Вы находитесь на странице: 1из 11

HUBUNGAN ADAPTASI CULTURE DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA

NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)


DI STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

(THE RELATIONSHIP OF CULTURE ADAPTION WITH LEARNING MOTIVATION

OF STUDENTS OF EAST NUSA SOUTHEAST IN STIKes PATRIA HUSADA BLITAR)

Lili Yati Da Costa


STIKes Patria Husada Blitar
Email : lilidacosta12 @gmail.com

Abstract: The number of NTT students who experience barriers in interacting with
students and lecturers of different cultures, so it needs a good adaptability of the students of
NTT. Roy's model of adaptation has the assumption to respond positively to environmental
change through adaptation which has 4 effector namely; Physiological needs, self-concept,
role and interdependent functions. There are 3 effector which is influenced by one of the
factors of learning motivation is social interaction. The purpose of this research was to
explain the correlation of culture adaptation and student learning motivation of NTT.
The research design used was correlational, with sample of 27 NTT students. The
research was conducted on 20 until 21 April 2017. Instruments of data collection using
questionnaires.
The results showed adaptation of 59% adaptive culture, 41% maldaptif and learning
motivation showed 78% bad category, and 22% good category. By using coefficient
contingency test shows the value of ρ = 0,021 where < 0,05 meaning there was correlation of
culture adaptation with student learning motivation NTT in STIKes Patria Husada Blitar.
While the correlation coefficient rs = 0,405, which means the correlation of culture
adaptation with student learning motivation NTT in STIKes Patria Husada has a direct
correlation.
From the results of this study is expected, students can increase confidence to be able to
adapt to new environments or new culture and students are expected to be more motivated to
improve knowledge so that tasks were not denied tasks so that can minimize process of
collecting tasks on time.

Keywords: adaptation, motivation, student of NTT

Abstrak : Banyaknya mahasiswa NTT yang mengalami hambatan dalam berinteraksi


dengan mahasiswa dan dosen yang berbeda culture, sehingga perlu adanya kemampuan
beradaptasi yang baik dari mahasiswa NTT. Model adaptasi Roy terdapat asumsi untuk
merespon positif terhadap perubahan lingkungan melalui adaptasi yang memiliki 4 efektor
yaitu; kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Terdapat 3 efektor
yang yang dipengaruhi oleh salah satu faktor motivasi belajar yaitu interaksi sosial.Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan hubungan adaptasi culture dengan motivasi belajar
mahasiswa NTT.
Desain penelitian ini adalah korelasional dengan sampel sebanyak 27 mahasiswa NTT.
Penelitian dilaksanakan tanggal 20-21 April 2017 di STIKes Patria Husada Blitar. Instrumen
pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan adaptasi culture 59% adaptif, 41% maldaptif dan
motivasi belajar menunjukkan 78% kategori buruk, dan 22% kategori baik.Analisis data
menggunakan koefisien contingensy,ρ = 0,021 dimana < 0,05 yang berarti ada hubungan
adaptasi culture dengan motivasi belajar mahasiswa NTT di STIKes Patria Husada Blitar.
Sedangkan koefisien korelasi rs=0,405, yang artinya hubungan adaptasi culture dengan
motivasi belajar mahasiswa NTT di STIKes Patria Husada memiliki hubungan yang searah.
Dari hasil penelitian ini diharapkan, mahasiswa dapat meningkatkan kepercayaan diri
untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan baru atau culture baru dan diharapkan
mahasiswa lebih termotivasi untuk meningkatkan pengetahuan agar tugas tidak
terbengkalainya tugas-tugas sehingga dapat meminimilisir proses pengumpulan tugas
dengan tepat waktu.

