Вы находитесь на странице: 1из 12

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK

PADA ANAK BAWAH LIMA TAHUN PADA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH
Amran Gatah Lisang
gizi_sulteng@yahoo.co.id
Mahasiswa Program StudiMagister Administrasi Publik Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
The goal of this research is to analyze and provide an overview Prevention Program
Implementation Malnutrition in Children Under Five Years On Donggala District Health Office of
Central Sulawesi Province. This study refers to the opinion of Edward III of Implementation which
includes elements of Interest, Communication, Resources, Disposition, and Bureaucratic Structure.
This type of research in achieving the purposes and objectives of the research are descriptive
method qualitative approach. The research location in Donggala Health Office. Informants in this
study were selected purposively as many as five people. Data collection techniques used were
observation, interview, and documentation. The data analysis was performed with data reduction
procedures, presentation of data and draw conclusions. The results of this study explained that the
implementation Program countermeasures Malnutrition Children Under Five Years On Health
Office Donggala, judging by the theory of policy implementation raised by Edward III, which
includes Communications, Resources, Disposis and Strukutur Bureaucracy has not overall have
not been going well. This is because of all these factors there is still a factor Source Day that has
not gone well, while the communication factor, disposition, and structural Bureaucracy has been
well implemented.
Keywords: Policy Implementation, Communication, Resources, disposition, and Bureaucratic
structure.

Mewujudkan visi tersbut, ada 4 misi program intervensi ini harus bersama-sama
pembangunan kesehatan yang telah dengan sektor lain, baik pemerintah maupun
ditetapkan oleh pemerintah yaitu 1). swasta. Ini berarti sektor kesehatan
Menggerakan pembangunan nasional yang seharusnya menjalin kerjasama kemitraan
berwawasan kesehatan, 2). Mendorong dengan instansi kesehatan mulai tingkat
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, kabupaten sampai ketingkat kecamatan.
3). Memelihara dan meningkatkan pelayanan Instansi inilah yang di harapkan
kesehatan yang bermutu, merata dan melaksanakan setiap kebijakan kesehatan dan
terjangkau dengan biaya murah, 4). bertanggung jawab atas tugas-tugasnya
Memelihara dan memperoleh perlindungan dalam menunjang terlaksananya pelayanan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. kesehatan yang didambakan oleh masyarakat
Realisasi visi dan misi indonesia sehat yaitu pelayanan kesehatan yang terjangkau
dalam hal ini jelas tidak mungkin hanya di dan bermutu. Oleh karena itu pemerintah
bebankan pada sektor kesehatan karena Indonesia telah memberikan perhatian yang
masalah kesehatan adalah muara semua besar terhadap berbagai upaya untuk
sektor pembangunan. Oleh karena itu menanggulangi masalah-masalah kesehatan
masalah kesehatan adalah tanggung jawab masyarakat. Namun jika upaya kesehatan
bersama individu, masyarakat, pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dan swasta. Namun dalam kenyataan dalam didukung fasilitas yang memadai, belum
untuk mengimplementasikan kebijakan dan terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan

14
15 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

berkesinambungan, serta biaya kesehatan akses terhadap informasi gizi dan pendidikan
tidak dapat dijangkau oleh masyarakat, maka gizi, (b). Setiap orang terutama kelompok
sulit diharapkan meningkatnya taraf rawan gizi memiliki akses terhadap pangan
kesehatan masyarakat. yang bergizi, dan (c). Setiap orang memiliki
Kenyataan, ditemukan masalah akses terhadap pelayanan gizi dan kesehatan.
implementasi program penaggulangan gizi Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
anak pada anak balita di Dinas Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
kabupaten Donggala, sebagian besar tentang Upaya Perbaikan Gizi, Pasal 5
masyarakat belum mengetahui dan menjelaskan bahwa Pemerintah bertugas dan
memahami program penanggulangan gizi bertanggung jawab : (a). Menyusun dan
buruk karena kurangnya sosialisasi program menetapkan kebijakan bidang gizi; (b).
bahkan petugas kesehatan sendiri masih ada Melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi
diantra mereka juga belum mengetahui surveilans kewaspadaan gizi skala nasional;
secara jelas mengenai tata kelola program (c). Melakukan penanggulangan gizi buruk
penanggulangan gizi buruk. skala nasional; (d). Mengatur, membina, dan
Provinsi sulawesi Tengah masih mengawasi pelaksanaan urusan wajib upaya
tercatat sebagai daerah yang memiliki tingkat perbaikan gizi; (e). Mengupayakan
kemiskinan lebih tinggi dari tingkat pemenuhan kecukupan dan perbaikan gizi
kemiskinan nasional. Tingkat kemiskinan di pada masyarakat terutama pada keluarga
Sulawesi Tengah pada tahun 2010 adalah miskin, rawan gizi, dan dalam situasi darurat;
18,07 %, sementara tingkat nasional adalah (f). Meningkatkan pengetahuan dan
13,3 %. Namun demikian tingkat kemiskinan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi
di Provinsi Sulawesi Tengah ini telah dan pengaruhnya terhadap peningkatan status
mengalami penurunan dari tahun-tahun gizi.
sebelumnya. Kemiskinan di nilai memiliki Berkaitan dengan hal tersebut maka
peran penting dan bersifat timbal balik, dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan
artinya kemiskinan akan menyebabkan pangan dan gizi di Provinsi Sulawesi Tengah
kurang gizi dan individu yang kurang gizi merupakan salah satu agenda penting dalam
akan berakhir atau melahirkan kemiskinan. dokumen rencana pembangunan jangka
Masalah kurang gizi memperlambat menengah (RPJM) khususnya pada misi
pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pertama Gubernur Sulawesi Tengah, yaitu
pemiskinan melalui tiga cara, pertama, peningkatan kualitas sumber daya manusia
kurang gizi secara langsung menyebabkan yang berdaya saing yang di tandai dengan
hilangnya produtivitas karena kelemahan peningkatan indeks pembangunan manusia
fisik. Kedua, kurang gizi secara tidak (IPM) sehingga sejajar dengan provinsi yang
langsung menurunkan kemampuan fungsi telah maju melalui upaya penciptaan kualitas
kognitif dan berakibat pada rendahnya hidup manusia yang mencakup ; kualitas
tingkat pendidikan. Ketiga, kurang gizi dapat fisik, intelektual, moral, iman dan taqwa,
menurunkan tingkat ekonomi keluarga sehingga tercipta kualitas manusia secara
karena meningkatnya pengeluaran untuk utuh, sehingga keberhasilan ketahanan
berobat. pangan dan gizi di Provinsi Sulawesi Tengah
Sebagaimana yang disebutkan dalam adalah hal yang sangat penting sehingga
Peraturan Menteri Kesehatan Republik diharapkan Provinsi Sulawesi Tengah
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang mampu mewujudkan ketahanan pangan dan
Upaya Perbaikan Gizi, pasal 2, bahwa gizi baik di tingkat wilayah, rumah tangga
Pengaturan upaya perbaikan gizi ditujukan dan individu yang berbasis kemandirian
untuk menjamin : (a). Setiap orang memiliki pangan.
Amran Gatah Lisang, Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima…………………..16

