Вы находитесь на странице: 1из 12

RELAKSASI OTOT PROGRESIF, TEKANAN DARAH, NYERI

DAN FATIGUE PADA LANJUT USIA

Jon Welliam Tangka1), Bongakaraeng2), Jeane Lydia Maramis3)


1),
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang II Manado
2),
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. Manguni 20 Malendeng
3),
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang II Manado

Abstract: High blood pressure or hypertension is the third leading killer diseases in
developing countries. While fatigue is one of the most frequent complaints in old age and
is closely related to a decrease in physical activity. The purpose of this study was to
determine the effect of progressive muscle relaxation (ROP) to decrease the level of pain,
fatigue and blood pressure in elderly.
This study is an experimental type of quasi-experiment with pre - post test
design without control group to get an overview and comparison of pre and post
intervention in the intervention group with ROP and Leflet. Time for 4 week study in the
area of the District Health Center Ranomuut Tikala Manado City in 2012 subjects in this
study amounted to 64 people taken actiden sampling.
The mean systolic blood pressure (TDS) both interventions decreased ROP with
Leflet 2 – 3 mmHg and diastolic blood pressure (TDD) remained stable. For the
average pain decreased from the first to the fourth week , and the mean Fatigue scores
increased toward > 30 (quality of life improved). Parametric Wilcoxon test results show
the effect of TDS danTDD the two groups was not significant (p > 0.05) and for pain
only in the first week were not significant (p > 0.05) and the following week up to four
highly significant (p < 0 , 01) and fatigue experienced very bermakan correction
(p < .001). ROP and Leflet no effect on TDS and TDD TD but can maintain stability, and
effect to decrease pain and improve quality of life impact of ROP can be applied to the
elderly at home and in all health services.

Keywords: ROP, Leflet, TD, Pain, Fatigue.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko tahun terakhir. Nyeri tersebut berupa sakit
utama yang dapat mengakibatkan kerusakan kepala hebat,sakit punggung. Keluhan nyeri
berbagai organ target seperti jantung, aorta, ini yang mendorong orang mencari
otak, ginjal, pembuluh darah perifer, dan pertolongan perawatan medis. 80% orang
retina bahkan kematian. Mortalitas penyakit datang datang berobat ke dokter praktek
hipertensi berada pada urutan ke tiga karena keluhan nyeri, Hasdjistavropoulos &
dengan proporsi kematian 6,8%, setelah Craig, (2004). Fatigue juga merupakan salah
penyakit stroke 15,4% dan TB 7,5% satu keluhan yang paling sering muncul
(Riskesdas, 2007). Sementara respon nyeri pada usia tua dan sangat berhubungan
merupakan suatu alasan seseorang untuk dengan kehilangan independen dan penurunan
mencari pelayanan kesehatan untuk terhindar aktivitas fisik meskipun tanpa ketergantungan
dari masalah ketidak nyamanannya. Respon obat atau adanya penyakit psikiatrik (Avlund,
nyeri yang dirasakan berdasarkan laporan Pederson, & Schroll, 2003).
Nasional center for Health Statistics 2006, Upaya untuk menurukan tekanan
dalam AMA (2010) bahwa, satu dari 10 orang darah (TD), mengurangi nyeri dan fatigue
Amerika dan tiga dari lima orang usia lebih antara lain dengan menggunakan teknik
dari 65 tahun mengalami nyeri dalam satu relaksasi. Tehnik relaksasi adalah salah

