1182-1185) Bâb Al-Al-Tarhîb min 38
Bâb Hadd Al-Sariqah 14 Masâwi‘ Al-Akhlâq
(1186-1199) (1434-1471)
Bâb Hadd Al-Syârib wa 12 Bâb Al-Targhîb min 19
Bayân Al-Muskir Makârim Al-Akhlâq
(1200-1211) (1472-1490)
Bâb Al-Ta’zîr wa Hukm 5 Bâb Al-Dzikr wa Al- 30
Al-Shâ‘il (1212-1216) Du’â‘ (1491-1520)
11 KITAB AL-JIHÂD (60)
Kitâb Al-Jihâd (1217- 47 Dari tabel terlihat bahwa tema 1-6
1263) merupakan objektifitas fikih ibadah,
Bâb Al-Jizyah wa Al- 8 sedangkan tema 7-16 adalah tentang fikih
Hudnah (1264-1271) mu‟amalah. Tema pembahasan (kitâb) ke-
Bâb Al-Sabq wa Al- 5 16, Kitâb Al-Jâmi’ yang berisi tentang
Ramy (1272-1276) adab, akhlak, motivasi atraktif (targhîb)
untuk berakhlak mulia, dan motivasi
12 KITÂB AL-ATH’IMAH (40)
intimidatif (tarhîb) dari akhlak buruk serta
Kitâb Al-Ath’imah 13
tentang doa dan dzikir, sebaiknya tidak
(1277-1289)
dimasukkan dalam pembahasan Syarh
Bâb Al-Shaid wa Al- 13
Ahâdîts Al-Ahkâm karena banyak dikaji
Dzabâ‘ih (1290-1302)
dalam pembahasan akhlak atau adab dan
Bâb Al-Adhâhî (1303- 9
dalam Mata Kuliah Ilmu Akhlak.
1311)
Bâb Al-’Aqîqah (1312- 5 Dengan demikian konstruk Mata
1316) Kuliah Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm dapat
13 KITÂB AL-AIMÂN 22 ditawarkan usulan sebagai berikut:
WA AL-NUDZÛR Pertama, bila mata kuliah tersebut
(1317-1338) hanya diajarkan dalam satu semester
14 KITÂB AL-QADH‘ (35) dengan nomenklatur Syarh Ahâdîts Al-
Kitâb Al-Qadhâ‘ (1339- 17 Ahkâm, maka konstruk tema
1355) pembahasannya dapat diusulkan sebagai
Bâb Al-Syahâdât (1356- 8 berikut:
1363)
Bâb Al-Da’âwî wa Al- 10 SYARH AHÂDÎTS AL-AHKÂM
Bayyinât (1364-1373) Bab I : Pengantar Syarh
15 KITÂB AL-’ITQ (19) Ahâdîts
Kitâb Al-’Itq (1374- 12 Al-Ahkâm
1385) Bab II : Bersuci
Bâb Al-Mudabbar wa 7 Bab III : Shalat

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Bab IV : Jenazah SYARH AHÂDÎTS AL-AHKÂM 2


Bab V : Zakat (FIKIH MU’AMALAH)
Bab VI : Puasa Bab I : Urgensi Jual-Beli
Bab VII : Haji Bab II : Riba
Bab VIII : Jual-Beli Bab III : Menghidupkan Lahan
Bab IX : Nikah Mati atau Tanah Kosong
BAB X : Pidana Bab IV : Hukum Pernikahan
Bab XI : Hukuman Had Bab V : Resepsi Pernikahan
Bab XII : Jihad Bab VI : Pidana Hukuman Mati
Bab XIII : Makanan dan Bab VII : Qishash dan Diyat
Minuman Bab VIII : Hukuman Had
Bab XIV: Sumpah dan Nazar Bab IX : Ta’zîr
Bab XV : Putusan Pengadilan BAB X : Kewajiban Berjihad
Bab XVI: Pembebasan Budak Bab XI : Ghanîmah
Kedua, sedangkan bila mata kuliah Bab XII : Makanan
Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm tersebut diajarkan Bab XIII : Minuman
dalam dua semester, maka konstruk Bab XIV: Sumpah
pembahasannya dapat diusulkan sebagai Bab XV : Nazar
berikut:
Bab XVI: Pembebasan Budak
SYARH AHÂDÎTS AL-AHKÂM 1
Ketiga, dalam setiap bab dari Syarh
(FIKIH IBADAH)
Ahâdîts Al-Ahkâm sebaiknya terdiri dari 3-5
Bab I : Pengantar Syarh hadits yang dianggap paling urgen dan
Ahâdîts sesuai konteks serta yang sangat perlu
Al-Ahkâm untuk diungkap secara agak mendetail dan
Bab II : Hukum Air dan Bejana panjang-lebar. Tidak usah terlalu banyak
Bab III : Wudhu dan mengekspos hadits sehingga sering minim
Tayammum penjelasannya (syarh) atau bahkan sangat
sedikit21.
Bab IV : Mandi Junub
Bab V : Hukum Shalat Wajib Hadit-hadits tersebut sebaiknya
Bab VI : Shalat Sunnah berupa hadits-hadits yang termaktub dalam
kitab Bulûgh Al-Marâm min Adillah Al-
Bab VII : Shalat Jama‟ah dan
Ahkâm karya Ibn Hajar Al-‟Asqalânî.
Jum‟at
Bab VIII : Shalat Musafir 2. Metodologi Pembelajaran Syarh
Bab IX : Hukum Jenazah Ahâdîts Al-Ahkâm di Perguruan
BAB X : Kewajiban Zakat Tinggi
Bab XI : Alur dan Distribusi Dalam mempelajari dan mengajarkan
Zakat hadits-hadits hukum (ahâdîts al-ahkâm)
Bab XII : Shadaqah Sunnah serta dalam menyusun dan menulis karya
Bab XIII : Hukum PuasaWajib ilmiah tentang Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm
Bab XIV: Puasa Sunnah
21
Bab XV : I‟tikaf Ini merupakan hal umum yang terjadi
dalam buku-buku referensi tentang Hadits Ahkam.
Bab XVI: Haji Sebagai contoh lihat dalam Mardani. 2012. Hadis
Ahkam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dalam wujud buku referensi/buku d. Penjelasan kosakata (mufradât)


