Вы находитесь на странице: 1из 14

Permainan Lari Balok

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

PERMAINAN LARI BALOK TERHADAP KEMAMPUAN GERAK DASAR


LOKOMOTOR ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

Oleh:
DEFI SUGIARTANTI
NIM: 11010044203

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2015

1
Permainan Lari Balok

Permainan Lari Balok Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor Anak Tunagrahita Sedang

Defi Sugiartanti dan Siti Masitoh


(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) defisugiartanti@yahoo.com

Abstract
The basic move of locomotors was one of the movement domains which were often done by human. The experts
defined the basic move of locomotors as the movements which caused the body move or wander to a number of places.
Mid mentally retardation children were those who actually had disorder and retardation of mental development
under average. For example, nine years old children, if their MA was six years it meant that their intelligence
developments were almost same with the normal children of their own age. This condition influenced the aspect of the
movement ability to the children, especially their basic move of locomotors. Therefore, it required a game media which
could optimize the weakness using running bar game.
The approach used in this research was quantitative. The kind of research used was pre experiment with one
group pre-test post test design while the subjects were six students. The data collection methods were observation and
test. The observation method was used to obtain the data about the student’s basic move of locomotors ability using
running bar game while the test method was used to obtain the quantitative data about the students’ basic move of
locomotors ability using running bar game. The time used in this research was eight times meeting i.e. once pre test, six
times treatments, and once post test.
The pre test result was 53,41 and the post test result was 77,91. The data obtained was then analyzed by analysis
technique of statistic non parametric, sign test. Because Zh value was greater than Z table value it could be concluded
that “there was significant influence of running bar game toward the basic move of locomotors ability to mid mentally
retardation children” (Zh = 2,05 > Z table = 1,96, α = 5% so Ho was refused and Ha was accepted).

Keywords: Running bar, basic move of locomotors.


Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk
PENDAHULUAN menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual
Pendidikan berperan penting dalam dibawah rata-rata (Soemantri, 2006 : 103). Istilah lain
meningkatkan sumber daya manusia yang mendukung yang digunakan untuk siswa (anak) tunagrahita dengan
kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan adalah salah sebutan hendaya perkembangan. Diambil dari kata
satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang Children with develop mental impairment. Kata
dinamis dan sarat dengan perkembangan atau perubahan impairment diartikan sebagai hendaya atau penurunan
budaya kehidupan. Hal ini sesuai pada Undang-Undang kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional kekuatan, nilai, kualitas dan kuantitas (American Heritage
dalam pasal 5 ayat 2 menjelaskan: “bahwa semua warga Dictionary, 1982 : 644 ; Maslim.R. 2000 : 119 dalam
Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, Delphie : 2006 : 113).
mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh Yang dimaksud di bawah rata-rata adalah jika
pendidikan khusus”. Hal ini memberikan arti bahwa anak perkembangan umur kecerdasan (Mental Age/MA)
berkebutuhan khusus juga berhak untuk menerima dibawah pertumbuhan usianya (Chronological Age/CA).
layanan pendidikan (education for all) dengan sebaik- CA adalah umur kelahiran yaitu usia yang dihitung sejak
baiknya tanpa adanya diskriminasi. anak lahir. MA adalah perkembangan kecerdasan dalam
Konsep (education for all) yang diterapkan hal rata-rata penampilan anak pada usia tertentu.
oleh UNESCO ini memerlukan dukungan kuat dari Misalnya anak berusia (CA) sembilan tahun jika MA-nya
semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan. Tanpa enam tahun berarti perkembangan kecerdasannya kurang
partisipasi aktif dari semua pihak tentunya akan sulit lebih sama dengan anak rata-rata (normal) yang berusia
mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Kegiatan enam tahun.
ini harus mendapat perhatian sangat serius, mengingat Disamping mengalami kecerdasan di bawah
penanganan pendidikan yang tidak didasarkan pada rata-rata, anak juga mengalami hambatan dalam
konsep education for all akan bisa memunculkan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Anak kurang
diskriminasi yang sangat luas dampaknya. Adapun salah cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit
satu anak berkebutuhan khusus yang berhak mendapatkan dan berbelit-belit. Anak mengalami kesulitan dalam
layanan pendidikan luar biasa yaitu anak tunagrahita mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan
sedang. simbol-simbol, berhitung dan pelajaran yag bersifat
teoritis.

