Вы находитесь на странице: 1из 11

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.

3 Oktober 2016

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


OUTCOME PASIEN CEDERA KEPALA DI IGD RSUD Prof. Dr.
MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO

Putra Agina Widyaswara S1, Titin Andri Wihastuti2, Mukhamad Fathoni3


1Program Studi Magister Keperawatan niversitas Brawijaya
2,3 Staf Pengajar Magister Keperawatan Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Trauma is one of the biggest causes of death in the world.
Thousands of people died from trauma each years. Many trauma occur in
developing countries or countries with low incomes. The survey carried
out showed 90% of trauma occur in developing countries. Outcome head
injury patients determined from the initial condition when the patient
entered in the ER (Emergency Room). Analysis of the patient's condition
will determine the appropriate nursing actions that affect patient
outcome. The purpose of this study was to analyze factors associated
with outcome head injury patients in ER Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto Hospital. This study is a prospective with observational
analytic design. The sample in this study amounted to 56 people.
The results of Spearman and coefficient contingency indicates that
there is a relationship between initial GCS score (p = 0.000) and systolic
blood pressure (p = 0.000)with a outcomes of head injury patient. There
is no correlation between age (p = 0.478)respiratory rate (p = 0.956) and
pulse (.318) with a outcomes of head injury patient. Analysis of logistic
regression shows that systolic blood pressure (RR = 6.768) is the
dominant factor associated with outcomes of head injury patient.
Therefore, the need to improve the management hemodynamic of the
patient's, especially blood pressure to prevent bad outcomes.

Keywords: outcome, head injury, Emergency Room

PENDAHULUAN kepala (Salim, 2015). Tingginya


Kasus trauma merupakan tingkat mobilitas dan kurangnya
salah satu penyebab kematian kesadaran untuk menjaga
terbesar di dunia. Ribuan orang keselamatan menjadi penyebab
meninggal karena trauma tiap banyaknya cedera tersebut
tahunnya. Kasus trauma banyak terjadi. Setiap tahun, lebih dari 2
terjadi di negara berkembang juta orang mengalami cedera
dan atau negara dengan kepala, 75.000 diantaranya
pendapatan rendah. Survei yang meninggal dan lebih dari
dilakukan menunjukkan sebesar 100.000 orang selamat dengan
90% trauma terjadi di negara disabilitas atau kecacatan
berkembang. Kematian akibat (Saadat & Soori, 2010).
kecelakaan lalu lintas Cedera kepala
diperkirakan meningkat 83% di menimbulkan kelainan
negara berkembang pada tahun struktural dan atau fungsional
2000-2020, dan kasus yang pada jaringan otak, bahkan
paling banyak adalah cedera dapat mengganggu kesadaran

