Вы находитесь на странице: 1из 14

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN

ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN BALANCED SCORECARD


(Analyzed Factors that Leads to the Balanced Scorecard Nursing Care Documentation
at Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya)

Yuli Anggraini*, Purwaningsih**, Eka Misbahatul** * Rumah Sakit Jiwa Menur, Jl. Menur
120 Surabaya Telp./Fax 031-5021635/5021636. E-mail: nersyulianggraini@yahoo.co.id **Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

ABSTRACT
Introduction: Nursing documentation is an important aspect of nursing practice so that should be
assessed comprehensively. The objective of the study was to analyze the causing factor of nursing
care documentation at Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya through balanced scorecard. Method:
This research was an analytical descriptive conducted out on January 2010 at Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya that measured nursing care documentation through four perspectives of balanced
scorecard by distributing quisioner to 55 nurses and 69 customers (patient families) using
inclusion criteria, and holding personal interview to 3 structural official, 2 functional official, and
6 ward supervisors. Data of nurse education, percentage of trained nurse was gained by checklist.
Data were analyzed using content analysis to find the causing factor of nursing documentation
within balanced scorecard. Result: The result showed that financial, internal business processes,
and learning and growth perspectives had causal relationship with nursing care documentation at
Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya, but customer perspective didn’t have direct causal relationship
with it. Discussion: It can be concluded that impractical nursing documentation form especially in
dimension of time on assessment, implementation, and evaluation, and comprehension on
assessment, absence of physical nursing standards, limited knowledge on nursing documentation
evoked by absence of inhouse training about nursing documentation, ineffective supervision and
audit were factors which affecting nursing documentation at Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
The researcher recommended that the hospital manager should modificate the nursing
documentation form using NIC & NOC of NANDA and computerized system, compose physical
nursing standards, carry out advanced nursing education and inhouse training about nursing care
documentation, improve supervision program, and nursing documentation audit.

Keywords: balanced scorecard, causing factor, nursing care documentation

PENDAHULUAN yang dilakukan peneliti selama satu minggu


menggunakan instrumen studi dokumentasi
Dokumentasi yang baik mencerminkan
tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga Departemen kesehatan Republik Indonesia, sejak
membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tanggal 28 Oktober sampai 3 November 2009 di
tim perawatan dalam memberikan perawatan ruang rawat inap, dari sepuluh berkas rekam
(Potter dan Perry, 2005). Menurut Hariyati medis pasien, didapatkan hasil bahwa
(2009), masalah yang sering muncul dan dihadapi pelaksanaan pendokumentasian asuhan
di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur masih
keperawatan adalah banyak perawat yang belum belum optimal, di mana bagian yang paling tidak
melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar sesuai dengan standar, yaitu hanya dilakukan
asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan kurang dari sama dengan lima puluh lima persen
keperawatan juga tidak disertai adalah diagnosis keperawatan (100%), tindakan
pendokumentasian yang lengkap. Observasi keperawatan (100%), dan evaluasi

