Вы находитесь на странице: 1из 7

INTUISI 1 (1) (2009)

INTUISI
Jurnal Psikologi Ilmiah
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/intuisi

KETIDAKPATUHAN PENDERITA DIABETES DALAM


MENJALANI PENGOBATAN
(STUDI KASUS DI DESA KALIGAYAM KECAMATAN TALANG
KABUPATEN TEGAL)

Rini Ekawati

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: The research is aimed to find out what are the factors that influenced non adherence of diabe-
Diterima Januari 2013 tics regiment behavior, to find out the kinds of non adherence diabetics behavior, and to find
Disetujui Februari 2013 out what is the reason that caused diabetics does not adherence to take a medical treatment.
Dipublikasikan Maret 2013 The subjects of this research were 2 people; they are diabetics, who do not have adherence
behavior to experiencing medication, they are more than 50 years old, and have suffered from
Keywords:
non adherence, treatment, diabetes for more than 3 years. The data were collected with 3 methods that are observation
diabetes and interview methods and psychological testing (DAM), and tested with interview and ob-
servation result transcript analysis, and interpretation of psychological test result. Based on
the result, there are 7 factors that influencing non adherence behavior of diabetics on taking
the medical treatments, they are patients have wrong understanding of diabetes experran-
cing disease, lack of knowledge about a risk if impinge the treatment regiment (medication),
difficulties of communication between the doctor and patients, the wrong belief and percepti-
on about the disease, family and social (significant others) supports, attitude towards health
treatment system, and individual characteristic of the patients, The result of research also
shows that kinds of non adherence behavior of diabetics on experiencing treatment regiment
(medication) can be seen from 5 matters, they are the irregular schedule of doctor control,
stopping consuming medicine that not following the rules, impinge the rules of eat pattern
which doctor has suggested, irregular exercise, and irregular and even undone bloods sugar
levels checking. The reasons of non adherence diabetics on experiencing treatment regiment
(medication), they are abundant trust of traditional medicine, feeling slack and tire feeling of
the patient, bad communication between doctor and patients. Also, the diabetics personality
such as less confidence level tendencies, less acceptance of challenge and reality, and unstable
emotional condition influence a non adherence diabetic ’s behavior in experiencing treatment
regiment (medication).

© 2009 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p - ISSN 2086-0803
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang e - ISSN 2541-2965
Gedung A1 Lantai 2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
Jawa Tengah, Indonesia, 50229
E-mail: intuisipsikologiunnes@gmail.com
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

