Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
The writing proposes language usage of Indonesian-Buginese language code switching and vice versa of
Islamic preaching in Masjid Nurul Iman, Sinjai Borong District of Sinjai Regency. Method used is descriptive.
The data obtained is sentence characterized with code switching of Islamic preaching conveyed in Masjid
Nurul Iman, Sinjai Borong District of Sinjai Regency. Result of research shows that the preacher and the
audience are mutual intelligible in using Buginese language. In addition, the preachers also sometimes speak
in Indonesian language as welcoming preaching or prolog of formality form. The use of Indonesian-Buginese
code switching and vice versa is a way to estalish good relations between Buginese speakers. Code switching
is one aspect of interdependency language in multilingual society. In the code switching case of either two
languages or more, it is marked by (1) each language still support its own function based on the context, (2)
the function of each language is in accordance with the relevant situation of contextual change. They become
the reason of language switching in preaching found in Masjid Nurul Iman. The switching of code is done by
the preachers since they are difficult to find relevant and right words which are easier to understand by the
audience.
Abstrak
Tulisan ini menyajikan wujud penggunaan bahasa berupa alih kode bahasa Indonesia ke bahasa Bugis dan
sebaliknya dalam ceramah Islam di Masjid Nurul Iman Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Data yang diperoleh berupa kalimat yang bercirikan alih kode
pada ceramah agama yang disampaikan di Masjid Nurul Iman Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, antara penceramah dan jemaah sama-sama menguasai bahasa Bugis.
Hasil lain menunjukkan bahwa, para penceramah juga sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai
pembuka ceramah atau prolog sebagai bentuk keformalan. Penggunaan alih kode dari bahasa Indonesia
ke bahasa Bugis, dan sebaliknya biasanya digunakan oleh penceramah untuk menjalin keakraban sesama
penutur bahasa Bugis. Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam
masyarakat multilingual. Dalam alih kode penggunaan dua bahasa atau lebih itu ditandai dengan (1) tiap-
tiap bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (2) fungsi setiap bahasa
disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan konteks. Hal tersebut merupakan landasan
perubahan bahasa dalam ceramah yang dilakukan di Masjid Nurul Iman. Peralihan kode dilakukan oleh
penceramah karena kesulitan mencari padanan kata yang relevan dan mudah dimengerti oleh pendengar.
Kata kunci: alih kode, bahasa Indonesia, bahasa Bugis, ceramah Islam
363
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 363—373
364
M. Ridwan: Alih Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bugis...
365
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 363—373
Pateda (1987:83) mengemukakan bahwa kode maupun tidak, alih kode pada bahasa terjadi pada
adalah suatu proses yang terjadi baik pada dwibahasaan.
pembicara, maupun pada lawan bicara. Jika ditelusuri penyebab terjadinya
Poedja Soedarmo (1986) berpendapat alih kode itu, harus dikembalikan kepada
bahwa, Kode adalah suatu sistem lambang tutur pokok persoalan sosiolinguistik. Seperti yang
yang penerapan unsur biasanya mempunyai dikemukakan oleh Fishman dalam (Chaer
ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur dan Leoni, 1995:143) yaitu : (a) siapa yang
dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. berbicara, (b) dengan bahasa apa (c) kepada
Variasi bahasa lain yang dapat dijumpai siapa, (d) kapan, dan (e) dengan tujuan apa.
dalam pergaulan masyarakat adalah peralihan Dalam berbagai kepustakaan linguistik secara
kode yang digunakan untuk menyesuaikan umum penyebab alih kode itu disebabkan antara
diri penutur dengan perannya. Di samping lain : (a) pembicara atau penutur, (b) pendengar
penyesuaian peran yang sedang dihadapi oleh atau lawan tutur, (c) perubahan situasi dengan
penutur, misalnya karena adanya perasaan hadirnya orang Ketiga, (d) berubahnya dari
kecewa, ketidakpuasan dan tanggapan terhadap formal ke nonformal atau sebaliknya, dan (e)
sesuatu yang sedang dialami dan dilihat pada berubahnya topik pembicaraannya.
saat itu.
