Вы находитесь на странице: 1из 13

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUPLIER, KEPERCAYAAN

DAN KOMITMEN DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT RETAIL

Hadi Purnomo
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Immanuel (UKRIM) Yogyakarta

ABSTRACT

The main concern in this study is whether the characteristics of the supplier will be
able to trigger confidence and trust relationship with commitment. Modern Retail Supply
Chain (MRSC) in this case is a term used for a new paradigm in the retail supply chain, a
concept that puts retailers as a point or a link in the distribution channel. Supplier and retailer
relationships are a lot of factors studied in marketing research. Research on the relationship
between the two terms is also done in regard to the operation of supply chain management.
The research was conducted at the particular retailers, shop owners in Yogyakarta in
particular.
Hypothesis testing in this research used regression analysis and regression analysis
moderation. The results showed that only 3 hypotheses were supported among 5 of them.
Those hypotheses are: (1) there is a positive effect between the cycle time with confidence
(2) there is a positive effect between behavioral uncertainty with confidence (3) there is no
positive effect among potential opportunism by the trust, (4 ) there is a positive effect of trust
with commitment, (5) supply chain partner's specific asset investments did not moderate the
relationship between trust and commitment.

Keywords: Supply chain management, suppliers, retailers

PENDAHULUAN realitas global reatiling. Era global


Globalisasi dan teknologi retailing ditandai dengan semakin
memiliki pengaruh yang kuat atas berkembangnya retailer global. Fenomena
perubahan – perubahan yang terjadi. global retailing telah positif mendorong
Perubahan lingkungan bisnis seperti modernisasi bisnis reatial Indonesia
persaingan yang semakin sengit, tuntutan dengan adopsi konsep – konsep baru dan
konsumen akan produk dengan mutu yang adaptasi teknologi. Konsep – konsep baru
tinggi, harga murah serta pengiriman tepat tersebut menyangkut modern
waktu, daur hidup produk yang semakin merchandising, pendekatan catagory
pendek, dan kemajuan dalam bidang modern reatail supply chain, pricing
teknologi menuntut pengelola bisnis untuk technique, promotion & marketing
menciptakan model – model baru dalam strategy, supplier relationship &
pengelolaan aliran produk ( Watanabe, negotiation technique.
2001). Gunasekaran et al (1999) Kompetisi secara global
menekankan pada kemampuan untuk menekankan manajer untuk mencurahkan
merespon perubahan dengan pengelolaan perhatian yang besar terhadap Supply
aliran produk. Chain Management (SCM). SCM
Perubahan tersebut misalnya memodifikasi praktik tradisional
dengan adanya pelaksanaan AFTA manajemen logistik yang bersifat adversial
(ASEAN Free Trade Area) 2003, yang ke arah koordinasi dan kemitraan antar
membawa dunia retail Indonesia pada pihak – pihak yang terlibat (Zabidi, 2001).
Banyak perusahaan yang telah berhasil kepercayaan merupakan akar dari
menerapkan SCM, namun juga banyak komitmen. Faktor – faktor yang
perusahaan yang mengalami kegagalan mempengaruhi kepercayaan anatara laian
dalam mengimplementasikan konsep – characteristic. Penelitian ini merupakan
konsep SCM. replikasi dari penelitian Kwon dan Taewon
SCM berkaitan dengan siklus (2005) dengan modifikasian pada variabel
lengkap bahan baku dari pemasok, ke supplyer characteristic.
produksi, ke gudang, ke distribusi sampai
ke konsumen. Sementara perusahaan
meningktkan kemampuan bersaing TINJAUAN PUSTAKA
melaluipenyesuaian produk, kualitas Konsep Retailing
tinggi, pengurangan biaya dan kecepatan Pengertian retail secara harafiah
mencapai pasar. Sebuah supply chain berarti eceran atau perdagangan eceran,
merupakan jaringan dari pelaku – pelaku dan peritel/retailer diartikan sebagai
yang mentranformasikan bahan mentah pengercer atau pengusaha perdagangan
sampai dengan mendistribusikan produk eceran. Menurut Manser (2005) retail
(Bowersx et al, 1999). Proses panjang ditafsirkan sebagai selling of goods and or
produk sampai pada konsumen menuntut services to publics, atau penjualan barang
perusahaan bekerjasama dengan dan jasa pada publik. Berman & Evan
perusahaan lain. Komponen – komponen (1992) mendefinisikan kata retail dalam
yang membentuk supply chain merupakan kaitan retail management sebagai those
sebuah channel. Hubungan jangka panjang business activities involved in the sale ogf
dengan channel tersebut memberikan goods and services to consumers for their
kestabilan pada rantai proses. personal, familiy, or household use, atau
SCM merupakan faktor kunci keseluruhan aktivitas bisnis yang
strategis untuk meningkatkan efektifitas menyangkut penjualan barang dan jasa
perusahaan dan realisasi tujuan pada konsumen untuk digunakan oleh
perusahaan yang lebih baik. Pada era mereka sendiri, keluarga atau
globalisasi perusahaan dituntut untuk rumahtangganya.
memilih supply chain dan logistik dalam Menurut sujana (2005) aktivitas
operasinya. Sebagain besar perusahaan bisnis retail tidak hanya sekadar
berupaya meningkatkan efisiensi dan merupakan penjualan barang dalam
efektifitas supply chain. Peningkatan aktivitas fisik, namun pada hakikatnya
kinerja bisnis perusahaan dapat dilakukan juga meliputi penjualan jasa. Jasa – jasa
dengan kerjasama suplier, kinerja yang menyertai penjualan barang
pengiriman, pelayanan konsumen dan (complementary services) juga merupakan
pengurangan biaya logistik. bagian dari real services. Berkaitan dengan
Penelitian – penelitian SCM yang tempat dilakukannya aktivitas penjualan,
dilakukan menekankan pada kinerja SCM pengertian bisnis retail mencakup tidak
(Gunasekaran et al, 1999), dimana salah hanya toko atau shop/store tetapi juga
satu faktor keberhasilan SCM yaitu pada aktivitas serupa yang tidak menggunakan
hubungan kemitraan. Penelitian tentang tempat khusus dalam proses jual beli,
kerjasama dengan mitra salah satunya semisal multilevel marketing.
oleh Kwon dan Taewon (2005). Esensi Selanjutnya, penjual partai besar (grosir)
penelitian ini yaitu kesuksessan atau wholesaler dan bahkan pabrikan
implementasi SCM memerlukan komitmen (manufacture) dapat pula berlaku sebagai
dengan supplyer partner. Penelitian Denis retailer.
dan Kambil (2003) menunjukkan bahwa
komitmen merupakan faktor kunci dalam
keterpaduan pelaksanaan SCM, sedangkan
Modern Retail Supply Chain model baru dalam pengelolaan aliran
Modern Retail Supply Chain produk. Supply chain Management (SCM)
(MRSC) dalam hal ini merupakan istilah adalah modifikasi praktik tradisional dari
yang digunakan untuk paradigma baru manajemen logistik yang bersifat adversial
dalam retail supply chain, suatu konsep ke arah koordinasi dan kemitraan antar
yang menempatkan retailer sebagai suatu pihak – pihak yang terlibat dalam
titik atau mata rantai dalam jalur distribusi. pengelolaan aliran informasi dalam produk
Konsep ini menjembatani kepentingan tersebut (Zabidi, 2001). Menurut Heizer
supllier dan retailer dalam sudut padang dan Render (2000), SCM adalah mata
yang sama, yaitu sebagai bagian dari rantai dimana dari berbagai pemasok
proses menluruh araus barang dari hulu ke kemudian masuk ke pabrikan, grosis,
hilir samapi kepada konsumen akhir. distributor, sampai ke tangan konsumen.
Orintasi menyeluruh ini adalah pemenuhan SCM merupakan satu hal yang kompleks,
kebutuhan dan kepuasan konsumen kalau permintaan konsumen sendiri sangat
(consumer driven). fluktuatif, maka perencanaan akan
Dengan paradigma baru (MRSC) complicated.
orientasi supplier adalah retailer’s selling Keunggulan kompetitif SCM adalah
out. Supplier akan berkecenderungan bagaimana perusahaan mampu mengelola
untuk menargetkan selling in sebanyak – aliran barang atau produk dalam suatu
banyaknya denmgan kerjasama yang rantai supply. Dengan kata lain model
produktif dan target yang didasarkan atas SCM mengaplikasikan bagaimana suatu
informasi selling out dan hasil analisisinya jaringan kegiatan produksi dan distribusi
yang diberikan retailer sebagai bagian dari suatu perusahaan dapat bekerja bersama –
kerjasama. sama untuk memenuhi tuntutan konsumen.
Fungsi–fungsi utama dalam MRSC Tujuan utama SCM adalah penyerahan /
meliputi estimasi, formulasi, komunikasi pengiriman produk secara tepat waktu
dan kolaborasi. Fungsi estimasi adalah demi memuaskan konsumen,mengurangi
bahwa dalam implementasi MRSC ada biaya, meningkatkan segala hasil dari
proses untuk mengestimasi atau seluruh supply chain (bukan hanya satu
meperkirakan kondisi (fluktuasi atau perusahaan), mengurangi waktu,
tingkat penjualan) pada suatu periode memusatkan kegiatan perencanaan dan
waktu mendatang berdasarkan informasi distribusi.
yang bersifat historis. Kemudian fungsi Supply chain management
formulasi dalam hal ini adalah proses merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-
perumusan kondisi keseimbangan kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
penyediaan stock barang, yang kemudian mentah, mentransformasikan bahan
diturunkan sebagai persamaan untuk mentah tersebut menjadi barang dalam
mendapatkan nilai order quantity proses atau barang jadi dan
recommendation. Fungsi komunikasi mendistribusikannya pada konsumen.
adalah kondisi tingkat hubungan antara Supply chain management yang baik akan
para pihak dalam MRSC (supplier- dapat meningkatkan efisiensi dalam
reatiler), sedangkan fungsi kolaborasi operasi perusahaan dan lebih jauh dapat
merujuk pada kondisi tingkat kerjasama meningkatkan profit perusahaan serta
yang terjalin di dalamnya. memberikan kepuasan bagi semua pihak
(Cousineau et al, 2004).
Supply Chain Management
Persaingan yang ketat menuntut
para pengelola bisnis menciptakan model –
Gambar 1
Rantai Pemasok
Data riset pasar
Informasi penjadwalan
Rekayasa dan desain data
Pemasok Arus pemesan dan arus kas
Konsumen
Ide – ide dan desain
untuk memuaskan konsumen
Arus bahan baku
Arus kredit