154
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

serta menimbulkan kerusakan cedera kepala terhindar dari


kemampuan kognitif dan fisik. disabilitas (Anbesaw et al, 2008).
Pusat Pengendalian Penyakit Perkiraan outcome setelah
atau The Centers for Disease terjadinya cedera kepala
Control and Prevention (CDC), merupakan suatu masalah yang
memperkirakan 1,7 juta orang sangat penting untuk
dengan cedera kepala, sebanyak menentukan efek jangka panjang
52.000 meninggal, 275.000 paska cedera 3 bulan sampai
dirawat di rumah sakit dan dengan 6 bulan. Evaluasi
1.365.000 (hampir 80%) dalam outcome fungsional setelah
keadaan darurat serta dirawat di keluar dari rumah sakit pada
Instalasi Gawat Darurat atau pasien cedera kepala menjadi
IGD (Marx, Hockbergem & Walls, bagian penting dalam suatu
2014). program rehabilitasi. Evaluasi
Kasus cedera kepala juga menjadi langkah terbaik
menjadi kasus cedera yang untuk mengukur keefektifan
paling beresiko menyebabkan pengobatan dan harus
kematian dan kecacatan sebanding dengan biaya yang
permanen pada pasien. Data telah dikeluarkan (Thais et al,
World Health Organization (WHO) 2014).Pelayanan keperawatan di
tentang cedera kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD)
menunjukkan 40-50% merupakan tahap awal proses
mengalami kecacatan permanen keperawatan yang diberikan oleh
atau disabilitas. Oleh karena itu, perawat kepada pasien yang
seseorang yang datang ke rumah masuk dengan kondisi yang
sakit dengan cedera kepala dialami, yang mengancam
membutuhkan penanganan yang kehidupan dan terjadi secara
cepat dan tepat agar pasien mendadak serta tidak dapat
terhindar dari kecacatan dan dikendalikan. Seorang perawat
kematian (Qureshi et al, memiliki tanggungjawab untuk
2013).Angka kejadian kecacatan menetapkan diagnosis
atau disabilitas sebagai outcome keperawatan dan manajemen
pada pasien cedera kepala di respon pasien dan keluarga
Amerika mencapai 5,3 juta terhadap kondisi kesehatan yang
orang. Outcome merupakan sedang dialami. Perawat harus
keadaan pasien paska cedera memiliki kemampuan,
setelah mendapatkan ketrampilan, teknik dan ilmu
penanganan medis di rumah pengetahuan yang tinggi dalam
sakit. Disabilitas yang terjadi memberikan pertolongan
yaitu 1 tahun setelah cedera. kegawatdaruratan kepada
Disabilitas yang terjadi di pasien. Hasil akhir dari semua
Amerika Serikat merupakan tindakan yang dilakukan oleh
masalah kesehatan masyarakat perawat tersebut adalah agar
yang signifikan. Insiden ini pasien selamat dan mampu
menunjukkan kebutuhan untuk beraktifitas kembali seperti
perawatan dan pelayanan biasa.
rehabilitatif yang komprehensif Proses evaluasi dilakukan
untuk memaksimalkan pasien secara bertahap, mulai dari
pasien keluar dari IGD, pasien

155
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

masuk ruang perawatan, dan prospektif dengan desain analitik


pasien dinyatakan boleh pulang observasional. Pada penelitian
yang dilanjutkan perawatan di ini mengidentifikasi terlebih
rumah, kurang lebih 3-6 bulan dahulu kausa atau faktor resiko
atau 1 tahun. Identifikasi pasien yaitu faktor usia, skor awal GCS,
keluar dari IGD bisa digunakan tekanan darah sistolik, frekuensi
sebagai indikator awal dalam pernafasan dan nadi yang
menentukan outcome pasien berhubungan dengan outcome
untuk jangka panjang, terutama pasien cedera kepala di Instalasi
pada kasus neurologi seperti Gawat Darurat (IGD).
cedera kepala. Data outcome Penelitian ini dilakukan di
pasien cedera kepala bisa ruang IGD RSUD Prof. Dr.
menjadi dasar atau acuan oleh Margono Soekardjo Purwokerto
perawat untuk menilai kondisi mulai tanggal 15 Mei sampai
kesehatan pasien cedera kepala dengan 15 Juni tahun 2016.
pada saat itu, kemudian Instrumen yang digunakan pada
menentukan jenis tindakan yang penelitian ini adalah lembar
tepat dan cepat, sehingga pasien observasi karakteristik
bisa kembali dalam kondisi responden, usia, skor awal GCS,
sehat dan meningkatkan tekanan darah sistolik, frekuensi
kualitas hidupnya. pernafasan dan nadi pasien
Berdasarkan data pasien di cedera kepala di IGD.
IGD RSUD Prof. Dr. Margono Sedangkan, outcome pasien
Soekardjo Puwokerto pada tahun cedera kepala diukur
2015, terdapat 972 kasus cedera menggunakan lembar observasi
kepala, dimana rata-rata per Glasgow Outcome Scale atau
bulan terdapat 81 kasus. Pada GOS.
bulan Januari 2016 tercatat Analisa data yang digunakan
jumlah pasien 89 orang, yang adalah analisis uji bivariat
mengalami kematian sebesar menggunakan spearman untuk
20,2% (18 orang), memiliki mengetahui hubungan antara
outcome buruk, yaitu usia, skor awal GCS, frekuensi
memerlukan bantuan dalam pernafasan dan nadi dengan
setiap aktifitas sebesar 37,1% outcome pasien cedera kepala
(33 orang) dan sisanya 41,5% (38 dan uji koefisien kontingensi
orang) mampu beraktifitas untuk mengetahui hubungan
seperti biasa. antara tekanan darah sistolik
terhadap outcome pasien cedera
METODE PNELITIAN kepala. Uji multivariat
Penelitian ini merupakan menggunakan regresi logistik.
penelitian kuantitatif rancangan

