Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Besides positive results, the rapid development and growth of Denpasar City has also brought some
problems to the Government of Denpasar City, for example the emergence of housing complexes that did not
meet health standards and requirements. This problem can cause negative impacts toward the health condition
of city residents, especially in the form of diseases influenced by environment factors such as acute respiratory
infections (ARI). Based on that phenomena this study was carried out to examine the causal relationship
between home sanitation factors (ventilation, natural lighting, humidity, temperature, population density,
and air pollution) and the event of acute respiratory infections (ARI) in the working area of Public Health
Centre IV of Denpasar Selatan District, in Denpasar City.
This study had an observational nature and employed a cross-sectional design. Based on data analysis
applied, this study belong to analytical studies. Population size of this study was 5,777 and covered all
inhabited houses in the working areas of Public Health Centre IV of Denpasar Selatan District. Sample of 97
houses were taken using proporsional stratified random sampling.
Statistical tests shows that: (1) the quality of house sanitation has a significance value p = 0.000 (sig p
<0.05), (2) house ventilation has a significance value = 0.162 (sig p>0.05, (3) natural lighting has a significance
value p=0.002 (sig p<0.05), (4) Room humidity has a significance value p=0.003 (sig p<0.05), (5) Room
temperature has a significance value p=0.491 (sig p>0.05), (6) house population density has a significance
value p=0.123 (sig p>0.05), (7) Air population in the house has a significance value p=0.001(sig p<0.05).
Based on the results of our study it can be concluded that the quality of house sanitation affect the event
of acute respiratory infections (ARI) diseases. The variables of house sanitation that affect the event of ARI
diseases are: room humidity (OR=0.321), air population in the house (OR= 0.233), natural lighting (OR=
0.151). Our study found that the probability of people who live in a house with below-standard-sanitation-
quality to be stricken by ARI diseases was 97.7%.
Based on the results of our study it can be suggested that to the people that built the house of a qualified
health.
41
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas 3.2. Kejadian Penyakit ISPA
IV Denpasar Selatan? dan seberapa jauh hubungan Distribusi kejadian ISPA di Wilayah Kerja
variabel kualitas sanitasi rumah yang meliputi Puskesmas IV Denpasar Selatan dapat dilihat pada
ventilasi, suhu, kelembaban, pencahayaan alami, Tabel 2.
kepadatan hunian, dan pencemaran udara dalam
rumah dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV
kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan? Denpasar Selatan
Jumlah 97 100
42
[I Gede Sumertha Gapar, dkk.] : Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).....
3.4. Hubungan Variabel Kualitas Sanitasi dikatakan bahwa rumah yang memiliki penerangan
Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA alami yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja
Distribusi kejadian penyakit ISPA pada masing- Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar
masing variabel kualitas sanitasi rumah dapat dilihat mempunyai kemungkinan 8,286 kali untuk
pada Tabel 4. terjadinya penyakit ISPA dibandingkan dengan yang
Tabel 4. Tabulasi Silang Antara Variabel Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan
Kejadian ISPA
No. Variabel Kondisi Jumlah sig p OR
Sakit ISPA Tidak Sakit ISPA
Jml. % Jml %
Dari hasil uji statistik didapatkan bahwa memiliki penerangan alami yang memenuhi syarat.
kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ahmad
Denpasar Selatan yang tinggal pada rumah dengan dan Sulistyorini (2005), menyatakan bahwa
ventilasi tidak memenuhi syarat sebanyak 4 dari 4 penerangan alami memperoleh nilai p = 0,047
orang (100%). Sedangkan yang tinggal pada rumah (p<0,05), seta penelitian Suryani et al. (2015) bahwa
dengan ventilasi yang memenuhi syarat yaitu penerangan alami memperoleh nilai p = 0,001
sebanyak 62 dari 93 orang (66,7%) menderita ISPA. (p<0,05). Hasil yang berbeda justru diperoleh dari
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai penelitian Yudarmawan (2012) yang menunjukkan
p = 0,162 (p>0,05). Dengan demikian ventilasi tidak bahwa penerangan alami mempunyai nilai sig
merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit p=0,093 berada diatas nilai sig p=0,05 serta penelitian
ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar yang dilakukan Maryani (2012) diperoleh nilai sig p
Selatan Kota Denpasar. = 0,937 (p>0,05).