Kata kunci : adaptasi, motivasi, mahasiswa NTT

Kebudayaan berasal dari bahasa bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan
sansekerta (buddhayah) yang merupakan sebagainya. Mengingat heterogennya
bentuk jamak kata buddhi yang berati budi budaya di Indonesia, maka terjadi akibat
atau akal. Kebudayaan adalah segala tak terhindarnya dari kontak antar budaya
sesuatu yang dipelajari dan dialami kaum migran dengan masyarakat pribumi,
bersama secara sosial oleh masyarakat. sehingga tidak menutup kemungkinana
Kebudayaan merupakan segala sesuatu seseorang hidup pada budaya yang
yang berhubungan dengan manusia, berbeda. Perbedaan ini didasari oleh
kebudayaan bersifat satu dan sama, Negara Indonesia yang merupakan
sekaligus beranekaragam, dimiliki bersama republik kesatuan yang terdiri dari 34
oleh kelompok tertentu, berlangsung dan Propinsi dengan beragam suku dan budaya
lestari dari generasi ke generasi, (Mulyana dan Rahkmat dalam Rachma,
kebudayaan merupakan hasil belajar 2016).
manusia dan ada symbol didalamnya, yaitu Konsep utama model adaptasi Roy,
bahasa yang memungkinkan manusia yaitu adaptasi (tujuan keperawatan),
memiliki kebudayaan (Endraswara, 2015). individu (sistem adaptif), lingkungan
Masyarakat Indonesia sejak dari dulu (stimulus), kesehatan (hasil adaptasi) dan
sudah dikenal heterogen dalam berbagai keperawatan (mempromosikan adaptasi
aspek, seperti adanya keberagaman suku dan kesehatan). Model adaptasi Roy
terdapat asumsi untuk merespon positif dengan adaptasi orang atau kelompok
terhadap perubahan lingkungan melalui dalam setiap model adaptif, yang
adaptasi yang memiliki 4 efektor yaitu; melakukan kegiatan dengan kemauan atau
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi keinginan sendiri (Roy dalam tomey
peran dan interdependen. Dari 4 efektor 2006).
sistem adaptasi terdapat 3 efektor yang Berdasarkan studi pendahuluan di
yang dipengaruhi oleh salah satu faktor STIKes Patria Husada Blitar didapatkan
motivasi belajar yaitu interaksi sosial. data mengenai kemampuan beradaptasi
Individu memiliki motivasi dan dorongan dan minat belajar mahasiswa NTT, dari
untuk mengenal, melakukan proses tahun 2015–2017 terdapat 105 mahasiswa.
adaptasi terhadap pola-pola interaksi sosial Dari 105 mahasiswa tersebut terdapat 48
dan kasih sayang secara interpersonal baik mahasiswa yang berhasil menyelesaikan
pada tingkat individu maupun kelompok. study, 23 mahasiswa tidak dapat
(Roy, 1984 dalam Alligood, 2006). menyelesaikan study (keluar), dan 27
Melakukan perantauan bukanlah satu mahasiswa dalam proses menyelesaikan
hal yang mudah, mahasiswa yang study. Situasi dan kondisi yang berbeda
merantau ini harus rela meninggalkan cukup jauh dari daerah asal mengakibatkan
rumah, keluarga, teman, dan ketidaknyamanan baik psikis maupun
lingkungannya. Kemudian mereka akan fisik, sehingga dapat mempengaruhi
menemui masyarakat dengan latar motivasi belajar mahasiswa NTT yang
belakang budaya yang berbeda jauh dari melanjutkan pendidikan di Jawa Timur,
tempat asal, maka akan timbul adaptasi khususnya di STIKes Patria Huasa Blitar.
budaya. Masalah adaptasi adalah daerah Motivasi adalah dorongan dasar yang
yang luas dari keprihatinan terkait dengan menggerakkan seseorang bertingkah laku.
adaptasi. Ini menggambarkan kesulitan Dorongan ini berada pada diri seseorang
terkait dengan indikator adaptasi positif. yang menggerakkan untuk melakukan
Hal ini dapat dicatat bahwa perbedaan sesuatu yang sesuai dengan dorongan
yang dibuat antara masalah adaptasi dan dalam dirinya. Faktor-faktor yang
diagnosa keperawatan didasarkan pada mempengaruhi motivasi yaitu: Energi,
karya berkembang di kedua bidang ini. belajar, interaksi sosial, dan proses kognitif
Pada titik ini, masalah adaptasi dilihat (Uno, B 2011).
bukan sebagai diagnosa keperawatan, Banyaknya mahasiswa NTT yang
tetapi sebagai bidang yang menjadi mengalami hambatan dalam beradaptasi
perhatian bagi perawat yang berkaitan dengan culture Jawa, baik itu dari
berkomunikasi, serta berinteraksi dengan mahasiswa. Instrumen yang digunakan
mahasiswa dan dosen yang berbeda dalam penelitian ini adalah kuesioner.
culture. Hal ini mengakibatkan
HASIL PENELITIAN
menurunnya motivasi belajar mahasiswa Hasil penelitian yang meliputi: data yang
NTT yang berujung pada ketidakmampuan disajikan meliputi gambaran umum lokasi
mahasiswa NTT untuk mendapatkan penelitian, data umum karakteristik
prestasi yang tinggi. Oleh karena itu, responden dan data khusus penelitian
peneliti tertarik untuk melakukan mengenai adaptasi culture, motivasi
penelitian dengan judul “Hubungan belajar mahasiswa NTT.
Adaptasi Culture dengan Motivasi Belajar
Karateristik Responden
Mahasiswa NTT (Nusa Tenggara Timur) di
Tabel 1 distribusi karakteristik
STKes Patria Husada Blitar”. Tujuan
responden di STIKes Patria Husada
penelitian ini adalah 1) Mengidentifikasi Blitar 20-21 April 2017
adaptasi culture pada mahasiswa NTT di Karakreistik responden f %
STIKes Patria Husada Blitar; 2)
Jenis Kelamin
Mengidentifikasi motivasi belajar
Laki-laki 17 63
mahasiswa NTT di STIKes Patria Husada
Perempuan 10 37
Blitar.; 3) Menganalisis hubungan adaptasi
Usia
culture dengan motivasi belajar mahasiswa
20-23 th 10 37
NTT di STIKes Patria Husada.
24-27 th 15 56
METODE PENELITIAN 28-30 th 2 7

