Вы находитесь на странице: 1из 10

MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MULTIKULTURAL

BERBASIS KEARIFAN LOKAL


DALAM FENOMENA SOSIAL PASCA REFORMASI
DI PERGURUAN TINGGI

Oleh: Nurul Zuriah


Dosen Jurusan PKn – FKIP – Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRACT
Civics Education is a central topic that has a strategic role in multicultural education, but the modus and the
contents of Civics learning that are in the university all this time show the phenomena that are less appreciated and
to explore the multicultural values based on local genius that are a democracy culture essential in college’s rooms
and in a society synergistically, even it tends to paradox. The aim of the study is to review how the developing
model of multicultural Civics Education based on local genius after reformation in the university. The study
used two approaches of quantitative and qualitative with “the dominant-less dominan design” and the design
of the study was research and development (R & D). The study was conducted in three steps: (1) Exploration
study, (2) Action Research, and (3) Experimental study that used a quasi-experimental research. The techniques
used for collecting data were interview, observation, documentation, questionnaire (test), and FGD. Te data
were analyzed by using descriptive qualitative combined with descriptive quantitative and also using t-test and
F-test using SPSS. The results showed that: (1) The development of multicultural Civics Education becomes
Indonesian’s needs and becomes a necessity for multiculturalism understanding dissemination. (2) The learning
contents of National Identity are appropriate for development of multiculturalism values and growing of nation
identity that get the sources from culture and local genius of Indonesia’s society. (3) The process or learning modus
is a syntax of social inquiry learning model that is gotten into a brief of developing model of Civics Education
MBKL in the university into six steps and the learning is done by group with task/recitation. (4) The try-out
results showed that there are the increasing of learning outcomes products, namely the increasing of multicultural
competency in students’ circle with F = 4.585 that the significance is smaller than 0.05. Substantially, the results
showed that Civics Education MBKL is effective to increase students’ multicultural competency. Besides, the
implementation also gives the positive influence toward the activities, learning motivation, other impacts in a
model of project citizen through “Procit Bhinneka Tunggal Ika” in the university.

Keywords: Civics Education, Multicultural, Local Genius, Project Citizen, Bhinneka Tunggal Ika.

ABSTRAK
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan topik sentral yang memiliki peran strategis dalam pendidikan
multikultural namun demikian modus dan isi pembe-lajaran PKn yang ada di perguruan tinggi selama ini
menunjukkan fenomena yang kurang menghargai dan mengeksplorasi nilai-nilai multikultural berbasis kearifan
lokal (local genius) yang merupakan esensi kultur demokrasi di ruang kuliah dan di masyarakat secara sinergis,
bahkan cenderung bersifat paradoks. Penelitian ini bertujuan mengkaji bagaimana model pengembangan
Pendidikan Kewargane-garaan multikultural berbasis kearifan lokal dalam fenomena sosial pasca reformasi di
perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan pola “the dominant-
less dominan design” dan desain penelitian research and development (R & D). Penelitian dilakukan dengan tiga
tahapan: (1) Studi Pendahuluan (Exploration study) (2) Pengembangan model (Action Research) dan (3) Pengujian
(experimental study) yang menggunakan kuasi eksperimen. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi,
dokumentasi, angket (test), dan FGD. Analisis data dengan cara diskriptif kualitatif dipadukan dengan diskriptif
kuantitatif serta uji t dan uji F menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pengembangan
PKn multikultural menja-di kebutuhan bangsa Indonesia yang majemuk dan beranekaragam serta. menjadi sebuah
keniscayaan bagi wahana desimenasi pemahaman multikulturalisme melalui jargon pendidikan multikultural.
(2) Substansi materi pembelajaran Identitas Nasional cocok untuk pengembangan nilai-nilai multikulturalisme
dan penumbuhan identitas budaya bangsa yang bersumber dari budaya dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.
(3) Proses atau modus pembelajaran yang berupa syntaks model pembelajaran inkuiri sosial dituangkan dalam
ikhtisar model pengembangan PKn MBKL di perguruan tinggi ke dalam enam langkah dan pembelajarannya
dilakukan secara berkelompok dengan tugas/resitasi. (4) Hasil uji coba menunjukkan terjadinya peningkatkan
produk hasil pembelajaran, berupa peningkatan kompetensi multikultural di kalangan mahasiswa dengan harga
F sebesar 4.585 yang memiliki signifikansi lebih kecil dari 0,05. Secara substansial hasil ini menunjukkan bahwa
PKn MBKL efektif untuk meningkatkan kompe-tensi multikultural mahasiswa. Di samping itu penerapan PKn
MBKL juga memberikan pengaruh yang positif terhadap aktivitas, motivasi belajar dan dampak pengiring lainnya
dalam sebuah model proyek belajar kewarganegaraan (project citizen) melalui “Procit Bhinneka Tunggal Ika”
di perguruan tinggi.