Pemasok

Manufaktur Konsumen

Pemasok
Distributor Konsumen
Sumber : Heizer dan Render (2000)

Menurut Frohlich and Westbrook Di segmen jasa perdagangan besar dan


(2001), perusahaan yang berhasil adalah eceran, pembelian dijalankan oleh seorang
perusahaan yang mampu menghubungkan pembeli (retailer). Pedagang besar maupun
lingkup internal dan eksternalnya dalam eceran membeli semua yang dijual,
satu rantai yang disebut dengan supply berbeda dengan operasi manufaktur.
chain. Kepercayaan dan komitmen Peranan departemen pembelian adalah
memegang peranan penting dalam mengevaluasi suplier – supliuer alternatif
terciptanya suatu hubungan bisnis yang untuk alternatif pembelian. Pertimbangan
baik. Beberapa studi telah mengungkapkan – pertimbangan dalam pemilihan suplier
pentingnya kepercayaan dalam suatu beragam. Kerjasama dengan suplier
hubungan bisnis. Karakteristik sebagai mitra jangka panjang akan
kepercayaan tingkat tinggi dari hubungan menyebabkan banyak manfaat yang
pertukaran memungkinkan pelaku untuk didapatkan. Perusahaan jasa seperti toko
focus pada keuntungan – keuntungan eceran (Render dan Heizer, 2000)
jangka panjang hubungan (Ganesan, 1994; menunjukkan bahwa kerjasama dengan
Doney and Cannon, 1997). pemasok dapat menghasilkan
penghematan bagi konsumen dan
Strategi Pemilihan Supplier pemasok. Strategi ini menyebabkan
Manajemen rantai pasokan (supply perusahaan dapat merebut hati konsumen.
chain management) merupakan kegiatan
pengelolaan kegiatan – kegiatan dalam Kemitraan dalam Supply Chain
rangka memperoleh bahan mentah, Management
mentransformasikan bahan mentah Beberapa penelitian telah
menjadi barang proses dan barang adi, dan mengungkapkan pentingnya penerapan
mengirimkan produk ke konsumen melalui supply chain yang baik dan pentingnya
distributor. Rantai pasokan menerima menciptakan hubungan bisnis yang
perhatian yangbesar karena disebagian kooperatif dengan pemasok. McKenna dan
besar perusahaan Faulkner (dalam Zineldin dan Jonsson,
pembelianmerupakankegiatan 2000) menyampaikan, globalisasi dan
yangpalingmemakan biaya. Dii lingkungan internasionalisasi yang agresif, deregulasi
operasi, fungsipembelian dikelola oleh dan penghapusan penghalang fisik,
agen pembelian. Di banyak lingkungan pajak/keuangan, dan teknik, cepatnya
jasa, peranan agen pembelian terhapus perkembangan ilmu pengetahuan dan
karena produk primernya merupakan jasa. inovasi teknologi, pergolakan ekonomi dan
kondisi ketidakpastian adalah beberapa pentingnya kemitraan dalam supply chain.
faktor yang mendasari pentingnya timbul Kemitraan yang kuat menekankan pada
paradigma hubungan untuk menciptakan kerjasama yang panjang, mencakup
hubungan jangka panjang dengan perencanaan yang lebih abik dan upaya
pelanggan dan pemasok. Narasimhan et al. pemecahan masalah bersama. Kemitraan
(2001) menemukan bahwa integrasi pembeli dan pemasok merupakan hal
pembelian dan praktek pembelian saling penting yang menjadi perhatian industri
mempengaruhi, dan hasil interaksi tersebut dan peneliti.
telah memberikan dampak positif pada Penelitian toni et al (1994), Maloni
manufacturing performance. dan Benton (1997) menunjukkan tekanan
Dalam kontek supply chain, kemitraan untuk operasi supply chain yang
perusahaan cenderung untuk lebih baik. Evaluasi efisiensi dan
mempertahankan perilaku hubungan efektifitas kinerja mitra perlu dievaluasi
jangka panjang, dimana mitra umumnya secara menyeluruh. Upaya yang dilakukan
percaya bahwa mereka dapat saling yaitu gambaran tujuan yang jelas untuk
menguntungkan antara member rantai mempersiapkan langkah – langkah
pasokan (Su et al. 2008), kemitraan yang meningkatkan kinerja dan kepercayaan.
sama juga berorientasi pada konsep jangka Faktor – faktor yang berpengaruh pada
panjang (Smith dan Barclay, 1997). Dalam kepercayaan telah diteliti oleh beberapa
hubungannya dengan proses produksi, peneliti. Kwon dan Taewon
praktik supply chain management yang mengemukakan faktor karakteristik
dilaksanakan perusahaan akan supplier yang diyakini berpengaruh pada
memberikan dampak di antaranya terhadap kepercayaan.
17 pengelolaan persediaan bahan baku. Karakteristik khusus dalam
Apabila pengelolaan persediaan bahan hubungan kerja sama yang terpercaya dan
baku dilakukan dengan tepat, maka berkomitmen, menurut Zineldin et al.
implikasi yang lebih jauh lagi bagi (1997) adalah bahwa bagian-bagian yang
perusahaan adalah minimalisasi biaya yang bekerja sama mampu beradaptasi dalam
dapat mengurangi ketidakefisienan dalam proses maupun produknya untuk mencapai
proses produksi. kesesuaian yang lebih baik, mau membagi
Ketidakefisienan dapat muncul informasi dan juga pengalaman, dan juga