daras/modul di Perguruan Tinggi, maka hadits, terutama kata yang asing
dapat ditawarkan langkah ilmiah-aplikatif (gharîb al-hadîts)23.
secara metodologis sebagai berikut: e. Biografi perawi.
a. Penentuan tema hadits sebagai f. Latar historis hadits (asbâb wurûd
bab dan subbab. al-hadîts)24; bila ada.
b. Teks hadits dan terjemahannya. g. Penjelasan atau interpretasi
c. Takhrîj al-hadîts22. (syarh) hadits.
h. Kesimpulan hukum atau faedah
22
hadits.
Menurut para cendekiawan dan pakar
hadits, secara umum term al-takhrîj setidaknya Langkah aplikatif-metodologis
dipergunakan untuk tiga hal berikut:
tersebut dapat dideskripsikan dengan
a. Takhrîj adalah sinonim (murâdif) dari contohnya seperti penjelasan di bawah ini.
term al-ikhrâj, berarti memperlihatkan
atau menunjukkan hadits kepada orang Pertama, menentukan tema
lain dengan menyebutkan pembahasan yang akan dikaji berdasarkan
pentransmisinya (ibrâz al-hadîts li al-nâs
bi dzikr makharrijihi), yaitu menyebutkan
kandungan utama hadits. Yaitu
sanad atau transmisi para perawinya. sebagaimana yang telah ditentukan dalam
b. Takhrîj berarti mengeluarkan hadits dan bab dan subbab pembahasannya. Misal Bab
meriwayatkannya dari kitab-kitab (ikhrâj
al-ahâdîts min buthûn al-kutub wa 23
Ini merupakan salah satu disiplin ilmu
riwâyatuhâ). hadits yang mempelajari kosakata hadits yang
c. Takhrîj berarti al-dalâlah, maksudnya kurang jelas maknanya sebagai langkah awal untuk
menunjukkan sumber-sumber asli atau memahami makna hadits dan menggali kandungan
primer hadits dan menyandarkan hukumnya (fahm al-hadîts wa al-’ilm wa al-’amal
kepadanya (al-dalâlah ’alâ mashâdir al- bihi). Hal ini antara lain dapat diketahui dan
hadîts al-ashliyyah wa ’azwuhu ilaihâ), ditelusuri melalui kitab Gharîb Al-Hadîts karya Abû
yaitu dengan menyebutkan penyusun ‟Ubaid Al-Qâsim ibn Salâm dan Al-Nihâyah fî
yang pernah meriwayatkannya. Gharîb Al-Hadîts wa Al-Atsar karya Majd Al-Dîn
Berdasarkan arti yang ketiga ini, al-takhrîj Abû Al-Sa‟âdât Al-Mubârak ibn Muhammad ibn Al-
sebagai salah satu disiplin ilmu hadits secara Atsîr.
terminologis dapat didefinisikan sebagai “ilmu yang Lihat Ahmad Muhammad Syâkir. 1994. Al-
menyebutkan sumber-sumber sebuah hadits, baik Bâ’its Al-Hatsîts: Syarh Ikhtishâr ’Ulûm Al-Hadîts li
disertai penetapan status hukum atau derajat Al-Hâfizh Ibn Katsîr. ed. Badî‟ Al-Sayyid Al-
haditsnya maupun tidak.”. Lahhâm. Kuwait: Jum‟iyyah Ihyâ„ Al-Turâts Al-
Atau dengan ungkapan lain yang populer, al- Islâmî dan Maktabah Dâr Al-Salâm Riyadh. h. 159-
takhrîj berarti “menunjukkan tempat atau letak hadits 160; dan Muhammad ‟Ajaj Al-Khathib. 2001. Ushul
pada sumber-sumber primer yang mentakhrîjnya Al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits. Jakarta: Gaya
beserta sanadnya, kemudian menjelaskan martabat Media Pratama. hlm. 252-253.
24
atau status hukumnya jika diperlukan.”. Yaitu suatu ilmu pengetahuan yang
Lihat Mahmûd Al-Thahhân. 1996. Ushûl Al- membicarakan tentang sebab-sebab Nabi
Takhrîj wa Dirâsah Al-Asânîd. Riyadh: Maktabah Muhammad S.A.W. menuturkan sabdanya dan
Al-Ma‟ârif. hlm. 8-10; dan ‟Abd Al-Mannân Al- waktu waktu beliau menuturkannya. Lihat Munzier
Râsikh. 2004. Mu’jam Mushthalah Al-Ahâdîts Al- Suparta. 2010. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo
Nabawiyyah. Beirut: Dâr Ibn Hazm. hlm. 37. Lihat Persada. hlm. 39.
pula dalam Rahendra Maya. 2017. “Konstruk Ilmu Karya terlengkap dalam hal ini adalah kitab
Takhrîj al-Hadîts”. Al-Mashlahah: Jurnal Hukum Al-Bayan wa Al-Ta‟rif fi AsbabWurud Al-Hadits Al-
dan Pranata Sosial Islam. Program Studi Al-Ahwal Syarif karya Sayyid Ibrahim ibn Kamal Al-Din, yang
Al-Syakhshiyyah Jurusan Hukum Islam Sekolah lebih dikenal dengan nama Ibn Hamzah Al-Husaini
Tinggi Agama Islam Al Hidayah Bogor. Vol. 01 No. Al-Dimasyqi. Lihat Muhammad ‟Ajaj Al-Khathib.
02 Edisi Juli 2013. hlm. 183-184. 2001. hlm. 260-261.

