Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1Wahyuni R. Ramadhani,
2Billy
J. Kepel,
3Wulan G. Parengkuan
1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Kimia Fakultas Kedokteran
3
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: wahyuniridharamadhani@gmail.com
Abstract: Dental health practitioners and clinical students are vulnerable groups to transmission
of infection since they have a tendency to contact with saliva and blood in every treatments.
The risk of these infections requires attention to implement universal precautions and infection
control. This study aimed to describe the universal precautions and infection control in
periodontia treatment at dental hospital PSPDG FK Unsrat. This was a descriptive observational
study with a cross sectional design. This study was conducted at dental hospital of PSPDG FK
Unsrat in Juni-July 2015. There were 30 samples who underwent scaling obtained by using
consecutive sampling. Data were obtained by using a checklist instrument. The results showed
that 43.7% had implemented self universal precautions and infection control; 66.7% had
implemented patients’ universal precautions and infection control; and 40% had handled
dentistry tools and instruments. Conclusion: The overview universal precautions and infection
control in periodontia treatment at dental hospital of PSPDG FK Unsrat were accomplished as
much as 50.1%.
Keywords: universal precautions, infection control, clinical student, periodontia
Abstrak: Tenaga kesehatan gigi merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan infeksi
karena dalam tindakan perawatan mereka berkontak dengan saliva (air liur) dan darah. Risiko
infeksi mengharuskan tenaga kesehatan gigi termasuk mahasiswa kepaniteraan klinik
memperhatikan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada perawatan
periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat. Penelitian ini bersifat deskriptif
observasional dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat antara bulan Juni-Juli 2015 dengan jumlah
sampel yaitu 30 kunjungan scaling, menggunakan consecutive sampling. Data diperoleh dengan
menggunakan checklist. Hasil penelitian memperlihatkan 43,7% yang menerapkan tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap mahasiswa kepaniteraan klinik, 66,7% yang
menerapkan terhadap pasien, dan 40% yang melakukan tindakan penanganan instrumen dan
alat pelayanan kedokteran. Simpulan: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
perawatan periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat yang terlaksana yaitu
50,1%.
409
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …
Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi, mahasiswa kepaniteraan klinik, periodonsia
410
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
411
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …
datang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PSPDG FK UNSRAT yaitu pasien scaling tidak ada operator yang membuang limbah
ultrasonik. infeksius pada kontainer terpisah dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa limbah non infeksius. Dapat disimpulkan
sebanyak 86,7% operator tidak mencuci bahwa penanganan limbah klinik di bagian
tangan sebelum melakukan pemeriksaan periodonsia masih sangat kurang. Tempat
pasien. Mereka menggunakan sarung sampah di bagian periodonsia memang
tangan setelah melakukan pengisian rekam terdapat tiga jenis yaitu limbah tajam, limbah
medik dan persiapan alat tanpa mencuci kapas terkontaminasi, dan limbah umum
tangan terlebih dahulu. Sebanyak 50% namun tidak ada pemisahan yang nyata antara
operator mencuci tangan setelah limbah infeksius dan limbah non infeksius,
melakukan tindakan perawatan pasien, sehingga sarung tangan dan masker dibuang
sedangkan operator yang mencuci alat saja di tempat yang sama dengan sampah lain
dan membasahi tangan tanpa larutan seperti pembungkus makanan dan lain-lain.
pembersih atau sejenisnya tidak dianggap Sebanyak 33,3% operator belum divaksin
mencuci tangan. Aktivitas mencuci tangan hepatitis B. Mereka menganggap bahwa
yang dilakukan tidak semuanya vaksin hepatitis B tidak perlu dilakukan.
menggunakan teknik tujuh langkah. Menurut 66,7% operator yang telah divaksin
Mencuci tangan merupakan aktivitas yang mengatakan hal ini perlu dan merupakan
seharusnya tidak diabaikan karena tindakan wajib sebelum melakukan perawatan
kemungkinan sarung tangan berlubang terhadap pasien di Rumah Sakit Gigi dan
atau robek, sehingga bakteri dapat dengan Mulut PSPDG FK
mudah berkembang biak di lingkungan Unsrat.
yang hangat dan basah di dalam sarung Tabel 3 tentang tindakan pencegahan dan
tangan.6 Kurangnya kesadaran akan hal ini pengendalian infeksi terhadap pasien yang
mengakibatkan operator klinik dilakukan oleh operator menunjukkan bahwa
mengabaikan aktivitas mencuci tangan. 100% operator menggunakan alat steril, satu
Tempat mencuci tangan yang tersedia di gelas kumur untuk setiap pasien, dan
bagian periodonsia juga menjadi salah satu menggunakan suction sekali pakai.
