Вы находитесь на странице: 1из 15

1

PEMANFAATAN ALAT PERAGA FISIKA UNTUK


MENINGKATKAN PENGUASAAN MATERI
GETARAN DAN GELOMBANG
BAGI SISWA TUNARUNGU
Oleh:

Rini Indarti, Adelina Hasyim, Eko Suyanto


FKIP Unila, Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
e-mail : beepollen21@yahoo.com
Hp. 0856259816

Abstract: The Use of Physical Tools to Increase Materials Perception


through Vibration and Wave Sounds for the Deaf Students. This study aims to
analyze the lesson plans, learning implementation, learning assessment system
and the increasing of the materials perception of vibration and wave sounds by
using physical tools. Research method used is action research which is divided
into three cycles. Research subjects are students in 8th grade Special School for
Disable Students at Deaf class (SMPBL B) N 1 kotagajah. Cycle I, II, III use
physical tools such as spring, pendulum, slinks, ropes, drum, guitar, computer,
and trumpet. Data collection uses observation sheets of teacher performance
assessment instruments (APKG 1 and APKG 2), student activity observation, and
written test. Results shows that lesson plan, learning process implementation with
the use of physical tools through demonstration, discovery, and discussion
methods increase materials perception of vibration and wave sounds. Learning
assessment system uses APKG 1 and APKG 2, observation of students' learning
activities, and test increase materials perception of vibration and wave sounds.
Materials perception of vibration and wave sounds increases using physical tools,
and the three methods above.

Keywords: physic tools, vibration, wave, sound and the deaf.

Abstrak : Pemanfaatan Alat Peraga Fisika Untuk Meningkatkan Penguasaan


Materi Getaran Dan Gelombang Bagi Siswa Tunarungu. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan sistem penilaian pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga fisika untuk meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang,
serta peningkatan penguasaan materi getaran dan gelombang dengan
menggunakan alat peraga fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang berlangsung 3
siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa bagian Tunarungu (SMPLB B) N 1 Kotagajah. Pada siklus I, II dan III
menggunakan alat peraga fisika pegas, slinki, tali, handphone, drumband, gitar,
komputer, dan terompet. Pengumpulan data menggunakan observasi Alat
Penilaian Kinerja Guru (APKG 1 dan APKG 2) observasi aktivitas siswa dan tes
tertulis. Hasil penelitian menunjukkan (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dengan pemanfaatan alat peraga fisika, melalui metode demonstrasi, discovery,
2

diskusi meningkatkan penguasaan materi getaran dan gelombang; (2)


Pelaksanaan proses pembelajaran dengan memberikan arahan, memotivasi dan
melibatkan siswa dalam pemanfaatan alat peraga fisika dalam kegiatan
demonstrasi, discovery dan diskusi meningkatkan penguasaan materi getaran dan
gelombang; (3) Sistem penilaian pembelajaran melalui APKG 1, APKG 2,
observasi aktivitas belajar siswa serta tes pilihan ganda meningkatkan penguasaan
materi getaran dan gelombang; (4) Penguasaan materi getaran dan gelombang
meningkat dengan menggunakan alat peraga fisika, dengan metode demonstrasi,
discovery dan diskusi.

Kata kunci: alat peraga fisika, getaran, gelombang, bunyi, tunarungu.

PENDAHULUAN

Amanat hak atas pendidikan bagi dapat memiliki konsep yang benar
penyandang kelainan atau ketunaan tentang anak tunarungu, menumbuh-
ditetapkan dalam Undang-Undang kan sikap positif, serta meng-
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem apresiasikan dalam berbagai tindakan
Pendidikan Nasional Pasal 32 konstruktif terhadap anak tunarungu.
disebutkan bahwa ’’pendidikan Secret Of Ancient Chinese Art of
khusus atau pendidikan luar biasa Motivation (Dadan, 2002 : 15).
merupakan pendidikan bagi peserta
Siswa tunarungu mengalami
didik yang memiliki tingkat kesulit-an
pengurangan terhadap proses belajar
dalam mengikuti proses pembelajaran
mendengar yang seharusnya dapat
karena kelainan fisik, emosional,
mereka rasakan dikarenakan, organ
mental sosial” (Mohammad Efendi,
pendengaran mereka tidak berfungsi
2005: 1) Anak tunarungu memerlukan
secara normal. Hal ini akan
perhatian khusus dalam pemanfaatan
menimbulkan masalah dikarenakan
sisa pendengaran. Sisa pendengaran
organ pendengaran bagian luar,
yang ada dilatih untuk terbiasa
bagian tengah, dan bagian dalam yang
mengenal bunyi, kata-kata atau
menghubugkan ke saraf pen-dengaran
bahasa bagi kepentingan pendidikan-
sebagai organ terakhir dari rangkaian
nya.
proses pendengaran meng-alami
Dengan mengetahui beberapa hal
gangguan.
yang berkenaan dengan keberadaan
anak tunarungu, guru diharapkan
3