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

II tentang Bersuci (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm b. Hadits Shahih Riwayat (diringkas


1) atau Hukum Air dan Bejana (Syarh menjadi H.S.R.) Ahmad, Abû
Ahâdîts Al-Ahkâm 2). Dâwud, Al-Nasâ„î, Al-Tirmidzî,
Ibn Mâjah, Ibn Abî Syaibah,
Kedua, mencantumkan teks hadits-
Mâlik, dan Al-Syâfi‟î. Hadits ini
hadits hukum pilihan beserta perawinya
dishahihkan antara lain oleh Ibn
dari kalagan sahabat Nabi Muhammad
Khuzaimah dan Al-Tirmidzî.
S.S.W. yang mendengarnya; sesuai dengan
pembahasan yang telah ditentukan dan Selain melalui kitab-kitab takhrîj,
dikemukakan pula terjemahannya secara bagi yang memiliki kemampuan dan
ilmiah atau dengan mempergunakan bahasa kesanggupan, secara lebih mendetail hal ini
baku dan standar penulisan ilmiah. secara mudah dan cepat dapat dilakukan
melalui berbagai kitab Syarh Bulûgh Al-
Dalam penulisan tersebut sebaiknya
Marâm min Adillah Al-Ahkâm yang
tulisan Arabnya diberikan harakat atau
menjelaskan dan memberikan anotasi
syakal untuk memudahkan pembacaan dan
(syarh) terhadapnya.
penghafalannya.
Contohnya seperti takhrîj al-hadîts
Contohnya sebagai berikut:
tentang “Kesucian Air Laut” yang agak
:‫عن أبي هزٍزة رض ي هللا عنه قال‬ mendetail dan luas sebagai berikut:

‫قال رسىل هللا صلى هللا عليه‬ H.R. Mâlik Bâb Al-Thahûr Kitâb Al-
Thahârah 1/22 No. 12; Al-Nasâ„î
‫ (( هى الطهىر ماؤه‬:‫وسلم في البحز‬ Kitâb Al-Thahârah Bâb Mâ‘ Al-Bahr
1/50 No. 59; Al-Tirmidzî 1/100 No.
.)) ‫والحل ميخحه‬ 69; Abû Dâwud 1/64 No. 83; dan Ibn
Dari Abû Hurairah, ia berkata Mâjah 1/136 No. 386, semuanya
bahwa Rasulullah S.A.W. dalam Kitâb Al-Thahârah Bâb Mâ
bersabda: “Laut itu airnya suci Jâ‘a fî Al-Wudhû‘ bi Mâ‘ Al-Bahr.
lagi menyucikan dan Diriwayatkan pula oleh Ahmad dalam
bangkainya pun halal Al-Musnad 2/237; Al-Hâkim 1/140;
hukumnya.”25 Al-Dâruquthnî 1/36; Ibn Khuzaimah
Ketiga, melakukan verifikasi terhadap 1/58; Al-Baihaqî 1/3; Al-Baghawî
kualitas atau status hadits (takhrîj al-hadîts) 2/55; dan Ibn Abî Syaibah 1/121,
yang telah dicantumkan. dinyatakan sebagai hadits shahih yang
meyakinkan (hadits shahih tsabit).
Misalnya takhrîj al-hadîts sederhana
tentang “Kesucian Air Laut” adalah dengan Al-Tirmidzî berkata, “Aku bertanya
dua kemungkinan sebagai berikut: kepada Muhammad tentang hadits
Malik, maka ia berkata, “Menurutku
a. Hadits Riwayat (diringkas itu adalah hadits shahih.”.
menjadi H.R.) Ahmad, Abû
Dâwud, Al-Nasâ„î, Al-Tirmidzî, Ibn ‟Abd Al-Barr berkata,
Ibn Mâjah, Ibn Abî Syaibah, “Menurutku itu adalah hadits shahih,
Mâlik, dan Al-Syâfi‟î. karena para ulama telah menerima
dan mengamalkannya.”. Lihat Al-
Tamhîd 1/286, dimana ia kemudian
25
Hadits ini dapat dimasukkan dalam Bab II menshahihkan hadits tersebut karena
tentang Bersuci (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm 1) atau
penerimaan para ulama. Dishahihkan
Hukum Air dan Bejana (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm 2)
dengan subbab yang diberi judul Kesucian Air Laut pula oleh Al-Baihaqî 1/3 dan Ibn
misalnya. Taimiyyah dalam Al-Fatâwâ 21/16

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

serta Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân ringkas agar dapat diketahui identitas dan
dalam kedua kitab Shahîhnya.26 kedudukan agungnya.
Keempat, menjelaskan makna Misalnya perawi hadits tentang
kosakata (mufradât) hadits yang penting “Kesucian Air Laut” adalah Abû Hurairah,
untuk diterangkan lebih lanjut dan yang maka biografi singkatnya dapat
dianggap asing atau kurang familiar dikemukakan sebagai berikut:
(gharîb). Abû Hurairah adalah nama keluarga
Berikut contoh kosakata hadits (kunyah, family) dari sahabat mulia yang
tentang “Kesucian Air Laut”:27 bernama ‟Abd Allah atau ‟Abd Al-Rahmân
ibn Shakhr Al-Dausî. Beliau masuk Islam
Menyucikan, ‫ أي‬،‫الطهىر بفحح الطاء‬ pada saat perang Khaibar berkecamuk,
yaitu suci lagi
menyucikan (al- ‫ما ًحطهز به‬
meninggal di Madinah pada tahun 59 H.
dan dikuburkan di pemakaman Baqi‟.29
thâhir al- ‫بمنعى املطهز‬
Beliau merupakan sahabat yang paling
muthahhir)28
banyak meriwayatkan hadits karena beliau
Halal ‫الحاء‬ ‫والحل بكسز‬ sangat perhatian dalam mempelajari hadits
،‫الالم‬ ‫وجشدًد‬ dan fokus dalam menghafalnya serta
mendapatkan keberkahan dari doa
‫أي الحالل‬ Rasulullah S.A.W. terhadapnya. 30

