Вы находитесь на странице: 1из 13

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERAWAT DAN PASIEN THALASAEMIA DI

THALASAEMIA CENTER RSUD ARIFIN ACHMAD


PEKANBARU

By : Ayudha Prakasa Ramadhan


Email : yudha149@gmail.com
Counsellor: Dr. Welly Wirman, S.IP, M.Si

Jurusan Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Manajemen Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, Pekanbaru
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km. 12.5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax. 0761-63272

Abstract
Interpersonal communication is a very important interaction in establishing a good
relationship between nurses and patient in a Thalasaemia Center. Through interpersonal
communication nurse are able to know how to form a good relationship with the
Thalasaemia, causing a sense of comfort for patients to spend their Blood Transfusion days
in a Thalasaemia Center. The purpose of this study is to explain how the openess, emphaty,
positiveness, supportiveness, and equality of interpersonal communication among nurses and
thalasaemia patients in Thalasaemia Center.

This research was conducted in Thalasaemia Center Arifin Achmad Public Hospital
Pekanbaru, located at Diponegoro street Number 4, Pekanbaru. This research uses
descriptive qualitative research methods that describe and interpret the data. Informants in
this study were nurses, the thalasaemia patients, and the parents of thalasaemia patients by
using techniques aimed informants, purposive. Data collection techniques using observation,
interviews, and documentation.

This study showed that interpersonal communication which conducted by nurses and
thalasaemia patients are have run well in Thalasaemia Center Arifin Achmad Public
Hospital. The effectiveness of interpersonal communication is able to increased their passion,
motivation, and confidence to make thalasaemia patients feel comfortable in Thalasemia
Center with considering 5 aspects which are openess, emphaty, postiveness, supportiveness,
equality. The Succsses of interpersonal communication which conducted by nurses makes
thalasaemia patients feel comfortable and they don’t want the nurse is being replace by
another nurse.

Keywords: Interpersonal Communication, Nurses, Thallasaemia, Thallasaemia Centre

PENDAHULUAN harus melakukan transfusi darah seumur


Thalasaemia merupakan penyakit hidupnya untuk menyambung hidup mereka.
genetis yang belum dapat ditemukan obat Transfusi darah bisa dilakukan di Rumah
penyembuhnya. Untuk itu pasien Thalasaemia Sakit. Akan tapi tidak semua Rumah sakit

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 1


yang mempunyai ruang khusus untuk Thalasaemia Center, dokter hanya dibutuhkan
menangani Thalasaemia atau Thalasaemia disaat tertentu seperti halnya saat pasien
Center. Pasien thalasaemia sebagian besar memiliki keluhan yang didapat akibat efek dari
melakukan transfusi di Thalasemia Center transfusi darah. Namun secara umum,
RSUD Arifin Achmad. Hal ini dikarenakan komunikasi lebih banyak dilakukan oleh
lokasi pusat pelayanan thalasaemia yang juga perawat.
menjadi tempat berkumpulnya anggota Unsur yang paling penting dengan pasien
Yayasan Thalasaemia Indonesia cabang Riau dalam pelayanan medis adalah dengan
terletak satu gedung dengan tempat transfusi komunikasi. Kelangsungan komunikasi antara
darah. Hal ini lebih memudahkan pasien tenaga kesehatan dengan pasien merupakan
thalasaemia dalam mendapatkan perawatan salah satu aspek paling penting dalam
medis. pelayanan kesehatan. Artinya pelayanan
Thalasemia Center di RSUD Arifin Achmad kesehatan bukan hanya berorientasi pada
Pekanbaru pertama kali diresmikan pada bentuk pengobatan secara medis saja,
tanggal 2 September 2014 yang langsung melainkan juga berorientasi pada komunikasi
dinaungi oleh dr. Elmi Ridar, SPA. Salah satu karena pelayanan melalui komunikasi sangat
dokter Hemato-Onkologi Anak di Pekanbaru. penting dan berguna bagi pasien, serta sangat
Sebelum diresmikan, pasien thalasemia membantu pasien dalam proses penyembuhan
dirawat di Ruang Melati RSUD Arifin (Lalongkoe & Edison, 2014).
Achmad Pekanbaru bergabung dengan pasien-
pasien lain seperti pasien Hemofili, Pasien Komunikasi yang dilakukan oleh perawat di
Leukimia, dll. Thalasaemia Center merupakan komunikasi
Menurut data di Yayasan Thalasemia interpersonal yang dilakukan secara bertatap
Indonesia cabang Pekanbaru, terdapat 120 muka dengan pasien thalasaemia. Komunikasi
anak yang mengidap penyakit Thalasemia. interpersonal (interpersonal communication)
Menurut data yang terdapat di Thalasaemia merupakan proses pertukaran informasi serta
Center RSUD Arifin achmad setidaknya ada pemindahan pengertian antara dua orang atau
70 pasien yang melakukan transfusi darah lebih dalam suatu kelompok kecil manusia
secara rutin di Thalasaemia Center setiap yang merupakan cara untuk menyampaikan
bulannya. dan menerima pikiran-pikiran, informasi,
Hingga di tahun 2015 total pasien thalasaemia gagasan, perasaan, dan bahkan emosi
di Thalasaemia Center RSUD arifin achmad seseorang, sampai pada titik tercapainya
pekanbaru sebanyak 70 orang. intinya setiap pengertian yang sama antara komunikator dan
tahun pasien thalasaemia bertambah di komunikan (Mulyana 2005:62)
Thalasaemia center RSUD Arifin Achmad. Proses komunikasi yang terjadi antara perawat
Hal ini didasari oleh masih banyaknya orang dan pasien di Thalasemia Center dimulai
tua yang belum mengetahui tentang apa itu ketika diawal kedatangan pasien. Seperti yang
thalasaemia, sehingga mungkin saja luput dari dikatakan Perawat Shofi, selaku kepala
pendataan yayasan thalasaemia indonesia perawat di Thalasamia Center RSUD Arifin
cabang Pekanbaru. Achmad. Perawat di Thalasaemia Center
Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad melakukan tindakan terapeutik ketika pasien
merupakan pusat pelayanan terpadu dan datang ke Thalasaemia Center. Perawat
informasi tentang Thalasaemia di Pekanbaru. menanyakan identitas diri bagi pasien yang
Maka dari itu banyak pasien yang ingin baru di Thalasaemia Center, kemudian
berkonsultasi langsung dengan dokter yang menanyakan keluhan tambahan yang dirasakan
menangani kasus thalasaemia. Namun pasien. Hal ini penting dilakukan guna
sayangnya, dokter yang menangani kasus menciptakan rasa nyaman terhadap pasien
thalasaemia kadang sulit untuk ditemui. thalasaemia sehingga dapat mencapai tujuan
Alhasil pasien hanya bisa berkonsultasi komunikasi interpersonal yang efektif.
dengan dokter melalui perawat yang berjaga di (wawancara dengan Perawat Shofiyani, S.kep,
Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad 19 Juli 2016)
Pekanbaru. Komunikasi interpersonal sebagai suatu
Berdasarkan pengamatan yang penulis bentuk perilaku dapat berubah ke komunikasi
lakukan, pasien thalasaemia justru lebih sering efektif menjadi komunikasi yang tidak efektif.
berinteraksi dengan perawat yang ada. Pada Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 2