Persentase balita dengan status gizi Setiap tahunnya terdapat penderita gizi
buruk dan gizi kurang di Sulawesi Tengah buruk pada anak balita dengan jumlah yang
tahun 2010 bila dibandingkan Provinsi lain fluktuatif setiap tahunnya disebabkan karena
masih tergolong relatif tinggi walaupun perubahan iklim yang mengakibatkan masa
menunjukan trend posistif selama 3 tahun. panen dan hasil panen yang tidak sesuai
Kondisi gizi balita Sulawesi Tengah harapan masyarakat, selain itu pola asuh
mencapai angka 26,5 % pada tahun 2010. balita yang cenderung tidak mempedulikan
Sementara target yang ditargetkan Indonesia asupan gizi, oleh karenanya untuk
untuk MDGIS tahun 2015 sebesar 15,5 %. mengurangi kasus gizi buruk pada anak
Kondisi yang sama juga terjadi untuk angka Balita diperlukan pengimplementasian
balita gizi buruk dan balita gizi kurang. kebijakan yang lebih baik oleh Dinas
Kondisi di Sulawesi Tengah mewujutkan Kesehatan Kabupaten Donggala. Sebagai
walaupun terjadi penurunan prevelensi balita mana yang di kemukakan oleh Purwanto dan
gizi buruk dari 12,1 % pada tahun 2008 Sulistyastuti (2012:20), bahwa implementasi
menjadi 7,90 %. Pada tahun 2009 angka intinya adalah kegiatan untuk
tersebut masih jauh dari target MDGIS tahun mendistribusikan keluaran kebijakan (to
2015 yang sebesar 3,6 %. Sementara itu deliver policy output) yang dilakukan oleh
kondisi balita gizi kurang juga mewujutkan para implementor kepada kelompok sasaran
hal yang serupa. Target MDGIS 2015 untuk (target Group) sebagai upaya untuk
prevalensi gizi kurang sebesar 11,9 % masih mewujudkan tujuan kebijakan.
jauh dengan kondisi pencapaian Sulawesi Berkaitan dengan implementasi
Tengah pada tahun 2009 yang mencapai kebijakan, George C. Edward III dalam
angka 18,6 % melalui program dan kegiatan Agustino (2012:156), mengembangkan
yang efektif dan efesien, diharapkan dalam pendekatan dengan empat faktor dalam
waktu 5 tahun Sulawesi Tengah dapat Implementasi kebijakan yang disebut dengan
menekan angka tersebut sebesar 2,34 % direct and Indirect Impack on
sehingga pada tahun 2015 target MDGIS Implementation, yaitu : 1). Communication
seperti yang dimaksudkan dapat tercapai. (komunikasi) : Transmission, clarity dan
Secara nasional, prevelensi pendek consitenscy. 2). Resources (sumber daya) :
anak balita di daerah Sulawesi Tengah masih Staf, information, authority, facilities. 3).
memprihatinkan Sulawesi Tengah memiliki Disposition (Disposisi) : Incentives, staffing.
prevelensi pendek pada anak balita sebesar 4).Birocratie Structure (Struktur Birokrasi) :
36,2 % pada tahun 2010 dan nilai lebih besar Standard operating procedures,
dari pada prevelensi pendek nasional yaitu framentation.
sebesar 35,2 %. Jika dibandingkan dengan Penanggulangan gizi buruk pada anak
targer pencapaian MDGIS 2015 sebesar 32 % balita yang di lakukan oleh Dinas Kesehatan
maka Provinsi Sulawesi Tengah masih Kabupaten Donggala belum berjalan dengan
memerlukan usaha dalam rangka penurunan optimal, karena kurang memperoleh
prevelensi pendek pada anak balita sebesar partisipasi masyarakat khususnya keluarga
4,2 %. yang memiliki anak balita, kurangnya jumlah
Kabupaten Donggala merupakan salah dan kualitas sumber daya manusia pengelola
satu bagian dari Provinsi Sulawesi Tengah. program penaggulangan gizi buruk pada anak
Berkaitan dengan Gizi Buruk pada anak balita di setiap jenjang administrasi,
Balita, Kabupaten Donggala merupakan kurangnya kerjasama serta komitmen lintas
daerah yang masih terdapat kasus gizi buruk program dan lintas sektor dalam
pada anak Balita. penanggulangan gizi buruk pada anak balita,
sistim pelaporan dalam penanggulangan gizi
17 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

