Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh / By :
Ogi Setiawan
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu, Jl. Dharma Bhakti No. 7,
Desa Langko, Kec. Lingsar, Kab. Lombok Barat, NTB; Tlp. (0370) 6573874, Fax (0370) 6573841
E-mail:o.setiawan@forda-mof.org, o_setiawan@yahoo.com
ABSTRACT
As an archipelago country, Indonesia is more vulnerable to the impact of climate change. Potential
impacts of climate change are rainfall pattern change, increasing of temperature and rising of sea level. Forestry
and agriculture are the sectors which will obtain climate change impact seriously. One of the islands in Indonesia
archipelago which is vulnerable to climate change is Bali island. To support mitigation and adaptation effort,
information of climate change in Bali Island is needed. Therefore, the aim of the research was to find out the
variability of climate and its components such as rainfall and temperature in Bali Island. The method used in
the research was trend analysis of rainfall, change analysis of climate type, shift of dry, moist and wet month and
trend analysis of temperature. Rainfall data used in the research were from Global Precipitation Climatology
Centre (GPCC) model (1961-1998) and Meteorology, Climatology and Geophysical Agency (BMKG) of Bali
(1999-2008). For the temperature, it used monthly average from BMKG of Bali (2004-2008). The result showed
that in general, Bali Island has experienced the climate change. Monthly and annual rainfall as well as monthly
average temperature had a tendency to increase along the analysis period. Schmidt-Ferguson climate type has
changed from relatively wet to rather dry. Dry, moist and wet months also experienced a shift and change in
number. Impact of climate change on forest ecosystem in Bali has not known for sure, but implication of climate
change on forestry sector has; such as forest fire and change of plantation schedule.
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil menjadi sangat
rentan terhadap dampak perubahan iklim. Salah satu pulau yang juga rentan terhadap perubahan iklim
adalah pulau Bali. Dampak potensial adanya perubahan iklim adalah perubahan pola hujan, peningkatan
suhu udara dan kenaikan permukaan laut. Sektor yang akan menerima dampak perubahan iklim dengan
serius adalah sektor kehutanan dan pertanian. Untuk mendukung upaya mitigasi dan adaptasi maka
diperlukan informasi perubahan iklim yang terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
variabilitas iklim di Bali. Metode yang digunakan adalah analisis kecenderungan curah hujan, analisis
perubahan suhu udara, analisis perubahan tipe iklim dan analisis pergeseran bulan basah, lembab dan
kering. Data hujan yang digunakan adalah data hujan dari GPCC (1961-1998) dan BMKG Bali (1999-
2008), sedangkan data suhu berasal dari BMKG Bali (2004-2008). Hasil analisis menunjukkan bahwa di
pulau Bali secara umum sudah mengalami perubahan iklim. Tipe iklim berdasarkan Schmidt-Ferguson
mengalami perubahan dari relatif basah menjadi agak kering. Suhu udara rata-rata bulanan serta curah
66
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
hujan bulanan dan tahunan memiliki kecenderungan yang semakin meningkat. Bulan basah dan bulan
kering telah mengalami pergeseran dan perubahan jumlahnya. Dampak perubahan iklim terhadap
ekosistem hutan di Bali belum diketahui dengan pasti, namun terdapat beberapa implikasi perubahan
iklim terhadap sektor kehutanan diantaranya kebakaran hutan dan perubahan jadwal penanaman.
67
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
Gambar 1. Ilustrasi distribusi curah hujan dari GPCC format grid di Indonesia
Figure 1. Illustration of GPCC grid format rainfall distribution in Indonesia
68
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
Data suhu yang digunakan diambil dari rata bulanan berdasarkan poligon Thiesen
empat stasiun klimatologi milik BMKG Bali (Asdak, 2002). Pada Gambar 2 disajikan peta
yaitu stasiun klimatologi Negara, Sanglah poligon Thiesen di Bali berdasarkan lokasi
Denpasar, Kahang-kahang dan Bandara stasiun hujan. Data curah hujan bulanan dan
Ngurah Rai. Rentang waktu pengamatan yang tahunan selanjutnya diplot selama periode data
dipergunakan adalah selama lima tahun penelitian untuk mengetahui kecende-
terakhir (2004-2008). rungannya, yang didasarkan pada rata-rata
bergerak 10 tahun dan persamaan regresi
B. Analisis Data sederhana dengan waktu sebagai peubah bebas
dan curah hujan bulanan sebagai peubah tidak
1. Analisis kecenderungan curah hujan
bebas. Analisis kecenderungan curah hujan
Untuk mengetahui curah hujan bulanan juga dilakukan untuk setiap stasiun curah
dan tahunan pulau Bali, maka dihitung rata- hujan.