Kata Kunci: PKn Multikultural, Kearifan Lokal, Project Citizen, Bhinneka Tunggal Ika.

ISSN 1412-565X 63
dalam setting pendidikan formal atau informal, tentang kesadaran perspektif kultural.
langsung atau tidak langsung. Pendidikan Sedangkan tujuan pendidikan multikultural
multikultural diarahkan untuk mewujudkan yang berkaitan dengan pembelajaran (instructional
kesadaran, toleransi, pemahaman, dan pengetahuan goals) adalah untuk memperbaiki distorsi, stereotipe,
yang mempertimbangkan perbedaan kultural, dan dan kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam
juga perbedaan dan persamaan antar budaya dan buku teks dan media pembelajaran; memberikan
kaitannya dengan pandangan dunia, konsep, nilai, berbagai strategi untuk mengarahkan perbedaan
keyakinan, dan sikap (Lawrence J. Saha dan Aly, di depan orang, memberikan alatalat konseptual
2005). untuk komunikasi antar budaya; mengembangkan
Sementara itu menurut James A. Bank keterampilan interpersonal; memberikan teknik-
(2001) pendidikan multikultural adalah konsep teknik evaluasi; membantu klarifikasi nilai; dan
atau ide sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set menjelaskan dinamika kultural.
of believe) dan penjelasan yang mengakui dan Pendidikan kewarganegaraan sebagai
menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis Pendidikan multikultural dalam Undang-Undang
dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
identitas pribadi dan kesempatan-kesempatan Nasional (Sisdiknas), pendidikan kewarganegaraan
pendidikan dari individu, kelompok maupun merupakan nama mata pelajaran wajib untuk
negara. Pendidikan itu sangat diperlukan terutama kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan
oleh negara demokrasi baru seperti Indonesia, mata kuliah wajib untuk kurikulum pendidikan
untuk melakukan rekontruksi sosial dengan tinggi (Pasal 37). Ketentuan ini lebih jelas dan
mengembangkan civic skill, yakni keterampilan diperkuat lagi pada Pasal 37 bagian Penjelasan
menjadi warga dari masyarakat demokratis dari Undang-Undang tersebut bahwa Pendidikan
yang di antaranya mampu bersikap toleran dan kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
mengakomodasi berbagai jenis perbedaan untuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kesejahteraan bersama. kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan adanya
Tujuan pendidikan multikultural yang ketentuan UU tersebut maka kedudukan pendidikan
berkaitan dengan aspek sikap (attitudinal goals) kewarganegaraan sebagai basis pengembangan
adalah untuk mengembangkan kesadaran dan masyarakat multikultural dalam sistem pendidikan
kepekaan kultural, toleransi kultural, penghargaan di Indonesia semakin jelas dan mantap.
terhadap identitas kultural, sikap responsive terhadap Penelitian ini didasarkan pada teori
budaya, keterampilan untuk menghindari dan bahwa PKn merupakan salah satu ujung tombak
meresolusi konflik. Tujuan pendidikan multikultural dari pendidikan multikultural dalam rangka
yang berkaitan dengan aspek pengetahuan pembentukan karakter warga negara multikultural
(cognitive goals) adalah untuk memperoleh yang menghargai identitas budaya masyarakat
pengetahuan tentang bahasa dan budaya orang yang plural secara demokratis, dan membentuk
lain, dan kemampuan untuk menganalisis dan mosaik yang indah (cultural pluralism: mozaik
menerjemahkan perilaku kultural, dan pengetahuan analogy) dalam satu semboyan Bhinneka Tunggal
Ika (Ricardo L. Garcia, 1982: 37-42).
64 Jurnal Penelitian Pendidikan
Vol 12 No. 2, Oktober 2011
PENDAHULUAN dampak instruksional dan pengiring pada model