93
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

(80%). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas baik dalam pengkajian, diagnosis, perencanaan,
pendokumentasian asuhan keperawatan di tindakan keperawatan, maupun evaluasi guna
Rumah Sakit Jiwa Menur masih rendah. mencegah terjadi masalah hukum. Konsep
Pendokumentasian yang akurat Balanced scorecard pada dasarnya adalah
merupakan salah satu pertahanan diri terbaik suatu konsep pengukuran kinerja yang
terhadap tuntutan yang berkaitan dengan berusaha menerjemahkan strategi organisasi ke
asuhan keperawatan (Potter dan Perry, 2005). dalam serangkaian aktivitas yang terencana
Menurut Iyer (2005) dokumentasi yang tidak yang dapat diukur secara kontinyu. Balanced
memenuhi aspek hukum teknik pencatatan bisa scorecard akan membantu perusahaan untuk
menimbulkan tuntutan yang merugikan melakukan pengukuran kinerja secara lebih
perawat maupun rumah sakit yang komprehensif dan akurat (Ciptani, 2000).
bersangkutan. Seorang wanita Texas berusia 84 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
tahun menderita serangkaian stroke dan harus Yong (2008) balanced scorecard memiliki
masuk ke fasilitas perawatan jangka panjang. Ia tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi
menderita penyakit vaskular pada tungkainya, sehingga relevan digunakan untuk mengukur
yang memerlukan pemantauan ketat, namun kinerja organisasi keperawatan rumah sakit di
sepuluh bulan kemudian tungkainya diamputasi Korea. Castaneda-Mendez et al. (1998) dalam
di bawah lutut, dan setelah menderita infark Zelman (2003) menyatakan bahwa untuk
miokard mayor ia meninggal. Pemalsuan menghubungkan praktik, hasil, kualitas, nilai,
rekam medik terdeteksi ketika ditemukan dan biaya-biaya, organisasi kesehatan harus
prosedur medis ditulis beberapa kali bahkan menggunakan balanced scorecard. Menurut
ketika pasien tidak berada di rumah perawatan. Weber (2001) dalam Zelman (2003) balanced
Perawat yang dulu merawatnya bersaksi bahwa scorecard bisa dijadikan alat untuk mengukur
rumah perawatan tersebut kekurangan tenaga, performa keperawatan. Untuk itu peneliti
dan mereka menyebutkan contoh-contoh mencoba menganalisis masalah pelaksanaan
pengabaian pasien. Juri memberikan ganti rugi pendokumentasian asuhan keperawatan di
pada penggugat sebesar $721.000 untuk Rumah Sakit Jiwa Menur dengan
mengganti kerusakan dan $10 juta sebagai menggunakan balanced scorecard.
pengganti hukuman (Laska, 1998). Tahun 1997 Penelitian ini akan melakukan
di Massachusetts terdapat gugatan karena pengukuran pada empat perspektif balanced
pemberian haldol yang berlebihan akibat scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses
perilaku pasien menyerang setelah sadar dari bisnis internal, dan pembelajaran dan
anestesi. Karena perawat tidak pertumbuhan sehingga hasil pengukuran
mempertanyakan instruksi yang ditulisnya, yang komprehensif ini bisa dianalisis untuk
maka pasien akhirnya meninggal dan rumah menemukan faktor penyebab pelaksanaan
sakit mengganti rugi sebesar $ 1.050.000. pendokumentasian asuhan keperawatan yang
Tingkat pendidikan dan kesadaran akan hukum tidak sesuai standar Departemen Kesehatan
masyarakat Indonesia yang makin tinggi akan Republik Indonesia, untuk kemudian bisa
memungkinkan sering terjadi tuntutan hukum disusun rekomendasi upaya peningkatan
bagi rumah sakit dan tenaga perawat jika dokumentasi asuhan keperawatan di Rumah
pendokumentasian asuhan keperawatan tidak Sakit Jiwa Menur Surabaya.
berkualitas (Trisnawati, 2006).
Rumah Sakit Jiwa Menur merawat
BAHAN DAN METODE
pasien-pasien gangguan jiwa, yang menurut
Iyer (2005) pasien tersebut mungkin Penelitian ini merupakan penelitian
mengalami resiko cedera akibat perilaku bunuh deskriptik analitik yaitu penelitian non
diri atau kekerasan, melakukan penolakan hipotetis yang menyelidiki dan melukiskan
terhadap pengobatan, dan melarikan diri. Untuk keadaan subjek dan objek penelitian pada saat
itu diperlukan pendokumentasian asuhan sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
keperawatan yang tepat, lengkap, dan akurat dan bagaimana adanya, di Instalasi Rawat