Berdasarkan hasil observasi awal yang menerima materi adalah siswa


yang dilakukan pelaku tindakan di yang memiliki keterbatasan dalam
SLB N 1 Kotagajah, diperoleh hasil pendengaran. Pembelajaran yang
penguasaan materi siswa tunarunggu berlangsung belum berorientasi pada
kelas VIII pada materi getaran dan kemampuan intelektual awal siswa
gelombang selama 3 tahun terakhir dan karakteristik siswa.
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penguasaan Materi Getaran Pembelajaranan yang berlangsung
dan Gelombang Siswa
sering tidak sesuai dengan kurikulum
Kelas VIII
No.
Tahun Nama
Nilai yang telah ditentukan, proses
Ajaran Siswa
1. 2009/2010 Kh 25 pembelajaran yang berlangsung
2. 2010/2011 - -
3. 2011/2012 M.D.W 15 berdasarkan kebiasaan tanpa
Utm 13 memperhatikan kebutuhan siswa.
AK 23
Tabel hasil belajar fisika materi Setiap siswa memiliki tingkat
getaran dan gelombang untuk siswa kecerdasan yang setara dengan anak
tunarungu kelas VIII dalam 3 tahun normal, sehingga dalam menerima
terakhir merupakan tingkat pe- dan memahami materi yang diberikan
nguasaan materi yang diperoleh dari mereka dapat mengikuti dengan baik
hasil pembelajaran dikelas. Siswa seperti anak normal pada umumnya.
tunarungu yang ada di SLB N 1 Mereka hanya memiliki kekurangan
Kotagajah pada dasarnya memiliki dalam tingkat pendengaran yang
tingkat kecerdasan yang baik dan membuat siswa harus diberikan
setara dengan anak normal. Hal ini perlakuan khusus dalam penyampaian
ditunjukkan dari prestasi yang materi pembelajaran. Jika guru dapat
diperoleh oleh masing-masing siswa membuat perencanaan pembelajaran
dibidang ekstrakurikuler dan lomba yang mengacu pada tingkat
bidang studi. Kurangnya penguasaan kebutuhan siswa maka hasil yang
materi yang diterima oleh siswa saat diperoleh akan sangat optimal bahkan
pembelajaran dipengaruhi faktor, dapat melebihi hasil pada anak
diantaranya proses pembelajaran yang normal umumnya. Tetapi yang terjadi
berlangsung hanya mengguna-kan adalah guru tidak secara maksimal
metode ceramah, sedangkan siswa membuat perencanaan proses
4

pembelajaran yang mengacu pada sehari-hari siswa, namun mereka


kebutuhan siswa, serta me-lakukan tidak dapat mendengar tentang bunyi
proses pembelajaran yang seharusnya itu sendiri. Oleh karena itu, pelaku
mereka lakukan. Dampaknya, proses tindakan ingin merencanakan pem-
pembelajaran dilaksanakan tanpa ada belajaran fisika yang mampu
persiapan dan media yang dapat meningkatkan penguasaan materi
memfasilitasi keterbatasan siswa getaran, gelombang serta bunyi secara
dalam pendengar-an untuk dapat sederhana kepada siswa tunarungu.
menguasai materi dengan baik. Penjelasan getaran, gelombang serta
bunyi pada pembelajaran akan
Kurikulum yang digunakan khusus-
dibatasi pada tahap pengenalan dan
nya dalam pembelajaran fisika di
pemahaman bunyi sebagai geteran,
SMPLB B N 1 Kotagajah adalah
hal ini terkait keterbatasan yang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik-
dimiliki siswa tunarungu untuk dapat
an (KTSP). Kurikulum Tingkat
memahami tentang konsep bunyi
Satuan Pendidikan untuk SMPLB
yang lebih mendasar.
Tunarungu B materi getaran dan
gelombang merupakan materi yang Landasan teori dalam penelitian ini
diberikan pada kelas VIII semester 2. menggunakan teori belajar
Standar kompetensi yang men- Konstruktivisme, prinsip paling
dukung pemberian materi ini adalah penting adalah bahwa guru tidak
memahami konsep penerapan getar- hanya memberikan pengetahuan
an, gelombang dan optik dalam kepada siswa, siswa harus
produk teknologi sehari-hari. Standar membangun pengetahuan secara
kompetensi ini selajutnya dijabarkan mandiri yang telah ada didalam
secara lebih khusus dalam beberapa fikiran. Guru memberikan kemudah-
kompetensi dasar, diantaranya men- an dalam proses belajar dengan
deskripsikan konsep getaran dan memberikan siswa kesempatan untuk
gelombang serta parameter- menemukan dan menerapkan ide-ide
parameternya, mendeskripsikan kon- mereka sendiri serta membelajarkan
sep bunyi dalam kehidupan sehari- siswa dengan secara sadar meng-
hari. Materi bunyi merupakan materi gunakan strategi mereka sendiri untuk
yang erat kaitanya dengan kehidupan belajar. Guru memberikan gambaran
5