buruk pada anak balita yang terlambat dan penting atau tidak. Dalam konsep Grounded
cendurung di anggap remeh, infrastruktur Research bahwa suatu cara penelitian bersifat
yang kurang dan tidak memadai dalam kualitatif menjadi berpengaruh dengan suatu
penanggulangan gizi buruk pada anak balita, pandangan yang berbeda tentang hubungan
serta kurangnya informasi yang disampaikan antara teori dan pengamatan.
kepada masyarakat mengenai kapan, dan Penelitian deskriptif adalah prosedur
dalam bentuk apa mereka dapat berpartisipasi pemecahan masalah yang diselidiki dengan
dalam penanggulangan gizi buruk pada anak melukiskan atau menggambarkan keadaan
balita. subyek/obyek penelitian saat ini berdasarkan
Berdasarkan latar belakang yang telah fakta-fakta sebagaimana adanya. Sedangkan
diuraikan di atas, maka penulis merumuskan pendekatan penelitian yang akan dipakai
masalah adalah Bagaimanakah Implementasi guna memperoleh ketepatan dengan metode
Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada deskriptif ini adalah secara kualitatif.
Anak Bawah Lima Tahun Pada Dinas Penelitian ini mengambil lokasi pada
Kesehatan Kabupaten Donggala Provinsi Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala, yang
Sulawesi Tengah. Tujuan yang ingin dicapai mana Dinas Kesehatan Donggala merupakan
dalam penelitian ini adalah implementor dari program penanggulangan
Menganalisis dan memberi gambaran gizi buruk anak balita. Diharapkan yang
Implementasi Program Penanggulangan Gizi tersebut dapat memberikan informasi yang
Buruk Pada Anak Bawah Lima Tahun Pada dibutuhkan dalam penelitian ini, melalui
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala pegawai yang berwenang dalam
Provinsi Sulawesi Tengah. penaggulangan gizi buruk balita di Dinas
Kesehatan Kabupaten Donggala maupun
METODE masyarakat setempat sebagai penerima
dampak kebijakan.
Jenis yang digunakan dalam penelitian Peneltian ini direncanakan akan
ini adalah metode kualitatif, yaitu suatu dilaksanakan selama 3 bulan Terhitung sejak
prosedur penelitian yang menghasilkan data usulan penelitian telah di seminarkan dan
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan mendapatkan surat izin penelitian.
dan orang-orang dan perilaku yang dapat Dalam Penelitian kualitatif tidak
diamati (Moleong, 2003 : 3). Sementara itu menggunakan istilah populasi, tetapi oleh
Brannen (1999: 12) memberikan Spradley dalam Sugiyono (2010:215)
pendapatnya bahwa dengan digunakannya dinamakan “social situation” atau situasi
metode kualitatif maka diharapkan penelitian sosial yang terdiri atas tiga elem yaitu:
dapat lebih mendekatkan diri pada objek- tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas
objek yang diteliti serta meningkatkan (activity) yang berintreraksi secara sinergis.
sensitivitas terhadap konteks-konteks yang Peneliti dalam penelitian ini
ada dan sifat-sifat tersebut cenderung menentukan karakter informan, yaitu
membuahkan konfidensi yang lebih besar implementor program penanggulangan gizi
pada kesahihan data kualitatif dibandingkan buruk yang merupakan pegawai Dinas
kuantitatif. Kesehatan Kabupaten Donggala dan mereka-
Sugiyono (2005:7), mengatakan bahwa mereka yang terkena dampak dari program
metode penelitian deskriptif bertujuan untuk penaggulangan gizi buruk yaitu masyarakat.
mendapatkan dan menyampaikan fakta-fakta Untuk memperoleh informasi yang
dengan jelas dan teliti. Studi deskriptif harus lebih mendalam maka dalam penelitian ini
lengkap, tanpa banyak detail yang tidak ditetapkan informan dengan purposive, yaitu
penting dengan menunjukkan apa yang
Amran Gatah Lisang, Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima…………………..18

