Вы находитесь на странице: 1из 16

PERILAKU MEROKOK SISWA SMP DI KOTA PEKANBARU

(Studi Kasus Siswa SMP di Kota Pekanbaru)

By: Verdian Septriadi


tuanferdy@yahoo.com
Supervisor: Dr. Hesti Asriwandari
Library of Riau University

Department of Sociology
Faculty of Social Science and Political Science
University of Riau

Campus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km 12.5 Simp. New Pekanbaru
Phone Fax 0761-63277

ABSTRACT
The research present describe the smoke activity by students of Junior High School in
Pekanbaru city (study case students of Junior High School in Pekanbaru city). Nowdays
smoke activity have done by people in Indonesia, and especially smoke activity was doing by
teenagers likes student and kids. Smoke can damaged healthy man althought active or
passive smokers.

The research use the methode are qualitative methodes that analyze problem research
by describe the subject and object conditions based on real fact. This research use location in
Pekanbaru City and researcher collect data from books, government regulation, jurnal, mass
media, website and deep interview with informan research such as student of Junior High
School in Pekanbaru city.

The conclusion of this research are the smoke activity by students Junior High School
in Pekanbaru City has known from family and their friends. The influence factors are the
school friend that can push student to know and try for smoke. And social settings that
influence student to get smoke are permissive act parents, friends environment, pshycology
satisfied from students that has try for smoke.

Keywords: smoke, activity and students.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 1


PERILAKU MEROKOK SISWA SMP DI KOTA PEKANBARU
(STUDI KASUS SISWA SMP DI KOTA PEKANBARU)

Oleh: Verdian Septriadi


tuanferdy@yahoo.com
Pembimbing: Dr. Hesti Asriwandari
Perpustakaan Universitas Riau

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. H.R Soebrantas Km 12.5 Simp. Baru Pekanbaru
Telp Fax 0761-63277

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan sebuah kajian yang menjelaskan tentang perilaku merokok
pada siswa SMP di Kota Pekanbaru (Studi kasus siswa SMP di Kota Pekanbaru). Saat ini
perilaku merokok dilakukan oleh warga negara Indonesia and secara khusus perilaku
merokok mulai dilakukan oleh remaja atau siswa dan anak-anak. Secara kesehatan merokok
bisa mengganggu kesehatan kepada orang yang menghisap rokok secara aktif ataupun pasif.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang menganalisa


permasalahan penelitian dengan menjelaskan subjek dan objek penelitian secara empiris.
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kota Pekanbaru and peneliti mengumpulkan
data dari buku-buku, peraturan pemerintah, jurnal media massa dan wawancara mendalam
dengan informan penelitian seperti siswa SMP di Kota Pekanbaru.

Kesimpulan dari penelitian adalah bahwa perilaku merokok siswa SMP di Kota
Pekanbaru dilakukan dengan melihat secara langsung dari perilaku merokok yang dilakukan
oleh keluarga dan teman pergaulannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa SMP di
Kota Pekanbaru untuk merokok adalah pengaruh dari teman sekolahnya yang terlebih dahulu
melakukan kegiatan merokok. Selain itu lingkungan sosial siswa juga mendorong siswa SMP
di Kota Pekanbaru untuk merokok seperti sikap permisif orang tua, lingkungan teman
sekolah dan kepuasaan secara psikologis dari siswa SMP untuk melakukan perilaku merokok.

Kata kunci: aktivitas, merokok dan siswa.

PENDAHULUAN perilaku merokok siswa SMP di Kota


Penelitian ini merupakan sebuah Pekanbaru.
kajian sosiologi yang meneliti mengenai Rokok adalah hasil olahan
perilaku merokok siswa SMP di Kota tembakau dibungkus cerutu ataupun
Pekanbaru. Selain itu dalam penelitian ini bentuk lainnya yang dihasilkan dari
juga akan dibahas mengenai latar belakang tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana
sosial dan lingkungan yang mempengaruhi Rucita dan spesies lainnya atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 2


atau tanpa bahan tambahan. Rokok anak. Menurut Kak Seto, iklan rokok yang
merupakan silinder dari kertas berukuran bebas tampil di Indoesia saat ini sangat
panjang antara 70mm-120mm (bervariasi efektif mengajak anak menjadi perokok
tergantung negara) dengan diameter sekitar pemula.
10mm yang berisi daun-daun tembakau Usia perokok di Indonesia kini
yang telah dicacah. Rokok dibakar pada semakin muda, bahkan telah menyentuh
salah satu ujungnya dan dibiarkan usia anak-anak. Kondisi ini yang
membara agar asapnya dapat dihirup lewat menyebabkan Indonesia disebut sebagai
mulut pada ujung lain (PP No.19/2003). satu-satunya negara di dunia dengan baby
Rokok merupakan salah satu benda smoker atau perokok anak. Seperti kasus
yang tidak asing lagi dan banyak terdapat menyedihkan tentang perokok anak yang
di Indonesia. Indonesia merupakan salah terlihat dalam tayangan salah satu televisi
satu negara dengan industri rokok terbesar swasta di Indonesia tentang seorang balita
di dunia. Industri rokok di Indonesia berumur 2,5 tahun di Jember, Jawa Timur
merupakan salah satu penyumbang devisa yang menghabiskan rokok dua bungkus
terbesar negara. Karena industri rokok per hari. Kasus sejenis sebelumnya juga
dipandang mampu memberikan lapangan pernah terjadi di Sukabumi dan Garut, dan
kerja bagi ribuan orang. Selain itu industri kasus AS di Sumatera Selatan yang telah
rokok juga mampu mengembangkan merokok sejak umur 11 bulan.
pertanian dengan penanaman tembakau Dibalik kegunaan atau manfaat dari
sebagai bahan baku utama rokok dan rokok yang hanya sedikit, terdapat bahaya
dengan meningkatnya produksi tembakau yang sangat besar bagi orang yang
maka akan meningkatkan kesejahteraan merokok (perokok aktif) maupun orang
petani dan menyerap tenaga kerja untuk yang berada disekitar perokok (perokok
menanam tembakau. Keberadaan industri pasif). Semakin muda usia perokok, maka
rokok di Indonesia memang dilematis, semakin banyak zat-zat berbahaya dari
karena dibalik semua keuntungan hasil pembakaran rokok yang masuk
ekonomis itu rokok juga membawa ketubuh perokok. Perlu kita ketahui
dampak buruk bagi kehidupan manusia perokok aktif maupun pasif mempunyai
antara lain meningkatkan polusi udara, resiko tinggi terpapar 4000 jenis zat kimia
menimbulkan berbagai macam penyakit, beracun, diantaranya merupakan zat
serta menimbulkan berbagai kerawanan beracun (berbahaya) dan 69 jenis
sosial yang terjadi dalam masyarakat. tergolong zat penyebab kanker
Merokok sangat memberikan efek (karinogenik) (Surgeon General, 2010).
negatif bagi anak dibawah umur baik dari Selain terdapat bahaya dari merokok,
aspek fisiologis maupun aspek psikolgis. terdapat juga dampak negatif dari perilaku
Merokok juga dapat mempengaruhi tingkat merokok diantaranya yaitu :
kecerdasan seorang anak. Seorang anak 1. Seseorang yang mencoba merokok
yang terbukti merokok akan memiliki biasanya akan ketagihan karena
tingkat kecerdasan lebih rendah dibanding rokok bersifat candu yang sulit
anak yang tidak merokok. Hal ini menjadi dilepaskan dalam kondisi apapun.
serius mengingat semakin gencarnya iklan Seorang perokok berat akan
rokok yang menjadi pintu gerbang untuk memilih rokok daripada makan jika
membidik kalangan muda, terutama anak- uang yang dimilikinya terbatas.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 3


