Вы находитесь на странице: 1из 5

Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN.

2541-3805

Peningkatan Pengetahuan Kader Posyandu


dan Ibu Balita tentang Pencegahan Stunting (Balita
Pendek) di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang
Sri Astuti
Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran
Jalan Eyckman No.38 Bandung
1sriastuti29a@gmail.com

Abstract — Stunting is a failure to grow in toddler due to chronic perkembangan manusia yang signifikan, secara umum sekitar
malnutrition so that children are too short for their age. Stunting 162 juta anak balita mengalami stunting.[1] Balita pendek
is a public health problem that must be overcome. Short stature adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
children are at risk of growing up to be less educated, poor, tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan
unhealthy adults and more vulnerable to non-communicable standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference
diseases. Short stature children are a bad predictor of the quality
of human resources, which further decreases the productive
Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan
ability of a nation in the future. Inhibit economic growth and dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -
reduce labor market productivity, resulting in a reduction of 11% 3SD.[2]
of GDP (Gross Domestic Products). Short stature toddler Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
problems illustrate the existence of chronic nutritional problems, tentang status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di
influenced by maternal/prospective mothers, fetal period, and Indonesia tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun
infancy, including illnesses suffered during infancy, lack of
maternal knowledge about stunting. The efforts made in
2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan
overcoming stunting, both through efforts to improve nutrition penurunan atau perbaikan yang signifikan, sementara menurut
and through health promotion, can actually prevent stunting. Dinas Kesehatan, jumlah balita pendek di Jawa Barat sebesar
This activity aims to provide solutions for the community in 29,2%. Jumlah balita pendek di Kabupaten Sumedang pun
prevention of stunting (short stature toddlers). Efforts to improve tercatat sebesar 41.08 %.[3]
health through increased knowledge of Integrated Health Care Balita pendek (stunting) adalah kondisi ketika seorang anak
(Posyandu) cadres and mothers of toddler on stunting include
tingginya kurang dari tinggi standar usianya dan merupakan
health promotion on prevention of stunting and competition for
making ASI complementary foods (MP-ASI). masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
The activity method is participatory empowerment, intervention yang kurang dalam waktu yang cukup lama.[4] Asupan gizi
as a solution to problem solving. The target is a number of 43 yang dibutuhkan untuk mencegah stunting berupa asupan gizi
Integrated Health Care (Posyandu) cadres and 26 toddlers, the yang baik saat hamil, konsumsi tablet penambah darah yang
place of activity in the village of Cipacing district, Jatinangor cukup saat hamil, pemberian ASI kepada anak selama 6 bulan
Sumedang Regency on July, 5th and 7th 2018. pertama, dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI
The results of the activity contained an increase in the knowledge yang tepat sampai anak berusia 2 tahun.[5] Faktor-faktor lain
of Integrated Health Care (Posyandu) cadres and mothers of yang berpengaruh terhadap kejadian stunting adalah
toddlers after counseling, Integrated Health Care (Posyandu)
kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi kondisi
cadres and mothers of toddlers had good knowledge (97.5%).
The conclusion that counseling can improve the knowledge of stunting sejak dini, kebersihan air dan lingkungan, pola
pengasuhan anak, tempat persalinan dan genetik.[6]
Integrated Health Care (Posyandu) cadres and mothers of
Stunting merupakan masalah yang masih sering diremehkan
toddlers about prevention of stunting
oleh masyarakat, namun sebenarnya merupakan masalah yang
Keywords: mother of toddler, cadre of Integrated Health Care dapat menjadi akar dari penyakit-penyakit tidak menular seperti
(Posyandu), knowledge, stunting penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penyakit pernapasan.
Stunting juga dapat menyebabkan produktivitas seseorang
I. PENDAHULUAN terganggu saat dewasa. Hal ini dapat terjadi karena ketika
Stunting pada anak merupakan salah satu gangguan seorang anak terkena stunting, karena pertumbuhan fisik,
kekebalan tubuh, dan fungsi kognitifnya terganggu.[4]

