Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2541-3805
Abstract — Stunting is a failure to grow in toddler due to chronic perkembangan manusia yang signifikan, secara umum sekitar
malnutrition so that children are too short for their age. Stunting 162 juta anak balita mengalami stunting.[1] Balita pendek
is a public health problem that must be overcome. Short stature adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
children are at risk of growing up to be less educated, poor, tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan
unhealthy adults and more vulnerable to non-communicable standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
diseases. Short stature children are a bad predictor of the quality
of human resources, which further decreases the productive
Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan
ability of a nation in the future. Inhibit economic growth and dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -
reduce labor market productivity, resulting in a reduction of 11% 3SD.[2]
of GDP (Gross Domestic Products). Short stature toddler Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
problems illustrate the existence of chronic nutritional problems, tentang status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di
influenced by maternal/prospective mothers, fetal period, and Indonesia tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun
infancy, including illnesses suffered during infancy, lack of
maternal knowledge about stunting. The efforts made in
2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan
overcoming stunting, both through efforts to improve nutrition penurunan atau perbaikan yang signifikan, sementara menurut
and through health promotion, can actually prevent stunting. Dinas Kesehatan, jumlah balita pendek di Jawa Barat sebesar
This activity aims to provide solutions for the community in 29,2%. Jumlah balita pendek di Kabupaten Sumedang pun
prevention of stunting (short stature toddlers). Efforts to improve tercatat sebesar 41.08 %.[3]
health through increased knowledge of Integrated Health Care Balita pendek (stunting) adalah kondisi ketika seorang anak
(Posyandu) cadres and mothers of toddler on stunting include
tingginya kurang dari tinggi standar usianya dan merupakan
health promotion on prevention of stunting and competition for
making ASI complementary foods (MP-ASI). masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
The activity method is participatory empowerment, intervention yang kurang dalam waktu yang cukup lama.[4] Asupan gizi
as a solution to problem solving. The target is a number of 43 yang dibutuhkan untuk mencegah stunting berupa asupan gizi
Integrated Health Care (Posyandu) cadres and 26 toddlers, the yang baik saat hamil, konsumsi tablet penambah darah yang
place of activity in the village of Cipacing district, Jatinangor cukup saat hamil, pemberian ASI kepada anak selama 6 bulan
Sumedang Regency on July, 5th and 7th 2018. pertama, dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI
The results of the activity contained an increase in the knowledge yang tepat sampai anak berusia 2 tahun.[5] Faktor-faktor lain
of Integrated Health Care (Posyandu) cadres and mothers of yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah
toddlers after counseling, Integrated Health Care (Posyandu)
kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kondisi
cadres and mothers of toddlers had good knowledge (97.5%).
The conclusion that counseling can improve the knowledge of stunting sejak dini, kebersihan air dan lingkungan, pola
pengasuhan anak, tempat persalinan dan genetik.[6]
Integrated Health Care (Posyandu) cadres and mothers of
Stunting merupakan masalah yang masih sering diremehkan
toddlers about prevention of stunting
oleh masyarakat, namun sebenarnya merupakan masalah yang
Keywords: mother of toddler, cadre of Integrated Health Care dapat menjadi akar dari penyakit-penyakit tidak menular seperti
(Posyandu), knowledge, stunting penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penyakit pernapasan.
Stunting juga dapat menyebabkan produktivitas seseorang
I. PENDAHULUAN terganggu saat dewasa. Hal ini dapat terjadi karena ketika
Stunting pada anak merupakan salah satu gangguan seorang anak terkena stunting, karena pertumbuhan fisik,
kekebalan tubuh, dan fungsi kognitifnya terganggu.[4]
448
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa meningkatkan pengetahuan kader dan ibu balita tentang
yang paling kritis dalam proses pertumbuhan. Anak-anak yang pencegahan stunting.[1]
mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. A. Identifikasi Masalah
Hasil penelitian mengemukakan 1.000 Hari Pertama Di Desa Cipacing wilayah kerja Puskesmas Jatinangor
Kehidupan (HPK) meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 masih terdapat balita pendek, dan angka kejadian balita
hari pertama setelah bayi yang dilahirkan merupakan periode pendek di kecamatan Jatinangor sebesar 19,23%.
yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode Kurangnya pengetahuan kader dan ibu balita tentang
ini sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia pencegahan balita pendek (stunting).