PENDAHULUAN pada tahun 2006 terdapat 20% dari 15 penderita


diabetes yang ditangani tidak patuh dalam men-
Diabetes merupakan salah satu dari tiga jalani pengobatan. Bahkan di desa Kaligayam
penyakit kronis terbesar dan salah satu yang tepatnya di RW 06, karena ketidakpatuhannya
tertinggi yang menyebabkan kematian (Taylor, dalam menjalani pengobatan tercatat ada dua
1995: 525). Di Amerika, setiap tahunnya terda- penderita diabetes yang meninggal dunia. Perila-
pat kurang lebih 160.000 orang meninggal kare- ku ketidakpatuhan tersebut berupa ketidakteratu-
na diabetes dan komplikasinya. Diabetes adalah ran minum obat sesuai dengan petunjuk dokter,
gangguan kronis dimana tubuh tidak dapat mem- pemilihan menu makanan yang tidak tepat bagi
buat atau menggunakan insulin dengan semes- penderita diabetes, dan lain-lain.
tinya (Taylor, 1995: 525). Diabetes merupakan
suatu penyakit menahun yang ditandai dengan A. Ketaatan dan Kepatuhan
kadar glukosa darah melebihi normal. Dalam kaitannya dengan psikologi kese-
Pada penyakit diabetes terjadi pengentalan hatan, Sarafino (1990) (dalam Smet 1994: 250)
pada pembuluh arteri oleh sampah-sampah dan mendefinisikan kepatuhan atau ketaatan sebagai
kotoran dalam darah, akibatnya penderita diabe- tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan
tes menunjukkan tingkat kerentanan yang tinggi dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau
untuk terkena penyakit jantung koroner. Diabe- oleh orang lain. Sejauh mana pasien mematuhi
tes juga menjadi penyebab utama kebutaan dan nasehat-nasehat dari dokter dalam usaha peny-
gagal ginjal pada orang dewasa. Selain itu, juga embuhan penyakitnya. Scwartz&Griffin (1986)
terjadi kerusakan sistem syaraf yang meliputi ke- (dalam Smet 1994: 253) mengemukakan bahwa
hilangan rasa sakit dan sensasi lainnya. Diabetes setiap orang dapat menjadi tidak taat kalau situ-
juga memperburuk fungsi-fungsi tubuh yang lain, asinya memungkinkan. Perilaku ketaatan sering
misalnya gangguan makan dan sistem memori. diartikan sebagai usaha pasien untuk mengenda-
Apabila penyakit ini dibiarkan tidak terkendali likan perilakunya. Bahkan jika tidak dilakukan,
maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenai
yang berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, kesehatan. Faktor penting ini seringkali dilu-
ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengala- pakan. Banyak dokter begitu saja beranggapan
mi aterosklerosis. bahwa pasien akan mengikuti apa yang mereka
Telah diketahui bahwa diabetes merupa- nasehatkan, tanpa menyadari bahwa para pasien
kan penyakit degenerative, tidak ada obat yang tersebut pertama-tama harus memutuskan lebih
dapat menyembuhkan penderita diabetes seperti dahulu apakah mereka akan melakukannya (Tay-
sebelum terserang penyakit ini. Penderita diabe- lor, 1991 dalam Smet 1994: 254).
tes membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Karakteristik penyakit yang dirasakan dan
menjalani pengobatan. Penderita diabetes juga pengobatannya berkaitan dengan seberapa parah
harus sangat mernperhatikan petunjuk-petujuk penyakit yang dirasakan dan bagaimana proses
atau perintah-perintah dokter, mulai dari pen- pengobatannya. Berbagai aspek komunikasi an-
gaturan menu makanan, jadwal kontrol, jadwal tara pasien dengan dokter mempengaruhi tingkat
minum obat, dan olahraga harus benar-benar di- ketidakpatuhan, misalnya kurangnya informasi
patuhi dan dilakukan secara ketat. yang diberikan oleh dokter mengenai penyakit
Namun, masih banyak penderita diabe- yang diderita kepada pasien, dan kurangnya pen-
tes yang tidak mematuhi perintah dokter. Me- gawasan dalam proses pengobatan. Selain itu, ke-
nurut data WHO, Indonesia menempati urutan tidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional
keempat terbesar dalam jumlah diabetes mellitus dengan dokter, ketidakpuasan terhadap pengoba-
(DM). Pada tahun 2006 ini diperkirakan terdapat tan yang diberikan termasuk frekuensi pengawa-
14 juta orang dengan diabetes, tetapi baru 50% san, pemberian dukungan, serta tindakan lanju-
yang sadar mengidapnya dan di antara mereka tan juga berkaitan dengan kepatuhan pasien.
baru sekitar 30% yang datang berobat teratuf Persepsi dan pengharapan pasien terhadap
(www.kompas.com). Berdasarkan data yang di- penyakit yang diderita mempengaruhi ketaatan
peroleh dari Puskesmas yang membawahi semb- pasien dalam menjalani pengobatan. Teori Health
ilan desa di Kecamatan Talang termasuk di da- Belief Model (HBM) menyatakan bahwa kepatu-
lamnya desa Kaligayam, terdapat kurang lebih han atau ketaatan sebagai fungsi dari keyakinan-
sekitar 21 pasien diabetes setiap bulannya yang keyakinan tentang kesehatan, ancaman yang
memeriksakan dirinya ke Puskesmas tersebut, dirasakan, persepsi kekebalan, pertimbangan
sedangkan di tempat praktek dr. Arif di desa Ka- mengenai hambatan atau kerugian (biaya, wak-
ligayam, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, tu), dan keuntungan (efektivitas pengobatan).