448
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa meningkatkan pengetahuan kader dan ibu balita tentang
yang paling kritis dalam proses pertumbuhan. Anak-anak yang pencegahan stunting.[1]
mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. A. Identifikasi Masalah
Hasil penelitian mengemukakan 1.000 Hari Pertama  Di Desa Cipacing wilayah kerja Puskesmas Jatinangor
Kehidupan (HPK) meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 masih terdapat balita pendek, dan angka kejadian balita
hari pertama setelah bayi yang dilahirkan merupakan periode pendek di kecamatan Jatinangor sebesar 19,23%.
yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode  Kurangnya pengetahuan kader dan ibu balita tentang
ini sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia pencegahan balita pendek (stunting).
(2006) menyebutnya sebagai "window of opportunity".
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada N. Solusi yang Ditawarkan
periode tersebut dalam jangka pendek adalah terganggunya  Penyuluhan tentang pencegahan stunting pada kader
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, posyandu dan ibu balita.
dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam  Lomba Pembuatan Makanan Tambahan (PMT) atau
jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko O. Target Luaran
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
 Meningkatnya pengetahuan kader posyandu dan ibu
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak balita mengenai stunting dan pencegahannya.
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas  Meningkatkan pengetahuan ibu balita mengenai
ekonomi.[2] makanan pendamping ASI yang sesuai dengan tahapan
Upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah melalui usia balita.
media massa, komunikasi pada keluarga, dan advokasi.  Terpublikasi melalui jurnal ilmiah ber ISSN.
Beberapa hal yang menyebabkan belum efektifnya intervensi
stunting antara lain program-program: perlu peningkatan
rancangan, cakupan, kualitas, dan sasarannya tentang II. KEGIATAN DAN HASIL
intervensi gizi baik yang bersifat spesifik maupun sensitif gizi,
program yang meningkatkan pengetahuan gizi yang baik dan P. Kegiatan yang Dilakukan
PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) belum banyak Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh penulis
dilakukan; program berbasis komunitas tidak lagi jalankan bersama mahasiswa KKN sebanyak 11 orang, dihadiri oleh
secara maksimal seperti akses ke posyandu, kader kesehatan, kepala desa, ibu ketua penggerak PKK, bidan desa, dan kepala
kader PKK dan lainnya, sehingga pemerintah melalui Tim dusun Desa Cipacing. Pelaksanaan pada hari Kamis 5 Juli dan
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sabtu 7 Juli 2018. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
mencanangkan pada tahun 2017 dan 2018 sebanyak 100  Penyuluhan pencegahan stunting kepada kader posyandu.
Kabupaten/Kota di seluruh wilayah Indonesia dilakukan  Lomba membuat MP-ASI bagi balita dan penyuluhan
percepatan penurunan prevalensi stunting dengan melibatkan pencegahan stunting kepada ibu balita
semua pemangku kepentingan yang dipimpin oleh Presiden dan
Wakil Presiden. Jawa barat termasuk dalam 100 Q. Hasil Kegiatan
Kabupaten/Kota yang mendapat prioritas.[7] Berikut merupakan hasil kegiatan yang telah dilakukan:
Data stunting di wilayah kerja Puskesmas Jatinangor sebesar
12) Penyuluhan pencegahan stunting bagi kader posyandu:
19,23%. Menurut Bidan di Desa Cipacing Kecamatan
Sebanyak 43 kader posyandu mengikuti penyuluhan tentang
Jatinangor Kabupaten Sumedang, yang dilakukan pada balita
pencegahan stunting. Sebelumnya dilakukan pre-test dan
stunting yaitu memberikan konseling pada ibu balita tentang
setelah penyuluhan dilakukan post-test.
pemberian makanan, rangsangan motoric, dan bekerjasama
dengan petugas Gizi Puskesmas. Menurut kader posyandu Desa Terlihat pada Tabel 1 bahwa kader terbanyak usia antara 41-
Cipacing terdapat balita pendek dan kurus, kader belum pernah 50 tahun , dan terdapat kader dengan usia > 60 tahun.
memberikan penyuluhan pencegahan stunting di posyandu Pendidikan kader terbanyak SMA, dan lama menjadi kader
karena tidak tahu mengenai stunting. terbanyak > 5 tahun.
Kurangnya keterlibatan petugas kesehatan dengan para ibu
dalam memberikan promosi nutrisi selama kehamilan,
memberikan dampak antara lain terhadap pengetahuan ibu dan
kesehatan ibu dan anak.[8] Kurangnya promosi kesehatan
tentang pencegahan stunting dan kurangnya awareness
masyarakat akan bahaya stunting mendorong penulis
melakukan pengabdian kepada masyarakat untuk

