Вы находитесь на странице: 1из 9

Biosaintifika 4 (2) (2012)

Biosantifika
Berkala Ilmiah Biologi

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/biosaintifika

KADAR VITAMIN DAN MINERAL DALAM BUAH SEGAR DAN MANISAN


BASAH KARIKA DIENG (Carica pubescens Lenne & K. Koch)

levels of vitamin and mineral in fresh flesh and wet sweetened


karika dieng (Carica pubescens Lenne & K. Koch)

Enni Suwarsi Rahayu1, Putik Pribadi2
1
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
2
Balai Pengawasan Obat dan Makanan Semarang

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian bertujuan untuk membandingkan kadar vitamin A, vitamin C, fosfor,
Diterima April 2012 besi, dan kalsium dalam buah segar dan manisan basah Carica pubescens Lenne &
Disetujui Agustus 2012 K. Koch (karika dieng) serta menentukan waktu perebusan optimal dalam proses
Dipublikasikan September pembuatan manisan karika yang tidak menurunkan kadar vitamin C secara
2012 signifikan. Kadar vitamin C dianalisis menggunakan titrasi yodium yacobs, kadar
vitamin A diukur dengan spektronik-20, dan kadar mineral diukur dengan AAS.
Keywords: Data kadar vitamin dan mineral dianalisis menggunakan t-test, sedangkan waktu
calcium; iron; phosphor; perebusan optimal dianalisis menggunakan Anava dan uji beda nyata terkecil.
vitamin A; vitamin C Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin A, vitamin C, fosfor, besi,
dan kalsium pada lima merk manisan karika lebih kecil dibandingkan dalam buah
karika segar. Waktu perebusan optimal adalah 10 menit.

Abstract
The study was aimed to compare the levels of vitamin A, vitamin C and the minerals i.e.
phosphorus, iron and calcium in sweet preserved and fresh fruit of Dieng mountain papaya
Carica pubescens Lenne & K. Koch, and to determine the optimal boiling duration of the
fruit in order to determine the preserved fruit processing technique. The level of vitamin C was
analyzed using Jacob’s iodine titration, the level of vitamin A was analyzed using Spectronic
20, and the minerals were analyzed using AAS. The data of the contents of vitamins and
minerals in sweet preserved and fresh fruit were analyzed using t-test, whereas the data of the
optimum boiling time was analyzed using Anova and a least significant difference test. The
results showed that the levels of vitamin A and vitamin C and minerals P, Fe and Ca at 5
brands of sweet preserved carica were lower than in carica fresh fruit. The optimum boiling
time was 10 minutes to obtain the high vitaim C content.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2085-191X
FMIPA UNNES Gd D6 Lt 1 Jln. Raya Sekaran- Gunungpati- Semarang 50229
Telp./Fax. (024) 8508033; E-mail: enni.bio@gmail.com
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

PENDAHULUAN berian gula dan kapur serta pengemasan.