2
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

Theory of Reasoned Action (TRA), menurut model B. Diabetes


ini sikap dan norma subyektif terhadap perilaku Diabetes adalah gangguan kronis dimana
ketaatan akan meramalkan perilaku tersebut. De- tubuh tidak dapat membuat atau menggunakan
cision Theory, Janis (1985) (dalam Smet 1994: 256) insulin dengan semestinya (Taylor, 1991: 525).
menganggap pasien sebagai, seorang pengambil Insulin adalah hormon yang disekresikan oleh
keputusan, dan ketaatan sebagai hasil proses pankreas yang mengontrol pergerakkan glukosa
pengambilan keputusan. Teori Pengaturan Diri ke dalam sel-sel dan metabolisme glukosa. Ke-
(Leventhal 1984, dalam Smet 1994: 256) meny- tika terjadi disfungsi insulin, maka akan terjadi
atakan bahwa “orang menciptakan representasi kelebihan insulin dalam darah dan hal ini akan
ancaman kesehatan mereka sendiri, dan meren- dilepaskan atau dikeluarkan melalui urine.
canakan serta bertindak dalam hubungannya Diabetes dapat juga didefinisikan sebagai
dengan representasi”. Model tentang kesakitan gangguan yang ditandai oleh berlebihnya gula
pasien ini, dapat mempengaruhi kepatuhan ter- dalam darah (hyperglycemia) serta gangguan-
hadap saran dari dokter (Saratino 1990, dalam gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
Smet 1994: 256). Klenman (dalam Smet 1994: protein, yang bertalian dengan defisiensi absolut
256) menyatakan bahwa perbedaan dalam model atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin
eksplanatoris antara dokter dengan pasien akan (Hipokrates dalam Arisman, 2000:11). Menurut
menentukan tingkat ketidakpatuhan. Elma (2000: 520), diabetes mellitus adalah suatu
Hubungan antara dukungan sosial dengan sindrom gangguan metabolisme energi yang di-
kepatuhan telah dipelajari secara luas. Secara sebabkan oleh kurangnya sekresi insulin atau ku-
umum, orang-orang yang menerima penghi- rangnya kerja insulin pada tingkat selular. Hal ini
buran, perhatian dan pertolongan dari seseorang ditandai oleh perubahan homeostatis karbohid-
atau kelompok yang mereka butuhkan biasanya rat, protein dan lemak, dengan kata lain, diabetes
cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis dapat diartikan sebagai gangguan kronis dimana
daripada pasien yang merasa kurang mendapat tubuh tidak dapat membuat atau menggunakan
dukungan sosial (DiM/atteo & DiNicola, 1982 insulin dengan semestinya. Hal ini ditandai oleh
dalam Sarafino, 1990 ). berlebihnya kadar gula dalam darah serta gang-
Jenis-jenis dukungan sosial yang dapat guan metabolisme karbohidrat, lemak dan pro-
diberikan antara lain: dukungan emosional, ke- tein yang berkaitan dengan defisiensi absolut
pedulian dan perhatian terhadap penderita, du- atau relatif aktivitas dan/atau sekresi insulin.
kungan instrumental berupa bantuan langsung Dewasa ini, diketahui bahwa diabetes bu-
dalam bentuk materi, dukungan informatif kan hanya dianggap sebagai gangguan tentang
berupa pemberian nasehat- nasehat, petunjuk- metabolisme karbohidrat, namun juga menyang-
petunjuk atau saran pada penderita agar dapat kut tentang metabolisme protein dan lemak yang
memahami pentingnya kepatuhan dalam menja- diikuti dengan komplikasi- komplikasi yang ber-
lani pengobatan. Selain itu orang-orang di sekitar sifat kronis (menahun), terutama yang menimpa
pasien dapat memberikan dukungan sosial den- struktur dan fungsi pembuluh darah (Pranadji,
gan cara mengingatkan jadwal minum obat dan dkk; 2006:3).
mengontrol menu makanan. Gejala khas diabetes berupa poliuria (ken-
Taylor (1991) dalam Smet (1994: 257) me- cing berlebihan), polidipsia (haus berlebihan), le-
nyebutkan bahwa variabel-variabel demografis mas, dan berat badan turun meskipun polifagia
juga digunakan untuk meramalkan ketidaktaa- (nafsu makan meningkat), hiperglikemia, dan
tan. Umur dan atau status perkembangan juga glukosuria. Gejala lain yang mungkin dikemuka-
merupakan faktor yang penting (La Greca, 1988 kan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur
dalam Smet 1994: 259). Contohnya anak-anak dan impotent pada pasien pria serta pruritus vulvae
kadang-kadang punya tingkat ketaatan yang le- pada pasien wanita.
bih tinggi dibandingkan dengan remaja, meski- Secara klinis, tanda-tanda pasti dari dia-
pun anak-anak itu mendapatkan informasi yang betes adalah adanya kenaikan kadar gula darah
kurang. Selain umur, tipe kepribadian, jenis kela- yang lebih dari normal. Pada individu yang nor-
min, ras dan lain-lain juga mempengaruhi perila- mal, kadar gula dalam keadaan puasa berkisar
ku ketaatan (Taylor, 1991 dalam Smet 1994: 257). antara 60-80 mg/dl dan setelah makan (postpra-
Pasien atau penderita yang mematuhi na- dial) berkisar antara 120-160 mg/dl. Seseorang
sehat-nasehat dalam pengobatan, biasanya dipen- (tidak sedang hamil) dapat dikatakan menderita
garuhi oleh faktor kognitif dan emosional yang diabetes apabila menunjukkan salah satu kriteria
diterapkan pada saat mereka sedang menerima berikut:
saran-saran dari dokter (Sarafino, 1990: 311). 1. adanya gejala-gejala klasik diabetes, seper-

