Вы находитесь на странице: 1из 8

Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


PADA
PERAWATAN PERIODONSIA DI RUMAH SAKIT
GIGI DAN MULUT PSPDG FK UNSRAT

1Wahyuni R. Ramadhani,
2Billy
J. Kepel,
3Wulan G. Parengkuan

1
Kandidat Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Kimia Fakultas Kedokteran
3
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
E-mail: wahyuniridharamadhani@gmail.com

Abstract: Dental health practitioners and clinical students are vulnerable groups to transmission
of infection since they have a tendency to contact with saliva and blood in every treatments.
The risk of these infections requires attention to implement universal precautions and infection
control. This study aimed to describe the universal precautions and infection control in
periodontia treatment at dental hospital PSPDG FK Unsrat. This was a descriptive observational
study with a cross sectional design. This study was conducted at dental hospital of PSPDG FK
Unsrat in Juni-July 2015. There were 30 samples who underwent scaling obtained by using
consecutive sampling. Data were obtained by using a checklist instrument. The results showed
that 43.7% had implemented self universal precautions and infection control; 66.7% had
implemented patients’ universal precautions and infection control; and 40% had handled
dentistry tools and instruments. Conclusion: The overview universal precautions and infection
control in periodontia treatment at dental hospital of PSPDG FK Unsrat were accomplished as
much as 50.1%.
Keywords: universal precautions, infection control, clinical student, periodontia

Abstrak: Tenaga kesehatan gigi merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan infeksi
karena dalam tindakan perawatan mereka berkontak dengan saliva (air liur) dan darah. Risiko
infeksi mengharuskan tenaga kesehatan gigi termasuk mahasiswa kepaniteraan klinik
memperhatikan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada perawatan
periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat. Penelitian ini bersifat deskriptif
observasional dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat antara bulan Juni-Juli 2015 dengan jumlah
sampel yaitu 30 kunjungan scaling, menggunakan consecutive sampling. Data diperoleh dengan
menggunakan checklist. Hasil penelitian memperlihatkan 43,7% yang menerapkan tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap mahasiswa kepaniteraan klinik, 66,7% yang
menerapkan terhadap pasien, dan 40% yang melakukan tindakan penanganan instrumen dan
alat pelayanan kedokteran. Simpulan: Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
perawatan periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat yang terlaksana yaitu
50,1%.
409
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …

Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi, mahasiswa kepaniteraan klinik, periodonsia