Dalam alih kode penggunaan dua bahasa METODE
atau lebih itu ditandai oleh (a) setiap bahasa Penelitian ini adalah penelitian yang
mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai menggunakan metode deskriptif kualitatif.
dengan konteksnya, (b) fungsi setiap bahasa Artinya, data dianalisis dan hasil analisisnya
disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan berbentuk deskriptif fenomena. Hal ini
perubahan konteks. dilakukan dengan cara mengamati fenomena
Kridalaksana (1993:7) mengemukakan alamiah yang terjadi di tempat penelitian. Untuk
bahwa alih kode adalah penggunaan bahasa memperoleh data secara langsung di lapangan,
lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau peneliti terlibat langsung sebagai instrument
keadaan lain. Penyesuaian diri yang dimaksud kunci (participant observer).
adalah dalam bentuk penyesuaian bahasa dari Data penelitian ini adalah tuturan
penutur kepada lawan tuturnya Apabila tidak penceramah yang mengandung alih kode
dimengerti sesuatu istilah yang dapat dipahami bahasa Indonesia ke bahasa Bugis pada saat
oleh lawan tutur. Alih kode dapat pula terjadi menyampaikan ceramah agama di Masjid Nurul
karena beralihnya persoalan dari satu persoalan Iman di Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten
kepersoalan yang lain yang dibicarakan oleh Sinjai. Sumber data penelitian ini adalah
penutur dan lawan tutur. Hal ini sejalan dengan penceramah agama yang selalu menggunakan
pendapat Pateda (1967:85) bahwa alih kode bahasa Indonesia dan bahasa daerah Bugis.
adalah peralihan pembicaraan dari masalah yang Teknik yang digunakan dalam
satu ke masalah yang lain. Faktor situasional pengumpulan data, yaitu cara perekaman,
juga memengaruhi peralihan kode, seperti pencatatan, dan wawancara, sedangkan pada
yang dikemukakan oleh Rene Appel yaitu; tataran analisis menggunakan teknik analisis
siapa yang berbicara dan mendengar, pokok deskriptif kualitatif.
pembicaraannya, konteks verbal, bagaimana
bahasa dihasilkan, dan lokasi pembicaraan PEMBAHASAN
(Pateda, 1987:86). Fenomena alih kode ini dapat
melibatkan pengalihan atau pemakaian secara Pada bagian ini diuraikan secara rinci
silih berganti dua kode bahasa atau variasi pada penggunaan alih kode dalam ceramah
bahasa, oleh karena itu baik yang serumpun agama.Uraian tersebut dibagi menjadi dua
366
M. Ridwan: Alih Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bugis...
bagian, yaitu hasil penelitian yang berupa data Data di atas menggambarkan penggunaan
hasil temuan dan pembahasan data. Untuk lebih alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut. Bugis merupakan bentuk uraian untuk membuat
Data 1 suasana lebih akrab. Kalimat ‘kaum muslimin
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dan muslimat yang dirahmati Allah’ merupakan
dirahmati oleh Allah swt. Insya Allah pada kalimat pembuka dan penghargaan dalam bentuk
malam hari ini saya akan membawakan bahasa Indonesia, selanjutnya penceramah
satu ceramah agama yaitu: Amar Ma’ruf menjelaskannya dengan menggunakan bahasa
Nahi Munkar iyanaritu massuruangngi Bugis. Di samping itu pula dalam kalimat bahasa
decengenge nenniya mappisangkangngi jae. Bugis yang merupakan kalimat kedua dalam
Nasaba idi sellengngememeng kewajibatta
data di atas menyatakan Nenniya napannessai
mapparentangngi riasengnge deceng nenniya
paimeng puang Alla Taala rilalenna suratul
mappisangkangngi riasengnge jaa (dosae).