terhadap siswa dengan membawa abstrak dan lebih mendekati bidang


siswa kepemahaman yang lebih kajian filsafat, teori kepribadian, dan
tinggi, (Slavin, 1994 : 223) psikoterapi dari pada bidang kajian
Esensi dari teori konstruktivis adalah psikologi belajar. Berkaitan dengan
ide bahwa siswa yang menemukan teori belajar behaviorisme, meng-
dan mentransformasikan informasi, ungkapkan bahwa, setiap manusia
apabila mereka menginginkan memiliki kapasitas alamiah untuk
informasi itu menjadi miliknya. belajar. Sardiman (2004: 16).
Konstuktivisme adalah suatu
Aspek penting yang dikemukakan
pendapat yang menyatakan bahwa
oleh aliran behavioristik dalam
perkembangan kognitif merupakan
belajar adalah bahwa hasil belajar
suatu proses dimana siswa secara
(perubahan perilaku) itu tidak
aktif membangun sistem arti dan
disebabkan oleh kemampuan internal
pemahaman terhadap realita melalui
manusia (insight), tetapi karena faktor
pengalaman dan interaksi mereka.
stimulus yang menimbulkan respons.
Menurut pandangan konstruktivisme
Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa
anak secara aktif membangun
di kelas dapat mencapai hasil belajar
pengetahuan dengan cara terus
yang optimal, maka stimulus harus
menerus mengasimilasi dan meng-
dirancang sedemikian rupa (menarik
akomodasi informasi baru, dengan
dan spesifik) sehingga mudah
kata lain konstruktivisme adalah teori
direspon oleh semua siswa.
perkembangan kognitif yang
menekankan peran aktif siswa dalam
Muljono (1994: 62), terdapat istilah
membangun pemahaman mereka
untuk menggambarkan atau
tentang realita (Slavin 1994 : 225).
menerangkan bagaimana seseorang
Selain itu, teori belajar yang menggunakan pendengaranya, yaitu
digunakan adalah teori behaviorisme bahwa hard of hearing ialah suatu
menekankan bahwa proses belajar kata sifat yang menerangkan
harus dimulai dan ditujukan untuk seseorang yang walaupun mengalami
kepentingan memanusiakan manusia kerusakan pendengaran, pendengaran
itu sendiri. Oleh karena itu, teori tersebut digunakan sebagai modalitas
belajar behaviorisme sifatnya lebih primer untuk persepsi dan perolehan
6