3
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

ti poliuria (kencing berlebihan), polidipsia tan bernafas, ingin muntah kadang terjadi, lidah
(haus berlebihan), ketonuria, penurunan be- terasa kering, merasa jarang lapar tetapi biasa-
rat badan dengan cepat, dan disertai dengan nya haus, sakit perut mungkin terjadi. Jumlah
kenaikan gula darah. gula darah akan terdeteksi melalui urine. Hyperg-
2. kenaikan gula darah puasa >140 mg/dl, pada lycemia memerlukan interversi medis, mungkin
lebih dari satu kali pemeriksaan. perawatan rumah sakit. Diabetes diasosiasikan
3. gula darah puasa dari kriteria dua, tetapi ter- dengan pengentalan pada pembuluh arteri oleh
dapat kenaikan kadar gula darah pada peme- sampah-sampah atau kotoran dalam darah. Aki-
riksaan toleransi glukosa secara oral (lebih batnya pasien diabetes menunjukan tingkat yang
dari satu kali pemeriksaan). tinggi untuk terkena penyakit jantung koroner.
Diabetes juga menjadi penyebab utama kebutaan
C. Tipe-tipe Diabetes dan gagal ginjal pada orang dewasa. Selain itu,
Ada 2 tipe utama diabetes :Insulin-De- diabetes juga diasosiasikan dengan kerusakan
penden atau tipe I dan Non Insulin-Dependen sistem syaraf yang meliputi kehilangan rasa sakit
atau tipe II. Diabetes tipe I disebabkan karena dan sensasi lainnya. Pada beberapa kasus, am-
kekurangan insulin. Biasanya berkembang relatif putasi menjadi hal yang ekstrim misalnya pada
pada usia muda, lebih sering pada anak wanita jari kaki atau kaki. Penderita diabetes dianggap
dari pada anak laki-laki dan diperkirakan timbul mempunyai kesempatan hidup yang lebih pendek
antara usia 5 dan 6 atau 10 dan 13 tahun. Gejala- dari pada yang tidak menderita diabetes (Taylor,
gejala utama yang biasanya tampak antara lain, 1994: 526). Diabetes juga akan memperburuk
sering buang air kecil, merasa sangat haus, terla- fungsi-fungsi tubuh yang lain misalnya gangguan
lu banyak minum, kehilangan berat badan, letih makan dan sistem memori karena kerusakan sis-
dan leinah, cepat marah, muak, keinginan tak ter- tem syaraf terutama pada orang tua.
kontrol untuk makan, terutama yang manis-ma- Masalah Dalam Diri - Pengelolaan Dia-
nis, dan mudah pingsan. Gejala-gejala tersebut betes. Tujuan dilakukannya pengobatan diabetes
tergantung dari usaha tubuh untuk menemukan adalah untuk menjaga gula darah pada tingkat
sumber energi yang tepat yaitu lemak dan pro- normal. Faktor utama yang di perlukan adalah
tein. Diabetes ini bisa di manage dengan mem- kontrol diri, diet dan latihan atau olahraga yang