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Melihat bahwa penerangan alami rumah
yang dilakukan oleh Oktaviani et al. (2010) yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
menyatakan bahwa ventilasi mempunyai nilai sig p ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar
= 0,009 (p<0,05). Begitu pula dengan hasil penelitian Selatan Kota Denpasar, maka diperlukan adanya
dari Yudarmawan (2012) yang menyatakan bahwa pembinaan dan penyuluhan tentang pentingnya
ventilasi mempunyai nilai sig p = 0,003 (p<0,05), serta pencahayaan alami rumah. Pencahayaan dalam
penelitian dari Fillacano (2013) yang menyatakan ruang rumah diusahakan agar sesuai
bahwa ventilasi mempunyai nilai sig p = 0,019 dengankebutuhan untuk melihat benda sekitar dan
(p<0,05). membaca berdasarkanpersyaratan minimal 60 Lux
Kejadian sakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas (Kemenkes RI, 2011).
IV Denpasar Selatan yang menempati rumah dengan Kejadian penyakit ISPA pada orang yang
penerangan alami tidak memenuhi syarat sebanyak menempati ruang rumah dengan kelembaban yang
24 dari 26 orang (92,3%), sedangkan yang menempati tidak memenuhi syarat sebanyak 36 dari 43 orang
ruang tidur dengan penerangan alami yang (83,7%), sedangkan yang menempati ruang rumah
memenuhi syarat yaitu sebanyak 42 dari 71 orang dengan kelembaban yang memenuhi syarat
(59,2%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi sebanyak 30 dari 54 orang (55,6 %) menderita ISPA.
square diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05). Berarti ada Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p =
hubungan penerangan alami rumah dengan kejadian 0,003 (p<0,05). Berarti ada hubungan kelembaban
penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV ruang rumah dengan kejadian penyakit ISPA di
Denpasar Selatan. Penerangan alami rumah wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
memperoleh nilai OR = 8,286, sehingga dapat Kelembaban ruang rumah memperoleh nilai OR =
43
ECOTROPHIC • VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626
4,114, sehingga dapat dikatakan bahwa rumah yang Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p =
memiliki kelembaban ruang yang tidak memenuhi 0,001 (p<0,05). Berarti ada hubungan pencemaran
syarat di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar udara dalam rumah dengan kejadian penyakit ISPA
Selatan Kota Denpasar mempunyai kemungkinan di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
4,114 kali untuk terjadinya penyakit ISPA Dengan demikian pencemaran udara dalam rumah
dibandingkan dengan yang memiliki kelembaban merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit
ruang yang memenuhi syarat. Hal ini sesuai dengan ISPA di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar
hasil penelitian Maryani (2012), bahwa kelembaban Selatan Kota Denpasar. Pencemaran udara dalam
kamar memperoleh nilai sig p = 0,000 (p<0,05). Hasil rumah memperoleh nilai OR = 4,570, sehingga dapat
yang sesuai juga diperoleh dari penelitian Hasil dikatakan bahwa rumah yang memiliki kelembaban
penelitian Nindya dan Sulistyorini (2005), bahwa ruang yang tidak memenuhi syarat di wilayah kerja
kelembaban ruangan berpengaruh terhadap ISPA Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar
pada balita. mempunyai kemungkinan 4,570 kali untuk
Hasil berbeda diperoleh dari penelitian Ahmad terjadinya penyakit ISPA dibandingkan dengan yang
dan Sulistyorini (2005), diperoleh nilai p = 0,134 memiliki kelembaban ruang yang memenuhi syarat.