ketika persediaan bahan baku habis, dapat mengurangi atau meminimalkan
sementara bahan baku yang dipesan ketidakamanan dan ketidakmenentuan
perusahaan belum datang. Hal ini akan sumber daya. Membagi informasi dan
memaksa perusahaan melakukan pengalaman merupakan salah satu cara
pembelian kepada penjual bahan baku lain, untuk menunjukkan kepercayaan yang
atau melakukan pembelian mendadak dapat membangun tingkat komitmen yang
dalam jumlah yang lebih kecil. Kondisi tinggi dan juga memberikan atmosfer yang
tersebut yang akan menyebabkan baik bagi kegiatan yang bersifat
bertambah tingginya harga beli bahan baku transaksional. Perusahaan melakukan kerja
yang digunakan oleh perusahaan sehingga sama dengan berbagai pihak karena kerja
memperbesar biaya yang harus ditanggung sama merupakan cara untuk meningkatkan
perusahaan. Dalam konteks ini peran kinerja. Dalam konteks hubungan supplier
supply chain management yang baik dengan dealer, evaluasi dealer tentang
menjadi sangat penting artinya, di tingkat kepercayaan dan komitmen akan
antaranya melalui jalinan kerja sama yang berdasarkan pada sudut pandang yang
baik supplier dengan dealer. Fisher (1997) lebih luas menyangkut keseluruhan kinerja
menjelaskan kurangnya kerjasama dengan supplier-nya. Menurut Zineldin (1999),
mitra supply chain menyebabkan kerugian kualitas sebuah hubungan merupakan
yang cukup besar. Hal ini menunjukkan fungsi dari beberapa elemen atau faktor-
faktor tertentu di antaranya: kooperasi, yang terjadi dengan rekan kerja maupun
kemampuan dan kinerja karyawan pemasok, maka rasa percaya sangat di
termasuk manajer, sumber daya fisik, butuhkan (Moberg et al, 2004). Isu
kualitas, distribusi dan penentuan harga kepercayaan secara signifikan sangat
produk, pembagian informasi, penting dalam hubungan supply chain,
pengalaman, harapan konsumen dan karena hubungan supply chain
kepuasan. memerlukan tingkat ketergantungan antar
perusahaan, sehingga trust menjadi
Hipotesis 1: komponen yang mempunyai pengaruh
Kinerja cycle time berpengaruh secara pada komitmen.
positif terhadap trust. Morgan dan Hunt (1994)
mengemukakan bahwa komitmen
Hipotesis 2: merupakan sentral hubungan pertukaran
Behavioral uncertainty berpengaruh secara antar perusahaan dan mitra perusahaan.
positif terhadap trust. Transaksi sejumlah bisnis dengan partner
supply chain memerlukan komitmen oleh
Hipotesis 3: dua pihak untuk mencapai tujuan supply
Potential oppotunism berpengaruh secara chain. Pada pokoknya Colbert dan Kwon
positif terhadap trust. (2000) menyebutkan bahwa komitmen
merupakan dasar yang diperlukan untuk
Kepercayaaan dan Komitmen kesuksessan pelaksanaan supply chain.
Kepercayaan dapat meningkatkan
daya saing dan mengurangi biaya transaksi Hipotesis 4:
(Noordewier et al, 1990). Sebuah investasi Trust berpengaruh secara positif terhadap
retail terletak pada komitmen dari commitment.
hubungan pemasok dan kedua membangun
kepercayaan dan komitmen antara Supply Chain PAS
perusahaan sangat penting bagi kinerja Partner’s Asset Specifity (PAS)
perusahaan dalam kaitanya dengan kontrak menurut Heide (1994) merujuk pada aset
dua organisasi (Narayandas dan Rangan, fisik dan manusia yang diperlukan untuk
2004). Menurut penelitian yang dilakukan partner bisnis dan terjadinya pertukaran.
Wu et al. (2004) tingkat dari keseriusan Williamson (1985) menyebutkan bahwa
komitmen, kelanjutan komitmen, dan pengaruh PAS supply chain pada
komitmen yang normatif pada mitra rantai kepercayaan mitra sangat kuat. Diyakini
persediaan (supply chain) akan sangat Pas berpengaruh positif pada kepercayaan.
membantu dalam pengintegrasian proses Heide dan John (1990) menyebutkan
supply chain management (SCM). Suatu bahwa PAS dapat menurukan
kerja sama dapat juga terlibat dalam ketidakpuasan dengan mitra, dan juga
hubungan yang strategis dengan para berhubungan positif dengan komitmen
penyalur, yang kemudian mengakibatkan kemitraan. Pada intinya, PAS berhubungan
kebutuhan tingkat kepercayaan dan dengan harapan untuk keberlanjutan
komitmen yang lebih tinggi (Su et al. kerjasama kemitraan.
2008).Hubungan rekan kerja yang erat
sangat dibutuhkan dalam Hipotesis 5:
mengimplementasi SCM. Flyn et al (1995) Supply chain partner’s specific asset
menyatakan bahwa hubungan yang erat investments akan berpengaruh
dengan konsumen maupun pemasok. meningkatkan tingkat kepercayaan pada
Hubungan yang erat tidak dapat terjalin rekan kerja.
apabila tidak ada rasa saling percaya.
Dengan semakin meningkatnya kerjasama
MODEL PENELITIAN
Hubungan antara karakteristik
suplier, kepercayaan dan komitmen dapat
dimodelkan sebagai berikut:

Gambar 2
Model Penelitian

Supplyer Characteristic Partner’s Asset


Specificity
Cycle Time (PAS)
(CT)

Behavioral Uncertanity
(BU) Trust Commitment

Potential
Opportunism (PO)

Sumber : Adaptasian Kwon and Taewon (2005)

HASIL DAN PEMBAHASAN diperlukan. Data diperoleh dari jawaban


Penelitian ini dilakukan di wilayah atas pernyataan-pernyataan dalam
Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti kuesioner yang dibagikan kepada 100
mendapatkan data penelitian melalui responden yaitu retailer atau pengecer.
penyebaran kuisioner, wawancara Uji hipotesis dalam penelitian ini
(interview) selama kurang lebih satu bulan, dengan menggunakan regression analysis
dengan melibatkan bantuan 2 enumerator. dan moderation regression analysis.
Sebelum menganalisis data,
peneliti mengumpulkan data-data yang

Gambar 3
Hubungan antar Variabel

B
H2 H4
H3
A C
H1

Hipoteis 1 : Kinerja cycle time berpengaruh secara positif terhadap trust.


Hipotesis 2: Behavioral uncertainty berpengaruh secara positif terhadap trust.
Hipotesis 3: Potential oppotunism berpengaruh secara positif terhadap trust.
Tabel 1
Hasil Analisis Regresi

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 8.996 2.598 3.462 .002

KepTP .415 .113 .571 3.680 .001

a. Dependent Variable: Puasllang

Sumber : hasil pengolahan data primer (2010)

Kepuasan karakteristik (KepTP)


berpengaruh positif secara nyata terhadap B = 0.415 sig. 0.001 < 0.05
kepuasan trust (Puasllang)
Tabel 2
Hasil analisis regresi

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 7.565 1.649 4.588 .000

KepTP .377 .072 .705 5.267 .000


a. Dependent Variable: Kuintkom
Sumber : hasil pengolahan data primer (2010)

Kepuasan tenaga penjual (KepTP)


berpengaruh negatif secara tidak nyata H3 = Kualitas Interaksi Pelanggan (B)
(signifikan) terhadap kualitas Interaksi memoderasi hubungan antara
pelanggan (KuInKon) kepuasan tenaga penjual (A)
dengan kepuasan pelanggan (C)
B = 0.377 sig. 0.000 < 0.05
Gambar 4
Interaksi moderasi

H3
A C

Untuk menguji apakah regresi antara |e| dan C dengan :


kualitas interaksi pelanggan (B) a. Regresikan variabel
memoderasi hubungan antara trsut terikat B dan variabel
dengan komitmen dibuat suatu bebas A
B = a + b1 A + e (regresi 2)
(regresi 1) d. Jika C berpengaruh negatif
b. Diperoleh nilai e secara signifikan maka B
diabsolutklan memoderasi hubungan A dengan
c. Regresikan sbg variabel C.
terikat dengan variabel
bebas C Hasil analisis menunjukkan :
|e| = a + b1 C
Tabel 3
Hasil analisis regresi
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.205 .966 4.354 .000

Puasllang -.177 .052 -.542 -3.411 .002


a. Dependent Variable: absres_11

Sumber : hasil pengolahan data primer (2010)

Trust (C) berpengaruh negatif secara Hipotesis 5: Supply chain partner’s


signifikan sehingga PAS (B) memoderasi specific asset investments akan
hubungan antara kepuasan trust (A) berpengaruh meningkatkan
dengan komitmen (C) tingkat kepercayaan pada rekan
kerja.