449
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

TABEL XXX Tujuan lomba PMT/MP-ASI sebagai edukasi dalam


KARAKTERISTIK KADER POSYANDU YANG MENGIKUTI PENYULUHAN
pencegahan stunting melalui asupan gizi balita dan
Kategori Frekuensi mendapatkan data pemberian makanan pendamping ASI.
n % Lomba PMT diikuti oleh perwakilan ibu-ibu balita dari
Usia masing-masing RW di Desa Cipacing yang berjumlah 18 RW,
20-30 tahun 2 4,7 namun pada pelaksanaannya, lomba pembuatan PMT oleh ibu
31-40 tahun 7 16,3 balita yang diikuti oleh 8 RW di Desa Cipacing. Kegiatan
41-50 tahun 22 51,1 tersebut dihadiri oleh 26 ibu balita.
51-60 tahun 7 16,3
61-70 tahun 5 11,6 Ibu balita sudah menyiapkan PMT/MP-ASI sebelum acara
Pendidikan dimulai dan dinilai oleh juri. Penilaian lomba dilakukan oleh 2
SD 9 20,9 juri yang berasal dari petugas gizi Puskesmas Jatinangor. Jenis
SMP 15 34,9 PMT yang dibuat meliputi makanan tambahan dari usia 6 bulan
SMA 19 44,2 hingga 2 tahun. Lomba pembuatan makanan pendamping ASI
Lama menjadi kader dinilai oleh juri berdasarkan kandungan gizi, variasi bahan,
<5 tahun 17 39,5
ketepatan jenis, sumber bahan makanan, teknik pengolahan,
≥ 5 tahun 26 60,5
harga bahan makanan, kebersihan, dan keamanan bahan
makanan. Kegiatan lomba PMT dimenangkan oleh perwakilan
Pada Tabel 2 menunjukkan 51,1 % kader tidak mendapatkan
ibu balita dari RW 2, RW 1, dan RW 16. Setelah penilaian, juri
informasi tentang stunting, dan hal ini berdampak pada kader
memberikan penyuluhan yang berupa saran untuk ibu-ibu balita
tidak memberikan penyuluhan kepada ibu balita di posyandu
dalam membuat PMT yang baik dan benar untuk kedepannya.
(48,8%).
Hasil lomba pembuatan makanan pendamping ASI
TABEL II menunjukkan bahwa beberapa ibu sudah mengetahui cara yang
INFORMASI TENTANG STUNTING SEBELUM DIBERIKAN PENYULUHAN baik dan benar dalam mengolah makanan tambahan untuk
balita, sedangkan beberapa ibu masih belum mengetahui cara
Kategori Frekuensi yang baik dan benar dalam mengolah makanan tambahan untuk
n % balita. Empat dari delapan makanan yang dibuat oleh para ibu
Informasi stunting
balita belum memenuhi kriteria makanan pendamping ASI
Ya 21 48,8
Tidak 22 51,2 yang baik seperti makanan yang mengandung pewarna, tinggi
Bila Ya, sumber informasi serat, gula dan garam yang terlalu banyak, serta belum
Petugas Gizi 10 47,6 memenuhi empat sehat lima sempurna.
Bidan Desa 11 52,5
Pada kegiatan lomba PMT disertai penyuluhan tentang
Memberikan penyuluhan kepada
ibu balita di Posyandu tentang
stunting dan gizi bayi balita untuk ibu-ibu balita. Setelah
stunting penyuluhan dilakukan tanya jawab tentang stunting, hasilnya
Ya 22 51,2 80% ibu balita mempunyai pengetahuan baik, walaupun masih
Tidak 21 48,8 ada yang kurang (10%).

