Вы находитесь на странице: 1из 7

ANALISIS KOMODITI BASIS SUBSEKTOR TANAMAN

PERKEBUNAN DI KABUPATEN MAMUJU


Analysis Of Plantation Crops Subsector Base In Mamuju Sub-Province

Febryanto Kurnia Idaman1), Sulmi2)

1)Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu


Email :idamanyanto65@gmail.com
2)Staf Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

Email :sulmisulmi@ymail.com

ABSTRACT

Plantations Crops have contributed considerably to the formation of gross domestic


product in Mamuju sub-province. The circumstances indicate that the plant-crop subsectors still play
an important role in the economy of Mamuju sub-province, especially donations to the gross regional
product of Mamuju sub-province. Therefore, this study could provide both as planning and evaluation
for development policies that make it easier for the government to establish mamuju sub-province
development policies. The study aims to identify the base and non-vegetable subsector plants in the
Mamuju sub-province and to change the role of commodity crops in the future. The research used
Location Quotient (LQ) methods and the Dynamic Location Quotient (DLQ) method. LQ analysis
shows that the commodity cloves, the coconut deep, and cocoa is a base commodity while the
commodity palm, the coffee, and the hazelnut are commodities non plantation base in the Mamuju
sub-province. According to the DLQ analysis, commodities in the head of palm, coffee, and hazelnuts
are experiencing a change in non base's role to base in the future. In contrast to cocoa commodities
also changes the roles from base to non-base in the future.

Keywords: Plantations Crops, commodity base, location quotient, dynamic location quotient

ABSTRAK

Tanaman perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju. Keadaan ini menunjukan bahwa subsektor tanaman
perkebunan masih memegang peranan yang penting dalam perekonomian wilayah Kabupaten
Mamuju, khususnya sumbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mamuju. Oleh
karena itu dengan adanya penelitian ini dapat sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi
pembangunan yang memudahkan pemerintah dalam menetapkan kebijakan pembangunan wilayah
Kabupaten Mamuju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditi basis dan non basis
subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten Mamuju dan perubahan peranan komoditi subsektor
tanaman perkebunan dimasa yang akan datang. Penelitian ini menggunakan metode Location
Quotient (LQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ). Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa
komoditi cengkeh, kelapa dalam, dan kakao merupakan komoditi basis sedangkan komoditi kelapa
sawit, kopi, dan kemiri merupakan kommoditi non basis subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten
Mamuju. Berdasarkan analisis DLQ menunjukkan bahwa komoditi kepala sawit, kopi, dan kemiri
mengalami perubahan peranan dari non basis menjadi basis dimasa yang akan datang. Sebaliknya
pada komoditi kakao juga mengalami perubahan peranan dari basis menjadi non basis dimasa yang
akan datang.