156
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

HASIL DAN BAHASAN


Tabel 1.Hasil Uji Bivariat Faktor-faktor yang berhubungan dengan
Outcome Pasien Cedera Kepala di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Purwokerto
Outcome pasien cedera kepala
Variabel Independen
r p value
Umur 0,097 0,478
Skor Awal GCS 0,625 0,000
Penyebab Cedera 0,257 0,265
Gambaran CT-Scan kepala 0,135 0,321
Tekanan Darah Sistolik 0,759 0,000
Suhu -0,363 0,004
Nadi 0,136 0,318
Berdasarkan tabel diatas, yaitu semakin tinggi nilai
faktor yang memiliki hubungan tekanan darah sistolik, semakin
dengan outcome adalah skor baik outcome pasien cedera
awal GCS (p=0,000), korelasi kepala dan suhu (p=0,004),
kuat (r=0,625) dengan arah korelasi lemah dengan arah
positif yaitu semakin tinggi nilai negatif, yaitu semakin rendah
GCS maka semakin baik outcome suhu pasien atau kurang dari
pasien, tekanan darah sistolik 37,5oC maka semakin baik
(p=0,000), korelasi kuat outcome pasien.
(r=0,759) dengan arah positif

Tabel 2.Hasil Uji Regresi Logistik


IK 95%
koefisien p RR
Min Maks
TDS 1,912 0,048 6,768 1,014 45,18
Konstanta -0,677 0,324 0,508
Berdasarkan tabel diatas, kepala lebih banyak terjadi pada
tekanan darah sistolik mereka dengan usia 0-44 tahun
merupakan faktor dominan yang atau usia produktif dan lebih
memiliki hubungan dengan banyak pada usia 18-40 tahun,
outcome pasien cedera kepala dimana pada usia tersebut
(RR=6,768). seseorang memiliki kemampuan
1. Hubungan Usia terhadap yang maksimal untuk
Outcome Pasien Cedera beraktifitas sehingga
Kepala menyebabkan tingkat mobilitas
Hasil penelitian didapatkan yang tinggi pula, baik dalam
bahwa usia tidak memiliki pekerjaan maupun aktifitas lain.
hubungan yang signifikan Selain itu, jumlah sampel juga
dengan outcome pasien cedera menjadi faktor yang
kepala. Rata-rata usia pasien menyebabkan perbedaan pada
cedera kepala adalah mereka hasil penelitian. Penelitian yang
yang masih dalam usia produktif dilakukan oleh Coronado et al
yaitu 18-40 tahun. Hal ini sesuai (2011), menggunakan 53.014
dengan penelitian yang kasus cedera kepala selama 10
dilakukan oleh Coronado et al tahun, dengan tingkat kematian
(2011), bahwa pasien cedera menurun secara signifikan pada