Bangkai ‫ما مات في البحز‬ ‫ميخحه‬ Keenam, bila hadits memiliki latar
binatang yang
hanya hidup di ‫من دوابه مما ال‬ historis (asbâb wurûd al-hadîts), maka
laut, bukan ‫ ال‬،‫ٌعيش إال فيه‬ sebaiknya asbâb al-wurûd tersebut
bangkai semua dikemukakan untuk lebih memahami
‫ما مات فيه‬ kandungan makna dan kesimpulan hukum
binatang
‫مطلقا‬ yang terdapat dalam hadits.
Sebagai contoh, latar historis hadits
Kelima, mendeskripsikan biografi (asbâb wurûd al-hadîts) tentang “Kesucian
perawi hadits dari kalangan sahabat secara Air Laut” adalah sebagai berikut:
Ahmad, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqî
26
Lihat Muhammad ibn Shâlih Al-‟Utsaimîn. meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa
1995. Fath Dzî Al-Jalâl wa Al-Ikrâm bi Syarh beliau berkata, “Pada suatu hari kami
Bulûgh Al-Marâm: Kitâb Al-Thahârah. ed. Ahmad sedang bersama Rasulullah S.A.W. untuk
ibn Muhammad ibn Hasan Al-Khalîl dan Sâmî ibn menangkap ikan di laut. Kemudian datang
Muhammad ibn Hasan Al-Khalîl. Riyadh: Dâr Al-
seorang nelayan seraya berkata, “Wahai
Muslim. hlm. 44.
27 Rasulullah, sungguh kami pernah pergi ke
Lihat ‟Abd Al-Qâdir Syaibah Al-Hamd.
(t.t.). Fiqh Al-Islâm: Syarh Bulûgh Al-Marâm min
Jam’ Adillah Al-Ahkâm. Madinah: Mathâbi‟ Al-
29
Rasyîd. Vol. 1. hlm. 5. Lihat Shafî Al-Rahmân Al-Mubârakfûrî.
28
Lihat pula dalam Majd Al-Dîn Abû Al- 1994. hlm. 9.
30
Sa‟âdât Al-Mubârak ibn Muhammad Al-Jazrî. (t.t.). Lihat Muhammad ibn Shâlih Al-‟Utsaimîn.
Al-Nihâyah fî Gharîb Al-Hadîts wa Al-Atsar. ed. 2006. Fath Dzî Al-Jalâl wa Al-Ikrâm bi Syarh
Mahmûd Muhammad Al-Thanâhî dan Thâhir Bulûgh Al-Marâm. ed. Shubhî ibn Muhammad
Ahmad Al-Zâwî. Beirut: Dâr Ihyâ„ Al-Turâts Al- Ramadhân dan Ummu Isrâ„ bint ‟Arafah Bayûmî.
‟Arabî. Vol. 3. hlm. 147; dan Shafî Al-Rahmân Al- Kairo: Al-Maktabah Al-Islâmiyyah. Vol. 1. hlm. 58;
Mubârakfûrî. 1994. Ithâf Al-Kirâm: Syarh Bulûgh dan Shâlih ibn Fauzân ibn ‟Abd Allah Al-Fauzân.
Al-Marâm min Adillah Al-Ahkâm. Kuwait: 2006. Tashîl Al-Ilmâm bi Fiqh Al-Ahâdîts min
Jum‟iyyah Ihyâ„ Al-Turâts Al-Islâmî dan Maktabah Bulûgh Al-Marâm. ed. ‟Abd Al-Salâm ibn ‟Abd
Dâr Al-Salâm Riyadh. hlm. 9. Allah Al-Sulaimân. t.t.t: t.p. Vol. 1. hlm. 16-17.

23 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

laut untuk menangkap ikan. Salah seorang al-bahr), baik secara substansinya (dzat)
di antara kami membawa kantong air, dan maupun juga sifatnya yang dapat
dia berharap bisa menangkap ikan menyucikan bagi yang lainnya. Ketentuan
secepatnya. Mungkin saja dia hukum ini telah menjadi konsensus (ijma’)
mendapatkannya dan mungkin juga tidak para ulama. Dari sini dapat dinyatakan
mendapatkan tangkapannya hingga bahwa air laut dapat menghilangkan hadats
sampailah di suatu tempat di laut, yang dia besar dan kecil serta menghilangkan najis
belum pernah terpikir dapat dicapainya. yang muncul atau mengenai pada bagian
Ada kemungkinan kemudian dia bermimpi yang suci, seperti pada badan, pakaian,
atau berwudhu; maka apabila dia mandi suatu tempat atau ruangan tertentu atau
atau wudhu dengan air ini, maka salah lainnya.
seorang di antara kami akan mati karena “....dan bangkainya pun halal
kehausan. Jika demikian, bagaimanakah hukumnya.”, ini memberikan indikasi
pendapatmu tentang air laut?”. Maka tentang kehalalan bangkai binatang laut,
Rasulullah S.A.W. bersabda: yaitu binatang-binatang yang hanya hidup
“Mandi dan berwudhulah kalian di laut secara khusus, tidak dimaksudkan
dengannya (air laut tersebut). untuk semua bangkai binatang secara
Laut itu airnya suci lagi general.
menyucikan dan bangkainya Mengenai bangkai binatang laut ini,
pun halal hukumnya.”31 terdapat perbedaan pendapat para ulama.
Ketujuh, merupakan inti dari Berikut kisaran pendapatnya:
pembahasan, yaitu menguraikan penjelasan Imam Abû Hanifah berpendapat
(syarh) hadits secara mencukupi dan bahwa seluruh jenis ikan laut halal
bahkan dapat saja dijelaskan secara luas. hukumnya, namun yang selainnya dianggap
Penjelasan berikut adalah contoh tidak halal alias haram, yaitu hewan laut
syarh tentang hadits “Kesucian Air Laut”:32 yang menyerupai hewan daratan seperti
anjing, babi, ular, dan lain sebagainya.
Hadits ini adalah hadits yang sangat
penting bagi fondasi hukum Islam. Menurut pendapat yang populer
dalam madzhab Imam Ahmad, dinyatakan
Al-Syâfi‟î berkata, “Hadits ini
kebolehan memakan seluruh jenis hewan
merupakan separuh ilmu tentang hukum
laut kecuali katak, ular, dan buaya. Katak
bersuci.”. Sedangkan Ibnul Mulaqqin
dan ular termasuk jenis hewan yang
berkata, “Hadits ini adalah hadits yang
menjijikkan. Sedangkan buaya adalah
sangat agung dan salah satu fondasi utama
binatang bertaring dan buas yang
dalam bersuci yang mencakup banyak
memangsa hewan lainnya.
hukum dan kaidah beragama yang
penting.”. Adapun dua madzhab lainnya, maka
Imam Mâlik dan Imam Al-Syâfi‟î
“Laut itu airnya suci lagi
membolehkan seluruh varian dan jenis
menyucikan....”, ini mengindikasikan
hewan laut tanpa pengecualian sedikitpun.
tentang kesucian air laut (thahûriyyah mâ‘
Keduanya berdalil dengan firman Allah
S.W.T. dalam Surat Al-Mâ„idah [5] Ayat
31
Jalâl Al-Dîn Al-Suyûthî. 1984. Asbâb 96 berikut:
Wurûd Al-Hadîts (Al-Luma’ fî Asbâb Al-Hadîts). ed.
Yahyâ Ismâ‟îl Ahmad. Beirut: Dâr Al-Kutub Al-
“Dihalalkan bagi kalian binatang
‟Ilmiyyah. hlm. 75. buruan dari laut.”.
32
Lihat ‟Abd Allah ibn ‟Abd Al-Rahmân Âlu
Bassâm. 2003. Vol. 1. hlm. 116-117.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 23