Al Imran ayat: 104…yang berarti bahwa Allah
Na lebbi-lebbipi idi termasuk’e pemimpin….
swt.. memperjelas dalam surah Al Imran ayat
Berdasarkan data di atas dapat diketahui 104 …. Alih kode tersebut dalam bahasa Bugis
bahwa alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa merupakan penjelasan yang mempertegas bagian
Bugis untuk memudahkan jemaah memahami pernyataan sebelumnya.
arti judul ceramah yang akan dibawakan oleh
Data 4
penceramah di masjid. Hal itu terlihat dari Kaum muslimin dan muslimat yang ber-
penggunaan kata iayanritu… dst. bahagia. Sebenarnya menjalankan perintahnya
Data 2 dan menjauhi segala larangannya merupakan
Kaum muslimin dan muslimat sidang tarwih kunci yang harus dipegang oleh umat
yang berbahagia. Kalau kita bicara masalah Islam bila ingin selamat dunia dan akhirat.
amar ma’ruf nahi munkar, maega senna ayakna Makkotoparo riappisangkananna riasengnge
Puang Alla Taala nenniya haddesenna Nabitta ja, yarega dosa temmaka rejjinna, nekiya
pannessai, pada-padanna naparentayakki musti ripapolewi nasaba sedditoi parenta pole
Puang Alla Taala situlung-tulung ri decengnge ri puang Alla Taala ia mancajie kewajiban
padatoha iya pura nappanessae Puang Alla masse ri idi ummassellengnge.
Taala ri lalenna Aqurang malebbie….
Alih kode pada data 4 di atas merupakan
Pernyataan di atas pada data 2 bagian yang menyatakan contoh. Data di atas
menggambarkan bahwa penceramah menjelaskan dapat bermakna bahwa seperti larangan yang
tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan dinamakan dosa sangatlah rumit, tetapi harus
amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini berarti bahwa dilewati juga karena perintah Allah swt, yang
penceramah melakukan alih kode seperti pada merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam.
kalimat di atas sebagai penjelasan tentang amal Data 5
ma’ruf nahi mungkar yang tertuang dalam Al naiyya wedding mappajai gau mungkare’e
Quran dan hadis yang mengajurkan untuk tolong nasaba limanna nayaritu tau maparentata
menolong dalam kebaikan. Di samping sebagai nasaba alena sebagai penguasa.
penjelas data di atas juga merupakan pernyataan
Data di atas merupakan alih kode dari
untuk mempertegas pengetian amar ma’ruf nahi
bahasa Bugis ke bahasa Indonesia. Hal ini terjadi
mungkar dalam ketentuan Allah swt...
karena kesukaran mencari padanan kata dalam
Data 3 bahasa Bugis tentang penguasa. Di samping itu
Kaum muslimin dan muslimat yang dirahmati kata penguasa bagi jemaah pada saat itu lebih
Allah. Nenniya napannessai paimeng puang
mudah dimengerti bila dibandingkan dengan
Alla Taala rilalenna suratul Al Imran ayat:
mempergunakan bahasa Bugis sebagai bahasa
104……
utama dalam pola data di atas. Hal ini dijelaskan
367
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 363—373
oleh penceramah bahwa kata “penguasa” besar jemaah masjid agak lamban dalam
sebenarnya masyarakat lebih mengetahuinya memahaminya.
dibandingkan dengan kata yang lain. Penguasa Data 8
dapat bersinonim dengan kata pammarenta Dalam arti kata berusahaki ri lalenna iaye
dalam bahasa Bugis, tetapi ada sesuatu makna lino nasaba iyewe lino onrong akkaresongeng
yang ditekankan oleh penceramah. padatoha iya narampe Puang Allah Taala
Data 6 rilalenna Surah Al-A’raf ayat 10:
….baik… untuk asalamaketta ri wanua lino Demikian pula data 8 di atas, merupakan
nalebbi-lebbipaha matti ri wanuwa ahera. rangkaian dari data 8 yang memberi pemahaman
Insya Allah. dari bahasa Indonesia kemudian menggunakan
Demikian pula data 6, menunjukkan bahasa Bugis. Penjelasan di atas menggambarkan
bahwa kata baik untuk dalam pola pembicaraan penceramah berusaha memberikan pemahaman
secara lisan mengindikasikan sebagai bentuk kepada jemaah karena Allah swt.. telah
peralihan lawanan makna kalimat sebelumnya menegaskan dalam alquran surah Al A’raf ayat
atau perbandingan kalimat. Dalam data 6 di atas 10 yang menyatakan bahwa dalam dunia ini,
tampak penggunaan bahasa Bugis yang bermakna dunia hanya tempat berusaha. Oleh karena itu,
keselamatan di dunia lebih-lebih keselamatan di pemahaman dalam bahasa Bugis yang diberikan
akhirat kelak. Penjelasan kalimat bahasa Bugis oleh penceramah dalam konteks kalimat di atas
tersebut lebih mudah dipahami oleh orang lain lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan
karena mayoritas jemaah masjid merupakan menggunakan bahasa Indonesia.