Pemotongan, pencucian dan perebusan me-
Pada umumnya buah mengandung mungkinkan terjadinya kerusakan vitamin
berbagai zat gizi, khususnya vitamin dan mi- dan mineral dalam buah, dan menghilang-
neral yang cukup tinggi. Komposisi jenis gizi kan sebagian besar aroma yang khas. Proses
dalam setiap jenis buah berbeda-beda tergan- produksi yang baik adalah yang tidak men-
tung pada beberapa faktor, yaitu perbedaan gakibatkan terjadinya penurunan signifikan
varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pe- kandungan vitamin dan mineral dalam ma-
meliharaan tanaman, cara pemanenan, ting- nisan dibandingkan dalam buah segar (Ersoy
kat kematangan waktu panen, kondisi sela- & Ozeren, 2009). Hasil observasi tahun 2009
ma pemeraman dan kondisi penyimpanan menunjukkan bahwa selama ini produsen
(Surahman & Darmajana, 2004, p. Clydes- manisan karika di Wonosobo mempunyai
dale). teknik pengolahan yang bervariasi, sehing-
Pada umumnya kadar air buah segar ga dimungkinkan kadar vitamin dan mine-
relatif tinggi sehingga dapat mempercepat ral dalam manisan juga berbeda-beda. Oleh
terjadinya kerusakan, terutama akibat pen- karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
garuh biologis (seperti jamur dan bakteri) mengevaluasi ketepatan teknik pengolahan
yang mengakibatkan kebusukan. Oleh kare- dengan indikator perbandingan kandungan
na itu pengolahan buah untuk memperpan- beberapa vitamin dan mineral dalam mani-
jang masa simpan menjadi sangat penting. san basah karika dan dalam buah segar.
Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk Di antara sejumlah tahap pembuatan
minuman seperti anggur, sari buah dan sirup manisan, tahap yang sangat menentukan ke-
juga makanan lain seperti manisan, dodol, rusakan vitamin dan mineral adalah perebu-
keripik, dan sale. Manisan buah adalah buah san (Begum et al., 2009). Selama ini belum
yang diawetkan dengan gula kadar tinggi pernah dilakukan penelitian untuk menentu-
untuk memberikan atau menambahkan rasa kan lama perebusan optimal yang tidak men-
manis dan mencegah tumbuhnya mikroor- gakibatkan penurunan vitamin, terutama
ganisme. Proses pembuatan manisan buah vitamin C yang larut dalam air dan sangat
juga sering menggunakan air garam dan air peka terhadap pemanasan. Berdasarkan hal-
kapur untuk mempertahankan bentuk (teks- hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
tur) dan menghilangkan rasa gatal atau getir mengetahui kadar vitamin dan mineral pada
pada buah. buah karika dieng segar dan yang telah dio-
Salah satu buah yang lazim dikon- lah menjadi manisan basah, dan mengetahui
sumsi setelah diolah menjadi manisan basah waktu perebusan optimal dalam proses pem-
adalah buah dari tanaman Carica pubescens buatan manisan karika yang tidak menurun-
Lenne & K.Koch (karika dieng). Tanaman kan kadar vitamin C secara signifikan. Hasil
ini merupakan tanaman khas daerah Dieng, penelitian dapat digunakan sebagai dasar
termasuk satu genus dengan pepaya namun untuk mengevaluasi ketepatan teknik pengo-
mempunyai aroma segar yang lebih harum lahan manisan karika dan sebagai dasar un-
dan tekstur yang lebih kenyal dibandingkan tuk mencari inovasi pengolahan yang dapat
papaya. Apabila buah ini dikonsumsi tanpa meminimalisir berkurangnya vitamin dan
diolah, getahnya dapat membuat gatal pada mineral dalam manisan karika Dieng.
kulit, sehingga lebih tepat dikonsumsi sete-
lah diolah (Laily et al., 2012). Manisan basah METODE
karika dieng berpotensi dikembangkan men-
jadi komoditas andalan dengan nilai ekono- Penelitian dilakukan di Laboratorium
mi tinggi. Biokimia Jurusan Biologi dan Labo-ratorium
Proses pembuatan manisan karika, Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Un-
seperti manisan buah lain, terdiri atas bebe- nes, Laboratorium Teknologi Pangan Unika
rapa tahap, yaitu pengupasan, pemotongan, Soegijapranoto Semarang dan Laboratorium
pencucian, penggaraman, perebusan, pem- Teknologi Rekayasa Pertanian USM Sema-