dipilih dengan pertimbangan dan tujuan yang terbagi atas 16 kecamatan 169 Desa/
tertentu (Sugiyono, 2010:216). UPT/kelurahan, dimana Kecamatan Rio
Merujuk dari karakter informan dan Pakava merupakan kecamatan terluas (872,2
teknik menentukan informan maka peneliti Km2). Sedangkan kecamatan dengan luas
mengajukan informan dalam penelitian ini wilayah terkecil adalah Kecamatan Banawa
sebanyak 5 orang yaitu Kepala Bidang BUK Tengah dengan luas wilayah 74,6 Km2.
Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala, Kabupaten Donggala terletak diantara 00-30
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Lintang Utara dan 20-20 Lintang Selatan,
Kabupaten Donggala, Kepala Puskesmas serta 1190-45’ dan 120-45’ Bujur Timur.
Donggala, Camat Banawa, dan 1 Orang Kondisi topografis kebupaten Donggala
Petugas Gizi Kabupaten Donggala. sangat bervariasi dengan ketinggian di atas ±
Dalam penelitian ini menggunakan 700 m dari permukaan laut.
jenis data yang terdiri dari Data Primer dan Berdasarkan elevasi (ketinggian dari
Data Sekunder. Dalam penelitian ini permukaan air laut) dataran di Kabupaten
menggunakan data bersumber dari informan Donggala terdiri dari :
penelitian yang diperoleh melalui wawancara a. < 100 meter = 20,2 persen
mendalam merujuk pada pedoman b. 100 – 500 meter = 27,2 persen
wawancara, Kejadian dan kenyataan yang c. 501 – 1.000 meter = 26,7 persen
ada di lapangan baik terkait langsung d. > 1.000 meter = 25,9 persen
maupun yang tidak langsung dengan topik
permasalahan penelitian, dan Dokumen dan B. Keadaan Iklim
catatan yang relevan dengan permasalahan Sebagaimana dengan daerah–daerah
penelitian. lain di Indonesia, Kabupaten Donggala
Teknik pengumpulan data yang di memiliki 2 musim yaitu musim panas dan
gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai musim hujan. Musim panas terjadi antara
berikut: Observasi, Wawancara, dan bulan April – September sedangkan musim
Dokumentasi. hujan terjadi pada bulan Oktober – Maret.
Analis data dalam penelitian ini Hasil pencatatan rata-rata parameter cuaca
dilakukan pada saat penggumpulan data pada stasiun Meteorologi Mutiara Palu pada
berlangsung, dan setelah selesai tahun 2014 menunjukkan bahwa rata-rata
pengumpulan data. Dalam proses melakukan suhu udara (27,70 C) dengan suhu udara
analisis data, peneliti menggunakan model tertinggi terjadi pada bulan Maret (28,50 C)
analisis data interactive model yang dan terendah terjadi pada Juli (26,70 C).
dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Sementara tekanan udara tertinggi pada
Dalam model ini sebagai mana yang bulan September (1.011, 24 mb) dan terendah
dikemukan oleh Miles dan Huberman dalam pada bulan Juni (1.009,43 mb) dengan rata-
Sugiyono (2010:249), aktivitas dalam rata tekanan udara (1.010, 20 mb). Rata-rata
analisis data, yaitu data reduction, data Kelembaban udara (76,40%) dengan
display, dan conclusion drawing/verification. kelembaban udara terendah terjadi pada
bulan Maret (73,09%) dan tertinggi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN bulan Juli (80,78%). Curah Hujan tertinggi
pada bulan November (152 mm) dan
Gambaran Kabupaten Donggala. terendah pada bulan Februari (28 mm)
dengan rata-rata curah hujan (62,6 mm).
A. Letak Geografis Sedangkan rata-rata kecepatan angin 3,6
Secara Administratif, luas wilayah Knots dan arah angin terbanyak berasal dari
Kabupaten Donggala sebesar 5.275,7 Km² arah Barat Laut.
19 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

C. Keadaan Penduduk pertumbuhan penduduk Kabupaten Donggala


Masalah utama kependudukan di selama 10 tahun terakhir (2000-2010) dengan
Kabupaten Donggala adalah penyebaran kepadatan penduduk rata-rata sebesar 0,6
penduduk yang tidak merata dan hanya persen selama 5 tahun terakhir (2010-2015).
berpusat pada daerah–daerah tertentu saja.
Jumlah Penduduk Kabupaten Donggala Situasi Sumber Daya Kesehatan Dinas
sepanjang 5 tahun terakhir (2010-2014) Kesehatan Kabupaten Donggala
mengalami peningkatan, mulai dari tahun Tenaga kesehatan adalah setiap orang
2010 (279.756 jiwa) bertambah menjadi yang mengabdikan diri dalam bidang
282.752 jiwa (tahun 2012) kemudian pada kesehatan serta memiliki pengetahuan dan
tahun 2013 meningkat lagi sebesar 287.921 atau ketrampilan melalui pendidikan di
jiwa dan bertambah menjadi 290.915 jiwa bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
pada tahun 2014. memerlukan kewenangan untuk melakukan
Rata-rata peningkatan jumlah upaya kesehatan. Jenis tenaga kesehatan
penduduk Kabupaten Donggala pada 5 tahun terdiri dari tenaga medis, tenaga
terakhir (2010-2014) sebesar 3,98 persen. keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga
Peningkatan jumlah penduduk tertinggi kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga
terjadi pada tahun 2013 sebesar 34,1 persen keterapian fisik dan tenaga keteknisan medis.
dan tahun 2012 dengan jumlah penduduk Tenaga kesehatan menjadi salah satu
terendah sebesar 12,2 persen. faktor yang sangat penting dalam
Jumlah penduduk per Kecamatan penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Kabupaten Donggala pada tahun 2014, yang Pelayanan kesehatan yang berkualitas harus
terdiri atas 16 kecamatan dengan luas didukung oleh SDM yang berkualitas
wilayah 5.275,7 Km2 dan jumlah penduduk disamping ketersediaan sumber daya yang
290.915 jiwa. Kecamatan Banawa dengan lain. Hal yang penting diperhatikan dalam
jumlah penduduk terbesar (33.220 jiwa) pengadaan SDM adalah jumlah, jenis,
namun dengan luas wilayah yang terkecil distribusi tenaga kesehatan dan rasionya
(99,0 Km2) sedangkan jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk.
terkecil sebesar 6.687 jiwa di Kecamatan Data yang diperoleh dari Bidang
Pinembani. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Proporsi jumlah penduduk Kabupaten Kesehatan (SDMK) dan Sub Bagian
Donggala tahun 2014 menurut jenis kelamin Kepegawaian menunjukkan bahwa jumlah
laki–laki sebesar 148.804 jiwa (51%) dan tenaga kesehatan yang bekerja di Kabupaten
perempuan sebesar 142.101 jiwa (49%). Donggala pada tahun 2014 berjumlah 508
Berdasarkan hasil sensus penduduk orang yang tersebar anatara lain Dinas
yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Kesehatan sebanyak 112 orang, RSUD
Donggala pada tahun 2010, diketahui bahwa Kabelota sebanyak 120 orang, Puskesmas
rata–rata laju pertumbuhan penduduk sebanyak 246 orang dan AKPER Donggala
Kabupaten Donggala per tahun selama 10 sebanyak 30 orang. Jumlah ini menurun
tahun terakhir yakni dari tahun 2000–2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2013
sebesar 1,03 persen. Pada tahun 2012 laju (Dinas Kesehatan 98 orang, RSUD Kabelota
pertumbuhan penduduk Kabupaten Donggala 116 orang, Puskesmas 450 orang dan
meningkat menjadi 1,05 persen dengan AKPER Donggala sebanyak 30 dengan total
kepadatan penduduk rata–rata 53,6 jiwa/Km2. 694 orang).
Sedangkan kepadatan penduduk rata-rata Rasio tenaga medis (dokter spesialis,
sebesar 54,2 jiwa/Km2. Sehingga terjadi dokter spesialis gigi dan dokter umum)
peningkatan sebesar 0,02 persen pada laju belum memenuhi standar indikator Indonesia
Amran Gatah Lisang, Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima…………………..20