Tabel 4
Hasil analisis regresi

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 8.308 1.349 6.160 .000

Kuintkom .641 .087 .598 7.390 .000


a. Dependent Variable: Puasllang

Sumber : hasil pengolahan data primer (2010)

Kualitas supply parners spesivic dari semua hipotesis yang diajukan


(KuInKon) berpengaruh positif secara didukung. Hasil uji regression analysis
signifikan terhadap kepercayaan dan moderated regression analysis
(puaslang) dengan memperlihatkan semua hipotesis pertama,
kedua, ketiga dan keempat didukung.
B = 0.488 sig. 0.000 < 0.05 Hasil pengujian hipotesis secara
keseluruhan lebih jelasnya dapat dilihat
Pengujian hipotesis satu sampai pada tabel berikut:
dengan emap menghasilkan kesimpulan
Tabel 5
Hasil Keseluruhan Hipotesis

No Hipotesis Hasil

H1 Kinerja cycle time berpengaruh secara positif Didukung


terhadap trust
H2 Behavioral uncertainty berpengaruh secara positif Didukung
terhadap trust.
H3 Potential oppotunism berpengaruh secara positif Tidak Didukung
terhadap trust.
Trust berpengaruh
H4 se Kepercayaan berpengaruh secara positif terhadap Didukung
commitment.
Supply chain partner’s specific asset investments Tidak didukung
H5 akan berpengaruh meningkatkan tingkat
kepercayaan pada rekan kerja.
Sumber : hasil pengolahan data primer (2011)