94
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya di pelanggan. Variabel ketiga adalah perspektif
mana pelaksanaan pendokumentasian asuhan proses bisnis internal, meliputi ketersediaan
keperawatan sebagai unit analisis, dengan standar asuhan keperawatan (SAK) baik jiwa
melakukan pengumpulan dan analisis maupun fisik ketersediaan format dokumentasi
terhadap data primer maupun sekunder pada keperawatan dan petunjuk teknis pengisiannya
keempat perspektif balanced scorecard yang kemudahan pengisian format dokumentasi
meliputi: keuangan, pelanggan, proses bisnis keperawatan, komitmen manajemen, dan
internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan. variabel yang diukur keempat yaitu perspektif
Populasi perawat dalam penelitian ini pembelajaran dan pertumbuhan, meliputi:
adalah jumlah perawat yang berdinas di pendidikan perawat, pengetahuan perawat
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur, tentang dokumentasi, persentase perawat yang
yaitu 64 orang. Populasi pelanggan (keluarga mengikuti diklat pendokumentasian asuhan
pasien) adalah jumlah rata-rata per bulan keperawatan, kepuasan kerja perawat, motivasi
pasien yang dirawat inap di Ruang Wijaya perawat dalam pengisian dokumentasi
Kusuma tiga bulan terakhir (September sampai keperawatan, penilaian dan harapan perawat
Nopember 2009) yaitu 84 pasien, Sedangkan terhadap format dokumentasi keperawatan,
populasi manajemen adalah 21 pejabat audit dokumentasi keperawatan.
struktural, 12 pejabat fungsional, dan 6 kepala Instrumen yang digunakan pada
ruang rawat inap yang ada di RSJ Menur. penelitian ini adalah wawancara, kuesioner dan
Sampel penelitian ini adalah keluarga lembar observasi pada responden yang diteliti
pasien sejumlah 69, dan perawat sejumlah 55 dengan menggunakan balanced scorecard.
orang perawat. Sampel perawat diambil
berdasarkan kriteria inklusi yaitu perawat
bersedia diteliti, perawat pelaksana di Instalasi HASIL
Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur, Aspek yang diukur dalam balanced
Sementara kriteria inklusi untuk sampel scorecard terdiri dari empat, yaitu perspektif
keluarga pasien adalah keluarga pasien keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
bersedia diteliti keluarga pasien selalu proses bisnis internal, serta perspektif
mendampingi pasien di ruang rawat inap. pembelajaran dan kebutuhan.
Sampel manajemen adalah pejabat struktural Aspek yang pertama adalah perspektif
dan fungsional yang berkaitan langsung dengan keuangan, di mana meliputi biaya kertas
pelaksanaan pendokumentasian asuhan menunjukkan hasil bahwa sudah ada pembiayaan
keperawatan, yaitu Kepala Bidang Perawatan, yang diprogramkan, yaitu anggaran kertas format
Kepala Seksi Rekam Medik, Kepala Sub dokumentasi asuhan keperawatan tercukupi
Bagian Penyusunan Program dan Anggaran, karena biaya yang dikeluarkan untuk
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan, dokumentasi asuhan keperawatan hanya 90,9%
Ketua Tim Asuhan Komite Keperawatan, dan anggaran. Segi perspektif keuangan kedua adalah
semua kepala ruang rawat inap di Rumah Sakit lama waktu pendokumentasian menunjukkan
Jiwa Menur Surabaya di mana pengambilan hasil bahwa pengkajian paling banyak selama 10
sampel perawat dengan menggunakan menit yaitu 24 orang (43,6%). Sedangkan analisis
proportional random sampling. data/diagnosis paling banyak selama 5 menit
Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu 28 orang (50,9%). Perencanaan paling
adalah perspektif keuangan yang meliputi biaya banyak adalah 5 menit yaitu 27 orang (49,1%).
kertas, lama waktu pendokumentasian asuhan Pendokumentasian tindakan keperawatan
keperawatan, ketersediaan biaya pendidikan dan memerlukan waktu terbanyak adalah 10 menit
pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan. yaitu 25 orang (45,5%), untuk evaluasi
Variabel yang diukur kedua adalah perspektif menunjukkan waktu pendokumentasian evaluasi
pelanggan di mana meliputi kemanfaatan paling banyak adalah 5 menit yaitu 29 orang
dokumentasi keperawatan bagi pelanggan (pasien (52,7%), yang terakhir adalah catatan
dan keluarga), kepuasan perkembangan (tindakan