157
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

rentang usia 0-44 tahun dan 2. Hubungan Skor Awal GCS


meningkat pada usia > 75 tahun. terhadap Outcome Pasien
Sebagian besar cedera kepala Cedera Kepala
karena kecelakaan. Hasil penelitian didapatkan
Menurut Ryan (2009), juga bahwa skor awal GCS memiliki
menjelaskan bahwa rerata hubungan yang signifikan
kejadian cedera kepala dengan outcome pasien cedera
terbanyak pada rentang usia 15- kepala. Hal ini dapat dilihat dari
24 tahun dibanding dengan nilai p value = 0,000 dan
rentang usia umur yang lain, koefisien korelasi = 0,625 yang
kejadian cedera kepala dialami berarti bahwa skor awal GCS
paling tinggi adalah usia 65 berhubungan dengan outcome
tahun. Hasil penelitian ini paling pasien cedera kepala dengan
banyak dialami oleh usia 18-45 kekuatan hubungan kuat.
tahun dengan usia, dengan usia Skor GCS merupakan tolak
palin tinggi 70 tahun dan paling ukur kondisi klinis pasien cedera
rendah 18 tahun. kepala yang diperiksa pada
Penelitian lain juga pasien diawal cedera. Tingkat
menjelaskan bahwa usia kesadaran atau skor GCS ini
berbanding terbalik dengan memiliki pengaruh yang kuat
outcome pasien cedera kepala, terhadap kesempatan hidup dan
dimana semakin besar usia penyembuhan pada pasien
pasien atau lebih dari 65 tahun, cedera kepala. Skor GCS awal
maka outcome pasien cedera yang rendah pada awal cedera
kepala semakin rendah atau akan memiliki outcome yang
buruk. usia pasien lebih dari 65 buruk (Okasha et al, 2014).
tahun masuk dalam kategori Berdasarkan hasil penelitian
lansia, dimana pada usia yang dilakukan, didapatkan
tersebut terjadi penurunan sebagian besar pasien cedera
fungsi neurologis dan lebih besar kepala memiliki skor GCS awal
mengalami disabilitas daripada kurang dari 10, yaitu sebanyak
mereka yang berusia dibawah 65 32 pasien (57,1%). Hal ini sesuai
tahun (Marquez et al, 2008; dengan penelitian yang
Lingsma et al, 2014). dilakukan oleh Lingsma et al
Banyak faktor yang (2014), bahwa nilai GCS kurang
mempengaruhi outcome pasien dari 11 dalam waktu 24 jam
cedera kepala. Pada subjek memiliki outcome yang buruk.
penelitian, sebagian besar pasien Selain itu, dijelaskan juga bahwa
cedera kepala terjadi pada outcome secara progresif akan
mereka yang memiliki usia 18-40 menurun jika skor GCS awal
tahun, yaitu mencapai 58,9% sudah rendah. Penilaian skor
atau sebesar 33 responden dari GCS awal pada pasien dalam
total 56 responden. Hasil kurun waktu 3-6 bulan juga
tersebut tentu sangat menunjukkan outcome yang
berpengaruh terhadap nilai buruk.
statistik terhadap outcome Menurut Maas, Engel, dan
pasien cedera kepala. Lingsma (2011), menyebutkan
beberapa penelitian yang ada
menunjukkan hubungan antara

158
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

skor lebih rendah pada GCS dan Hasil penelitian didapatkan


outcome yang lebih buruk. bahwa tekanan darah sistolik
Pasien dengan luka yang parah memiliki hubungan yang
pada bagian kepala, komponen signifikan dengan outcome
motorik pada GCS memiliki nilai pasien cedera kepala. Hal ini
prediktif terbesar karena respon dapat dilihat dari nilai p value =
mata dan verbal umumnya tidak 0,000 dan koefisien korelasi =
ada pada pasien. Skor GCS pada 0,759 yang berarti bahwa
penelitian ini menggunakan tekanan darah sistolik
skala interval, dengan nilai berhubungan dengan outcome
tengah 10, kemudian nilai pasien cedera kepala dengan
minimum skor GCS adalah 6 kekuatan hubungan kuat.
dan nilai maksimum GCS adalah Cedera kepala menyebabkan
15. perubahan sistemik pada pasien.
Penelitian lain yang Perubahan sistemik yang sering
mendukung hasil penelitian terjadi adalah hipotensi, yaitu
yaitu penelitian yang dilakukan tekanan darah sistolik pasien <
oleh Joseph et al (2015), tentang 90 mmHg. Pasien yang
kondisi pasien cedera kepala mengalami hipotensi biasanya
dengan patah tulang tengkorak. disebabkan karena kehilangan
Kondisi tersebut dijelaskan darah, sebagian mungkin karena
memiliki potensi sepuluh kali cedera sistemik, sebagian lagi
untuk mengalami defisit karena cedera langsung pada
neurologi dan akan semakin pusat refleks kardiovaskuler di
buruk, yang bisa dinilai dengan medula oblongata. Pasien
menggunakan GCS. Oleh karena dengan hipotensi yang dirawat
itu, GCS merupakan skala yang selama 24 jam memiliki tingkat
penting untuk menilai tingkat mortalitas 45% daripada mereka
kesadaran, status klinis dan yang tidak mengalami hipotensi.
prognosis pasien cedera kepala Hipotensi yang ditemukan pada
Pada penelitian ini hanya awal cedera sampai selama
melakukan satu kali perawatan merupakan faktor
pengukuran GCS yaitu ketika utama yang menentukan
pasien cedera kepala datang dan outcome pasien pada cedera
masuk ke ruang IGD. Penelitian kepala (Berry et al, 2012; Fuller
ini berbeda dengan penelitian et al, 2014).
yang dilakukan oleh Setterval, Selain itu, penelitian yang
Souza dan Silva (2011), yang dilakukan di Karl
menilai skor GCS sebanyak tiga BremerHospital, Universitas
kali selama 72 jam paska cedera. Cape Town, menggunakan
Hasil temuan penelitian sama, desain kohort retrospektif
dengan signifikansi (p<0,05) terhadap 29.935 kasus cedera
yaitu GCS memiliki hubungan kepala pada tahun 1996-2006,
dengan outcome pasien cedera menyatakan bahwa tekanan
kepala. darah merupakan prediktor yang
3. Hubungan Tekanan Darah baik untuk berhubungan dengan
Sistolik terhadap Outcome outcome pasien cedera kepala
Pasien Cedera Kepala (Bruijns et al, 2014).