a
%
Bengkala
Sumber klampok
a
% Gerokgak
a
%
Kintamani
a
%
Pupuan Baturiti
a
%
a
% Kahang2
Poh Santen a
%
a
%
Buruan
a
% Sidemen
a
%
N Kerambitan
a
%
Kapal
a
%
7 0 7 14 Km
KETERANGAN (LEGEND) :
a
% Stasiun curahhujan(Rain gauge station)
Jalan (Road)
69
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
2. Analisis pergeseran bulan basah, bulan 1998, dan 1999-2008. Pada tiap stasiun curah
lembab dan bulan kering hujan dilakukan penentuan tipe iklim untuk
tiap periode data pengamatan. Selanjutnya
Kriteria yang digunakan untuk
hasil penentuan tipe iklim dipetakan sehingga
menentukan bulan basah, bulan lembab dan
diperoleh peta tipe iklim tiap periode data
bulan kering adalah berdasarkan klasifikasi
pengamatan. Perubahan tipe iklim dilakukan
Schmidt-Fergusson (1951). Adapun
dengan membandingkan tipe iklim pada tiap
kriterianya adalah : bulan basah ( CH > 100
periode.
mm); bulan lembab (60 mm < CH < 100
mm); dan bulan kering (CH < 60 mm).
4. Analisis kecenderungan suhu udara
Periode data yang digunakan dibagi menjadi
tiga yaitu periode 1961- 1988, 1989-1998, dan Data suhu bulanan rata-rata tiap stasiun
1999-2008. Metode statistik berupa ukuran klimatologi diplot selama periode data
gejala pemusatan (mean dan modus) digunakan pengamatan. Kecenderungan perubahan suhu
dalam pengolahan data curah hujan ini. Data udara ditentukan berdasarkan persamaan
curah hujan bulanan untuk pulau Bali dalam regresi sederhana dengan waktu sebagai
satu tahun untuk satu periode dikategorikan peubah bebas dan suhu udara rata-rata bulanan
termasuk bulan basah, lembab atau kering. sebagai peubah tidak bebas. Pada penelitian ini
Selanjutnya dihitung jumlah bulan basah, juga dilakukan analisis kecenderungan
lembab dan kering dalam satu tahun untuk satu perubahan suhu rata-rata bulanan pada bulan-
periode. Jumlah bulan basah, lembab dan bulan basah dan bulan-bulan kering. Bulan-
kering untuk satu periode dijumlahkan dan bulan basah yang dianalisis adalah bulan
dihitung nilai mean untuk menentukan jumlah Desember, Januari dan Februari (DJF),
bulan basah, lembab dan kering satu periode. sedangkan untuk bulan-bulan kering meliputi
Untuk menentukan bulan apa saja yang bulan Juni, Juli dan Agustus (JJA).
termasuk bulan basah, lembab atau kering
digunakan nilai modus (frekuensi jumlah bulan
terbanyak dalam satu periode). Pergerakan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ketiga bulan tersebut diperoleh dengan cara
membandingkan pola bulan-bulan tersebut A. Variabilitas Curah Hujan
selama tiga periode pengamatan. Analisis
Curah hujan di pulau Bali secara umum
pergeseran bulan basah, lembab dan kering
termasuk ke dalam pola curah hujan
juga dilakukan untuk setiap stasiun hujan.
monsoonal. Pola curah hujan monsoonal ini
ditandai dengan satu puncak musim hujan
3. Analisis perubahan tipe iklim
(unimodial) yaitu antara bulan Desember,
Tipe iklim yang digunakan yaitu tipe Januari dan Februari, serta mempunyai
iklim berdasarkan pengelompokan Schmidt- perbedaan yang jelas antara musim hujan dan
Fergusson (1951). Periode penentuan tipe musim kemarau (Bayong Tjasyono, 1999).
iklim yang digunakan adalah 1961-1988, 1989- Pada Gambar 3 disajikan pola curah hujan
rata-rata bulanan di pulau Bali.