Sehat 2010. Berbeda dengan tenaga penampilan fisik balita yang berkunjung di
keperawatan (Bidan dan Perawat), dimana fasilitas pelayanan kesehatan.
tenaga bidan telah memenuhi standar rasio Cakupan penimbangan balita di
(100) yakni 156,2. Posyandu merupakan indikator yang
Sedangkan untuk kefarmasian, berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, pada balita, cakupan pelayanan kesehatan
gizi dan teknisi medis juga belum ada yang dasar khususnya imunisasi serta penanganan
memenuhi stndar rasio Indonesia Sehat 2010. prevalensi gizi kurang pada balita. Semakin
Berbeda halnya dengan tenaga medis dan tinggi cakupan balita ditimbang, seyogyanya
fisioterapis dengan standar rasio 4 sedangkan semakin tinggi pula cakupan Vitamin A,
cakupan rasio nya pada tahun 2014 ini semakin tinggi cakupan imunisasi dan
sebesar 15,8. Artinya untuk tenga medis dan diharapkan semakin rendah prevalensi gizi
fisoterapis telah memenuhi standar rasio kurang.
Indonesia Sehat 2010. Cakupan terhadap jumlah balita yang
ditimbang selama tahun 2014 yakni sebesar
Perbaikan Gizi Masyarakat Kabupaten 22.174 balita, dari jumlah balita ditimbang,
Donggala balita yang BGM berjumlah 1.875. cakupan
Keadaan gizi yang baik merupakan balita yang ditimbang ini mengalami
syarat utama dalam mewujudkan SDM yang peningkatan sepanjang 5 tahun terakhir
sehat dan berkualitas. Upaya perbaikan gizi (2010-2014) sedangkan untuk cakupan BGM
masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan mengalami peningkatan tertinggi pada tahun
untuk menangani permasalahan gizi yang 2013 sebesar 3.126 Balita.
dihadapi masyarakat. Masalah gizi adalah
gangguan kesehatan seseorang/masyarakat 2. Pemberian Kapsul Vitamin A
yang disebabkan tidak seimbangnya Tujuan pemberian kapsul Vitamin A
pemenuhan kebutuhan akan zat gizi yang pada balita adalah untuk menurunkan
diperoleh dari makanan. prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin
Masalah gizi terjadi disetiap siklus A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi
kehidupan manusia, dimulai sejak dalam terbukti efektif untuk mengatasi masalah
kandungan (janin), bayi, anak, dewasa kekurangan Vitamin A (KVA) pada
sampai dengan usia lanjut. Beberapa masyarakat apabila cakupannya tinggi.
permasalahan gizi yang sering dijumpai pada Peranan vitamin A dalam menurunkan secara
kelompok masyarakat antara lain gizi kurang bermakna angka kematian anak, maka selain
dalam bentuk Kurang Energi Protein (KEP), untuk mencegah kebutaan, pentingnya
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pemberian vitamin A lebih dikaitkan dengan
(GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB) dan kelangsungan hidup, kesehatan dan
Kurang Vitamin A (KVA) serta masalah gizi pertumbuhan anak. Vitamin A penting untuk
yang berkaitan dengan penyakit degeneratif. kesehatan mata dan mencegah kebutaan,
serta meningkatkan daya tahan tubuh.
1. Cakupan Penimbangan Balita di Sasaran pemberian kapsul vitamin A
Posyandu dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan)
Upaya pemantauan status gizi pada diberikan kapsul vitamin A 100.000 SI, anak
kelompok balita difokuskan melalui balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul
pemantauan terhadap pertumbuhan berat vitamin A 200.000 SI, dan ibu nifas
badan yang dilakukan melalui kegiatan diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI,
penimbangan di Posyandu secara rutin setiap sehingga bayinya akan memperoleh vitamin
bulan, serta pengamatan langsung terhadap A yang cukup melalui ASI. Pada bayi (6-11
21 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