Analisis Pengaruh Variabel Analisis Pengaruh Relationship


Independen Secara Simultan Terhadap Termination Cost terhadap Trust. Dari
Trust. Dari hasil analisis regresi hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa nilai F hitung adalah pengaruh relationship termination cost
sebesar 22,660 dan signifikan pada 0,000, terhadap trust adalah tidak signifikan,
berarti bahwa variabel independen dalam karena signifikansinya sebesar 0,068 (>
penelitian ini mempunyai pengaruh yang 0,05), artinya relationship termination cost
signifikan terhadap variabel trust karena tidak dapat digunakan untuk memprediksi
nilai signifikannya < 0,05. Sehingga dapat trust. Dengan demikian H1b yang
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh menyatakan bahwa relationship
yang signifikan antara adaptation, termination cost mempunyai pengaruh
relationship termination cost, shared positif terhadap trust ditolak dalam
values, communication, opportunistic penelitian ini. Dengan ditolaknya H1b
behavior, satisfaction, cooperation, dan maka penelitian yang dilakukan ini tidak
reputation secara simultan terhadap trust. mendukung penelitian sebelumnya yang
Analisis Pengaruh Adaptation dilakukan oleh Zineldin dan Jonsson
terhadap Trust. Dari hasil analisis regresi (2000) a, yaitu bahwa relationship
menunjukkan bahwa pengaruh adaptation termination cost mempengaruhi trust, hal
terhadap trust adalah signifikan, karena ini mungkin disebabkan karena jenis
signifikansinya sebesar 0,032 (< 0,05), industri dan negaranya berbeda. Selain itu
artinya adaptation dapat digunakan untuk penolakan H1b juga dimungkinkan karena
memprediksi trust. Dengan demikian H1a banyaknya supplier yang tersedia di
yang menyatakan bahwa adaptation industri properti dan adanya suatu
mempunyai pengaruh positif terhadap trust keunggulan atau keuntungan yang
didukung dalam penelitian ini. ditawarkan supplier baru, sehingga
Diterimanya H1a maka penelitian ini telah perusahaan kurang memperhatikan atau
mendukung penelitian sebelumnya yang mengabaikan akibat negatif yang timbul
dilakukan oleh Zineldin dan Jonsson dari pergantian supplier.
(2000), yaitu bahwa adaptation Analisis Pengaruh Shared Values
mempengaruhi trust. terhadap Trust. Dari hasil analisis regresi
dapat dilihat bahwa shared values
signifikan pada 0,024 (<0,05), berarti kurang memperhatikan perilaku oportunis
shared values mempengaruhi trust secara suppliernya.
signifikan. Sehingga H1c yang Analisis Pengaruh Cooperation
menyatakan bahwa shared values terhadap Trust. Dari hasil analisis regresi
mempengaruhi trust didukung dalam dapat dilihat bahwa cooperation tidak
penelitian ini. Meskipun jenis industri dan signifikan pada 0,064 maka dapat
negaranya berbeda, namun dengan dikatakan bahwa cooperation tidak
diterimanya H1, maka penelitian yang berpengaruh secara signifikan terhadap
dilakukan ini telah mendukung penelitian trust karena nilai signifikansinya > 0,05.
sebelumnya yang dilakukan oleh Zineldin Sehingga H1g yang menyatakan tentang
dan Jonsson (2000) pada industri adanya pengaruh positif antara kooperasi
perusahaan kayu di Swedia, bahwa shared dengan kepercayaan seperti pada
values mempengaruhi trust. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Analisis Pengaruh Communication Zineldin dan Jonsson (2000) tidak
terhadap Trust Dari hasil analisis regresi didukung dalam penelitian ini. Penolakan
pada menunjukkan bahwa pengaruh H1g ini dimungkinkan karena kooperasi
communication terhadap trust adalah tidak tidak selalu memberikan dampak yang
signifikan, karena signifikansinya sebesar positif terhadap kepercayaan. Kooperasi
0,117 (> 0,05). Dengan demikian H1d yang efektif dapat mempertinggi tingkat
ditolak dalam penelitian ini. Dengan kepercayaan, namun kooperasi yang
ditolaknya H1d yaitu adanya pengaruh semakin komplek dimungkinkan juga
positif communication terhadap trust, muncul banyak konflik (Reza dan Sinto,
maka penelitian ini tidak mendukung 2006).
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Modern Retail Supply Chain (MRSC)
Zineldin dan Jonsson (2000) bahwa dalam hal ini merupakan istilah yang
communication dapat memberikan dampak digunakan untuk paradigma baru dalam
positif dalam meningkatkan trust antara retail supply chain, suatu konsep yang
supplier dengan dealer. Hal ini mungkin menempatkan retailer sebagai suatu titik
disebabkan karena supplier tidak harus atau mata rantai dalam jalur distribusi.
sering berkunjung dan mengenal Konsep ini menjembatani kepentingan
perusahaan secara dekat untuk menjalin supllier dan retailer dalam sudut padang
kerjasama yang baik. yang sama, yaitu sebagai bagian dari
Analisis Pengaruh Opportunistic proses menluruh araus barang dari hulu ke
Behavior terhadap Trust. Dari hasil hilir samapi kepada konsumen akhir.
analisis regresi dapat dilihat bahwa Orintasi menyeluruh ini adalah pemenuhan
opportunistic behavior tidak signifikan kebutuhan dan kepuasan konsumen
pada 0,492 (<0,05), berarti opportunistic (consumer driven).
behavior tidak berpengaruh secara Dengan paradigma baru (MRSC)