159
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

Berdasarkan hasil penelitian outcome pasien cedera kepala.


didapatkan tekanan darah Penelitian ini dilakukan
sistolik pada pasien kurang dari terhadap 29.935 kasus cedera
90 mmHg sebanyak 36 pasien kepala pada tahun 1996-2006.
(64,3%). Hal ini sesuai dengan Pada penelitian ini, frekuensi
penelitian yang dilakukan oleh pernafasan tidak memiliki
Fuller et al (2014), dimana hubungan yang bermakna
ketidakstabilan hemodinamik terhadap outcome pasien cedera
merupakan hal yang umum kepala, dibuktikan dengan hasil
terjadi pada pasien cedera statistik nilai p>0,05. Beberapa
kepala, terutama mereka dengan studi klinis dan eksperimental
kondisi yang parah. Tekanan menunjukkan bahwa proses
darah sistolik < 90 mmHg terjadinya penurunan saturasi
merupakan efek sekunder dari oksigen dan perfusi jaringan
cedera otak, dan dilaporkan otak membutuhkan waktu 12-24
sebanyak 73% dari total 67 jam. Waktu tersebut merupakan
kasus memiliki outcome buruk. kompensasi tubuh terhadap
Hasil penelitian ini menjelaskan komplikasi yang ditimbulkan
bahwa tekanan darah sistolik seperti cedera paru yang
adalah variabel kontinyu dan mempunyai efek juga terhadap
bisa digunakan sebagai prediktor saturasi oksigen dan frekuensi
dalam melakukan tatalaksana pernafasan pada pasien.
pasien cedera kepala. Selain itu, klasifikasi dalam
4. Hubungan Frekuensi menentukan outcome cedera
Pernafasanterhadap kepala juga didasarkan pada
Outcome Pasien Cedera skor GOS. Skor GOS 1-3
Kepala dikatakan memiliki outcome
Hasil penelitian didapatkan buruk, dan skor GOS 4-5
bahwa frekuensi memiliki outcome baik. Pada
pernafasantidak memiliki hasil penelitian yang dilakukan
hubungan yang signifikan oleh Bruijns et al (2014), yang
dengan outcome pasien cedera menjelaskan bahwa frekuensi
kepala. Hal ini dapat dilihat dari pernafasan merupakan prediktor
nilai p value = 0,956 dan yang baik untuk outcome pasien
koefisien korelasi = 0,008 yang adalah outcome yang buruk,
berarti bahwa frekuensi dimana kondisi pasien
pernafasan tidak berhubungan meninggal atau setara dengan
dengan outcome pasien cedera skor GOS 1.
kepala dengan kekuatan 5. Hubungan Nadi terhadap
hubungan sangat lemah. Outcome Pasien Cedera
Frekuensi pernafasan Kepala
merupakan salah satu indikator Hasil penelitian didapatkan
yang bisa digunakan untuk bahwa nadi tidak memiliki
outcome pasien cedera kepala. hubungan yang signifikan
Pada penelitian yang dilakukan dengan outcome pasien cedera
oleh Bruijns et al (2014), kepala. Hal ini dapat dilihat dari
menjelaskan bahwa frekuensi nilai p value = 0,318 dan
pernafasan merupakan prediktor koefisien korelasi = 0,136 yang
yang baik untuk mengetahui berarti bahwa nadi tidak