2. Harga rokok yang mahal akan TINJAUAN PUSTAKA
sangat memberatkan orang yang Rokok mengandung zat-zat yang
tergolong miskin, sehingga dana dapat menyebabkan kanker. Di dalam
kesejahteraan dan kesehatan rokok terkandung zat adiktif, yaitu bahan
keluarga sering dialihkan untuk yang penggunaannya dapat menimbulkan
membeli rokok. ketergantungan psikis. Asap rokok
3. Kegiatan yang merusak tubuh mengandung kurang lebih 4000 bahan
adalah perbuatan dosa, sehingga kimia yang 200 diantaranya beracun dan
rokok dapat dikategorikan sebagai 43 jenis lainnya dapat menyebabkan
benda atau barang haram yang kanker bagi tubuh. Beberapa zat yang
harus dihindari dan dijauhi. sangat berbahaya diantaranya yaitu karbon
Perilaku merokok adalah kebiasaan monoksida, amoniak, asam hidrosianat,
yang membahayakan, meskipun setiap nitrogen oksida dan formaldehid.
orang mengetahui bahaya yang disebabkan Partikelnya berupa tar, indol, nikotin,
oleh rokok, namun banyak remaja yang karbarzol dan kresol. Dan zat-zat pemicu
suka merokok. Seseorang yang telah kanker lainnya. Tar dalam asap rokok
mengetahui bahaya merokok tetapi tetap memperbesar peluang terjadinya radang
memutuskan untuk merokok, tentu gusi, yaitu penyakit gusi yang paling
memiliki alasan tertentu. Alasan mereka sering terjadi yang disebabkan oleh plak
mengkonsumsi benda kecil yang bakteri dan faktor lain yang dapat
mengandung Tar dan Nikotin ini antara menyebabkan bertumpuknya plak di
lain : sekitar gusi. Tar dapat diendapkan pada
1. Mereka ingin tahu enaknya rokok permukaan gigi dan akar gigi sehingga
dan sekedar ingin merasakan. permukaan ini menjadi kasar dan
2. Mereka merasa rokok telah mempermudah perlekatan plak. Dari
menjadi gaya hidup atau trend beberapa penelitian yang telah dilakukan
masa kini. plak dan karang gigi lebih banyak
3. Anggapan bahwa rokok dapat terbentuk pada rongga mulut perokok
menghilangkan stress, dibandingkan dengan bukan perokok.
menghilangkan jenuh dan Penyakit jaringan pendukung gigi yang
menghilangkan ketegangan. parah, kerusakan tulang penyokong gigi
4. Adapula mereka yang beralasan dan tanggalnya gigi lebih banyak terjadi
rokok sebagai lambang pada perokok dari pada bukan perokok.
kedewasaan.
5. Memperoleh pengalaman yang Perilaku adalah setiap tindakan
menyenangkan. manusia yang dapat dilihat (Kartono,
6. Kurangnya kontrol dari orangtua, 2003). Karakteristik perilaku ada dua yaitu
dll. perilaku terbuka dan perilaku tertutup.
Penelitian Komasari dan Helmi Perilaku terbuka adalah perilaku yang
(2000) menyatakan bahwa tiga faktor dapat diketahui oleh orang lain tanpa
penyebab perilaku merokok pada remaja menggunakan alat bantu. Perilaku tertutup
adalah kepuasan psikologis, sikap permisif adalah perilaku yang hanya dapat
orang tua terhadap perilaku merokok dimengerti dengan menggunakan alat atau
remaja, dan pengaruh teman sebaya. metode tertentu misalnya berpikir, sedih,