signifikan terhadap trust. Dengan orientasi supplier adalah retailer’s selling
demikian H1e ditolak dalam penelitian ini. out. Supplier akan berkecenderungan
Dengan ditolaknya H1e yaitu adanya untuk menargetkan selling in sebanyak –
pengaruh positif opportunistic behavio banyaknya denmgan kerjasama yang
terhadap trust, maka penelitian yang produktif dan target yang didasarkan atas
dilakukan pada industri properti informasi selling out dan hasil analisisinya
diSurakarta ini tidak mendukung penelitian yang diberikan retailer sebagai bagian dari
sebelumnya yang dilakukan oleh Zineldin kerjasama.
dan Jonsson (2000). Penolakan H1e ini Fungsi–fungsi utama dalam MRSC
dimungkinkan karena opportunistic meliputi estimasi, formulasi, komunikasi
behavior tidak banyak mempengaruhi dan kolaborasi. Fungsi estimasi adalah
kinerja supplier, sehingga perusahaan bahwa dalam implementasi MRSC ada
proses untuk mengestimasi atau cooperation, dan reputation terhadap trust
meperkirakan kondisi (fluktuasi atau dan commitment dalam supplier
tingkat penjualan) pada suatu periode relationship adalah sebagai berikut:
waktu mendatang berdasrkan informasi sebanyak 58,06% responeden mempunyai
yang bersifat historis. Kemudian fungsi persepsi tingkat kepercayaan (trust) yang
formulasi dalam hal ini adalah proses tinggi terhadap supplier-nya. Sebanyak
perumusan kondisi keseimbangan 80,65% mempunyai persepsi tingkat
penyediaan stock barang, yang kemudian komitmen (commitment) yang tinggi
diturunkan sebagai persamaan untuk terhadap supplier-nya. Sebanyak 70,97%
mendapatkan nilai order quantity dan 22,58% responden mempunyai
recommendation. Fungsi komunikasi persepsi tingkat adaptation yang sedang
adalah kondisi tingkat hubungan antara dan tinggi dari supplier-nya. Hal ini berarti
para pihak dalam MRSC (supplier- secara umum perusahaan cukup
reatiler), sedangkan fungsi kolaborasi mempertimbangkan biaya transaksi, proses
merujuk pada kondisi tingkat kerjasama administrasi, keterbatasan modal, waktu
yang terjalin di dalamnya. pengiriman, keandalan, keamanan,
Persaingan yang ketat menuntut perencanaan data, kualitas produk dan
para pengelola bisnis menciptakan model – kemudahan transaksi sebagai akibat dari
model baru dalam pengelolaan aliran pergantian supplier.
produk. Supply chain Management (SCM) Sebanyak 51,61% responden
adalah modifikasi praktik tradisional dari memberikan tanggapan yang tinggi
manajemen logistik yang bersifat adversial terhadap shared values. Hal ini berarti
ke arah koordinasi dan kemitraan antar bahwa secara umum perusahaan
pihak – pihak yang terlibat dalam berkeinginan untuk mempunyai tujuan dan
pengelolaan aliran informasi dalam produk kebijakan bersama dengan supplier,
tersebut (Zabidi, 2001). Menurut Heizer memiliki kemauan untuk menghargai
dan Render (2000), SCM adalah mata supplier, dan tidak membeda-bedakan
rantai dimana dari berbagai pemasok karyawannya dengan karyawan dari pihak
kemudian masuk ke pabrikan, grosis, supplier. Sebanyak 54,84% responden
distributor, sampai ke tangan konsumen. memberikan tanggapan yang tinggi
SCM merupakan satu hal yang kompleks, terhadap communication. Hal ini berarti
kalau permintaan konsumen sendiri sangat bahwa secara umum perusahaan
fluktuatif, maka perencanaan akan menganggap supplier-nya memberikan
complicated. informasi yang berkaitan dengan
pengiriman maupun perkembangan-
SIMPULAN perkembangan menyangkut barang yang
Hubungan antara karakteristik dipesan oleh retail.
suplier, kepercayaan dan komitmen
pelanggan merupakan kunci pokok dari KETERBATASAN
sebuah kerangka kerja konseptual: modern Dalam penelitian tentang faktor-
retail supply chain (MRSC). Model ini faktor yang berpengaruh terhadap trust dan
menyatakan adanya sebuah rantai kausal commitment dalam supplier relationship
yang menghubungkan hubungan supplier lingkup penelitian hanya di Yogyakarta
dengan retailermelalui kepercayaan, dan dan hanya ritail pertokoan maka
komitmen. mengakibatkan hasil penelitian ini belum
Berdasarkan hasil penelitian dapat bisa digeneralisasikan untuk semua daerah
ditarik kesimpulan mengenai pengaruh dan semua jenis usaha. Penelitian tentang
adaptation, relationship termination cost, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
shared values, communication, trust dan commitment dalam supplier
opportunistic behavior, satisfaction, relationship ini baru menggunakan
delapan faktor yaitu adaptation, Heizer, J. and Barry R. 2001. Operations
relationship termination cost, shared management. 6th ed. Upper Saddle
values, communication, opportunistic River, N.J: Prentice Hall, Inc.
behavior, satisfaction, cooperation, dan
reputation sebagai variabel independen, Krause, D.R, T.V. Scannell and R.J
masih ada faktor-faktor lain yang dapat Calantone. 2000. A structural
mempengaruhi relationship quality antara anaysis of the effectiveness of
supplier dengan dealer, seperti buying firms, strategies to improve
information sharing, perceived conflict, supplier performance. Decision
relationship bonds dan lain-lain. Science. 31, 1, 33-35.