bulan) diberikan setahun sekali pada bulan pada ibu hamil, karena prevalensi anemia
Februari atau Agustus; dan anak balita 6 pada kelompok ini cukup tinggi
bulan sekali, yang diberikan secara serentak Penanggulangan masalah anemia gizi
pada bulan Februari dan Agustus. Sedangkan besi saat ini terfokus pada pemberian tablet
pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas tambah darah (Fe) pada ibu hamil. Ibu hamil
diharapkan dapat dilakukan terintegrasi mendapat tablet tambah darah 90 tablet
dengan pelayanan kesehatan ibu nifas atau selama masa kehamilannya. Pelayanan
dapat pula diberikan di luar pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk
tersebut selama ibu nifas belum mendapatkan mengatasi kasus Anemia serta
kapsul vitamin A. meminimalisasi dampak buruk akibat
Strategi penanggulangan KVA kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu
dilaksanakan melalui pemberian kapsul hamil.
vitamin A dosis tinggi yaitu kapsul vitamin A Cakupan pemberian tablet besi (Fe-1)
biru (6–11 bulan) sebanyak satu kali dalam sepanjang 3 tahun terakhir mengalami
setahun (bulan februari atau agustus) dan peningkatan, namun menurun pada tahun
kapsul vitamin A merah untuk anak balita (1 2013 (101,6%) dan 2014 (95,8%). Sedangkan
– 5 tahun) sebanyak 2 kali yaitu tiap bulan cakupan Fe-3 mengalami peningkatan pada
Februari dan Agustus, serta ibu nifas paling tahun 2012 (93,5%) setelah cakupannya
lambat 30 hari setelah melahirkan. menurun pada tahun 2010 (71,1%) dan 2011
Sepanjang 4 tahun terakhir (2010- (87,6%), tetapi kemudian menurun kembali
2013) terjadi peningkatan cakupan balita pada tahun 2013 (91,7%) dan 2014 (77,9%).
yang mendapat vitamin A sebanyak 2x di Persentase cakupan pemberian tablet besi
Kabupaten Donggala namun pada tahun 2014 (Fe-1 dan Fe-3) kepada ibu hamil menurut
terjadi penurunan yakni menjadi 27.421 Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten
balita dari 30.353 balita. Donggala tahun 2014. Cakupan pemberian
tablet tambah darah terkait erat dengan
3. Pemberian Tablet Besi antenatal care (ANC). Cakupan kunjungan
Anemia gizi adalah kekurangan kadar K4 pada ibu hamil tahun 2014 sebesar 84,1%
haemoglobin (Hb) dalam darah yang diikuti oleh cakupan Fe-3 ibu hamil sebesar
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang sebesar 77,9%.
diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut.
Di Indonesia, sebagian besar anemia ini 4. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) Cara pemberian makanan pada bayi
hingga disebut anemia kekurangan zat besi yang baik dan benar adalah menyusui bayi
atau anemia gizi besi dan kelompok yang secara eksklusif sejak lahir sampai dengan
paling rentan adalah wanita hamil. umur 6 bulan dan meneruskan menyusui
Anemia Gizi Besi masih merupakan anak sampai umur 24 bulan. Mulai umur 6
masalah gizi yang perlu mendapat bulan, bayi mendapat makanan pendamping
penanganan karena dampak yang ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan
ditimbulkan antara lain risiko perdarahan tumbuh kembangnya.
yang dilahirkan, bayi yang dilahirkan BBLR, Cakupan pemberian ASI Aksklusif
kesakitan meningkat dan penurunan dipengaruhi beberapa hal, terutama masih
kesegaran fisik. Upaya pencegahan dan sangat terbatasnya tenaga konselor ASI,
penanggulangan anemia gizi besi belum adanya peraturan perundangan tentang
dilaksanakan melalui pemberian Tablet pemberian ASI serta belum maksimalnya
Tambah Darah (TTD) yang diprioritaskan kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan
kampanye terkait pemberian ASI maupun
Amran Gatah Lisang, Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima…………………..22

MP ASI, masih kurangnya ketersediaan Structure (Struktur Birokrasi). Beikut ini di


sarana dan prasarana KIE ASI dan MP ASI uraikan hasil penelitian lapangan.
dan belum optimalnya pembinaan kelompok
pendukung ASI dan MP ASI. 1. Communication (Komunikasi),
Pada tahun 2014 di Kabupaten Edward III dalam Budiman Rusli
Donggala, cakupan pemberian ASI Ekskulsif (2013:101) menjelaskan bahwa syarat
mencapai 27,0 persen. Angka ini belum pertama agar pelaksanaan kebijakan itu
mencapai target MDG’s yakni sebesar 70% efektif, kebijakan ini harus disampaikan/
dan cakupannya menurun dibandingkan diketahui oleh orang-orang yang diserahi
tahun 2013 (66,8%). ASI Eksklusif tertinggi tanggung jawab untuk melaksanakannya
berada di Puskesmas Donggala sebesar 39,9 dengan jelas. Tentu saja dalam hal ini
persen sedangkan terendah berada di diperlukan komunikasi yang akurat dan
Puskesmas Pinembani sebesar 7,4 persen. dilaksanakan dengan tepat oleh pelaksana.
Upaya terobosan yang perlu dilakukan Komunikasi yang baik harus
untuk meningkatkan pemberian ASI disosialisasikan serta dikoordinasikan
eksklusif antara lain melalui upaya sehingga akan dapat menghasilkan suatu
peningkatan pengetahuan petugas tentang implementasi yang baik pula, terkadang
manfaat ASI eksklusif, penyediaan fasilitas terdapat masalah dalam penyaluran
menyusui ditempat kerja, peningkatan komunikasi yaitu diantaranya adalah adanya
pengetahuan dan keterampilan ibu, salah pengertian yang disebabkan banyaknya
peningkatan dukungan keluarga dan tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam
masyarakat serta upaya untuk mengendalikan proses komunikasi sehingga apa yang
pemasaran susu formula. Selain itu perlu juga diharapkan akan terdistorsi ditengah jalan.
penerapan sepuluh langkah menuju Kebijakan akan berjalan efektif, jika
keberhasilan menyusui (LMKM) di Rumah pelaksana kebijakan, memahami apa yang
Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya harus mereka lakukan. Keputusan-keputusan
yang melakukan kegiatan persalinan. kebijakan kebijakan dan perintah-perintah,
Pemerintah Indonesia telah berupaya harus diteruskan kepada personel yang tepat
untuk menekan angka gizi buruk yang ada di sebelum keputusan-keputusan dan perintah-
Indinesia melalui Menteri Kesehatan perintah itu dapat diikuti, komunikasi harus
Republik mengeluarkan regulasi Peraturan akurat dan dimengerti oleh pelaksana
Menteri Kesehatan Republik Indonesia kebijakan. Hambatan dalam transmisi, bisa
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya saja juga menjadi penghambat atau
Perbaikan Gizi. Oleh karena itu untuk penghalang kebijakan.
melihat sejauh mana efektifitas kebijakan Berkaitan dengan Implementasi
tersebut di implementasikan maka melalui Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada
penelitian ini akan mengkaji Implementasi Anak Bawah Lima Tahun Pada Dinas
Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Kesehatan Kabupaten Donggala, Komunikasi
Anak Bawah Lima Tahun Pada Dinas merupakan usaha sosialisasi yang dilakukan
Kesehatan Kabupaten Donggala Provinsi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah menggunakan teori model pada masyarakat Kabupaten Donggala dalam
implementasi kebijakan yang dikembangkan kaitannya dengan penanggulangan gizi burk
oleh George C. Edward III dalam Agustino pada anak balita.
(2012:156), meliputi : Communication Dari pendapat informan penelitian yang
(komunikasi), Resources (sumber daya), ada, walaupun terdapat pendapat yang
Disposition (Disposisi), dan Birocratie berbeda–beda, namun dari pernyataan setiap
informan tersebut dapat dikatakan, bahwa
23 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