Rancangan penelitian yang Lama tinggal di Blitar


digunakan dalam penelitian ini < 1 th 4 15
menggunakan metode korelasional. 1 – 3 th 20 74
Populasi dalam penelitian ini adalah > 4 th 3 11
mahasiswa NTT di STIKes Patria Husada
Pernah merantau
Blitar berjumlah 27 mahasiswa. Sampel
Tidak pernah 26 96
dalam penelitian ini adalah total sampling
Pernah 1 4
yang berjumlah 27 mahasiswa NTT di
Bahasa yang digunakan
STIKes Patria Husada Blitar.
Variabel bebas dalam penelitian ini Indonesia 9 33
adalah adaptasi culture. Variabel terikat Daerah NTT 17 63
dalam penelitian adalah motivasi belajar Jawa 1 4
Tabel 3 di atas menunjukan bahwa
prosentase terbanyak tentang motivasi

Tabel 1 di atas menunjukan bahwa belajar yaitu 21 orang (78%) yang menjadi

sebagian responden berjenis kelamin laki- responden motivasi belajar buruk.

laki yaitu sebanyak 17 orang (63%). Usia Hubungan Adaptasi Culture dengan
responden sebagian besar 24-27 tahun motivasi belajar mahasiswa NTT di
STIKes Patria Husada Blitar
yaitu sebanyak 15 orang (56%). Sebagian
besar responden yang tinggal di Blitar 1-3 Tabel 4 distribusi adaptasi culture
dengan motivasi belajar mahasiswa
tahun yaitu sebanyak 20 orang (74%). NTT di STIKes Patria Husada Blitar
Sebagian besar responden tidak pernah tahun 2017

merantau yaitu sebanyak 26 orang (96%). Motivasi Belajar


Mahasiswa NTT
Sebagian besar responden menggunakan Adaptasi Total
bahasa daerah NTT yaitu sebanyak 17 culture Baik Buruk