beri suntikan insulin. Sedangkan diabetes tipe II merupakan faktor gaya hidup. Membuat seseo-
biasanya terjadi setelah usia 40 tahun. Diabetes rang menjadi patuh bukan perkara mudah, kont-
ini disebabkan karena insulin tidak berfungsi rol makanan dan latihan dianggap sebagai kebia-
dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain: sering saan yang sangat sulit dilakukan secara teratur.
buang air kecil, letih atau lelah, mulut kering, Suatu studi menyebutkan bahwa pasien diabetes
impotent, menstruasi tidak teratur, sering terjadi dapat dilatih untuk mengetahui kadar glukosa se-
infeksi kulit, sariawan, sakit atau kram pada kaki hingga mereka dapat belajar untuk membedakan
dan jari, jika terluka atau teriris lama sembuhnya, kapan gula darah mereka butuh untuk diubah
gatal-gatal hebat, dan mengantuk. (Taylor, 1995).
Ketidaktaatan seseorang dalam menjalani
D. Dampak Diabetes cara hidup lebih mengarah pada faktor situasi-
Penderita diabetes dapat terserang 2 masa- onal seperti stres psikologis dan tekanan sosial
lah gula darah, yaitu hypoglycemia dan hyperglyce- dalam hal makan. Mengelola stres adalah salah
mia. Hypoglycemia adalah kadar gula darah yang satu metode yang mungkin dapat digunakan un-
sangat rendah, dihasilkan ketika terdapat insulin tuk mencapai tujuan tersebut. Dukungan sosial
yang terlalu banyak sehingga menyebabkan pe- juga dapat meningkatkan atau memperbaiki cara
nurunan gula darah. Reaksi ini biasanya terjadi hidup penderita diabetes, begitu juga sebaliknya.
tiba-tiba, kulit berubah menjadi pucat dan basah, Sarwono (2002: 33), mengemukakan
orang tersebut merasa gelisah, gugup, mudah ma- adanya hubungan antara faktor-faktor psikoso-
rah dan bingung. Nafas menjadi cepat dan dang- sial dan somatik pada penderita diabetes melli-
kal, lidah terasa basah, mati rasa dan geli, mudah tus. Kurangnya pengetahuan juga berhubungan
lapar serta sedikitnya gula yang terdapat pada dengan kepatuhan, tidak cukupnya informasi
urin. Jika reaksi ini sudah terjadi maka penderita tentang penggunaan glukosa, metabolisme ener-
diharuskan makan makanan yang mengandung gi dan kontrol metabolisme insulin pada kasus
gula. Hyperglycemia adalah kadar gula darah yang diabetes, dianggap berkaitan dengan kurangnya
sangat atau terlalu tinggi, reaksinya terjadi secara kepatuhan (Taylor, 1995: 530). Salah satu inter-
berangsur-angsur. Kulit kemerahan dan kering, vensi dapat digunakan dengan membentuk pro-
orang tersebut akan merasa ngantuk dan kesuli- gram pendidikan di rumah sakit untuk penderita