90
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

rang. Kadar vitamin C ditentukan dengan


Bahan utama yang digunakan adalah metode titrasi yodium yacobs. Kadar vitamin
buah karika dieng masak pohon yang dipetik C (asam askorbat) dihitung dengan rumus :
dari pohon yang tumbuh di desa Sikunang,
1 ml 0,01 N yodium = 0,88 mg asam askorbat
Dieng, Wonosobo; lima merk manisan kari-
ka yang paling banyak dijual di Wonosobo; Untuk mengukur kadar mineral Fe
dan bahan-bahan yang digunakan untuk dan Ca digunakan AAS. Kurva standar dibu-
analisis kadar vitamin A dan C, fosfor, besi, at untuk masing-masing logam (nilai absorp-
dan kalsium. Penentuan waktu optimal pe- si/emisi vs konsentrasi dalam ppm), selan-
rebusan yang menghasilkan kadar vitamin C jutnya dibuat kurva kalibrasi dan diperoleh
tinggi dilakukan secara eksperimental meng- persamaan.
gunakan rancangan acak lengkap satu faktor, Penentuan konsentrasi Fe dan Ca da-
terdiri atas 5 taraf perlakuan, yaitu 0, 5, 10, lam sampel dilakukan dari kurva standar
15 dan 20 menit. yang diperoleh, y sebagai absorbansi dan x
Kadar vitamin A (beta-carotene) diukur sebagai konsentrasi. Absorbansi yang dipe-
dengan cara sebagai berikut. Sebanyak 100 roleh dari sampel dimasukkan ke dalam per-
gram bahan ditimbang kemudian dihaluskan samaan dalam kurva kalibrasi dan diperoleh
dan diperas dengan kain, dan diencerkan x, dimana x merupakan konsentrasi/kadar
dengan penambahan akuades hingga 100 ml. dalam sampel. Perhitungan kadar P dalam
Slurry yang diperoleh diambil sebanyak 10 sampel sesuai dengan rumus :
gram, dipanaskan pada suhu 40o-60o C dan
dilarutkan dalam 10 ml etanol, kemudian di- % P dalam sampel (P2O5) = C x 2,5
tambahkan 1 ml KOH 60%. Larutan diekst- W
raksi menggunakan petroleum eter (PE) dan C = konsentrasi P dalam sampel (mg/100ml)
metanol 92 % (1:1) dengan cara dikocok. yang terbaca dari kurva standar
Dihidroksi-karoten akan larut dalam meta- W = berat sampel yang digunakan
nol di lapisan bawah, sedangkan monohid-
roksi-karoten serta karoten tetap pada fase Untuk mengevaluasi proses pengo-
PE di lapisan atas. Larutan yang dihasilkan lahan manisan karika, khususnya menen-
diekstraksi kembali dengan metanol, untuk tukan waktu perebusan optimal yang tidak
memisahkan monohidroksi-karoten yang la- mengakibatkan penurunan signifikan kan-
rut dalam metanol pada lapisan bawah dan dungan vitamin C pada manisan dibanding
karoten larut dalam PE pada lapisan atas. buah segar, dilakukan penelitian eksperi-
Pengukuran absorbansi dengan spektronik mental. Prosedur pembuatan manisan karika
20 pada panjang gelombang 450 nm pada la- mengadaptasi dari prosedur yang dilakukan
pisan atas dengan PE sebagai larutan blanko. beberapa produsen, melalui 3 tahapan yai-
Kurva kalibrasi dibuat untuk menen- tu: (1) tahap sortasi, pengupasan, pencucian
tukan kadar β-karoten, menggunakan laru- pertama; (2) tahap pengirisan, pemisahan
tan standar β-karoten murni. Selanjutnya biji, perendaman dalam air garam dan air
dibuat kurva kalibrasi antara absorbansi (se- kapur; (3) tahap pembuatan larutan gula (si-
bagai ordinat) dengan konsentrasi (sebagai rup) dan perebusan.
absis), kemudian dicari persamaan regresin- Data kadar vitamin dan mineral dalam
ya sehingga diperoleh kurva linear. buah karika segar dan manisan basah karika
Penentuan kadar vitamin A dalam dianalisis secara deskritif persentase. Data
sampel dilakukan berdasarkan kurva stan- penelitian eksperimental, berupa kadar vi-
dar yang diperoleh (y merupakan absorbansi tamin C dalam manisan karika yang dibuat
dan x sebagai konsentrasi). Absorbansi yang dengan lama perebusan yang bervariasi dia-
diperoleh dari sampel dimasukkan ke dalam nalisis dengan analisis varians (Anava) satu
persamaan dalam kurva kalibrasi dan dipe- arah yang apabila hasilnya signifikan dilan-
roleh x, dimana x merupakan konsentrasi/ jutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT)
kadar dalam sampel. taraf signifikansi 1%.
91
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