2
Permainan Lari Balok

Program pendidikan untuk anak dengan Lutan (2001:21) menyatakan bahwa


gangguan intelektual/retardasi mental disusun sedemikian “kemampuan gerak dasar lokomotor dapat diterapkan
rupa yang mencakup aspek membaca, menulis, berhitung, dalam aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani
pengetahuan tentang alam dan masyarakat sekitar. Anak
yang dilakukan sehari-hari”. Gerak dasar dibagi menjadi
dididik dan dilatih untuk dapat bertanggung jawab pada
dirinya sendiri agar anak siap dalam menjalani kehidupan tiga jenis, yaitu stabilitas atau non-lokomotor, lokomotor,
di tengah-tengah masyarakat. dan manipulative (Gallahue, 1978 : 70).
Bila dikaitkan dengan proses pembelajaran di Gerak dasar stabilitas atau non-lokomotor
sekolah maka anak tunagrahita sedang mengalami adalah kemampuan untuk mempertahankan suatu
keterlambatan pada kemampuan gerak dasarnya dalam keadaan dalam keadaan statis, atau seimbang walaupun
mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan dalam posisi yang tidak sesuai. Posisi stabil merupakan
kesehatan (PENJASKES). Adapun keterampilan gerak
dasar gerak yang berkenaan dengan kemampuan untuk
dasar yang harus dilakukan anak tunagrahita sedang
dalam mata pelajaran penjaskes yaitu melakukan mempertahankan suatu keseimbangan dalam
kombinasi gerak dasar melalui permainan. hubungannya dengan kekuatan dan daya tarik bumi.
Keterampilan gerak dasar dalam pendidikan Kestabilan merupakan dasar gerak yang paling mendasar
jasmani menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000 : untuk melakukan gerakan dan aktifitas fisik.
73) ruang lingkup pendidikan jasmani salah satunya
adalah pembentukan gerak, yang meliputi keinginan Posisi stabil atau statis adalah suatu posisi yang
untuk bergerak, menghayati ruang, waktu dan bentuk mana tubuh dibuat untuk tidak bergerak atau diam. Posisi
termasuk mengenal kemungkinan gerak diri sendiri, stabil yang dibutuhkan sebagai dasar gerak diantaranya
memiliki keyakinan gerak dan perasaan sikap (kinestetik) adalah : duduk, berdiri, meregang, memutar, mendarat,
dan memperkaya kemampuan gerak. menghindar, dan beberapa bentuk posisi diam. Posisi ini
Permainan merupakan suatu sarana bagi anak dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu posisi
dalam menjalankan suatu kegiatan sehari-hari, pada bertumpu, menggantung, dan keseimbangan.
umumnya anak yang sehat tidak mau diam, maka mereka Gerak dasar lokomotor adalah gerak dasar
akan bergerak dan bermain, baik sendirian maupun yang ditandai dengan adanya perubahan posisi tubuh
dengan temannya. Apabila dia bermain sendirian dia akan dari suatu titik ke titih yang lain, atau gerakan
bergerak dan menganggap benda atau objek lain sebagai
teman bermainnya. Demikian juga apabila ada temannya, berpindah dari posisi tertentu ke arah tertentu.
mereka akan membuat permainan sesuai dengan Pengelompokan gerak lokomotor dilakukan secara
dunianya. bersamaan antara keseimbangan dengan pergerakan.
Pada dasarnya komponen gerak permainan tidak Gerak lokomotor dibedakan menjadi empat
terbatas pada permainan kecil saja, tetapi komponen bagian, yaitu gerak lokomotor pada kedua kaki
permainan merupakan dasar dari seluruh aktifitas fisik, (berjalan, berlari, melompat, gerakan-gerakan tari,
khususnya gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam
dalam sebuah permainan biasanya variasi gerakannya
permainan, baik itu permainan kecil maupun olahraga
permainan resmi yang sifatnya prestasi sekalipun. dapat dilakukan dengan mengubah arah, jalur, atau
Adapun menurut Amung Ma’mun dan Yudha tumpuan tertentu), gerak lokomotor dalam posisi
M. Saputra (2000 : 20)“ kemampuam gerak dasar bertumpu (gerakan bermain meniru binatang),
merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna gerakan lokomotor dalam posisi menggantung (naik
meningkatkan kualitas hidup“. Gerak dasar tidak tambang, menggantung pada palang berjalan pada
diwariskan dari alam melainkan harus dipelajari. Untuk palang dengan kedua tangan), gerak lokomotor
anak normal bisa dipelajari melalui pengamatan, tetapi
dengan menggunakan pola gerak dominan yang lain
tidak untuk anak tunagrahita sedang, dengan adanya
pembelajaran gerak dasar sebagai pelajaran khusus (mengguling ke depan, mengguling ke belakang,
dengan cara dilatih, diulang-ulang dan dipraktekkan kodok melompat, lompat harimau).
secara terus menerus. Gerak dasar manipulatif merupakan gerakan
Dalam kurikulum yang digunakan di SLB-C yang berkaitan dengan pemberian tenaga pada objek
KTSP 2006 pada mata pelajaran penjaskes ruang lingkup dan menarik tenaga dari suatu objek dengan
pembelajaran penjaskes SDLB-C dengan pokok menggunakan tangan atau kaki. Misalnya melempar
pembahasan permainan dan olahraga yang harus dikuasai
yaitu anak dapat melakukan kombinasi berbagai pola bola, menangkap bola. dan memukul. Dengan adanya
gerak membungkuk dan menekuk lutut dalam permainan pembagian pola dasar gerak tersebut maka ketiga
sederhana, serta aturan dan kerjasama. pola dasar gerak tersebut telah mencakup seluruh
Berdasakan observasi yang dilakukan pada anak komponen gerak dasar yang ada dalam pelajaran
tunagrahita sedang diketahui bahwa anak memiliki PENJASKES. Hal itu menjadi pola dasar dari
hambatan dalam keterampilan gerak dasar seperti ketika seluruh bentuk gerak permainan.
membungkuk dan menekuk lutut.
Lari balok merupakan cabang permainan atau
olahraga tradisional yang peraturan permainannya telah

