Вы находитесь на странице: 1из 10

EduChemia Vol.2, No.

2, Juli 2017
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

VALIDASI METODE DAN PENENTUAN KADAR


ASAM SALISILAT BEDAK TABUR DARI PASAR
MAJALAYA
Fenti Fatmawati1, Lina Herlina1.
1
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung, jl. Soekarno Hatta no 754 Bandung

*E-mail: fentisabian@gmail.com

Diterima: 20 Februari 2017. Disetujui: 19 Juli 2017. Dipublikasikan: 30 Juli 2017

Abstract: Salicyl powder is a powder containing salicylic acid as the active ingredient. This
powder is generally used to relieve complaints of itching caused by prickly heat, and other
skin disorders. The present of salicylic acid in talcum is 2% maximum based on BPOM
regulation. The purpose of this study was to validate the method and determine the level of
salicylic acid in the labeled and non labeled powder cosmetics using UV spectrophotometric
method. The results showed a linear calibration curve with regression equation y=0.029x +
0.038 and coeficient of correlation as 0.999. The recovery of salicylic acid in this sample
simulation in range 91.28% - 96.71%. The intraday relatives standard deviation (RSD) was
0.26%. The interday relatives standard deviation (RSD ) were 0.25%, 0.33% and 0.26%. The
results showed that the validity test performed indicates that the uv vis spectrophotometric
method has met the validation requirements. The sixth samples of talcum cosmetics contain
salicylic acid. The results showed that salicylic acid levels in cosmetic products did not
exceed the maximum and safe to use. The measurment in three branded samples were 1,66%,
0,50% and 0,19%. The results in non branded samples were 0,15%, 0,19% and 0,009%.
Keywords: Salicylic acid, talcum, Ultraviolet-Visible Spectrophotometry

Abstrak: Bedak Salisil adalah bedak yang mengandung asam salisilat sebagai zat aktifnya.
Bedak ini pada umumnya digunakan untuk menghilangkan keluhan gatal-gatal yang
disebabkan oleh biang keringat, dan gangguan kulit lainnya. Kadar asam salisilat dalam
bedak tidak boleh lebih dari 2% berdasarkan peraturan Badan POM. Tujuan penelitian ini
adalah melakukan validasi metode dan menentukan kadar asam salisilat dalam sediaan
kosmetika bedak tabur berlabel (bermerk) dan non label (tanpa merk) menggunakan metode
spektrofotometri UV. Hasil penelitian menunjukkan kurva kalibrasi linier dengan persamaan
regresi y= 0,029x + 0,038 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0,999. Persen perolehan kembali
asam salisilat dalam sampel simulasi mempunyai rentang 91,28% - 96,71%. Koefisien
variasi dalam hari sebesar 0,26%, sedangkan dalam antar hari nilai koefisien variasi adalah
0,25%, 0,33% and 0,26%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji validitas yang dilakukan
menunjukkan bahwa metode spektrofotometri uv vis telah memenuhi persyaratan validasi.
Enam sampel kosmetik bedak tabur yang dianalisis mengandung asam salisilat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar asam salisilat dalam produk kosmetik tidak melebihi
batas maksimal dan aman untuk digunakan. Kadar asam salisilat yang diperoleh pada tiga
sampel berlabel adalah 1,66%, 0,50% dan 0,19%. Kadar asam salisilat pada tiga sampel non
label adalah 0,15%, 0,19% dan 0,09%.

141
142 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Fatmawati dan Herlina

Kata kunci: Asam salisilat, bedak, spektrofotometri UV

PENDAHULUAN yang berkhasiat sebagai fungisidal dan

Kosmetik Menurut Permenkes RI bakteriostatis lemah. Asam salisilat

No: 1175/MenKes/PER/VIII/2010 adalah bekerja keratolitis sehingga digunakan

bahan atau sediaan yang dimaksudkan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi

untuk digunakan pada bagian luar tubuh jamur yang ringan (Astuti, 2007).

manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir Asam salisilat sebagai zat aktif utama

dan organ bagian luar) atau gigi dan maupun tambahan tersedia dalam

membran mukosa mulut terutama untuk berbagai produk dengan beragam

membersihkan, mewangikan, mengubah vehikulum. Penggunaan asam salisilat

penampilan dan atau memperbaiki bau harus tetap berhati-hati dan tidak boleh

badan atau melindungi atau memelihara diberikan pada area yang luas dalam

tubuh pada kondisi baik. Bedak tabur jangka panjang (Sulistyaningrum, 2012).