rekontaminasi oleh mikroorganisme (Tahm-


HASIL DAN PEMBAHASAN rin & Prayitno, 2008). Menurut Begum et al.
(2009), walaupun pemanasan merupakan
Kadar vitamin C pada lima merk mani- cara yang paling penting untuk memperpan-
san karika berbeda antara satu merk dengan jang daya simpan suatu bahan, namun dapat
yang lain, dan semuanya menurun atau lebih berpengaruh menurunkan zat-zat makanan
sedikit dibandingkan kadar vitamin C pada yang terkandung dalam bahan tersebut dan
buah karika segar. Penurunan terendah pada ini sangat tergantung pada berat/lamanya
merk B dan penurunan tertinggi pada merk proses pemanasan. Pengaruh panas terhadap
F. Kadar vitamin A pada lima merk manisan nilai gizi tidak hanya dipengaruhi oleh fak-
karika juga berbeda antara satu merk dengan tor suhu saja, tetapi juga dipengaruhi lama
yang lain, dan lebih sedikit dibandingkan ka- waktu pemanasan. Sebenarnya tidak ada
dar vitamin A pada buah karika segar. Penu- perbedaan nilai gizi suatu bahan akibat pe-
runan terendah pada merk F dan penurunan manasan, selama pemanasan yang diterap-
tertinggi pada merk B (Tabel 1). kan tidak berlebihan dan tidak terlalu lama.
Pada proses perebusan terjadi pe- Pemasakan merupakan salah satu pro-
manasan dan pelarutan dalam air. Hal ini ses pengolahan panas yang sederhana dan
mengakibatkan terlarutnya vitamin C dan mudah. Pemasakan dapat dilakukan dengan
A karena vitamin A dan C merupakan vi- media air panas yang disebut dengan perebu-
tamin yang rentan terhadap proses pema- san maupun dengan uap panas atau yang di-
nasan. Akibatnya ada perbedaan kadar vita- sebut pengukusan. Keduanya berbeda pada
min dan mineral antara manisan dan buah jenis media yang dimanfaatkan yaitu air dan
segar karika. Produsen masing-masing merk uap panas dengan suhu 100oC. Pengetahuan
manisan mempunyai metode yang berbeda tentang seberapa besar perubahan yang ter-
dalam mengolah manisan. Ada produsen jadi pada suatu bahan akibat proses pengo-
yang mengolah dengan perebusan dan pen- lahan, dapat digunakan untuk menentukan
gukusan, ada pula yang hanya dengan pen- metode pengolahan yang tepat (Susangka et
gukusan sekaligus untuk sterilisasi botol (ob- al., 2006). Pengukusan dan perebusan adalah
servasi langsung, 2010). Hal tersebut dapat metode konvensional yang telah lama dike-
menyebabkan perbedaan kadar vitamin pada nal untuk memasak. Bahan makanan yang
setiap merk manisan. langsung terkena air rebusan akan menurun
Tujuan pemanasan adalah me-mati- nilai gizinya terutama vitamin-vitamin larut
kan mikroorganisme sehingga mengurangi air (B kompleks dan C), sedangkan vitamin
populasinya di dalam bahan pangan. Perla- larut lemak (A, D, E, K) kurang terpengaruh.
kuan pemanasan biasanya dikombinasikan Pengukusan juga akan mengurangi zat gizi
dengan perlakuan lainnya untuk mencegah namun tidak sebesar pada proses perebusan.

Tabel 1. Kadar vitamin C dan vitamin A serta persentase penurunannya pada 5 merk mani-
san (B-F) dibandingkan pada buah segar (A)

Kadar Penurunan Kadar Penurunan


No Sampel vitamin C kadar vitamin vitamin A kadar vitamin
(mg/100g) C (%) (µg/100g) A (%)
1. A 65,12 - 1771,1 -
2. B 30,047 53,86 313,6 82,29
3. C 32,12 50,73 471,5 73,37
4. D 26,04 60 423,4 76,09
5. E 29,31 54,99 440,7 75,11
6. F 24,17 62,88 535,9 69,74