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Juga berdasarkan sabda Rasulullah Hadits Ahkam (Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm)


S.A.W. berikut: atau Hadits Ahkam (Ahâdîts Al-Ahkâm) di
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI)
“Dihalalkan bagi kami dua
dan Perguruan Tinggi Umum (PTU).
bangkai, yaitu belalang dan
ikan.”. (H.R. Ahmad dan Ibn Pertama, sebaiknya konstruk atau
Mâjah) materi pembahasan Syarh Ahâdîts Al-
Ahkâm terdiri dari dua tema utama yang
Pendapat terakhir ini, yaitu pendapat
menjadi objektifitasnya, yaitu hukum-
Imam Mâlik dan Imam Al-Syâfi‟î adalah
hukum ibadah (fiqh al-’ibâdah, al-’ibâdât)
pendapat yang lebih tepat.
dan hukum-hukum muamalah interaksional
Kedelapan, adalah kesimpulan hukum (fiqh al-mu’âmalah, al-mu’âmalât) dengan
atau faedah hadits. Sebaiknya kesimpulan mengkaji sekitar 3-5 hadits saja dalam tiap
hukum ini dipaparkan secara singkat dan babnya disesuaikan dengan jumlah tatap
bernomor agar lebih mudah dipahami; muka 14-16 pertemuan.
dapat disarikan dari kitab Syarh Bulûgh Al-
Kedua, format pembelajaran Syarh
Marâm yang banyak beredar dan
Ahâdîts Al-Ahkâm berupa buku
sebagiannya sangat populer.
referensi/buku daras/modul adalah dengan
Contohnya seperti kesimpulan hukum metodologi ilmiah-aplikatif yang meliputi
tentang hadits “Kesucian Air Laut” yang penentuan tema hadits, penulisan teks
terdapat dalam kitab Tuhfah Al-Kirâm: hadits dan terjemahannya, takhrîj al-hadîts,
Syarh Bulûgh Al-Marâm berikut:33 kosakata (mufradât), biografi perawi, latar
a. Hukum air laut adalah suci secara historis hadits (asbâb wurûd al-hadîts) bila
substansinya (dzat) dan juga dapat ada, penjelasan atau interpretasi (syarh)
menyucikan bagi yang lainnya. hadits, dan konklusi (kesimpulan) hukum
atau faedah haditsnya.
b. Kebolehan memakan bangkai
hewan laut yang hanya hidup di Wa Allâhu a’lam bi al-shawâb.
lautan.
DAFTAR PUSTAKA
c. Ketika menjawab pertanyaan
yang diajukan, seorang mufti atau Âlu Bassâm, ‟Abd Allah ibn ‟Abd Al-
pihak yang kompeten Rahmân. 2003. Taudhîh Al-Ahkâm
menjawabnya, boleh memberikan min Bulûgh Al-Marâm. Mekkah:
tambahan fatwa, terutama jika Maktabah Al-Asadî.
pihak penanya tidak mengetahui Âlu Bassâm, ‟Abd Allah ibn ‟Abd Al-
realitas hukum yang ditanyakan Rahmân ibn Shâlih. 2006. Taisîr Al-
dan bahkan sangat ’Allâm: Syarh ’Umdah Al-Ahkâm. ed.
membutuhkannya. Muhammad Shubhî ibn Hasan
Hallâq. Uni Emirat Arab: Maktabah
D. KESIMPULAN Al-Shahâbah dan Maktabah Al-
Tâbi‟în.
Berdasarkan uraian pembahasan yang Asyqar, Muhammad Sulaiman ‟Abd Allah
telah dipaparkan di atas, dapat Al-. 2001. Al-Wâdhih fi Ushûl Al-
dikemukakan dua tawaran metodologi Fiqh li Al-Mubtadi‘în. Yordania: Dâr
terhadap pembelajaran Mata Kuliah Syarah Al-Nafâ„is.
‟Athiyyah, Muhyî Al-Dîn. Shalâh Al-Dîn
33
Lihat Muhammad Luqmân Al-Salafî. 1423 Hafî, dan Muhammad Khair
H. hlm. 21.