(2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity".
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada N. Solusi yang Ditawarkan
periode tersebut dalam jangka pendek adalah terganggunya Penyuluhan tentang pencegahan stunting pada kader
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, posyandu dan ibu balita.
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam Lomba Pembuatan Makanan Tambahan (PMT) atau
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko O. Target Luaran
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
Meningkatnya pengetahuan kader posyandu dan ibu
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak balita mengenai stunting dan pencegahannya.
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas Meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai
ekonomi.[2] makanan pendamping ASI yang sesuai dengan tahapan
Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah melalui usia balita.
media massa, komunikasi pada keluarga, dan advokasi. Terpublikasi melalui jurnal ilmiah ber ISSN.
Beberapa hal yang menyebabkan belum efektifnya intervensi
stunting antara lain program-program: perlu peningkatan
rancangan, cakupan, kualitas, dan sasarannya tentang II. KEGIATAN DAN HASIL
intervensi gizi baik yang bersifat spesifik maupun sensitif gizi,
program yang meningkatkan pengetahuan gizi yang baik dan P. Kegiatan yang Dilakukan
PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) belum banyak Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh penulis
dilakukan; program berbasis komunitas tidak lagi jalankan bersama mahasiswa KKN sebanyak 11 orang, dihadiri oleh
secara maksimal seperti akses ke posyandu, kader kesehatan, kepala desa, ibu ketua penggerak PKK, bidan desa, dan kepala
kader PKK dan lainnya, sehingga pemerintah melalui Tim dusun Desa Cipacing. Pelaksanaan pada hari Kamis 5 Juli dan
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sabtu 7 Juli 2018. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
mencanangkan pada tahun 2017 dan 2018 sebanyak 100 Penyuluhan pencegahan stunting kepada kader posyandu.
Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia dilakukan Lomba membuat MP-ASI bagi balita dan penyuluhan
percepatan penurunan prevalensi stunting dengan melibatkan pencegahan stunting kepada ibu balita
semua pemangku kepentingan yang dipimpin oleh Presiden dan
Wakil Presiden. Jawa barat termasuk dalam 100 Q. Hasil Kegiatan
Kabupaten/Kota yang mendapat prioritas.[7] Berikut merupakan hasil kegiatan yang telah dilakukan:
Data stunting di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor sebesar
12) Penyuluhan pencegahan stunting bagi kader posyandu:
19,23%. Menurut Bidan di Desa Cipacing Kecamatan
Sebanyak 43 kader posyandu mengikuti penyuluhan tentang
Jatinangor Kabupaten Sumedang, yang dilakukan pada balita
pencegahan stunting. Sebelumnya dilakukan pre-test dan
stunting yaitu memberikan konseling pada ibu balita tentang
setelah penyuluhan dilakukan post-test.
pemberian makanan, rangsangan motoric, dan bekerjasama
dengan petugas Gizi Puskesmas. Menurut kader posyandu Desa Terlihat pada Tabel 1 bahwa kader terbanyak usia antara 41-
Cipacing terdapat balita pendek dan kurus, kader belum pernah 50 tahun , dan terdapat kader dengan usia > 60 tahun.
memberikan penyuluhan pencegahan stunting di posyandu Pendidikan kader terbanyak SMA, dan lama menjadi kader
karena tidak tahu mengenai stunting. terbanyak > 5 tahun.
Kurangnya keterlibatan petugas kesehatan dengan para ibu
dalam memberikan promosi nutrisi selama kehamilan,
memberikan dampak antara lain terhadap pengetahuan ibu dan
kesehatan ibu dan anak.[8] Kurangnya promosi kesehatan
tentang pencegahan stunting dan kurangnya awareness
masyarakat akan bahaya stunting mendorong penulis
melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk
449
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
TABEL III
PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG PENCEGAHAN STUNTING
Pre-test Post-test
Pengetahuan
n % n %
Baik 10 25,0 39 97,5
Cukup 21 52,5 1 2,5
Kurang 9 22,5 0 0
450
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
451
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805
[2] Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI, 2016.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN [3] Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2013.