92
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

Pemanasan dengan pengukusan kadang-ka- lisator, sedangkan oksidasi tidak spontan ter-
dang tidak merata karena bahan makanan di jadi dengan adanya penambahan enzim atau
bagian tepi biasanya mengalami pengukusan katalisator, misalnya enzim glutation. Enzim
berlebihan, sementara di bagian tengah men- ini adalah suatu tripeptida yang terdiri dari
galami pengukusan lebih sedikit. Penguku- asam glutamat, sistein, dan glisin (Andarwu-
san juga sering dilakukan industri sebelum lan & Koswara, 1992).
proses pengalengan bahan makanan dilaku- Pada penelitian ini reaksi yang terjadi
kan dengan tujuan untuk menon-aktifkan adalah proses oksidasi spontan akibat pen-
enzim, bukan untuk membunuh mikroba. garuh udara sekitar. Mekanisme oksidasi
Kondisi enzim yang tidak aktif dapat men- spontan terjadi karena mono anion asam
cegah perubahan warna, cita rasa, atau nilai askorbat merupakan sasaran menyerangan
gizi yang tidak dikehendaki selama proses oksidasi oleh molekul oksigen menghasilkan
penyimpanan (Tahmrin & Prayitno, 2008, p. radikal anion askorbat dan H2O diikuti pem-
Swaminathan). bentukan dehidro-asam askorbat dan hidro-
Kadar vitamin C menunjukkan hasil genperoksida. Dehidro-asam askorbat (asam
bervariasi. Pada lima merk manisan karika, L-dehidroaskorbat) merupakan bentuk oksi-
kadar vitamin C lebih rendah dibandingkan dasi dari asam L-askorbat yang masih mem-
dengan kadar vitamin C pada buah karika punyai keaktifan sebagai vitamin C; namun
segar. Hal ini dikarenakan vitamin C mudah asam L-dehidro-askorbat bersifat sangat labil
sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, ca- dan dapat mengalami perubahan menjadi
haya maupun udara sekitar. Vitamin C ber- 2.3-L-diketogulonat (DKG). DKG yang ter-
sifat mudah larut dalam air, akibatnya san- bentuk tidak mempunyai keaktifan vitamin
gat mudah hilang akibat luka di permukaan C lagi sehingga jika DKG terbentuk akan
atau pada waktu pemotongan bahan pangan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin
(Begum et al., 2009). Menurut Safaryani et C yang ada dalam produk.
al. (2007) terdapat pengaruh interaksi anta- Kadar vitamin A manisan karika
ra suhu dengan lama penyimpanan terhadap mengalami penurunan cukup besar diband-
penurunan kadar vitamin C pada brokoli. ingkan buah karika Dieng segar, persentase
Selama proses pembuatan manisan karika, penurunannya berkisar 70-80%. Hal ini dik-
vitamin C mengalami kerusakan cukup ba- arenakan vitamin A (β-karoten) dapat rusak
nyak, terutama pada saat pengupasan, pen- akibat pemanasan. Vitamin A akan stabil
cucian serta perebusan. Secara umum reak- dalam kondisi ruang hampa udara, namun
si oksidasi vitamin C ada dua macam yaitu akan cepat rusak ketika dipanaskan dengan
proses oksidasi spontan dan tidak spontan. adanya oksigen, terutama pada suhu tinggi.
Proses oksidasi spontan adalah oksidasi yang Vitamin tersebut akan rusak seluruhnya apa-
terjadi tanpa menggunakan enzim atau kata- bila dioksidasi dan didehidrogenasi. Berbagai

Tabel 2. Hasil analisis kadar mineral Ca, Fe dan P serta persentase penurunanya pada lima
merk manisan (B-F) dibandingkan pada buah segar (A)

Penurunan
Kadar Ca Kadar Fe Kadar P
No. Sampel kadar Ca
(ppm) (ppm) (%)
(%)
1. A 24 1,2 0,0254 -
2. B 9,03 0,8 0,0054 62,47
3. C 5,51 0,61 0,0059 77,04
4. D 6,31 0,58 0,0035 73,70
5. E 8.81 0,73 0,0045 63,29
6. F 5,02 0,64 0,0088 79

