Вы находитесь на странице: 1из 14

1

SELF-EFFECTIVE RELATIONSHIP AND SUPPORT OFFUNCTIONS


ON COMPLIANCE OF DRUG PATIENTS IN THE WORKING AREA
TOTOLI OF MAJENE REGENCY 2019

By: Nur Fadhilah

ABSTRACT

Background: Tuberculosis (TB) is a contagious infectious disease that caused by bacterial


(mycobacterium tuberculosis) that can attack the various organs of the main lungs (Kemenkes RI
2015).
The purpose: Of this study is to know the relationship of self-efficacy and family support to drug
compliance in pulmonary patients in the working area of Puskesmas Totoli Kab Majene.
Methods: This research is a type of descriptive analytic research with cross sectional approach.
Sampling in this study was conducted by purposive sampling technique and the number of samples
as many as 30 respondents. The instruments used was the sheet of questionnaire. Data analyzed by
using SPPS programs with chi-square statistic test and p value<0.05.
Result: Based on the analysis of relationship between the efficacy of drug-intake compound
obtained p value = 0.002 means there is a significant relationship between self-efficacy with
treatment of the treatment. While the relationship between family support with the treatment of the
treatment obtained p value = 0,000 means there is a meaningful relationship between family
support with the treatment of family with treatment of the treatment.
Conclusion: Conclusion in this study is there is a relationship between self-efficacy and family
support on drug compliance with pulmonary patients in the working area of Puskesmas Totoli Kab
Majene.
Advices: It is expected to attempt to improve selfish efficacy and family support so that improving
the compliance of treatment in pulmonary TB Patients.
Keywords: self-efficacy, family support, medication compliance

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


2

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA


TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TB PARU DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOTOLI KAB MAJENE TAHUN 2019

Oleh : Nur fadhilah

INTISARI

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkanoleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ tubuh terutama paru-
paru (Kemenkes RI, 2015). Tuberkulosis yang menjadi salah satu penyakit dengan resiko
penularan yang tertinggi serta penyakit yang dapat menimbulkan kematian. Salah satu penentu
tidak berhasilnya penatalaksanaan terapi Tuberkulosis yaitu ketidakkepatuhan pasien terhadap
terapi pengobatan. Ketidakpatuhan berobat akan menyebabkan kegagalan dan kekambuhan,
sehingga muncul resisten dan penularan penyakit secara terus menerus. Hal ini dapat
meningkatkan resiko mordibitas, mortalitas dan resisten obat baik pada pasien maupun pada
masyarakat luas (Puspasari, 2014). Badan POMRI (2019) menyebutkan banyak faktor yang
menunjukan pasien patuh dalam minum obat salah satu diantaranya efikai diri. Namun kepatuhan
minum obat bukan hanya dipengaruhi oleh faktor efikasi diri, akan tetapi dapat juga dipengaruhi
oleh dukungan keluarga.
Tujuan: Mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum
obat pada pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab Majene.
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan
sampel sebanyak 30 responden. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner efikasi diri,
dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat, dianalisis dengan menggunakan uji stastistik Chi-
Square dengan p value < 0,05.
Hasil: Analisis menunjukkan ada hubungan antara efikasi diri terhadap kepatuhan minum obat (ρ=
0,002) dan ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat (ρ= 0,000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara efikasi diri dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan
minum obat pada pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab Majene.
Saran: Diharapkan adanya upaya untuk meningkatkan efikasi diri dan dukungan keluarga
sehingga meningkatkan kepatuhan berobat pada pasien TB Paru.
Kata Kunci :Efikasi Diri, Dukungan Keluarga, Kepatuhan Minum Obat