dengan lima kualitas umum yang Tak jarang beberapa pasien susah untuk
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (opennes), melakukan transfusi darah karena faktor biaya
empati (empathy), Perilaku positif dan jauhnya perjalanan yang ditempuh
(positiveness), sikap mendukung membuat mereka lalai dalam menjalani terapi
(supportiveness), dan kesetaraan (equality). transfusi darah. Hal ini tentu saja berdampak
(Devito, 1997:259-264 dalam Suranto, 2011: pada kondisi medis pasien thalasaemia.
82-84). Perawat di Thalasaemia Center tetap
Interaksi perawat dan pasien yang terjadi pada memotivasi pasien / orang tua pasien dalam
umumnya sama dengan pasien saat konsultasi melaksanakan terapi transfusi darah sehingga
dengan dokter, di Thalasaemia Center ini sesuai dengan jadwalnya.
komunikasi bisa terjadi di awal konsultasi, Komunikasi interpersonal yang
atau ketika pasien melakukan pemeriksaan efektif meliputi banyak unsur, tetapi
lanjutan setelah transfusi darah. Jika pasien hubungan itu sendirilah yang paling
thalasaemia ini baru pertama kali, nantinya penting. Karena setiap kali kita melakukan
dokter yang akan memberikan edukasi tentang komunikasi, kita juga menentukan kadar
apa itu Thalasaemia, bagaimana
hubungan intepersonal. Kita dapat
penanganannya, dan lain-lain. Untuk pasien
lama yang datang untuk konsultasi lanjutan, menyatakan bahwa semakin baik
biasanya ditangani oleh perawat yang sedang hubungan komunikasi interpersonal,
bertugas untuk melakukan transfusi darah. semakin terbuka orang untuk
Pada saat pasien Thalasaemia pertama kali mengungkapkan dirinya, semakin cermat
bertemu dengan dokter, tak jarang dari pasien persepsinya tentang orang lain dan
tersebut merasas takut. Khususnya bagi pasien persepsi dirinya, sehingga makin efektif
yang masih tergolong Balita baik itu pasien komunikasi yang berlangsung antara
lama maupun pasien baru. Perawat yang peserta komunikasi.
bertugas di Thalasemia Center melakukan
tindakan untuk mendekati pasien dengan lebih
Komunikasi Interpersonal
santai dan ramah sehingga menimbulkan rasa
Komunikasi merupakan dasar dari
nyaman terhadap pasien thalasaemia yang baru
pertama kali melakukan Transfusi Darah di seluruh interaksi manusia. Karena tanpa
Thalasaemia Center. Hal ini dilakukan untuk komunikasi, interaksi antar manusia, baik
mengurangi rasa cemas pasien terhadap secara perorangan, kelompok maupun
lingkungan rumah sakit. organisasi tidak mungkin terjadi. Jika
Rasa nyaman pasien selama berada di dilihta dari komponen-komponennya,
Thalasaemia Center sangat dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang dilakukan perawat terhadap proses pengiriman dan penerimaan pesan
pasien. Hal ini dapat dilihat dari perilaku di antara dua orang atau di antara
perawat dalam melaksanakan tugas terhadap sekelompok kecil orang, dengan berbagai
pasien. Disini perawat berperan penting dalam
efek dan umpan balik (feedback). Dalam
membentuk hubungan yang baik dengan
defenisi ini setiap komponen harus
pasien, karena dalam masa perawatan pasien
di Thalasaemia Center, perawatlah yang selalu dipandang dan dijelaskan sebagai bagian
berkomunikasi secara langsung dengan pasien. yang terintegrasi dalam tindakan
Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus komunikasi antarpribadi.
dari perawat terhadap pasien dalam Secara umum komunikasi intepersonal
membangkitkan semangat, motivasi dan rasa diartikan sebagai suatu proses pertukaran
percaya diri pasien supaya timbul rasa dihargai makna antara orang-orang yang saling
dan timbul rasa nyaman bagi pasien dalam berkomunikasi. Pengertian proses
melakukan transfusi darah di Thalasaemia mengacu pada perubahan dan tindakan
Center. Untuk memberikan perhatian khusus yang berlangsung terus menerus.
yang dilakukan perawat terhadap pasien ini Komunikasi interpersonal juga merupakan
maka perawat perlu melakukan komunikasi
suatu pertukaran, yaitu tindakan
interpersonal yang efektif terhadap pasien
thalasaemia. menyampaikan dan menerima pesan secara
timbal balik. Sedangkan makna, sebagai