93
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

tahapan proses pembuatan manisan karika


diduga menyebabkan vitamin A teroksidasi Kadar fosfor, besi dan kalsium
yaitu pada tahapan pengupasan, pengirisan, Kadar mineral fosfor, besi dan kalsi-
dan pencucian. Proses perebusan dan steril- um bervariasi antara satu merk dengan merk
isasi botol dengan pemanasan juga menye- lainnya dan mengalami penurunan diban-
babkan vitamin A mudah rusak dan hilang. dingkan kadar mineral pada buah karika
Hasil ini sejalan dengan proses pengalengan segar. Penurunan kadar mineral fosfor, besi
sayuran dan penyimpanan makanan kaleng dan kalsium tertinggi berturut-turut terjadi
menghasilkan retensi vitamin A rata-rata pada merk F, C, dan D; sedangkan penuru-
80%, perebusan buah dan sayuran retensi nan kadar mineral fosfor, besi dan kalsium
vitamin A berkisar 80%. Pengukusan meng- terendah berturut-turut terjadi pada merk A,
hasilkan kerusakan lebih sedikit dibanding- B dan E (Tabel 2).
kan perebusan (Ersoy & Ozeren, 2009). Ketika makanan dimasak, diproses,
Perbedaan kadar vitamin A dari berba- atau disimpan, mineral dapat bergabung
gai merk manisan kemungkinan disebabkan dengan komponen makanan lain. Sama hal-
oleh tahapan proses pengolahan manisan ka- nya dengan vitamin, variasi kandungan mi-
rika yang berbeda pula. Beberapa produsen neral alamiah makanan mentah dan metode
melakukan proses perebusan dengan variasi memasak yang berbeda dapat menghasilkan
waktu yang berbeda dan beberapa produsen variasi kadar mineral makanan olahan. Mi-
tidak melakukan perebusan tetapi hanya ste- neral pada umumnya tidak peka terhadap
rilisasi botol dan manisan dalam waktu yang panas, tetapi rentan terhadap pencucian atau
lebih lama. Hal ini menyebabkan perbedaan pengolahan yang melibatkan air seperti pere-
kadar vitamin A tiap jenis merk manisan. busan. Penurunan mineral selama pencucian
Vitamin A memiliki sifat mudah terok- dapat diperkecil dengan mengurangi jumlah
sidasi dan tidak stabil pada pH asam namun air yang digunakan untuk memasak bahan
stabil pada pH netral dan basa. Vitamin C makanan.
tidak stabil pada pH netral dan basa, namun Penanganan, penyimpanan dan penga-
stabil pada pH asam. Sifat mudah larut da- wetan bahan pangan sering menyebabkan
lam air, mengakibatkan vitamin C pada ma- terjadinya perubahan nilai gizi, khususnya
nisan karika banyak berkurang, sedangkan mineral. Mineral yang terkandung dalam ba-
kadar vitamin A tidak mudah larut dalam air han pangan sebagian besar akan rusak pada
namun tidak stabil jika pengolahannya den- proses pengolahan karena sensitif terhadap
gan pemanasan disertai oksigen dan suhu pH, oksigen, sinar dan panas atau kombinasi
tinggi. Sampel manisan F mengandung le- diantaranya (Dosumu et al., 2009; Baiyeri et
bih banyak air daripada sampel B sehingga al. 2011). Zat gizi mikro terutama tembaga
penurunan kadar vitamin C pada sampel F dan zat besi serta enzim kemungkinan se-
lebih tinggi daripada sampel B. bagai katalis dalam proses tersebut. Selain

Tabel 3. Kadar vitamin C dalam manisan karika dengan waktu perebusan yang berbeda, dan
persentase penurunannya dibanding buah segar

Waktu Kadar Persentase penurunan kadar


Perlakuan perebusan vitamin C vitamin C dibandingkan
(menit) (mg/100g) buah karika segar (%)
I 0 62,18 4,5a
II 5 43,41 33,33b
III 10 42,24 35,13b
IV 15 34,02 43,15c
V 20 32,27 50,44c