Kata kunci : Tanaman perkebunan, komoditi basis, location quotient, dynamic location quotient
PENDAHULUAN dengan sektor lainnya. Upaya pembangunan
untuk mengembangkan sektor sekunder dan
Pembangunan daerah merupakan
tersier tentunya akan diarahkan untuk
bagian dari pembanguan nasional yang pada
mendukung sektor pertanian karena potensi
hakekatnya membangun manusia seutuhnya
sektor primer ini begitu menonjol di
dan seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan
Kabupaten Mamuju (BPS,2018).
pembanguan daerah dimaksudkan sebagai
Sektor pertanian merupakan prioritas
usaha meratakan dan menyebarluaskan
utama dalam perkembangan perekonomian
pembangunan untuk menyerasikan,
di Indonesia namun bukan berarti sektor-
menyeimbangkan, serta memadukan seluruh
sektor lain diabaikan, hal ini mengingat
kegiatan ekonomi. Pembangunan daerah
sebagian besar masyarakat Indonesia hidup
haruslah dapat meningkatkan taraf hidup dan
dari sektor pertanian. Sektor pertanian
kesejahteraan rakyat di daerah melalui
merupakan salah satu basis yang sangat
pembanguan yang serasi dan terpadu antar
diharapkan dalam menunjang pertumbuhan
sektor ekonomi. Pembangunan tidak sekedar
ekonomi, baik pada saat ini maupun dimasa
ditunjukakan oleh prestasi pertumbuhan
yang akan datang (Yantu dkk, 2008).
ekonomi yang dicapai oleh suatu negara,
Tanaman perkebunan mempunyai
akan tetapi lebih dari itu pembangunan
kontribusi yang cukup besar dalam
mempunyai perspektif yang lebih luas.
pembentukan PDRB Kabupaten Mamuju.
Dimensi sosial yang sering diabaikan dalam
Keadaan ini menunjukan bahwa sub sektor
pendekatan pertumbuhan ekonomi justru
tanaman perkebunan masih memegang
mendapat tempat yang strategis dalam
peranan yang penting dalam perekonomian
pembangunan (Sukirno, 2004).
wilayah Kabupaten Mamuju, khususnya
Pembangunan daerah adalah berkenaan
sumbangan terhadap PDRB Kabupaten
dengan tingkat dan perubahan selama dalam
Mamuju. Oleh karena itu dengan adanya
kurun waktu tertentu suatu set variable-
penelitian ini dapat sebagai bahan
variabel seperti produksi, penduduk,
perencanaan maupun evaluasi pembangunan
angkatan kerja, rasio modal tenaga kerja dan
yang memudahkan pemerintah dalam
imbalan bagi faktor (factor returns) dalam
menetapkan kebijakan pembangunan
daerah dibatasi cecara jelas (Sirojuzilam,
wilayah Kabupaten Mamuju.
2005).
Pembangunan ekonomi daerah Kontribusi Sektor Pertanian. Pertanian
merupakan suatu proses dimana pemerintah merupakan sektor ekonomi yang utama di
daerah dan seluruh komponen masyarakat
negara-negara berkembang. Peran atau
mengelola berbagai sumberdaya yang ada.
Salah satu indikator keberhasilan kontribusi sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi daerah adalah tingkat pembangunan ekonomi suatu negara
pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan menduduki posisi yang sangat penting, hal
ekonomi merupakan syarat utama bagi ini antara lain di sebabkan beberapa faktor.
keberhasilan pembangunan ekonomi daerah Pertama, sektor pertanian merupakan sumber
(Kuncoro, 2010). persedian bahan makanan dan bahan mentah
Kabupaten Mamuju merupakan salah
satu daerah agraris sehingga pertanian yang dibutuhkan oleh suatu negara. Kedua,
mempunyai peranan yang dominan dalam tekanan-tekanan demografis yang besar di
struktur perekonomian, dari tahun ketahun negara-negara berkembang yang disertai
kontribusi sektor pertanian terhadap Produk dengan meningkatnya pendapatan dari
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagian penduduk menyebabkan kebutuhan
Kabupaten Mamuju selalu memberikan tersebut meningkat. Ketiga, sektor pertanain
kontribusi yang cukup besar dibandingkan
harus dapat menyediakan faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk ekspansi sektor-sektor lain METODE PENELITIAN
terutama sektor industri, biasanya berwujud
Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian
modal, tenaga kerja, dan bahan mentah.
ini dilaksanakan di Kabupaten Mamuju.
Keempat, sektor pertanian merupakan sektor Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara
basis dari hubungan-hubungan pasar yang sengaja (purposive), dengan pertimbangan
penting berdampak pada proses bahwa Kabupaten Mamuju merupakan salah
pembangunan. Sektor ini dapat pula satu kabupaten yang bercorak agraris,
menciptakan keterkaitan kedepan dan dimana sektor pertanian masih menjadi
keterkaitan kebelakang yang bila disertai tulang punggung dalam perekonomian
daerah, selain itu pertumbuhan ekonomi
dengan kondisi-kondisi yang tepat dapat
Kabupaten Mamuju mengalami pertumbuhan
memberi sumbangan yang besar untuk yang positif seiring dengan pertumbuhan
pembangunan. Kelima, sektor ini merupakan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat (BPS
sumber pemasukan yang diperlukan untuk Sulawesi Barat). Penelitian ini dilaksanakan