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 3


sesuatu yang dipertukarkan dalam proses
tersebut, adalah kesamaan pemahaman - Perilaku sadar (contrived behaviour)
antara orang-orang yang berkomunikasi Perilaku yang dipilih berdasarkan situasi
terhadap pesan-pesan yang digunakan yang ada.
dalam proses komunikasi. Komunikasi
interpersonal memfokuskan pada diri Tujuan Komunikasi Interpersonal
individu masing-masing dan pesan-pesan Dalam konteks komunikasi
yang saling dipertukarkan. Tidak ada interpersonal ada beberapa fungsi penting
satupun unsur yang ada berdiri sendiri. komunikasi dan menjadi bagian penting
Perubahan interprestasi terjadi karena dipahami dan dipelajari para dokter dalam
pengaruh karakteristik dan tujuang dari melaksanan aktifitas komunikasi.
masing-masing individu, konteks budaya, Ada lima fungsi utama komunikasi seperti
penempatan pernyataan dalam perukaran dijelaskan pada tabel berikut ini.
individu yang terlibat.
Komunikasi interpersonal memiliki Komunikasi interpersonal juga
dua pendekatan dasar yakni: mempunyai tujuan khusus.
1. Komunikasi diadik. Dimana Menurut Nurhasanah, (2010)
komunikasi antara dua orang dalam mengatakan komunikasi
situasi tatap muka, dilakukan interpersonal memiliki tujuan
dalam bentuk percakapan dialog khusus seperti:
dan wawancara. Dialog dilakukan
dalam situasi yang lebih intim. 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
2. Komunikasi Triadik. Dimana Komunikasi antarpribadi memberikan
komunikasi antar pribadi yang kesempatan bagi kita untuk membicangkan
pelaku komunikasinya ebih dari tentang diri kita sendiri. Dengan
tiga orang yakni seorang membiacarakan tentang diri kita sendiri
komunikator dan dua orang kepada orang lain, kita akan mendapatkan
komunikan. pandangan baru tentang diri kita dan
Komunikasi intepersonal berlangsung memahami lebih mendalam tentang sikap
secara dialogis sehingga memungkinkan dan perilaku kita. Pada kenyataannya,
interaksi dianggap sebagai komunikasi persepsi-persepsi diri kita sebagian besar
paling ampuh dalam mengubah sikap, merupakan hasil dan bentukan dari apa
kepercayaam, opini, dan perilaku yang kita pelajari tentang diri kita sendiri
komunikan, karena dilakukan secara dari orang lain melalui komunikasi antar
bertatap muka. pribadi.

Perilaku Komunikasi Interpersonal 2. Mengerti dunia luar


Dalam prakteknya, komunikasi Banyak informasi yang kita miliki
interpersonal memiliki tiga perilaku yang sekarang berasal dari interaksi
kerap terjadi, diantaranya adalah: antarpribadi. Bahkan obrolan kita dengan
- Perilaku spontan teman, keluarga, dan tetangga seringkali
Perilaku yang berdasar desakan emosi diambil dari berita-berita dan acara-acara
dan dilakukan tanpa sensor serta revisi yang di media massa. Hal ini
secara kognisi. memperlihatkan bahwa melalui
komunikasi antar pribadi, kita sering
- Perilaku atas kebiasaan membicarakan kembali hal-hal yang telah
Perilaku berdasarkan kebiasaan kita. disajikan media masa.
Perilaku itu khas dilakukan pada suatu Namun demikian pada kenyataannya,
keadaan misalnya mengucapkan selamat nilai, sikap, keyakinan dan perilaku kita
pagi, dan lain lain. banyak dipengaruhi oleh komunikasi

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 4


antarpribadi dibandingkan dengan media proses komunikasi interpersonal adalah
massa dan pendidikan formal. menolong orang lain.

3. Menciptakan dan memelihara Efektifitas Komunikasi Interpersonal


hubungan yang bermakna. Komunikasi interpersonal, sebagai suatu
Manusia diciptakan sebagai mahkluk bentuk perilaku dapat berubah dari sangat
individu sekaligus mahluk spsial. Sehingga efektif ke sangat tidak efektif. Perlu
dalam kehidupannya sehari-hari orang dicermati bahwa setiap tindakan
ingin menciptakan dan memelihara komunikasi adalah berbeda dan
hubungan dekat dengan orang lain. Oleh mempunyai keunikan-keunikan sendiri,
karenanya banyak waktu yang kita sesuai karakteristik atau latar belakang
gunakan dan komunikasi antarpribadi yang mendasari komunikasi tersebut.
bertujuan untuk menciptakan dan Joseph A Devito (1007:259-267)
memelihara hubungan sosial dengan orang menjelaskan karakteristik-karakteristik
lain. Hubungan demikian membantu efektifitas komunikasi interpersonal
mengurangu kesepian dan ketegangan dengan dua persperktif. Perspektif
serta membuat kita merasa lebih positif humanistik menjelaskan bahwa
tentang diri kita. komunikasi interpersonal yang efektif
meliputi sifat-sifat sebagai berikut:
4. Mengubah sikap dan perilaku.
Dalam komunikasi antarpribadi sering 1. Keterbukaan
kita berupaya mengubah sikap dan orang Sikap terbuka mendorong timbulnya
lain. Kita ingiin seeorang memikih suatu pengertian, saling menghargai dan
cara tertentu, mencoba sesuatu yang baru, saling mengembangkan hubungan
membeli suatu barang tertentu, percaya interpersonal. Komunikator dan
bahwa sesuatu benar atau salah dan komunikan saling mengungkapkan ide
sebagainya. atau gagasan bahkan permasalahan
secara bebas (tidak ditutup-tutupi) dan
5. Bermain dan mencari hiburan. terbuka tanpa rasa takut atau malu.
Bercerita dengan teman tentang Keduanya saling mengerti dan saling
kegiatan di akhir pekan, mmbicarakn olah memahami.
raga, menceritakan kejadian-kejadian lucu
dan pembicaraan-pembicaraan lain yang 2. Empati (emphaty)
hampir sama merupakan kegiatan yang Mampu mengetahui apa yang sedang
bertujuan untuk memperoleh hiburan. dialami orang lain pada suatu saat
Seringkali tujuan ini dianggapp tidak tertentu, mampu merasakan seperti
penting, tetapi sebenarnya komunikasi orang lain rasakan dari sudut pandang
yang demikian perlu dilakukan, karena orang lain itu. Komunikator harus
bisa memberi suasana yang lepas dari mampu menahan godaan untuk
keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan mengevaluasi, menilai, menafsirkan
sebagainya. dan mengkritik berlebihan.

