Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LO:
1. Responsibilities for fraud detection
2. Recent debates relating to fraud
3. Earnings manipulation shenanigans
4. Cash flow shenanigans
5. Fraud and financial statements
6. Management’s responsibility
7. Auditor’s responsibility
Hal-hal berikut dapat dilakukan untuk membantu direksi dan manajemen senior dalam
mencegah terjadinya kecurangan dan kesalahan:
● Mengembangkan lingkungan kontrol yang sesuai
● Dengan mengimplementasikan sistem kontrol internal yang kuat dan efektif di
dalam perusahaan
● Dengan menunjang lingkungan yang beretika kuat di dalam perusahaan dan
mengembangkan kode etik
● Pembentukan komite audit dimana auditor dapat melaporkan kecurangan yang
dicurigai
● Melaksanakan setidaknya review tahunan pada efektivitas risk management dari
perusahaan dan internal control sistemnya
II. All About Fraud, Financial Shenanigans, & Cash Flow Shenanigans
Fraud
Menurut pengertiannya, Fraud merupakan tindakan curang, yang dilakukan sedemikian
rupa, sehingga menguntungkan diri sendiri, kelompok atau merugikan pihak lain. Pihak
lain yang dirugikan dapat berupa pihak perorangan, perusahaan ataupun pihak institusi.
Mengidentifikasi motif merupakan langkah yang penting bagi auditor untuk mendeteksi
suatu potensi fraud. Sebagai contoh ketika seorang direktur perusahaan berusaha
menggambarkan kinerja suatu perusahaan yang lebih baik dari keadaan sebenarnya. Oleh
sebab itu tekanan untuk menyajikan kinerja keuangan yang keliru menjadi lebih tinggi
dalam kondisi berikut:
● Ketika kinerja suatu perusahaan buruk, bahkan mungkin merugi;
● Ketika suatu perusahaan dituntut oleh pasar untuk menghasilkan tingkat
keuntungan tertentu;
● Ketika perusahaan telah menunjukkan pertumbuhan laba yang besar selama
beberapa tahun, para direktur mungkin ingin menunjukkan bahwa pertumbuhan
itu berlanjut;
● Ketika perusahaan telah berkembang dengan mengakuisisi perusahaan lain,
direksi memiliki insentif untuk menunjukkan kebijakan tersebut telah
mengakibatkan kelompok perusahaan terus menguntungkan, untuk menunjukkan
bahwa akuisisi sebelumnya telah berhasil atau untuk mempertahankan harga
saham perusahaan sehingga mereka dapat terus berhasil mengakuisisi perusahaan
lain;
● Ketika perusahaan memiliki masalah likuiditas, direktur perusahaan tidak ingin
apabila stakeholders maupun pasar mengetahui hal tersebut.
The Audit Agenda juga menyorot kesulitan auditor dalam mendeteksi fraud yang
direncanakan dengan baik dan terampil atau melibatkan kolusi atau top management.
Maka dari itu, profesi percaya bahwa akan menjadi tidak efektif dalam hal biaya untuk
mengikutkan deteksi fraud dalam tanggung jawab auditor. Tentu, auditor dapat
membantu mendeteksi fraud dengan menginformasikan manajemen mengenai kelemahan
sistem kontrol yang dapat dieksploitasi untuk tujuan fraud. The Audit Agenda juga
mengangkat poin mengenai terbatasnya hukuman untuk directors yang menyesatkan
auditor. Diantaranya biaya persekusi dan keterbatasan hukuman.
ICAEW di tahun 1996 mempublikasikan Taking Fraud Seriously. Dokumen ini menyorot
ketidakcocokan antara persepsi publik mengenai tanggung jawab auditor dalam
mendeteksi fraud d an perspektif auditor sendiri berbeda. Mereka merekomendasikan
auditor untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam mendeteksi fraud. Auditor harus
memiliki pengetahuan mengenai definisi fraud, karakteristik dan metode yang digunakan
untuk fraud, risiko, dan keterampilan forensik.
Publikasi terbaru dari APB mengenai fraud adalah Fraud and Audit: Choices for Society
pada 1998. Di dalamnya diusulkan cara membuat audit lebih efektif. Diantaranya
mengulas standar kunci audit, perubahan radikal dalam audit profesional, perluasan peran
audit, dan perubahan hukum korporat.
Seberapa Besar Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Manipulasi dalam Laporan
Keuangan?
Dalam teori dan praktiknya terdapat 3 jenis risiko audit yakni risiko bawaan (inherent
risk), risiko kontrol (control risk) dan juga risiko deteksi (detection risk). Risiko deteksi
adalah risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor, dan besaran risiko tergantung
penilaian auditor terhadap risiko bawaan dan risiko kontrol perusahaan yang diaudit
tersebut. Fraud, atau kecurangan yang disengaja erat kaitannya dengan risiko deteksi.
Ada dua aspek yang mempengaruhi keberhasilan auditor dalam mendeteksi fraud.
Internal control dan budaya perusahaan menjadi penentu utama keberhasilan terjadinya
kecurangan, namun kepekaan auditor terhadap kemungkinan terjadinya fraud ini juga
menentukan efektivitas prosedur yang didesain untuk mendeteksi kecurangan tersebut.
Ada sebuah pendapat yang sampai sekarang masih populer, yakni pendapat dari Lord
Justice Lopez dalam penanganan kasus Kingston Cotton Mills Company, yang mana
beliau menyatakan bahwa auditor adalah Watchdog atau anjing penjaga, bukan anjing
pelacak -- atau pihak yang harus mencari - cari kesalahan dalam pelaporan keuangan atau
aktivitas keuangan perusahaan.