Fakta sosial empiris yang ada menunjukkan pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan
bahwa sebagai masyarakat multikultural, bangsa Pendidikan Kewarga-negaraan Multikultural
Indonesia dihadapkan pada tantangan yang bersifat Berbasis Kearifan Lokal di Perguruan Tinggi
lokal dan global. Tarik menarik nilai-nilai etnisitas dengan model inquiry sosial melalui “Project
di tingkat lokal dan nilai-nilai kosmopolitanisme Citizen Bhinneka Tunggal Ika”. Secara khusus
di tingkat global jika tidak dikelola dengan baik penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
akan menjadi sesuatu yang bersifat disharmoni dan (1) Menemukan landasan kebutuhan pengembangan
merusak keutuhan dan kesatuan bangsa. Dilihat dari pendidikan kewarganegaraan multikultural berbasis
segi pendidikan di lingkungan perguruan tinggi, kearifan lokal di perguruan tinggi, baik dari aspek
tantangan tersebut belum dapat dijawab dengan psikososial paedagogis maupun dari kebutuhan
kurikulum yang ada. praktis dan strategis yang mencakup kebutuhan
Pendidikan Kewarganegaraan Multikultural dosen, mahasiswa dan kebutuhan proses belajar
dapat menjadi elemen yang ku-at dalam kurikulum me-ngajar (perkuliahan); (2) Menemukan dan
Indonesia untuk mengembangkan kompetensi dan menghasilkan substansi materi atau isi pembelajaran
ketram-pilan hidup (life skills), di tengah masyarakat yang berupa buku panduan pengembangan materi
Indonesia yang multikultur dan mencakup berbagai ajar Pendidikan Kewarganega-raan multikultural
macam perspektif budaya yang berbeda terutama berbasis kearifan lokal di perguruan tinggi
dalam bingkai kearifan lokal. Persoalannya adalah yang aplikatif bagi dosen; (3) Menemukan dan
bentuk pendidikan kewarganegaraan multikultural menghasilan proses atau modus pembelajaran
apa yang sesuai untuk situasi dan kondisi Indonesia yang berupa syntaks model pembelajaran inkuiri
pasca reformasi? Persoalan utama dalam pendidikan sosial yang dituangkan dalam ikhtisar model dan
kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah pada panduan pengembangan model pembelajaran, yang
belum adanya model pengembangan Pendidikan dapat diterapkan bagi pengembangan pendidikan
Kewarga-negaraan yang dapat meningkatkan kewarganegaraan multikultural berbasis kearifan
kompetensi multikultural mahasiswa dan begitu lokal di perguruan tinggi; dan (4) Meningkatkan
rendahnya kesadaran multikultural warga negara produk atau hasil pembelajaran Pendidikan
yang dibangun atas dasar nilai-nilai kearifan lokal Kewarganegaraan di perguruan tinggi yang
dalam fenomena sosial pasca reformasi sebagai menggunakan model pengembangan pendidikan
upaya memperkokoh integrasi bangsa dalam kewarganegaraan multikultural berbasis kearifan
konsepsi Bhinneka tunggal ika. Untuk itu maka lokal.
peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah
model pendidikan kewarganegaraan multikultural
KAJIAN PUSTAKA
berbasis kearifan lokal di lingkungan perguruan
Pendidikan multikultural dapat dipahami
tinggi.
sebagai proses atau strategi pendidikan yang
Penelitian ini secara umum bertujuan
melibatkan lebih dari satu budaya, yang ditunjukkan
menghasilkan inovasi model pembe-lajaran yang
melalui kebangsaan, bahasa, etnik, atau kriteria
berupa (1) struktur model (syntak), (2) sistem sosial,
(3) Prinsip reaksi, (4) sistem pendukung dan (5) rasial. Pendidikan multikultural dapat berlangsung

ISSN 1412-565X 65
proses belajar mengajar (perkuliahan) pembelajaran yang berlaku di Indonesia

menunjukkan bahwa akar penyebab masih jauh dari demokratis.