orang (63%). % % F %
Adaptif 22 37 16 59
Adaptasi Culture

Tabel 2 Distribusi adaptasi cultture Maladaptif 0 41 11 41

Adaptasi culture frekuensi prosentase


Total 22 78 27 10
Adaptif 16 59 0
Maladaptive 11 41
Dari tabel 4 menunjukan bahwa p dari
kedua variabel yaitu p = 0,021 lebih besar
Tabel 2 di atas menunjukan bahwa dari α = 0,05, dapat di simpulkan bahwa
prosentase terbanyak tentang adaptasi ada hubungan yang signifikan antara
culture yaitu 16 orang (59%) yang menjadi adaptasi culture dengan motivasi belajar
responden adaptif. mahasiswa di STIKes Patria Husada Blitar.

Motivasi Belajar PEMBAHASAN


Tabel 3 Distribusi Motivasi Belajar

Motivasi Belajar frekuensi prosentase Adaptasi Culture


Dalam penelitian yang sudah
Baik 6 22
dilakukan, responden dengan kemampuan
Buruk 21 78 beradaptasi adaptif paling banyak yaitu,
59%. Hal ini berarti mahasiswa NTT dapat
berinteraksi dengan menggunakana bahasa Berdasarkan hasil tabulasi silang
jawa dan mahasiswa tidak merasa asing di kemampuan beradaptasi responden di
lingkungan baru. STIKes Patria Husada Blitar. Diketahui
Model konseptual adaptasi adalah bahwa responden dengan kategori adaptif
bagaimana individu mampu meningkatkan yaitu, jenis kelamin laki-laki sebanyak 9
kesehatan dengan cara mempertahankan responden, kemungkinan disebabkan
perilaku adaptif dan mengubah perilaku karena jenis kelamin laki-laki merupakan
maladaptif. Individu atau manusia jenis kelamin yang mudah bergaul dengan
merupakan holistic adaptive system yang culture sekitarnya, khususnya mudah
selalu beraptasi secara keseluruhan. Dari dalam mendapatkan teman dilingkungan
pengertian tersebut dapat daiambil sekitarnya, adapun diakibatkan karena dari
kesimpulan bahwa tujuan dari aplikasi 27 responden lebih banyak yaitu,
model konseptual keperawatan komunitas responden jenis laki-laki sebanyak 17
menurut Roy adalah untuk orang. Responden dengan kategori adaptif
mempertahankan perilaku adaptif dan usia 24–27 tahun sebanyak 10 responden,
mengubah perilaku maladaptif pada disebabkan karena usia 24–27 tahun
komunitas. Upaya pelayanan keperawatan merupakan usia dimana seseorang
yang dapat dilakukan antara lain memiliki tingkat kedewasaan yang cukup,
meningkatkan kesehatan dengan cara sehingga dalam usia tersebut mampu
mempertahankan perilaku adaptif serta beradaptasi dengan culture baru dan
memberikan intervensi keperawatan yang mampu menilai sisi positif dan negatif
ditujukan untuk menekan stresor dan dalam beradaptasi, adapun diakibatkan
meningkatkan mekanisme adaptasi (Nurul karena dari 27 responden lebih banyak
Chayatin, 2009). Tingkat adaptasi yaitu, responden dengan usia 24–27 tahun
mewakili kondisi dari proses kehidupan sebanyak 15 orang. Responden dengan
yang dijelaskan pada tiga tingkatan kategori adaptif lama tinggal di Blitar 1–3
sebagai terintegrasi, kompensasi, dan tahun sebanyak 13 responden,
kompromi. Tingkat adaptasi manusia kemungkinan disebabkan karena
adalah titik perubahan yang terdiri dari responden yang tinggal di Blitar selama 1–
fokal, kontekstual, dan rangsangan 3 tahun sudah memiliki waktu yang cukup
residual, yang merupakan standar orang itu dalam beradaptasi dengan culture Jawa,
sendiri dari berbagai rangsangan yang adapun kemungkinan diakibatkan karena
dapat merespon dengan respon adaptif dari 27 responden lebih banyak yaitu,
biasa, (Roy, 1984 dalam Tomey, 2006). responden dengan lama tinggal 1-3 tahun