(Loose powder) merupakan produk Asam salisilat merupakan zat yang

kosmetik bedak yang memiliki bentuk sering ditambahkan pada produk

bubuk halus. perawatan kulit untuk jerawat dan

Asam salisilat dikenal juga dengan psoriasis. Dalam Peraturan Kepala

Asam 2,hidroksi-benzoat merupakan Badan POM RI Nomor

senyawa golongan fenol (Warrier, 2013). Hk.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011

Pemerian hablur, biasanya berbentuk tentang Persyaratan Teknis Bahan

jarum halus atau serbuk halus; putih; rasa Kosmetika, kadar asam salisilat dibatasi

agak manis, tajam dan stabil di udara. 3% untuk produksi bilas dan 2% untuk

Bentuk sintetis warna putih dan tidak produk lainnya.

berbau. Kelarutannya sukar larut dalam Asam salisilat adalah obat topikal

air dan dalam benzena. Mudah larut murah yang digunakan sebagai bahan

dalam etanol dan dalam eter. Larut dalam penting dalam banyak produk perawatan

air mendidih dan agak sukar larut dalam kulit yaitu untuk pengobatan jerawat,

kloroform. Khasiat dan penggunaan psoriasis, kapalan, kutil, ketombe, dan

sebagai keratolitikum (menipiskan masalah kulit lainnya (Choi, 2012).

selaput kulit/meratakan kulit) dan anti Asam salisilat bekerja sebagai keratolitik,

fungi. Asam salisilat merupakan senyawa komedolitik dan sebagai bakteriostatik,

e-ISSN 2502-4787
Validasi Metode Dan Penentuan Kadar Asam Salisilat 143

membuka pori-pori yang tersumbat, juga kemudiaan ditambahkan kembali pelarut


digunakan dalam beberapa produk sampo tersebut sampai tanda batas.
untuk mengobati ketombe (Patil, 2015).
Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum
METODE
Panjang gelombang (λ) maksimum
Penelitian ini dimulai dengan
ditentukan dengan cara memindai
pengambilan sampel secara acak yang
serapan standar dalam spektro UV-Vis
beredar di daerah Majalaya , Kabupaten
pada kisaran panjang gelombang 200-400
Bandung dimana popularitas produk
nm.
kosmetik bedak tabur yang diambil sudah
mewakili sampel yang beredar. Sampel
Persiapan kurva kalibrasi
bedak tabur kemudian di ambil sebanyak
6 sampel yaitu 3 sampel bedak tabur Absorbansi larutan standar diukur

yang berlabel dan 3 sampel bedak tabur pada λ maksimum yang telah ditentukan

tanpa label. yang kemudian dibuat persamaan garis


kurva kalibrasinya. Kurva kalibrasi
Penyiapan Reagen Untuk Uji Kualitatif dibuat melalui hubungan serapan panjang
gelombang (absorpsi) terhadap
Sejumlah 1 g FeCl3 dimasukan
konsentrasi dari beberapa larutan standar
kedalam labu ukur 100 mL dan
yang dibuat satu seri larutan baku asam
dilarutkan dengan akuades sampai tanda
salisilat dengan konsentrasi bertingkat.
batas, sehingga diperoleh FeCl3 1%.
Diukur serapaan konsentrasi pada

Optimasi Pelarut panjang gelombang masing-masing.


Dibuat larutan standar dengan 7
Optimasi pelarut dilakukan pada
konsentrasi yaitu ; 7 bpj, 10 bpj, 13 bpj,
beberapa pelarut organik yaitu aseton,
16 bpj, 19 bpj, 22 bpj dan 25 bpj.
etanol dan methanol.