70
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
Berdasarkan distribusi temporal pada persamaan regresi yang diperoleh relatif kecil,
Gambar 3, bulan Januari merupakan puncak hal ini menunjukkan bahwa model yang
musim hujan untuk semua periode. Puncak diperoleh dalam menjelaskan variabel Y
musim kemarau untuk periode tahun 1989- kurang baik karena hanya mencapai 30% dan
1998 dan 1999-2008 terjadi pada bulan Agustus, 70% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang
sedangkan untuk periode tahun 1961-1988 tidak dijelaskan dalam model. Namun
tejadi pada bulan September. demikian, tujuan penyusunan persamaan
Hasil analisis data curah hujan bulanan regresi dalam penelitian ini hanya untuk
dari tahun 1961-2008, curah hujan bulanan di memberikan gambaran kecenderungan curah
pulau Bali menunjukkan pola kecendrungan hujan bulanan selama periode pengamatan.
yang meningkat yang ditunjukkan oleh Pada Gambar 4 disajikan curah hujan bulanan
2
persamaan regresi Y = 0,05X + 153,6 (R = periode tahun 1961-2008.
2
0,3). Koefisien determinasi (R ) dari
71
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
Kecenderungan curah hujan yang naik tahun 1961-2008. Tren naiknya curah hujan
juga terjadi untuk curah hujan tahunan. tahunan juga ditunjukkan oleh fluktuasi dari
Kecendrungan curah hujan tahunan yang naik nilai rata-rata bergerak tiap 10 tahun. Rata-rata
ditunjukkan oleh persamaan regresi Y= bergerak dari curah hujan tahunan di Bali
2
0,081X + 1819 (R = 0,69). Kondisi ini secara umum menunjukkan kecenderungan
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan yang semakin naik, namun demikian pada
Qodrita Avia (2007) terhadap data curah hujan tahun-tahun tertentu menunjukkan penu-
di stasiun Denpasar yang menunjukkan pola runan seperti pada sekitar tahun 1997 dimana
hujan yang semakin meningkat. Pada Gambar pada saat itu terjadi El Nino.
5 disajikan pola curah hujan tahunan dari
Gambar 5. Pola curah hujan tahunan di pulau Bali periode tahun 1961-2008
Figure 5. Annual rainfall pattern in Bali island for of 1961-2008 period
72
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
Pada Gambar 6 disajikan penyebaran secara spasial tipe iklim di Bali pada tiap periode
analisis.
aBengkala
%
a Bengkala
% Sumber klampok
Gerokgak
Sumber klampok Gerokgak a
% a
%
a
% a
% Kintamani
Kintamani a
%
a
%
9080000
9080000
9080000
Pupuan Baturiti
Baturiti
a
% a
%
Pupuan
a
% a
% Kahang2
Poh Santen Kahang-Kahang
a
%
Poh Santen a
% a
%
a
%
Buruan
Buruan a
% Sidemen
a
% Sidemen Kerambitan a
%
Kerambitan a
% a
%
a
%
Kapal
Kapal a
%
a
%
9040000
9040000
9040000
a
% U
Bengkala
Sumber klampok Gerokgak
a
% a
%
Kintamani 3 0 3 6 Km
a
%
9080000
9080000
Baturiti
Poh Santen
Pupuan
a
% a
% Kahang-Kahang
a
% a
%
KETERANGAN (LEGEND) :
Buruan
Kerambitan
a
% Sidemen
a
%
a Stasiun Curah Hujan (Rain gauge station)
%
a
% Tipe Iklim ( Climate type)
Kapal
a
% A
B
9040000
9040000
C
D
E
Periode 1999-2008 F
73
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
Berdasarkan Tabel 1, pada periode 1961- Pupuan, Buruan dan Kahang-kahang. Pada
1988 yang menggunakan data GPCC, di pulau periode 1999-2008, penyebaran tipe iklim
Bali secara umum mempunyai tipe iklim C berubah kembali sehingga terdiri dari tipe
(agak basah). Hanya wilayah yang diwakili iklim A (sangat basah) sampai tipe iklim F
oleh stasiun curah hujan Gerokgak dan (kering). Pada periode ini terdapat wilayah
Sumber Klampok yang mempunyai tipe iklim dengan iklim sangat basah yang diwakili oleh
D, serta stasiun curah hujan Kapal mempunyai stasiun curah hujan Sidemen dan tipe iklim F