penutur bahasa Bugis dan merupakan bahasa Ibu Data 9
bagi jemaah masjid tersebut. Hadirin dan Hadirat yang dirahmati oleh
Data 7 Allah swt...Iye lino onro-onrong sappai
Di dalam Islam ditetapkan bahwa mencari papidalle’na Puang Allah Taala engka
reski (nafkah) itu hukumnya wajib, narekko riwereng dalle maega takkalupani….
mabbicara masala wajikki de nawedding Berdasarkan kalimat di atas dapat
tennaripogau narekko de naripogau lolongekki
diketahui bahwa penceramah mengalihkan
tuntutan. …
perhatian jemaah agar apa yang disampaikannya
Pengalihan bahasa atau alih kode dari tidak monoton dengan mengungkapkan kalimat
bahasa Indonesia ke bahasa Bugis pada data “hadirin dan Hadirat yang dirahmati oleh
7 di atas mengisyaratkan kalau penceramah Allah swt..”. Kalimat seperti di atas biasanya
menggunakan bahasa Bugis pada maksud disampaikan oleh penceramah untuk menyelah
yang disampaikannya lebih mudah dimengerti antara penjelasan. Hal dimaksudkan bahwa
oleh jemaah. Umumnya pengalihkodean itu apa yang dituturkannya bersifat retoris dan
dilakukan agar jemaah lebih mudah memahami jemaah lebih memusatkan perhatian terhadap
maksud penceramah. Alih kode bahasa Bugis apa yang disampaikan oleh penceramah. Data
pada kalimat narekko mabbicara masala yang menggunakan bahasa Bugis tersebut dapat
wajikki de nawedding de naripogau narekko de bermakna bahwa di dunia ini tempat mencari
naripogau lolongekki tuntutan. …dapat berarti rezeki dari Allah swt.., ada yang diberi rezeki
bahwa kalau berbicara masalah kewajiban, yang banyak, tetapi dia melupakannya dari mana
harus dikerjakan karena kalau tidak dikerjakan rezeki itu berasal. Kalimat di atas merupakan
akan mendapat tuntutan. Dengan demikian, bila pemberian contoh oleh penceramah agar ketika
penceramah menggunakan bahasa Indonesia berusaha mencari rezeki lalu mendapatkannya,
bila menjelaskan hal tersebut sesuai dengan arti tidak boleh takabbur harus disyukuri dan
dalam bahasa Indonesia itu, maka kemungkinan dimanfaatkan di jalan Allah swt...
368
M. Ridwan: Alih Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bugis...
369
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 363—373
370
M. Ridwan: Alih Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bugis...
untuk lebih memaknai hakikat ayat tersebut Wujud alih kode ada dua macam, yaitu
sebenarnya. Bila penceramah menggunakan alih kode berwujud antarkalimat dan alih kode
bahasa Indonesia dengan data di atas, maka yang berwujud intrakalimat. Terlebih dahulu
berbagai kemungkinan dapat terjadi misalnya penulis mengemukakan pengertian atau batasan
penceramah keasyikan berbicara tetapi jemaah kalimat.
tidak dapat memahami apa yang dikemukakan Dalam konteks ceramah agama yang
oleh penceramah. Oleh karena itu, keseimbangan dibawakan di Masjid Nurul Iman Kecamatan
penggunaan bahasa oleh penceramah sangat Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, umumnya
memungkinkan jemaah untuk lebih mengerti apa penceramah menggunakan dwibahasa. Bahasa
yang disampaikannya. yang dipergunakan, yaitu bahasa Indonesia dan
Data 21 bahasa Bugis. Hal ini terlihat dari data hasil
Di Amerika, ampe-ampena taue di Jerman, analisis peneliti.