94
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

efek samping yang tidak diinginkan tersebut, vitamin C pada manisan karika. Hasil seja-
pengolahan dapat bersifat menguntungkan lan dengan hasil penelitian pada cabai rawit
terhadap beberapa komponen zat gizi yang putih (Rachmawati et al., 2009), yaitu suhu
terkandung dalam bahan pangan tersebut, berpengaruh nyata terhadap kandungan vi-
yaitu perubahan kadar kandungan zat gizi, tamin C. Semakin tinggi suhu maka kandun-
peningkatan daya cerna dan ketersediaan gan vitamin C semakin menurun.
zat-zat gizi serta penurunan berbagai seny- Kadar vitamin C pada manisan yang
awa antinutrisi yang terkandung di dalam- direbus selama 5-20 menit lebih tinggi di-
nya (Palupi et al., 2007). bandingkan dengan kadar vitamin C pada
Efek pengolahan makanan dan pro- 5 merk manisan karika yang diuji. Hal ter-
sedur persiapan terhadap berbagai zat gizi sebut diduga karena rentang waktu antara
dan komponen non-gizi makanan tertentu pengolahan dan pengujian kadar vitamin C
telah diteliti secara intensif, namun sedikit dalam penelitian ini lebih pendek/cepat di-
yang diketahui tentang efek terhadap mine- bandingkan dengan pada 5 merk manisan.
ral. Fermentasi selama produksi bir, anggur, Ada jeda waktu penyimpanan yang waktu-
dan yoghurt mempengaruhi ketersediaan Zn nya mungkin bervariasi antar merk. Menurut
dan Fe hayati. Baking mempengaruhi bentuk Rachmawati et al. (2009) penyimpanan buah
kimia Fe dalam produk roti fortifikasi dan pe- berpengaruh terhadap kadar vitamin C, kan-
rubahan ini dapat mempengaruhi ketersedi- dungan vitamin C tertinggi pada cabai rawit
aan hayati tersebut. Ketersediaan Fe dalam putih terdapat pada kontrol (tidak disimpan)
susu formula bayi tergantung pada Fe yang yaitu 59,9 mg/100 ml. Selama penyimpanan
ditambahkan sebelum atau sesudah pengo- kandungan vitamin C pada cabai rawit putih
lahan panas. Makanan kemasan (misalnya, mengalami penurunan terus menerus hing-
dalam kaleng) dapat mengubah komposisi ga menjadi rusak. Hal ini disebabkan oleh
makanan dan dengan demikian berpotensi terjadinya proses respirasi dan oksidasi vita-
mempengaruhi ketersediaan hayati mineral min C menjadi asam L-dehidroaskorbat dan
(Dosumu et al., 2009). mengalami perubahan lebih lanjut menjadi
asam L–diketogulonat yang tidak memiliki
Evaluasi teknik pengolahan keaktifan vitamin C. Pada suhu kamar, pe-
Kadar vitamin C dalam manisan buah nurunan kadar vitamin C paling cepat, ka-
karika cenderung makin turun sejalan den- rena pada suhu kamar kondisi lingkungan
gan meningkatnya waktu perebusan, dan se- tidak dapat dikendalikan seperti adanya pa-
jalan dengan itu persentase penurunan kadar nas dan oksigen sehingga proses pemasakan
vitamin C dibanding buah segar juga sema- buah berjalan dengan sempurna (Helmiyesi
kin meningkat (Tabel 3). Hasil perhitungan et al., 2008).
Anava satu jalan menunjukkan bahwa lama Pada penyimpanan dalam suhu ka-
waktu perebusan berpengaruh terhadap ka- mar, penguapan air menyebabkan struktur
dar vitamin C manisan karika pada taraf sel yang semula utuh menjadi layu sehingga
signifikansi 1% (Tabel 4). Waktu perebusan enzim askorbat oksidase akan dibebaskan
yang mengakibatkan kadar vitamin C paling dengan cara kontak langsung dengan asam
tinggi adalah 0 menit (tanpa perebusan), ke- askorbat dan akibatnya vitamin C mengala-
mudian diikuti waktu perebusan 5–10 menit, mi kerusakan. Penyimpanan buah-buahan
dan 15-20 menit. pada kondisi yang menyebabkan kelayuan
Kadar vitamin C tertinggi yaitu 62,18 akan menurunkan kandungan vitamin C
mg /100 g terdapat pada perebusan 0 me- dengan cepat karena adanya proses respirasi
nit dan terendah pada perebusan 20 menit dan oksidasi (Helmiyesi et al., 2008; Ersoy &
yaitu 32,27 mg/100 g. Hal tersebut dikare- Ozeren, 2011)
nakan pemanasan akan merusak vitamin Produk manisan karika yang dapat di-
C, sehingga kadar vitamin C paling banyak terima konsumen perlu mempertimbangkan
hilang pada perebusan 20 menit. Semakin tekstur, rasa, warna dan aroma serta kadar
lama waktu perebusan semakin sedikit kadar gizi yang tinggi. Rerata kadar vitamin C pa-