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 4


berkhayal, bermipi dan takut. Perilaku bacaan. Hal-hal ini menimbulkan
terdapat banyak macamnya yaitu perilaku minat untuk merokok.
refleks, perilaku refleks bersyarat dan 2. Tahap Initiation
perilaku yang mempunyai tujuan. Perilaku Tahap perintisan merokok
refleks bersyarat adalah merupakan yaitu tahap apakah seseorang akan
perilaku yang muncul karena adanya meneruskan atau tidak terhadap
perangsang tertentu. Perilaku yang perilaku merokok.
mempunyai tujuan disebut perilaku naluri. 3. Tahap Becoming a Smoker
Perilaku naluri adalah gerak-gerak refleks Apabila seseorang telah
yang kompleks atau merupakan rangkaian mengkonsumsi rokok sebanyak
tahap-tahap yang banyak, masing-masing empat batang per hari maka
tahap merupakan perilaku refleks yang mempunyai kecenderungan
sederhana (Purwanto, 1999) menjadi perokok.
Merokok sebagaimana yang 4. Tahap Maintenance of Smoking.
diketahui adalah menghisap gulungan Tahap ini merokok sudah
tembakau setelah dibakar. Kumpulan asap menjadi salah satu bagian dari cara
putih yang dihisap kemudian ditelan dan pengaturan diri (self regulating).
dikeluarkan kembali merupakan cara Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang
kebanyakan orang dalam menggunakan
menyenangkan.
dan mengkomsumsi rokok. Defenisi lain
Teori yang digunakan dalam
menyatakan merokok adalah menghisap
penelitian ini adalah teori pertukaran.
gulungan tembakau yang dibungkus
Teori pertukaran George C. Homans
dengan kertas (Kamus Besar Bahasa
bertumpu pada asumsi bahwa orang
Indonesia (1990:752). Lebih jauh lagi
terlihat dalam perilaku untuk memperoleh
Poerwadarminta dalam Kemala (2007:9)
ganjaran atau menghindari hukuman. Inti
mendefinisikan merokok sebagai
dari teori pertukaran menurut Homans
menghisap rokok, dan rokok didefinisikan
terletak pada sekumpulan proposisi
sebagai gulungan tembakau yang berbalut
fundamental. Adapun proposisi-proposisi
daun nipah atau kertas. Metode menghisap
dari Homans adalah sebagai berikut (Raho,
setelah dibakar tidak sepenuhnya
2007 : 172-176) :
digunakan orang dalam mengkomsumsi
1. Proposisi sukses, berbunyi :
rokok, ternyata banyak cara dan metode
“Semakin sering tindakan
untuk mengekspresikan rokok untuk
seseorang dihargai atau mendapat
dikomsumsi. Seperti yang diungkapkan
ganjaran maka semakin besar
oleh Leventhal & Clearly (Komasari &
kemungkinan orang tersebut
Helmi, 2000) terdapat 4 tahap dalam
melakukan tindakan yang sama”.
perilaku merokok sehingga menjadi
2. Proposisi rangsangan atau stimulus,
perokok, yaitu :
berbunyi : “Apabila pada masa
1. Tahap Prepatory
lampau ada satu stimulus atau
Seseorang mendapatkan
sejumlah stimuli didalamnya
gambaran yang menyenangkan
tindakan seseorang mendapat
mengenai merokok dengan cara
ganjaran maka semakin stimulus
mendengar, melihat atau dari hasil
atau stimuli yang ada menyerupai

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 5


stimulus atau stimuli pada masa tingkah laku yang demikian
lampau itu, semakin besar pula adalah lebih bernilai
kemungkinan bahwa orang tersebut baginya”.
akan melakukan tindakan yang Proposisi rasionalitas, berbunyi :
sama”. “Dalam memilih diantara tindakan-
3. Proposisi nilai, berbunyi : tindakan alternative, seseorang akan
“Semakin tinggi nilai tindakan memilih tindakan yang dia rasakan pada
seseorang maka semakin besar saat itu mempunyai nilai hasil (value),
kemungkinan orang itu melakukan value yang lebih besar yang dilipat
tindakan yang sama”. gandakan oleh kemungkinan mendapat
4. Proposisi kejenuhan, berbunyi : hasil”. Ada beberapa faktor yang
“Semakin sering seseorang mendorong remaja untuk merokok
mendapat ganjaran pada waktu (Mu’tadin, 2002), di antaranya:
yang berdekatan maka semakin 1. Faktor orangtua dan keluarga
kurang bernilai ganjaran itu untuk Menurut Baer & Corado
dia”. (1999:294) dalam Atkinson salah
5. Proposisi kejenuhan dan agresi, satu temuan tentang anak perokok
terdapat dua proposisi yang adalah bahwa anak-anak yang
berbeda yaitu: berasal dari rumah tangga yang
a. Proposisi pertama : “Bila tidak bahagia, dimana orang tua
tindakan seseorang tidak tidak begitu memperhatikan anak-
memperoleh ganjaran anaknya dan memberikan hukuman
seperti yang diharapkannya fisik yang keras lebih mudah untuk
atau mendapat hukuman menjadi perokok dibanding anak-
yang tidak diharapkannya, anak yang berasal dari lingkungan
maka semakin besar rumah tangga yang bahagia. Selain
kemungkinan bahwa dia itu, anak-anak yang mempunyai
menjadi marah dan orang tua perokok, lebih rentan
melakukan tindakan agresif untuk terpengaruh dan mencontoh
dan tindakan agresif itu orang tuanya.
bernilai baginya”. 2. Pengaruh teman
b. Proposisi kedua : “Apabila Banyak fakta membuktikan
seseorang mendapat bahwa anak perokok, kemungkinan
ganjaran yang besar teman-temannya juga
diharapkannya khususnya perokok, dan sebaliknya (Al
ganjaran yang lebih besar Bachri, 1991).
daripada yang 3. Faktor kepribadian
diharapkannya atau tidak Orang yang mencoba
mendapat hukuman yang merokok hanya karena alasan ingin
diperhitungkan, maka ia tahu atau mungkin juga karena
akan menjadi senang, lebih ingin mengobati rasa sakit fisik
besar kemungkinannya ia maupun jiwa, melepaskan diri dari
akan melakukan hal-hal kebosanan.
yang positif dan hasil dari 4. Iklan rokok