6. Membantu 3. Perilaku positif (Positiveness)


Terkadang kitang sering memberikan Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk
berbagai nasihat dan saran pada teman- sikap dan perilaku. Dalam bentuk
teman kita yang sedang menghadapi suatu bentuk sikap, maksudnya adalah
persoalan dan berusaha untuk bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
menyelesesaikan persoala tersebut. Contoh komunikasi interpersonal harus
ini memperlihatkan bahwa tujuan dari memiliki perasaan dan pikiran positif,
bukan prasangka dan curiga. Sikap

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 5


positif dapat ditunjukkan dengan yang terdistorsi oleh gangguan, terjadi dalam
berbagai macam perilaku dan sikap, suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
seperti: menghargai orang lain, tertentu, ada kesempatan untuk melakukan
berpikir positif terhadap orang lain, umpan balik.
tidak menaruh curiga secara
Komunikasi Terapeutik
berlebihan, meyakini pentingnya orang Menurut Purwanto, Komunikasi terapeutik
lain, memberikan pujian dan adalah komunikasi yang dilakukan secara
penghargaan, dan komitmen menjalin sadar dam bertujuam serta kegiatannya
kerjasama. difokuskan untuk kesembuhan pasien dan
merupakan komunkasi profesional yang
4. Perilaku suportif (supportiveness). mengarah pada tujuan untuk menyembuhkan
Hubungan interpersoal yang efektif pasien (Sya’diyah, 2013;75)
adalah hubungan dimana terdapat sikap Komunikasi terapeutik adalah proses
mendukug (supportiveness). Artinya komunikasi yang mendorong proeses
masing-masing pihak yang penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
berkomunikasi memiliki komitmen Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling
untuk mendukung terselenggaranya memberikan pengertian antara perawat dengan
interaksi secara terbuka. Oleh karena klien.
itu respon yang relevan adalah respon Menurut As Homby (1974) yang
yang bersifat spontan dan lugas, bukan dikutip oleh Nurjanah, I (2001) mengatakan
respon bertahan dan berkelit. bahwa terapeutik merupakan kata sifat yang
Pemaparan gagasan bersifat deskriptif dihubungkan dengan seni dari penyembuhan.
naratif, bukan bersifat evaluatif. Hal ini menggambarkan bahwa dalam
Sedangkan pola pengambilan menjalani proses komunikasi terapeutik,
keputusan bersifat akomodatif, bukan seorang dokter melakukan kegiatan mulai dari
intervensi yang disebabkan rasa pengkajian, menentukan masalah kesehatan,
percaya diri yang berlebihan. menentukan rencana tindakan, melakukan
tindakan kesehatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sampai pada ebaluasi yang
5. Kesetaraan (Equallity) semuanta itu bisa dicapai dengan maksimal
Komunikasi interpersonal akan lebih apabila terjadi proses komunikasi yang efektif
efektif bila suasananya setara, karena dan intensif. Hubungan take and give antara
kedua pihak sama-sama bernilai dan dokter dan klien menggambarkan hubungan
berharga dan sama-sama memiliki memberi dan menerima.
sesuatu yang penting untuk
disumbangkan, seperti kesamaan Perawat
pandangan, sikap, usia dan kesamaan Perawat adalah seseorang yang telah
idiologi, dan sebagainya. lulus dari pendidikan keperawatan baik
didalam maupun diluar negeri sesuai
Komunikasi Insani dengan peraturan perundang-undangan
Dengan memahami komunikasi insani yang berlaku (KEPMENKESRI No.
secara baik, manusia dapat menginternalisasi 1239/MENKES/SK/XI/2001).
inti komunikasi. Melalui komunikasi insani Berdasarkan Undang-undang RI No.
manusia akan mendapatkan pemahaman
23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat
bagaimana melihat orang lain dan bagaimana
proses komunikasi dan interaksi pada diartikan sebagai orang yang memiliki
umumnya. kemampuan dan kewenangan dalam
Menurut Joseph A Devito (1997) dalam melakukan tindakan keperawatan
bukunya “Komunikasi Antar Manusia” berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang
menyebutkan bahwa komunikasi insani diperoleh melalui pendidikan perawatan
merupakan tindakan, oleh satu orang atau (Ali, 2008:15). Perawat menurut V.
lebih, yang mengirim dan menerima pesan Henderson (Ali, 2008:15) yaitu membantu