sosialisasi program penanggulangan gizi dengan penanggulangan gizi burk pada anak
buruk pada anak bawah lima tahun di balita.
Kabupaten Donggala, sudah dilaksanakan, Dari seluruh pendapat yang dijelaskan
dengan melibatkan instansi kecamatan dan oleh informan, berkaitan dengan Sumber
perpanjagan tangan Dinas Kesehatan yaitu daya dalam mengimplementasikan program
Puskesmas setempat sudah diberdayakan penaggulangan gizi buruk anak bawah lima
begitupula petugas gizi yang ada. tahun di Kabupaten Donggola dapat
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan dijelaskan bahwa, sumber daya manusia yang
Kabupaten Donggala, kasus Gizi buruk pada dimiiki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
anak bawah lima tahun, pada tahun 2015 Donggala dalam melaksanakan kebijakan
mencapai 142 kasus, satu kasus diantaranya progbram penanggulangan gizi buruk anak
meninggal dunia. Angka ini menurun bawah lima tahun, masih sangat kurang yang
dibanding tahun 2014 terdapat 152 kasus. memiliki keahlian dibidang gizi.
Namun demikian dibanding dengan tahun
2013 mencapai 108 kasus, satu kasus 3. Disposition (Disposisi).
diantaranya meninggal dunia, angka tersebut Edward III dalam Budi Winarno
meningkat. Anggka kasus gizi buruk tertinggi (2002:132), Disposisi adalah watak dan
terjadi pada tahun 2012 yaitu mencapai 412 karakteristik atau sikap yang dimiliki oleh
kasus, dua kasus diantaranya meninggal implementor seperti komitmen, kejujuran,
dunia. sifat demokratis. Apabila implementor
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan
2. Resources (Sumber Daya). dapat menjalankan kebijakan dengan baik
Van Meter dan Horn dalam Subarsono seperti apa yang diinginkan oleh pembuat
(2005: 100) menjelaskan bahwa kajian kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat
implementasi kebijakan perlu dukungan atau perspektif yang berbeda dengan
sumber daya baik sumber daya manusia pembuat kebijakan, maka proses
(human resources) maupun sumberdaya non- implementasi kebijakan juga menjadi tidak
manusia (non-human resources ). efektif.
Menurut pendapat Edward III, dalam Faktor-faktor yang turut memberikan
Budi Winarno (2002:132). Secara konseptual pengaruh dalam proses implementasi
sumberdaya diartikan sebagai isi kebijakan kebijakan publik,oleh para ahli telah
yang dapat dikomunikasikan secara jelas dan mengidentifikasi bahwa disposition atau
konsisten, tetapi apabila implementator kecenderungan para pelaksana turut
kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan memberikan kontribusi yang berarti terhadap
kebijakan, diyakini pelaksanaan kebijakan keberhasilan implementasi suatu kebijakan
tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya publik.
tersebut dapat berwujud sumberdaya Van Meter dan Van Horn dalam
manusia, yakni kompetensi dan sumberdaya Winarno (2002;168) mengidentifikasi tiga
finansial, maupun sarana prasarana. unsur tanggapan pelaksana yang mungkin
Sumberdaya adalah faktor yang penting memengaruhi kemampuan dan keinginan
untuk implementasi kebijakan agar dapat mereka untuk melaksankan kebijakan, yakni
berjalan efektif. pemahaman tentang kebijakan, penerimaan,
Berkaitan dengan program netralitas atau penolakan terhadap kebijakan,
penanggulangan gizi buruk pada anak bawah dan intensitas tanggapan itu. Pemahaman
lima tahun di Kabupaten Donggala, Sumber para pelaksana dalam hal ini menyangkut
daya merupakan Sumber Daya Manusia, tujuan umum maupun ukuran-ukuran dasar
Sarana Prasarana dan Dana dalam kaitannya dan tujuan-tujuan kebijakan. Sehingga
Amran Gatah Lisang, Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada Anak Bawah Lima…………………..24