(p>0,05) untuk kelembaban alami rumah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Kejadian sakit ISPA pada orang yang menempati Sukarlan (2003), menunjukkan bahwa bahan
ruang rumah dengan suhu yang tidak memenuhi pencemar berpengaruh secara signifikan terhadap
syarat sebanyak 1 dari 1 orang (100%), sedangkan kejadian ISPA pada Balita. Disebutkan bahwa odds
yang menempati ruang rumah dengan suhu yang ratio dari masing-masing bahan pencemar tersebut
memenuhi syarat yaitu sebanyak 65 dari 96 orang adalah sebesar 6,21 untuk obat nyamuk bakar, 3,04
(67,7%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi untuk bahan bakar kayu dan 5,69 untuk asap rokok.
square diperoleh nilai sig p=0,491 (p>0,05). Berarti Demikia pula halnya dengan hasil penelitian
tidak ada hubungan suhu ruang rumah dengan Nasution et al. (2009) serta Winarni et al. (2010),
kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas didapatkan hubungan yang bermakna antara
IV Denpasar Selatan. Dengan demikian suhu ruang pajanan asap rokok dengan kejadian ISPA pada
rumah bukan merupakan faktor risiko untuk Balita.
terjadinya penyakit ISPA di wilayah kerja
Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota Denpasar. 3.5. Variabel Kualitas Sanitasi Rumah yang
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Ahmad Berhubungan dengan Kejadian Penyakit
dan Sulistyorini (2005), diperoleh nilai p = 0,179 ISPA
(p>0,05), serta penelitian Yudarmawan (2012) Melalui analisis multivariat dengan
diperoleh nilai p = 0,198 (p>0,05). menggunakan analisis regresi logistik diperoleh
Kejadian sakit ISPA pada orang menempati variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit
ruang tidur dengan kepadatan hunian yang padat ISPA, yaitu : kelembaban ruang rumah (OR= 0,321),
sebanyak 15 dari 18 orang (83,3%), sedangkan yang Pencemaran udara dalam rumah (OR= 0,233), dan
menempati ruang tidur dengan kepadatan hunian penerangan alami rumah (OR= 0,151), sedangkan
yang tidak padat yaitu sebanyak 51 dari 79 orang probabilitas orang yang menempati rumah dengan
(64,6%) menderita ISPA. Berdasarkan hasil uji chi kualitas sanitasi (penerangan alami, kelembaban,
square diperoleh nilai sig p=0,123 (p>0,05). Berarti dan pencemaran udara dalam rumah) yang tidak
tidak ada hubungan kepadatan hunian ruang tidur memenuhi syarat di wilayah kerja Puskesmas IV
dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja Denpasar Selatan untuk terkena ISPA adalah 97,7%.
Puskesmas IV Denpasar Selatan. Dengan demikian
kepadatan hunian ruang tidur bukan merupakan
faktor risiko untuk terjadinya penyakit ISPA di 4. SIMPULAN DAN SARAN
wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan Kota
Denpasar. 4.1. Simpulan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian 1. Terdapat hubungan antara kualitas sanitasi
Yudarmawan (2012) bahwa kepadatan hunian rumah dengan kejadian penyakit ISPA di
mempunyai nilai sig p=0,454 berada diatas nilai sig wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
p=0,05. Hasil berbeda justru terlihat dari hasil 2. Variabel kualitas sanitasi rumah yang
penelitian Maryani (2012) didapat nilai p value (0,000) berhubungan dengan kejadian penyakit ISPA,
kurang dari 0,05. yaitu : kelembaban ruang rumah, pencemaran
Kejadian sakit ISPA pada orang yang menempati udara dalam rumah, dan penerangan alami
ruang rumah dengan pencemaran udara yang rumah.
tercemar sebanyak 43 dari 52 orang (82,7%), 3. Probabilitas orang yang menempati rumah
sedangkan yang menempati ruang rumah dengan dengan kualitas sanitasi (penerangan alami,
pencemaran udara yang tidak tercemar yaitu kelembaban, dan pencemaran udara dalam
sebanyak 23 dari 45 orang (51,1%.) menderita ISPA. rumah) yang tidak memenuhi syarat di wilayah
44
[I Gede Sumertha Gapar, dkk.] : Hubungan Kualitas Sanitasi Rumah dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).....
kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk Endyarni. 2009. Infeksi Saluran Nafas Akut
terkena ISPA adalah 97,7%. pada Balita Di Daerah Urban Jakarta. Jurnal
Sari Pediatri 11 (4) : 223-228.