pembangunan dan sumber perkerjaan dan pada bulan Desember 2018 – Februari 2019.
pendapatan dari sebagian besar penduduk
Metode Analisis Data
negara-negara berkembang yang hidup di
Analisis Location Quotient (LQ). Menurut
pedesaan (Ratag, 2016). Arsyad (2010), teknik LQ dalam kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua,
Tanaman perkebunan. Tanaman
yaitu sektor basis dan sektor non basis.
perkebunan adalah tanaman semusim
Sektor basis adalah sektor ekonomi yang
semusim dan/atau tanaman tahunan yang
mampu memenuhi kebutuhan baik untuk
karena jenis dan tujuan pengelolaannya
wilayah maupun di luar wilayah Kabupaten
ditetapkan sebagai tanaman perkebunan.
Mamuju. Sektor non basis adalah sektor
Dengan demikian tanaman perkebunan bisa
ekonomi yang hanya mampu memenuhi
dikelompokkan jadi dua, yaitu tanaman
kebutuhan dalam wilayah tidak untuk luar
semusim dan tanaman tahunan. Tanaman
wilayah Kabupaten Mamuju. Rumus LQ
semusim adalah jenis tanaman yang hanya
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
dipanen satu kali dengan siklus hidup satu
𝐯𝐢/𝐯𝐭
tahun sekali, contohnya tebu, kapas, dan 𝐋𝐐 =
tembakau. Sementara tanaman tahunan 𝐕𝐢/𝐕𝐭
membutuhkan waktu yang panjang untuk Keterangan:
produksi dan bisa menghasilkan sampai LQ : Indeks Location Quotient
puluhan tahun dan bisa dipanen lebih dari vi : Nilai produksi komoditi i kabupaten
satu kali, misalnya tanaman kelapa sawit, vt :Total produksi tanaman perkebunan
karet, kakao, cengkeh, kopi, lada dan lain- kabupaten
lainnya (Maruli dalam Hidayat, 2013). Vi : Nilai produksi komoditi i provinsi
Vt :Total produksi tanaman perkebunan
Tujuan Penelitian provinsi
1. Mengetahui komoditi basis subsektor Jika LQ > 1 berarti nilai produksi
tanaman perkebunan di Kabupaten komoditi i di Kabupaten Mamuju lebih besar
Mamuju. daripada komoditi yang sama di Provinsi
2. Mengetahui perubahan peranan Sulawesi Barat, sehingga komoditi i
komoditi tanaman perkebunan di merupakan komoditi basis.
Kabupaten Mamuju. Jika LQ ≤ 1 berarti nilai produksi
komoditi i di Kabupaten Mamuju rendah
daripda komoditi yang sama di Provinsi
Sulawesi Barat, sehingga komoditi i bukan b. Jika nilai LQ>1 dan DLQ<1, berarti
merupakan sektor basis. komoditi tanaman perkebunan telah
mengalami perubahan posisi dari basis
Analisis Dynamic Location Quotient menjadi non basis pasa masa yang akan
(DLQ). Penentuan komoditi basis yang akan datang.
terjadi pada masa yang akan datang pada c. Jika nilai LQ<1 dan DLQ>1, berarti
subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten komoditi tanaman perkebunan telah
Mamuju digunakan metode Dynamic mengalami perubahan dari non basis
Location Quotient (DLQ) dengan menjadi basis pada masa yang akan
menggunakan data rata-rata laju produksi datang.
tanaman perkebunan, secara matematis d. Jika nilai LQ<1 dan DLQ<1, berarti
dirumuskan (Sihombing, 2018): komoditi tanaman perkebunan tetap
t menjadi non basis baik pada masa
(𝟏 + 𝐠𝐢𝐣)/(𝟏 + 𝐠𝐣) sekarang maupun untuk masa yang akan
𝐃𝐋𝐐 = { }
(𝟏 + 𝐆𝐢𝐧)/(𝟏 + 𝐆𝐧) datang.
Keterangan:
DLQ : Indeks Dynamic Location HASIL DAN PEMBAHASAN
Quotient (DLQ) Perhitungan Nilai LQ Produksi Tanaman
gij : Rata-rata laju pertumbuhan Perkebunan. Sektor basis merupakan
produksi tanaman perkebunan penggerak utama dalam suatu wilayah.
komoditi i kabupaten Sektor basis sangat berperan penting
gj : Rata-rata laju pertumbuhan terhadap perekonomian suatu daerah karena
produksi total tanaman mempunyai keuntungan tidak terikat dalam
perkebunan kabupaten satu wilayah, melainkan meningkatnya
Gin : Rata-rata laju pertumbuhan ekspor dari wlayah tertentu. Komoditi basis
produksi tanaman perkebunan dapat diketahui melalui data produksi dan
komoditi i provinsi luas area. Alat Analisis Location Quotient
Gn : Rata-rata laju pertumbuhan (LQ) ini digunakan untuk mengidektifikasi
produksi total tanaman keunggulan komperatif kegiatan ekonomi di
perkebunan provinsi Kabupaten Mamuju. Hasil perhitungan
t : Kurun waktu data yang diteliti analisis LQ nilai produksi komoditi
Apabila diperoleh nilai DLQ > 1 subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten
berarti suatu komoditi masih dapat Mamuju selama 5(lima) tahun antara 2013-
diharapkan untuk menjadi sektor basis pada 2017 selengkapnya dapat dilihat pada tabel
masa yang akan datang, sedangkan apabila 1.
nilai DLQ < 1 berarti komoditi tersebut tidak
dapat diharapkan untuk menjadi sektor basis Tabel 1. Nilai Location Quotient (LQ) Produksi
dimasa yang akan datang (Suyatno, 2000). Komoditi Tanaman Perkebunan
Perubahan posisi yang dialami Kabupaten Mamuju 2013-2017.
komoditi tanaman perkebunan di Kabupaten LQ
Rata-
Jenis rata
Mamuju digunakan analisis gabungan Tanaman 2013 2014 2015 2016 2017
metode LQ dan DLQ, Cengkeh 1,3977 1,5112 2,7203 5,2826 4,7861 3,1396
Dengan kriteria sebagai berikut (Widodo. Kelapa
Dalam
2,3278 0,3925 0,9543 1,2391 2,6075 1,5042