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


3

LATAR BELAKANG
Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi sehingga perlu
dilakukan penyelenggaraan penanggulangan melalui upaya pencegahan,
pengendalian dan pemberantasan yang efektif dan efisien (Permenkes RI 2014).
Salah satu penyakit menular yang berbahaya adalah Tuberkulosis, Tuberkulosis
(TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabka noleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ tubuh
terutama paru-paru (Kemenkes RI, 2015).
Data World Health Organization (WHO) (2016) menunjukkan terjadi
peningkatan kasus TB yang signifikan di dunia sejak tahun 2012 hingga tahun
2015. Kasus TB terdapat 8.6 juta kasus (2012), 9 juta kasus (2013), 9.6 juta kasus
(2014) dan pada tahun 2015 kejadian kasus TB yakni 10.4 juta kasus di seluruh
dunia, dimana 5.9 juta adalah pria, 3.5 juta wanita, dan 1.0 juta adalah anak-anak.
Data Profil Kesehatan Indonesia (2018) menemukan jumlah kasus
tuberkulosis sebanyak 2.097.56 kasus, dan meningkat bila dibandingkan semua
kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2017 yang berjumlah 1.383.57
kasus. Jumlah kasus penderita TB tertinggi yakni Kalimantan Utara (142.96
kasus), Gorontalo (100.66 kasus), Maluku Utara (100 kasus), dan Sulawesi Barat
(1.158 kasus) (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Data Profil dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat (2018)
menunjukkan data prevalensi TB paru dengan jumlah kasus TB di Kabupaten
Mamuju sebanyak 326 kasus, jumlah penderita TB di Kabupaten Mamasa
sebanyak 28 kasus, jumlah penderita TB di Kabupaten Majene sebanyak 220
kasus, jumlah penderita TB di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 230 kasus,
jumlah penderita TB di Kabupaten Mamuju Utara sebanyak 114 kasus, dan
jumlah penderita TB di Kabupaten Mamuju tengah sebanyak 210 kasus ( Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, 2018 ).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majene (2018) menunjukkan
jumlah kasus TB Paru pada beberapa puskesmas yakni, Puskesmas Lembang (22
kasus), Puskesmas Banggae I (31 kasus), Puskesmas Banggae II (15 kasus),
Puskesmas Pamboang (29 kasus), Puskesmas Sendana I (42 kasus), Puskesmas

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


4

Sendana II (18 kasus), Puskesmas Tammerodo(21 kasus), Puskesmas


Salutambung (Tiga kasus), Puskesmas Ulumanda (Empat kasus), Puskesmas
Malunda (45 kasus), dan untuk kasus TB tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas
Totoli (47 kasus) dan pada Bulan juli 2018 – maret 2019 sebanyak 33 orang kasus
(Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, 2018).Jumlah kasus penderita TB di PKM
Totoli mengalami fluktuasi setiap tahun, pada tahun 2017 (34 kasus), kemudian
pada tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi (47 kasus), dan pada Bulan Juli
2018 - Maret Tahun 2019 jumlah kasus penderita TB menjadi (33 kasus).
Penderita TB diberikan pengobatan secara umum dalam dua tahap, yakni
tahap pertama diberikan setiap hari selama dua bulan (INH, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol) dan tahap kedua obat diberikan tiga kali dalam seminggu
selama empat bulan (INH, Rifampisin) (Widoyono, 2011). Efek samping ketika
mengkonsumsi ObatTB yaitu warna kemerahan pada urine, kesemutan sampai
dengan rasa terbakar di kaki, nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual dan sakit
perut (Departemen Kesehatan RI, 2009). Kemenkes merekomendasikan penderita
TB untuk mengonsumsi obat secara teratur. Kepatuhan minum obat TB
merupakan suatu tindakan penderita TB minum obat secara patuh dengan tujuan
untuk sembuh dan mampu memutuskan rantai penularan (Kemenkes, 2011).
Ketidakpatuhan pada pengobatan juga dapat menyebabkan pengobatan
menjadi lebih lama dan lebih mahal serta tingkat kesembuhan menjadi rendah
dibandingkan dengan penderita TB yang minum obat secara patuh (Himawan &
Suprihati, 2014). Badan POMRI (2019) menyebutkan banyak faktor yang
menunjukan pasien patuh dalam minum obat, salah satu diantaranya adalah efikasi
diri. Efikasi diri merupakan penilaian diri apakah seseorang dapat melakukan
tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak mengerjakan
sesuai dengan apa yang di syaratkan, yang artinya jika pasien mempunyai
keyakinan keras untuk merubah pola hidup atau mematuhi pengobatan
tuberkulosis maka pasien akan sembuh (Alit, 2017).
Kepatuhan minum obat bukan hanya dipengaruhi oleh faktor efikasi diri,
akan tetapi dapat juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Dukungan keluarga
sangat memiliki peranan penting dalam kepatuhan minum obat karena dengan
adanya dukungan keluarga pasien memiliki hidup yang lebih bermakna (Melisa,