dengan demikian akan menentukan sikap Pembagian tugas yang jelas dalam
terhadapa kebijakan ini untuk diterima dan penanggulangan gizi buruk pada anak balita
dilaksanakan atau sebaliknya sangat di Kabupaten Donggala.
bergantung dari presepsi individu-individu. Penjelasan informan dapat ditarik
Berkaitan dengan Implementasi maknanya, bahwa pihak Dinas Kesehatan
Program Penanggulangan Gizi Buruk pada Kabupaten Donggala, sudah melaksanakan
anak dibawah limah tahun di Kabupaten upaya dalam penanggulangan gizi buruk,
Doggala, Disposisi (dispositions) merupakan hanya saja masyarakat masih belum sadar
kemampuan dan komitmen untuk tentang hidup sehat, sehingga upaya apapun
melaksanakan penanggulangan gizi buruk yang dilaksanakan oleh pihak Dinas
pada anak balita. Kesehatan Kabupaten Donggala, tidak akan
Dari hasil wawancara dengan beberapa dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan
informan penelitian diatas di atas, berkaitan dan kepedulian dari masyarakat.
dengan penaggunalang gizi buruk anak Dari seluruh rangkaian hasil
bawah lima tahun di kabupaten donggala wawancara yang dikemukakan oleh informan
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan penelitian, berkaitan dsenga strukutr
Kabupaten Donggala, dapat disimpulkan birokrasi dalam penanggulangan gizi buruk
sudah sebagai mana yang diharapkan atau ana balita di Dinas Kesehatan Kabupaten
sudah berjalan dengan baik, hal ini Donggala, dapat dijelaskan bahwa
impelentor berkomitmen dalam mekanisme kerja dinas kesehatan dalam
mensukseskan program penanggulan gizi pelaksanaan penanggulangan anak gizi buruk
buruk di kabupaten Donggala yang terbilang di Kabupaten Donggala, sudah
masih tinggi. memfungsikan dengan baik puskesmas yang
ada sebagai ujunbg tombak penaggulangan
4. Birocratie Structure (Struktur gizi buruk, begitu juga petugas lapangan
Birokrasi). sebagai tim pelaksana pemuliha gizi, yang
Budiman Rusli (2013:104), bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Keberadaan struktur birokrasi sangat pelayanan anak gizi buruk di Kabupaten
diperlukan untuk mendukung kinerja sumber Donggala.
daya maupun stakeholders yang terkait
dengan proses implementasi kebijakan KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dengan cara adanya pembagian tugas
maupun tanggung jawab yang jelas sehingga Kesimpulan
tidak terjadi ketimpangan tugas dalam proses Berdasarkan analisis pembahasan hasil
penerapan suatu kebijakan. penelitian tentang Implementasi Program
Struktur birokrasi diartikan sebagai Penaggulangan Gizi Buruk Anak Bawah
yang bertugas mengimplementasikan Lima Tahun Pada Dinas Kesehatan
kebijakan, salah satu dari aspek struktur yang kabupaten Donggala, dapat disimpulkan
penting dari setiap organisasi adalah prosedur bahwa :
operasi standar (standard operating Secara keseluruhan Implementasi
procedure atau SOP). Standar operating Program Penaggulangan Gizi Buruk Anak
procedure menjadi pedoman bagi Bawah Lima Tahun Pada Dinas Kesehatan
implementator dalam bertindak. Kabupaten Donggala, dilihat dengan teori
Berkaitan dengan penaggulangan gizi implementasi kebijakan yang dikemukakan
buruk anak dibahwa lima tahun pada Dinas oleh Edward III, yang meliputi Komunikasi,
Kesehatan Kabupaten Donggala, Struktur Sumber Daya, Disposis dan Strukutur
Birokrasi (Bureaucratic Structure) adalah Birokrasi belum secara keseluruhan belum
25 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 2 Februari 2017 hlm 14-25 ISSN: 2302-2019

berjalan dengan baik. Hal ini di kareanakan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta:


dari keseluruhan faktor tersebut masih ada Penerbit Gava Media
faktor Sumber Day yang belum berjalan Rusli, Budiman, 2013. Kebijakan Publik
dengan baik, sedangkan faktor Komunikasi, Membangun Pelayanan Publik Yang
Disposisi, dan Strukutr Birokrasi sudah baik Responsif. Bandung: Hakim
terlaksana. Publishing.
Subarsono,AG, 2005. Analisis Kebijakan
Rekomendasi
Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dan kesimpulan di atas, maka Sugiyon.,2005, Metode Penelitian
peneliti merekomendasikan kepada Dinas Administrasi, Bandung: Alfabeta.
Kesehatan Kabupaten Donggala, agar -------------------, Metode Penelitian
Menambah Sumber Daya Manusia berkaitan Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,
dengan Gizi sehingga dapat tersebar Bandung: Alfabeta.
keseluruh Puskesmas yang ada. Selain itu Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses
Perlunya memberikan pelatihan kepada Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media
pegawai puskesmas, aparat Desa, Kelurahan, Pressindo.
dan kecamatan dalam kaitanya dengan -------------------, 2012. Kebijakan Publik
penanggulanangan gizi buruk. Teori, Proses, dan Studi Kasus (Edisi
dan Revisi Terbaru). Yogyakarta:
UCAPAN TERIMA KASIH Penerbit CAPS.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Penulis menyampaikan rasa terima Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
kasih setulus hati kepada semua pihak yang tentang Upaya Perbaikan Gizi.
telah membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, terkhususnya kepada yang
terhormat Prof. Dr. H. Sultan, M.Si, ketua
timpembimbing, Dr. Nurhannis, M.Si anggota
timpembimbing, yang telah membimbing, dan
mengarahkan penulis sehingga penulis
menyelesaikan tesis dan artikel ini.

DAFTAR RUJUKAN

Agustino, Leo, 2012. Dasar-Dasar


Kebijakan publik. Jakarta: Salemba
Humanika.
Brannen, Julia, 1999, Memadu Mertide
Penelitian Kualitatif dan Kuantatif,
Yogyakarta: pustaka pelajar.
Moleong, Lexi J, 2003. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Erwan Agus dan Sulistyastuti,
Dyah Ratih, 2012. Implementasi
Kebijakan Publik, Konsep dan

Вам также может понравиться