4
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

diabetes mengenai bagaimana perilaku menjaga getahui resikonya jika melanggar aturan pengo-
diri agar terhindar dari diabetes. Kurangnya kont- batan yang seharusnya dilakukan. Sedangkan
rol metabolisme membuat individu merasa san- dalam hal komunikasi dengan dokter yang me-
gat diancam oleh penyakitnya. Efikasi diri juga nangani, hanya subjek I (S) saja yang mengalami
dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting kesulitan dalam berkomunikasi dengan dokter
dari kepatuhan untuk cara hidup penderita dia- Sedangkan subjek II (R) tidak. Kedua subjek juga
betes. Seseorang yang mempercayai diri mereka sama-sama mempunyai keyakinan dan persepsi
sendiri untuk dapat mematuhi cara hidup pengo- yang salah terhadap penyakit yang dideritanya.
batan yang kompleks akan lebih mudah melaku- Sedangkan dalam hal dukungan dari keluarga,
kanya. kedua subjek sama-sama memperoleh dukungan
yang memang seharusnya diperoleh penderita
METODE diabetes dalam menjalani pengobatan. Berkaitan
dengan sikap terhadap sistem perawatan kese-
Pendekatan penelitian hatan, kedua subjek rnemiliki rasa percaya yang
berlebihan terhadap obat tradisional dan tidak
Penelitian menggunakan pendekatan pen- mau mengkonsumsi obat medis, bahkan subjek
elitian kualitatif dan jenis penelitian yang digu- II (R) juga mempunyai kepercayaan yang berle-
nakan adalah studi kasus. bihan terhadap tenaga kesehatan yang menanga-
ninya. Selain itu dalam segi karakteristik indivi-
Subjek dual, kedua subjek sama-sama mempunyai latar
belakang pendidikan yang sama (SMP), berusia
Subjek penelitian berjumlah 2 orang, di- diatas 50 tahun, dan sudah menderita diabetes
mana subjek tersebut adalah penderita diabetes selama lebih dari 3 tahun.
yang mempunyai perilaku ketidakpatuhan dalam Berkaitan dengan alasan yang menyebab-
menjalani pengobatan terutama dalam hal kont- kan munculnya perilaku ketidakpatuhan pende-
rol ke dokter dan kepercayaan yang berlebihan rita diabetes dalam menjalani pengobatan, kedua
terhadap obat tradisional. Selain itu, usia kedua subjek menunjukkan alasan yang sama yaitu
subjek yang sudah berada diatas 50 tahun dan adalah adanya kepercayaan berlebihan terhadap
latar belakang pendidikan (SMP). Selain dari obat tradisional, adanya rasa malas dan bosan
kedua subjek penelitian, informasi juga digali yang dirasakan oleh pasien. Selain itu komunika-
melalui keluarga subjek dan dokter. si yang kurang terjalin baik antara dokter dengan
pasien juga menyebabkan perilaku ketidakpatu-
Metode pengumpulan data han dalam menjalani pengobatan. Berdasarkan
hasil penelitian juga ditemukan bahwa penderita
Metode pengumpulan data yang digu- diabetes yang mempunyai kepribadian cende-
nakan adalah metode observasi dan wawancara. rung kurang percaya diri, takut menerima tan-
Metode pengumpulan data juga menggunakan tangan dan kenyataan, dan ketakutan terhadap
tes Psikologis yaitu tes DAM (Draw A Man). alat medis tertentu (jarum suntik) serta kondisi
Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana emosi yang tidak stabil akan lebih rentan mela-
tipe kepribadian subyek yang secara tidak lang- kukan perilaku ketidakpatuhan dalam menjalani
sung mempengaruhi perilakunya, terutama yang pengobatan.
berkaitan dengan perilaku ketidakpatuhan dalam
menjalani pengobatan. Analisis data menggu- Pembahasan
nakan analisis transkrip.
Hasil dari penelitian ini, diperoleh ada 7
HASIL DAN PEMBAHASAN faktor yang mempengaruhi ketidakpatuh anda-
lam menjalani pengobatan.
Hasil Adanya kesulitan komunikasi yang dirasakan
antara pasien dengan dokter (tenaga kesehatan),
Berdasarkan penelitian, diperoleh temuan- dokter merupakan sumber informasi bagi pasien
temuan penelitian yaitu berkaitan dengan fak- dalam menjalani pengobatan. Apabila komuni-
tor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan kasi tersebut tidak berjalan dengan baik maka
dalam menjalani pengobatan ditemukan bahwa akan mengakibatkan berbagai macam masalah
kedua subjek sama-sama mempunyai pemaha- bagi pasien dalam menjalani pengobatan. Keya-
man yang keliru mengenai penyakit diabetes dan kinan dan persepsi yang salah mengenai penyakit yang
pengobatannya, serta sama-sama kurang men- diderita, Persepsi yang salah dipengaruhi oleh