160
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

berhubungan dengan outcome ketika pasien berada di ruang


pasien cedera kepala dengan IGD. Kemampuan sel pada
kekuatan hubungan sangat manusia pada usia produktif
lemah. lebih mudah mengalami
Nadi pada pasien cedera pemulihan atau perbaikan dan
kepala diklaim bisa digunakan pembentukan sel baru. Sistem
sebagai prediktor dalam hormonal yang stabil pada usia
menentukan kondisi pasien. produktif juga turut berperan
Nadi lebih dari 130 kali per dalam hal ini (Yu et al, 2010).
menit memiliki potenso outcome Oleh karena itu, lebih dari
yang buruk. Hal ini terjadi separuh pasien dapat bertahan
karena cedera kepala hidup dan memiliki outcome baik
mengganggu pusat autoregulasi saat keluar dari IGD.
pada otak dan pusat sistem 6. Faktor Paling dominan
kardiovaskuler di batang otak, terhadap Outcome Pasien
sehingga mekanisme pengaturan Cedera Kepala
cardiac output terganggu. Hasil Hasil penelitian didapatkan
ini akan berbeda pada pasien bahwa variabel independen yang
yang berusia lebih dari 65 berhubungan dengan outcome
tahun, dimana semua sistem pasien cedera kepala adalah skor
didalam tubuh mengalami GCS awal, tekanan darah
penurunan. Pasien yang berusia sistolik dan suhu. Sedangkan
lebih dari 65 tahun memiliki faktor paling dominan dari ketiga
outcome yang buruk ketika nadi variabel tersebut setelah melalui
lebih dari 90 kali per menit uji analisis regresi logistik
(Bonne & Schuerer, 2013; adalah tekanan darah sistolik.
Steyeberg et al, 2008). Beberapa penelitian
Jika ditinjau dari hasil menjelaskan komponen tekanan
penelitian dan teori hasil darah sistolik bisa digunakan
penelitian sebelumnya, nadi untuk memprediksi kondisi
memang terbukti berhubungan pasien cedera kepala. Menurut
dengan outcome pasien cedera Girianto, Hidajat, dan Fathoni
kepala. Namun, hal ini tentu (2014), bahwa pengukuran
perlu dilihat dari faktor lain baik tekanan darah menjadi salah
internal maupun eksternal satu intervensi yang dilakukan
pasien. Faktor usia misalnya, oleh perawat di ruang IGD.
dimana usia memiliki kontribusi penelitian lebih lanjut sedang
terhadap outcome pasien. dilakukan untuk menjadi
Berdasarkan hasil penelitian evidence based practice dalam
yang dilakukan, sebagian besar keperawatan. Pada cedera kepala
responden atau pasien cedera yang parah, nilai tekanan darah
kepala berada pada usia sistolik cenderung menurun
produktif yaitu 18-40 tahun karena mekanisme kompensasi
(58,9%), dimana kondisi sistemik tubuh manusia ketika terjadi
tubuh pada fungsinya masih peningkatan tekanan intra
optimal. kranial.
Selain itu, penelitian ini Penelitian lain yang
hanya melakukan observasi dilakukan oleh Haddad dan
kurang lebih selama 6 jam yaitu Arabi (2012), menjelaskan bahwa