faktor penyebab. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh
Seluruh operator menggunakan jas operator menggunakan celemek namun
kerja, masker, dan sarung tangan saat celemek yang digunakan bukan celemek
melakukan perawatan. Ini menunjukkan kedap air sehingga kurang maksimal. Hasil
bahwa hal tersebut penting bagi operator penelitian menunjukkan bahwa tidak ada yang
saat melakukan tindakan perawatan. menginstruksikan pasien berkumur antiseptik
Berdasarkan hasil observasi operator walaupun pada kenyataannya sebanyak 17
menggunakan sarung tangan, namun operator (56,7%) menginstruksikan pasien
sarung tangan yang digunakan merupakan berkumur sebelum dirawat dan masih ada
sarung tangan pemeriksaan, sedangkan 30% yang tidak melakukan pemberian
yang menggunakan kaca mata pelindung antiseptik pada daerah operasi. Instruksi
hanya 6,7%. Operator yang tidak berkumur dan pemberian antiseptik tidak
menggunakan kacamata pelindung dilakukan karena operator terburu-buru
beralasan bahwa menggunakan kacamata melakukan tindakan sehingga terlupa.
pelindung dapat menghambat saat bekerja Sedangkan untuk instruksi berkumur
karena penggunaan kacamata pelindung antiseptik memang merupakan hal yang
dapat mengganggu kenyamanan saat jarang sekali dilakukan sebelum tindakan
bekerja. perawatan. Menurut mereka berkumur dengan
air saja dianggap cukup.
413
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …
Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh dalam pelayanan kedokteran gigi yang benar7
operator membersihkan peralatan yang
terkontaminasi dengan air mengalir dan Hasil penelitian tentang desinfeksi dental
sabun kemudian membawanya ke ruang unit pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
sterilisasi, namun tidak memperhatikan perilaku operator untuk desinfeksi permukaan
perlindungan diri saat melakukan kerja setelah melakukan perawatan masih
pembersihan alat tersebut. Tidak sangat kurang. Berdasarkan hasil pengamatan
tersedianya peralatan perlindungan diri didapatkan bahwa terdapat satu operator yang
saat melakukan pembersihan peralatan dan melakukan desinfeksi permukaan dental unit
kurangnya kesadaran operator yaitu pada meja kerja, tombol dental unit,
mengakibatkan pencegahan infeksi saat pegangan lampu, pegangan suction dan 3
penanganan instrumen diabaikan oleh operator yang melakukan desinfeksi pada
sebagian besar operator dalam hal ini pegangan hand piece namun tidak ada yang
mahasiswa kepaniteraan klinik Rumah melakukan desinfeksi pada spittol bowl.
Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat. Jumlah mahasiswa kepaniteraan klinik yang
Walaupun operator mencuci peralatan tidak sebanding dengan jumlah dental unit
sebelum membawa ke ruang sterilisasi sehingga pergantian pengguna-an dental unit
namun hal ini tidak maksimal jika tidak dilakukan dengan cepat. Akibatnya tindakan
menutup peralatan tersebut ketika menuju desinfeksi pada dental unit terabaikan. Hal ini
ke ruang sterilisasi. Dari tempat pencucian juga menunjukkan kurangnya kepedulian
mereka harus melewati area kerja sebelum terhadap dental unit yang digunakan dan
sampai ke ruang sterilisasi. Keterbatasan kurangnya kesadaran terhadap penularan
Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK infeksi melalui permukaan kerja.
Unsrat membuat penentuan daerah Tabel 5 menunjukkan tindakan
sterilisasi dan daerah kerja menjadi tidak pencegahan dan pengendalian infeksi oleh
terlaksana dengan baik. mahasiswa kepaniteraan klinik Rumah Sakit
Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat bagian
periodonsia untuk tindakan scaling yang telah
Area Kerja terlaksana yaitu 50,1%. Angka ini merupakan
Area Sterilisasi
Area angka yang kecil mengingat resiko infeksi
Pembersihan dan
penyimpanan yang dihadapi. Begitupun dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawan dan Siampa
Area Kerja
yang menyatakan bahwa masih ada operator
yang tidak melakukan tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Gambar 5. Alur instrumen bagian periodonsia
Hasil penelitian Setiawan tahun 2014
RSGM PSPDG FK Unsrat
menyatakan bahwa tingkat kepatuhan
mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap SOP
Telah Area Sterilisasi dan (Standar Operasional Prosedur) umum
penyimpanan Steril
diproses
sebesar 80,5% telah mematuhi SOP dan
sebesar 19,5% tidak mematuhi SOP.8
Area Begitupun dengan penelitian Siampa di kota
Pembersihan Area Kerja
Makassar tahun 2012 tentang penerapan
Telah digunakan
proteksi dokter gigi sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi silang dokter gigi
di kota Makassar. Pencapaian penerapan
prinsip proteksi dokter gigi yaitu 51-75%.9
Gambar 6. Pembagian area dan alur instrumen
414
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015
416