Penentuan Batas Deteksi dan Batas


Pembuatan Larutan Standar 100 bpj Kuantisasi
Dipipet 2,5 mL dari larutan induk Dari kurva kalibrasi dapat dilakukan
1000 bpj, dimasukkan kedalam labu ukur penentuan batas deteksi dan batas
25 mL, ditambahkan 10 mL metanol kuantisasi dengan menggunakan rumus:
(hasil yang optimal). Dikocok homogen, √∑

e-ISSN 2502-4787
144 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Fatmawati dan Herlina

Batas deteksi (BD): Penentuan Akurasi dan Presisi

Sebanyak 500 mg bedak simulasi


ditimbang dari masing-masing

Batas kuantisasi (BK): konsentrasi 80%, 100%, dan 120% dalam


gelas kimia 25 mL, ditambahkan 10 mL
pelarut pengekstraksi kemudian lakukan
sonikasi selama 15 menit, hasil ekstraksi
Uji Linieritas
di sentrifuga selama 20 menit sampai
Dari data tersebut juga dapat
menjadi larutan bening dan ada endapan.
dilakukan perhitungan linieritas dengan
Untuk memisahkan larutan dengan
rumus dibawah ini:
endapan, larutan disaring menggunakan
kertas saring, masukkan kedalam labu
ukur 10 mL, ditambahkan metanol
Keterangan: sampai tanda batas. Dipipet 2 mL larutan
X= rata-rata konsentrasi larutan standar. sampel simulasi, kemudian masukkan
kedalam labu ukur 10 mL ditambahkan
Pembuatan Bedak Tabur Simulasi metanol sampai tanda batas. Kemudian
Bedak tabur tanpa asam salisilat dipipet kembali 1 mL kedalam labu ukur
(talkum) ditimbang sebanyak 5 gram 10 mL dan ditambahkan pelarut sampai
kemudian dimasukkan kedalam mortir tanda batas. Diukur absorbansinya
dan ditambahkan asam salisilat dengan menggunakan Spektrofotometri UV pada
konsentrasi yang berbeda. 80% dengan panjang gelombang 302 nm.
penambahan asam salisilat sebanyak 80
Akurasi (% Recovery)
mg, 100% dengan penambahan asam
Recovery dapat dihitung dengan cara
salisilat sebanyak 100 mg dan 120%
penentuan nilai perolehan kembali seperti
dengan penambahan asam salisilat
dibawah ini:
sebanyak 120 mg. Aduk sampai
homogen. Masukkan kedalam wadah
bedak untuk kemudian ditimbang pada
proses preparasi dan akurasi Presisi
menggunakan bedak tabur simulasi. Presisi dapat di ukur sebagai simpangan
baku atau simpangan baku relatif

e-ISSN 2502-4787
Validasi Metode Dan Penentuan Kadar Asam Salisilat 145

(koefesian variasi). Dapat dihitung menggunakan Spektrofotometri UV pada


dengan cara berikut: panjang gelombang 302 nm.
√∑
Simpangan baku (SD)
HASIL DAN PEMBAHASAN