Tabel 3 menunjukkan bahwa setelah dilakukan penyuluhan


terdapat hasil post-test 97,5 % kader posyandu mempunyai
pengetahuan baik.

TABEL III
PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG PENCEGAHAN STUNTING

Pre-test Post-test
Pengetahuan
n % n %
Baik 10 25,0 39 97,5
Cukup 21 52,5 1 2,5
Kurang 9 22,5 0 0

13) Lomba pembuatan MP-ASI: Kegiatan lomba pembuatan


Gambar 22. Suasana Penyuluhan
Pemberian Makanan Tambahan untuk balita dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 7 Juli 2018 yang bertempat di Kantor Kepala
Desa Cipacing.

450
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

memberikan penyuluhan kepada para ibu di posyandu,


sehingga diharapkan kejadian stunting dapat berkurang.[13]
Berdasarkan hasil penyuluhan pada kader mengenai
pencegahan stunting, pada Tabel 3, menunjukkan bahwa
terdapat peningkatan pengetahuan kader posyandu, dimana
setelah diberikan penyuluhan maka hampir seluruh kader
(97,5%) memiliki pengetahuan yang baik. Adanya informasi
baru mengenai stunting akan memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya pengetahuan kader terhadap hal
tersebut.[9] Pemberian informasi melalui penyuluhan
bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku dalam memelihara kesehatan.[14]
Stunting merupakan indikator malnutrisi kronik yang
menggambarkan riwayat kurang gizi yang berlangsung lama,
bahkan sejak masih dalam kandungan.[12, 13, 15] Terdapat
banyak sekali penyebab stunting. Faktor dominan penyebab
Gambar 2. Penilaian Lomba MP-ASI oleh Juri terjadinya stunting adalah pola asuh gizi, dimana balita dengan
pola asuh gizi yang kurang baik memiliki risiko stunting 3,6
kali dibandingkan dengan balita yang mendapatkan pola asuh
III. PEMBAHASAN gizi yang baik.[11]
Keadaan gizi dipengaruhi oleh asupan dan praktik
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan
pemberian makan yang diberikan. Praktik pemberian makan
bahwa sebagian besar kader posyandu di Desa Cipacing
menentukan keberhasilan proses pertumbuhan dan merupakan
memiliki pengetahuan yang cukup (52,5%) tentang pencegahan
salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kejadian
stunting. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
stunting.[16, 17] Hal tersebut tentunya berkaitan dengan
yang terdapat dalam Tabel 1, diantaranya ialah usia dan
pengetahuan dan kemampuan ibu dalam menyediakan gizi
pendidikan, dimana sebagian besar responden berusia antara
seimbang untuk anak.[11, 17] Pada kegiatan lomba pembuatan
41-50 tahun (51,1%) dan >50 tahun (27,9%), dengan
PMT atau MP-ASI menujukkan bahwa 50% ibu sudah
pendidikan SMA (44,2%). Berdasarkan teori, semakin
mengetahui cara yang baik dan benar dalam mengolah
bertambahnya usia dan semakin tingginya pendidikan maka
makanan tambahan untuk balita, sedangkan 50% lainnya belum
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir
memenuhi kriteria MP-ASI yang baik seperti makanan yang