Kwon, Ik-Whan and Taewon Suh. 2005.


REFERENSI Trust, commitment and
Bowersox, D.J. Closs, D.J. and Stank T.P. relationships in supply chain
1999. Century logistic making management: a path analysis.
supply chain integration a reality. Supply Chain Management: An
Oak Brook, II. Council of Logistic International Journal. 10/1 : 26-33.
Management.
Watanabe, R. 2001. Supply chain
Chase, R.B., F.R. Jacobs and N.J. management: konsep dan
Aquilano. 2004. Operations teknologi. Usahawan, XXX, No. 2,
management for competitive Februari, 8-11.
advantage. 10th ed. Singapore:
McGraw-Hill/Irwin.
Widayanto, G. 1995. Manajemen Rantai
Chopra. 2010. Supply chain management: Suplai: suatu jawaban mengahdapi
strategy, planning, and operation. kompetisi berbasis waktu.
4Ed Pearson Education. Usahawan, XXIV. No. 12.
Desember. H. 14-18.
Flyn, B.B. Scroeder, R.G, and Sakakibara.
1995. The impact of quality Wisher J.D. 2003. A Structural equation
mangement practices on model of supply chain management
performance and competitive strategies and firm performance.
advantage. Decision Science. Vol. Journal of Business Logistics. Vol.
26. No. 5. pp 69-92. 24. No. 1.

Hale, Trevor and Christopher R. Moberg. Zabidi, Y. 2001. Supply chain


2005. Improving supply chain management: teknik terbaru dalam
disaster preparedness: a decision mengelola aliran material/produk
process for secure site location. dan informasi dalam
International Journal of Physical memenangkan persaingan.
Distribution & Logistics Usahawan, XXX, No. 2, Februari,
Management. Vol. 35. No. 3. pp. 3-7.
195-207.

Вам также может понравиться