di Blitar sebanyak 20 orang. Responden kesulitan dalam belajar dengan adanya
dengan kategori adaptif sebelumnya tidak dorongan dan motivasi dari dalam diri,
pernah merantau ke provinsi lain sebanyak keluarga dan teman.
Motivasi adalah dorongan dasar yang
15 responden, kemungkinan disebabkan
menggerakkan seseorang bertingkah laku.
karena saat ini merupakan pertama kalinya
Dorongan ini berada pada diri seseorang
responden merantau, sehingga responden
yang menggerakkan untuk melakukan
yang tidak pernah merantau memiliki
sesuatu yang sesuai dengan dorongan
inisiatif yang tinggi untuk mengenal
dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan
culture Jawa yang menurutnya merupakan
seseorang yang didasarkan atas motivasi
culture baru dalam kehidupannya, adapun
tertentu mengandung tema sesuai dengan
kemungkinan diakibatkan karena dari 27
motivasi yang mendasarinya. Beberapa
responden lebih banyak yaitu, responden
teori dan definisi tentang motivasi maka
dengan sebelumnya tidak pernah merantau
dapat dipahami bahwa bila pada individu
sebanyak 26 orang. Responden dengan
terdapat bemacam-macam motif yang
kategori adaptif bahasa yang di gunakan
mendorong dan menggerakkan manusia
dalam berkomunikasi sehari-hari, yaitu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam
bahasa daerah NTT sebanyak 10
mencapai tujuan serta memenuhi
responden, kemungkinan disebabkan
kebutuhan hidup dalam rangka
karena pada dasarnya bahasa NTT
mempertahankan eksistensinya (Uno,
merupakan bahasa sehari-hari yang
B.2011).
digunakan oleh responden baik itu dalam
Berdasarkan hasil tabulasi silang
keluarga maupun di lingkungan/daerahnya
motivasi belajar responden di STIKes
sebelum berada di daerah Jawa, adapun
Patria Husada Blitar. Diketahui bahwa
kemungkinan diakibatkan karena dari 27
responden dengan kategori baik yaitu,
responden, terdapat 17 responden yang
jenis kelamin laki-laki sebanyak 5
berkomunikasi menggunakan
responden, disebabkan karena responden
menggunakan bahasa daerah NTT.
jenis kelamin laki-laki tidak mudah
Motivasi Belajar
Dalam penelitian yang sudah menyerah dalam belajar dan memiliki
dilakukan, responden dengan motivasi semangat yang baik untuk melakukan
buruk paling banyak yaitu, 78%. Hal ini responsi, adapun diakibatkan karena dari
berarti pengalaman yang buruk tidak 27 responden, yaitu responden berjenis
membuat mahasiswa NTT menyerah, kelamin laki-laki sebanyak 17 orang.
tetapi semakin berusaha untuk mengatasi Responden dengan kategori cukup usia
20–23 tahun sebanyak 8 responden, sehari-hari menggunakan bahasa
disebabkan karena usia 20–23 tahun Indonesia sebanyak 8 responden,
merupakan usia dengan keinginan yang kemungkinan disebabkan karena bahasa
tinggi untuk mendapatkan sesuatu yang Indonesia merupakan bahasa nasional,
diinginkan, sehingga responden usia 20–23 sehingga memudahkan responden untuk
tahun merasa termotivasi untuk belajar mendapatkan informasi-informasi dari
agar mendapat pengetahuan yang lebih orang yang lebih memiliki pengetahuan
banyak. Responden dengan kategori tinggi, baik itu dari seseorang yang
cukup, yaitu responden yang lama tinggal memiliki culture yang sama maupun dari
di Blitar 1–3 tahun sebanyak 10 orang yang berbeda culture.
Hubungan Adaptasi Culture Dengan
responden, kemungkinan disebabkan
Motivasi Belajar Mahasiswa Nusa
karena responden sudah memiliki waktu
Tenggara Timur