pembelajaran / perkuliahan PKn yang terjadi (6) Pembelajaran PKn selama ini belum

selama ini berlang-sung monolitik, kurang membiasakan pengalaman nilai-nilai

demokratis, membosankan dan tidak optimal kehidupan demokrasi sosial kemasyarakatan

dalam memberikan kompetensi multikultural yang riil, dengan melibatkan mahasiswa

pada mahasiswa, dikarenakan 11 faktor dominan, dan seluruh civitas akademika dalam

yaitu: berbagai aktivitas, baik di kelas (kampus)


maupun di luar kampus.
(1) Pembelajaran PKn pada umumnya kurang
(7) Adanya tradisi yang dilakukan dosen dalam
memperhatikan perubahan-perubahan
melaksanakan pembelajaran PKn yang
dalam tujuan, fungsi dan peran PKn di
cenderung menggunakan pendekatan
masyarakat
monolitik dan bersifat top down , semua
(2) Posisi, peran dan hubungan fungsional dengan
materi pembelajaran secara detail telah
matakuliah lainnya terabaikan.
dipersiapkan oleh pusat (surat edaran)
(3) Lemahnya transfer informasi konsep PKn
menteri pendidikan nasional, dosen tidak
sebagai bagian dari rumpun ilmu-ilmu
punya keleluasan untuk mencari dan
sosial mengakibatkan out put pembelajaran
mengembangkan materi lebih jauh.
PKn tidak mem-beri tambahan daya dan
(8) Nuansa pendekatan teoritis sangat kental
tidak pula mengandung kekuatan pada
dilakukan dalam pembelajaran PKn,
peserta didik untuk mengatasi problem-
yang ditunjukkan dengan penekanan pada
problem yang ada di lingkungan masya-
pembahasan apa yang ada dalam buku teks,
rakatnya.
tanpa dikaitkan dengan apa yang ada dan
(4) Dosen PKn tidak dapat meyakinkan
yang relevan bagi bangsa Indonesia saat ini.
mahasiswa untuk belajar PKn dengan
Perkuliahan PKn hanya memiliki kontribusi
lebih bergairah, menarik dan bersungguh-
yang amat kecil dalam pengembangan
sungguh, karena mahasiswa kurang
individu dan masyarakatnya terutama
dan bahkan tidak pernah dibelajarkan
dalam rangka penyemaian dan akselerasi
untuk berpikir kritis dan membangun
pertumbuhan nilai-nilai demokrasi dalam
konseptualisasi secara mandiri.
masyarakat Indonesia yang majemuk
(5) Dosen lebih mendominasi mahasiswa (teacher
(plural) dan yang menghargai perbedaan
centered) dengan kadar pembelajarannya
kultur di masyarakat sesuai dengan
rendah sehingga kebutuhan belajar
semangat multikultualisme.
mahasiswa tidak terlayani. Dosen cenderung
(9) Dosen PKn tidak berani mengembangkan
memperlakukan mahasiswa sebagai objek.
kurikulum di dalam kelas karena takut
Mereka hanya menerima apa yang diajarkan dianggap “nyeleneh-menyalahi aturan dan
tanpa bisa mengkritisi. Dengan kata lain tradisi” Kondisi ini diperburuk oleh sikap
dikatakan bahwa sistem pendidikan dan pengelola lembaga pendidikan yang tidak
66 Jurnal Penelitian Pendidikan
Vol 12 No. 2, Oktober 2011
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Berdasarkan hasil studi diperoleh empat
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan
temuan utama dalam kaitannya dengan model
kualitatif dan kuantitatif dengan pola “the dominant-
pengembangan pendidikan kewarganegaraan
less dominan design” dan desain penelitian research
multikultural ber-basis kearifan lokal dalam
and development (R & D). Penelitian dilakukan
fenomena sosial pasca reformasi di perguruan
dengan tiga tahapan: (1) Studi Pendahuluan
tinggi. Berikut akan dideskripsikan empat temuan
(Exploration study) (2) Pengembangan model
tersebut.
(Classroom Action Research) dan (3) Pengujian
1. Landasan Kebutuhan Pengembangan Model
(experimental study) yang menggunakan kuasi
Pendidikan Kewarganegaraan Multi-kultural
eksperimen.
berbasis Kearifan Lokal di Perguruan Tinggi.
Penentuan lokasi di tiga perguruan tinggi
yang ada di Kota Malang yaitu UNIBRAW, UM dan
UMM yang ditentukan secara purpossive sampling. Dari landasan kebutuhan pengembangan
Jenis data adalah data primer dan sekunder. model Pendidikan Kewargane-garaan Multikultural
Responden dan key informan penelitian adalah berbasis Kearifan Lokal di Perguruan Tinggi
dosen, mahasiswa, kaprodi dan tokoh masyarakat berdasarkan hasil wawancara dan fokus group
yang dapat memberikan informasi tentang discusion dengan dosen, mahasiswa yang
permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data menempuh matakuliah Pendidikan Kewarga-
dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi, negaraan dan pimpinan perguruan tinggi di tiga
wawancara, kuesioner/ angket (test). Analisis data lokasi, menunjukkan bahwa :
dilakukan secara mixing methode, yaitu diskriptif
a) Aspek psiko-sosial paedagogis adalah: (1)
kualitatif dipadukan dengan diskriptif kuantitatif
