Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/260751124
CITATIONS READS
0 2,335
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by P. Tommy Y. Sumatera Suyasa on 13 March 2014.
P. Tommy Y. S. Suyasa
Abstract
Competency is the knowledge, skill, or ability of individuals required to complete the task/job properly.
Knowledge, skills, or abilities are based on certain values. This article aims to review the underlying values of
every existing competency. There are at least 12 major competencies needed for individuals/employees in
performing their duties, namely: information seeking, customer service orientation, impact and influence,
technical expertise, analytical thinking, relationship building, achievement orientation, conceptual thinking,
integrity, flexibility, concern for order-quality-and-accuracy, and leadership. The author proposes the idea that
every competency has a particular underlying value. The underlying values of those competencies are: respect,
love, humility, happiness, freedom, cooperation, responsibility, unity, honesty, tolerance, simplicity, and peace.
Based on the twelve values, if the concept of competence is further developed, with different name/designation,
the twelve values can accommodate a variety of that name/title. With the concept of competency-based on
value, then each competency can be categorized into more simple and structured. Analysis of value-based
competencies will be useful for human resource practitioners in formulating job-competency model.
Page 1 of 7
diperlukan dalam suatu perusahaan/institusi, agar kesamaan. Dengan kata lain, boleh jadi beberapa
seluruh pekerjaan di dalam perusahaan/institusi kompetensi yang memiliki banyak nama, memiliki
tersebut dapat berjalan dengan baik; atau agar factor-loading yang paling tinggi pada suatu faktor.
perusahaan berhasil mencapai visi dan misinya.
Menurut pandangan praktisi, kompetensi di setiap Bagi para praktisi, tulisan mengenai pemetaan/
perusahaan dapat saja berbeda unik. Namun pengelompokkan kompetensi ini diharapkan dapat
demikian, pada kenyataannya kompetensi tersebut berfungsi sebagai kerangka berpikir dalam
bukanlah unik, namun hanya dinyatakan dengan memberikan nama kompetensi yang dibutuhkan
banyak nama. Zingheim et al. (1996) menyatakan untuk suatu jabatan/posisi. Para praktisi dapat
bahwa kompetensi yang dikatakan sebagai suatu mempertimbangkan apakah nama-baru untuk suatu
keunikan agar menang dalam persaingan/ kompetensi memang diperlukan, atau nama-baru
kompetisi, ternyata banyak memiliki kesamaan di kompetensi tersebut sudah tercakup dalam nama
berbagai perusahaan; setidaknya pada 10 kompetensi lainnya.
perusahaan terkemuka yang memiliki kompetensi
yang sama, namun disebut dengan nama yang Manfaat lain yang diharapkan dengan adanya
berbeda-beda. tulisan ini, adalah para praktisi dapat terbantu
dalam mengidentifikasi berbagai perilaku yang
Beberapa praktisi di dalam perusahaan/institusi, terkait dengan suatu kompetensi, khususnya untuk
sebenarnya sudah menyadari hal ini, dan sudah keperluan seleksi dan pengembangan karyawan.
melakukan usaha penyederhanaan. Misalnya, Nova Informasi utama yang dibutuhkan dari kegiatan
Scotia Public Service Commission (2004), dalam seleksi dan pengembangan karyawan, salah satunya
kamus kompetensinya mengelompokkan/ adalah target kompetensi (yang akan diperiksa atau
memetakan kompetensi menjadi empat, yaitu: (a) yang akan dikembangkan). Dengan adanya
Thinking Capabilities Cluster, (b) Leadership pemetaan/pengelompokan kompetensi ini, para
Effectiveness Cluster, (c) Self-Management praktisi akan mampu melihat hubungan antar
Cluster, (d) Social Awareness Cluster (Nova Scotia perilaku yang mendasari suatu kompetensi.
Public Service Commission, 2004). Institusi
Workitect (2007), mengelompokkan/memetakan Bagi pekerja/karyawan, pemetaan/pengelompokan
berbagai kompetensi menjadi lima kelompok, kompetensi diharapkan dapat menjadi sarana untuk
yaitu: (a) Achieving results, (b) Communicating memudahkan pekerja/karyawan yang bersangkutan
and influencing, (c) Competencies dealing with dalam mengingat kelompok perilaku yang akan
Leading others, (d) People business self mendukung kompetensinya, dalam menyelesaikan
management, (e) Preventing and solving problems pekerjaan. Fenomena menunjukkan bahwa
(Workitect, 2007). Perusahaan NASA (2004) karyawan/pekerja boleh jadi mengetahui,
mengelompokkan/memetakan berbagai kompetensi kompetensi (khususnya core competence) yang
yang dimilikinya juga menjadi lima kelompok, diharapkan dari perusahaannya. Namun, karyawan
yaitu: (a) Business Knowledge Domain, (b) tidak juga menampilkan core-competence tersebut.