kemampuan bicara. Tuli (deaf), suatu anak. Prestasi anak yang mengalami
kata sifat yang menggambarkan atau ketunarunguan setelah usia 3 tahun
menerangkan seseorang yang pen- akan lebih tinggi daripada anak yang
dengaranya tidak dapat digunakan mengalami ketunarunguan lebih awal,
sebagai modalitas primer untuk dan anak yang memiliki taraf
persepsi dan perolehan kemampuan ketunarunguan kategori ringan
bicara, meskipun dapat dibantu oleh memiliki prestasi lebih besar.
indera penglihatan dan perabaan
Sunaryo Kartadinata (1996: 81),
sebagai pelengkap. Tuli total adalah
sedikitnya kosakata yang dimiliki
kata sifat yang menggambarkan atau
anak tunarungu berdampak pada
menerangkan suatu subkelompok
sulitnya mengartikan kata-kata yang
orang-orang tunarungu yang tanpa
mengandung kiasan, mengalami
indera pendengaranya atau yang
hambatan dalam berkomunikasi
perkembangan pendengaranya sangat
dengan masyarakat, sulit menerima
buruk, sehingga tidak dapat mem-
norma lingkungannya, sulit untuk
berikan bantuan apa-apa dalam
memperoleh lapangan pekerjaan.
persepsi dan perolehan kemampuan
Kesulitan memperoleh pekerjaan di
bicara atau dengan kata lain tanpa
pendengaran. masyarakat mengakibatkan timbul-
nya kecemasan dari diri anak dan
Berdasarkan penelitian Jensema keluarga, lembaga pendidikan di-
dalam Mohammad Efendi, (2005:80) anggap tidak dapat berbuat sesuatu
mencatat bahwa anak tunarungu yang agar siswa tunarungu dapat bekerja
memasuki periode usia 10 tahun dari dan bersaing dengan orang normal.
usia 8-10 tahun, rata-rata mengalami Sehingga pembelajaran untuk anak
penambahan kosakata sebanyak pada tunarungu harus dirancang secara
murid-murid yang normal benar dengan metode dan media yang
pendengaranya antara permulaan tepat.
taman kanak-kanak hingga akhir
Penilaian hasil belajar perlu di desain
kelas II. Ditemukan pula, bahwa usia
agar dapat mengukur pemahaman
terjadinya ketunarunguan dan tingkat
siswa terhadap pengetahuan,
keparahan memainkan peranan
keterampilan dan sikap yang telah
penting dalam mencapai prestasi
7

dipelajari. Setelah menempuh proses ungkapkan oleh J. Richard Scuhman


penilaian hasil belajar, siswa perlu dalam B. Suryosubroto (1997:194)
memperoleh umpan balik atau antara lain : adanya masalah yang
feedback. Langkah-langkah penting akan dipecahkan, jelas tingkat
yang perlu dilakukan dalam model kelasnya; dinyataka dengan jelas
desain sistem pembelajaran ASSURE tingkat siswa yang akan diberi
meliputi beberapa aktivitas yaitu pelajaran, konsep atau prinsip yang
analyze learners, state objectives, akan diajarkan tertulis dengan jelas,
selectmethods, media and materials, alat atau bahan yang disediakan
utilize materials, require learnes sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
participation, evaluate and revice melaksanakan kegiatan pembelajaran.
(Benny A. Pribadi, 2009 : 95). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis perencanaan pem-
Peter (1994:139) mengemukakan
belajaran, pelaksanaan pembelajaran,
bahwa demonstrasi adalah kegiatan
dan sistem penilaian pembelajaran
praktik yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan alat peraga
untuk sekelompok siswa. Pada
fisika untuk meningkatkan penguasa-
kegiatan ini memungkinkan guru
an materi getaran dan gelombang,
untuk melibatkan siswa maupun tidak
serta peningkatan penguasaan materi
melibatkan siswa samasekali dalam
getaran dan gelombang dengan
langkah kerja atau dalam pelaksanaan
menggunakan alat peraga fisika.
percobaan.

Menurut Vygotsky (1986:102)


METODE PENELITIAN
mendefinisikan discovery learning
Penelitian ini menggunakan teknik
sebagai guided discovery in the
Penelitian Tindakan Kelas
classroom, dalam arti guru meberikan
(Classroom Action Reserarch). Model
pertanyaan pada siswa kemudian
yang dikembang-kan berdasarkan
diminta siswa untuk memberi
teori Kurt Lewin didasarkan atas
jawaban melalui pengujian hipotesis.
dasar konsep pokok bahwa penelitian
Langkah-langkah utama dalam tindakan terdiri dari empat komponen
kegitan discovery sebagaimana di- pokok yang juga menunjukkan
8