Perkuliahan PKn selama ini materinya terlalu
sederhana (prosentase dan distribusi frekwensi)
banyak dan luas; (2) Pembelajaran dilakukan
serta uji t dan uji f menggunakan program SPSS.
kurang menarik dan membosankan; (3) Metode
Untuk data kualitatif kriteria keabsahan
pembelajaran yang ada selama ini cenderung
datanya dilakukan dengan melihat derajat
kurang bervariasi dan kurang melibatkan
kepercayaan (credibility) melalui teknik triangulasi
mahasiswa; (4) Mahasiswa umumnya kurang
sumber dan metode, perpanjangan kehadiran
menyenangi perkuliahan PKn karena harus
peneliti, pengecekan teman sejawat dan ketekunan
banyak menghafal dan banyak membaca; dan
pengamatan, derajat keteralihan (transferability),
(5) Dosen PKn cenderung belum siap mengajar
derajat kebergantungan (depen-dability), dan
secara kontekstual, kurang enjoyfull learning
derajat kepastian (confirmability). Sedangkan data
(belajar dengan menyenangkan) dan masih
kuantitatif dila-kukan dengan uji validitas isi dengan
berpola “textbookish”.
korelasi spearman dan reliabelitas dengan model
b) Kebutuhan praktis dan strategis yang mencakup
Alpha Cronbach.
kebutuhan dosen, maha-siswa dan kebutuhan
ISSN 1412-565X 67
Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Proses atau modus pembelajaran yang
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Pendidikan berupa syntaks model pembelajaran inkuiri
Kewarganegaraan bertujuan membentuk peserta sosial dituangkan dalam ikhtisar model dan
didik menjadi manusia yang memiliki rasa panduan pengembangan model pembelajaran, yang
kebangsaan dan cinta tanah air. Pendi-dikan dapat diterapkan bagi pengembangan pendidikan
Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang wajib kewarga-negaraan multikultural berbasis kearifan
diberikan di semua jenjang pendidikan termasuk lokal di perguruan tinggi. Terdiri dari enam langkah
jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan Kewargane- yaitu : (1) orientasi, (2) hipotesis, (3) penjelasan
garaan di perguruan tinggi sekarang ini diwujudkan istilah,(4) eksplo-rasi, (5) pembuktian hipotesis,
dengan matakuliah Pendi-dikan Kewarganegaraan (6) Generalisasi. Pelaksanaan pembelajarannya
berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. dilakukan secara berkelompok dengan tugas atau
267/ Dikti/Kep/2000 tentang Penyempurnaan resitasi.
Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Selanjutnya dengan landasan 4. Peningkatan produk atau hasil pembelajaran
Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 Pendidikan Kewarganegaraan
tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Dari hasil uji coba di lapangan terjadi
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. peningkatkan produk atau hasil pembelajaran
Kemudian terakhir diperbaharui kembali dengan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan
Surat Keputusan Dirjen Dikti No.43/Dikti/2006 tinggi yang meng-gunakan model pengembangan
tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Mata Kuliah pendidikan kewarganegaraan multikultural
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. berba-sis kearifan lokal, berupa peningkatan
Berdasarkan rambu-rambu di atas, maka kompetensi multikultural di kalangan mahasiswa.
Substansi materi atau isi pembe-lajaran yang Hasil pengujian model, ditemukan bahwa model
berupa materi ajar Pendidikan Kewarganegaraan pembelajaran PKn MBKL di tiga Perguruan tinggi
multikultural berba-sis kearifan lokal di perguruan di Kota Malang di dapat hasil yang menggem-
tinggi yang cocok dan aplikatif bagi dosen adalah birakan dan memuaskan. Model pembelajaran
materi Identitas Nasional (Nilai-nilai multikultural PKn multikultural berbasis kearifan lokal (PKn
berbasis kearifan lokal sebagai perwujudan dari MBKL) telah terbukti efektif memberikan
identitas nasional). Materi ini dipilih karena
pengaruh terhadap kompetensi kewarganegaraan
dirasa paling cocok untuk pengembangan
multikultural mahasiswa dibandingkan dengan
multikulturalisme dan penumbuhan identitas
model pembelajaran konvensional. Temuan hasil
budaya bangsa yang bersumber dari budaya dan
penelitian terhadap kelompok kelas eksperimen
kearifan lokal masyarakat Indonesia serta sebagai
dan kelas kontrol secara statistik ditemukan
upaya meningkatkan kompetensi kewarganegaraan
adanya perbedaan yang signifikan pada kelas
multikultural maha-siswa.
eksperimen dan kelas kontrol terhadap kompetensi
kewarganegaraan mahasiswa (F = 4.585 dengan
3. Proses atau Modus Pembelajaran
signifikansi lebih kecil dari 0,05). Perbedaan yang