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 6


individu yang sehat maupun sakit, dari 1. Hubungan interpersonal ditandai
lahir sampai meninggal agar dapat kelembutan hati, dan rasa kasih
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara sayang.
mandiri, dengan menggunakan kekuatan, 2. Melindungi dari ancaman bahaya.
kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki 3. Memberi dorongan untuk mandiri.
seorang perawat. 4. Memberi rasa aman dan nyaman.
Peran perawat diatas memberikan
Perawat merupakan orang yang gambaran bahwasanya perawat dengan
mengurus dan melindungi dan orang yang pasien terdapat hubungan yang sangat erat,
dipersiapkan untuk merawat orang sakit, yaitu hubungan interpersonal seperti
orang yang cidera, dan lanjut usia. Oleh hubungan ibu dengan anaknya. Hubungan
sebab itu, perawat berupaya mencipyakan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan
hubungan yang baik dengan pasien untuk perawat dan pasien. Hubungan yang
menyembuhkan (prsoses penyembuhan) ditandai dengan adanya kelembutan hati,
dan meningkatkan kesehatan. Menurut rasa kasih sayang yang diberikan kepada
Internasional Council Nursing (Ali, pasien dan keterbukaan, melindungi dari
2008:14), mengatakan perawat adalah ancaman bahaya/mengobati dari rasa sakit,
seseorang yang telah menyelesaikan memberikan rasa aman dan nyaman ketika
program pendidikan keperawatan, menderita sakit sampai sembuh dan
berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan semangat untuk sembuh, dan
memberikan pelayanan dan bertanggung setelah sembuh tetap memberikan
jawab dalam peningkatan kesehatan, semangat untuk menjaga dan
pencegahan penyakit, serta pelayanan meningkatkan kesehatan.
terhadap pasien. Perawat berperan penting dalam
Dalam menjalankan tugasnya sebagai memberikan perhatian kepada pasien
perawat, menurut (Arwani 2003:40) dalam segala hal yang mencakup
perawat memilki peranan, dintaranya: kesehatan pasien. Jika obat fungsinya
- Peran dalam terapeutik/interpersonal : mengobati penyakit pasien, sedangkan
berperan sebagai kegiatan yang perawat fungsinya memberikan semangat,
ditujukan langsung pada pencegahan, dorongan untuk cepat sembuh, mengajak
pengobatan penyakit dan proses pasien bercerita dan bersenda gurau untuk
penyembuhan. menghibur dan meringankan beban
- Expressive/Mother substitute role: (penyakit) yang diderita oleh pasien.
perawat sebagai ibu pasien, kegiatan .
yang bersifat langsung dalam Thalasaemia
menciptakan lingkungan dimana Nama Thalassaemia berasal dari gabungan dua
pasien merasa aman, dilindungi, kata Yunani yaitu thalassa yang berarti lautan
dirawat, didukung dan diberi dan anaemia (“weak blood”). Perkataan
Thalassa digunakan karena gangguan darah ini
semangat/dorongan oleh perawat. pertama kali ditemui pada pasien yang berasal
Menurut Jhonson dan Martin, peran ini dari negara-negara sekitar Mediterranean (TIF,
bertujuan untuk menghilangkan 2010). Nama Mediterranean anemia yang
ketegangan dalam kelompok pelayanan diperkenalkan oleh Whipple sebenarnya tidak
seperti, dokter, tenaga perawat lain (tenaga tepat karena kondisi ini bisa ditemuikan di
kesehatan yang lain) dan pasien. mana saja dan sesetengah tipe thalasemia
Sedangkan menurut Schulmann (Ali, biasanya endemik pada daerah geografi
2008:20), perawat berperan sebagai ibu tertentu (Paediatric Thalassemia, Medscape).
bagi pasien (dianggap seperti hubungan Thalasemia adalah penyakit kelainan
ibu dan anak), yaitu: darah yang ditandai dengan kondisi sel darah
merah mudah rusak atau umurnya lebih
pendek dari sel darah normal (120 hari).
Akibatnya penderita thalasemia akan

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 7


mengalami gejala anemia diantaranya pusing, dipergunakan dapat bermacam-macam, seperti
muka pucat, badan sering lemas, sukar tidur, telepon, surat, atau pada penelitian ini adalah
nafsu makan hilang, dan infeksi berulang. melalui percakapan langsung secara tatap
Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan muka sehingga yang menjadi salurannya
sumsum tulang membentuk protein yang adalah gelombang udara.
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin Kedua, pihak penerima/komunikan/lansia
sebagaimana mestinya. Hemoglobin setelah menerima pesan akan mengartikan
merupakan protein kaya zat besi yang berada (decoding) dan menginterpretasikan
di dalam sel darah merah dan berfungsi sangat (interpreting) pesan yang diterimanya. Apabila
penting untuk mengangkut oksigen dari paru- komunikan mempunyai tanggapan atau reaksi,
paru ke seluruh bagian tubuh yang maka selanjutnya akan membentuk pesan
membutuhkannya sebagai energi. Apabila (encoding) dan menyampaikannya kembali.
produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, Untuk tahap ini, komunikan/pasien bertindak
maka pasokan energi yang dibutuhkan untuk sebagai sumber dan tanggapan atau reaksinya
menjalankan fungsi tubuh tidak dapat disebut sebagai umpan balik.
terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun Ketiga, pihak/sumber/komunikator yang
terganggu dan tidak mampu lagi menjalankan pertama yaitu perawat, sekarang bertindak
aktivitasnya secara normal. Thalasemia adalah sebagai penerima tanggapan
sekelompok penyakit keturunan yang komunikan/lansia. Ia akan mengartikan dan
merupakan akibat dari ketidakseimbangan menginterpretasikan pesan yang diterimanya,
pembuatan salah satu dari keempat rantai asam dan apabila ada tanggapan/reaksi, kembali
amino yang membentuk hemoglobin (Ganie, akan terbentuk pesan dan menyampaikannya
2004) kembali kepada pasangan komunikasinya.
Model Komunikasi Osgood dan Schramm Demikianlah proses ini berlangsung terus
Model komunikasi yang digambarkan oleh menerus secara sirkuker. Menurut model ini
Osgood dan Scramm ini berlaku terutama masing-masing pelaku komunikasi akan
untuk bentuk komunikasi interpersonal. Proses terlibat dalam proses pembentukan pesan
komunikasi berjalan secara sirkuler, dimana (encoding).
masing-masing pelaku secara bergantian Selanjutnya konsepsi tahap-tahap penelitian
bertindak sebagai komunikator/sumber dan secara teoritis dibuat berupa skema menurut
komunikan/penerima. Berikut gambar model pemikiran penulis tentang penelitian
komunikasi menurut Osgood dan Scramm : efektivitas komunikasi interpersonal perawat
dan pasien thalasaemia di Thalasaemia Center
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Sejalan
dengan model komunikasi yang digambarkan
oleh Osgood dan Scramm, proses komunikasi
berjalan secara sirkuler, dimana masing-
masing pelaku secara bergantian bertindak
sebagai komunikator/sumber dan
komunikan/penerima.

DESAIN PENELITIAN
Penelitian Kualitatif
Desain penelitian yang digunakan
Gambar 2.1 Model Komunikasi Osgood dan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Scramm kualitatif bersifat deskriptif. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka akan
Proses komunikasi menurut model ini terlihat tetapi data berasal dari naskah wawancara,
seperti pada Gambar 2.1. Pertama, pelaku catatan lapangan, dokumen pribadi, dan
komunikasi yang pertama kali mengambil dokumen resmi lainnya. Sehingga yang
inisiatif sebagai sumber/komunikator/perawat menjadi tujuan dari penelitian ini adlah
membentuk pesan (endocing) dan menggambarkan realita empirik di balik
menyampaikannya melalui suatu saluran fenomena secara mendalam, tuntas dan rinci
komunikasi. Saluran komunikasi yang (Moelong, 2005:131).