161
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

cedera kepala merupakan


masalah kesehatan dan sosial SIMPULAN
ekonomi utama, dan merupakan Ada hubungan antara skor
penyebab kematian. Manajemen awal GCS dan tekanan darah
perawatan kritis mengacu sistolik pasien terhadap outcome
kepada Brain Trauma pasien cedera kepala. Sedangkan
Foundation, dimana kondisi usia, frekuensi pernafasan dan
pasien cedera kepala dapat nadi tidak memiliki hubungan
dilihat dari manifestasi klinis terhadap outcome pasien cedera
yang ditunjukkan. Salah satu kepala. Tekanan darah sistolik
yang menjadi tolak ukur dalam merupakan faktor dominan yang
menentukan tindakan perawatan memiliki hubungan terhadap
adalah keadaan hipotensi atau outcome pasien cedera kepala.
tekanan darah sistolik yang
kurang dari 90 mmHg pada DAFTAR PUSTAKA
pasien cedera kepala. Anbesaw, S. , Eduard, Z., Jean,
Manajemen penatalaksanaan L., Ted, M., Paul, J., &
cedera kepala mencakup Claudia, S. (2008).
multimodel yang melibatkan Incidence of Long-term
hemodinamik, pernafasan, disability following
manajemen cairan dan terapi traumatic brain injury
lain yang dilakukan untuk hospitalization, United
mencegah terjadinya efek States, 2003. Journal of
sekunder dari cedera kepala. Head Trauma Rehabilitaion,
Outcome pasien cedera 23(2).
kepala tentu saja dipengaruhi Bendinelli, C., Bivard, A.,
oleh banyak hal. Namun, hasil Nebauer, S., & Parsons, M.
penelitian ini bisa digunakan (2013). Brain CT perfusion
untuk memperkirakan provides additional useful
kemungkinan pasien terhadap information in severe
kondisi pasien setelah terjadi traumatic brain injury.
cedera sejak pemeriksaan awal Injury, 44, 1208-1212
di IGD. Harapan peneliti, ada Berry, C., Ley, E., Bukur, M.,
sebuah instrumen sederhana Malinoski, D., Margulies,
untuk memprediksi outcome D., Mirocha, J., & Salim, A.
pasien cedera kepala dapat (2012). Redefining
membantu meningkatkan mutu hypotension in traumatic
asuhan keperawatan pada brain injury. Injury 43,
pasien dan keluarga, karena 1833-1837.
hampir seluruh pasien cedera Bonne, S., & Schuerer, D.
kepala memiliki resiko outcome (2013). Trauma in the Older
yang buruk dan membutuhkan Adult: Epidemiology and
penanganan dengan cepat dan Evolving Geriatric Trauma
tepat. Nilai tekanan darah Principles. Clin Geriatric
sistolik pada pasien cedera Med, 29, 137-150
kepala diawal pemeriksaan bisa Bruijns, S., Guly, H., Bouamra,
menjadi tolak ukur untuk O., Lecky, F., & Wallis, L.
menentuk kondisi pasien (2014). The value of the
beberapa jam berikutnya. difference between ED and