Dalam sistem kesehatan nasional Mahasiswa kepaniteraan klinik belajar


pembangunan kesehatan bertujuan untuk melakukan seluruh tindakan perawatan gigi di
mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap Rumah Sakit Gigi dan Mulut, salah satunya
penduduk, agar terwujud derajat kesehatan yaitu Rumah Sakit Gigi dan Mulut
yang optimal sebagai salah satu unsur PSPDG FK UNSRAT (Program Studi
kesejahteraan umum. Dalam rangka mencapai Pendidikan Dokter Gigi Fakultas
tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan Kedokteran Universitas Sam Ratulangi)
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang merupakan satu-satunya di Sulawesi
yang dapat diterima dan terjangkau oleh Utara. Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini
seluruh lapisan masyarakat.1 Salah satu pokok memiliki beberapa bagian, salah satu
program Indonesia sehat 2010 yaitu program diantaranya yaitu periodonsia. Bagian
upaya kesehatan berupa program periodonsia menangani tindakan
pemberantasan penyakit menular,2 namun pembersihan karang gigi dan bedah
belum telaksana 100%. Penyakit menular di periodontal. Pembersihan karang gigi
Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar merupakan tindakan yang paling sering di
(RISKESDAS) tahun 2013 ialah tuberkulosis, bagian periodonsia. Tindakan ini
hepatitis, dan lain-lain,3 selain itu insiden berpotensi menularkan infeksi melalui
infeksi human immunodeficiency virus (HIV) udara berupa percikan saliva dan darah.
setiap tahunnya terus meningkat.4 Hal ini Hal ini berisiko bagi operator bahkan bagi
meningkatkan kewaspadaan penularan infeksi operator yang sedang melakukan tindakan
bagi praktisi kesehatan termasuk tenaga pada pasien yang berbeda. Percikan ini
kesehatan gigi. juga menyebabkan kontaminasi pada
Tenaga kesehatan gigi dalam melakukan benda-benda yang berada di sekitarnya
tindakan perawatan berkontak dengan saliva sehingga berpotensi menularkan infeksi.
(air liur) dan darah. Saliva dan darah
merupakan perantara penularan infeksi BAHAN DAN METODE PENELITIAN
sehingga tindakan dalam praktek dokter gigi Penelitian ini menggunakan metode
beresiko tinggi. Goodman dan Solomon deskriptif observasional dengan
mengkaji 13 laporan penularan penyakit pendekatan potong lintang. Jumlah sampel
menular yang terjadi dalam praktik perawatan yang diteliti sebanyak 30 kunjungan
gigi antara tahun 1961 dan tahun 1990 scaling pada bagian periodonsia, dengan
diantaranya yaitu laporan kasus yang pernah teknik pengambilan sampel menggunakan
terjadi di praktik perawatan gigi yaitu satu consecutive sampling. Data diperoleh
laporan yang menginformasikan bahwa melalui observasi langsung oleh peneliti
tuberkulosis paru ditularkan oleh seorang yang direkam dalam lembar penelitian
dokter gigi yang terinfeksi TB paru infeksius, berupa checklist yaitu peneliti
sembilan laporan dokter gigi terinfeksi virus memperhatikan setiap tindakan
hepatitis B dan menularkannya kepada pasien, pencegahan dan pengendalian infeksi oleh
serta satu laporan yang menginvestigasi mahasiswa kepaniteraan klinik di bagian
dugaan seorang dokter gigi tertular periodonsia dalam melakukan tindakan
HIV/AIDS.5 Tenaga kesehatan gigi harus scaling. Data dari lembar penelitian
meningkatkan kewaspadaan terhadap dikumpulkan, dinilai, dan dilakukan
penularan penyakit infeksi baik dokter gigi, pengolahan data kemudian data disajikan
perawat gigi, dan mahasiswa kepaniteraan berdasarkan distribusi frekuensi dalam
klinik. bentuk tabel.

410
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

HASIL PENELITIAN Mengganti linen


30 100 0 0
Berdasarkan distribusi karakteristik untuk setiap pasien
tindakan pada Tabel 1 menunjukkan Telah melakukan
20 66,7 10 33,3
bahwa dari 30 kunjungan scaling di vaksin hepatitis B
Rumah Sakit Rata-rata 13,1 43,7 16,9 56,3
Gigi dan Mulut RSGM PSPDG FK
UNSRAT diperoleh dengan prevalensi Tabel 2 menunjukkan bahwa 30 operator
terbanyak yaitu scaling ultrasonik (100%) menggunakan masker, jas kerja, dan
sebanyak 16 tindakan (53,3%) dan scaling mengganti linen untuk setiap pasien. Tidak
manual sebanyak 14 kunjungan (46,7%). ada (0%) yang mencuci tangan menggunakan
teknik tujuh langkah, menggunakan sarung
Tabel 1. Distribusi karakteristik tindakan tangan steril, dan membuang limbah infeksius
perawatan pada kontainer terpisah dengan limbah non
infeksius.
Karakteristik sampel n % Tabel 3 menunjukkan bahwa 30
Scaling manual 14 46,7 operator (100%) menggunakan alat steril,
Scaling ultrasonik 16 53,3 satu gelas kumur untuk setiap pasien, dan
Jumlah 30 100,0 menggunakan suction sekali pakai. Tidak
ada (0%) yang menggunakan celemek
Tabel 2. Tindakan pencegahan dan kedap air dan (0%) yang menginstruksikan
pengendalian infeksi terhadap operator pasien berkumur antiseptik sebelum
dirawat.
Tindakan Ya Tidak
pencegahan dan n % n Tabel 3. Tindakan pencegahan dan
pengendalian % pengendalian infeksi terhadap pasien
infeksi
Mencuci tangan Tindakan Ya % Tidak
sebelum melakukan 4 13,3 26 86,7 pencegahan dan n
pemeriksaan pasien pengendalian %
Mencuci tangan infeksi n
setelah melakukan 15 50 15 50 Alat yang
pemeriksaan pasien digunakan dalam 30 100 0 0
Mencuci tangan keadaan steril
menggunakan Mempersiapkan
0 0 30 100
teknik tujuh alat dan bahan
langkah yang akan
29 96,7 1 3,3
Menggunakan digunakan sebelum
0 0 30 100
sarung tangan steril memulai perawatan
Menggunakan pasien
30 100 0 0
masker Menggunakan
0 0 30 100
Menggunakan celemek kedap air
2 6,7 28 93,3
kacamata pelindung Satu gelas kumur
30 100 0 0
Menggunakan jas untuk setiap pasien
30 100 0 0
kerja Menggunakan
30 100 0 0
Membuang limbah suction sekali pakai
infeksius pada Menginstruksikan
kontainer terpisah 0 0 30 100 pasien untuk
0 0 30 100
dengan limbah non berkumur antiseptik
infeksius sebelum dirawat