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 8


Moloeng (2005:132) mendeskripsikan penting adalah adanya kemauan uuntuk
subjek penelitian sebagai informan, yang membuka diri pada masalah-masalah yang
artinya orang pada latar penelitian umum, agar orang lain mampu mengetahui
dimanfaatkan untuk memberikan informasi pendapat, gagasan atau pikiran kita sehinga
tentang situasi dan kondisi latar penelitian. komunikasi akan berjalan efektif.
Informan dalam penelitian ini adalah orang- Hubungan komunikasi interpersonal
orang pilihan penulis yang dianggap mampu perawat dan pasien thalasaemia di
dalam memberikan informasi yang dibutuhkan Thalasaemia center merupakan interaksi yang
penulis. Dalam penelitian ini tekhnik didalamnya terdapat sikap keterbukaan baik
pengumpulan informan yang digunakan itu perawat maupun pasien thalasaemia. Kedua
penulis dalam penelitian adalah tekhnik belah pihak saling mengungkapkan ide atau
purposive yakni pengumpulan informan gagasan bahkan permasalahan secara bebas
dengan menggunakan pertimbangan- (tidak ditutup-tutupi) meskipun ada pasien
pertimbangan tertentu sesuai dengan ciri-ciri yang masih menutupi pribadinya namun
yang menjadi kriteria yang relevan dengan perawat tetap berusaha menciptakan suasana
penelitian (Nasution, 2012:98) . Subjek dari keterbukaan agar perawat dan pasien
penelitian ini adalah perawat dan pasien yang thalasaemia di Thalasaemia Center saling
ada di Thalasaemia Center RSUD Arifin mengerti dan memahami. Perawat memulai
Achmad Kota Pekanbaru dengan rincian interaksi dengan pasien thalasaemia melalui
sebegai berikut. Informan dalam penelitian ini langkah terapeutik yakni menanyakan identitas
terdiri dari 4 (empat) orang perawat yang ada pasien, bagaimana keadaan pasien, dan apa
di Thalasaemia Center, dan 3 (tiga) orang yang dirasakan pasien pada saat datang ke
pasien thalasaemia yang ada di Thalasaemia Thalasaemia Center. Ini merupakan sikap
Center dengan jarak transfusi minimal 3 keterbukaan perawat terhadap pasien
minggu sekali. thalasaemia agar terciptanya sikap pengertian
Objek penelitian merupakan hal yang dan saling menghargai antara perawat dan
menjadi titik yang menjadi perhatian dari suatu pasien thalasaemia di Thalasaemia Center
penelitian. Titik perhatian tersebut berupa RSUD Arifin Achmad. Perawat di
substansi atau materi yang diteliti atau Thalasaemia Center juga jujur dalam
dipecahkan permasalahnya menggunakan teori menyampaikan kondisi pasien thalasaemia.
yang bersangkutan. Menurut Chaer (2007: 17). Sikap jujur ini menjadi landasan dasar agar
Objek penelitian pada penelitian ini yaitu sikap keterbukaan terhadap pasien dapat
proses Komunikasi Interpersonal dokter dan tercipta. Tanpa adanya sikap kejujuran dari
pasien thalasemia di Thalasaemia Center perawat, mustahil hubungan saling percaya
RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru. antara perawat dan pasien thalasaemia dapat
Termasuk didalamnya mengenai komunikasi terbina dan tujuan dari komunikasi
terapeutik yang dilakukan perawat kepada interpersonal perawat dan pasien thalasaemia
pasiennya. akan terhambat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Empati (Emphaty)


Pembahasan Empati adalah kemampuan seseorang
untuk mengetahui apa yang sedang dialami
1. Keterbukaan (Openess) orang lain pada suatu saat tertentu, dapat
Sikap terbuka mendorong timbulnya memahami sesuatu persoalan dari sudut
pengertian, saling menghargai dan saling pandang orang lain. Seorang komunikator
mengembangkan hubungan interpersonal. harus mampu menahan godaan untuk
Komunikator dan komunikan saling mengevaluasi, menilai, menafsirkan dan
mengungkapkan ide atau gagasan bahkan mengkritik berlebihan seorang komunikan.
permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa Sikap empati sangat diperlukan dalam
rasa takut atau malu. Keduanya harus saling pelayanan di Thalasaemia Center. Faktor ini
mengerti dan saling memahami. menjadi pendukung dalam komunikasi
Sikap keterbukaan paling tidak interpersonal perawat dan pasien thalasaemia
menunjuk pada tiga aspek dalam komunikasi di Thalasaemia Center. Sikap empati perawat
interpersonal. Pertama harus terbuka pada terhadap pasien thalasaemia muncul seiring
orang lain yang berinteraksi dengan kita, yang dengan interaksi antara perawat dan pasien