3
Permainan Lari Balok

disusun secara nasional, dapat dimainkan secara beregu atau keuntungan material. Ciri inilah yang membedakan
atau perorangan dan dimainkan diatas lapangan antara bermain dan berkerja. Namun bersamaan dengan
berukuran panjang minimum 15 m, lebar 7,5 m dibagi ciri itu bermain menyerap ikhtiar yang sungguh-sungguh
enam garis lintasan masing-masing 1,5 m. balok tersebut dari permainannya disertai dengan ketegangan dan
terbuat dari bahan kayu dengan ukuran panjang 23 cm, kesukaan untuk mencapai tujuan berada dalam kegiatan
lebar 9 cm, tinggi/tebal 4 cm, berat balok sekitar 50-100 itu sendiri dan tidak berkaitan dengan perolehan material.
gram. Permainan yang dilakukan dengan cara lari diatas Menyertai semua ciri tersebut, bermain mendorong
lintasan dua balok dari empat balok yang tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan kelompok sosial karena
masing-masing peserta. dilakukan bukan hanya sendiri, tetapi juga dilakukan
Lari balok adalah permainan tradisional yang dalam suasana kelompok.
sering dilombakan pada perayaan kemerdekaan Republik Dengan demikian peneliti tertarik untuk
Indonesia. Bentuk permainan berupa adu kecepatan melakukan penelitian tentang pengaruh permainan lari
menempuh suatu jarak tertentu diatas empat buah balok balok terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor anak
kecil yang menyerupai batu bata, yang mana setiap habis tunagrahita di SLB/C Dharma Wanita Lebo Kaupaten
melangkah pemain harus memindahkan balok yang Sidoarjo.
berada dibelakangnya ke depan sebagai tempat berpijak
dan begitu selanjutnya. Olahraga tradisional ini memiliki METODE
karakter yang menyenangkan serta mendidik, karena
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
pelaku permainan menggunakan seluruh tubuhnya untuk
bergerak dan setiap gerakannya itu membutuhkan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre
kelincahan, kekuatan dan ketepatan berpikir dalam eksperimen. Penelitian ini digunakan untuk melihat
membuat strategi. seberapa besar pengaruh permainan lari balok terhadap
Permainan merupakan alat untuk mempelajari gerak dasar lokomotor pada anak tunagrahita sedang
fungsi hidup sebagai persiapan untuk menghadapi sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
kehidupan yang sebenarnya. Menurut Carl Bucher dalam Pada penelitian ini menggunakan desain “One
Herman Subarjah (2007: 1.3) mengemukakan bahwa Group Pretest–Posttest Design” yaitu sebuah eksperimen
“Permainan telah lama dikenal oleh anak-anak dan orang yang dilaksanakan pada suatu kelompok tanpa
tua, laki-laki maupun perempuan, mampu menggerakkan menggunakan kelompok kontrol atau pembanding
untuk berlatih, bergembira dan rileksasi“. Permainan (Suryabrata, 2002 : 14).
merupakan salah satu komponen utama dalam setiap Penelitian ini menggunakan rancangan melalui
program pendidikan jasmani, oleh karena itu setiap guru tes sebelum pemberian perlakuan (O1) dan sesudah
pendidikan jasmani harus mengenal secara mendalam pemberian perlakuan (O2), sehingga terdapat
tentang seluk beluk permainan. perbandingan antara O1 dan O2 untuk mengetahui
Salah satu pakar pendidikan yaitu Johan efektifitas perlakuan X.
Huizinga dalam bukunya (Homo Ludens, 1983) Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
mengemukakan bahwa pada hakikatnya bermain Pre test Perlakuan (treatment) Post test
memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut : Bermain O1 X O2
merupakan kegiatan yang dilakukan secara bebas dan O2
sukarela, namun kebebasan ini tidak berlaku bagi anak- (Diadaptasi dari Arifin, 2009:130)
anak, mereka bermain dan harus bermain karena Gambar 3.1 rancangan penelitian pre test-post test
dorongan naluri. Bermain sangat berguna untuk
merangsang perkembangan fisik dan mental anak. Karena Keterangan:
dilakukan tanpa paksaan maka bermain dilakukan pada O1 = Pre test
waktu senggang, Bermain berbeda dengan kehidupan Pre test dilakukan untuk mengetahui
sehari-hari, terutama dalam tempat dan waktu bermain
kemampuan anak sebelum diberikan perlakuan. Tes
selalu bermula dan berakhir dan dilakukan ditempat
tertentu, ada arena atau bahkan pekarangan yang lebih dilakukan satu kali untuk mengetahui kemampuan gerak
luas tempat pelaksanaannya. Bermain memerlukan dasar lokomotor anak sebelum menggunakan permainan
peraturan, tanpa poeraturan dunia permainan akan lari balok. Tes yang digunakan yaitu tes perbuatan.
lumpuh. X = Perlakuan
Oleh karena itu bermain memerlukan adanya Subjek diberikan perlakuan melalui permainan
keteraturan. Penyimpangan dalam peraturan permainan lari balok untuk melatih kemampuan gerak dasar
berarti menghancurkan permainan itu sendiri. Unsur
ketegangan merupakan bagian yang penting dari lokomotornya.
permainan. Ketegangan berarti ketidak pastian dan O2 = Post test
pemanfaatan kesempatan. Dengan demikian ketegangan Post test dilakukan untuk mengetahui
dan pemecahan masalah merupakan salah satu daya tarik kemampuan gerak dasar lokomotor anak setelah
dari sebuah permainan. diberikan perlakuan. Tes dilakukan satu kali untuk
Bermain merupakan kegiatan yang memiliki mengetahui kemampuan gerak dasar lokomotor anak
tujuan. Tujuan itu terdapat pada permainan itu sendiri,
tujuan dari kegiatan itu tidak berkaitan dengan perolehan

4
Permainan Lari Balok

setelah menggunakan permainan lari balok. Tes yang 5. MH L


digunakan yaitu tes perbuatan.
6. FY L
Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
dan sesudah perlakuan untuk mengetahui kemampuan
gerak dasar lokomotor anak tunagrahita sedang, yang Mempertimbangkan sampel yang digunakan
akan dilaksanakan di SLB/C Dharma Wanita Lebo dalam penelitian ini hanya berjumlah enam anak sehingga
Kabupaten Sidoarjo. Dan enam kali pertemuan untuk tidak dapat ditarik sebagai sampel dan tidak dapat
memberikan perlakuan terhadap subjek. Setelah digeneralisasikan. Dalam penelitian ini data yang berhasil
perlakuan selesai, diberikan tes perbuatan sesuai dengan dihimpun di analisis menggunakan analisis statistik
materi yang diajarkan pada pertemuan-pertemuan inferensial non parametric dengan menggunakan uji
sebelumnya untuk mengetahui perkembangan tanda. Karena dalam hal ini peneliti ingin
kemampuan gerak dasar lokomotor anak tunagrahita membandingkan kemampuan gerak dasar pada anak
sedang. sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SLB/C Adapun Rumus Uji Tanda adalah sebagai
Dharma wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo. Alasan yang berikut :
mendasari pemilihan lokasi ini yaitu sampel yang diambil
jumlah dan karakteristiknya sesuai. Karakteristik yang
dimaksud adalah anak tunagrahita sedang yang
mengalami hambatan dalam kemampuan gerak dasar
lokomotornya. Sehingga dalam mata pelajaran
Z H =
X-µ
ó
F
F
PENJASKES hasil yang diperoleh kurang memuaskan.
Gambar 3.2. Rumus Uji Tanda
C. Subjek Penelitian ZH : Nilai hasil pengujian statistic sign test
Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah X : Hasil pengamatan langsung yakni jumlah tanda (+)
keseluruhan subjek penelitian. Karena keterbatasan – p(0,5)
peneliti maka sesuatu yang seharusnya diteliti dibutuhkan P : Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) atau (-)
sampel. Sampel adalah sesuatu yang benar-benar diteliti -0,5 karena nilai krisis 5 %
atau dikenai perlakuan (Wahyudi, 2009:17). µ : Mean (nilai rata-rata) – np
Teknik pengambilan sampel yang digunakan n : Jumlah sampel
adalah non random sampling atau pengambilan sampel ó : Standard defisiasi - √ n xp xq
yang bersifat tidak acak dengan jenis purposive sampling. Q : I– p – 0,5
Dalam hal ini, sampel yang diambil sesuai dengan
masalah yang diteliti yaitu siswa tunagrahita yang (Saleh, 1996 : 4-5)
memiliki hambatan dalam gerak dasar lokomotornya.
Penentuan sampel ditentukan pada pertimbangan tertentu,
Langkah-langkah Analisis Data :
yaitu didasarkan pada ciri-ciri, sifat, atau karakteristik
1. Menetapkan perubahan tanda (+) atau (-)
tertentu (Sugiyono, 2010:124). Dengan rincian sampel
dari hasil pre tes dan post test
penelitian sebagai berikut :
2. Menghitung X yang diperoleh dari
banyaknya tanda (+) dikurangi
Tabel 3.1
p/probabilitas (0,5)
Identitas Subjek Penelitian
3. Menghitung mean (μ), rumus = n.p,
dengan n= banyaknya sampel yaitu 6 dan
No Inisial P/L
p= probabilitas yaitu 0,5
4. Menghitung standar deviasi (σ), rumus =
1. RF L
dengan n= banyaknya sampel
2. AM P yaitu 6, p= probabilitas yaitu 0,5, dan q=
1-p = 1 - 0,5 = 0,5
3. PR L 5. Memasukkan semua hasil yang telah di
hitung ke dalam rumus Zh =
4. YF p