411
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …

alat pelayanan kedokteran gigi

Tindakan penanganan Ya Tidak


instrumen dan alat
Merendam peralatan pelayanan kedokteran n % n %
gigi
dengan larutan 0 0 30 100
detergen sebelum
dibersihkan
Melakukan
pembersihan peralatan 30 100 0 0
menggunakan sabun dan
air mengalir
Menggunakan sarung
tangan tebal, celemek,
kacamata pelindung, dan 0 0 30 100
masker saat melakukan
pembersihan peralatan
Melakukan desinfeksi
atau membawa

peralatan yang telah 30 100 0 0


dibersihkan ke ruang
sterilisasi
Melakukan desinfeksi
0 0 0 0
pada dental unit
Rata-rata 12 40 18 60
Melakukan
pemberian
antiseptik pada
21 70 9 30 Tabel 5. Tindakan pencegahan dan pengendalian
daerah operasi
infeksi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik
untuk tindakan Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat
invasif bagian periodonsia untuk tindakan scaling
Rata-rata 20 66,7 10 3,3
Tindakan pencegahan Ya Tidak dan pengendalian
Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh
operator (100%) melakukan pembersihan infeksi n % n %
peralatan menggunakan sabun dan air
mengalir serta membawa peralatan yang Terhadap operator 13,1 43,7 16,9 56,3 Terhadap
pasien 20 66,7 10 33,3
telah dibersihkan ke ruang sterilisasi
Tindakan
namun (100%) tidak menggunakan sarung
penanganan
tangan tebal, celemek, kacamata instrumen dan alat 12 40 18 60 pelayanan
pelindung, dan masker saat melakukan kedokteran gigi
pembersihan peralatan serta tidak Rata-rata 15,1 50,1 14,9 49,9
melakukan desinfeksi pada dental unit
setelah melakukan tindakan perawatan BAHASAN
pasien. Tindakan yang diteliti yaitu 30
tindakan perawatan scaling, terdiri dari
46,7% scaling manual dan 53,3% scaling
Tabel 4. Tindakan penanganan instrumen dan ultrasonik. Kebanyakan pasien yang
412
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