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 9


yang intens. Melalui sikap empati, perawat ditunjukkan oleh pasien dan perawat.
akan merasakan apa yang dialami pasien Maksudnya adalah, dianta kedua belah pihak
dengan demikian terjadi proses internealisasi tidak terdapat kecurigaan sehingga proses
terhadap apa yang dirasakan pasien. Karena interaksi berjalan efektif. Rasa curiga pasien
dengan adanya sikap empati ini perawat di dan perawat sangat dihindari oleh perawat
Thalasaemia Center mampu merasakan apa karena dapat menghambat proses
yang dirasakan pasien thalasaemia maupun penyembuhan pasien. Untuk itu perawat selalu
orangtua pasien sehingga perawat melakukan menggunakan 4S (Sapa, Senyum, Sopan,
tindakan secara hati-hati. Hal ini disebabkan Santun) kepada seluruh pasien dan orang tua
oleh perawat menganggap pasien sudah seperti pasien. Hal ini dilakukan agar pasien
keluarga sendiri. Sehingga sikap empati merasakan aura positif dari perawat yang ada
perawat di Thalasaemia Center dapat tercipta. di Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad.
Dengan adanya empati ini perawat Perawat juga dapat mengendalikan
dapat berkomunikasi dengan baik terhadap situasi jika kondisi pasien sedang tidak
pasien thalasaemia dan bisa lebih memahami kondusif dengan perilaku positif yang
bagaimana kondisi pasien sehingga dapat dilakukan perawat dengan menghargai pasien
membuat pasien nyaman melakukan transfusi dan memberikan perhatian terhadap pasien
darah di Thalasaemia Center RSUD Arifin sehingga pasien merasa nyaman selama
Achmad. Sikap empati perawat dengan pasien melakukan transfusi darah di Thalasaemia
dalam proses komunikasi interpersonal juga Center. Memberikan pujian dan apresiasi
tergantung dari bagaimana karakter dari pasien kepada pasien juga merupakan perilaku positif
tersebut. Perawat harus mampu memahami yang dilakukan perawat di Thalasaemia Center
bagaimana pasien tersebut, terutama ketika RSUD Arifin Achmad. Hal ini dilakukan agar
pasien datang ke Thalasaemia Center dalam pasien merasa nyaman dan merasa tenang
keadaan drop. Karena pasien yang datang ketika melakukan proses penyembuhan dan
biasanya datang dengan kondisi yang lemah diharapkan pasien juga mempunyai sikap
sehingga dibutuhkan sikap empati dan positif kepada perawat yang ada di
sensitifitas yang lebih terhadap pasien. Selain Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad.
itu perawat juga harus memahami bagaimana
sifat dan karakter pasien agar rasa empati 4. Sikap Mendukung (Supportiveness)
muncul dalam komunikasi interpersonal Hubungan interpersonal yang efektif
dengan pasien thalasaemia. Sikap empati yang adalah hubungan dimana terdapat sikap
dilakukan perawat terhadap pasien thalasaemia mendukung (supportiveness). Artinya masing-
di Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad masing pihak yang terlibat komunikasi
ini sangat membantu dalam pembentukan memiliki komitmen untuk mendukung
pelayanan yang terapeutik. terselenggaranya interaksi secara terbuka.
Oleh karena itu respon yang relevan adalah
3. Perilaku Positif (Positiveness) respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk respon bertahan dan berkelit. Pemaparan
sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, gagasan bersifat deskriptif naratif, bukan
maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang bersifat evaluatif. Sedangkan pola
terlibat dalam komunikasi interpersonal harus pengambilan keputusan bersifat akomodatif,
memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya
prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, diri yang berlebihan.
bahwa tindakan yang dipilih adalah yang Untuk membuat pasien merasa
relevan dengan tujuan komunikasi nyaman berada di Thalasaemia Center dan
interpersonal, yang secara nyata membantu berkomunikasi dengan perawat, dibutuhkan
partner komunikasi untuk memahami pesan sikap mendukung dari perawat agar
komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan terciptanya komunikasi yang efektif.
yang memadai sesuai dengan karakteristik Dukungan yang diberikan seperti motivasi,
mereka. Sikap positif dapat ditunjukkan saran, maupun kritik yang berguna bagi proses
dengan berbagai perilaku dan sikap. kesembuhan pasien. Dalam melayani pasien,
Dalam komunikasi interpersonal yang perawat di Thalasaemia Center memberikan
terjadi antara perawat dan pasien thalasaemia motivasi agar pasien merasa bebas dari
di Thalasaemia Center sikap yang positif penderitaan yang dialami sehingga pasien

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 10


merasa kuat dalam menjalani aktifitasnya komunikasi dua arah, saling memerlukan, dan
sebagai manusia. Seperti misalnya ketika suasana komunikasi yang nyaman.
pasien ingin melanjutkan pendidikan yang Komunikasi interpersonal antara
lebih tinggi meski dengan kondisi yang perawat dan pasien di Thalasaemia Center
dialami oleh pasien thalasaemia namun telah menunjukkan kesetaraan diantara kedua
perawat tetap mendukung dan menguatkan ide belah pihak. Bagaimana perawat
tersebut serta memberikan saran dan motivasi memperlakukan pasien yang ramah, dan
agar pasien thalasaemia tetap semangat meski bagaimana pasien menyikapi perawat dengan
dengan kondisi yang ada. Seperti yang telah tenang menunjukkan sikap saling menghargai
diketahui, motivasi adalah suatu dorongan dari antara perawat dan pasien thalasaemia di
dalam diri individu/seseorang yang Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad.
menyebabkan orang tersebut melakukan Meski perawat memiliki pengetahuan dan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai pengalaman, bukan berarti perawat
suatu tujuan. memperlakukan pasien dengan tindakan yang
Selain itu, sikap mendukung juga dapat menyinggung perasaan pasien. Begitu
dilakukan perawat terhadap orang tua pasien juga dengan pasien thalasaemia di
agar orang tua tetap semangat dan Thalasaemia Center. Meski pasien memiliki
memperhatikan perkembangan anaknya. hak untuk dilayani, bukan berarti pasien dapat
Perawat menjelaskan kepada orang tua pasien bertindak seenaknya. Dengan kata lain,
bagaimana jika orang tua pasien tidak perawat bisa memposisikan diri sebagai bagian
mematuhi jadwal Transfusi Darah atau dari keluarga pasien sehingga perawat
bagaimana jika pasien tidak rutin menciptakan kesetaraan dengan
menggunakan obat yang sudah ditentukan oleh memperlakukan pasien seperti keluarga sendiri
dokter. Namun demikian perawat tetap dan membina hubungan yang baik dengan
mengedukasi dengan sikap yang membuat pasien sehingga pasien merasa dihargai oleh
orang tua pasien nyaman selama berada di perawat di Thalasaemia Center RSUD Arifin
Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad. Achmad Pekanbaru.
Dengan partisipasi penuh perawat untuk
mendukung orang tua pasien untuk tetap KESIMPULAN
semangat dengan kondisinya anaknya ataupun Berdasarkan data yang telah diperoleh
mendukung pasien agar tetap semangat dengan dan dianalisa, maka penulis menarik
kondisinya, maka akan tercipta efektifitas kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal
komunikasi interpersonal yang dilakukan perawat dan pasien thalasaemia di
pengacara dengan klien tersebut. Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad
telah memenuhi 5 aspek dari komunikasi
5. Kesetaraan (Equallity) interpersonal yaitu:
Kesetaraan adalah pengakuan bahwa
kedua belah pihak memiliki kepentingan, 1. Keterbukaan
kedua belah pihak sama-sama bernilai dan Dari hasil wawancara dan analisa data dapat
berharga, dan saling memerlukan. Memang disimpulkan bahwa perawat di Thalasaemia
secara alamiah ketika dua orang Center sudah melakukan keterbukaan terhadap
berkomunikasi secara interpersonal, tidak pasien sehingga menimbulkan rasa percaya
pernah tercapai situasi yang menunjukkan pada pasien terhadap perawat di Thalasaemia
kesetaraan secara utuh antar keduanya. Namun Center RSUD Arifin Achmad
kesetaraan yang dimaksud disini adlah berupa
pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan 2. Empati
untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang Perawat di Thalasaemia Center telah
superior ataupun inferior) dengan partner menciptakan rasa empati dalam diri terhadap
komunikasi. Dengan demikian dapat pasien thalasaemia dengan menganggap pasien
dikemukan indikator kesetaraan, meliputi seperti keluarga. Dengan ini, perawat turut
menempatkan diri setara dengan orang lain, dapat merasakan apa yang sedang dialami
menyadari akan adanya kepentingan yang pasien di Thalasaemia Center RSUD Arifin
berbeda, mengakui pentingnya kehadiran Achmad Pekanbaru.
orang lain, tidak memaksakan kehedak,