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


5

2012). Dhewi et al (2011) mengatakan dukungan keluarga tidak hanya berperan


untuk meningkatkan kepatuhan minum obat pasien TB, namun bisa berperan
sebagai pihak yang selalu mendukung untuk kesembuhan pasien dan juga
bertanggung jawab sebagai Pengawas Minum Obat (PMO).
Berdasarkan uraian masalah di atas, peneli tertarik meneliti tentang
Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Keluarga Terhadap kepatuhan Minum Obat
Pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun
2019.
METODE
Desain dan Sampel
Jenis penelitian ialah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni - Juli 2019 di wilayah
kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun 2019. Sampel penelitian ini
sebanyak 30 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik porposive
sampling. Adapun kriteria inklusinya ialah pasien TB Paru yang dalam proses
pengobatan enam bulan, mampu berkomunikasi dengan benar dan jelas, mampu
membaca dan menulis. Sementara kriteria eksklusinya ialah pasien yang sedang
dalam kondisi yang lemah, pasien yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik
dan jelas, pasien yang memiliki penyakit gangguan jiwa.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan terdiri dari data demografi 3 kuesioner yakni 1)
kuesioner efikasi diri, 2) kuesioner dukungan keluarga, 3) kuesioner kepatuhan
minum obat. Data demografi terdiri dari inisial, tempat tanggal lahir, alamat, jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir. Kuesioner efikasi diri terdiri dari
pengobatan TB Paru sebanyak 11 pernyataan dan pencegahan TB Paru sebanyak
9 pernyataan. Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari 25 pernyataan. Kuesioner
kepatuhan terdiri dari 8 pernyataan.
Analisis data
Analisis data pada penelitian ini terdari dari analisis univariat dan analisis
bivariat. 1) Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Analisa univariat dalam penelitian ini menghasilkan

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


6

distribusi frekuensi dengan presentase. Analisan dilakukan pada variabel efikasi


diri dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat. 2) Analisis bivariat
dalam penelitian ini adalah menganalisa hubungan efikasi diri dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan minum obat di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli
Kabupaten Majene dengan melakukan uji Chi-Square. Batas kemaknaan yang
digunakan peneliti untuk melihat hasil perhitungan statistik adalah 0,05 (95%),
jika nilai (p-value < 0,05) maka hubungan dari kedua variabel dapat dinyatakan
signifikan.
Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan ijin penelitian dari Komite Etik Penelitian
Biomedis pada manusia Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat.
Setiap responden dalam penelitian ini telah menandatangi lembar persetujuan dan
mendapatkan penjelasan yang rinci terkait proses penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Demografi
Distribusi karakteristik demografi penelitian pada pasien TB Paru yang
terdaftar diwilayah kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan
pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5.
Karakteristik Demografi Responden Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Totoli Kab. Majene 2019 (n = 30).
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%)
Jenis kelamin
Perempuan 18 60.0
Laki-laki 12 40.0
Usia
˂ 25 9 30.0
26-35 7 23.3
36-45 8 26.7
˃ 46 6 20.0
Pendidikan Terakhir
SD 18 60.0
SMP 8 26.7
SMA 3 10.3
S1 1 3.3
Pekerjaan
Nelayan 6 20.0
Wiraswasta 10 33.3
IRT 11 36.7
Penjahit 1 3.3
Honor 1 3.3
Mahasiswa 1 3.3

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


7

Hasil analisis pada Tabel 5 diatas menunjukkan rata-rata responden


penderita TB Paru berjenis kelamin perempuan, berusian < 25 tahun,
berpendidikan SD dengan pekerjaan rata-rata Wiraswasta.
Distribusi efikasi diri pasien TB Paru
Distribusi frekuaensi efikasi diri pasien TB Paru yang terdaftar di wilayah
kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan pada tabel 6 di
bawah ini:
Tabel 6.
Efikasi diri pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene 2019 (n =
30).
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%)
Efikasi diri
Tinggi 25 83.3%
Rendah 5 16.7%
Hasil analisis pada Tabel 6 diatas menunjukkan mayoritas responden
penderita TB Paru memiliki efikasi diri tinggi (83.3%).

Distribusi dukungan keluarga pasien TB Paru.