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 6


Iklan-iklan di berbagai 4. Terlihat lebih tua dari usianya
media yang memberikan gambaran Orang yang mulai merokok
bahwa perokok adalah lambang di usia muda akan mengalami
kedewasaan sehingga memicu proses penuaan lebih cepat, ia akan
anak-anak untuk ikut berperilaku memiliki garis-garis di wajah serta
seperti itu (Juniarti,1991). kulit lebih kering sehingga
Merokok pada saat remaja tidak penampilannya akan lebih tua
hanya menyebabkan masalah kesehatan disbanding usianya. Selain itu
pada tingkat fisik, namun juga pada rokok juga membuat remaja
emosionalnya. Berikut ini beberapa memiliki jerawat atau masalah kulit
masalah yang bisa muncul jika remaja lainnya.
merokok yang bisa terlihat dari
penampilannya : METODE PENELITIAN
1. Mengganggu performa di sekolah Jenis penelitian ini menggunakan
Remaja yang merokok akan metode penelitian kualitatif. Hakikat dari
mengalami penurunan dalam nilai penelitian kualitatif yaitu prosedur
olahraganya karena tidak bisa penelitian ini yang menghasilkan data
berjalan jauh atau berlari cepat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
seperti sebelum merokok. Serta lisan dari orang-orang dan prilaku yang
menurunkan kemampuan memori diamati serta upaya untuk mencari
otaknya dalam belajar yang bisa pemecahan masalah dengan
mempengaruhi nilai-nilainya. menggambarkan peristiwa-peristiwa
2. Lebih sulit sembuh saat sakit berdasarkan fakta atau bukti yang ada.
Ketika remaja sakit maka Jenis penelitian adalah deskriptif yang
akan lebih sulit baginya untuk bisa selaras dengan pendapat Sugiyono (2005),
kembali sehat seperti semula yaitu penelitian yang mengungkapkan atau
karena rokok mempengaruhi sistem memotret situasi sosial secara menyeluruh,
imun didalam tubuh. Rokok ini luas dan mendalam.
juga memicu masalah jantung di Moleong (2002: 190), Penelitian
usia muda serta mengurangi kualitatif diartikan yaitu menggambarkan
kekuatan tulang. dan melukiskan keadaan subjek atau objek
peneliti (lembaga, masyarakat, daerah dan
3. Kecanduan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan
Remaja yang merokok fakta-fakta yang tampak sebagaimana
cenderung jauh lebih mungkin mestinya. Sampling yang digunakan dalam
menjadi kecanduan terhadap penelitian ini adalah teknik purposive
nikotin yang membuatnya lebih sampling, yaitu dengan teknik menentukan
sulit untuk berhenti. Saat ia informan berdasarkan karakteristik tertentu
memutuskan untuk berhenti sesuai yang dikehendaki peneliti. Informan
merokok, maka gejala penarikan merupakan keseluruhan dari pada objek
seperti depresi, insomnia, mudah yang diteliti di mana karakteristiknya telah
marah dan masalah mentalnya bisa diketahui. Informan yang tentunya dapat
berdampak negative pada kinerja memberikan data relevan berkaitan dengan
sekolah serta perilakunya. permasalahan penelitian.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 7


Informan dalam penelitian ini transkip, buku, surat kabar, majalah,
adalah siswa SMP di Kota Pekanbaru yang prasasti, notulen rapat, agenda dan
melakukan aktivitas merokok. Teknik sebagainya”. Teknik analisis data
pengumpulan data yang digunakan dalam merupakan langkah yang paling penting
penelitian ini adalah Accidental Sampling, dalam penelitian, karena tujuan utama dari
yaitu mengambil sampel dengan penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
pertimbangan tertentu yang dipandang mengetahui teknik analisis data, maka
dapat memberikan data secara maksimal. peneliti tidak akan mendapatkan data yang
Teknik pengumpulan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan
dipergunakan dalam penelitian ini yaitu seperti yang dikemukakan Arikunto (2006
sebagai berikut : : 308). Analisis data, menurut Potton
1. Wawancara dalam Moleong (2007:280), adalah proses
Menurut Arikunto (2006 : 227), mengatur urutan data,
bahwa teknik wawancara (interview) mengoordinasikannya ke dalam suatu pola,
adalah suatu cara pengumpulan data kategori dan satuan uraian dasar.
dengan menggunakan kuesioner lisan yang
diwujudkan dalam dialog antara peneliti HASIL PENELITIAN DAN
dengan responden. Dari hasil tanya jawab PEMBAHASAN
tersebut, masalah-masalah atau data yang A. Perilaku Merokok Siswa SMP
ditemukan dianalisis, dirumuskan dan Perilaku merokok adalah suatu
selanjutnya dicarikan pemecahannya. kegiatan atau aktivitas membakar rokok
Kegiatan pengumpulan informasi yang dan kemudian menghisapnya dan
dijalankan dengan menanyakan langsung menghembuskannya keluar dan dapat
kepada informan untuk memperoleh data menimbulkan asap yang dapat terhisap
kualitatif dalam upaya memperoleh oleh orang-orang disekitarnya. Seberapa
pemahaman secara komprehensif terhadap banyak seseorang merokok dapat diketahui
penelitian yang dilakukan. Tujuan melalui intensitas merokoknya. Setiap
penggunaan teknik wawancara ini individu mempunyai kebiasaan merokok
merupakan konfirmasi informasi dari yang berbeda dan biasanya disesuaikan
responden mengenai objek yang diteliti. dengan tujuan mereka merokok. Aktivitas
Teknik wawancara ini dimaksudkan juga individu yang berhubungan dengan prilaku
untuk melengkapi data dan informasi yang merokoknya, diukur melalui intensitas
diperoleh melalui teknik-teknik lain, merokok, tempat merokok, waktu
sehingga dapat melengkapi kekurangan merokok, dan fungsi merokok. Tahap-
data yang ingin diambil. tahap perilaku merokok yaitu berawal dari
2. Dokumentasi para subjek mulai mengetahui dan
Dokumenasi adalah sumber mengenal rokok sampai tahap dimana
informasi berupa bahan – bahan tertulis subjek mencoba dan memutuskan untuk
atau tercatat berupa arsip-arsip ataupun merokok.
dokumen-dokumen yang berakaitan Tahap permulaan merupakan tahap
dengan masalah yang diteliti. Arikunto dimana subjek mulai mengetahui rokok.
(2006:231) menyatakan bahwa Berbagai pemaparan dari para informan
“dokumentasi yaitu mencari data mengenai yang peneliti dapatkan tentang bagaimana
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, awal subjek mengetahui rokok. Ada yang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 8