15
16 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

satu intervensi non farmakologis yang dan sesudah eksperimen. Penelitian ini
pelaksanaannya dapat secara paralel dilakukan dilakukan pada dua kelompok lanjut usia
bersama farmakologis atau tidak. (lansia) yaitu kelompok intervensi ROP dan
Sebuah survey dilakukan oleh Yen, kelompok yang hanya diberikan leflet/
Lee-Lan, dkk, (1996) di Taiwan University petunjuk latihan ROP. Periode penelitian
dan University of Hawai melaporkan bahwa bulan Mei sampai dengan Desember 2012,
teknik relaksasi, frekuensi pengukuran TD, yang dilaksanakan di Puskesmas Ranomut
dan teknik pendidikan semuanya efektif Kecamatan Tikala Kota Manado. Jumlah
dalam mengendalikan hipertensi. Penelitian sampel adalah 64 orang dan dibagi 32 sampel
tersebut diikuti 590 subjek yang diteliti setiap kelompok dengan kriteria lanjut usia
secara acak yang berlatih teknik relaksasi yang bersedia mengikuti ROP dan petunjuk
dirumah, sering melakukan pengukuran TD pada leflet sampai lengkap.
oleh tenaga professional kesehatan, membaca Instrumen ROP, diberikan aba-aba
paket informasi tentang pengendalian sebagai berikut: Persiapan: dimana subjek
hipertensi, atau tidak menerima perlakukan/ sebelum diarahkan untuk memulai
kelompok kontrol. Teknik relaksasi yang pelaksanaan ROP melakukan istirahat selama
diberikan dalam satu sesi instruksi, lima menit kemudian diukur TD, fatigue,
yaitu:mengikuti rekaman prosedur relaksasi nyeri. Dilanjutkan dengan latihan teknik
progresif, dan dorongan untuk melakukan relaksasi nafas dalam. Pada saat tahan nafas
meditasi Buddhis. Hasil pada penelitian melakukan ROP otot wajah: memejamkan
tersebut, pada akhir periode dari uji rerata mata sekuat-kuatnya selama empat detik
penurunan tekanan darah sistolik (TDS) pada dan membuka secara perlahan sambil
kelompok relaksasi adalah 11 mmHg dan menghembuskan nafas. Melakukan kegiatan
penurunan tekanan darah diastolik (TDD) ini 2-3 kali setiap jenis gerakan pada ROP
adalah 4,7 mmHg lebih besar pada kelompok seperti pada bahu, dada, perut, ekstremitas
kontrol. Hasil penelitian tersebut atas dan bawah, hal ini dilakukan sampai
membuktikan ada penurunan rerata baik lengkap tiga kali pada hari tersebut. Kegiatan
tekanan sistolik maupun diastolik dan ini diulangi untuk hari berikutnya minimal
penelitian lain menunjukan teknik relaksasi tiga hari per minggu. Di akhir kegiatan
otot progresif/ROP bersama dengan terapi minggu itu dilakukan pengukuran TD, fatigue,
obat standar, dapat membantu mengontorol nyeri. Demikian pelaksanaan ini sampai
TD pada klien hipertensi terkait dengan minggu ke empat. Hal yang sama untuk leflet
tingkat hipertensinya. berisi instruksi ROP mulai dari persiapan,
Namun seberapa besar pengaruh pelaksanaan sampai fase istirahat.
Relaksasi otot progresif (ROP) atau Relaksasi Pengukuran dilakukan dua kali
Otot Progresif (ROP) dalam menurunkan sebelum dan sesudah intervensi per minggu
tekanan darah, nyeri maupun fatigue belum dan terus dipantau selama empat minggu.
diketahui, pada kelompok lanjut usia sehingga Pengukuran mengikuti kegiatan pelaksanaan
perlu dilakukan. ROP dan pada leflet-ROP. ROP dilaksanakan
selama tiga kali dalam sehari dan minimal tiga
METODE hari perminggu dan dipantau setiap minggu
sampai minggu ke empat.
Jenis penelitian quasi exsperiment dengan Analisis data meliputi univariat dan
rancangan pre-post test without control group. bivariat, analisis yang digunakan untuk setiap
Untuk melihat dan membandingkan kedua kelompok baik kelompok ROP maupun
kelompok intervensi yang dilakukan sebelum kelompok leaflet digunakan Uji non
17 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

parametrik paired sample t-test dan juga dengan standar deviasi. Nilai median dan
dilanjutkan dengan analisis posthoc umur maksimum dan minimum kedua
menggunakan uji Wilcokson. kelompok sama.

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi reponden menurut jenis kelamin


pada penelitian ini diuraikan pada terlihat
Hasil pada Tabel 2 berikut:
Usia rata-rata responden seperti diuraikan
pada Tabel 1 berikut: Tabel 2. Distribusi Responden Intervensi ROP dan
Leflet Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Responden Intervensi ROP dan Variabel Jenis Jumlah (%)
Leflet Berdasarkan Rata-Rata Usia Kelamin
Variabel Mean SD Minimal- Jenis Kelamin Laki-laki 10 31,2
Median Maksimal (Kelompok Perempuan 22 68,8
Umur 68.1965 7.235 60-82 Intervensi ROP)
Kelompok 65 Jumlah 32 100
Intervensi ROP Jenis Kelamin Laki-laki 8 25,0
(thn) (Kelompok Perempuan 24 75,0
Umur 67.4165 6.667 60-82 Intervensi
Kelompok 65 dengan Leaflet)
Intervensi Jumlah 32 100
dengan Leaflet
(thn) Tabel 2 menunjukkan bahwa responden dalam
penelitian ini baik kelompok intervensi ROP
Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa mean usia maupun leflet lebih banyak perempuan
responden dengan kelompok intervensi ROP dibandingkan laki-laki.
lebih tinggi dibandingkan kelompok Tekanan Darah Sistolik (TDS) pada kelompok
intervensi dengan leaflet, demikian halnya intervensi ROP, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Distribusi Responden Intervensi ROP berdasarkan tekanan darah sistolik