2006): Kelapa 0,0804 0,7549 0,4687 0,5029 0,4152 0,4444


Sawit
a. Jika nilai LQ>1 dan DLQ>1, berarti Kopi 0,9416 1,2391 0,5924 0,7573 1,2943 0,9649
komoditi tanaman perkebunan tetap Kemiri
Kakao
0,6681
2,7875
0,6614
2,0652
0,7836
2,2979
1,2511
2,8913
1,3764
2,0252
0,9481
2,4134
menjadi basis baik di masa sekarang Sumber : Data sekunder yang diolah, 2019.
maupun di masa yang akan datang.
Berdasarkan tabel 1 terdapat 6 (enam) menjadi sektor basis dimasa yang akan
komoditi tanaman perkebunan yang datang (Widodo, 2006).
diusahakan oleh sebagian besar masyarakat Mengatasi kelemahan metode LQ
di Kabupaten Mamuju. Komoditi tersebut tersebut sehingga dapat diketahui perubahan
adalah cengkeh, kelapa dalam, kelapa sawit, sektoral digunakan metode Dynamic
kopi, kemiri, dan kakao. Jika dilihat dari Location Quotient (DLQ) yaitu dengan
nilai rata-rata terdapat tiga komoditi yang mengintroduksikan laju pertumbuhan nilai
termasuk dalam komoditi basis dengan nilai produksi komoditi. Adapun hasil dari
LQ>1. Komoditi tersebut adalah cengkeh, perhitungan analisis metode Dynamic
kelapa dalam, dan kakao. Produksi komoditi Location Quotient (DLQ) terhadap komoditi
cengkeh dan kakao merupakan komoditi subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten
basis di Kabupaten Mamuju dengan nilai Mamuju dapat dilihat dalam tabel 2
LQ> 1 dari tahun 2013-2017. Komoditi (Widodo, 2006).
kelapa dalam pada tahun 2014-2015 nilai
LQ< 1, namun pada tahun 2016-2017 nilai Tabel 2. Hasil Perhitungan Dynamic Location
LQ> 1 sehingga dilihat dari nilai rata-rata Quotient (DLQ) Nilai Produksi Tanaman
Perkebunan Kabupaten Mamuju.
komoditi kelapa dalam masih menjadi Jenis DLQ rata-
komoditi basis dari tahun 2013-2017. Tanaman 2014 2015 2016 2017 rata
Komoditi basis inilah yang potensial Cengkeh 1,0812 1,8001 1,9419 0,9060 1,4323
Kelapa 0,1686 2,4315 1,2984 2,1044 1,5007
dikembangkan untuk memacu pertumbuhan Dalam
ekonomi Kabupaten Mamuju. Kelapa 9,3909 0,6209 1,0730 0,8255 2,9776
Sawit
Jika dilihat dari perhitungan nilai rata- Kopi 1,3160 0,4780 1,2785 1,7090 1,1954
rata komoditi kelapa sawit, kemiri, dan kopi Kemiri 0,9900 1,1847 1,5966 1,1002 1,2179
Kakao 0,7409 1,1127 1,2582 0,7005 0,9531
masih merupakan komoditi non basis dengan Sumber : Data Sekunder yang Diolah 2019
nilai LQ< 1. Produksi komodoti kelapa
sawit, kopi, dan kemiri pada tahun 2013- Berdasarkan hasil perhitungan analisis
2015 mengalami fluktuasi setiap tahunnya metode Dynamic Location Quotient (DLQ)
sehingga hasil analis LQ menunjukkan nilai yang menggunakan data laju pertumbuhan
rata-rata LQ< 1 dan menjadikan tiga nilai produksi, diperoleh ada lima komoditi
komoditi ini sebagai komodi non basis. yang memiliki nilai rata-rata DLQ> 1.
Komoditi kelapa sawit, kopi, dan kemiri Komoditi tersebut antara lain yaitu cengkeh,
belum mampu untuk memenuhi permintaan kelapa dalam, kelapa sawit, kopi, dan kemiri.
ekspor dikarenakan tingkat produksi yang Hal ini menunjukkan bahwa kelima komodi
belum bisa mengalahkan kabupaten lainnya ini dari hasil perhitungan DLQ> 1 akan
yang mungkin merupakan sektor basis dari diharapkan menjadi komoditi basis dimasa
ketiga komoditi ini. yang akan datang. Sedangkan komoditi
kakao subsektor tanaman perkebunan yang
Komoditi Basis dan Nonbasis Dimasa hasil perhitungan rata-rata DLQ< 1 belum
Yang Akan Datang. Metode Location mampu menjadi sektor basis dimasa yang
Quotient mempunyai kelemahan-kelemahan akan datang.
yang harus harus diatasi. Kelamahan metode
LQ tersebut yaitu analisisnya yang bersifat Perubahan Peranan Komoditi Subsektor
statis sehingga tidak dapat menangkap Tanaman Perkebunan. Perubahan peranan
kemungkinan perubahan-perubahan yang komoditi subsektor tanaman perkebunan
akan terjadi untuk waktu yang akan datang. dapat diketahui dengan menggabungkan dua
Sebenarnya sektor basis saat ini belum tentu metode analisis sebelumnya yaitu Location