mengenal rokok berawal dari anggota dapat dirasakan oleh seseorang seperti
keluarga nya sendiri, adapula yang merasa aman dan dianggap penting,
mengenal rokok berawal dari teman nya. mendapatkan tempat yang baik bagi
Keluarga memberikan dasar bagi penyaluran rasa kecewa, marah, gembira
pembentukan tingkah laku, watak dan dan sebagainya. Namun tak dapat di
moral pada anak, termasuk di antaranya pungkiri bahwa terdapat peran negative
perilaku merokok. Kebiasaan merokok yang didapat jika bersosialisasi dengan
yang biasa dilakukan oleh anggota teman sebayanya, misalnya kebiasaan
keluarga membuat seorang anak akan merokok yang dianggap hal yang biasa
mempelajari dan menganggap hal tersebut untuk di lakukan. Meskipun saat pertama
adalah hal yang wajar dilakukan oleh siapa kali merokok subjek merasakan
saja. Selain keluarga, perilaku anak dampaknya pada kesehatan seperti batuk-
merokok juga tidak terlepas dari interaksi batuk, sakit tenggorokan dan lainnya, akan
teman sebaya atau teman sepermainan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan
yang ada dalam aktivitas berkumpul dan keinginan subjek untuk tetap merokok
masyarakat dimana tempat anak tersebut seperti yang paparkan oleh para informan.
tumbuh dan berkembang. Berdasarkan Tahapan menjadi seorang perokok
pemaparan dari para informan dapat ini merupakan tahapan ketika subjek
disimpulkan bahwa mereka mengenal memutuskan untuk menjadi seorang
rokok dan rasa ingin tahu mereka perokok dan melakukan aktivitas merokok.
mengenai rokok berasal dari lingkungan Aktivitas merokok merupakan suatu
mereka yaitu orangtua dan teman- perilaku yang dilakukan individu meliputi
temannya. Mereka melihat kebiasaan tempat, watktu, biaya dan lain sebagainya
orang terdekatnya dan merasa tertarik yang dilakukan secara berulang kali atau
dengan rokok. Oleh karena itu kebiasaan terus-menerus dalam jangka waktu
merokok pada siswa SMP di Kota tertentu, sehingga individu tersebut merasa
Pekanbaru terjadi dikarenakan faktor kecanduan dan lambat laun rokok menjadi
lingkungan sosial terdekat dari subjek itu suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
sendiri. Aktivitas merokok informan akan
Pada tahap persiapan ini dijelaskan dijelaskan secara rinci yang meliputi jenis
bagaimana awal mula informan mulai rokok yang dikomsumsi, frekuensi
memutuskan untuk mencoba merokok dan merokok yang dilakukan, tempat yang
bagaimana informan merokok pertama dipilih subjek untuk merokok dan makna
kali. Berawal dengan adanya pengetahuan rokok bagi subjek.
tentang kebiasaan merokok dari keluarga Ada banyak alasan yang melatar
dan teman sebaya, keinginan untuk belakangi perilaku merokok pada remaja.
mencoba rokok berawal dengan alasan Secara umum Kurt Lewin mengatakan
rasa ingin tahu dan alasan coba-coba serta bahwa perilaku merokok merupakan
beberapa alasan lainnya. Namun, salah fungsi dari lingkungan dan individu.
satu faktor terkuat untuk mencoba Artinya, perilaku merokok selain
merokok diperoleh melalui proses disebabkan faktor-faktor dari dalam diri,
sosialisasi yang berlangsung dengan teman juga disebabkan faktor lingkungan. Rasa
sepermainan. Peran posiitif dari ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari
lingkungan teman sepermainan memang kebosanan dan mengisi waktu luang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 9


merupakan salah satu faktor siswa SMP Faktor sosial dan lingkungan yang
merokok. Merokok dapat menjadi pelarian berhubungan dengan perilaku merokok di
jika seseorang ingin melampiaskan sebuah usia remaja antara lain stress dan efek
rasa seperti marah, sedih, kecewa. Faktor negatif, teman sebaya, proses coping, dan
lain yang menyebabkan siswa SMP keluarga. Lingkungan sosial berpengaruh
merokok yaitu orangtua dan teman sebaya. dalam membentuk sikap, keyakinan
Orangtua yang merokok akan memberi (belief) dan intensitas merokok. Remaja
pengaruh yang lebih besar kepada anak memiliki kecenderungan yang lebih besar
daripada orangtua yang tidak merokok. untuk merokok jika orangtua dan teman-
Begitu juga dengan teman sebaya. Siswa teman mereka merokok. Menurut model
SMP yang merokok biasanya memiliki pengaruh sosial, perilaku merokok oleh
banyak teman yang merokok pula. Selain orangtua dan teman sebaya merupakan
itu mereka merokok sebagai motif untuk faktor risiko yang terjadi melalui modeling
menjadi sama dengan kebiasaan atau atau pengaruh secara langsung. Penjelasan
kegemaran teman sebayanya. akan diuraikan dalam bentuk narasi dari
Berdasarkan keterangan yang hasil analisa wawancara kepada siswa
dipaparkan oleh para informan dapat SMP di Kota Pekanbaru.
disimpulkan pula bahwa makna merokok 1. Sikap Permisif Orangtua
bagi siswa SMP yaitu sebagai teman untuk Orang tua adalah contoh dan model
menghilangkan rasa jenuh dan kesepian bagi remaja, namun bagi orangtua yang
mereka. Merokok dapat mengurangi rasa kurang tahu tentang kesehatan secara tidak
stress dan memberi rasa tenang kepada langsung mereka telah mengajarkan
para perokok. Seperti isi dari teori perilaku atau pola hidup yang kurang
pertukaran dari proposisi kejenuhan dan sehat. Banyaknya remaja yang merokok
agresif yang berbunyi “bila tindakan salah satu pendorongnya adalah dari pola
seseorang tidak memperoleh ganjaran asuh orang tua mereka yang kurang baik,
seperti yang diharapkannya atau mendapat contohnya saja perilaku orang tua yang
hukuman yang tidak diharapkannya, maka merokok dan perilaku tersebut dicontoh
semakin besar kemungkinan bahwa dia oleh anak-anaknya secara turun-temurun
menjadi marah dan melakukan tindakan (Susanto, 2013). Pola asuh permisif
agresif dan tindakan agresif itu bernilai orang tua biasanya memberikan
baginya”, ketika para informan tidak pengawasan yang sangat longgar.
mendapatkan apapun yang mengakibatkan Memberikan kesempatan pada anaknya
ia merasa jenuh, maka para informan untuk melakukan sesuatu tanpa
melakukan tindakan agresif yaitu pengawasan yang cukup. Orang tua
merokok. Dimana merokok dianggap cenderung tidak menegur atau
sebagai aktivitas bernilai oleh para memperingatkan anak apabila anak sedang
informan. dalam bahaya dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka.
B. Latar Belakang Sosial dan Dalam pemberian pola asuh yang baik
Lingkungan Perilaku Merokok Siswa dimungkinkan anak akan mencontoh
SMP perilaku yang baik dari orang tuanya.
Namun, apabila orang tua yang
mempunyai kebiasaan atau perilaku yang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 10