95
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

ling tinggi terdapat pada sampel I (tanpa pe- G. V. & Okunola, M. O. (2009). Stabil-
rebusan), namun tekstur yang dihasilkan le- ity studies and mineral concentration
bih keras, rasanya kurang manis dan warna of some Nigerian packed fruit juices,
masih kuning pucat. Karakteristik tersebut concentrate and local beverages. Afri-
berkurang seiring dengan semakin lamanya can Journal of Food Science, 3(3), 082-
waktu perebusan. Pengamatan karakteristik 085.
fisik manisan, dengan pemanasan 10 menit Ersoy, B. & Ozeren, A. (2009). The effect of
mempunyai karakter yang hampir sama den- cooking methods on mineral and vita-
gan produk manisan yang telah beredar di min contents of African catfish. Food
pasaran. Chemistry, 115(2),419-422.
Helmiyesi, Hastuti, R. B. & Prihastanti, E.
SIMPULAN (2008). Pengaruh lama penyimpanan
terhadap kadar gula dan vitamin C
Buah segar karika Dieng mengandung pada buah jeruk siam (Citrus nobilis
kadar vitamin C 65,12 mg/100 g, vitamin A var. microcarpa). Buletin Anatomi dan
1771,1 µg/100 g, Ca 24 ppm, Fe 1,2 ppm, P Fisiologi, 16(2), 33-37.
0,0254%. Pada 5 merk manisan buah karika Laily, A. N., Suranto & Sugiyarto. (2012).
kadar vitamin C berkisar 24-30 mg/100 g, Characterzation of Carica pubescens in
vitamin A berkisar 300-500 µg/100 g, mine- Dieng Plateau, Central Java based on
ral Ca berkisar 5-9 ppm, mineral Fe berkisar morphological characters, antioxidant
0,5-0,8 ppm, dan mineral P berkisar 0,0035- capacity, and protein banding pattern.
0,0088%. Lama waktu perebusan pada pro- Bioscience, 4(1),16-21.
ses pembuatan manisan karika mempenga- Palupi, Zakaria & Prangdimurti. (2007).
ruhi kadar vitamin C. Semakin lama waktu Modul e-Learning ENBP. Bogor: De-
perebusan, kadar vitamin C semakin sedikit. partemen Ilmu & Teknologi Pangan-
Waktu perebusan optimal dengan kandun- Fateta IPB.
gan vitamin C cukup tinggi yaitu pada lama Rachmawati, Deviani, & Suriani. (2009).
perebusan 10 menit. Proses pembuatan ma- Pengaruh Suhu dan Penyimpanan
nisan karika sebaiknya menggunakan lama terhadap Kadungan Vitamin C pada
perebusan 10 menit untuk meminimalkan Cabe Rawit Putih (Capsicum frusten-
berkurangnya kadar vitamin C. scens). Jurnal Biologi FMIPA Universitas
Udayana, XIII.
DAFTAR PUSTAKA Safaryani, Haryanti & Hastuti. (2007). Pen-
garuh Suhu dan Penyimpanan terha-
Andarwulan, N. & Koswara. (1992). Kimia dap Penurunan Kadar Vitamin C Bro-
Vitamin. Jakarta : Rajawali koli (Brasea olerace L). Jurnal Anatomi
Baiyeri, K. P., Aba, S. C., Otitoju, G. T. & dan Fisiologi, XV.
Mbah, O. B. (2011). The effects of rip- Surahman, D. N. & Darmajana, D. A.
ening and cooking method on mineral (2004). Kajian Analisis Kandungan Vi-
and proximate composition of plan- tamin dan Mine ral pada Buah-Buahan
tain (Musa sp. AAB cv. ‘Agbagba’) fruit Tropis dan Sayur-Sayuran di Toyaman
pulp. African Journal of Biotechnology, Prefecture Jepang. Prosiding Seminar
10(36), 6979-6984. Nasional rekayasa Kimia dan Proses.
Begum, S. A., Faiaz, M., Ahmed & Rah- Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
man, M. M. (2009). Effect of cook- Undip. Semarang. Hlm 51.
ing temperature and storage period on Susangka, Hariyani & Andriyani. (2006).
preservation of water soluble vitamin Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran
C content in Citrus macroptera and Mo- Produk Cara Pengolahan Berbeda dan
ringa oleifera lunk. Asian Journal of Food Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ikan
and Agro-Industry, 2(3), 255-261. Nila. LaporanPenelitian. Bandung:
Dosumu, O. O., Oluwaniyi, O. O., Awolola, Universitas Padjajaran.

96
Enni Suwarsi Rahayu, et al. / Biosaintifika 4 (2) (2012)

Tahmrin & Prayitno. (2008). Pengaruh Lama Sains dan Teknologi-II 2008. FMIPA
Perebusan dan Perendaman terhadap Ka- Unila. Bandar Lampung, 17-18 No-
dar Air dan Tingkat Kelunakan Kolang- vember 2008. Hlm 44-49.
Kaling. Prosiding Seminar Nasional

97

Вам также может понравиться