dinegara-negara Eropa, baru-baru tahun Data yang diperoleh umumnya berupa
yang lalu di pessui UU untuk diizinkan penggunaan alih kode dimaksudkan untuk
makkunrai kawin sibawa makkundrai,urane menjelaskan pengertian dan pemahaman yang
wedding kawing sibawa urane, apalagi lebih mendalam tentang maksud ceramah
narekko makkundrai sibawa urane, narekko yang disampaikan. Hal ini terbukti, karena
maelo messu anaqna aganapesenggi anaqna
penceramah menguasai bahasa Bugis juga
tawe di Amerika di Barat, kondom bebas
menguasai bahasa Indonesia. Penguasaan bahasa
diperjualbelikan berarti wedding dibayangkan
makkada maganaro ampe-ampena taue itulah yang membuat penceramah lebih leluasa
ko mero memeang kesenangan dunia menggunakan alih kode dalam ceramahnya.
napunnai manengngi melotoki mappakoro. Penggunaan alih kode dalam konteks
Deqnotaparalluki makkada asetta koro. ceramah agama di Masjid Nurul Iman Kecamatan
Sinjai Borong Kabupaten Sinjai menurut hasil
Alih kode data 21 di atas, kata ampe-
penelitian dan data yang diperoleh, yaitu antara
ampena taue lebih mudah dimengerti bila
penceramah dan jemaah keduanya menguasai
dibandingkan dengan kata perbuatan manusia.
bahasa Bugis. Jemaah yang menggunakan
Hal tersebut yang menyebabkan pengalihan
bahasa Bugis sebagai bahasa pergaulan dalam
kode terjadi, pemberian contoh oleh penceramah
kehidupan sehari-harinya dan bahasa tersebut
sebagai bahan perbandingan untuk kehidupan
merupakan bahasa Ibu. Di samping bahasa
umat Islam yang mulai terkontaminasi dengan
Bugis dalam ceramahnya menggunakan bahasa
kehidupan barat. Dengan demikian apa yang
Indonesia karena pemilahan bahasa mana yang
disampaikannya dalam bahasa Bugis lebih
paling mudah dimengerti oleh jemaah itulah
bermakna dibanding menggunakan bahasa
sebabnya menggunakan bahasa Indonesia.
Indonesia berdasarkan sisi jemaah.
Bahasa Indonesia yang biasanya
Demikian pula dengan kalimat siapa
digunakan oleh penceramah dalam tuturannya
namanya …, Agamanya Islam, tapi agama
sebagai pembuka ceramah atau prolog dilakukan
Islam nama KTPnya, tapi perbuatannya adalah
sebagai bentuk keformalan karena menggunakan
di luar agama Islam, yena parallu diadakan
bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya.
Maulid, yangngarangngi ampe-ampena Nabitta,
Dalam kelanjutan ceramahnya penggunaan
saleko ammangngi yala akkabara keng yalai
alih kode atau mencampurkan dengan bahasa
teladang ,yalai contoh ,ilalengna attuangngeng
Bugis sebagai salah satu bentuk untuk menjalin
linota untuk selamat ri aheraq, penceramah
keakraban sesama penutur bahasa Bugis. Jadi,
menekankan akan pentingnya Islam tidak hanya
apabila alih kode terjadi antarbahasa daerah
pada sisi pengakuan tetapi lewat pembuktian
dalam satu daerah/bahasa nasional, antara
dengan jalan mempraktikan syariat Islam secara
beberapa ragam dan gaya yang terdapat dalam
nyata dalam kehidupan umat Islam.
371
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 363—373
suatu dialek, alih kode seperti ini bersifat intern. lain yang ditimbulkan dari alih kode saat
Alih kode merupakan salah satu aspek berceramah adalah jemaah yang tidak berasal
tentang saling ketergantungan bahasa di dalam dari daerah tersebut tidak dapat menangkap dan
masyarakat multilingual. Dalam alih kode mengetahui secara pasti apa yang disampaikan
penggunaan dua bahasa atau lebih itu ditandai oleh penceramah.