yang cukup dalam mengenal orang-orang
Dilihat dari hasil analisis
di lingkungan sekitar, khususnya orang-
menggunakan fasilitas computer (SPSS
orang di lingkungan kampus sehingga
20) dengan uji contingency coeficient
memudahkan responden untuk belajar,
menunjukkan nilai yang signifikan antara
adapun kemungkinan diakibatkan karena
adaptasi culture dengan motivasi belajar
dari 27 responden lebih banyak, yaitu
mahasiswa NTT di STIKes Patria Husada
responden yang lama tinggal di Blitar 1–3
Blitar. Sedangkan kofisien korelasi
tahun sebanyak 20 orang. Responden
memiliki korelasi yang searah dan
dengan kategori cukup, yaitu responden
memiliki hubungan yang kuat. Jadi
yang tidak pernah merantau sebanyak 15
semakin mahasiswa memiliki kemampuan
responden, kemungkinan disebabkan
beradaptasi, maka akan semakin
karena saat ini merupakan pertama kalinya
meningkatnya motivasi belajar pada
responden merasa jauh dari keluarga,
mahasiswa tersebut. Sebaliknya semakin
sehingga responden memiliki motivasi
mahasiswa tidak memiliki kemampuan
yang cukup untuk tidak mengecewakan
beradaptasi, maka akan semakin
keluarga yang sudah menyekolahkan
menurunya motivasi belajar mahasiswa
responden didaerah yang jauh, adapun
tersebut.
kemungkinan diakibatkan karena dari 27 Keberagaman etnis (suku) bukanlah
responden lebih banyak, yaitu responden hal yang aneh lagi bagi masyarakat
yang tidak pernah merantau sebanyak 26 Indonesia. Dari sejumlah golongan etnis
orang. Responden dengan kategori cukup, (suku) yang beragam secara umum bangsa
yaitu responden yang berkomunikasi Indonesia terbagi dalam dua golongan
besar, yakni golongan etnis pribumi dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
golongan etnis pendatang. Etnologi selalu baru, menjadi depresi, tidak ada motivasi
berkaitan dengan lingkungan budaya. belajar dan tidak ingin kuliah lagi.
Adanya hubungan antara adaptasi
Lingkungan ikut menjadi penentu orang
culture dengan motivasi belajar
belajar budaya, seperti orang imigran atau
kemungkinan diakibatkan karena sudah
perantau di daerah Jawa, maka akan
terpenuhinya harapan dari mahasiswa NTT
belajar budaya Jawa, begitu juga
di STIKes Patria Husada Blitar. Ini
sebaliknya Orang jawa yang berada di
terbukti dari 27 responden, 14 responden
daerah lain (Endraswara, 2015).
Seorang siswa yang baru saja memiliki kemampuan adaptasi yang
menyelesaikan sekolah menegah dan adaptif dan 15 responden memiliki
hendak melanjutkan ke universitas, untuk motivasi yang cukup untuk belajar.
pertama dia akan bangga dan contingency coeficient menunjukkan
mempersiapkan dirinya untuk menghadap korelasi yang searah, kemungkinan
lingkungan atau budaya yang baru, semakin mahasiswa memiliki kemampuan
bertemu dengan orang baru dan antusias adaptasi yang adaptif, maka akan semakin
untuk belajar agar menuai kesuksesan meningkatnya motivasi belajar pada
dalam lingkungan yang baru. Namun pada mahasiswa tersebut. Sebaliknya
akhirnya siswa tersebut mengalami mahasiswa memiliki kemampuan adaptasi
ketidaknyamanan terhadap lingkungan yang maladaptif, maka akan semakin
atau budaya yang baru hingga menurunnya motivasi belajar pada
membuatnya tidak lagi ingin melanjutkan mahasiswa tersebut.
Adapun contingency coeficient
kuliahnya, (Balmer, 2009).
Dari penelitian sebelumnya adaptasi culture dengan motivasi belajar
disimpulkan bahwa setiap siswa menjadi mahasiswa NTT memiliki hubungan