Distribusi dukungan keluarga pasien TB Paru yang terdaftar di wilayah
kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan pada tabel 7 di
bawah ini:
Tabel 7.
Dukungan keluarga pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene
2019 (n = 30).
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%)
Dukungan keluarga
Baik 26 86.7%
Buruk 4 13.3%
Hasil analisis pada Tabel 7 diatas menunjukkan mayoritas responden
penderita TB Paru yang memiliki dukungan keluarga yang baik (86.7%).
Distribusi Kepatuhan minum obat pasien TB Paru.
Distribusi Kepatuhan minum obat pasien TB Paru yang terdaftar di
wilayah kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan pada tabel
8 di bawah ini:

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


8

Tabel 8.
Kepatuhan minum obat pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene
2019 (n = 30).
Karakteristik Frekuensi Persentase
(f) (%)
Kepatuhan minum obat
Patuh 27 90.0%
Tidak patuh 3 10.0%
Hasil analisis pada Tabel 8 diatas menunjukkan mayoritas responden
penderita TB Paru patuh dalam minum obat (90.0%).
Hubungan nilai efikasi diri terhadap kepatuhan minum obat.
Hubungan nilai efikasi diri terhadap kepatuhan minum obat yang terdaftar
diwilayah kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan pada
tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9.
Efikasi diri terhadap kepatuhan minim obat TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli
Kab. Majene 2019 (n = 30).
Kepatuhan Minum Obat
Patuh Tidak Patuh Total P Value
F % F % F %
Efikasi Diri Buruk 2 40.0% 3 60.0% 5 100.0% 0.002𝑎∗

Baik 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

TOTAL 27 90.0% 3 10.0% 30 100.0%


Keterangan : a) Uji fisher's exact test, *) signifikan (p<0.05)
Dari tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa persentase kepatuhan minum obat
kategori patuh lebih banyak terdapat pada efikasi diri kategori baik dibandingkan
dengan efikasi diri buruk pada pasien TB Paru yaitu: 25 orang ( 100.0%) : 2
orang (40.0%), sedangkan persentase kepatuhan minum obat kategori tidak patuh
lebih banyak ditemukan pada kategori efikasi diri buruk dibandingkan dengan
kategori efikasi diri baik yaitu: 3 orang (60.0%) : 0 (.0%). Hasil uji statistik
dengan analisis fisher's exact test didapatkan nilai p value = 0.002 (p< 0.05).
Hubungan nilai dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat.
Hubungan nilai dukungankeluarga terhadap kepatuhan minum obat yang
terdaftar diwilayah kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene tahun 2019, ditampilkan
pada tabel 10 di bawah ini:

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


9

Tabel 10.
Dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Totoli Kab. Majene 2019 (n = 30).
Kepatuhan Minum Obat
Patuh Tidak Patuh Total P Value
F % F % F %
Dukungan Keluarga Rendah 4 20.0% 16 80.0% 20 100.0% . 000𝑎∗
Tinggi 10 100.0% 0 .0% 26 100.0%

TOTAL 14 46.7% 16 53.3% 30 100.0%


Keterangan : a) Uji fisher's exact test, *) signifikan (p<0.05)
Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa persentase kepatuhan minum obat
kategori patuh lebih banyak terdapat pada dukungan keluarga kategori tinggi
dibandingkan dengan dukungan keluarga kategori rendah yaitu: 10 orang (
100.0%) : 4 orang (20.0%), sedangkan persentase kepatuhan minum obat kategori
tidak patuh lebih banyak ditemukan pada kategori dukungan keluarga rendah
dibandingkan dengan dukungan keluarga tinggi yaitu: 16 orang ( 80.0%) : 0
(.0%). Hasil uji statistik dengan analisis fisher's exact test didapatkan nilai p value
= .000 (p< 0.05).
PEMBAHASAN
Distribusi nilai efikasi diri pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Totoli
Kabupaten Majene Tahun 2019.
Hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata efikasi diri responden
tinggi yakni (83.3%). Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
bahwa rata-rata responden pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli
Kab. Majene, memiliki kemampuan atau keyakinan untuk sembuh dan
kemampuan untuk patuh dalam minum obat sehingga itu akan sangat berpengaruh
terhadap tingginya efikasi diri penderita TB Paru.
Hasil efikasi diri yang yang tinggi dapat dipengaruhi oleh pandangan diri
sendiri untuk tetap percaya diri dan berpandangan positif dengan kemapuan yang
dimiliki untuk dapat menyelesaikan proses pengobatan TB Paru selama 6 bulan
dengan patuh. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Herawati (2015) yang menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki efikasi
diri yang tinggi (63%). Salah satu yang mempengaruhi efikasi diri tinggi adalah
keyakinan untuk sembuh yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan dan
mengatur tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah atau