Engineering - Technology Knowledge Domain, (c) Dengan adanya identifikasi dari faktor yang
Mission Operations Knowledge Domain, (d) mendasari suatu kelompok kompetensi, diharapkan
Leadership - Management Knowledge Domain, (e) karyawan/pekerja dapat lebih menghayati
Science Knowledge Domain (NASA, 2004). kompetensi yang dituju.
Page 2 of 7
Dari ketiga definisi yang dinyatakan di atas, pengertian cluster adalah pengelompokan
tampak bahwa kata behavior dan successful job subjek/unit analisis berdasarkan karakteristik yang
performance, senantiasa muncul. Kata dimiliki oleh subjek. Dalam makalah ini, penulis
behavior/performance adalah kata yang menjadi tidak melakukannya berdasarkan analogi konsep
kunci bagi penulis untuk mencari dasar konsep cluster, tetapi berdasarkan analogi konsep factor-
dalam melakukan pemetaan/pengelompokan analysis.
kompetensi. Dalam hal ini, kata behavior
selanjutnya akan menjadi entry-point dari Tujuan factor-analysis adalah untuk
penemuan faktor yang mendasari kompetensi. menyederhanakan banyak komponen, menjadi
beberapa faktor. Menurut penulis, analogi ini
Pertanyaannya adalah, apa yang menjadi faktor sesuai dengan tujuan untuk menyederhanakan
dasar dari suatu tingkah laku (behavior)? Beberapa berbagai macam kompetensi kerja yang
tokoh (Prentice, 2000; Santrock, 2006; Schiffman ditampilkan dengan banyak nama, dengan
& Kanuk, 1998) menyatakan bahwa tingkah laku mengidentifikasi faktor yang mendasarinya. Dalam
didasari oleh nilai (value) yang dimiliki individu. hal ini, faktor yang dimaksud adalah nilai;
Nilai adalah beliefs individu mengenai hal-hal yang sedangkan berbagai komponen yang akan
dianggap ideal atau penting (Santrock, 2006). Nilai disederhanakan adalah kompetensi kerja.
pada umumnya menjadi pedoman (guidance)
individu dalam bertingkah laku (Schiffman & Nilai yang digunakan dalam analogi factor-analysis
Kanuk, 1998). Nilai yang dimiliki, akan menjadi ini, adalah konsep nilai-nilai kehidupan (Living
dasar dari tingkah laku atau dari keputusan yang Values) berdasarkan literatur dari Tillman (2000).
akan diambil oleh individu (Brill, 2000). Ada dua alasan mengapa penulis menggunakan
konsep living values. Pertama, menurut Tillman,
Dengan demikian, dapat dibentuk suatu sintesis, berdasarkan penelitiannya mengenai banyak nilai
bahwa suatu kompetensi, yang pada hakikatnya yang ada di berbagai negara, dengan sebutan
adalah tingkah laku (behavior/performance), akan berbagai nama, saat dilakukan pengelompokkan,
didasari oleh suatu nilai. Nilai tertentu akan ternyata intisari dari berbagai nilai yang ada,
mendasari kompetensi tertentu. Misalnya, perilaku berjumlah 12, yaitu: nilai respect, love, humility,
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh happiness, freedom, cooperation, responsibility,
customer, adalah wujud nyata (operasional) dari unity, honesty, tolerance, simplicity, dan peace. Hal
kompetensi customer service orientation. Perilaku ini memiliki kemiripan dengan tujuan yang ingin
tersebut, idealnya didasari oleh belief bahwa dicapai oleh penulis, untuk menyederhanakan
“memberi” atau “membagi” sesuatu kepada orang konsep kompetensi yang memiliki banyak nama.
lain adalah hal yang penting. Dalam konsep nilai, Dengan kriteria berupa nilai yang terdefinisi secara
belief “memberi” atau “membagi” sesuatu kepada pasti/terbatas, diharapkan pengelompokan berbagai
orang lain/sesama, sangat dekat dengan nilai cinta jenis kompetensi dapat tercapai.
(Tillman, 2000). Dengan demikian, kompetensi
customer service orientation akan banyak didasari Kedua, living values adalah konsep yang
atau idealnya akan sangat dekat dengan nilai cinta direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa
(love). Bangsa (PBB) untuk diterapkan. Saat ini, konsep
living values sudah diterapkan lebih dari 70 negara,
Demikian pula dengan perilaku mencapai target khususnya dalam lingkungan pendidikan. Saat ini,
yang dalam tugas/pekerjaan; perilaku tersebut konsep/panduan living values untuk berbagai
adalah wujud nyata (operasional) dari kompetensi kelompok usia, sudah diterjemahkan ke dalam
achievement orientation. Perilaku tersebut, berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.
idealnya didasari oleh belief bahwa “mencapai” Dengan rekomendasi dan pengalaman penerapan
target atau “menyelesaikan” suatu pekerjaan adalah tersebut, diharapkan konsep living values adalah
hal yang penting. Dalam konsep nilai, belief hal yang sudah umum dan lebih mudah untuk
“mencapai” atau “menyelesaikan” suatu pekerjaan, diterima dalam pemikiran para praktisi/akademisi.
sangat dekat dengan atau didasari oleh nilai
tanggung jawab (Tillman, 2000). Dengan
demikian, kompetensi achievement orientation 5. Peta Kompetensi Kerja Berbasis
akan banyak didasari atau idealnya akan sangat Nilai
dekat dengan nilai tanggung jawab (responsibility).