68 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
mendu-kung upaya inovasi dosen karena jawab, dan berkeadilan, serta mampu hidup secara
khawatir dengan aturan birokrasi. harmonis dalam konteks multikulturalisme -
(10) Adanya harapan dan keinginan dari Bhinneka Tunggal Ika.
mahasiswa untuk dilakukan perbaik-
Berdasarkan pemikiran di atas, maka
an kualitas pembelajaran PKn dengan
kompetensi standar yang hendak dihasilkan dalam
melakukan berbagai variasi dalam
pengembangan materi PKn Multikultural berbasis
pelaksanaan pembelajaran. Kesalahan
kearifan lokal di perguruan tinggi ini adalah :
orientasi dalam pembe-lajaran PKn yang
“Membekali mahasiswa menjadi warga negara yang
ada selama ini harus segera diakhiri salah
mampu hidup berdampingan bersama warga negara
satunya dengan menerap-kan pendekatan
lainnya tanpa membedakan agama, ras, bahasa dan
inkuiri sosial dalam perkuliahan PKn
budayanya serta mampu mengembangkan bangsa
Multikultural berbasis kearifan lokal untuk
menjadi bangsa besar yang dihormati dan disegani
meningkatkan kompetensi multikultural
di dunia internasional.”
dan kemampuan berpikir kritis-Dialogis
Kompetensi Standar tadi dalam praksis
Mahasiswa.
pembelajaran kemudian secara rinci dikembangkan
(11) Apapun mata kuliahnya, belajar itu
ke dalam 5 (lima) kompetensi dasar yang meliputi:
sesungguhnya berpikir, karena itu kualitas
(a) Menjadi warga negara yang menerima
berpikir seseorang tergantung pada
perbedaan-perbedaan etnik, agama, bahasa dan
kualitas pembelajarannya, khususnya pada
budaya dalam struktur masyarakatnya (basis
interaksi edukatif antara mahasiswa dengan
kearifan lokal); (b) Menjadi warga negara yang
mahasiswa dan mahasiswa dengan dosen.
bisa melakukan kerjasama multi etnik, multi kultur,
Prinsip-prinsip paedagogis kritis seha-
multi religi dalam konteks pengembangan ekonomi
rusnya menjadi rujukan dalam mendesain
dan kekuatan bangsa; (c) Menjadi warga negara
proses pembelajaran atau perkuliahan di
yang mampu menghormati hak-hak individu warga
perguruan tinggi.
negara tanpa membedakan latar belakang etnik,
agama, bahasa dan budaya dalam semua sektor
2. Substansi Materi Ajar Pendidikan
sosial, pendidikan, ekonomi, politik bahkan untuk
Kewarganegaraan Multikultural Ber-basis
memeilhara bahasa dan mengembangkan budaya
Kearifan Lokal
mereka; (d) Menjadi warga negara yang memberi
Pengembangan materi PKn Multikultural peluang pada semua warga negara untuk mewakili
berbasis kearifan lokal di perguruan tinggi ini gagasan dan aspirasinya dalam lembaga-lembaga
mengacu pada pemikiran bahwa Pendidikan pemerintahan, baik legislatif maupun ekskutif; dan
Kewargane-garaan untuk Indonesia, secara filosofik (e) Menjadi warga yang mampu mengembangkan
dan substantif-pedagogis andragogis, merupakan sikap adil dan mengembangkan rasa keadilan
pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan terhadap semua warga tanpa membedakan latar
pribadi peserta didik agar menjadi warga negara belakang etnik, agama, bahasa dan budaya mereka.
Indonesia yang religius, berkeadaban, berjiwa Kemudian berdasarkan Surat Keputusan
persatuan Indonesia, demokratis dan bertanggung Dirjen Dikti No. 38/Dikti/2002 tentang Rambu-