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


10

mencapai tujuan tententu (Sedjati, 2015). Sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Zlatanovic (2015) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan tentang
apa yang dipikirkan seseorang yang dapat dia lakukan, bukan apa yang dia miliki
dan efikasi diri akan memberikan dampak terhadap bagaimana individu
merasakan, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku.
Distribusi nilai dukungan keluarga pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Totoli Kabupaten Majene Tahun 2019.
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata dukungan keluarga responden
yang tinggi yakni (86.7%). Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
menunjukkan bahwa rata-rata responden pasien TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Totoli Kab. Majene, memiliki dukungan keluarga yang baik sehingga
penderita merasa termotivasi untuk sembuh dan patuh dalam minum obat.
Tingginya dukungan keluarga responden dipengaruhi oleh dukungan
keluarga yang baik (Sahat, 2010). Teori juga mengemukakan bahwa dukungan
keluarga yang tinggi sangat memiliki peranan penting dalam kepatuhan minum
obat karena dengan adanya dukungan keluarga pasien memiliki hidup yang lebih
bermakna dan mempunyai semangat hidup serta merasa lebih optimis (Melisa,
2012).
Distribusi nilai kepatuhan minum obat pasien TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun 2019.
Hasil penelitian didapatkan bahwa kepatuhan minum obat kategori patuh
yakni (90.0%) dan tidak patuh yakni (10.0%). Hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti menunjukkan bahwa rata-rata responden pasien TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene, memiliki tingkat kepatuhan minum obat
yang baik sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tingginya angka
kesembuhan pada penderita TB Paru.
Hasil yang mempengaruhi keberhasilan pada pengobatan penderita pasien
TB Paru ialah patuh dalam proses pengobatan. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Supriyono (2011) yang mengemukakkan bahwa kepatuhan
responden TB Paru dalam minum obat termasuk dalam kategori patuh yakni
sebanyak 24 responden (60%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hanif (2018) yang menunjukkan bahwa dari 66

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


11

orang responden didapatkan lebih dari separuh 36 orang (54,5%) responden patuh
dalam minum obat. Penelitian ini sejalan juga dengan penelitian yang di
kemukakan oleh Syahrizal (2010), yang menjelaskan bahwa kepatuhan minum
obat pada penderita TB paru sangat penting karena dengan tidak patuhnya pasien
dalam melakukan pengobatan maka pasien tersebut tidak akan sembuh, seperti
meminum obat dengan rutin yang dilakukan selama 6 bulan tidak boleh lupa
sekalipun dalam minum obat karena kalau lupa maka akan di ulang lagi dari awal.
Distribusi nilai hubungan efikasi diri dengan kepatuhan minum obat pasien TB
paru di wilayah kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun 2019.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara efikasi diri dengan
kepatuhan minum obat p value= 0,002 (p<0,05) pada penderita TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun 2019. Hasil observasi
yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri
dengan kepatuhan minum obat pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Totoli Kab Majene, sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi efikasi diri
pasien maka akan semakin patuh penderita TB Paru untuk minum obat.
Hasil penelitian ini sejalan denangan hasil penelitian oleh Utami (2018)
yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara efikasi diri dengan kepatuhan
berobat di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat. Hasil penelitian lain juga yang
dikemukakan oleh Novitasari (2018) juga menunjukkan ada hubungan antara
efikasi diri dengan kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru di Puskesmas
Patrang Kabupaten Jember, yang artinya pasien yang memiliki efikasi diri yang
baik mempunyai peluang untuk patuh dalam minum obat dibandingkan dengan
pasien yang memiliki efikasi diri rendah. Hasil penelitian Hendiani et al (2014),
juga menunjukkan bahawa adanya hubungan antara persepsi dukungan keluarga
sebagai PMO dengan efikasi diri. Nilai positif pada koefisien korelasi
menunjukkan bahwa semakin positif persepsi dukungan keluarga sebagai PMO,
maka semakin tinggi efikasi diri responden dan begitupun sebaliknya, semakin
negatif persepsi dukungan keluarga sebagai PMO maka semakin rendah efikasi
diri.