tipe iklim B. Pada periode 1989-1998 terjadi yang diwakili oleh stasiun curah hujan
perubahan yaitu terdapat tiga tipe iklim yaitu Gerokgak. Daerah dengan iklim agak kering
C (agak basah), D (sedang) dan E (agak kering). dan kering masih berada di bagian Utara pulau
Tipe iklim E penyebarannya terdapat di Bali Bali, daerah dengan iklim sedang memanjang
bagian Utara yang diwakili oleh stasiun curah dari Barat ke Timur di bagian tengah pulau,
hujan Gerokgak, Sumber Klampok, Bengkala sedangkan tipe iklim sangat basah, agak basah
dan Kintamani. Wilayah dengan iklim agak dan basah pada umumnya berada di bagian
basah terdapat di bagian tengah serta bagian Selatan. Pada Tabel 2 disajikan luas masing-
Selatan pulau Bali yang diwakili oleh stasiun masing tipe iklim untuk tiap periode analisis.
curah hujan Baturiti, Sidemen, Kerambitan,
Berdasarkan Tabel 2, tipe iklim di Bali C. Pergeseran Bulan Basah, Bulan Lembab
selama periode pengamatan semakin variatif. dan Bulan Kering
Luasan wilayah dengan tipe iklim C
Parameter lainnya yang digunakan
mengalami penurunan, namun wilayah dengan
untuk mengetahui adanya perubahan iklim di
tipe iklim D mengalami peningkatan yang
Pulau Bali adalah pergeseran antara bulan
cukup signifikan. Selain itu juga terdapat
basah, bulan lembab dan bulan kering. Hasil
wilayah-wilayah yang mempunyai iklim agak
analisis untuk keseluruhan pulau Bali disajikan
kering (tipe D) yang cukup luas di mana pada
pada Gambar 7.
periode 1961-1988 tidak ada.
74
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
Gambar 7. Perbandingan bulan basah dan kering tiga periode di pulau Bali
Figure 7. Comparison of wet and dry month of three periods in Bali island
Berdasarkan Gambar 7, telah terjadi terjadi di stasiun curah hujan Gerokgak dan
pergeseran bulan basah dari periode 1961-1988 Bengkala dengan jumlah bulan basah yang
yang dimulai bulan Oktober sampai Juni cendrung berkurang. Pada stasiun curah hujan
menjadi bulan November sampai April pada Sumber Klampok dan Kapal jumlah bulan
periode 1989-1998. Perubahan kembali terjadi basah cendrung berkurang dengan pergeseran
pada periode 1999-2008 dimana bulan basah mulai bulan basah dari bulan Oktober pada
kembali mulai dari bulan Oktober namun periode 1961-1988 menjadi bulan November
berakhir pada bulan Mei. Jumlah bulan basah pada periode berikutnya. Namun demikian,
dari periode 1961-1988 mengalami penurunan pada beberapa stasiun yaitu Kerambitan,
pada periode 1989-1998 menjadi enam bulan Kintamani dan Pupuan tidak mengalami
dan pada periode 2000-2008 menjadi delapan pergeseran mulai bulan basah, dan jumlah
bulan. bulan basah cendrung tetap. Pergeseran dan
Perubahan kondisi bulan basah, bulan perubahan jumlah bulan basah dipengaruhi
lembab dan bulan kering secara spasial pada oleh tren curah hujan pada tiap stasiun curah
masing-masing stasiun hujan yang digunakan hujan.
dalam analisis sangat beragam. Berdasarkan
data pada tiap stasiun curah hujan, pada D. Perubahan Suhu
umumnya terjadi pergeseran mulainya bulan
Data suhu yang dipergunakan dalam
basah dari periode 1961-1988 sampai periode
analsis adalah suhu rata-rata bulanan dari
1999-2008. Pergeseran bulan basah dari bulan
empat stasiun Klimatologi milik BMKG Bali
November menjadi Oktober terjadi di stasiun
dengan periode waktu 5 tahun (2004-2008).
curah hujan Baturiti, Sidemen, Poh Santen,
Berdasarkan data suhu rata-rata bulanan
Buruan dan Kahang-kahang dengan jumlah
selama 5 tahun dari stasiun klimatologi
bulan basah cenderung bertambah atau tetap
Kahang-kahang, Negara, Denpasar dan
dan jumlah bulan kering yang berkurang.