seseorang, sehingga semakin mudah menerima informasi dan
mengandung pewarna, tinggi serat, gula dan garam yang terlalu
pengetahuan yang diperoleh semakin baik.[9, 10] Selain itu,
banyak, serta belum memenuhi empat sehat lima sempurna.
faktor lainnya ialah pengalaman, dimana sebanyak 60,5%
Hasil lomba tersebut dapat dijadikan evaluasi untuk petugas
responden sudah memiliki pengalaman menjadi kader
gizi dari puskesmas bahwa masih banyak para ibu balita yang
posyandu selama ≥5 tahun. Pengalaman merupakan sumber
belum mengetahui tentang pengolahan MP-ASI diantaranya
pengetahuan, dimana semakin banyak pengalaman seseorang
karena masih kurangnya penyampaian informasi pada ibu balita.
maka semakin baik pula pengetahuannya.[9, 11]
Kemampuan ibu dalam menyediakan makanan dengan gizi
Walaupun demikian, pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa
seimbang perlu didukung dengan pengetahuan ibu tentang gizi.
22,5% responden masih memiliki pengetahuan yang kurang
Pendidikan gizi diperlukan untuk memberikan pengetahuan,
mengenai pencegahan stunting. Sebagaimana yang terdapat
menumbuhkan sikap dan menciptakan perilaku hidup sehat
dalam Tabel 2, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh kurangnya
dengan gizi seimbang.[13] Berdasarkan hasil penyuluhan
informasi mengenai stunting dimana sebanyak 51,2% kader
tentang stunting dan gizi bayi balita pada ibu-ibu balita,
mengaku belum pernah mendapatkan informasi tersebut.
didapatkan bahwa 80% ibu balita kini mempunyai pengetahuan
Kurangnya informasi pun menyebabkan sebanyak 51,2% kader
baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan ibu dalam
tidak pernah memberikan penyuluhan mengenai stunting pada
menjawab pertanyaan dengan benar saat sesi tanya-jawab yang
ibu balita di posyandu.
dilakukan setelah penyuluhan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengetahuan
Penyuluhan mengenai gizi kepada ibu balita dilakukan guna
ibu merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan
meningkatnya kesadaran ibu untuk memerhatikan status gizi
kejadian stunting.[10] Hal tersebut disebabkan karena ibu yang
anak yang menyangkut tentang bagaimana memberikan pola
memiliki pengetahuan baik akan lebih mampu memberikan
asuh yang baik serta mendeteksi dini kejadian stunting pada
pola asuh yang baik meliputi pemberian ASI eksklusif dan MP-
balitanya.[10] Adapun pola asuh yang baik ialah termasuk
ASI, stimulasi perkembangan, kebersihan dan sanitasi, serta
menyediakan makanan yang kaya nutrisi, memastikan
perawatan kesehatan pada anak.[12] Oleh karena itu,
kebiasaan makan dan perawatan yang baik, dan mengendalikan
pemberian informasi tentang pencegahan stunting bagi kader
paparan infeksi, dimana hal tersebut sangat penting untuk
posyandu sangatlah penting, karena dengan begitu para kader
mendukung pertumbuhan yang sehat.[18]
memiliki bekal untuk melaksanakan perannya dalam