langkah, yaitu : perencanaan Tabel 3.1 Persentase Aktivitas Kinerja


Pelaku Tindakan 1
(planning), tindakan (acting), No Kategori Kategori
pengamatan (observing), refleksi presentase
1 76% - 100% Sangat Baik
(reflecting). 2 51% - 75% Baik
3 26% - 50% Cukup
4 0% - 25% Kurang
Penilitian ini dilakukan di SMPLB B Sumber : Diadopsi dari Rambu-rambu
Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan
Negeri 1 Kotagajah kabupaten Profesi Guru (PLPG) tahun 2011.
Lampung Tengah, dengan subjek Tabel : 3.2 Persentase Aktivitas
tindakan siswa tunarungu kelas VIII. Kinerja Pelaku
Tindakan 2
Waktu penelitian dilaksanakan pada No Kategori Kategori
presentase
semester genap tahun ajaran 1 76% - 100% Sangat Baik
2012/2013. Pengumpulan data di- 2 51% - 75% Baik
3 26% - 50% Cukup
peroleh dari observasi, tes hasil pe- 4 0% - 25% Kurang
Sumber : Diadopsi dari Penilaian Kinerja
nguasaan materi, catatan pelaksanaan Guru ( Permenneg PAN dan RB No. 16
Tahun 2009, pasal 15 )
tindakan dan dokumentasi. Kisi-kisi
instrument meliputi perencanaan, pe- Tabel : 3.3 Persentase Aktivitas Siswa
No Kategori Kategori
laksanaan dan penilaian atau evaluasi Persentase
1 81% - 100% Baik Sekali
pembelajaran materi getaran dan 2 61% - 80% Baik
3 41% - 60% Cukup
gelombang. 4 21% - 40% Kurang
5 0% - 20% Sangat kurang
Observasi Perencanaan Pembelajaran Sumber : (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 2002 : 4)
terdiri dari 16 pernyataan, observasi
Tabel : 3.4 Kategori Nilai
Kinerja Pelaku Tindakan terdiri dari
No Nilai Siswa Kategori Nilai
27 pernyataan, observasi aktivitas 1 81 – 100 Baik sekali
siswa terdiri dari 6 aspek dan evaluasi 2 61 – 80 Baik
3 41 – 60 Cukup
terdiri dari 10 pertanyaan. 4 21 – 40 Kurang
5 0 – 20 Sangat kurang
Sumber : Nurgiyantoro, 2001 : 229
Penilaian/evaluasi dilakukan dengan
pemeriksaan keabsahan data yang ada
dibandingkan dengan criteria yang
telah disesuaikan dengan Permenneg
PAN dan RB No. 16 Tahun 2009.
Adapun kriteria sebagai berikut :
9

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.3 Aktivitas Siswa


Hasil Penelitian Hasil peningkatan aktivitas siswa
dalam diagram berikut :
4.1 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (APKG 1) AKTIVITAS SISWA
100

Persentase Nilai
Hasil yang diperoleh dari Perencanaa 80
60
Pelaksanaan Pembelajaran pada 40
20
0
ketiga siklus adalah sebagai berikut : Siklu Siklu Siklu
sI s II s III
Ag 01 66,67 83,33 91,67
APKG 1 Ar 02 58,33 70,89 87,56
100 85 Dm 03
76,25 70,83 83,33 91,67
80 60 St 04 70,83 79,12 91,67
60
40
20
Gambar 4.3 Perbandingan Persentase
0
Nilai Aktivitas Siswa
Siklus I, II, dan III.
Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 4.1 Perbandingan Persentase 4.4 Penguasaan Materi Getaran


Nilai Alat Penilaian dan Gelombang
Kinerja Guru (APKG 1) Hasil penguasaan materi yang
Siklus I, II, dan III.
diperoleh siswa berdasarkan tes
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran tertulis pada setiap akhir
(APKG 2)
pembelajaran, disajikan dalam
Hasil peningkatan aktivitas kinerja
diagram berikut :
pelaku tindakan (APKG 2) dalam
proses pembelajaran pada setiap PENGUASAAN MATERI
siklusnya ditunjukkan pada diagram 100 90 90 90 90
80 80 80
80 70
batang berikut :
60 50 50
40
40 30
SKOR APKG 2 20
100 90,18
80,36 0
70,54
Siklus I Siklus II Siklus III
50
Ag 01 Ar 02 Dm 03 St 04
0
Siklus I Siklus II Siklus III Gambar 4.4 Perbandingan
Penguasaan Materi yang
Gambar 4.2 Perbandingan Persentase Nilai Diperoleh Siswa pada
APKG 2 Siklus I, II, dan III. Siklus I, II, dan III
10