5
Permainan Lari Balok

D. Variabel dan Definisi Operasional dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah
1. Variabel penelitian anak anak tunagrahita sedang yang berjumlah
Menurut Sugiyono (2010: 60), variabel enam anak dengan usia 10-12 tahun. Dari 6
penelitian pada dasarnya adalah”segala sesuatu yang ATG tersebut semuanya sudah mengerti
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk perintah dengan bagus. Beberapa dari mereka
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal memiliki interaksi sosial yang bagus juga.
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dengan
demikian variabel penelitian merupakan objek penelitian. E. Instrument Penelitian
Kegiatan ini menggunakan dua variabel , yaitu : Menurut Arikunto, Suharsimi (2000),
instrument pengumpulan data merupakan alat bantu yang
a. Variabel bebas (Independent variable) digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan
Dalam penelitian ini yang menjadi data tersebut agar menjadi mudah dan sistematis.
Variabel bebas adalah permainan lari balok Sehingga lebih mudah untuk diolah. Oleh karena itu
dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:
b. Variabel terikat (Dependent variable) 1) Instrument penelitian membungkuk.
Sedangkan variabel terikat dalam 2) Instrument penilaian menekuk lutut (jongkok).
penelitian ini adalah kemampuan gerak 3) Instrument penelitian pre test dan post test.
dasar lokomotor anak tunagrahita sedang.
F. Teknik Pengumpulan Data
2. Definisi Operasional Pengumpulan data pada dasarnya
a. Permainan Lari Balok merupakan suatu kegiatan operasional agar
Lari balok adalah permainan tradisional tindakannya masuk dalam pengertian penelitian yang
yang sering dilombakan pada perayaan sebenarnya. Untuk mendapatkan data yang sesuai
kemerdekaan Republik Indonesia. Bentuk dengan variabel penelitian dibutuhkan suatu teknik
permainan berupa adu kecepatan menempuh pengumpulan data yang tepat dan valid. Dalam
suatu jarak tertentu diatas empat buah balok penelitian ini teknik pengumpulan data yang
kecil yang menyerupai batu bata, yang mana digunakan adalah :
setiap habis melangkah pemain harus 1. Metode Observasi
memindahkan balok yang berada dibelakangnya Observasi merupakan teknik pengumpulan
ke depan sebagai tempat berpijak dan begitu data dimana peneliti melakukan pengamatan secara
selanjutnya. Permainan ini dituntut kelincahan, langsung ke objek peneliti untuk melihat dari dekat
keseimbangan, kecepatan dan koordinasi gerak kegiatan yang dilakukan. (Riduwan, 2004:104)
yang baik atau konsentrasi. Teknik observasi sering kali diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
b. Kemampuan gerak dasar lokomotor terhadap gejalah yang tampak pada subyek
Gerak dasar lokomotor adalah salah penelitian. Pada dasarnya teknik observasi
satu domain dari gerak dasar fundamental digunakan melihat dan mengamati perubahan
(fundamental basic movement). Para ahli fenomena-fenomena sosial yang tumbuh dan
mendefinisikan gerak dasar lokomotor sebagai berkembang, yang kemudian dapat dilakukan
gerakan–gerakan yang menyebabkan tubuh perubahan atas penilaian tersebut, bagi pelaksana
berpindah tempat atau mengembara dalam observaser untuk melihat moment tertentu sehingga
berbagai ruang. Keterampilan gerak dasar mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan
lokomotor dirasa perlu dimengerti dan dilatih yang tidak diperlukan. (Margono , 2007:159)
untuk anak tunagrahita sedang karena gerak Pemilihan metode observasi dalam
dasar merupakan gerak fundamental yang penelitian ini karena metode ini digunakan sebagai
dimiliki oleh setiap anak. Gerak dasar dibagi metode pendukung dalam memperoleh informasi
menjadi 3 jenis, yaitu stabilitas atau non- atau data tentang pengaruh perminan lari balok
lokomotor, lokomotor, dan manipulative terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor anak
(Gallahue, 1978). tunagrahita sedang sehingga akan diperoleh hasil
yang diharapkan.
c. Anak Tunagrahita Sedang 2. Metode Tes
Anak tunagrahita sedang di SLB/C Metode tes merupakan suatu metode
Dharma Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo yang psikologis untuk memperoleh informasi tentang

6
Permainan Lari Balok

berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan


batin seseorang, dengan menghasilkan suatu
deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti.
Dalam penelitian ini dengan diberikannya
tes, di dapatkan data tentang penerapan permainan
lari balok terhadap gerak dasar lokomotor anak Adapun kriteria penilaiannya antara lain:
tunagrahita sedang sebelum dan setelah perlakuan. Nilai A = 80-100, siswa dapat bermain permainan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua tes, lari balok dengan benar.
yaitu sebelum diberikan perlakuan atau yang disebut Nilai B = 66-79, siswa terlibat secara aktif dalam
permainan.
pre test. Pre test dalam penelitian ini yaitu
mengetahui kemampuan gerak dasar lokomotor Nilai C = 56-65, siswa dapat bermain dengan
sebelum diberikan perlakuan. bantuan.
Dan sesudah diberikan perlakuan disebut Nilai D = 46-55, siswa hanya aktif jika bermainan
post test, yaitu untuk mengetahui kemampuan gerak dilakukan dengan bantuan guru, tidak dapat
penyelesaian permainan secara individu
dasar lokomotor setelah diberikannya perlakuan. Tes
Nilai E = 1-45, siswa tidak terlibat secara aktif dalam
yang digunakan pada penelitian ini berupa tes
perbuatan. Materi pre test dan post test adalah permainan sama sekali.
melakukan gerakan menekuk lutut (jongkok) dan
membungkuk. (instrument terlampir). Rumusan Penilain:

G. Teknik Analitis Data


Kegiatan penelitian ini menggunakan
metode uji tanda yang ada dalam metode statistika Tabel 3.3
non-parametrik. Sudjana (2005: 446) Kisi-kisi pedoman observasi
mengemukakan bahwa, metode uji tanda Predikat
merupakan metode yang digunakan untuk No. Variabel Aspek Indikator
membandingkan pengaruh hasil. Perbandingan Bs Bdb Tb
pengaruh hasil perlakuan dalam penelitian ini
adalah dengan membandingkan hasil penelitian1.pre Lari a. Dapat
balok melakukan
test dan post test yang telah dilakukan terhadap
anak tunagrahita sedang yang diteliti. pemanasan
Menurut pendapat diatas dapat sebelum
disimpulkan bahwa teknik analisis data pada kegiatan
penelitian kuantitatif dilakukan melalui perolehan dimulai.
data uji tanda yang membandingkan antara pre test b. Dapat
dan post test untuk menjawab rumusan masalah atau membungkuk
mengiji hipotesis yang telah dirumuskan. kan badan.
1. Analisis data hasil observasi
c. Dapat
Analisis data hasil pengamatan
menekuk
terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor
lutut
anak tunagrahita sedang dengan menggunakan
(jongkok) .
permainan lari balok disajikan dalam bentuk
skala 1 – 4. Analisis data yang dilakukan dengan
menafsirkan nilai angka tersebut dalam kalimat
yang bersifat kualitatif pada penilaian aktivitas
siswa dalam pembelajaran olahraga dengan
menggunakan permainan lari balok. Adapun Keterangan :
aspek aktivitas siswa yang akan dinilai antara Bs : Bisa, artinya subyek dapat mengerjakan dengan
lain: perhatian siswa terhadap materi yang tanpa bantuan dan hasilnya sesuai dengan
disampaikan guru, kecakapan dalam kriteria.
berkomunikasi, kelincahan dalam bermain, Bdb :Bisa dengan bantuan artinya subyek dapat
mengerjakan dengan bantuan dan hasilnya
kemandirian dalam menyelesaikan permainan,
sesuai dengan kriteria.
penguasaan materi yang disampaikan guru.

7
Permainan Lari Balok

Tb : Tidak bisa artinya subyek tidak dapat Nilai B = 66-79, siswa terlibat secara aktif dalam
mengerjakan walaupun dengan bantuan dan permainan.
hasilnya tidak sesuai kriteria. Nilai C = 56-65, siswa dapat bermain dengan
bantuan.
H. Interpretasi hasil analisis data
Nilai D = 46-55, siswa hanya aktif jika bermainan
1. Jika Z hitung (Zht) Z tabel (Zt) maka Ho
dilakukan dengan bantuan guru, tidak dapat
diterima, berarti tidak ada pengaruh signifikan penyelesaian permainan secara individu
permainan lari balok terhadap gerak dasar anak Nilai E = 1-45, siswa tidak terlibat secara aktif dalam
tunagrahita sedang. permainan sama sekali.
2. Jika Z hitung (Zht) ≥ Z tabel(Zt) maka Ho NA = Skor yang diperoleh x 100
ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan Skor maksimum
permainan lari balok terhadap gerak dasar anak
tunagrahita sedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Penyajian Data Tabel 4.2
Data Hasil Pelaksanaan intervensi / treatment
Dari perolehan hasil pre test 1 kali, post test 1 kemampuan gerak dasar lokomotor anak tunagrahita
kali dan treatment 6 kali maka diperoleh data dalam sedang di SLB/C Dharma Wanita Lebo Kabupaten
tabel sebagai berikut: Sidoarjo
Tabel 4.1
Data hasil pre test kemampuan gerak dasar lokomotor
anak tunagrahita sedang di SLB/C Dharma Wanita Lebo Tabel 4.4
Kabupaten Sidoarjo. Tabel rekapitulasi hasil pre test dan post test
permainan lari balok terhadap gerak dasar
No Nama Pre test Jumlah Rata-rata lokomotor anak tunagrahita sedang di SLB/C
Anak Dharma Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo
Membu Menekuk
ngkuk No Nama Nilai Pre Nilai Post
Siswa Test Test
1. RF 49 68 117 58.5
1. 1. RF 58.5
2. AM 40 42 82 41
2. 2. AM 41
3. PR 51 56 107 53.5
3. 3. PR 53.5
4. YF 53 58 111 55.5
4. 4. YF 55.5
5. MH 52 57 109 54.5
5. 5. MH 54.5
6. FY 53 62 115 57.5
6. 6. FY 57.5

Rata-rata 41,67 73,34


Catatan :
Nilai A = 80-100, siswa dapat bermain permainan
lari balok dengan benar.

8
Permainan Lari Balok

Rekapitulasi dimaksudkan untuk


mengetahui perbandingan tingkat
kemampuan gerak dasar lokomotor anak
sebelum diberikan perlakuan dan sesudah
diberikan perlakuan. Tingkat kemampuan
No Nama Nilai pada treatment
gerak dasar lokomotor anak tersebut dapat
Membungkuk Menekuk lutut diketahui pada saat anak diberikan
permainan lari balok. Sehingga dapat
I II III IV V VI I II III IV VI
diketahui ada pengaruh atau tidak ada
1. RF 70 80 70 80 70 80 60 70 70 70 80 pengaruh permainan lari balok terhadap
kemampuan gerak dasar lokomotor anak
2. AM 60 70 80 70 80 80 70 60 80 70 80
tunagrahita sedang di SLB/C Dharma
3. PR 50 60 50 60 70 60 60 60 50 60 60 Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo.