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 TDS Mgu 1 134,06 16,822 110-180
130 128-140,13
Post 1 TDS Mgu 1 134,69 16,845 110-180
130 128,61-140,76
Pre 2 TDS Mgu 2 135,94 18,467 90-170
140 129,28-142,60
Post 2 TDS Mgu 2 135,63 16,449 90-170
130 129,69-141,56
Pre 3 TDS Mgu 3 133,44 12,600 110-160
130 128,89-137,98
Post 3 TDS Mgu 3 133,44 12,600 110-160
130 128,89-137,98
Pre 4 TDS Mgu 4 131,56 12,728 110-170
130 126,95-136,15
Post 4 TDS Mgu 4 131,56 12,728 110-170
130 126,97-136,15
18 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Hasil analisis rata-rata pada Tabel 3 mmHg dengan median 130 mmHg, SD
terlihat mean yang tertinggi pada minggu 12,728 mmHg, (126,95-136,15 pada 95% CI)
kedua sebelum dilakukan intervensi adalah dengan TDS terendah 110 mmHg dan
135,94 mmHg dengan median 140 mmHg, tertinggi 170 mmHg.
SD 18,467 mmHg (129,28-142,60 pada Tekanan Darah Diastolik (TDD) pada
95% CI) dengan TDS terendah 90 mmHg dan kelompok intervensi ROP seperti pada Tabel
tertinggi 170 mmHg. Sedangkan mean yang 4 berikut.
terendah pada minggu ke empat adalah 131,56

Tabel 4. Distribusi Responden Intervensi ROP berdasarkan tekanan darah diastolik


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 TDD Mgu 1 85,31 8,026 70-110
80 82,41-88,21
Post 1 TDD Mgu 1 84,06 7,121 70-110
80 81,50-86,63
Pre 2 TDD Mgu 2 85,31 7,177 60-90
90 82,72-87,90
Post 2 TDD Mgu 2 86,69 7,177 60-90
90 82,10-87,28
Pre 3 TDD Mgu 3 87,19 8,126 70-110
90 84,24-90,12
Post 3 TDD Mgu 3 87,19 8,126 70-110
90 84,26-90,12
Pre 4 TDD Mgu 4 85,94 6,652 80-110
90 83,54-88,34
Post 4 TDD Mgu 4 85,94 6,652 80-110
90 83,54-88,34

Hasil analisis pada Tabel 4 terlihat mean yang Hasil analisis Tabel 5 terlihat mean yang
tertinggi pada minggu ketiga setelah tertinggi pada minggu pertama sebelum
dilakukan intervensi adalah 87,19 mmHg dilakukan intervensi adalah 135 mmHg
dengan median 90 mmHg, SD 8,126 mmHg dengan median 135 mmHg, SD 11,640
(84,26-90,12 pada 95% CI) dengan tekanan mmHg (130,83-139,49 pada 95% CI) dengan
TDD terendah 70 mmHg dan tertinggi tekanan darah sistolik (TDS) terendah 110
110 mmHg. Sedangkan mean yang terendah mmHg dan tertinggi 160 mmHg. Sedangkan
pada minggu pertama adalah 84,06 mmHg mean yang terendah pada minggu pertama
dengan median 80 mmHg, SD 7,121 mmHg, adalah 135 mmHg dengan mean 130, SD
(81,50-86,63 pada 95% CI) dengan TDD 10,298 mmHg, (128,10-135,77 pada 95% CI)
terendah 70 mmHg dan tertinggi 110 mmHg. dengan TDS terendah 110 mmHg dan
Hasil pengukuran TDS pada kelompok tertinggi 150 mmHg.
intervensi leaflet seperti pada Tabel 5.
19 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Tabel 5. Distribusi Responden Intervensi Leaflet berdasarkan tekanan darah sistolik


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95 % CI Maksimal
Pre 1 TDS Mgu 1 135 11,640 110-160
130 130,83-139,49
Post 1 TDS Mgu 1 131,88 10,298 110-150
130 128,10-135,77
Pre 2 TDS Mgu 2 131,88 10,298 110-150
130 130,75-138,29
Post 2 TDS Mgu 2 133,44 11,807 100-150
130 130,75-138,93
Pre 3 TDS Mgu 3 134,06 11,876 100-150
130 131,39-138,97
Post 3 TDS Mgu 3 133,75 11,846 100-150
130 131,07-138,61
Pre 4 TDS Mgu 4 132,81 11,977 100-150
130 130-137,74
Post 4 TDS Mgu 4 132,19 9,064 110-150
130 128,88-135,63