23 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Ramadhân Yûsuf. 1995. Dalîl Zâwî. Beirut: Dâr Ihyâ„ Al-Turâts Al-
Mu‘allafât Al-Hadîts Al-Syarîf Al- ‟Arabî.
Mathbû’ah Al-Qadîmah wa Al- Jîzânî, Muhammad ibn Husain ibn Hasan
Hadîtsah. Beirut: Dâr Ibn Hazm. Al-. (1429 H.). Ma’âlim Ushûl Al-
Bâzamûl, Muhammad ‟Umar. 1995. Al- Fiqh ’inda Ahl Al-Sunnah wa Al-
Idhâfah: Dirâsât Hadîtsiyyah. Jamâ’ah. Damam: Dâr Ibn Al-Jauzî.
Riyadh: Dâr Al-Hijrah. Khathib, Muhammad ‟Ajaj Al-. 2001.
Farîd, Ahmad. 1415 H. Nazhm Al-Durar fî Ushul Al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu
Mushthalah Ahl Al-Atsar. Kairo: Hadits. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Maktabah Ibn Taimiyyah dan Mardani. 2012. Hadis Ahkam. Jakarta: PT
Maktabah Al-‟Ilm Jeddah. RajaGrafindo Persada.
Fauzân, ‟Abd Allah ibn Shâlih Al-. 1993. Maya, Rahendra. 2017. “Konstruk Ilmu
Syarh Al-Waraqât fî Ushûl Al-Fiqh. Takhrîj al-Hadîts”. Al-Mashlahah:
Riyadh: Dâr Al-Muslim. Jurnal Hukum dan Pranata Sosial
Fauzân, ‟Abd Allah ibn Shâlih Al-. 1428 H. Islam. Program Studi Al-Ahwal Al-
Minhah Al-’Allâm fî Syarh Bulûgh Al- Syakhshiyyah Jurusan Hukum Islam
Marâm. Damam: Dâr Ibn Al-Jauzî. Sekolah Tinggi Agama Islam Al
Hidayah Bogor. Vol. 01 No. 02 Edisi
Fauzân, Shâlih ibn Fauzân ibn ‟Abd Allah
Juli 2013.
Al-. 2006. Tashîl Al-Ilmâm bi Fiqh
Al-Ahâdîts min Bulûgh Al-Marâm. ed. Mubârakfûrî, Shafî Al-Rahmân Al-. (1994).
‟Abd Al-Salâm ibn ‟Abd Allah Al- Ithâf Al-Kirâm: Syarh Bulûgh Al-
Sulaimân. t.t.t: t.p. Marâm min Adillah Al-Ahkâm.
Kuwait: Jum‟iyyah Ihyâ„ Al-Turâts
Hamd, ‟Abd Al-Qâdir Syaibah Al-. (t.t.).
Al-Islâmî dan Maktabah Dâr Al-
Fiqh Al-Islâm: Syarh Bulûgh Al-
Salâm Riyadh.
Marâm min Jam’ Adillah Al-Ahkâm.
Madinah: Mathâbi‟ Al-Rasyîd. Qârût, Nûr bint Hasan ibn ‟Abd Al-Halîm.
1998. “Madkhal li Dirâsah Ahâdîts
Ibn Bâz, ‟Abd Al-‟Azîz ibn ‟Abd Allah.
Al-Ahkâm”. Majallah Jâmi’ah Umm
2004. Hâsyiyah Samâhah Al-Syaikh
Al-Qurâ li Al-Buhûts Al-’Ilmiyyah Al-
’Abd Al-’Azîz ibn ’Abd Allah ibn Bâz
Muhakkamah. Vol. 11. No. 18. (Al-
’alâ Bulûgh Al-Marâm min Adillah
Syarî‟ah wa Al-Dirâsât Al-Islâmiyyah
Al-Ahkâm. ed. ‟Abd Al-‟Azîz ibn
1).
Ibrâhîm ibn Qasim. Riyadh: Dâr Al-
Imtiyâz. Qaththân, Mannâ‟ Al-. 1992. Mabâhits fî
’Ulûm Al-Hadîts. Kairo: Maktabah
Ibn Salâmah, Mushthafâ ibn Muhammad.
Wahbah.
1992. Al-Ta‘sîs fî Ushûl Al-Fiqh ’alâ
Dhau‘ Al-Kitâb wa Al-Sunnah. Râsikh, ‟Abd Al-Mannân Al-. 2004. Mu’jam
Bimit‟uqbah: Maktabah Khâlid ibn Mushthalah Al-Ahâdîts Al-
Al-Walîd. Nabawiyyah. Beirut: Dâr Ibn Hazm.
Jazrî, Majd Al-Dîn Abû Al-Sa‟âdât Al- Salafî, Muhammad Luqmân Al-. 1423 H.
Mubârak ibn Muhammad Al-. (t.t.). Tuhfah Al-Kirâm: Syarh Bulûgh Al-
Al-Nihâyah fî Gharîb Al-Hadîts wa Marâm. Mekkah: Dâr Al-Dâ‟î dan
Al-Atsar. ed. Mahmûd Muhammad Markaz Al-‟Allâmah ‟Abd Al-‟Azîz
Al-Thanâhî dan Thâhir Ahmad Al- ibn Bâz li Al-Dirâsât Al-Islâmiyyah
India.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Sibâ‟î, Mushthafâ Al-. 1978. Al-Sunnah wa Thahhân, Mahmûd Al-. 1996. Ushûl Al-
Makânatuhâ fî Al-Tasyrî’ Al-Islâmî. Takhrîj wa Dirâsah Al-Asânîd.
Beirut: Al-Maktab Al-Islâmî. Riyadh: Maktabah Al-Ma‟ârif.
Suparta, Munzier. 2010. Ilmu Hadis. ‟Utsaimîn, Muhammad ibn Shâlih Al-.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1995. Fath Dzî Al-Jalâl wa Al-Ikrâm
bi Syarh Bulûgh Al-Marâm: Kitâb Al-
Suyûthî, Jalâl Al-Dîn Al-. 1984. Asbâb
Thahârah. ed. Ahmad ibn
Wurûd Al-Hadîts (Al-Luma’ fî Asbâb
Muhammad ibn Hasan Al-Khalîl dan
Al-Hadîts). ed. Yahyâ Ismâ‟îl Ahmad.
Sâmî ibn Muhammad ibn Hasan Al-
Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‟Ilmiyyah.
Khalîl. Riyadh: Dâr Al-Muslim.
Syâkir, Ahmad Muhammad. 1994. Al-Bâ’its
‟Utsaimîn, Muhammad ibn Shâlih Al-.
Al-Hatsîts: Syarh Ikhtishâr ’Ulûm Al-
2006. Fath Dzî Al-Jalâl wa Al-Ikrâm
Hadîts li Al-Hâfizh Ibn Katsîr. ed.
bi Syarh Bulûgh Al-Marâm. ed.
Badî‟ Al-Sayyid Al-Lahhâm. Kuwait:
Shubhî ibn Muhammad Ramadhân
Jum‟iyyah Ihyâ„ Al-Turâts Al-Islâmî
dan Ummu Isrâ„ bint ‟Arafah
dan Maktabah Dâr Al-Salâm Riyadh.
Bayûmî. Kairo: Al-Maktabah Al-
Syarqâwî, Ahmad ibn Muhammad Al-. Islâmiyyah.
1427 H. Al-Wasîth fî Târîkh Al-
Zahrani, Muhammad Az-. 2011.
Tasyrî’ wa Al-Fiqh Al-Islâmî. Riyadh:
Ensiklopedi Kitab-Kitab Rujukan
Dâr Al-Shamai‟î.
Hadits: Lengkap dengan Biografi
Thahhân, Mahmûd Al-. 1987. Taisîr Ulama Hadits dan Sejarah
Mushthalah Al-Hadîts. Riyadh: Pembukuannya. Jakarta: Darul Haq.
Maktabah Al-Ma‟ârif.