4. YF 80 70 90 80 80 90 80 70 90 80 90 2.
Analisis Data Hasil Tes
Data yang diperoleh kemudian
5. MH 70 80 80 90 80 90 60 80 80 90 90 dianalisis menggunakan statistic non
6. FY 50 60 50 50 60 50 70 60 50 50 50 parametrik dengan menggunakan sign test.
a. Tabel perubahan bentuk gerak
Rata-rata 63 70 70 71 73 75 66 66 70 70 75 dasar lokomotor anak
,3 ,6 ,3 ,6 ,6 tunagrahita sedang.
3 7 3 6 6

Tabel 4.5
Tabel 4.3
Perubahan nilai pre test dan post test
Data hasil post test gerak dasar lokomotor anak
gerak dasar lokomotor anak tunagrahita
tunagrahita sedang di SLB/C Dharma Wanita Lebo
sedang,
Kabupaten Sidoarjo

No Nama Post test Jumlah Rata-


Anak rata
a. Tabel rekapitulasi hasil pre test dan post test Membu Mene
ngkuk kuk

1. RF 75 85 160 80

2. AM 70 85 155 77,5

3. PR 65 70 135 67,5

4. YF 80 90 170 85

5. MH 80 90 170 85

6. FY 70 75 145 72,5

9
Permainan Lari Balok

No Subyek Pre test Post test Perubahan =


= 1,22
1. RF 58.5 80 +

2. AM 41 77,5 +
3) Zh =
3. PR 53.5 67,5 +
=
4. YF 55.5 85 +
Zh = 2,05
5. MH 54.5 85 +

6. FY 57.5 72,5 + 3. Pengujian hipotesis


Pengujian hipotesis dua sisi
Jumlah 320,5 : 6 = 467,5 : 6 = X=6
1) Tes Statistik
53,41 77,91
Zh =
b. Perhitungan statistik dengan
menggunakan rumus sign test Zh =
Data hasil penelitian yang berupa
nilai pre test dan post test yang telah Zh = 2,05
dimasukkan ke dalam tabel kerja 2)
perubahan diatas, kemudian dianalisis dilakukan dengan dua sisi)
45
menggunakan rumus uji tanda (sign
test) ZH. Perhitungan statistik dengan Ho diterima bila -1,96≤ ZH ≤ +1,96
menggunakan rumus uji tanda (sign
Ho ditolak bila ZH > +1,96 atau ZH < -
test). Adapun pengolahan data sebagai
1,96
berikut:
Suatu kenyataan bahwa nilai Z yang
diperoleh dalam hitungan adalah 2,05
ZH lebih besar pada nilai kritis 2.5%
=
1) Mencari X 3) Dari data diatas diperoleh:
Dari hasil pengamatan dan dari
hasil perhitungan diperoleh
perubahan tanda (+) -6, maka
besar X adalah:
Ho ditolak Ho diterima

44 (+) – p
X = Jumlah tanda plus
Ho diterima
= 6 – 0,5
= 5,5
Jadi, besarnya x terletak pada X= 5,5
-1,96 1,96 2,05
Gambar 4.1
1) Mean (µ) = n . p Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis
= 6 . 0,5
=3

Kesimpulan:
2) =
Ho ditolak dan Ha diterima karena
=
ZH > + 1,96. Berarti ada pengaruh yang

10
Permainan Lari Balok

signifikan dari permainan lari balok balok tersebut terbuat dari bahan kayu dengan
terhadap gerak dasar lokomotor anak ukuran panjang 23 cm, lebar 9 cm, tinggi/tebal 4
tunagrahita sedang. cm, berat balok sekitar 50-100 gram. Permainan
yang dilakukan dengan cara lari diatas lintasan
PEMBAHASAN dua balok dari empat balok yang tersedia untuk
Dari hasil penelitian terhadap enam anak masing-masing peserta.
tunagrahita sedang kelas III di SLB/C Dharma Lari balok adalah permainan tradisional
Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo pada keterampilan yang sering dilombakan pada perayaan
gerak dasar lokomotor adalah sebagai berikut: kemerdekaan Republik Indonesia. Bentuk
1. Gerak dasar lokomotor anak tunagrahita permainan berupa adu kecepatan menempuh
sedang sebelum dan sesudah diberikan suatu jarak tertentu diatas empat buah balok
permainan lari balok kecil yang menyerupai batu bata, yang mana
Pre test dan post test yang dilakukan untuk setiap habis melangkah pemain harus
mengetahui kemampuan gerak dasar lokomotor memindahkan balok yang berada dibelakangnya
anak tunagrahita sedang sebelum dan sesudah ke depan sebagai tempat berpijak dan begitu
diberikan permainan lari balok. Kemampuan selanjutnya. Olahraga tradisional ini memiliki
gerak dasar lokomotor anak tunagrahita pada karakter yang menyenangkan serta mendidik,
saat pre test sebelum diberikan perlakuan karena pelaku permainan menggunakan seluruh
mendapat nilai rata-rata 53,41. Perolehan rata- tubuhnya untuk bergerak dan setiap gerakannya
rata tersebut terjadi karena dalam melakukan itu membutuhkan kelincahan, kekuatan dan
permainan, koordinasi gerak kaki dan badan ketepatan berpikir dalam membuat strategi.
tidak seimbang. Pemberian perlakuan dilakukan secara
Keenam anak tersebut mengalami intensif. Hal ini bertujuan agar materi yang
hambatan dalam kemampuan gerak dasar diberikan pada saat perlakuan dapat diterima
lokomotor meliputi menekuk dan membungkuk, dengan baik serta dapat lebih mudah diingat oleh
anak kurang mampu mengkoordinasikan anak tunagrahita sedang dalam jangka waktu
gerakan badan dengan gerakan tangannya. Hal yang lama.
tersebut sesuai dengan pernyataan Delphie
Perlakuan dilaksanakan pada masing-
(2006: 65) secara keseluruhan anak tunagrahita masing pertemuan yang bersifat progresif, dalam
sedang mempunyai kelemahan pada segi arti bahwa adanya kesinambungan antar tiap
keterampilan gerak, fisik yang kurang sehat, perlakuan pada setiap pertemuan bersifat
koordinasi gerak, keseimbangan badan, dinamis. Hasil yang diperoleh sejak pertemuan
keterampilan gross motor dan fine motor yang pertama akan diulang pada pertemuan
kurang. berikutnya. Perlakuan ini sesuai dengan
pendapat Soemantri (2006 : 111) tentang
Penggunaan media permainan lari balok
kecepatan belajar anak tunagrahita jauh
harus sesuai dengan kemampuan dan tertinggal dari anak normal pada umumnya, anak
permasalahan yang dihadapi oleh masing- tunagrahita apalagi anak tunagrahita sedang
masing anak tunagrahita sedang, sehingga media lebih banyak memerlukan waktu belajar yang
permainan lari balok dapat membantu anak lama karena penyampaian materi yang diberikan
untuk lebih mudah menyerap materi yang harus dilakukukan secara berulang-ulang.
Hal yang signifikan juga dapat dilihat dari
diberikan khususnya materi tentang gerak dasar
hasil post test anak tunagrahita sedang dalam
lokomotor membungkuk dan menekuk. melakukan gerak dasar lokomotor mencapai
nilai rata-rata 77,91. Lebih lanjut penelitian ini
Selanjutnya diberikan perlakuan sebanyak didukung oleh Hani, Rohaeni (2011) tentang
enam kali pertemuan dengan menerapkan permainan tradisional lari balok untuk
permainan lari balok. Lari balok merupakan meningkatkan keseimbangan pada kelas IV SD
cabang permainan atau olahraga tradisional yang Negeri ciuyah III kecamatan Cisarua Kabupaten
Sumedang. Berdasarkan hasil dari penelitian
peraturan permainannya telah disusun secara
tersebut menyatakan bahwa permainan lari balok
nasional, dapat dimainkan secara beregu atau dapat memaksimalkan kemampuan fisik motorik
perorangan dan dimainkan diatas lapangan dan keseimbangan tubuh khususnya pada
berukuran panjang minimum 15 m, lebar 7,5 m motorik kasar anak. Hal ini dikarenakan
dibagi enam garis lintasan masing-masing 1,5 m. permainan lari balok ini memerlukan energi
yang cukup besar dan memerlukan