Hasil pengukuran TDD pada kelompok leaflet seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Intervensi Leaflet berdasarkan tekanan darah diastolik


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 TDD Mgu 1 90,63 12,936 70-110
90 86,20-95,74
Post 1 TDD Mgu 1 90,94 12,536 70-110
90 86,68-95,91
Pre 2 TDD Mgu 2 85,94 7,560 70-110
90 83,24-88,92
Post 2 TDD Mgu 2 86,56 7,007 70-110
90 84,74-89,45
Pre 3 TDD Mgu 3 90,94 11,461 70-100
90 87,58-95,64
Post 3 TDD Mgu 3 92,19 11,284 70-100
90 88,98-96,83
Pre 4 TDD Mgu 4 90,31 11,212 70-110
90 87,02-94,91
Post 4 TDD Mgu 4 89,06 9,955 70-110
90 85,32-92,74

Hasil analisis pada Tabel 6 terlihat mean yang terendah 70 mmHg dan tertinggi 100 mmHg.
tertinggi pada minggu ketiga setelah Sedangkan mean yang terendah pada minggu
dilakukan intervensi adalah 92,19 mmHg ke dua adalah 85,94 mmHg dengan median
dengan median 90 mmHg, SD 11,284 mmHg 90 mmHg, SD 7,560 mmHg, (83,24-88,92
(88,98-96,83 pada 95% CI) dengan TDD
20 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

pada 95% CI) dengan TD terendah 70 mmHg Hasil pengukuran nyeri terlihat pada
dan tertinggi 110 mmHg. kelompok intervensi ROP seperti pada Tabel
7 berikut:

Tabel 7. Distribusi Responden Intervensi ROP berdasarkan nyeri


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 Nyeri Mgu 1 3,56 1,076 2-4
3 3,17-3,95
Post 1 Nyeri Mgu 1 3,41 1,132 2-4
3 3-3,81
Pre 2 Nyeri Mgu 2 3,41 1,191 2-4
3 3-3,81
Post 2 Nyeri Mgu 2 3,00 1,191 1-5
3 2,57-3,43
Pre 3 Neyri Mgu 3 3,00 1,125 1-5
3 2,57-3.43
Post 3 Nyeri Mgu 3 2,66 1,100 1-4
2 2,25-3,06
Pre 4 Nyeri Mgu 4 2,63 0,948 1-4
2 2,23-3,02
Post 4 Nyeri Mgu 4 2,44 4,233 1-4
2 2,10-2,78

Tabel 7 terlihat mean yang tertinggi adalah 2,44 dengan median 2, SD 4,233,
pada minggu pertama sebelum dilakukan (2,10-2,78 pada 95% CI) dengan nyeri
intervensi adalah 3,56 dengan median 3, terendah 1 dan tertinggi 4.
SD 1,076 (3,17-3,95 pada 95% CI) dengan Hasil pengukuran nyeri terlihat pada
nyeri terendah 2 dan tertinggi 4. Sedangkan kelompok intervensi leaflet seperti pada Tabel
mean yang terendah pada minggu ke empat 8 berikut.

Tabel 8. Distribusi Responden Intervensi Leaflet berdasarkan nyeri


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 Nyeri Mgu 1 3,97 0,875 3-6
4 3,65-4,29
Post 1 Nyeri Mgu 1 3,90 0,870 3-6
4 3,58-4,22
Pre 2 Nyeri Mgu 2 3,87 0,871 3-6
4 3,58-4,22
Post 2 Nyeri Mgu 2 3,50 0,842 2-6
3 3,20-3,83
Pre 3 Neyri Mgu 3 3,50 0,842 2-6
3 3,20-3,83
Post 3 Nyeri Mgu 3 3,16 0,884 2-6
3 2,87-3,51
Pre 4 Nyeri Mgu 4 3,13 0,871 2-6
3 2,85-3,48
Post 4 Nyeri Mgu 4 2,66 0,937 2-6
2 2,33-3,02
21 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Hasil analisis pada Tabel 8 terlihat mean yang ke empat adalah 2,66 dengan median 2,
tertinggi pada minggu pertama sebelum SD 0,937, (2,33-3,02 pada 95% CI) dengan
dilakukan intervensi adalah 3,97 dengan nyeri terendah 2 dan tertinggi 6.
median 4, SD 0,875 (3,65-4,29 pada 95% CI) Hasil pengukuran fatigue yang ditunjukan
dengan nyeri terendah 3 dan tertinggi 6. kelompok intervensi ROP seperti pada Tabel
Sedangkan mean yang terendah pada minggu 9 berikut.