wajar jika mengalami culture shock searah dimungkinkan karena faktor
sebagai akibat perpindahan dari pendorong mahasiswa termotivasi untuk
lingkungan atau budaya lama ke budaya belajar tidak hanya disebabkan oleh
baru seperti yang diungkapkan Balmer, dukungan keluarga saja, tetapi bisa
dapat menyebabkan tekanan dan berakibat disebabkan oleh faktor lain seperti
pada motivasi belajar dan kompetensi karakteristis individu. Misalnya latar
akademik siswa tersebut. Akan menjadi belakang usia, berapa lama tinggal di
negatif kalau culture shock tersebut tidak Blitar, sebelumnya pernah merantau,
teratasi, dalam hal ini orang gagal untuk bahasa yang dikuasai ataupun disebabkan
oleh faktor lain yang tidak di teliti dalam beradaptasi dengan budaya yang
penelitian ini. ada di Jawa.
b. Bagi Institusi
KESIMPULAN DAN SARAN Penulis mengharapkan agar
lembaga pendidikan dan dosen
Kesimpulan
memberikan bimbingan seperti
a. Adaptasi culture responden di
orientasi kampus untuk mahasiswa
STIKes Patria Husada Blitar,
NTT dalam beradaptasi guna
berdasarkan hasil penelitian yaitu
meningkatkan motivasi belajar.
59% adaptif.
b. Motivasi belajar mahasiswa NTT DAFTAR RUJUKAN
di STIKes Patria Husada,
Alligood, R, Martha. 2006. Nursing
berdasarkan hasil penelitian yaitu
Theorists and their work.
78% buruk. Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu
c. Berdasarkan hasil penelitian
Keperawatan Komunitas
terdapat hubungan antara adaptasi
Pengantar dan Teori.
culture dengan motivasi belajar
Jakarta: Salemba Medika.
mahasiswa NTT di STIKes Patria
Endraswara, Suwardi. 2015. Etnologi
Husada Blitar, dengan nilai ρ =
Jawa Penelitian, Perbandi
0,021 dimana <0,05 yang berarti
ngan, dan Pemaknaan Bud
ada hubungan adaptasi culture
aya. Yogyakarta: CAPS
dengan motivasi belajar mahasiswa
(Center For Academic
NTT di STIKes Patria Husada
Publishing Service)
Blitar. Sedangkan koefisien Hidayat, A, Aziz. 2007. Metode
korelasi rs= 0,405, yang artinya Penelitian Keperawatan
hubungan adaptasi culture dengan dan Teknik Analisa Data.
motivasi belajar mahasiswa NTT di Jakarta: Salemba Medika.
STIKes Patria Husada memiliki Kholiva, Ana. 2009. Pengaruh Culture
hubungan yang searah,yang Shock (online), (http://kuli
ditunjukkan dari uji contingency ahPPKN.com), diakses
coeficient. Tahun 2009).
Saran Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi
a. Bagi mahasiswa Efektif Suatu Pendekatan
Agar, mahasiswa NTT mampu
Lintasbudaya. Bandung:
meningkatkan pergaulan dengan
PT Remaja Rosdakarya.
mahasiswa yang berasal dari pulau
Jawa untuk dapat dengan mudah
Mahmud. 2015. Pendidikan Lingkunga
n Sosial Budaya. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawat
an. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo. S, 2014. Ilmu perilaku
kesehatan. Pt Rineka Cipta
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Potter. A. Patricia. 2009. Fundamentas
Of Nursing Jakarta:Salem
ba medika.
Rahaditya. 2012. Strategi Adaptasi
(online),
(http://kuliahilmubudaya.c
om, diakses Tahun 2012).
Sudarma, Momon. 2009. Sosiologi
Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Saryono & Ari Setiawan. 2011.
Metodologi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tesoriero, Frank. 2008. Community
Development: Alternatif
Pengembangan
Masyarakat di Era
Globalisasi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Uno B. 2011. Teori motivasi dan
Ukurannya. Jakarta: Bumi
aksar.

Вам также может понравиться