Pembahasan an pada setiap siklusnya. Selain itu,


4.1 Rencana Pelaksanaan dengan adanya alat peraga fisika
Pembelajaran (APKG 1)
maka kreativitas dan motorik siswa
dapat berkembang secara optimal,
Perencanaan pelaksanaan pem-
karena pada dasarnya tingkat
belajaran selalu mengembangkan dan
kecerdasan/IQ mereka sama dengan
mengorganisasikan materi, media,
anak normal pada umumnya, yang
dan sumber belajar dengan metode
menjadi keterbatasan adalah pada
demonstrasi, discovery dan diskusi.
pendengaran, sehingga metode
Perencanaan dengan menggunakan
demonstrasi, discovery dan diskusi
alat peraga fisika dengan metode
sangat tepat untuk menyampaikan
demonstrasi, discovery dan diskusi
materi.
dilakukan karena akan sangat mem-
bantu dalam proses pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dalam
yang mempunyai arti sangat penting
pengelolaan kelas selalu mem-
bagi siswa dengan keterbatasan pada
pertimbangkan adanya pemberian
pendengaran, alat peraga dapat
motivasi dan arahan untuk membantu
mewakili dan menunjukkan secara
siswa dalam mengikuti metode yang
visual dan nyata tentang konsep
telah direncanakan. Perencanaan
materi fisika yang tidak dapat
pembelajaran harus memberikan
disampaikan secara audio, serta
konsep kebermaknaan bagi siswa,
penyampaian melalui istilah atau
yaitu perencanaan menekankan pada
kalimat tertentu dalam bahasa oral
proses, serta aktivitas belajar dalam
dan bahsa isyarat.
langsung memanfaatkan berbagai
alat peraga.
Menggunakan perencanaan pem-
belajaran dengan metode praktik Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berupa demonstrasi dan discovery, disusun dengan perencanaan pe-
siswa tunarungu secara langsung manfaatan alat peraga fisika, melalui
melakukan kegiatan pembelajaran metode demonstrasi dan discovery
untuk menemukan konsep-konsep yang dilanjutkan dengan diskusi hasil
fisika, hingga dengan mudah mereka kegiatan di dalam kelas, sesuai
dapat menguasai materi pembelajar- dengan standar kompetensi,
11

kompetensi dasar, indikator pem- laksanakan sesuai dengan pe-


belajaran, tujuan pembelalajaran, rencananan pembelajaran yang telah
karakteristis siswa, hingga dapat disusun, sehingga dapat meningkat-
meningkatkan aktivitas belajar pelaku kan aktivitas belajar siswa.
tindakan, aktivitas belajar siswa dan
Pelaksanaan pembelajaran dengan
penguasaan materi bagi siswa.
menggunakan alat peraga fisika
Kenyataan di atas sesuai dengan dengan metode praktik sejalan dengan
peryataan dari Sunaryo Kartadinata konsep belajar Kontruktivisme Jean
(1996:80-81), sedikitnya kosakata Pieget yang menjelaskan bahwa
yang dimiliki anak tunarungu pengetahuan akan tumbuh dan
berdampak pada sulitnya mengarti- berkembang melalui pengalaman,dan
kan kata-kata yang mengandung pemahaman berkembang semakin
kiasan, mengalami hambatan dalam dalam dan kuat apabila selalu diuji
berkomunikasi dengan masyarakat. oleh berbagai pengalaman baru.
Sehingga pembelajaran untuk anak Setiap melaksana-kan demonstrasi
tunarungu harus dirancang secara dan discovery siswa selalu
benar dengan metode dan media yang menemukan konsep baru yang selalu
tepat, karena pada dasarnya menumbuhkan pengalaman dan
kecerdasan yang dimiliki anak pemahaman, sehingga aktivitas siswa
tunarungu sebenarnya tidak berbeda akan meningkat yang akan
dengan anak normal umumnya. menghasilkan pada meningkatnya
penguasaan materi pembelajaran pada
4.2 Pelaksanaan Pembelajaran setiap siklusnya.
(APKG 2)
Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Pelaksanaan proses pembelajaran
yang pernah dilakukan oleh
siklus I, II dan III adalah proses
Cruickshank dalam Mohammad
pembelajaran dengan melibatkan
Efendi (2005:79), anak tunarungu
secara aktif peran siswa dalam
seringkali memperlihatkan ke-
pemanfaatan berbagai alat peraga
terlambatan dalam proses belajar dan
fisika dalam kegiatan demonstrasi,
kadang-kadang tampak terbelakang.
discovery dan diskusi yang di-
Rangsangan mental serta dorongan
12