ISSN 1412-565X 69
signifikan tersebut memperkuat temuan bahwa dari hasil penelitian dan pengembangan model ini
perkuliahan PKn yang menggunakan model PKn adalah:
MBKL ini dapat mengembang-kan kompetensi (1) Pengembangan PKn multikultural menjadi
kewarganegaraan multikultural mahasiswa di kebutuhan bangsa Indonesia yang majemuk
Perguruan tinggi dengan kategori apapun. dan beranekaragam serta. menjadi sebuah
Pada tahap pengujian model juga nampak keniscayaan bagi wahana desimenasi
aspek motivasi belajar mahasiswa dari perbandingan pemahaman multikulturalisme melalui jargon
hasil rata-rata skor kelompok kelas eksperimen lebih pendidikan multi-kultural.
tinggi dibandingkan dengan kelas kelompok kontrol (2) Substansi materi pembelajaran yang cocok dan
dengan (F=6.106 dengan signifikansi lebih kecil aplikatif adalah materi Identitas Nasional untuk
dari 0,05). Berdasarkan temuan di atas, juga dapat pengem-bangan nilai-nilai multikulturalisme
disim-pulkan bahwa mahasiswa pada kelompok dan penumbuhan identitas budaya bangsa
kelas eksperimen di tiga Perguruan tinggi (UB, UM yang bersumber dari budaya dan kearifan lokal
dan UMM) yang ada di Kota Malang merasakan masyarakat Indonesia.
motivasi belajar PKnnya meningkat lebih tinggi (3) Proses atau modus pembelajaran yang
dibandingkan sebelumnya. berupa syntaks model pembelajaran inkuiri
Di samping itu dampak instruksional dalam sosial dituangkan dalam ikhtisar model
model pembelajaran PKn Multikultural berbasis dan panduan pengembangan model PKn
kearifan lokal dengan inkuiri sosial adalah: (a) dapat MBKL di perguruan tinggi ke dalam enam
melakukan penelitian masalah-masalah sosial dan langkah dan pembelajarannya dilakukan secara
(b) dapat mengembangkan tanggung jawab dalam berkelompok dengan tugas/resitasi.
perbaikan masyarakat sebagai wujud komitmen (4) Hasil uji coba menunjukkan terjadinya
terhadap peningkatan kualitas warganegara peningkatkan produk hasil pembela-jaran,
(c) dapat mengembangkan kompetensi kewar- berupa peningkatan kompetensi multikultural
ganegaraan multikultural mahasiswa. Adapun di kalangan mahasiswa dengan harga F
dampak pengiring dalam pembe-lajaran ini adalah: sebesar 4.585 yang memiliki signifikansi
(a) munculnya rasa menghargai dan menghormati lebih kecil dari 0,05. Secara substansial hasil
harkat dan martabat orang lain serta bersikap lebih ini menunjukkan bahwa PKn MBKL efektif
toleran (toleransi dalam berdialog) di kalangan untuk meningkatkan kompetensi multikultural
mahasiswa, (b) Kebiasaan akan tindakan sosial/ mahasiswa.
perilaku multikultural di masyarakat dan (c) Beberapa saran dan rekomendasi yang
Motivasi belajar dan berprestasi mahasiswa dalam dapat diajukan adalah :
perkuliahan PKn meningkat. (a) Dari hasil penelitian dan fakta di lapangan
ditemukan kenyataan bahwa dari sisi
KESIMPULAN, SARAN DAN pengetahuan dan kemampuan dosen untuk
REKOMENDASI mengembangkan kemampuan kompetensi
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik multikultural melalui pendekatan inkuiri sosial