5
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

beberapa hal yaitu pasien merasa sangat yakin diri. Mengenai bentuk-bentuk ketidakpatuhan
bahwa dirinya sudah sembuh, pasien mempu- penderita diabetes dalam menjalani pengobatan
nyai ketakutan terhadap efek samping dari obat dapat dilihat dari lima hal yaitu jadwal kontrol
yang harus dikonsumsinya dalam jangka waktu ke dokter yang tidak teratur, aturan minum obat
lama dan masalah biaya juga ikut mempengaruhi yang sudah tidak lagi dilakukan atau tidak lagi
munculnya persepsi pasien yang salah terhadap mengkonsumsi obat dari dokter, melanggar pen-
penyakit yang dideritanya. Hal ini sesuai dengan gaturan pola makanan yang disarankan dokter,
teori Health Belief Model (HBM) yang menyatakan dan olahraga yang sudah tidak dilakukan secara
bahwa kepatuhan atau ketaatan sebagai fungsi teratur, serta pemeriksaan gula darah yang sudah
dari keyakinan- keyakinan tentang kesehatan, tidak lagi rutin dilakukan.
ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan, Alasan ketidakpatuhan penderita diabetes
pertimbangan mengenai hambatan atau kerugian dalam menjalani pengobatan di antaranya adalah
(biaya, waktu) dan keuntungan atau efektivitas adanya kepercayaan berlebihan terhadap obat
pengobatan (Smet, 1994: 256). tradisional, adanya rasa malas dan bosan yang
Dukungan keluarga dan orang- orang sekitar dirasakan oleh pasien. Komunikasi yang kurang
(significant others). DiMatteo & DiNicola (dalam terjalin baik antara dokter/tenaga kesehatan den-
Sarafino, 1990) yang mengatakan bahwa seca- gan penderita diabetes menyebabkan pasien tidak
ra umum, orang-orang yang menerima penghi- mendapatkan informasi yang cukup tentang pe-
buran, perhatian dan pertolongan yang mereka nyakit diabetes yang dideritanya. Dari hasil pen-
butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya elitian juga ditemukan bahwa penderita diabetes
cenderung lebih mudah mengikuti nasehat medis yang mempunyai kepribadian cenderung kurang
daripada pasien yang merasa kurang mendapat percaya diri, takut menerima tantangan dan ke-
dukungan sosial. Hal ini dapat terjadi berkaitan nyataan, dan ketakutan terhadap alat medis ter-
dengan kedudukan penderita dalam keluarga, tentu (jarum suntik) serta kondisi emosi yang ti-
penderita yang berkedudukkan sebagai seorang dak stabil akan lebih rentan melakukan perilaku
kepala keluarga biasanya dari pihak keluarga ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan.
akan mengalami kesulitan ketika harus mem-
bantah dan tidak menyetujui keputusan penderi- SIMPULAN
ta yang tidak sesuai dengan aturan pengobatan
yang seharusnya dijalankan. Berdasarkan uraian diatas dapat disim-
Sikap terhadap sistem perawatan kesehatan, pulkan bahwa ada 7 faktor yang mempengaruhi
kurang tepatnya pasien dalam memilih dokter ketidakpatuhan penderita diabetes dalam menja-
atau tenaga kesehatan yang menangani penyakit- lani pengobatan yaitu, adanya pemahaman yang
nya. Kepercayaan yang berlebihan terhadap dok- keliru mengenai penyakit diabetes, kurangnya
ter atau tenaga kesehatan tertentu, menyebabkan pengetahuan tentang resiko melanggar aturan
pasien kurang mendapatkan informasi yang tepat pengobatan, adanya kesulitan komunikasi yang
yang seharusnya dia diperoleh mengenai penya- dirasakan antara pasien dengan dokter/ tenaga
kit diabetes dan pengobatannya. Selain itu, sikap kesehatan, keyakinan dan persepsi yang salah
terlalu percaya terhadap obat-obatan tradisio- mengenai penyakit yang diderita, dukungan ke-
nal tertentu dan tidak percaya terhadap obatan- luarga dan orang-orang sekitar (significant others),
obatan medis juga ikut memunculkan perilaku sikap terhadap sistem perawatan kesehatan, dan
ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan. karakteristik individu.
Karakteristik individu yang dimiliki pasien/penderita, Berkaitan dengan bentuk-bentuk ketidak-
hal ini dapat dilihat dari kondisi demografis pasi- patuhan penderita diabetes dalam menjalani pen-
en, yaitu usia, pendidikan yang rendah, pengha- gobatan, dapat dilihat dari lima hal yaitu jadwal
silan yang pas-pasan kebiasaan tidak patuh dari kontrol ke dokter yang tidak teratur, aturan mi-
kecil dan sifat ngeyel yang dimiliki pasien. Kon- num obat yang sudah tidak lagi dilakukan, me-
disi demografis tersebut kemudian menyebabkan langgar pengaturan pola makanan yang disaran-
kurangnya pemahaman mengenai penyakit yang kan dokter, olahraga yang sudah tidak dilakukan
diderita, ditambah dengan adanya kesulitan bia- secara teratur, dan pemeriksaan gula darah yang
ya dan adanya kebiasaan tidak patuh sejak kecil sudah tidak rutin dilakukan.
memunculkan perilaku ketidakpatuhan dalam Hasil penelitian juga mengungkap alasan
menjalani pengobatan. ketidakpatuhan penderita diabetes dalam men-
Ketidakpatuhan dalam menjalani pen- jalani pengobatan di antaranya adalah adanya
gobatan juga dapat menimbulkan komplikasi, kepercayaan berlebihan terhadap obat tradisio-
merenggut nyawa dari penderita diabetes itu sen- nal, adanya rasa malas dan bosan yang dirasakan