Berdasarkan analogi pola berpikir konsep factor-
4. Metode Pemetaan Kompetensi analysis, di mana konsep nilai (living values)
dianggap sebagai faktor dan kompetensi kerja
Dalam usaha pemetaan atau pengelompokan dianggap sebagai komponen, penulis mengajukan
kompetensi, beberapa institusi telah melakukannya berbagai macam kelompok kompetensi kerja
dengan sebutan clustering. Dalam konsep statistik, adalah seperti yang dinyatakan dalam Tabel 1.
Page 3 of 7
Tabel 1. Peta Kompetensi Berbasis Nilai
Page 4 of 7
No. Nilai Kompetensi Sumber Sintesis
Workitect/Spencer
Technical Expertise
& Spencer
Working Strategically BC
Innovation HU
Untuk menjadi kreatif dan
menghasilkan inovasi, individu
ORO/Workitect/BC/
Analytical Thinking perlu merasa bebas dan mampu
5 Freedom Spencer & Spencer
berpikir alternatif (divergent
thinking)
Creative Thinking ORO
Divergent Thinking Author
Fostering Innovation Workitect
Attention To
Workitect
Communication
Building a Successful Team HU
Building Collaborative
Workitect
Relationships
Building Partnerships HU
Building Positive Working
HU
Relationships Nilai cooperation mendasari
Building Trust HU pencapaian dari tujuan
Communication HU/ORO pembelajaran learn to live
Contributing to Team together.
HU
Success
Delegation HU Pencapaian tujuan pembelajaran
Fostering Teamwork Workitect learn to live together,
Holding People Accountable BC dibutuhkan pada setiap kondisi
6 Cooperation
Interpersonal Effectiveness Workitect dan memiliki level yang
Leading Others BC berbeda-beda; mulai dari
People Management sekededar menjalin relasi yang
NASA
Competency baru, berdiskusi, mengadakan
Meeting Leadership HU rapat, berpartisipasi dalam
Meeting Participation HU kelompok/tim, hingga
Networking / Relationship memimpin sekelompok
ORO
Building orang/tim kerja.
Oral Communication Workitect
Partnering ORO
NSPS/BC/Spencer
Relationship Building
& Spencer
Team Leadership NSPS/ORO
Teamwork ORO/BC
Teamwork/Collaboration HU
Achievement BC
Aligning Performance for
HU Dalam mencapai tujuan yang
Success
ditargetkan, individu
Energy HU
membutuhkan dorongan/energi.
Follow-Up HU
Energi/dorongan akan semakin
Gaining Commitment HU
kuat, jika tujuan (goal) dari
Initiating Action (Initiative) HU
7 Responsibility energi tersebut dibuat
Tenacity HU
berdasarkan pilihan pribadi.
Work Standards HU
Pilihan yang dibuat secara
NSPS/Spencer &
Achievement Orientation bebas atau atas inisiatif pribadi,
Spencer
membuat individu lebih
Initiative ORO
bertanggung jawab.
Initiative Workitect
Results Orientation ORO /Workitect
Organizational and Conceptual thinking pada
ORO
8 Unity Environmental Awareness dasarnya adalah melihat sesuatu
Establishing Focus Workitect secara global (sebagai satu
Page 5 of 7
No. Nilai Kompetensi Sumber Sintesis
Workitect/Spencer kesatuan), tidak terpisah-pisah.
Conceptual Thinking
& Spencer
Entrepreneurship BC Semakin individu mampu
Business Acumen Workitect melihat keterkaitan satu konsep
dengan konsep lainnya (sebagai
satu kesatuan), semakin baik
kemampuan konseptualnya.
Page 6 of 7
No. Nilai Kompetensi Sumber Sintesis
Strategic Thinking Workitect orang lain dapat merasa lebih
Visioning Author tenang atau optimis/tidak cemas
Visioning and Strategic terhadap masa depan.
ORO
Thinking
Ketenangan dapat tercapai, jika
Wisdom (Positive pemimpin bersikap bijaksana
Author
Evaluation) atau mampu memberikan
kebijaksanaan.
Catatan. Pada kolom sumber, penulis menampilkan berbagai institusi/referensi yang menggunakan nama
kompetensi yang dijadikan contoh dari peta kompetensi yang dihasilkan. Beberapa nama institusi diberi
singkatan. Keterangan dari berbagai singkatan tersebut yaitu: ORO = Organizational Readiness Office,
HU=Harvard University, NSPS = Nova Scotia Public Service Commission, NASA = National Aeronautics and
Space Administration. Author = Penulis. Definisi setiap kompetensi, dapat dilihat pada literatur asli.
Page 7 of 7