akan menjadi sektor basis pada masa yang Quotient dengan Dynamic Location
akan datang dan juga sebaliknya sektor non Quotient. Hasil gabungan kedua analisis
basis pada saat ini mungkin akan berubah tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Perubahan Peranan Komoditi subsektor KESIMPULAN DAN SARAN
Tanaman Perkebunan di Kabupaten
Mamuju Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian
Jenis
LQ DLQ Keterangan dan pembahasan maka kesimpulan yang
Tanaman dapat diambil dari penelitian “ Analisis
Cengkeh 3,1396 1,4323 Basis > Basis
Kelapa 1,5042 1,5007 Basis > Basis Komoditi Basis Subsektor Tanaman
Dalam Perkebunan di Kabupaten Mamuju” dapat
Kelapa 0,4444 2,9776 Non Basis > Basis ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Sawit
Kopi 0,9649 1,1954 Non Basis > Basis 1. Perhitungan nilai LQ berdasarkan nilai
Kemiri 0,9481 1,2179 Non Basis > Basis produksi, dilihat dari nilai rata-rata
Kakao 2,4134 0,9531 Basis > Non Basis komoditi cengkeh, kelapa dalam, dan
Sumber : Data Sekunder yang Diolah, 2019
kakao merupakan komoditi basis
subsektor tanaman perkebunan di
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat
Kabupaten Mamuju. Sedangkan untuk
bahwa komoditi cengkeh dan kelapa dalam
komoditi kelapa sawit, kopi, dan kemiri
yang hasil analisis LQ merupakan komoditi
merupakan komoditi non basis subsektor
basis tetap menjadi komoditi basis dimasa
tanaman perkebunan di Kabupaten
yang akan datang. Keadaan tersebut terjadi
Mamuju.
karena rata-rata laju pertumbuhan produksi
2. Berdasarkan hasil gabungan analisis LQ
komoditi cengkeh dan kelapa dalam selama
dengan DLQ, maka komoditi cengkeh
kurun waktu 2013-2017 lebih besar dari pada
dan kelapa dalam dimasa saat ini
rata-rata laju pertumbuhan produksi pada
merupakan komoditi basis dan tetap
wilayah acuan. Sedangkan komoditi kakao
diharapkan menjadi komoditi basis
yang sebelumnya menjadi basis mengalami
dimasa yang akan datang. Komoditi
perubahan menjadi komoditi non basis dan
kelapa sawit, kopi, dan kemiri
tidak diharapkan menjadi komoditi basis
mengalami perubahan peranan dari
dimasa yang akan datang. Hal ini
komoditi non basis dimasa saat ini dan
dikarenakan rata-rata laju pertumbuhan
diharapkan menjadi komoditi basis
produksi komoditi kakao berada pada angka
dimasa yang akan datang. Sedangkan
negatif. Meskipun rata-rata laju pertumbuhan
komoditi kakao yang merupakan
komoditi kakao pada wilayah acuan juga
komoditi basis saat ini berubah peranan
pada angka negatif namun dari hasil
perhitungan DLQ nilainya masih kurang dari menjadi komoditi non basis dimasa yang
akan datang pada subsektor tanaman
satu.
perkebunan di Kabupaten Mamuju.
Keadaan komoditi kelapa sawit, kopi,
dan kemiri yang sebelumnya komoditi non
basis berubah menjadi komoditi basis dimasa Saran
1. Komoditi tanaman perkebunan yang
yang akan datang. Hal ini terjadi karena rata-
belum menjadi basis hendaknya perlu
rata laju pertumbuhan produksi komoditi
dilakukan identifikasi tentang
kelapa sawit, kopi, dan kemiri selama kurun
penyebab penurunan nilai produksi
waktu 2013-2017 lebih besar daripada rata-
sehingga bisa diketahui masalah-
rata laju pertumbuhan wilayah acuan.
masalah yang dihadapi para petani dan
Komoditi basis subsektor tanaman
bisa dicari solusiya untuk
perkebunan Kabupaten Mamuju pada masa
meningkatkan nilai produksi.
yang akan datang bisa menjadi prioritas
2. Pemerintah Kabupaten Mamuju
pemerintah dalam peningkatan
perekonomian wilayah Kabupaten Mamuju. hendaknya menjaga laju pertumbuhan
nilai produksi kearah yang lebih positif
sehingga mampu memberikan harapan
untuk menjadi wilayah yang mempu
memenuhi nilai produksi tanaman
perkebunan di wilayah sendiri bahkan
mengekspor ke wilayah lain dimasa
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L. 2010. Pengantar Perencanaan dam
Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE-UGM.
Yogyakarta.