dari lingkungan sekitar dapat Pembelajaran dan materi


memberikan kesempatan pada anak pembelajaran. Penggunaan observasi
tunarungu untuk mengembangkan aktivitas siswa, observasi aktivitas
kecerdasanya. Sehingga proses kinerja pelaku tindakan dan tes
pembelajaran yang menyenangkan bentuk pilihan ganda dalam sistem
dan mudah dipahami akan penilaian fisika materi getaran dan
mempermudah siswa dalam belajar gelombang dengan pemanfaatan
dan akan meningkatkan keaktifan media alat peraga fisika sebagai
mereka dalam mengikuti proses media pembelajaran dengan tindakan
pembelajaran. pengamatan dan praktek pada
pembelajaran fisika kelas VIII
4.3 Penilaian Pembelajaran SMPLB B Kotagajah dapat
Pelaku tindakan memilih penilaian meningkatkan aktivitas siswa dan
pemahaman materi dalam bentuk penguasaan materi.
pilihan ganda karena membantu siswa
dalam proses mengingat dan 4.4 Penguasaan Materi Getaran
dan Gelombang
memahami kegiatan praktek yang
telah dilaksanakan pada setiap Pembelajaran getaran dan gelombang
siklusnya. Soal pilihan ganda yang dengan memanfaatkan alat peraga
disertai dengan gambar dan fisika didasarkan pada teori
keterangan yang jelas pada setiap soal konstruktivisme. Menurut Vygotsky,
akan sangat mempermudah siswa inti dalam proses pembelajaran siswa
menjawab. Gambar dan keterangan harus aktif melakukan kegiatan, aktif
mewakili visualisasi visual yang berpikir, menyusun konsep dan
diperoleh saat menggunakan alat memberi makna tentang hal-hal yang
peraga fisika dengan metode praktek. dipelajari dengan keterbatasan pen-
dengaran yang dimiliki. Penguasaan
Sistem penilaian pembelajaran fisika
materi getaran dan gelombang pada
melalui proses observasi aktivitas
siswa tunarungu didasarkan pada
kinerja pelaku tindakan dan aktivitas
kemampuan masing-masing siswa
siswa serta tes sebagai tolok ukur
tanpa memberikan batasan nilai
penguasaan materi siswa telah sesuai
indikator ketercapaian. Keterbatasan
dengan Rencana Pelaksanaan
13

pendengaran yang dimiliki oleh siswa direncanakan dengan baik dan benar
tidak menjadi penghalang bagi sesuai kebutuhan siswa. Penelitian ini
mereka untuk belajar dan memahami dapat memberikan informasi tentang :
seluruh materi yang disampaikan
1. Rencana Pelaksanaan Pem-
dengan metode dan alat peraga yang
belajaran disusun dengan
tepat serta menyenangkan.
perencanaan pemanfaatan alat
Seluruh siswa mampu menunjukkan peraga fisika, melalui metode
hasil yang luar biasa dengan ke- demonstrasi dan discovery yang
terbatasan pendengaran yang mereka dilanjutkan dengan diskusi hasil
miliki. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan di dalam kelas, sesuai
menguasaan materi getaran dan dengan standar kompetensi,
gelombang pada siswa tunarungu kompetensi dasar, indikator pem-
akan meningkat, apabila mengguna- belajaran, tujuan pembelalajaran,
kan berbagai alat peraga fisika karakteristis siswa, hingga dapat
sebagai media pembelajaran dengan meningkatkan aktivitas belajar
metode demonstrasi, discovery dan pelaku tindakan, aktivitas belajar
diskusi, dengan proses pembelajaran siswa dan penguasaan materi bagi
yang sesuai dengan perencanaan siswa.
pembelajaran yang memperhatikan 2. Pelaksanaan proses pembelajaran
kebutuhan siswa. fisika pada siklus I, II dan III
adalah proses pembelajaran
SIMPULAN DAN SARAN dengan memberikan arahan, me-
Simpulan motivasi dan melibatkan secara
Penelitian yang dilakukan merupakan aktif peran siswa dalam
penelitian pada siswa dengan pemanfaatan berbagai alat peraga
keterbatasan pendengaran. Seluruh fisika dalam kegiatan
tujuan untuk dapat memperbaiki demonstrasi, discovery dan
proses pembelajaran yang dapat diskusi yang dilaksanakan sesuai
memenuhi indikator keberhasilan, perencananan pembelajaran yang
peningkatan penguasa-an materi telah disusun, sehingga dapat
getaran dan gelombang dengan meningkatkan aktivitas belajar
menggunakan alat peraga fisika yang
14