Ngurah Rai, diperoleh kecenderungan suhu
Pergeseran mulai bulan basah juga terjadi dari
yang meningkat, hanya stasiun klimatologi
bulan November di periode 1961-1988 menjadi
Kahang-kahang yang cenderung menurun.
Desember pada periode berikutnya, hal ini
75
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
0
Kenaikan suhu di tiga stasiun klimatologi mencapai 0,02 C. Pada Gambar 8 disajikan
Negara, Denpasar dan Ngurah Rai per tahun data suhu rata-rata bulanan selama periode
0 0 0
berturut-turut 0,08 C, 0,02 C dan 0,02 C, 2004-2008 di empat stasiun klimatologi yang
sedangkan kecendrungan suhu yang menurun digunakan.
di stasiun Kahang-kahang per tahunnya
Pada penelitian ini juga dilakukan Juni dan Agustus di stasiun klimatologi
analisis kecenderungan. Bulan-bulan basah Kahang-kahang dan Denpasar juga menun-
yang dianalisis adalah bulan Desember, Januari jukkan kecenderungan suhu rata-rata bulanan
dan Februari (DJF), sedangkan untuk bulan- naik, namun pada bulan Juli mempunyai
bulan kering meliputi bulan Juni, Juli dan kecenderungan turun.
Agustus (JJA).
Hasil analisis perubahan suhu rata-rata E. Dampak Perubahan Iklim
bulanan pada bulan-bulan basah (Desember,
Hasil wawancara dengan beberapa
Januari dan Februari) menunjukkan bahwa
instansi terkait seperti Dinas Kehutanan,
selama periode 2004-2008 mempunyai
Dinas Pertanian, Perguran Tinggi (PSL
kecenderungan suhu yang menurun kecuali di
Udayana), serta beberapa tokoh masyarakat
stasiun klimatologi Negara dan Denpasar yang
sekitar kawasan hutan, menunjukkan bahwa
menunjukkan kecenderungan suhu naik pada
dampak perubahan iklim terhadap ekosistem
bulan Desember. Pada bulan-bulan kering
hutan secara pasti belum diketahui. Namun
yaitu bulan Juni, Juli dan Agustus, suhu rata-
terdapat beberapa dampak yang diperkirakan
rata bulanan pada stasiun klimatologi Negara
dipengaruhi oleh faktor perubahan iklim serta
dan Ngurah Rai mempunyai kecenderungan
dampak yang berkaitan dengan aspek
naik selama periode 2004-2008. Pada bulan
76
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
77
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 1, April 2012 : 66 - 79
78
Analisis Variabilitas Curahan Hujan dan . . .
Ogi Setiawan
Panjiwibowo, C., R.Wisnu, H. S. Moekti, dan and Change under Coldest and Warmest
T. Olivia. 2003. Mencari Pohon Uang : Periods at Different Latitude Regions.
CDM Kehutanan di Indonesia. Yayasan Submitted to IJAS. (review in process).
Pelangi. Jakarta.
Schmidt, F.H., and J.H.A. Fergusson. 1951.
Qodrita Avia, L. 2007. Variabilitas Curah Rainfall types based on wet and dry
Hujan di Denpasar 1926-2002. Prosiding period ratios for Indonesia with Western
Seminar Nasional Pemanasan Global New Guinea. Djawatan Meteorologi dan
dan Perubahan Global . Fakta, Mitigasi, Geofisik. Jakarta.
dan Adaptasi. www.dirgantara-
Vladu, I.F. 2006. Adaptation as part of the
lapan.or.id. Diakses 20 Desember 2009.
development process. Technology Sub-
Runtunuwu, E. and A. Kondoh. 2006. programme. Adaptation, Technology
Assessing Global Climate Variability and Science Programme. UNFCCC.
79