tidak baik seperti ayah ataupun ibu yang memang orang tua dan keluarga
juga memiliki kebiasaan merokok, anak tidak mentolerir kegiatan perilaku
pun akan mencontoh dari perilaku orang merokok yang dilakukan oleh anaknya,
tuanya. Seperti yang di kemukakan dalam akan tetapi dalam kehidupan sehari-
teori belajar sosial menurut Miller dan harinya orang tua juga melakukan kegiatan
Dollard (dalam Notoatmodjo, 2007) yang perilaku merokok dirumah sehari-harinya,
menyebutkan bahwa tingkah laku manusia sehingga hal ini menjadi pendidikan utama
merupakan hasil belajar. Dalam tingkah bagi anak terutama yang sudah mulai
laku sosial, seseorang tinggal meniru menginjak pendidikan SMP untuk
tingkah laku orang lain. mengikuti perilaku merokok orang tuanya
Perilaku merokok siswa SMP ini yang dilihatnya dirumah.
dilihat dari teori pertukaran menurut 2. Lingkungan Teman Sebaya
George C. Homans bertumpu pada asumsi Remaja lebih banyak berada diluar
bahwa orang terlihat dalam perilaku untuk rumah bersama teman sebayanya. Jadi
memperoleh apa yang diinginkan, maka dapat dimengerti bahwa sikap dan perilaku
perilaku merokok siswa SMP di Kota teman sebaya sangat besar pengaruhnya.
Pekanbaru ini juga dilakukan karena sikap Remaja memiliki kebutuhan yang kuat
permisif orang tua terutama ayah, untuk dapat diterima oleh teman
walaupun orang tua melarang anak- sebayanya. Melalui interaksi dengan teman
anaknya untuk merokok, akan tetapi sebayanya remaja akan mempelajari
kegiatan perilaku merokok yang dilakukan modus relasi yang timbal balik secara
oleh orang tua didepan anaknya tentu saja simetris. Remaja akan memiliki
secara tidak langsung mendorong anaknya kecendrungan merokok apabila memilki
yang juga berstatus siswa SMP untuk teman-teman yang merokok. Lingkungan
mengikuti perilaku merokok ayahnya. teman sebaya ini akan menjelaskan sejauh
Dari keterangan yang dipaparkan mana dan sebanyak apa subjek mempunyai
oleh para informan, dapat disimpulkan teman sebaya yang merokok dan
bahwa hampir tidak ada sikap permisif mempunyai penerimaan positif terhadap
orangtua terhadap perilaku merokok siswa perilaku merokok.
SMP. Tidak ada orangtua yang Berdasarkan teori pertukaran
mendukung perilaku merokok siswa SMP menurut George C. Homans yang
tersebut, hal ini dapat kita lihat dari tidak bertumpu pada asumsi bahwa orang
adanya orangtua yang memberi jatah terlihat dalam perilaku untuk memperoleh
kepada anaknya untuk membeli rokok. ganjaran atau menghindari hukuman, maka
Artinya tidak ada orangtua yang menerima latar belakang perilaku merokok siswa
perilaku merokok yang dilakukan oleh SMP di Kota Pekanbaru salah satunya
siswa SMP. Para orangtua memarahi, dapat dilihat dari proposisi sukses bahwa
menasehati dan memperingati subjek semakin sering tindakan seseorang
untuk tidak melakukan perilaku merokok dihargai, maka seseorang akan sering
lagi. Hal ini berarti perilaku merokok melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan
siswa SMP tersebut terjadi karena faktor teori ini maka dilihat pada lingkungan
lain. teman sebaya, perilaku merokok siswa
Berdasarkan hasil diatas, maka SMP ini dianggap sesuatu yang dihargai
dapat dilihat bahwa secara perilaku dan hebat dikalangan teman-temannya,