Tabel 9. Distribusi Responden Intervensi ROP berdasarkan fatigue


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 Fatigue Mgu 1 21,88 4,233 17-16
21 20,35-23,40
Post 1 Fatigue Mgu 1 23,41 4,478 21-16
23 21,79-25,02
Pre 2 Fatigue Mgu 2 23,41 4,478 21-16
23 21,79-25,02
Post 2 Fatigue Mgu 2 26,28 4,664 21-16
27 24,60-27,96
Pre 3 Fatigue Mgu 3 26,28 4,664 21-16
27 24,60-27,96
Post 3 Fatigue Mgu 3 29,66 5,178 21-16
30 27,79-31,52
Pre 4 Fatigue Mgu 4 29,66 5,178 21-16
30 27,79-31,52
Post 4 Fatigue Mgu 4 31,56 5,291 21-17
32 29,63-33,47

Hasil analisis pada Tabel 5.9 terlihat Hasil analisa rata-rata pada tabel 10 terlihat
mean yang tertinggi pada minggu ke empat mean yang tertinggi pada minggu ke empat
setelah dilakukan intervensi adalah 31,56 setelah di lakukan intervensi adalah 30,44
dengan median 32, SD 5,291 (29,63-33,47 dengan median 30, SD 4,406 (28,75-32,03
pada 95% CI) dengan fatigue terendah 17 dan pada 95% CI) dengan fatigue terendah 17 dan
tertinggi 21. Sedangkan mean yang terendah tertinggi 25. Sedangkan mean yang terendah
pada minggu pertama adalah 221,88 dengan pada minggu pertama adalah 19,78 dengan
mean 21, SD 4,233, (20,35-23,40 pada median 18,50 SD 7,581, (116,65-22,09 pada
95% CI) dengan fatigue terendah 16 dan 95% CI) dengan fatigue terendah 12 dan
tertinggi 17. tertinggi 30.
Hasil pengukuran fatigue yang ditunjukan
kelompok intervensi leflet seperti pada
Tabel 10.
22 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Tabel 10. Distribusi Responden Intervensi Leflet berdasarkan fatigue


Variabel Mean SD Minimal –
Median 95% CI Maksimal
Pre 1 Fatigue Mgu 1 19,78 7,581 30-12
18,50 16,65-22,09
Post 1 Fatigue Mgu 1 21,69 7,558 30-12
20 18,63-24,08
Pre 2 Fatigue Mmgu 2 25,47 7,558 30-12
20 18,63-24,08
Post 2 Fatigue Mgu 2 25,47 5,836 25-17
24,50 23,13-27,39
Pre 3 Fatigue Mgu 3 25,47 5,836 25-17
24,50 23,13-27,39
Post 3 Fatigue Mgu 3 27,91 4,658 25-17
27,50 26,06-29,49
Pre 4 Fatigue Mgu 4 27,91 4,658 25-17
27,50 26,06-29,49
Post 4 Fatigue Mgu 4 30,44 4,406 25-17
30 28,75-32,03

Uji lebih lanjut dengan uji non parametrik fatigue pada ROP dan Leaflet seperti pada
Wilcoxon pada variabel TDS, TTD, nyeri dan Tabel 11.

Tabel 11. Uji non parametrik Wilcoxon pada variabel TDS, TTD,
Nyeri dan Fatigue Pada ROP dan Leaflet
Variabel Tekanan darah Tekanan darah Nyeri Fatigue
Sistolik (TDS) Diastolik (TDD)
ROP Leaflet ROP Leaflet ROP Leaflet ROP Leaflet
1pre-1post 0,157 0,023* 0,046* 0,564 0,59 0,157 0,01* 0,000*
1pre-2post 0,392 0,394 0,670 0,030* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
1pre-3post 0,815 0,557 0,201 0,190 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
1pre-4post 0,190 0,08 0,712 0,414 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
2pre-2post 0,705 0,334 0,317 0,414 0,000* 0,001* 0,000* 0,000*
2pre-3post 0,241 0,227 0,268 0,001* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
2pre-4post 0,047* 0,471 0,669 0,056 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
3pre-3post 1,0 0,785 1,00 0,157 0,008* 0,005* 0,000* 0,000*
3pre-4post 0,218 0,204 0,467 0,381 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
4pre-4post 1,0 0,68 1,00 0,305 0,014* 0,000* 0,000* 0,000*
Ket: * bermakna (p-value<α=0,05)