70 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011
yang mengasah kemampuan berpikir kritis- pembelajaran. Jalinan kerjasama dan kolaborasi
kreatif–dialogis dan model-model pembelajaran antara dosen PKn dan peneliti dari perguruan
khas PKn masih sangat terbatas. Di sisi yang tinggi perlu dibangun dan diintensifkan
lain dosen sangat membutuhkan contoh-contoh keberadaannya.
model pembelajaran yang dapat merangsang (c) Salah satu kelemahan penelitian tentang
dan meningkatkan kemampuannya untuk pengembangan model PKn Multi-kultural
mengembangkan model-model pembelajaran berbasis kearifan lokal ini adalah jumlah
yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dan kelas yang terlalu banyak
multikultural dan berpikir kritis mahasiswa dan beragam. Hal ini membuat peneliti
dalam perkuliahan di kelas. Untuk itu sebagai harus bekerja keras untuk memformulasikan
rekomendasi di lingkungan pendidikan dan mengklasifikasikan segala aspirasi,
tinggi perlu disusun buku panduan model persepsi dan konsep dasar mereka terhadap
pembelajaran PKn multikultural berbasis model pembelajaran PKn yang sesuai dengan
kearifan lokal yang dapat mengembangkan keinginan mereka dan semangat demokratisasi
kompetensi multikultural dan kemampuan belajar yang menghargai potensi individual dan
berpikir kritis mahasiswa baik bagi dosen multikultural mereka yang beragam.
maupun mahasiswa serta dipublikasikan secara
(d) Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari
nasional.
hasil temuan penelitian ini dalam melakukan
(b) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran inovasi dan pengembangan kemampuan
PKn di lingkungan perguruan tinggi diperlukan kompetensi multikultural mahasiswa melalui
berbagai upaya inovasi yang terus menerus model pembelajaran PKn multikultural berbasis
dalam proses pembelajaran melalui perbaikan kearifan lokal di lingkungan perguruan tinggi
kinerja dosen dengan penelitian tindakan disarankan dan direkomendasikan agar
kelas (PTK/CAR). Untuk itu perlu digalakkan dilakukan penelitian pada skope yang lebih
pelatihan dan pelaksanaan penelitian tindakan luas dan melibatkan civitas akademika (dosen,
kelas bagi para dosen PKn dalam rangka mahasiswa dan ketua prodi) serta diperkuat oleh
pengembangan dan inovasi model-model pakar pendidikan dan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aly, A. (2005). “Pendidikan Multikultural dalam Tinjauan Pedagogik”. Maka-lah dipresentasikan pada Seminar
Pendidikan Multikultural sebagai Seni Mengelola Keragaman, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi
Budaya dan Perubahan Sosial (PSB-PS) Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sabtu, 8 Januari 2005.
Banks, J.A & Banks, C.A.M. (Eds). (2001). Handbook of Research on Multicultural Education. New York:
MacMillan.
Perguruan Tinggi. Laporan penelitian – Lemlit UMM- DPP-PBI 2002.
Zuriah, Nurul, dkk. (2002). Pilot Project Pengembangan Pembelajaran CE Melalui Tridharma Perguruan Tinggi
di Lingkungan PTM. Laporan pelaksanaan Uji Coba CE di UMM – Litbang Dikti PP Muhammadiyah –
LP3 UMY dan Asia Foundation: Yogyakarta.
Zuriah, Nurul. (2008). Multikulturalisme: Olah Raga dan Pembentukan Civic Virtue pada Komunitas Aremania

ISSN 1412-565X 71
di Kota Malang, Makalah Individual Tugas MK. Cakrawala Kewarganegaraan Indonesia, Prodi S-3 PKn
- SPs UPI Bandung.
Zuriah, Nurul. (2010). Model Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Multikultural Berbasis Kearifan
Lokal dalam Fenomena Sosial Pasca Reformasi di Perguruan Tinggi. Laporan penelitian Hibah Doktor
– DP2M Dikti Diknas TA. 2010.

BIODATA SINGKAT
Penulis adalah Dosen Jurusan PKn – FKIP – Universitas Muhammadiyah Malang

72 Jurnal Penelitian Pendidikan


Vol 12 No. 2, Oktober 2011

Вам также может понравиться