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 11


sehingga siswa SMP ini melakukan berbunyi : “Apabila pada masa lampau ada
kegiatan merokok dikarenakan dukungan satu stimulus atau sejumlah stimuli
dari lingkungan teman sebaya. didalamnya tindakan seseorang mendapat
Dari keterangan yang diberikan ganjaran maka semakin stimulus atau
oleh para informan dapat disimpulkan stimuli yang ada menyerupai stimulus atau
bahwa teman sebaya mempengaruhi stimuli pada masa lampau itu, semakin
aktivitas merokok siswa SMP. Ketika besar pula kemungkinan bahwa orang
mereka berkumpul bersama teman tersebut akan melakukan tindakan yang
sebayanya, merokok merupakan hal yang sama”.
biasa mereka lakukan bersama. Bahkan Sehingga perilaku merokok siswa
tidak terdapat komentar ataupun tindakan SMP di Kota Pekanbaru ini juga
dari teman sebayanya ketika melihat didasarkan pada stimulus yang besar dari
subjek merokok. Dari faktor-faktor yang kepuasan psikologi bagi mereka dengan
terjadi diatas yang mendorong siswa untuk merokok terutama untuk meningkatkan
melakukan perilaku merokok yang paling pergaulan dikalangan teman sebaya dan
utama adalah faktor teman sebaya atau ingin menuntaskan rasa ingin coba-coba,
lingkungan teman sepermainan siswa SMP sehingga dengan perilaku tersebut
tersebut. Hal ini dikarenakan lingkungan mendorong siswa SMP di Kota Pekanbaru
teman sepermainan merupakan wadah merasakan kepuasan secara psikologi
sosialisasi selain keluarga bagi siswa setelah melakukan kegiatan perilaku
dalam mengenal apa itu rokok, jenis rokok merokok.
dan cara menghisap rokok. Sehingga Berdasarkan penjelasan yang
mereka melakukan kegiatan merokok itu dipaparkan oleh para informan mengenai
lebih didasarkan pada cara merokok kepuasan psikologis yang didapat oleh
teman-temannya. para informan dari merokok, maka dapat
3. Kepuasan Psikologis disimpulkan bahwa rokok dapat memberi
Adanya kepuasan terhadap efek kepada si perokok. Hal ini berkaitan
kebutuhan-kebutuhan psikologis yang dengan teori pertukaran yang dikemukakan
dapat dipenuhi melalui merokok oleh Homans yang berbunyi, “semakin
merupakan motivator kuat seseorang untuk sering tindakan seseorang dihargai atau
terus merokok. Adanya akibat yang mendapat ganjaran maka semakin besar
menyenangkan setelah merokok sehingga kemungkinan orang tersebut melakukan
ia mengulangi perilaku merokoknya tindakan yang sama”. Para subjek merasa
tersebut. Banyak perokok yang melakukan senang dan merasa ada pengaruh yang ia
perilaku merokok karena ingin mengurangi rasakan ketika ia merokok. Seperti
ketegangan atau mengurangi kejenuhan misalnya subjek merasa dengan merokok
yang sedang ia rasakan. Perilaku merokok subjek merasa terilihat gagah dan dapat
siswa SMP di Kota Pekanbaru ini jika menarik perhatian lawan jenisnya. Maka
dilihat dengan menggunakan teori dari itu subjek akan terus melakukan
pertukaran menurut George C. Homans perilaku merokoknya untuk mendapatkan
bertumpu pada asumsi bahwa orang suatu kepuasan.
terlihat dalam perilaku untuk memperoleh Perilaku merokok pada remaja
ganjaran atau menghindari hukuman, maka tidak terlepas dari interaksi sosial dan
pada proposisi rangsangan atau stimulus, lingkungan yang ada di sekitar mereka.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 12


Keluarga seperti orang tua, saudara dan rokok dan memunculkan tingkat
kerabat yang tinggal serumah merupakan kepercayaan diri menjadikan mereka
lingkungan terdekat dari seorang anak. menghisap rokok sebagai cara bagi mereka
Orangtua merupakan contoh dan model untuk meningkatkan gaya hidup sosial
bagi remaja. Banyaknya remaja yang mereka terutama saat berkumpul-kumpul
merokok salah satu pendorongnya adalah dengan teman sebayanya.
dari pola asuh orangtua mereka yang Sedangkan Remaja didefinisikan
kurang baik. Pola asuh permisif orang tua sebagai masa peralihan dari masa anak-
biasanya memberikan pengawasan yang anak ke masa dewasa. Batasan usia remaja
sangat longgar. Namun pada penelitian ini, berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
tidak ada orangtua yang mendukung setempat. Menurut WHO ( World Health
perilaku merokok siswa SMP tersebut, Organization) batasan usia remaja adalah
meskipun terdapat anggota keluarga lain 12 sampai 24 tahun. Masa remaja
yang juga merokok. Mereka menasehati merupakan masa yang paling sulit untuk
bahkan memarahi anaknya yang ketahuan dilalui oleh individu jika dilihat dari siklus
merokok. Sehingga siswa SMP tersebut kehidupan. Masa ini dapat dikatakan
merokok secara sembunyi-sembunyi. Hal sebagai masa yang paling kritis bagi
ini berarti bahwa perilaku merokok yang perkembangan pada tahap-tahap
dilakukan oleh para informan ini kehidupan selanjutnya. Hal ini
disebabkan oleh faktor lain. dikarenakan pada masa inlah terjadi begitu
Faktor lain yang data mepengaruhi banyak perubahan dalam diri individu baik
perilaku merokok siswa SMP ini dapat kita itu perubahan fisik maupun psikologis.
lihat juga dari teman sebayanya. Proses Perubahan ciri dari kanak-kanak menuju
coping dari teman sebayanya dapat pada kedewasaan. Perubahan pada wanita
menjadi penyebab mereka merokok. Dari ditandai dengan mulainya menstruasi atau
hasil analisis dari penjelasan para informan buah dada yang membesar. Perubahan
dapat kita lihat bahwa teman sebayanya pada pria antara lain ditandai dengan
memiliki peran yang kuat terhadap perubahan suara, otot yang semakin
perilaku merokok siswa SMP tersebut. membesar serta mimpi basah.( United
Memiliki teman-teman yang merokok Nation Population Fund (UNFPA), 2001)
membuat siswa SMP ini terpengaruh untuk Istilah adolescence atau remaja
merokok. Dari melihat temannya yang berasal dari kata latinAdolescere yang
merokok ketika mereka berkumpul, maka berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
timbul keinginan para subjek untuk dewasa. Lazimnya masa remaja dianggap
merokok pula. Serta tidak adanya tindakan mulai pada saat anak secara seksual
untuk mencegah bahkan larangan untuk menjadi matang dan berakhir saat ia
subjek tidak merokok dari, dan tidak ada mencapai usia matang secara hukum.
komentar yang diberikan oleh teman- Papalia ( 2008) membagi masa remaja
teman subjek membuat subjek menjadi 2 bagian, yaitu masa remaja awal
menganggap tidak ada yang salah dari dan masa remaja akhir. Masa remaja awal
perilaku merokok yang ia lakukan. berlangsung kira-kira dari 11 tahun atau 12
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat tahun atau 12 tahun sampai 14 tahun. Masa
dikatakan bahwa kepuasan yang diterima remaja akhir berlangsung kira-kira 15
oleh siswa SMP setelah mereka menghisap tahun sampai 20 tahun.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 13