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 11


3. Perilaku Positif Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi.
Sikap positif yang dilakukan perawat di Jakarta: Prenada Media Group.
Thalasaemia Center ditunjukkan dengan
memberikan pelayanan yang sepenuh hati dan Dedy Sugiono, dkk, 2008. Kamus Bahasa
perhatian agar pasien merasa nyaman selama Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.
menghabiskan masa Transfusi Darah di Djuarsa, Sasa. 1994. Teori Komunikasi Antar
Thalasemia Center RSUD Arifin Achmad. Manusia. Jakarta: Profesional Book.

4. Sikap Mendukung Lalongkoe, Maksimus Ramses. & Edison,


Sikap mendukung perawat yang ada di Thomas Alfai. 2014. Komunikasi Terapeutik;
Thalasaemia Center RSUD Arifin Achmad Pendekatan Praktisi-Praktisi Kesehatan,
ditujukkan dengan memberikan semangat, Yogyakarta: Graha Ilmu
motivasid dan juga saran terhadap pasien
maupun orang tua pasien agar tetap menjalani Liliweri, Alo. 1994. Perspektif Teoristis
aktifitas layaknya manusia normal maka dari Komunikasi Antarpribadi, Bandung: Citra
itu, pasien merasa bahwa dirinya berharga dan Aditya Bhakti
dapat mencapai tujuan dari komunikasi
interpersonal. Little john, stephen W & Karen A. Foss. 2009.
Teori Komunikasi (theories of human
communication) jkt. Salemba Humanika.

5. Kesetaraan Moleong, J Lexy. 2005. Metedologi Penelitian


Perawat menciptakan suasana yang setara Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
terhadap pasien thalasemia dengan tidak
membeda-bedakan pelayanan yang dilakukan Nurhasanah, Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi
di Thalasaemia Center. Pasien dan perawat di Dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: Trans
Thalasemia Center juga mengerti bagaimana Info Media.
mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Tidak ada yang merasa paling penting Nurjannah, I. 2005. Komunikasi Terapeutik
sehingga sikap saling menghargai dapat (Dasar-dasar Komunikasi Bagi Perawat).
tercipta di Thalasaemia Center RSUD Arifin Yogyakarta: Mocomedia.
Achmad Pekanbaru. Raco. 2010, Metode Penelitian Kualitatif
Jenis, Karakteristik dan Keunggulan,
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.
Ali, Liliweri. 2008. Dasar-dasar Komunikasi Yogyakarta: Graha Ilmu, Edisi Pertama
Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori
Andi, Prastowo. 2010. Menguasai Teknik- dan Praktik. Jakarta: EGC.
Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Diva Press. Taufik, M dan Juliane. 2010. Komunikasi
Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Atkinson, Rita . L., Richard C. Atkinson, Sumber Lainnya :


Edward E. Smith, Daryl J, Bem, 2010. Ganie, Ratna A. 2005. Thalasaemia:
Pengantar Psikologi. Tangerang: Permasalahan dan penanganannya.
Interaksara Dari
www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2005/ppgb
Budyatna, Muhammad dan Leila Mona _2005_ratna_akbari_gaie.pdf
Ganiem. 2011. Teori Komunikasi Yang diakses pada tanggal 30 Desember 2015
Antarpribadi. Jakarta: Penerbit Kencana.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 12


Rejeki, SS Dwi. Nurhayati, N. Supriyanto.
Kartikasari, E. 2012. Studi Epidemilogi
Deskriptif Thalasaemia. KESMAS. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 7 Nomor 3.

Indra, Zul. 2015. Belum ada obat sembuhkan


thalasaemia Diperoleh dari
www.pekanbaru.tribunnews.com, diakses
tanggal 30 Desember 2015.

Skripsi:
Rifsa, U.J. 2014. Teknik Komunikasi
Terapeutik Dokter Sebagai Upaya Memotivasi
Pasien Kanker Payudara Di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Pekanbaru. Universitas
Riau.

Saputra, M.Nanda. Komunikasi Interpersional


antara Perawat dan Pasien RSUD Arifin
Achmad (Studi Tentang Komunikasi
Terapeutik). Fakultas Ilmu Komunikasi.
Universitas Islam Riau

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 13

Вам также может понравиться