6
Rini Ekawati / INTUISI 1 (1) (2009)

oleh pasien, dan komunikasi yang kurang terja- Poerwandari, E.Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif
lin baik antara dokter/tenaga kesehatan dengan dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3.
penderita diabetes. Selain itu, kepribadian pende- Pranadji, Diah K, Martianto Dwi H, Subandriyo Vera
rita yang cenderung kurang percaya diri, kurang U. 2006. Perencanaan Menu Untuk Penderita Dia-
betes. Jakarta: Penebar Swadaya.
dapat menerima kenyataan dan tantangan serta
Rahayu, Iin T dan Ardani, Tristiadi A. 2004. Observasi
kondisi emosi yang tidak stabil juga mempenga- dan Wawancara. Malang: Bayumedia Publish-
ruhi ketidakpatuhan penderita diabetes dalam ing.
menjalani pengobatan. Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
DAFTAR PUSTAKA Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychology: Biopsycho-
social Interaction. Canada: John Wiley & Sons,
Adam, Fabiola dan Adam, John MF. 2005. Toleransi Inc.
Glukosa Terganggu: Pengertian, Patogenesis, Sarwono, Sarlito W. 2002. Hubungan antara Faktor-fak-
dan Penatalaksanaan. Jurnal Kedokteran dan tor Psikososial dan Somatik pada Penderita Diabetes
Farmasi (Medika), 8, 0216-0910. Vol. XXXI. Ja- Mellitus. Jurnal Psikologi Sosial (IPS), 32, 0853-
karta: Medika. 3997. Jakarta.
Arisman. 2000. Pencegahan Diabetes Melitus (Laporan Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT
Kelompok Studi WHO). Jakarta: Hipokrates. Grasindo.
Elmi. 2000. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik Taylor, Shelley E. 1995. Health Psychology. Singapura:
pada Anak dengan Diabetes Melitus Tergan- Mc Graw-Hill. Inc.
tung Insulin. Jurnal Kedokteran dan Farmasi www.kompas.com. 2006. Mengapa Kita Harus
(Medika), 8, 0216-0910. Vol. XXVI. Jakarta: Peduli Diabetes ?
Medika.
Moleong, Lexy.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
P Goede, P Vedel, N Larsen, GVH Jensen, H Parving,
O Pedersen. 2004. Intervensi Multifaktoral dan
Penyakit Kardiovaskular pada Pasien Diabetes
Tipe 2. Jurnal Kedokteran dan Farmasi (Medika),
4, 0216-0910. Vol. XXX. Jakarta: Medika.

Вам также может понравиться