KESIMPULAN DAN SARAN orangtua yang mendukung perilaku
Berdasarkan hasil penelitian yang merokok siswa SMP tersebut,
telah dilakukan, maka didapatkan meskipun terdapat anggota
kesimpulan sebagai berikut : keluarga lain yang juga merokok.
1. Para informan mengenal rokok dari Mereka menasehati bahkan
keluarga dan teman sebayanya. memarahi anaknya yang ketahuan
Karena melihat orang terdekatnya merokok.
merokok, para informan merasa Sebagai tindak lanjut dari hasil
penasaran dengan benda kecil kecil penelitian ini, maka penulis memberi saran
tersebut. karena memilki teman kepada pihak-pihak yang bersangkutan
yang merokok, para informan seperti keluarga, para perokok khusunya
mencoba belajar menghisap rokok para siswa SMP dan pemerintah yaitu
dari teman sebayanya. Pengaruh sebagai berikut :
lingkungan teman sebaya ternyata 1. Diharapkan kepada anggota
sangat besar terhadap perilaku keluarga untuk lebih
merokok, sehingga para informan memperhatikan lingkungan teman
memutuskan untuk menjadi sebaya dari anaknya. Seperti
seorang perokok. Kebiasaan diketahui lingkungan teman sebaya
merokok mereka lakukan ketika sangat mempengaruhi perilaku
mereka bersama. anak. Serta diharapkan orangtua
2. Latar belakang lingkungan sosial dapat memberikan pola asuh yang
yang mempengaruhi perilaku benar terhadap anaknya.
merokok siswa SMP tersebut yaitu Diharapkan orangtua dapat
lingkungan teman sebaya dan memberi contoh yang baik dalam
kepuasan psikologis yang didapat mendidik anaknya, serta memberi
para informan ketika merokok. tidak longgar dalam member
Lingkungan teman sebaya sangat peraturan kepada anaknya.
mempengaruhi para siswa SMP 2. Diharapkan kepada para perokok
untuk merokok. Para informan khususnya para siswa SMP agar
tergiur ketika melihat temannya menghentikan kebiasaan
merokok. kebiasaan merokok ini merokoknya. Hal ini bermanfaat
biasa mereka lakukan bersama- untuk dirinya mengingat dampak
sama. Tidak ada tindakan negative buruk yang diakibatkan dari
dan komentar negatif dari teman kebiasaan merokoknya. Selain
sebayanya membuat mereka dapat mengganggu kesehatan,
beranggapan perilaku merokok ini merokok juga dapat mengganggu
bukan perilaku yang salah. Selain performanya disekolah.
itu, kepuasan psikologis yang para 3. Diharapkan kepada pemerintah
informan raih ketika ia merokok agar dapat menindaklanjuti
menyebabkan para informan perilaku merokok siswa SMP
meneruskan perilaku merokoknya. tersebut. diharapkan pemerintah
Para informan merasa senang dan dapat memperketat peraturan yang
tenang ketika ia merokok. Namun mengatur tentang rokok agar tidak
pada penelitian ini, tidak ada ada lagi siswa SMP yang

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 14


mengabaikan undang-undang yang Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
berlaku. UNRI
Mu’tadin, Z. 2002. Remaja dan Rokok,
www.e-psikologi.com.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia. 2008. Humant Development
(Psikologi Perkembangan). Edisi
Sembilan. Jakarta: Kencana.
Buku-buku :
Aritonang, MER. 1997. Fenomena Wanita Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Merokok. Skripsi. Tidak Nomor 109 Tahun 2012 tentang
diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Pengamanan Bahan Yang
Psikologi UGM Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1990. Kamus Besar Bahasa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Pengamanan Rokok Bagi
Girldler, S. S., Jamner, L. D., Jarvik, M., Kesehatan.
Soles, J. R., & Shapiro, D. 1997.
Smoking Status and Nicotine Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum
Administration Differentlly Modify Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Hempdynamic Stress Reactivity in Pustaka.
Man and Woman. Psychosomatic
Medicine. Purwanto, Heri. 1999. Pengantar Perilaku
Manusia Untuk Keperawatan.
Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi
5. Jakarta: Erlangga. Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Kartono, Kartini. 2003. Kenakalan Remaja Santrock, J.W. 1998. Remaja. Edisi
(Patologi Sosial 2). Cetakan Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Ketiga. Bandung: PT Raja Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Grapindo Persada. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Kemala N, Indri. 2007. Perilaku Merokok Indonesia.
pada Remaja. Semarang: Digital Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi
USU. Perkembangan Anak dan Remaja.
Komasari, D. & Helmi, A, F. 2000. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Faktor-faktor Penyebab Perilaku Website :
Merokok pada Remaja. Jurnal
Psikologi Universitas Gajah Mada, AbmiHandayani,dkk,PerempuanBerbicara
Yogyakarta. Kretek,http://www.balairungpress.c
om/2012/12/wanita-berhak-
Levy, MR. 1984. Lyfe and Healt. New merokok//, sabtu 18 april
York: Random Hause. 2015,00.16
Maspupah. 2013. Persepsi Mahasiswa http://obatbronkhitiskronis.web.id/kandun
terhadap kebiasaan Merokok di gan-rokok
Kalangan Mahasiswa. Skripsi.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 15


JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 16

Вам также может понравиться