Berdasarkan Tabel 11, pre-post test yang sedangkan minggu yang lain sangat
menunjukkan pengaruhnya bermakna yaitu berpengaruh. Untuk pre-post Leaflet pada
ROP pada minggu ke dua dan empat dalam minggu pertama tidak berpengaruh dalam
menurunkan TDS, Leaflet pada minggu menurunkan nyeri, sedangkan minggu yang
pertama menurunkan TDS, ROP pada minggu lainnya sangat berpengaruh. Untuk pre-post
pertama menurunkan TTD, Leaflet pada ROP pada minggu pertama hingga minggu
minggu ke dua dan ketiga menurunkan TTD. terakhir menunjukan pengaruh yang sangat
Untuk pre-post ROP pada minggu pertama bermakna.Untuk pre-post leaflet pada minggu
tidak berpengaruh dalam menurunkan nyeri,
23 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

pertama hingga minggu terakhir menunjukan beraktivitas, emosi dan stress, serta turun saat
pengaruh yang sangat bermakna. tidur. Pada umumnyakenaikkan tekanan darah
baru diketahui sewaktu pemerikasaan skrining
Pembahasan kesehatan.
Proses menua pada seseorang Penelitian lain yang mendukung hasil
merupakan proses biologis yang terjadi secara penelitian ini yaitu Yung, French, Leung
perlahan-lahan, dapat dengan pertambahan (2001), di Hongkong tentang latihan relaksasi
usia, keadaan genetik, keterpaparan terhadap sebagai terapi komplementer untuk kontrol
lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan mild hypertensi dan implikasi evidence based
gangguan, kerusakan mulai dari tingkat sel medicine pengakajian selama 8 minggu untuk
dan secara gradual meningkat sampai ke mendapatkan terapi random ROP, stretch
organ sehingga menyebabkan suatu penyakit release relaxation (SR) dan cognitive imagery
yang ditandai dengan respon adanya nyeri, relaxation (COG). Hasil dari tiga kelompok
fatigue dan peningkatan tekanan darah terjadi treatment menunjukan penurunan TD, dimana
pembatasan pemenuhan kebutuhan, karena SR memberikan penurunan terbesar. Analisa
keterbatsan aktifitas yang memperberat varian lebih menunjukan perbedaan bermakna
keadaan seseorang tersebut. pada TDS tetapi bukan TDD. Kelompok SR
Pada penelitian ini menunjukkan rerata dan ROP lebih efektif menurunkan TD
usiaresponden lansia antara kelompok dibandingkan dengan COG.
perlakuan ROP dan Leaflet yaitu antara 67-68 Pada penelitian ini kategori rerata TD
tahun dimana usia terendah 60 tahun dan usia baik TDS maupun TDD pada kelompok ROP
tertinggi 82 tahun. Hal ini menurut WHO dan Leflet berdasarkan klasifikasi JNC 7 yaitu
(dalam, Efendi& Makhfudli, 2009) termasuk termasuk prehipertensi. Pada lansia diatas
katagori elderly 60-74 tahun. Pada rerata usia 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik
ini masih dapat melakukan aktivitas terisolasi (TDS 160 mmHg dan diastolik
keseharian, mengikuti aktivitas ROP secara 90mmHg) dengan penurunan TD terbukti
rutin baik yang yang dipantau secara langsung mengurangi insidensi gagal jantung,
maupun yang mengikuti petunjuk leflet. mengurangi dimensia dan dapat membantu
Karena pada rerata usia ini mudah lupa secara fungsi kognitif. Hasil studi menurut Gray,
wajar sekitar 39% dan dimensia pada usia Dawkins, Simpson, dan Morgan (2005),
65 tahun sekitar 8% (Pramantara, 2004), maka menunjukkan kombinasi terapi dengan
dilibatkan keluarga untuk mengingatkan aktifitas bermanfaat sampai usia 80 tahun, dan
pelaksanaan ROP ini. lebih dianjurkan jika terapi sudah dimulai dari
Pemberian penjelasan dan tuntunan awal ketika terditeksi adanya peningkatan
lewat leflet yang jelas tentang pentingnya tekanan darah. Perubahan gaya hidup
manfaat ROP bagi lansia dan keluarga antaralain dengan aktivitas seperti ROP yang
memberikan manfaat ganda yaitu bagi lansia dilakukan secara rutin dan berkesinambungan
dapat melaksanakan ROP dengan rutin meningkatkan kemampuan jantung dan
dan dapat secara optimal melakukan keuntungannya secara klinis dapat
gerakan-gerakannya karena dilakukan secara menurunkan TDS dan mempertahankan TDD.
bersama-sama, dan bagi keluarga disamping Tekanan darah akan cenderung