(1) masing-masing bahasa masih mendukung
fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan PENUTUP
konteksnya, (2) fungsi masing-masing bahasa Penulis dapat menarik kesimpulan tentang
disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan penggunaan alih kode dalam ceramah agama di
perubahan konteks. Hal tersebut merupakan Masjid Nurul Iman Kecamatan Sinjai Borong
landasan perubahan bahasa dalam ceramah yang Kabupaten Sinjai bahwa (1) alih kode terjadi
dilakukan di Masjid Nurul Iman. Peralihan kode karena mayoritas jemaah adalah masyarakat
dilakukan oleh penceramah dalam bahasa yang Bugis yang mempunyai bahasa Ibu adalah bahasa
dipergunakan sukar mencari padanan kata yang Bugis; (2) penggunaan alih kode memungkinkan
relevan dan mudah dimengerti oleh jemaah. penceramah untuk memudahkan berbahasa dan
Sesuai dengan hasil penelitian yang menyampaikan maksud konteks pembicaraan
dilakukan oleh peneliti di lapangan ditemukan yang disampaikan; (3) penggunaan alih kode
bahwa ada kecenderungan penggunaan alih terjadi karena mencari kesepadanan yang lebih
kode oleh penceramah karena penggunaan mudah dicerna oleh jemaah dan penggunaan alih
bahasanya dalam ceramah harus memakai kata- kode itu terjadi apabila dalam konteks bahasa
kata yang biasa ditemukan dalam pergaulan pertama yang digunakan tidak terdapat kata
antarmasyarakat. Oleh karena itu, kata-kata yang yang relevan dengan penggunaan bahasa yang
dipergunakannya dimaksudkan agar jemaah dinginnkan oleh penceramah.
dengan mudah memahaminya sebagai buah Adapun saran-saran yang penulis ajukan
konteks dari pembicaraannya, yaitu mengerti sesuai dengan hasil penelitian ini adalah (1)
apa yang ingin disampaikannya. timbulnya alih kode merupakan hal yang
Dalam konteks ceramah, dampak umum terjadi, ini dilihat dari segi sosiolinguistik
positif yang ditimbukan terjadinya alih kode sehubungan dengan adanya kesalahan-kesalahan
adalah penutur mampu menguasai bahasa berbahasa baik formal maupun nonformal.
secara bersamaan, sehingga penutur dapat Oleh karena itu, diharapkan agar penceramah
menyesuaikan diri dengan keadaan kebahasaan mengurangi penggunaan alih kode tersebut
yang terjadi, misalnya apabila lawan tuturnya karena dapat merusak bahasa Indonesia secara
itu tidak menguasai salah satu bahasa tuturnya. konteks baku yang dipergunakan dalam
Selain itu dampak negatif dapat pula diperoleh keformalan berbicara; (2) diharapkan kepada
akibat penggunaan alih kode tersebut, yaitu penceramah menggunakan alih kode yang
penutur tidak dapat berbahasa secara profesional seperlunya saja jika diperlukan untuk memberi
akibat kebiasaan beralih kode dalam konteks pemahaman kepada pendengar.
pembicaraan. Di samping itu, alih kode tidak
dapat diterima dalam masyarakat pluralistik DAFTAR PUSTAKA
(heterogen) karena kondisi masyarakat tidak
hanya berasal dari bahasa ibu yang sama Chaer, Abdul dan Leoni Agustina.1995.
tetapi dari semua golongan masyarakat seperti Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Rineka
masyarakat perkotaan. Dampak lain yang dapat Cipta, Jakarta.
diperoleh adalah penutur enggan bergaul dengan Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum.
lawan tutur yang lebih baik cara berbahasanya Jakarta:Rineka Cipta
apatah lagi berasal dari daerah lain pula. Dampak Kridalaksana Harimurti. 1993. Kamus Linguistik.
Gramedia Pustaka, Jakarta.
372
M. Ridwan: Alih Kode Bahasa Indonesia Bahasa Bugis...
Nababan, P.W.J. 1993 Sosiolinguistik Suatu Suwito,1983. Sosiolinguistik Teori dan Problem.
Pengantar. Gramedia pustaka, Jakarta Universitas Sebelas Maret. Surakarta
Pateda Mansoer, 1987, Linguistik Suatu Rusyana, Yus. 1989. Perihal Kedwibahasaan
Pengantar. Angkasa, Bandung. (Bilingualisme). Jakarta: Depdikbud
Poedjosoedarmo, Supomo. 1986. Kode dan Alih Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik
Kode. Yogyakarta: BalaiPenelitian Bahasa Memahami Bahasa dalam Konteks
Sumarsono dan Paina Partana. Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta :
(2004). Sosiolinguistik. Yogyakarta:Sabda. Kesaint Blanc.
373