11
Permainan Lari Balok

keseimbangan tubuh agar pemain mencapai permainan lari balok. Sehingga dapat di peroleh
garis finish sesuai dengan peraturan yang sudah nilai hasil post test sebesar 77,91.
ditentukan. Melalui permainan lari balok, maka dapat
membantu mengoptimalkan gerak dasar
2. Peningkatan kemampuan gerak dasar
lokomotor anak tunagrahita sedang khususnya
lokomotor anak tunagrahita sedang di SLB/C
gerak dasarnya. Hal ini sesuai dengan
Dharma Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo
pernyataan Subarjah, 2007: `1.10. Bahwa
Dalam upaya untuk meningkatkan
permainan lari balok berguna untuk
kemampuan gerak dasar lokomotor anak
menstimulasi kemampuan gerak dasar
tunagrahita sedang, langkah pertama yang perlu
lokomotor anak. Permainan lari balok sangat
dilakukan oleh guru adalah bagaimana
tepat digunakan dalam pengajaran yang bersifat
menjadikan anak tertarik untuk melakukan
aplikatif, dapat membantu meningkatkan
perintah yang diberikan guru. Dengan demikian
keseimbangan tubuh dan dapat meningkatkan
guru sangat perlu menggunakan permainan yang
kebugaran tubuh anak. Sebagai wahana rekreatif
dapat menarik minat anak, sehingga anak dapat
bagi anak, mudah diterapkan pada semua
berpartisipasi dalam kegiatan bermain.
jenjang pendidikan, bentuk permainan dapat
Dari hasil penelitian yang diperoleh
diubah sesuai dengan karakteristik anak.
menunjukkan bahwa bermain lari balok dapat
Berdasarkan uraian diatas dapat
meningkatkan kemampuan gerak dasar
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
lokomotor anak tunagrahita sedang di SLB/C
signifikan dari permainan lari balok terhadap
Dharma Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo. Pada
kemampuan gerak dasar lokomotor anak
awal penelitian, kemampuan gerak dasar
tunagrahita sedang.
lokomotor dan keseimbangan badan anak
tunagrahita sedang masih sangat kurang.
PENUTUP
Selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan
A. Simpulan
kemampuan gerak dasar lokomotor melalui
Berdasarkan hasil penelitian yang
permainan lari balok pada anak tunagrahita
dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan
sedang diberikan perlakuan secara bertahap dan
antara lain:
berulang-ulang. Hal tersebut bertujuan agar anak
1. Kemampuan gerak dasar lokomotor anak
dapat mengkoordinasikan gerakan kaki dan
tunagrahita sedang sebelum diberikan
tubuhnya dengan baik. Sehingga keseimbangan
perlakuan menggunakan permainan lari
tubuh anak dalam bermain permainan lari balok
balok menunjukkan total skor rata-rata pre
tidak terganggu.
tes yang diperoleh 53,41 sedangkan sesudah
Kemampuan gerak dasar lokomotor anak
diberikan perlakuan menggunakan
tunagrahita sedang kelas III di SLB/C Dharma
permainan lari balok memperoleh nilai skor
Wanita Lebo Kabupaten Sidoarjo mulai tampak
rata-rata post tes 77,91 dari nilai skor total
optimal pada saat proses perlakuan ketiga, anak
100 pada penilaian gerak dasar lokomotor
sudah mahir dalam melakukan gerakan
anak tunagrahita sedang kelas III.
membungkuk dan menekuk meskipun masih
2. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan
memerlukan bantuan berupa instruksi-instruksi
menggunakan teknik analisis statistik non
gerakan tangan, kaki dan posisi tubuh dalam
parametrik dengan rumus iji tanda.
permainan lari balok. Pertemuan keenam hingga
Diperoleh Zh = 2,05 sedangkan Ztabel =
pertemuan ke delapan anak dapat melakukan
1,96. Apabila Zh >Ztabel maka,
permainan secara mandiri meskipun belum
membuktikan bahwa ada pengaruh yang
sempurna. Hal ini tampak pada nilai pre test dan
signifikan permainan lari balok terhadap
post test anak tunagrahita sedang tersebut. Nilai
kemampuan gerak dasar lokomotor anak
rata-rata pre test 53,41, sedangkan post test
tunagrahita sedang.
mendapat nilai 77,91.
Perlakuan dilakukan sebanyak enam kali
pertemuan. Perlakuan yang diberikan pada anak
tunagrahita sedang tersebut dapat meningkatkan
B. Saran
kemampuan keseimbangan dengan cara
Berdasarkan simpulan tersebut, maka
membungkuk dan menekuk lutut dalam
diajukan beberapa saran sebagai berikut:

12
Permainan Lari Balok

1. Bagi guru Baley, James A. Field, David A. (1996), Physical


Diharapkan guru lebih kreatif dalam Education and Physical Educatior. Boston:
menciptakan permainan yang bertujuan Allyn and Bacon, Inc.
untuk meningkatkan kemampuan gerak
Dhelpie, Bandi. 2006, Pembelajaran Anak Tunagrahita.
dasar lokomotor pada anak tunagrahita Bandung: PT. Refika Aditama.
sedang.
Gabbard, Carl. LeBlance, Elizabeth. Lowy, Susan,
2. Bagi orang tua (1987), Physical Education For Childreen.
Hendaknya pembelajaran yang sudah Building Foundation. Englewood Cliffs:
diberikan di sekolah, permbelajarannya Prentice-Hall, Inc.
harus di teruskan dirumah, agar peningkatan
Gallahue. (1978). Tiga pola gerak manusia.
kemampuan gerak dasar lebih signifikan.
3. Bagi sekolah Gallhue, David L. (1989). Understanding Motor
Hasil penelitian ini dapat digunakan Development: Iifant, Children, Adolescents.
sebagai bahan acuan untuk pengembangan Edisi ke-2. Brown & Benchmark Publishers.
pembelajaran yang dapat menarik minat
anak dan tidak membosankan. Goldstein, H. Jeffrey. (1979). Sport, Games, and Play,
Sosial and Psychological Viewpoints. Hillsdale,
4. Bagi peneliti lanjut
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
Hasil penelitian ini dapat digunakan Publishers.
sebagai bahan rujukan penggunaan media
permainan dan dapat digunakan pada subjek Hani, Rohaeni, (2011). Penerapan permainan tradisional
yang berbeda. lari balok untuk meningkatkan keseimbangan
pada kelas IV SD Negeri ciuyah III kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Cisarua Kabupaten Sumedang. Skripsi diterbitkan
di eprints (online), (http://eprints.ung.ac.id/6575/,
diunduh 29 Januari 2015).
Abdullah Arma, (1996), Pendidikan Jasmani adaptif,
Hallahan, Daniel P., dan Kauffman, james M. (1983).
Yogyakarta: yayasan STO.
Exceptional Children. New York: Prentice-Hall
Amin, M. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Inc.
Jakarta: Depdikbud.
Huizinga, Johan. (1983). Homo Ludens.
Amung, Ma’mun. Yudha M, Saputra. (2000),
Perkembangan Gerak Dan Belajar Gerak. Husdarta, Yudha M. Saputra. (2000). Ruang lingkup
Jakarta: Depdiknas. pendidikan jasmani. Jakarta: Rineka Cipta,
Jakarta.
Arifin. (2009). Rancangan penelitian pre test-post test.
Landy, M. Joene, Landy, J. Maxwell. (1992). P.E.
Arikunto, Suharsimi (2000), Prosedur Penelitian Suatu Activities, Ready-to-Use for Grandes K-2,
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta, Complete Physical Education Activities
Jakarta. Program. New York: Parker Publishing
Company.
Arikunto, Suharsimi (2006), Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI), Jakarta : Lutan. (2001). Gerak dasar lokomotor.
Rineka Cipta, Jakarta.
Mahendra, Saputra.(2006). Perkembangan dan belajar
Auxter David, Pyfer Jean, Hueting Carol. (2001). motorik. Jakarta: Depdiknas
Principles and Methods of Physical Education
and Recreation. New York: McGraw-Hill Margono S.Drs. 2007. Metodologi penelitian pendidikan
Companies. komponen MKDK. PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006), Standar Mustawati M. Dina (2007). Permainan Gobak Sodor
Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Modifikasi Terhadap Peningkatan Kemampuan
Dasar Luar Biasa Tunagrahita Sedang (SDLB- Gerak Dasar Anak Tunagrahita Ringan.
CI). Jakarta: Depdikbud dan Direktorat Universitas Negeri Surabaya.
Pembinaan Sekolah Luar Biasa.
Nakata. 2003. Intellectual disability. New York:
McGraw-Hill Companies.

13
Permainan Lari Balok

Riduan. 2004. Metode Riset. Jakarta: Rineka Cipta, Sugiyono. 2013. Statistik untuk Penelitian. Bandung:
Jakarta. Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Rohaeni. (2011). Penerapan permainan tradisional lari (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
balok untuk meningkatkan keseimbangan pada Bandung: Alfabeta.
kelas IV SD Negeri ciuyah III kecamatan Suryabrata. (2002). One group pretest-posttest design.
cisarua kabupaten sumedang. Suji B, Sumantri, dkk. (2014). Metode Pengembangan
Fisik. Tanggerang Selatan: Pusat penerbitan
Rusli Ibrahim. (2001). Landasan Psikologis Pendidikan Universitas Terbuka.
Jasmani di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, Derektorat Jenderal Sukintaka. 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD
Pendidikan Dasar dan Menengah bekerja sama Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.
dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Sukintaka. 1998. Teori bermain untuk pendidikan
Rusli Lutan. (1997). Manusia dan olahraga: Seri Bahan jasmani. Jakarta: Depdikbud.
Kuliah Olahraga di ITB. Bandung: Kerjasama
ITB dan FPOK IKIP Bandung. Syamsir Azis. (2003). Permainan kecil di sekolah dasar.
Materi pokok PPDO2103/3 SKS/Modul 1-9,
Saleh, Samsubar. (1996). Statistik Nonparametrik. Jakarta: Pusat penerbitan Universitas Terbuka.
Yogyakarta: BPFE. Yogyakarta.
Syarifudin Aip dan Muhadi. (1991/1992). Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen
Saputra, M Yudha. (2001). Perkembangan gerak dan Depdikbud.
pembelajaran gerak. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal T. Subroto. (2001). Pembelajaran Keterampilan dan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Konsep Olahraga di Sekolah Dasar: Sebuah
Pendekatan Taktis. Jakarta: Departemen
Saputra, M Yudha. (2012). Pembelajaran Pendidikan Pendidikan Nasional.
Jasmani dan Kesehatan Untuk Guru Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Tim Penyusun. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi.
Universitas Negeri Surabaya.
Seefeldt,Carol. (1996). Teaching Young Children.
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc. Yudanto (2005). Pengembangan Gerak Dasar Lari Dan
Lompat Melalui Pendekatan Bermain Di
Sugiyono. (2010). Variabel Penelitian. Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Jasmani
Indonesia, volume 3, No. 1,2005.
Sukintaka, (1992). Teori Pendidikan Jasmani,
Yogyakarta: Esa Grafika. http://www.google.com/search?site=&source=hp&ei=6C
WFVMeNAdCNuATHooGDQ&q=menurut+relevan+unt
Sukintaka, (2001). Teori Pendidikan Jasmani, uk+lari+balok&btnG=#q=lari+balok+menurut+para+ahli
Yogyakarta: Esa Grafika. (diakses tgl 23 maret 2015)

Sumarya. (2010). Gerak dasar menekuk lutut dan gerak


dasar membungkukan badan.

Sherrill , (1996), Adapted physical Education, New York:


McGraw-Hill Companies.

Soemantri . (1996) Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:


PT. Refika Aditama.

Soemantri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Subarjah H. (2007). Permainan Kecil di Sekolah Dasar.


Jakarta: Pusat penerbitan Universitas Terbuka.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika (edisi 6). Bandung:


TARSITO.

14

Вам также может понравиться