dapat memberikan dukungan dapat menurun ketika seseorang melakukan aktifitas
menciptakan kebiasaan baru ROP menjadi secara teratur sehingga terjadi kelenturan fisik
satu bagian yang dilaksanakan ditengah- pada otot terlatih peningkatan kesigapan.
tengah keluarga. Perubahan tekanan darah Latihan regular memberikan suatu jalan
pada lansia bervariasi tergantung keadaan saat untuk mencegah dan menggempur beban.
24 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Juga terdapat bukti hypertensi dan stroke, umumnya dapat melakukan aktifitas dengan
akan meningkat pemulihannya dengan berkurangnya keadaan fatigue.
peningkatan aktifitas fisik (Tsatsoulis & Fatigue merupakan gejalah yang
Fountoulakis, 2006). muncul pada lansia akibat adanya gangguan
Pada umumnya populasi lansia, latihan fisik dan psikis. Fatigue akan mempengaruhi
aerobik adalah efektif untuk menurunkan kualitas hidup seseorang di mana akan
tekanan darah (McDonald, Blackwell, & terjadi perubahan pola tidur bahkan aktifitas
Meurer, 2006). Hasil riset juga membuktikan sehari-hari dalam memenuhi kebutuhannya.
bahwa ketika pasien melekat pada latihan Latihan dapat menangani fatigue pada
sedang secara intensif apakah dibawah kontrol penyakit kronis. Keuntungan latihan adalah
maupun tidak dikontrol, adalah cukup untuk meningkatnya phosporilasi oksidatif otot,
menurunkan tekanan darah dalam jangka meningkatnya masa otot, dan mempercepat
pendek maupun panjang (Cox, 2006). myosin rantai berat isoforms (Andersen,
Berdasarkan hasil penelitian terlihat Magnusson, et al., 2005). Perubahan
dari penurunan rerata nyeri untuk setiap peripheral dengan latihan tahanan berjumlah
minggu treatment. Lansia yang melakukan 40% meningkatkan kekuatan. Umumnya
aktifitas yang teratur akan mengeluarkan kekuatan meningkat dalam beberapa hari
endorfin yang mengakibaakan mengurangi latihan, sebelum ada perubahan pada potong
rasa nyeri dan merasa lebih bugar. Hal ini lintang otot.Kecepatan dari kontraksi otot
akan meningkatkan aktifitas lansia dalam meningkat dengan latihan tahanan, dimana
pemenuhan kebutuhannya dengan terjadinya adalah suatu mekanisme neuroadaptif
peningkatakan aktifiats dari lansia itu sendiri. (Kamen, 1983).
Fatigue merupakan gejala umum yang Adanya aktifitas secara rutin dan
dialami di banyak penyakit, seperti kanker, berkesinambungan dapat menghilangkan
penyakit pulmonary obstruksi kronis (PPOK), perasaan lelah di mana akan menimbulkan
multiple sclerosis, penyakit mitokondria, peningkatan HDL dan penurunan LDL pada
gangguan neuromuscular, penyakit Parkinson serum darah sehingga terjadi kelancaran pada
dan post polimyolitis dan post stroke, dsb. sirkulasi darah yang mengakibatkan lansia
Fatigue dibatasi dengan suatu kehilangan akan merasa lebih segar, mempunyai kekuatan
pogresif terhadap kemampuan terhadap baru, dan menurunkan laju kerusakan pada
kekuatan maksimal secara umum selama tubuh.
(atau mengikuti) pengulangan atau
keterbatasan kontraksi otot atau kehilangan KESIMPULAN DAN SARAN
generasi kekuatan selama suatu tugas.
Pada penelitian ini menunjukan skor Kesimpulan
tingkat fatigue untuk kelompok perlakuan Rerata TDD pada kelompok intervensi ROP
ROP terlihat cenderung meningkat dimana dan Leaflet dapat mempertahankan tekanan
menurut pengukuran FACIT fatigue versi 4 darah diastolik pada rerata 85 mmHg sampai
semakin tinggi skornya semakin kurang atau 87 mmHg selama 4 minggu perlakuan. Rerata
rendah perasaan lelahnya, demikian juga skala nyeri pada kelompok intervensi ROP
dengan kelompok perlakuan leaflet terlihat dan Leaflet terjadi penurunan lebih dari
cenderung meningkat. Dimana penilaian/skor 1 level nyeri selama 4 minggu.Rerata tingkat
memperlihatkan lebih dari 30 hal ini fatigue pada kelompok intervensi ROP dan
ber indikasi membaiknya kualitas hidup Leaflet skor pencapaian meningkat (semakin
lansia. Atau dapat dikatakan responden meningkat skor semakin tidak lelah)
10 poin. Terdapat pengaruh yang bermakna
25 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