Atau sebagai koefesien variasi (KV) Penelitian ini bertujuan untuk

KV menganalisis kadar asam salisilat dalam


sediaan bedak tabur. Adapun sampel

Analisis Sampel bedak tabur yang digunakan dalam


penelitian ini adalah bedak tabur yang
Sejumlah 500 mg sampel bedak tabur
beredar di pasaran sekitar daerah
ditimbang dari masing-masing sampel
Majalaya, Kabupaten Bandung. Bedak
dalam gelas kimia 25 mL dan dilarutkan
tabur tersebut meliputi bedak tabur yang
dengan 10 mL pelarut pengekstraksi
dijual dengan label dan tanpa label.
kemudian dilakukan sonikasi selama 15
Analisis asam salisilat ini menggunakan
menit. Larutan dimasukkan kedalam
alat Spektrofotometri UV.
tabung reaksi, kemudian hasil ekstraksi
Penggunaan Spektrofotometri UV
disentrifuga selama 20 menit hingga
untuk penetapan kadar asam salisilat
tidak berwarna dan ada endapan,
dalam bedak ini karena asam salisilat
Kemudian larutan disaring menggunkan
selain mempunyai gugus hidroksi juga
kertas saring, dimasukkan kedalam labu
mempunyai gugus kromofor sehingga
ukur 10 mL, ditambahkan dengan
dapat ditentukan menggunakan alat
metanol sampai tanda batas. Filtrat
spektrofotometri UV. Selain itu waktu
dikumpulkan sebagai larutan sampel
analisis relatif cepat, mempunyai
untuk ditentukan kadarnya.
ketelitian yang tinggi dan cukup mudah.
Dengan menggunakan detektor UV.
Pengukuran Kadar
Optimasi pelarut dilakukan terhadap
Sejumlah 2 mL larutan sampel
beberapa pelarut organik yaitu: aseton,
dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL
etanol dan metanol. Optimasi pelarut
dan ditambahkan larutan metanol sampai
dilakukan dalam hal memilih pelarut apa
tanda batas. Kemudian dipipet lagi 1 mL
yang paling optimal dalam menyerap
kedalam labu ukur 10 mL dan
panjang gelombang. Pada panjang
ditambahkan pelarut sampai tanda batas,
gelombang maksimum, nilai
kemudian diukur absorbansinya
absorbansinya adalah nilai yang paling

e-ISSN 2502-4787
146 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Fatmawati dan Herlina

besar. Hal ini berarti kapasitas sinar percobaan bahwa saat dilakukan dengan
radiasi yang diserap paling banyak pada cara penambahan FeCl3 kedalam larutan
panjang gelombang tersebut Dari hasil sampel sehingga menghasilkan warna
optimasi pelarut, menunjukkan hasil yang ungu, sehingga menunjukkan hasil yang
baik pada pelarut metanol. Nilai positif. Fenol yang bereaksi dengan FeCl3
absorbansi asam salisilat dalam pelarut akan memberikan warna ungu,
methanol diberikan pada Tabel 1 dan karena asam salisilat adalah
Gambar 1. Pada optimasi pelarut metanol senyawa yang mengandung fenol maka
didapatkan hasil yang baik diperoleh reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga
pada panjang gelombang 302 nm. akan memberikan warna ungu
(Auterhoff, 1987).
Tabel 1. Nilai Absorban Asam Salisilat dalam
Pelarut Metanol
Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif
N0 Wavelength Abs
1. 302.00 0.35892 Sampel berlabel Sampel tanpa label
2. 233.50 0.61295 Sampel Hasil Sampel Hasil
3. 207.50 2.17984
4. 258.50 0.07378 1. Positif 1. Positif
5. 219.50 0.46500 (ungu) (ungu)
2. Positif 2. Positif
(ungu) (ungu)
3. Positif 3. Positif
2,500 (ungu) (ungu)

2,000
Penentuan Panjang Gelombang
Absorban

1,500
Standar Asam Salisilat
1,000

0,500 Berdasarkan hasil pengukuran


0,000 panjang gelombang maksimum asam
207,00 257,00 307,00
nm salisilat diperoleh panjang gelombang
302 nm dengan konsentrasi 10 bpj dalam
Gambar 1. Hasil Optimasi Asam Salisilat pelarut methanol.
dalam Pelarut Metanol

Uji Kualitatif Kurva Kalibrasi Asam Salisilat

Uji kualitatif adalah untuk Berdasarkan hasil kurva kalibrasi


mengidentifikasi senyawa pada fenol dari seri konsentrasi yang berbeda maka
pada asam salisilat. Sebelum dilakukan didapat nilai a=0,03826, nilai b=0,02898,
uji kuantitatif asam salisilat dilakukan uji dan nilai r= 0,99928.
kualitatif terlebih dahulu. Berdasarkan