[4] M. Mitra, "Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi
A. Kesimpulan untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan),"
Meningkatnya pengetahuan kader posyandu tentang Jurnal Kesehatan Komunitas, vol. 2, pp. 254-261, 2015.
pencegahan stunting setelah diberikan promosi [5] E. Kusumawati, et al., "Model pengendalian faktor risiko stunting
pada anak bawah tiga tahun," Kesmas: National Public Health
kesehatan. Journal, vol. 9, pp. 249-256, 2015.
Meningkatnya peran serta masayarakat dalam hal ini [6] N. Nadiyah, et al., "Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0—23
kader dan ibu balita dalam pentingnya gizi untuk bayi Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur,"
Jurnal Gizi dan Pangan, vol. 9, 2014.
dan balita dalam mencegah stunting. [7] TNP2K, 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting) vol. 1. Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden
B. Saran Republik indonesia, 2017.
[8] J. Arrish, et al., "Midwives’ Role in Providing Nutrition Advice
Diharapkan kader posyandu melakukan penyuluhan
during Pregnancy: Meeting the Challenges? A Qualitative Study,"
secara periodik di posyandu tentang pencegahan stunting Nursing research and practice, vol. 2017, 2017.
dan pemantauan balita melalui penimbangan dan [9] Budiman and A. Riyanto, Kapita selekta kuesioner: pengetahuan
pengukuran tinggi badan. dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika,
2013.
Petugas gizi melakukan penyluhan kepada ibu balita [10] H. Amir, "Pengaruh Peran Kader Kesehatan terhadap Peningkatan
selain kepada kader tentang pemberian dan pembuatan Status Gizi Bayi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkub,"
MP-ASI terutama pada bayi 6 bulan hingga 2 tahun. Paradigma, vol. 6, pp. 17-27, 2018.
[11] E. Wahyuningsih and S. Handayani, "Pengaruh Pelatihan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan
Kader di Wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten,"
Motorik, vol. 10, pp. 55-64, 2015.
[12] I. P. Syabandini, et al., "Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak
UCAPAN TERIMA KASIH Usia 6-24 Bulan di Daerah Nelayan," Jurnal Kesehatan Masyarakat,
vol. 6, pp. 496-507, 2018.
Terimakasih kepada : [13] E. Maywita, "Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Stunting pada
1. Direktur Riset, Pengabdian Masyarakat dan Balita Umur 12-59 Bulan di Kelurahan Kampung Baru Kec. Lubuk
Inovasi, selaku pihak yang telah memberikan Begalung Tahun 2015," Jurnal Riset Hesti Medan, vol. 3, pp. 56-65,
2018.
dana dalam kegiatan ini [14] I. Afriliana, et al., "Gambaran tingkat pengetahuan siswi SD tentang
2. Dr. Med. Setiawan, dr., AIFM, selaku Dekan menstruasi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan di SDN
Sampangan 01 Semarang," Jurnal Kebidanan, vol. 3, pp. 12-19,
Fakultas Kedokteran yang telah memberikan 2014.
kesempatan kepada kami untuk mengikuti [15] O. Q. Putri, et al., "Study on Stunting Prevention Program in
kegiatan ini Indonesia: A Literature Review," in ASEAN/Asian Academic
Society International Conference Proceeding Series, 2016.
3. Dr. Guswan Wiwaha, dr.,MM, yang selalu selaku [16] M. Dewi and M. Aminah, "Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding
Kepala Pusat Studi yang telah berkenan Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan," Indonesian Journal
of Human Nutrition, vol. 3, pp. 1-8, 2016.
memberikan kesempatan kepada kami untuk
[17] M. F. Azzahra and L. Muniroh, "Pengaruh Konseling terhadap
mengikuti kegiatan ini Pengetahuan dan Sikap Pemberian MP-ASI," Media Gizi Indonesia,
4. Mas Rizky Anggun Adipurna S, dr.,M.Kes.,PhD, vol. 10, pp. 20-25, 2016.
[18] R. E. Black and R. Heidkamp, "Causes of Stunting and Preventive
sebagai Manajer Riset, PKM, Kerjasama dan Dietary Interventions in Pregnancy and Early Childhood," in Recent
Inovasi FK-Unpad, yang selalu memberikan Research in Nutrition and Growth. vol. 89, ed: Karger Publishers,
2018, pp. 105-113.
arahan dalam kegiatan penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
452