ROP pada pre-post minggu ke dua dan ke Avlund, K., Pederson, A.N., & Schroll, M.
empat kelompok perlakuan ROP terhadap (2003). unctional decline from age 80
TDS, dan pre-post minggu pertama pada to 85: Influence of preceding changes
kelompok perlakuan leaflet dan. lainnya in tiredness in daily activities.
tidak terdapat pengaruh yang bermakna. Psychosomatic Medicine, 65, 771-777.
Terdapat pengaruh yang bermakna ROP pada Cox, K.L. (2006).Exercise and blood
pre-post minggu pertama perlakuan ROP pressure: applying findings from the
terhadap TDD, dan pre-post minggu ke dua laboratory to the community setting.
pada kelompok perlakuan leaflet dan lainnya Clinical and experimental
tidak terdapat pengaruh yang bermakna. pharmacology and physiology, 33
Tidak ada pengaruh secara bermakna pre-post (9),868-871.
pada kelompok intervensi ROP maupun Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan
Leaflet sedangkan yang lainnya dari minggu Kesehatan Komunitas : Teori dan
pertama kedua sampai minggu ke empat Praktik dalam Keperawatan. Jakarta :
terdapat pengaruh yang sangat Salemba Medika.
bermakna.Terdapat pengaruh secara bermakna Falger, P. R. J. and Schouten, E. G. W.
pre-post pada kelompok intervensi ROP (1992)Exhaustion, psychological
maupun leaflet mulai dari minggu pertama stressors in the workenvironment, and
sampai pada minggu ke empat. acute myocardial infarction inadult
men. Journal of Psychosomatic
Saran Research 36,777-786.
Perlunya penerapan ROP pada lansia secara Hasdjistavropoulos, T and Craig, K.D.(2004).
rutin dan berkesinambungan yang melibatkan An introduction to pain: psychologycal
lansia secara langsung, keluarga, maupun di perspectives. Lawrence Erlbaum
tunjang oleh program pemerintah seperti pada Associates, Publishers: Mahwah, New
kegiatan posyandu cerdas lansia. Perlunya Jersey, London.
sosialisasi penerapan ROP pada masyarakat Kamen G. (1983). The acquisition of maximal
terlebih khusus lansia baik yang ada di rumah isometricplantar flexor strength: a
maupun sementara rawat jalan. Perlunya force-time curveanalysis. J Mot Behav
pengembangan penelitian lebih lanjut dengan 1983;15:63−73. [15151884]
teknik ROP di kombinasi dengan imegery McDonald, K. C., Blackwell, J. C., & Meurer,
relaxsation dengan perubahan penurunan L. N. (2006). Clinical inquiries.What
kecemasan; depresi pada lansia. lifestyle changes should we
recommend for the patient with
DAFTAR PUSTAKA newlydiagnosed hypertension?
Journal of Family Practice, 55(11),
AMA. (2010). Modul 1, pain management: 991–993.
pathophysiology of pain and pain Potter, P.A. & Perry, A.G. (2006).
assessment. Chicago, IL. Fundamental of Nursing, (6th ed),
mark.evans@ama-asa.org. USA: Mosby Company.
Andersen LL, Andersen JL, MagnussonSP, et Pramantara, D.P.(2004) sindrom geriatri.
al. (2005). Changes in human muscle Bahan kuliah: tidak dipublikasikan.
orce-velocityrelationship in response Yoyakarta: FK.UGM.
to resistance trainingand subsequent RISKESDAS (2007).Jakarta: Badan
detraining.J Appl Penelitian dan Pengembangan
Physiol2005;99:87−94. [15731398] Kesehatan, Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia.
26 JIK Volume 8 No. 1 Oktober 2013 Tangka, J,W, dkk. Relaksasi Otot

Stephen SA. (2008).Fatigue in older adults Yen, Lee-Lan, et al. (1996).Comparison of


with stable heart failure.Heart relaxation techniques, routine blood
Lung.2008;37(2):122–131. pressure measurements, and self-
Tsatsoulis, A.,& Faountoulakis, S. (2006). learning packagesin
The protective role of exercise on hypertensioncontrol.Preventive
stress system dysreguation and Medicine, Vol. 25, No. 3, May/June
comorbiditive. Annals of the New 1996, pp. 339-45
York Academy of Sciences, 1083, Yung P., French P., and Leung B. (2001)
196-213. Relaxation training as complementary
The 7 repor of JNC.(2004). Prevention, therapy for mild hypertension control
detection, evaluation, and treatment of and the implications of evidence-
highbloodpressure.Dalam basedmedicine. Complementary
http://www.nhlbi.nih.gov/ Therapies in Nursing &Midwifery
guidelines/hypertension/jnc7full.pdf (2001) 7, 59-65. 2001Harcourt
diendu tanggal 28 Desember 2012. Publishers Ltd.

Вам также может понравиться