datang di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PSPDG FK UNSRAT yaitu pasien scaling tidak ada operator yang membuang limbah
ultrasonik. infeksius pada kontainer terpisah dengan
Tabel 2 menunjukkan bahwa limbah non infeksius. Dapat disimpulkan
sebanyak 86,7% operator tidak mencuci bahwa penanganan limbah klinik di bagian
tangan sebelum melakukan pemeriksaan periodonsia masih sangat kurang. Tempat
pasien. Mereka menggunakan sarung sampah di bagian periodonsia memang
tangan setelah melakukan pengisian rekam terdapat tiga jenis yaitu limbah tajam, limbah
medik dan persiapan alat tanpa mencuci kapas terkontaminasi, dan limbah umum
tangan terlebih dahulu. Sebanyak 50% namun tidak ada pemisahan yang nyata antara
operator mencuci tangan setelah limbah infeksius dan limbah non infeksius,
melakukan tindakan perawatan pasien, sehingga sarung tangan dan masker dibuang
sedangkan operator yang mencuci alat saja di tempat yang sama dengan sampah lain
dan membasahi tangan tanpa larutan seperti pembungkus makanan dan lain-lain.
pembersih atau sejenisnya tidak dianggap Sebanyak 33,3% operator belum divaksin
mencuci tangan. Aktivitas mencuci tangan hepatitis B. Mereka menganggap bahwa
yang dilakukan tidak semuanya vaksin hepatitis B tidak perlu dilakukan.
menggunakan teknik tujuh langkah. Menurut 66,7% operator yang telah divaksin
Mencuci tangan merupakan aktivitas yang mengatakan hal ini perlu dan merupakan
seharusnya tidak diabaikan karena tindakan wajib sebelum melakukan perawatan
kemungkinan sarung tangan berlubang terhadap pasien di Rumah Sakit Gigi dan
atau robek, sehingga bakteri dapat dengan Mulut PSPDG FK
mudah berkembang biak di lingkungan Unsrat.
yang hangat dan basah di dalam sarung Tabel 3 tentang tindakan pencegahan dan
tangan.6 Kurangnya kesadaran akan hal ini pengendalian infeksi terhadap pasien yang
mengakibatkan operator klinik dilakukan oleh operator menunjukkan bahwa
mengabaikan aktivitas mencuci tangan. 100% operator menggunakan alat steril, satu
Tempat mencuci tangan yang tersedia di gelas kumur untuk setiap pasien, dan
bagian periodonsia juga menjadi salah satu menggunakan suction sekali pakai.
faktor penyebab. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh
Seluruh operator menggunakan jas operator menggunakan celemek namun
kerja, masker, dan sarung tangan saat celemek yang digunakan bukan celemek
melakukan perawatan. Ini menunjukkan kedap air sehingga kurang maksimal. Hasil
bahwa hal tersebut penting bagi operator penelitian menunjukkan bahwa tidak ada yang
saat melakukan tindakan perawatan. menginstruksikan pasien berkumur antiseptik
Berdasarkan hasil observasi operator walaupun pada kenyataannya sebanyak 17
menggunakan sarung tangan, namun operator (56,7%) menginstruksikan pasien
sarung tangan yang digunakan merupakan berkumur sebelum dirawat dan masih ada
sarung tangan pemeriksaan, sedangkan 30% yang tidak melakukan pemberian
yang menggunakan kaca mata pelindung antiseptik pada daerah operasi. Instruksi
hanya 6,7%. Operator yang tidak berkumur dan pemberian antiseptik tidak
menggunakan kacamata pelindung dilakukan karena operator terburu-buru
beralasan bahwa menggunakan kacamata melakukan tindakan sehingga terlupa.
pelindung dapat menghambat saat bekerja Sedangkan untuk instruksi berkumur
karena penggunaan kacamata pelindung antiseptik memang merupakan hal yang
dapat mengganggu kenyamanan saat jarang sekali dilakukan sebelum tindakan
bekerja. perawatan. Menurut mereka berkumur dengan
air saja dianggap cukup.