4.2. Saran
Nindya T.S., dan Lilis Sulistyorini. 2005. Hubungan
Saran yang dapat penulis sampaikan, yaitu :
Sanitasi Rumah Dengan Kejadian Infeksi
kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas IV
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita.
Denpasar Selatan untuk selalu memperhatikan
Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (1) : 43-52.
kualitas sanitasi rumahnya dengan cara menjaga
atau membangun rumah sesuai dengan persyaratan Oktaviani D., Nur Alam Fajar, dan Imelda G Purba.
kesehatan, terutama dengan memperhatikan faktor- 2010. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan
faktor sanitasi rumah seperti : pencahayaan alami Perilaku Keluarga Terhdap Kejadian ISPA Pada
rumah, kelembaban rumah, dan pengendalian Balita Di Kelurahan Cambai Kota Prabumulih
pencemaran udara dalam rumah. tahun 2010. Jurnal Pembangunan Manusia 4
(10) : 1-15.
Sukarlan, 2003. Faktor Risiko Kejadian Pnemonia
DAFTAR PUSTAKA pada Balita di Rumah Sakit Umum Ulin di Kota
Banjarmasin. Tesis : Universitas Airlangga.
Ahmad, Y.N., dan Lilis Sulistyorini. 2005. Hubungan
Sanitasi Rumah Secara Fisik Dengan Kejadian Suryani I., Edison, dan Julizar Nazar. 2015.
ISPA Pada Balita. Jurnal Kesehatan Hubungan Lingkungan Fisik dan Tindakan
Lingkungan 1 (2) : 110-119. Penduduk dengan Kejadian ISPA pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya.
Dahlan, S. 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan
Jurnal Kesehatan Andalas 4 (1) : 157-167.
Kesehatan. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika..
WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Dinas Kesehatan Kota Denpasar, 2014. Laporan
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Yang
Data Kesakitan Puskesmas Kota Denpasar
Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di
Tahun 2013. Denpasar : Dinas Kesehatan Kota
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Trust
Denpasar.
Indonesia
Fillacano, R. 2013. Hubungan Lingkungan Dalam
Winarni, Basirun Al Ummah, dan Safrudin Agus
Rumah Terhadap ISPA Pada Balita di
Nur Salim. 2010. Hubungan Antara Perilaku
Kelurahan Ciputat Kota Tangerang Selatan
Merokok Orang Tua dan Anggota Keluarga Yang
Tahun 2013. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Tinggal Dalam Satu Rumah Dengan Kejadian
Hidayatullah.
ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Sempor II Kabupaten Kebumen Tahun 2009.
RI Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan 6 (1) :
Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang 16-20.
Rumah. Jakarta : Kemenkes RI.
Yasril, dan Heru Subaris Kasjono. 2009. Analisis
Maryani, R.D., 2012. Hubungan Antara Kondisi Multivariat Untuk Penelitian Kesehatan.
Lingkungan Rumah dan Kebiasaan Merokok Cetakan pertama. Jogjakarta : Mitra Cendekia
Anggota Keluarga Dengan Kejadian ISPA Pada Press.
Balita Di Kelurahan Bandarharjo Kota Yudarmawan, I N. 2012. Pengaruh Faktor-Faktor
Semarang. Skripsi. Semarang : Universitas Sanitasi Rumah Terhadap Kejadian Penyakit
Negeri Semarang. ISPA Pada Anak Balita (Study Dilakukan pada
Nasution K., M. Azharry Rully Sjahrullah, Kartika Masyarakat di Desa Dangin Puri Kangin
Erida Brohet, Krishna Adi Wibisana, M. Kecamatan Denpasar Utara Kota Denpasar
Ramdhani Yassien, Lenora Mohd. Ishak, Liza Tahun 2012). Skripsi. Denpasar : Poltekkes
Pratiwi, Corrie Wawolumaja, dan Bernie Denpasar.
45