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

LAMPIRAN
CONTOH APLIKATIF PENULISAN SYARH AHÂDÎTS AL-AHKÂM
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Berikut contoh aplikatif pembelajaran Syarh Ahâdîts Al-Ahkâm di perguruan tinggi
dalam bentuk penyusunan buku referensi/buku daras/modul, tentunya dengan catatan agar
contoh ini dikembangkan agak lebih luas lagi kajian dan pembahasannya.

BAB II
HUKUM AIR
A. Kesucian Air Laut (Thahûriyyah Mâ‘ Al-Bahr)
1. Teks Hadits dan Terjemahnya
‫ (( هى‬:‫ قال رسىل هللا صلى هللا عليه وسلم في البحز‬:‫عن أبي هزٍزة رض ي هللا عنه قال‬
.)) ‫الطهىر ماؤه والحل ميخحه‬
Dari Abû Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda: “Laut itu
airnya suci lagi menyucikan dan bangkainya pun halal hukumnya.”
2. Takhrîj Al-Hadîts
H.S.R. Ahmad, Abû Dâwud, Al-Nasâ„î, Al-Tirmidzî, Ibn Mâjah, Ibn Abî Syaibah,
Mâlik, dan Al-Syâfi‟î.
H.R. Mâlik Bâb Al-Thahûr Kitâb Al-Thahârah 1/22 No. 12; Al-Nasâ„î Kitâb Al-
Thahârah Bâb Mâ‘ Al-Bahr 1/50 No. 59; Al-Tirmidzî 1/100 No. 69; Abû Dâwud 1/64 No. 83;
dan Ibn Mâjah 1/136 No. 386, semuanya dalam Kitâb Al-Thahârah Bâb Mâ Jâ‘a fî Al-
Wudhû‘ bi Mâ‘ Al-Bahr.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad dalam Al-Musnad 2/237; Al-Hâkim 1/140; Al-
Dâruquthnî 1/36; Ibn Khuzaimah 1/58; Al-Baihaqî 1/3; Al-Baghawî 2/55; dan Ibn Abî
Syaibah 1/121, dinyatakan sebagai hadits shahih yang meyakinkan (hadits shahih tsabit).
Al-Tirmidzî berkata, “Aku bertanya kepada Muhammad tentang hadits Malik, maka ia
berkata, “Menurutku itu adalah hadits shahih.”.
Ibn ‟Abd Al-Barr berkata, “Menurutku itu adalah hadits shahih, karena para ulama telah
menerima dan mengamalkannya.”. Lihat Al-Tamhîd 1/286, dimana ia kemudian
menshahihkan hadits tersebut karena penerimaan para ulama. Dishahihkan pula oleh Al-
Baihaqî 1/3 dan Ibn Taimiyyah dalam Al-Fatâwâ 21/16 serta Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân
dalam kedua kitab Shahîhnya.34
3. Kosakata Hadits
Menyucikan, yaitu suci lagi ‫ أي ما ًحطهز به بمنعى املطهز‬،‫بفحح الطاء‬ ‫الطهىر‬
menyucikan (al-thâhir al-muthahhir)
Halal ‫ أي الحالل‬،‫بكسز الحاء وجشدًد الالم‬ ‫والحل‬

34
Lihat Muhammad ibn Shâlih Al-‟Utsaimîn. (1995). Fath Dzî Al-Jalâl wa Al-Ikrâm bi Syarh Bulûgh Al-
Marâm: Kitâb Al-Thahârah. ed. Ahmad ibn Muhammad ibn Hasan Al-Khalîl dan Sâmî ibn Muhammad ibn
Hasan Al-Khalîl. Riyadh: Dâr Al-Muslim. h. 44.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Bangkai binatang yang hanya hidup di ‫ما مات في البحز من دوابه مما ال ٌعيش إال‬ ‫ميخحه‬
laut, bukan bangkai semua binatang
‫ ال ما مات فيه مطلقا‬،‫فيه‬
Laut atau lautan (al-bahr) adalah antonim kata daratan (khilâf al-barr), yaitu dataran
luas lagi dalam yang terdiri dari air asin yang sangat banyak (al-masâhât al-syâsi’ah min al-
mâ‘ al-mâlih).
Suci (al-thahûr) adalah term yang digunakan untuk media air yang suci secara
substansialnya lagi dapat menyucikan bagi yang lainnya (ism li al-mâ‘ al-thâhir li dzâtihi wa
al-muthahhir li ghairihi).
Air laut (mâ‘ al-bahr) adalah air yang mengandung garam dan kadar materi tambang
lainnyadan bahkan mengandung penghantar listrik yang besar.
Kehalalan (al-hill) adalah antonim dari kata haram (harâm), maksudnya halal (al-halâl).
Kata bangkainya (maitatuhu) maksudnya adalah bangkai semua hewan yang mati di
dalamnya, yang tidak bisa hidup kecuali di laut, bukan binatang semua yang mati di laut.

4. Perawi Hadits
Abû Hurairah adalah nama keluarga (kunyah, family) dari sahabat mulia yang bernama
‟Abd Allah atau ‟Abd Al-Rahmân ibn Shakhr Al-Dausî. Beliau masuk Islam pada saat perang
Khaibar berkecamuk, meninggal di Madinah pada tahun 59 H. dan dikuburkan di pemakaman
Baqi‟.
Beliau merupakan sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits karena beliau
sangat perhatian dalam mempelajari hadits dan fokus dalam menghafalnya serta mendapatkan
keberkahan dari doa Rasulullah S.A.W. terhadapnya.
5. Asbâb Wurûd Al-Hadîts
Ahmad, Al-Hâkim, dan Al-Baihaqî meriwayatkan dari Abû Hurairah bahwa beliau
berkata, “Pada suatu hari kami sedang bersama Rasulullah S.A.W. untuk menangkap ikan di
laut. Kemudian datang seorang nelayan seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami
pernah pergi ke laut untuk menangkap ikan. Salah seorang di antara kami membawa kantong
air, dan dia berharap bisa menangkap ikan secepatnya. Mungkin saja dia mendapatkannya dan
mungkin juga tidak mendapatkan tangkapannya hingga sampailah di suatu tempat di laut,
yang dia belum pernah terpikir dapat dicapainya. Ada kemungkinan kemudian dia bermimpi
atau berwudhu; maka apabila dia mandi atau wudhu dengan air ini, maka salah seorang di
antara kami akan mati karena kehausan. Jika demikian, bagaimanakah pendapatmu tentang air
laut?”. Maka Rasulullah S.A.W. bersabda:

.)) ‫ فإهه الطهىر ماؤه والحل ميخحه‬،‫(( اغخسلىا منه وثىضئىا‬


“Mandi dan berwudhulah kalian dengannya (air laut tersebut). Laut itu airnya suci
lagi menyucikan dan bangkainya pun halal hukumnya.”35

35
Jalâl Al-Dîn Al-Suyûthî. (1984). Asbâb Wurûd Al-Hadîts (Al-Luma’ fî Asbâb Al-Hadîts). ed. Yahyâ
Ismâ‟îl Ahmad. Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‟Ilmiyyah. h. 75.

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

6. Interpretasi (Syarh) Hadits


Hadits tentang kesucian air laut (thahûriyyah mâ‘ al-bahr) ini adalah hadits yang sangat
penting bagi fondasi hukum Islam.
Al-Syâfi‟î berkata:

.) ‫( هذا الحدًث هصف علم الطهارة‬


“Hadits ini merupakan separuh ilmu tentang hukum bersuci.”.
Sedangkan Ibnul Mulaqqin berkata:

‫ وقىاعد‬،‫ مشحمل على أحكام كثيرة‬،‫ وأصل من أصىل الطهارة‬،‫( هذا الحدًث حدًث عظيم‬
.) ‫مهمة‬
“Hadits ini adalah hadits yang sangat agung dan salah satu fondasi utama dalam bersuci
yang mencakup banyak hukum dan kaidah beragama yang penting.”.
“Laut itu airnya suci lagi menyucikan....”, ini mengindikasikan tentang kesucian air laut
(thahûriyyah mâ‘ al-bahr), baik secara substansinya (dzat) maupun juga sifatnya yang dapat
menyucikan bagi yang lainnya. Ketentuan hukum ini telah menjadi konsensus (ijma’) para
ulama. Dari sini dapat dinyatakan bahwa air laut dapat menghilangkan hadats besar dan kecil
serta menghilangkan najis yang muncul atau mengenai pada bagian yang suci, seperti pada
badan, pakaian, suatu tempat atau ruangan tertentu atau lainnya. Namun kesucian air laut ini
tidak berarti menafikan kesucian media lainnya, seperti air sumur, air hujan, dan media
bersuci lainnya.
“....dan bangkainya pun halal hukumnya.”, ini memberikan indikasi tentang kehalalan
bangkai binatang laut, yaitu binatang-binatang yang hanya hidup di laut secara khusus, tidak
dimaksudkan untuk semua bangkai binatang secara general.
Mengenai bangkai binatang laut ini, terdapat perbedaan pendapat para ulama. Berikut
kisaran pendapatnya:
Imam Abû Hanifah berpendapat bahwa seluruh jenis ikan laut (al-samak bi jamî’ihi)
halal hukumnya, namun yang selainnya dianggap tidak halal alias haram, yaitu hewan laut
yang menyerupai hewan daratan (’alâ shûrah hayawân al-barr) seperti anjing (kalb), babi
(khinzîr), ular (tsu’bân), dan lain sebagainya.
Menurut pendapat yang populer dalam madzhab Imam Ahmad, dinyatakan kebolehan
memakan seluruh jenis hewan laut kecuali katak (dhafadi’), ular (hayyah), dan buaya
(timsâh). Katak dan ular termasuk jenis hewan yang menjijikkan (mustakhbatsât). Sedangkan
buaya adalah binatang bertaring dan buas yang memangsa hewan lainnya (dzû nâb yaftarisu
bihi).
Adapun dua madzhab lainnya, maka Imam Mâlik dan Imam Al-Syâfi‟î membolehkan
seluruh varian dan jenis hewan laut tanpa pengecualian sedikitpun (ibâhah jamî’ hayawân al-
bahr bi lâ istitsnâ‘). Keduanya berdalil dengan firman Allah S.W.T. dalam Surat Al-Mâ„idah
Ayat 96 berikut:
....ِ‫أُحِلَّ َلكُمۡ صَيۡدُ ٱلۡ َبحۡر‬
“Dihalalkan bagi kalian binatang buruan dari laut.”.

Konstruk Syarah Hadits Ahkam … | 22


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Juga berdasarkan sabda Rasulullah S.A.W. berikut:

.)) ‫ الجزاد والحىت‬:‫(( أحلد لنا ميخحان‬


“Dihalalkan bagi kami dua bangkai, yaitu belalang dan ikan.”. (H.R. Ahmad dan
Ibn Mâjah)
Pendapat terakhir ini, yaitu pendapat Imam Mâlik dan Imam Al-Syâfi‟î adalah pendapat
yang lebih tepat (al-arjah).
7. Kesimpulan Hukum
a. Hukum air laut adalah suci secara substansinya (dzat) dan juga dapat menyucikan
bagi yang lainnya (mâ‘ al-bahr thâhir li dzâtihi wa muthahhir li ghairihi).
b. Kebolehan memakan bangkai hewan laut yang hanya hidup di lautan (jawâz akl al-
hayâwanât al-bahriyyah al-maitah).
c. Ketika menjawab pertanyaan yang diajukan, seorang mufti atau pihak yang
kompeten menjawabnya, boleh memberikan tambahan fatwa, terutama jika pihak
penanya tidak mengetahui realitas hukum yang ditanyakan dan bahkan sangat
membutuhkannya (al-ziyâdah fî al-fatwâ ’alâ su‘âl al-sâ‘il, idzâ zhanna al-muftî
anna al-sâ‘il qad yajhalu hâdzâ al-hukm, wa huwa qad yahtâju ilaihi).
B. Tema Hadits 2
C. Tema Hadits 3
D. Tema Hadits 4
E. Tema Hadits 5

22 | Konstruk Syarah Hadits Ahkam …

Вам также может понравиться