162
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

prehospital vital signs in really mild? Brain Injury,


predicting outcome in 29(1), 5
trauma. Emergency Kilpatrick, M., Lowry, D., Firlik,
Medicine, 31, 579-582 A., Yonas, H., Marlon,
D.(2010). Hyperthermia in
Coronado, V., Xu, L., the neurosurgical intensive
Basavaraju, S., McGuire, care unit. Neurosurgery, 47;
L., Wald, M., Faul, M., . . . 850
Hemphill, J. (2011). Lingsma, H., Rozzenbeek, B.,
Surveillance for Traumatic Steyerberg, E., Murray, G.,
Brain Injury--Related & Maas, A. (2014). Early
Deaths --- United States, prognosis in traumatic
1997--2007. Centers for brain injury: from
Disease Control and prophecies to predictions.
Prevention, 60, 1-32 Lancet Neurol, 9, 543
Girianto, P., Hidajat, M., & Lunn, K., & Childs, C.(2010). A
Fathoni, M. (2015). systematic review of
Tekanan rerata arteri, differences between body
respon pupil, dan frekuensi temperature and core body
pernafasan sebagai temperature in adult
prediktor mortalitas pasien patient with severe trauma
cedera otak berat di IGD brain injury. Emergency
RSUD Dr. Iskak Medicine, 14 (3), 154
Tulungagung. Malang; Maas, A., Engel., B., & Lingsma,
Universitas Brawijaya, p 89 H.(2011). Prognostic after
Fuller, G., Hasler, R., Mealing, trauma brain injury.
N., Lawrence, T., Woodford, Humans Neurological
M., Juni, P., & Lecky, F. Surgery, sixth edition,
(2014). The association chapter 340, 3497
between admission Marquez, C., Hart, T., Hammond,
systolic blood pressure B., Frol, A., Hudak, A.,
and mortality in Harper, C., . . . Diaz-
significant traumatic brain Arrastia, R. (2008). Impact
injury: A multi-centre of age on Long-Term
cohort study. Injury 45, 7 recovery from traumatic
Haddad, S., & Arabi, Y. (2012). brain injury. Archives of
Critical care management of Physical Medicine and
severe traumatic brain Rehabilitation, 89(5), 896-
injury in adults. TRauma , 903
resuscitation, and Marx, J., Hockbergerm, R. , &
emergency medicine, 20(12), Walls, R. (2014). Rosen’s
1-15 Emergency Medicine;
Joseph, B., Pandit, V., Aziz, H., Concepts and Clinical
Kulvatunyou, N., Zangbar, Practie. Philadelphia:
B., Green, D., . . . Rhee, P. Elsevier Saunders.
(2015). Mild traumatic Okasha, A., Fayed, A., & Saleh,
brain injury defined by A. (2014). The FOUR Score
Glasgow Coma Scale: Is it Predicts Mortality,
Endotracheal Intubation

163
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No.3 Oktober 2016

and ICU Length of Stay after traumatic brain


After Traumatic Brain injury: development and
Injury. Neurocritical Care, international validation of
21(3), 8 prognostic scores based on
Qureshi, J., Ohm, R., Rajala, H., admission characteristics.
Mabedi, C., Sadr-Azodi, O., PLOS Medicine, 5(8), 1251
Andren-Sandberg, A., & Stocchetti, N., Rossi, S., Zainer,
Charles, A. (2013). Head E., Colombo A., Beretta, L.,
injury triage in a sub Citero, G. (2012). Head
Saharan African urban injury patients admitted to
population. International intensive care. Intensive
Journal of Surgery, 11(3), Care Medicine, 28; 1555
265-269 Thais, M., Cavallazi, G., Formolo,
Ryan.(2009).Caring for patient D., Castro, L., Schmoeller,
with traumatic brain R., Guarnieri, R., . . . Walz,
injuries; are you up to the R. (2014). Limited predictive
challenge?. American Nurse power of hospitalization
Today, 4 (8) variables for long-term
Saadat, S., & Soori, H. (2010). cognitive prognosis in adult
Epidemiology of traffic patients with severe
injuries and motor vehicles traumatic brain injury.
utilisation in Tehran: a Journal of Neuropsychology,
populatio-based study. 8, 14
Academic Journal, 16, 23 Titus, D., Furones, C., Atkins,
Salim, C. (2015). Sistem C., & Dietrich, D. (2015).
Penilaian Trauma. Cermin Emergence of cognitive
Dunia Kedokteran, 42, 8 deficits after mild traumatic
Setterval, A., Souza, S., & Silva, brain injury due to
J.(2011). In-hospital hyperthermia. Experimental
mortality and the Glasgow Neurology, 263, 254
Coma Scale in the first 72 Yu, A., Cheng, H., Xu, L.,
hours after trauma brain Basavaraju, S., Tsao,
injury. Latino Arn, L.(2010). Functional
Enfermagem, 11 (9), 1337 outcome after head injury
Steyeberg, E., Mushkudiani, N., comparison of 12-45 year
Perel, P., Buthcer, I., Lu, J., old male and female.
McHugh, G., . . . Maas, A. International Journal Care
(2008). Predicting outcome Injury. 43; 603-607

164

Вам также может понравиться