413
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …

Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh dalam pelayanan kedokteran gigi yang benar7
operator membersihkan peralatan yang
terkontaminasi dengan air mengalir dan Hasil penelitian tentang desinfeksi dental
sabun kemudian membawanya ke ruang unit pada Tabel 4 menunjukkan bahwa
sterilisasi, namun tidak memperhatikan perilaku operator untuk desinfeksi permukaan
perlindungan diri saat melakukan kerja setelah melakukan perawatan masih
pembersihan alat tersebut. Tidak sangat kurang. Berdasarkan hasil pengamatan
tersedianya peralatan perlindungan diri didapatkan bahwa terdapat satu operator yang
saat melakukan pembersihan peralatan dan melakukan desinfeksi permukaan dental unit
kurangnya kesadaran operator yaitu pada meja kerja, tombol dental unit,
mengakibatkan pencegahan infeksi saat pegangan lampu, pegangan suction dan 3
penanganan instrumen diabaikan oleh operator yang melakukan desinfeksi pada
sebagian besar operator dalam hal ini pegangan hand piece namun tidak ada yang
mahasiswa kepaniteraan klinik Rumah melakukan desinfeksi pada spittol bowl.
Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat. Jumlah mahasiswa kepaniteraan klinik yang
Walaupun operator mencuci peralatan tidak sebanding dengan jumlah dental unit
sebelum membawa ke ruang sterilisasi sehingga pergantian pengguna-an dental unit
namun hal ini tidak maksimal jika tidak dilakukan dengan cepat. Akibatnya tindakan
menutup peralatan tersebut ketika menuju desinfeksi pada dental unit terabaikan. Hal ini
ke ruang sterilisasi. Dari tempat pencucian juga menunjukkan kurangnya kepedulian
mereka harus melewati area kerja sebelum terhadap dental unit yang digunakan dan
sampai ke ruang sterilisasi. Keterbatasan kurangnya kesadaran terhadap penularan
Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG FK infeksi melalui permukaan kerja.
Unsrat membuat penentuan daerah Tabel 5 menunjukkan tindakan
sterilisasi dan daerah kerja menjadi tidak pencegahan dan pengendalian infeksi oleh
terlaksana dengan baik. mahasiswa kepaniteraan klinik Rumah Sakit
Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat bagian
periodonsia untuk tindakan scaling yang telah
Area Kerja terlaksana yaitu 50,1%. Angka ini merupakan
Area Sterilisasi
Area angka yang kecil mengingat resiko infeksi
Pembersihan dan
penyimpanan yang dihadapi. Begitupun dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setiawan dan Siampa
Area Kerja
yang menyatakan bahwa masih ada operator
yang tidak melakukan tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Gambar 5. Alur instrumen bagian periodonsia
Hasil penelitian Setiawan tahun 2014
RSGM PSPDG FK Unsrat
menyatakan bahwa tingkat kepatuhan
mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap SOP
Telah Area Sterilisasi dan (Standar Operasional Prosedur) umum
penyimpanan Steril
diproses
sebesar 80,5% telah mematuhi SOP dan
sebesar 19,5% tidak mematuhi SOP.8
Area Begitupun dengan penelitian Siampa di kota
Pembersihan Area Kerja
Makassar tahun 2012 tentang penerapan
Telah digunakan
proteksi dokter gigi sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi silang dokter gigi
di kota Makassar. Pencapaian penerapan
prinsip proteksi dokter gigi yaitu 51-75%.9
Gambar 6. Pembagian area dan alur instrumen
414
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan


gigi belum melaksanakan tindakan DAFTAR PUSTAKA
pencegahan dan pengendalian infeksi secara 1. Departemen Kesehatan RI. Sistem
maksimal. kesehatan nasional. Jakarta: 2004.
Tindakan pencegahan dan hal.5 [diakses pada 9 Agustus 2015].
pengendalian infeksi seharusnya dilakukan Available from:
secara menyeluruh baik oleh penyedia http://storage.jakstik.ac.id/ProdukHuk
um/Kesehatan/S KN+.PDF
pelayanan kesehatan maupun oleh tenaga 2. Rakernas Departemen Kesehatan RI. 2010.
pelayanan kesehatan gigi. Kedua pihak ini Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan
harus sama kuat untuk melakukan tindakan sebagai strategi nasional menuju Indonesia
pencegahan dan pengendalian infeksi sehat 2010. Jakarta. [diakses pada 9 Agustus
karena jika penyedia pelayanan telah 2015].
menyediakan fasilitas, namun kurangnya Available from:
kesadaran dan pengetahuan dari tenaga https://anotebookmidwifemcb.wordpr
pelayanan kesehatan gigi maka infeksi ess.com/2012/06/12/indonesia-sehat-
2010/
tidak dapat dicegah serta dikendalikan
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
secara maksimal dan begitupun Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013.
sebaliknya. Jakarta: Badan Pemeliharaan dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian
SIMPULAN Kesehatan Republik Indonesia.
Dari hasil penelitian dapat 2013. hal. viii-ix.
disimpulkan bahwa tindakan pencegahan Available from:
dan pengendalian infeksi pada perawatan http://www.depkes.go.id/resources/do
periodonsia di Rumah Sakit Gigi dan wnload/general/Hasil%20Riskesdas%
Mulut PSPDG FK Unsrat masih kurang. 202013.pdf
4. Ditjen PP & P L Kemenkes RI. Statistik kasus
HIV/AIDS di Indonesia.2014 [diakses
SARAN pada 17 April 2015]. Available
1. Diharapkan tenaga kesehatan gigi dan from: URL:
penyedia pelayanan kesehatan gigi http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf.
untuk mengoptimalkan tindakan 5. Arias KM. Infestigasi dan pengendalian
pencegahan dan pengendalian infeksi wabah di fasilitas
untuk meningkatkan mutu pelayanan pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC; 2010.
kesehatan. hal. 113-4. [diakses pada 17 April 2015].
2. Diharapkan menjadi bahan evaluasi, Available from:
https://books.google.co.id/books?isbn
referensi, dan menjadi acuan
=979044009X
perbaikan bagi pihak Rumah Sakit
6. Tietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N.
Gigi dan Mulut PSPDG FK Unsrat Penerjemah: Saifuddin AB,
untuk meningkatkan kualitas Sumapraja S, Djajadilaga, Santoso BI.
pelayanan rumah sakit dan fasilitas Panduan pencegahan infeksi untuk
kesehatan. fasilitas pelayanan kesehatan dengan
3. Diharapkan menjadi bahan evaluasi sumber daya terbatas. Jakarta: Yayasan
dan referensi bagi Program Studi Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Pendidikan Dokter Gigi FK Unsrat bekerja sama dengan JNPKKR/POGI
dan JHPIEGO (Program MHN &
untuk meningkatkan mutu pelayanan
STARH); 2004. p.
kesehatan gigi dan mulut. 3-5, 3-7, 5-5.
4. Diharapkan ada penelitian lanjutan 7. Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan
dengan tema serupa dengan cakupan Dasar Kementrian Kesehatan RI. Standar
yang lebih luas dan beragam. pencegahan dan pengendalian infeksi
415
Wahyuni, Kepel, Parengkuan: Tindakan Pencegahan dan Pengendalian …

pelayanan kesehatan gigi dan mulut di


fasilitas pelayanan kesehatan.
Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI;2014. p.11-29.
8. Setiawan PI, Burhanuddin. Tingkat
kepatuhan mahasiswa coass terhadap standar
operasional prosedur dalam pengendalian
infeksi silang (di rsgm hj.halimah dg.sikati
jl.kandea kota makassar). Makassar:
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin; 2014.
hal. 27-38. [diakses pada 5
agustus 2015]. available from:
URL:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream
/handle/123456789/12222/SKRIPSI
%20PURWO%20INDRA%20PRAJ
A%20S..pdf?sequence=1
9. Siampa A, Febrianty. Penerapan proteksi
dokter gigi sebagai upaya pencegahan
terhadap infeksi silang (penelitian dilakukan
di kota Makassar). Makassar:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin; 2012. [diakses pada 5
agustus 2015]. available from:
URL:
http://repository.unhas.ac.id/handle/1
23456789/2613.

416

Вам также может понравиться