451
Prosiding Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 1 Tahun 2018 ISSN. 2541-3805

[2] Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI, 2016.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN [3] Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, 2013.
[4] M. Mitra, "Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi
A. Kesimpulan untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan),"
 Meningkatnya pengetahuan kader posyandu tentang Jurnal Kesehatan Komunitas, vol. 2, pp. 254-261, 2015.
pencegahan stunting setelah diberikan promosi [5] E. Kusumawati, et al., "Model pengendalian faktor risiko stunting
pada anak bawah tiga tahun," Kesmas: National Public Health
kesehatan. Journal, vol. 9, pp. 249-256, 2015.
 Meningkatnya peran serta masayarakat dalam hal ini [6] N. Nadiyah, et al., "Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0—23
kader dan ibu balita dalam pentingnya gizi untuk bayi Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur,"
Jurnal Gizi dan Pangan, vol. 9, 2014.
dan balita dalam mencegah stunting. [7] TNP2K, 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak
Kerdil (Stunting) vol. 1. Jakarta: Sekretariat Wakil Presiden
B. Saran Republik indonesia, 2017.
[8] J. Arrish, et al., "Midwives’ Role in Providing Nutrition Advice
 Diharapkan kader posyandu melakukan penyuluhan
during Pregnancy: Meeting the Challenges? A Qualitative Study,"
secara periodik di posyandu tentang pencegahan stunting Nursing research and practice, vol. 2017, 2017.
dan pemantauan balita melalui penimbangan dan [9] Budiman and A. Riyanto, Kapita selekta kuesioner: pengetahuan
pengukuran tinggi badan. dan sikap dalam penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika,
2013.
 Petugas gizi melakukan penyluhan kepada ibu balita [10] H. Amir, "Pengaruh Peran Kader Kesehatan terhadap Peningkatan
selain kepada kader tentang pemberian dan pembuatan Status Gizi Bayi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sangkub,"
MP-ASI terutama pada bayi 6 bulan hingga 2 tahun. Paradigma, vol. 6, pp. 17-27, 2018.
[11] E. Wahyuningsih and S. Handayani, "Pengaruh Pelatihan
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak terhadap Pengetahuan
Kader di Wilayah Puskesmas Klaten Tengah Kabupaten Klaten,"
Motorik, vol. 10, pp. 55-64, 2015.
[12] I. P. Syabandini, et al., "Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak
UCAPAN TERIMA KASIH Usia 6-24 Bulan di Daerah Nelayan," Jurnal Kesehatan Masyarakat,
vol. 6, pp. 496-507, 2018.
Terimakasih kepada : [13] E. Maywita, "Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Stunting pada
1. Direktur Riset, Pengabdian Masyarakat dan Balita Umur 12-59 Bulan di Kelurahan Kampung Baru Kec. Lubuk
Inovasi, selaku pihak yang telah memberikan Begalung Tahun 2015," Jurnal Riset Hesti Medan, vol. 3, pp. 56-65,
2018.
dana dalam kegiatan ini [14] I. Afriliana, et al., "Gambaran tingkat pengetahuan siswi SD tentang
2. Dr. Med. Setiawan, dr., AIFM, selaku Dekan menstruasi sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan di SDN
Sampangan 01 Semarang," Jurnal Kebidanan, vol. 3, pp. 12-19,
Fakultas Kedokteran yang telah memberikan 2014.
kesempatan kepada kami untuk mengikuti [15] O. Q. Putri, et al., "Study on Stunting Prevention Program in
kegiatan ini Indonesia: A Literature Review," in ASEAN/Asian Academic
Society International Conference Proceeding Series, 2016.
3. Dr. Guswan Wiwaha, dr.,MM, yang selalu selaku [16] M. Dewi and M. Aminah, "Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding
Kepala Pusat Studi yang telah berkenan Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan," Indonesian Journal
of Human Nutrition, vol. 3, pp. 1-8, 2016.
memberikan kesempatan kepada kami untuk
[17] M. F. Azzahra and L. Muniroh, "Pengaruh Konseling terhadap
mengikuti kegiatan ini Pengetahuan dan Sikap Pemberian MP-ASI," Media Gizi Indonesia,
4. Mas Rizky Anggun Adipurna S, dr.,M.Kes.,PhD, vol. 10, pp. 20-25, 2016.
[18] R. E. Black and R. Heidkamp, "Causes of Stunting and Preventive
sebagai Manajer Riset, PKM, Kerjasama dan Dietary Interventions in Pregnancy and Early Childhood," in Recent
Inovasi FK-Unpad, yang selalu memberikan Research in Nutrition and Growth. vol. 89, ed: Karger Publishers,
2018, pp. 105-113.
arahan dalam kegiatan penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

[1] M. De Onis, et al., "The W orld H ealth O rganization's global target


for reducing childhood stunting by 2025: rationale and proposed
actions," Maternal & child nutrition, vol. 9, pp. 6-26, 2013.

452

Вам также может понравиться