e-ISSN 2502-4787
Validasi Metode Dan Penentuan Kadar Asam Salisilat 147

ditentukan secara kuantitatif pada tingkat


1
ketelitian dan ketepatan yang baik.
0,8
Absorban

0,6
0,4 y = 0,029x + 0,0382
Uji Perolehan Kembali (Akurasi) dan
0,2 R² = 0,9993
0
Presisi
0 10 20 30
Konsentrasi (bpj) Penentuan akurasi dan presisi dapat
ditentukan dengan uji perolehan kembali
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Asam
Salisilat
menggunakan talkum yang ditambahkan
dengan standar asam salisilat yang telah
Uji parameter BD (Batas Deteksi) dan diketahui kadarnya, yaitu 80% 100% dan
BK (Batas Kuantisasi) 120%. Sampel dibuat 3 replikat dengan
Dari data kurva kalibrasi diperoleh perlakuan yang sama untuk akurasi
nilai r=0,99928 dengan menggunakan dengan 3 konsentrasi yaitu 80%, 100%
persamaan regresi linier dan 120% dan sampel dibuat 6 replikat
y=0,02898x+0,03826. Nilai r = 0,99928 untuk presisi dengan 1 konsentrasi saja
menunjukan bahwa nilai koefisien yaitu 100%.
kolerasi lebih besar dari 0,999 atau Lalu uji perolehan kembali
mendekati 1 sehingga kurva kalibrasi ditentukan dengan membandingkan kadar
asam salisilat memberikan nilai linearitas hasil analisis dengan kadar asam salisilat
yang baik dan penetapan kadar dengan sebenarnya. Pengukuran akurasi dengan
kurva kalibrasi terjamin kebenarannya. metode sampel simulasi secara intraday.
Dari data hasil diperoleh batas Sedangkan pengukuran presisi dengan
deteksi dan batas kuantisasi untuk asam metode sampel simulasi secara intraday
salisilat masing-masing sebesar 0,56 dan interday. Intraday merupakan
µg/mL dan 1,85 µg/mL. Perhitungan pengulangan yang dilakukan tiap jam
dilakukan secara statistik melalui garis tertentu dalam satu hari, sedangkan
regresi linier dari kurva kalibrasi. Batas interday merupakan pengulangan yang
deteksi yang menyatakan konsentrasi dilakukan tiap hari pada jam tertentu
analit terendah dalam sampel yang masih dalam beberapa hari. Serta dihitung nilai
dapat terdeteksi, sedangkan batas presentase perolehan kembali (presentase
kuantisasi menyatakan konsentrasi analit recovery), presentase simpangan baku
terendah dalam sampel yang dapat relatifnya (SBR) atau koevisien variasi
(KV).

e-ISSN 2502-4787
148 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Fatmawati dan Herlina

Berdasarkan hasil perhitungan untuk variasi pada pengerjaan antar hari yang
akurasi dari ketiga konsentrasi yang paling baik yaitu pada hari pertama
berbeda yaitu (80%, 100% dan 120%), sebesar 0,25. Karena semakin kecil nilai
didapatkan nilai % recovery rata-rata koefisien variasi akan semakin presisi.
untuk masing-masing konsentrasinya
yaitu 96,71%, 91,28% dan 92,89%. Hasil Tabel 4. Hasil Uji Presisi

uji akurasi diberikan pada Tabel 3. Presisi


Sampel
Tabel 3. Hasil Uji Akurasi Intraday
Simulasi

Akurasi KV Pagi KV siang KV sore


Sampel Simulasi %Recovery 0,25 0,27 0,28
80% 96,71
100% Interday
100% 91,28
120% 92,89 KV hari KV hari KV hari
ke-1 ke-2 ke-3
0,25 0,33 0,26
Pengukuran untuk nilai presisi dilihat
dari presentase koefisien variasi. Kriteria ini sudah masuk rentang
Diperoleh data koefisien variasi yang diperbolehkan karena kriteria
pengerjaan dalam hari yaitu 0,25 pada penerimaan untuk akurasi pada penetapan
waktu pagi; 0,27 pada waktu siang; dan kadar komponen dalam sediaan farmasi
0,28 pada waktu sore hari. Kemudian yaitu 80-120%. Kriteria penerimaan
data koefisien variasi pengerjaan antar koefisien variasi untuk presisi yaitu
hari yaitu 0,25 untuk hari pertama; 0,33 kurang dari 2%. Hasil uji perolehan
untuk hari kedua; dan 0,26 untuk hari kembali yang dilakukan sudah memenuhi
ketiga. Hasil uji presisi diberikan pada syarat.
Tabel 4.
Berdasarkan nilai presentase Penentuan Kadar Sampel
koefisien variasi yang diperoleh sudah Penentuan kadar pada sampel untuk
memenuhi syarat yang ditentukan dimana mengetahui berapa kadar asam salisilat
nilai presentase koefisien variasinya yang terdapat pada bedak tabur,
kurang dari 2% (Harmita, 2004). Nilai perlakuannya hampir sama dengan uji
koefisien variasi pada pengerjaan dalam akurasi dan presisi. Hasil penentuan
hari yang paling baik yaitu pada waktu kadar sampel diberikan pada Tabel 5.
pagi hari sebesar 0,25 dan nilai koefisien Berdasarkan hasil pengukuran kadar