siswa dan penguasaan materi demonstrasi, discovery dan


getaran dan gelombang. diskusi, dengan proses
3. Sistem penilaian pembelajaran pembelajaran yang sesuai pe-
fisika pada materi getaran dan rencanaan pembelajaran yang
gelombang melalui proses memperhatikan kebutuhan siswa.
penilaian perencanaan pem- Nilai aktivitas belajar siswa dari
belajaran (APKG 1), observasi siklus I, II dan III pada masing-
aktivitas kinerja pelaku tindakan masing siswa sebesar Ag 01
(APKG 2), observasi aktivitas adalah 16; 20; dan 22, Ar 02
belajar siswa dan tes dalam adalah 14; 17; 21, Dm 03 adalah
bentuk pilihan ganda sebagai 17; 20; dan 22, serta St 04 adalah
tolok ukur penguasaan materi bagi 17; 19; dan 22. Penguasaan materi
siswa, pada ketiga siklus getaran dan gelombang yang
pembelajaran yang telah sesuai diperoleh masing-masing siswa
dengan Rencana Pelaksanaan dari siklus I, II dan III adalah Ag
Pembelajaran. Siklus I, II dan III 01 sebesar 40; 80; dan 90, Ar 02
diperoleh persentase nilai APKG sebesar 30; 70; dan 90, Dm 03
1 sebesar 60%; 76,25% dan 85%. sebesar 50; 80; dan 90, serta St 04
Persentase nilai APKG 2 dari sebesar 50; 80; dan 90.
siklus I, II dan III sebesar 70,54%;
80,36% dan 90,18%. Peningkatan Saran
nilai APKG 1 dan APKG 2 1. Guru yang akan melaksanakan
menghasilkan adanya peningkatan proses pembelajaran hendaknya
pada aktivitas siswa dan memiliki perencanaan dan
penguasaan materi getaran dan kesiapan dalam menguasai siswa
gelombang. berkebutuhan khusus, termasuk
4. Penguasaan materi getaran dan perencanaan cadangan jika terjadi
gelombang pada siswa tunarungu kondisi yang tidak direncanakan
akan meningkat, apabila meng- sebelumnya. Sehingga proses
gunakan berbagai alat peraga pembelajaran tetap berjalan
fisika sebagai media pem- dengan baik jika berubah dari
belajaran dengan metode perencanaan awal.
15

2. Pelaku tindakan hendaknya ________ 2013. Permenneg PAN dan


RB No. 16 Tahun 2009, pasal
memberikan penjelasan awal pada
15. Kemendikbud : Jakarta.
siswa yang akan dijadikan subjek Gega, Peter C. 1994. Concepts and
penelitian mengenai metode Experiences Elementery School
Science. Macmillan Publishing
pembelajaran yang akan Campany : New York.
digunakan. Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan
3. Untuk penelitian selanjutnya Motivasi Belajar Mengajar. PT.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
penelitian sebaiknya dilakukan
Slavin, Robert E. 1994. Psikologi
dalam lingkup yang lebih luas Pendidikan Teori dan Praktik.
sehingga hasil penelitian menjadi PT Indeks: Jakarta.
lebih baik. Sunaryo Kartadinata. 1996. Psikologi
Anak Luar Biasa. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan:
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
B. Suryosubroto. 1997. Proses
Belajar mengajar di Sekolah.
Benny, A. Pribadi. 2009. Model- PT Rieneka Cipta : Jakarta.
model Desain Sistem Vygotsky, L. S. 1986. Thought and
Pembelajaran. Bumi Aksara: Language. MIT Press :
Jakarta Cambridge.
Dadan. Secret of Ancient Chinese Art
of Motivation.
http://ateec.Eiccd.Cd.Ia.Us/200
0/themes/cthinfo.Html. ( Kamis,
24 April 2009, pukul 10.00)
Mohammad Efendi. 2005. Pengantar
Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Bumi Aksara :
Malang.
Muljono. 1994. Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Bumi
Aksara : Malang.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001.
Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra.
BPFE: Yogyakarta.
________ 2011. Rambu-Rambu
Pelaksanaan PLPG.
Depdiknas : Jakarta.

Вам также может понравиться