Peran Auditor memang sebagai pihak yang memberikan kepastian kepada pengguna
mengenai kebenaran sebuah laporan keuangan perusahaan, namun dalam konsepnya,
auditor bertugas untuk memberikan reasonable assurance. Reasonable--bukan absolut,
yang mana diindikasikan bahwa auditor bukanlah guarantor terhadap kebenaran dari
laporan keuangan, dan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan masih mungkin terjadi
walau audit telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur audit yang ditentukan dalam
standar. Kegagalan dalam mendeteksi kecurangan tersebut dapat terbagi menjadi
beberapa faktor yakni:
- Risiko dari keterbatasan audit akibat dari prosedur audit yang dilakukan hanya
berdasarkan sampel pada aspek - aspek yang dinilai material, sehingga tidak diteliti
detail dan secara menyeluruh
- Adanya kerja sama atau kongkalikong atau persekongkolan manajemen dalam
melakukan kecurangan, sehingga memungkinkan bahwa satu perusahaan
merahasiakannya dari auditor dan menyusun segala rencana kebohongan dengan rapi
- Tanggung jawab auditor hanya mencakup pembuatan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan, sehingga bukti - bukti yang dikumpulkan hanya berorientasi
untuk mewujudkan opini tersebut, tidak lebih
Sejak awal, dari fase engagement dengan klien, auditor harus menempatkan penekanan
khusus pada aspek - aspek laporan keuangan klien yang berisiko mengandung
kecurangan, serta bagaimana cara kecurangan itu dapat terjadi. Auditor harus
merencanakan dan melakukan audit test untuk meminimalisir risiko kecurangan tidak
terdeteksi oleh auditor.
Standar Audit menyebutkan prosedur yang harus dilakukan auditor untuk mendapatkan
informasi dari manajemen mengenai pendapat mereka terhadap kecurangan (fraud).
Dikarenakan banyak sekali kejadian kecurangan laporan keuangan yang dilakukan
instansi besar, khususnya pada pengakuan pendapatan, standar audit mewajibkan auditor
membuat asumsi adanya risiko kecurangan pada hal tersebut sejak tahap awal prosedur
audit. Ketika auditor menemukan adanya risiko kecurangan yang menimbulkan material
misstatement pada laporan keuangan, standar audit mewajibkan auditor untuk
memberikan respon dalam tiga tahapan, yakni:
1. Respon keseluruhan
2. Respon pada pernyataan manajemen yang terkandung dalam laporan
keuangan (asersi)
3. Respon yang berkaitan dengan fenomena management override
Skandal Audit
BCCI
BCCI adalah bank yang didirikan oleh Agha Hasan Abedi, seorang bankir yang
berasal dari Pakistan. Didirikan pada 1972, BCCI memiliki beberapa lokasi usaha di
London, namun domisili perusahaan adalah di Luxemburg. BCCI mendapat dukungan
keuangan dari penguasa Abu Dhabi saat itu, Syeikh Zayed bin Sultan al-Nahyan.
Pada tahun 1990, Price Waterhouse, yang mana merupakan auditor BCCI,
melaporkan kepada Bank of England bahwa BCCI memiliki lending problem dan mereka
menduga adanya aktivitas fraud di dalam BCCI. Padahal, setahun sebelumnya Price
Waterhouse mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian untuk BCCI. Perubahan opini
dari wajar tanpa pengecualian menjadi wajar dengan pengecualian akan minimbulkan
efek buruk. Hingga kemudian, pada 1991, Price Waterhouse mengeluarkan laporan yang
menunjukan bahwa BCCI memiliki pinjaman-pinjaman dalam jumlah besar, melakukan
akuisisi ilegal di Amerika Serikat. Mengalami kerugian dari aktivitas treasury dan
memanipulasi akunnya. Akibat laporan ini, Bank of England dan regulator memaksa
BCCI untuk bangkrut dengan hutang yang dilaporkan sejumkah £9 miliar.
Likuidator menuntut Price Waterhouse atas kelalaiannya mendeteksi fraud yang
terjadi. Price Waterhouse diinvestigasi di bawah Joint Diciplinary Scheme. Hingga pada
1998, Likuidator dan Price Waterhouse sepakat untuk berdamai dengan uang yang
dibayar sebesar $95 juta.
1. Parmalat
Parmalat merupakan perusahaan industrial terbesar ke-8 di Itali. Ia memiliki
35.000 pegawai dan beroperasi di 30 negara. Pada tahun 2003, Bank of America
menerbitkan laporan yang mengatakan bahwa deposito senilai 4 milyar euro di Cayman
Island adalah fiktif. Laporan ini berlanjut menjadi kasus investigasi dan Parmalat dipaksa
untuk bangkrut. Fraud di dalam Parmalat ditemukan sudah terjadi sejak dulu dan
melibatkan keluarga pemiliknya, keluarga Tanzi. Auditor mereka saat itu mendapat kritik
keras karena tidak bisa mendeteksi fraud dan ketidakindependensi mereka. Dua partner
dari auditor mereka saat itu sudah mengaudit selama bertahun-tahun lamanya. Auditor
juga dikritik karena selama ini menerima dokumen-dokumen terkait bank dari Parmalat
dan tidak meminta langsung kepada bank bersangkutan.