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


12

Distribusi nilai hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat


pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun
2019.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan minum obat dengan nilai p-value sebesar 0.000 (p>0,05), pada
penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Totoli Kabupaten Majene Tahun
2019. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab Majene, sehingga dapat diartikan
bahwa semakin baik dukungan keluarga yang diberikan kepada responden maka
akan semakin patuh penderita TB Paru untuk minum obat karena dukungan
keluarga mempunyai peran penting dalam kepatuhan pasien saat menjalani
pengobatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Maulidiya (2014), menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
terhadap kepatuhan minum obat pasien TB Paru. Hasil yang di peroleh bersifat
signifikan dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satu faktor
diantaranya yaitu keluarga sebagai sumber pendukung yang menjadi faktor dalam
penyuluhan klien. Hasil penelitian oleh (Oakes dalam Fitrzpatrick, 2010), juga
mengemukakan bahwa dukungan keluarga sangat berhubungan dengan
manajemen penyakit kronik, kepatuhan dalam medikasi dan beradaptasi dalam
gaya hidup (Oakes dalam Fitrzpatrick, 2010).
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah mayoritas responden memiliki
efikasi diri tinggi, mayoritas responden memiliki dukungan keluarga yang baik,
mayoritas responden memiliki frekuensi patuh dalam minum obat, ada hubungan
yang signifikan antara efikasi diri terhadap kepatuhan minum obat Penderita TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene Tahun 2019 dan ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum
obat Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Totoli Kab. Majene Tahun
2019.

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


13

DAFTAR PUSTAKA

Alit Artha Sutrisna (2017). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kepatuhan Minum
Obat Penderita Tuberkulosis Paru. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Nasional
Penanggulangan TBC. edisi 2. Jakarta : Bakti Husada
Dinkes Provinsi. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2018.
Dinkes Sulawesi Barat
Dinkes Kabupaten/Kota. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Majene Tahun
2018. Dinkes Sulawesi Barat
Dhewi,et al. (2011). Hubungan Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara
didepan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara,
Medan
Herawati E. 2015. Hubungan antara pengetahuan dengan efikasi diri penderita
Tuberkulosis Paru Di Balai Kesehatan Masyarakat Surakarta.”

Himawan, Suprihati. (2014). Hubungan antara persepsi dukungan keluarga


sebagai pengawas minum obat dan efikasi diri penderita tuberkolosis di
BKPM Semarang. Jurnal Psikologi Undip. 13(1):82–91.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis, Jakarta: Kemenkes RI Direktorat Jenderal P2PL
Kementrian Kesehatan RI (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.
Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). TOSS TB: Temukan TB obati
sampai sembuh. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Maulidia (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat penderita TB Paru di Wilayah Ciputat. Skripsi
Melisa. (2012). Hubungan efikasi diri dengan kepatuhan minum obat pada pasien
TB paru di Puskesmas Petrang Kabupaten Jember [skripsi]. Program
Studi Ilmu Keperwatan Fakultas Jember.

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR


14

Muhammad Hanif, (2018). Hubungan efikasi diri pasien TB Paru dengan


kepatuhan minum obat dalam mengikuti program pengobatan sistem
DOTS Di Poliklinik Paru RSUD Achmad Mochtar, Bukit Tinggi.
Novitasari, (2018). Hubungan efikasi diri dengan kepatuhan minum obat pada
pasien TB paru di Puskesmas Jatinangor, Bandung [skripsi]. Program
Studi Ilmu Keperwatan Fakultas Indonesia Paru. J. Respir Indo.
POMRI,(2019). Pola Hidup Sehat Pasien. Jakarta. Riset dan Litbang

Puspasari, (2014). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Pasien TBC


(Tuberkulosis) dengan Kepatuhan Berobat Pasien TBC. Surya Vol.02,
No XV.
Sahat P. Manalu, 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan
Upaya penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan, 9, pp.1340-1346.
Sedjati, (2015). Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan. Jakarta: Disertasi
Universitas Indonesia.
Supriyono, W. A (2011). Hubungan faktor karakteristik, cara minum obat dan
kedisiplinan minum obat TBC paru dengan tingkat keberhasilan
pengobatan paket TBC paru. Kudus: Universitas Muhammadiyah
Semarang Skripsi.
World Healty Organization. (2016). Global Tuberculosis Report.
http://www.health-e.org.za/wp-content/uploads/2015/10/Global-
TBReport-2015-FINAL-2.pdf. Diunduh pada Tanggal 25 April 2019
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Semarang: Erlangga
Zlatanovic, (2015). Pengaruh Pemberian Pembelajaran Tuberkulosis terhadap
Kepatuhan Berobat dan Tingkat Kesembuhan Penderita Tuberkulosis.
Surakarta : Tesis FK UNS

FakultasI lmu Kesehatan UNSULBAR

Вам также может понравиться