BPS. 2014-2018. Sulawesi Barat Dalam Angka.


Badan Pusat Statistik. Provini Sulawesi Barat.

BPS. 2014-2018. Mamuju Dalam Angka. Badan


Pusat Statistik. Kabupaten Mamuju.

Hidayat, R. 2013. Analisis Komoditas Unggulan


Subsektor Perkebunan Di Kabupaten
Bengkawang Provinsi Kalimantan Barat.
Jurnal Social Economic of Agriculture, 2 (1) :
54-66

Kuncoro, M. 2010. Otonomi dan Pembangunan


Daerah: Reformasi Perencanaan, Strategi, dan
Peluang. Erlangga. Jakarta.

Ratag, P.D. 2016. Peranan Sektor Pertanian


Terhadap Perekonomian di Kabupaten
Minahasa Selatan. Agri-SosioEkonom Unsrat,
(2A) : 239-250

Sihombing, F.N. 2018. Identifikasi Pangan Unggulan


Di Kota Medan : Location Quotient Dan
Dynamic Location Quotient. Jurnal
Pembangunan Perkotaan, 6 (2) : 91-94

Sirojuzilam, 2005. Regional Planning and


development. Jurnal Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah, 1 (1) : 54-66.

Sukirno. 2004. Ekonomi Pembangunan: Proses,


Masalah dan Dasar Kebijakan. Salemba
Empat. Jakarta.

Suyatno. 2000. Analisa Economic Base Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Daerah Wonogiri.
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 1 (2)
: 144-159

Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan.


Aplikasi computer (Era Otonomi Daerah).
UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Yantu, M.R., Sisfahyuni, Ludin dan Taufik. 2008.


Komposisi Industri Subsektor-subsektor di
Kelembagaan Sektor Pertanian Sulawesi
Tengah. Jurnal Agroland, 15 (4) : 316-322.

Вам также может понравиться