e-ISSN 2502-4787
Validasi Metode Dan Penentuan Kadar Asam Salisilat 149

asam salisilat pada bedak tabur yang KESIMPULAN


berlabel diperoleh sebesar 1,66%, 0.50% Hasil validasi yang telah dilakukan,
dan 0.19%. Sedangkan hasil pengukuran metode spektrofotometri dapat digunakan
kadar asam salisilat pada bedak tabur untuk menganalisis asam salisilat di
yang nonlabel diperoleh sebesar 0.15%, dalam sediaan kosmetik bedak tabur.
0.19% dan 0.09%. Keenam sampel bedak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tabur yang berlabel dan non label yang pada enam (6) sampel kosmetik bedak
diuji semua sampel tidak ada yang tabur yang di analisis mengandung asam
melebihi batas yang telah di tentukan salisilat dan hasil penetapan kadar asam
yang diperbolehkan dijual di pasar yaitu salisilat pada tiga (3) sampel bedak tabur
dengan kadar 2%. yang berlabel (bermerk) diperoleh
sebesar 1,66%, 0,50% dan 0,19%.
Tabel 5. Hasil Penentuan Kadar
Hasil pengukuran kadar asam
Sampel yang Berlabel salisilat pada tiga (3) sampel bedak tabur
Sampel Bedak %Kadar
yang dijual yang non label (tanpa merk)
Sampel A 1,66
Sampel B 0,50 diperoleh sebesar 0,15%, 0,19% dan
Sampel C 0,19 0,09%. Keenam sampel bedak tabur yang
Sampel tanpa Label
Sampel Bedak %Kadar
sampel berlabel (bermerk) dan non label
Sampel A 0,15 (tanpa merk) yang diuji semua sampel
Sampel B 0,19
tidak ada yang melebihi batas yang telah
Sampel C 0,09
ditentukan yang diperbolehkan dijual di
pasar yaitu dengan kadar 2% .

DAFTAR RUJUKAN

Permenkes RI Nomor. Astuti, Y.I., Sudirman, I., dan Hidayati,


1175/MenKes/PER/VIII/2010. U. (2007): Pengaruh Konsentrasi
Tentang Izin Produksi Kosmetika Adaps Lanae Dalam Dasar Salep
Peraturan Kepala Badan POM Republik Cold Cream Terhadap Pelepasan
Indonesia Nomor: Asam Salisilat, Pharmacy, Vol. 05,
Hk.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 Universitas Muhammadiyah
Tentang Persyaratan Teknis Bahan Purwokerto.
Kosmetika.

e-ISSN 2502-4787
150 EduChemia,Vol.2, No.2, Juli 2017 Fatmawati dan Herlina

Choi, J.M., Kim, K., Cho, E., dan Jung, related substances method for
S. (2012): Solubility Enhancement of salicylic acid in bulk drug and dosage
Salicylic Acid by Complexation with form, World J Pharm Sci 2015; 3(6):
Succinoglycan Monomers Isolated 1184-1190.
from Sinorhizobium meliloti, Bull. Sulistyaningrum, K.S., Nilasari, H.,
Korean Chem. Soc. 2012, Vol. 33, dan Effendi, H.E. (2012):
No. 6. Penggunaan Asam Salisilat dalam
Patil, A.S., Khairnar, J.B., Mane, V.D., Dermatologi, J Indon Med Assoc,
dan Chaudhari, R.B. (2015): A Volum: 62, Nomor: 7.
validated stability-indicating HPLC

e-ISSN 2502-4787

Вам также может понравиться