95
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

dan evaluasi) yaitu satu pasien (tindakan dan keperawatan (SAK) baik jiwa maupun fisik,
evaluasi) paling banyak dibutuhkan waktu 20 Ketersediaan format dokumentasi keperawatan
menit. Tidak seperti pengkajian, analisis data, dan petunjuk teknis pengisiannya, Kemudahan
dan perencanaan, pendokumentasian catatan pengisian format dokumentasi keperawatan,
perkembangan (tindakan dan evaluasi) harus dan Komitmen manajemen.
dilakukan setiap hari. Jika satu perawat Hasil wawancara dengan Kepala Ruang
mendokumentasikan empat pasien maka Puri Anggrek, Puri Mitra, Flamboyan, Wijaya
dibutuhkan waktu 80 menit hanya untuk Kusuma, Gelatik, dan Kenari tentang
menulis tindakan dan evaluasi. Dan catatan ketersediaan standar asuhan keperawatan
lainnya (laporan perpindahan pasien, diperoleh informasi bahwa semua ruangan
pemberian obat, kurva, resume keperawatan) tersebut memiliki Standar Asuhan Keperawatan
paling banyak adalah 5 menit yaitu 22 orang Jiwa, namun belum memiliki Standar Asuhan
(40%). Total waktu pendokumentasian asuhan Keperawatan Fisik, masing-masing ruangan
keperawatan satu pasien paling banyak adalah mempunyai satu bendel buku SAK Jiwa, dari
41–50 menit yaitu 20 orang (36,4%). enam ruangan ada dua ruangan yang meletakkan
Perspektif keuangan yang ketiga adalah standar asuhan tersebut di tempat yang tidak
ketersediaan biaya pendidikan dan pelatihan mudah dijangkau. Sedangkan menurut Ketua Tim
pendokumentasian asuhan keperawatan. Tahun Asuhan Keperawatan Komite Keperawatan, saat
2010 anggaran pengembangan tenaga ini standar asuhan keperawatan fisik masih dalam
keperawatan dapat sebesar 40,3% dari penyusunan.
anggaran pengembangan tenaga kesehatan. Ketersediaan format dokumentasi
Anggaran tersebut direncanakan untuk keperawatan dan petunjuk teknis pengisiannya
mengadakan pelatihan kesehatan kerja, infeksi menunjukkan hasil bahwa berdasarkan
nosokomial, outbound, dan seminar serta wawancara dengan Kepala Ruang Puri
pelatihan keperawatan di luar rumah sakit. Jadi Anggrek, Puri Mitra, Flamboyan, Wijaya
pada tahun 2010 tidak dianggarkan pelatihan Kusuma, Gelatik, dan Kenari, didapatkan data
pendokumentasian asuhan keperawatan. sebagai berikut di semua ruangan tersedia
Aspek kedua dalam balanced format asuhan keperawatan yang baku, jumlah
scorecard adalah perspektif pelanggan, di format tercukupi setiap hari, format yang
mana terdiri dari 2 hal, yang pertama adalah paling sering dipakai adalah format catatan
kemanfaatan dokumentasi keperawatan bagi perkembangan, namun di ruangan tidak pernah
pelanggan (pasien dan keluarga) kehabisan, di semua ruangan tersedia petunjuk
menunjukkan hasil bahwa semua pelanggan teknis pengisian format dokumentasi asuhan
mengatakan pendokumentasian diperlukan keperawatan yang dibendel menjadi satu
dan hampir semuanya merasakan manfaat dengan Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, ada
pendokumentasian asuhan keperawatan. dua ruangan yang meletakkan petunjuk teknis
Begitu juga hasil analisis isi berdasarkan tersebut di tempat yang tidak mudah dijangkau.
kuesioner terstruktur, sebagian besar Sedangkan mengenai kemudahan pengisian
responden (pasien) memerlukan dokumentasi format dokumentasi keperawatan menunjukkan
keperawatan karena untuk mengetahui bahwa proporsi terbanyak responden perawat
perkembangan pasien setiap hari. di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Perspektif pelanggan yang kedua adalah Menur Surabaya menilai kemudahan pengisian
kepuasan pelanggan di mana menunjukkan format dokumentasi asuhan keperawatan baik.
hasil bahwa proporsi terbanyak responden Komitmen manajemen dinilai
keluarga pasien yang dirawat di Ruang Wijaya berdasarkan wawancara terhadap Kepala Seksi
Kusuma kepuasannya berdasarkan dimensi Rekam Medik, Kepala Bidang Perawatan,
tanggung jawab dan empati adalah tinggi. Kepala Diklat, dan Kepala Ruangan Rawat
Perspektif proses bisnis internal, yang Inap didapatkan informasi bahwa sagian rekam
merupakan aspek ketiga dalam balance medik menyediakan lembar format
scorecard meliputi ketersediaan standar asuhan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai

96
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

kebutuhan sehingga saat ini jumlah format bahwa sejak tahun 2005 tidak pernah dilakukan
tercukupi, hasil pendokumentasian asuhan pendidikan dan pelatihan pendokumentasian
keperawatan disimpan dalam status pasien yang asuhan keperawatan. Namun pada tanggal 20
disusun rapi di almari khusus, hasil sampai 21 September 2006 diselenggarakan
pendokumentasian asuhan keperawatan saat ini pelatihan clinical educator, yang di dalamnya
tidak digunakan sebagai pertimbangan penilaian ada materi pengkajian asuhan keperawatan
DP3 sebagai penilaian Pegawai Negeri Sipil jiwa, yang diikuti 50 perawat (78,1%). Pada
(PNS), tetapi sudah digunakan dalam penilaian tanggal 13 sampai 15 Oktober 2009 dilakukan
kinerja untuk pembagian jasa pelayanan, pelatihan MPKP (Model Praktik Keperawatan
supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan Profesional) yang diikuti 43 perawat rawat inap
dilakukan oleh kepala ruangan berupa “Standar (67,1%). Sebanyak 50 perawat (78,1%) sudah
Penilaian Dokumentasi Asuhan Keperawatan mengikuti pendidikan dan pelatihan BLS
pada Lembar Implementasi”, yang setiap bulan (Basic Life Support).
dilaporkan kepada Kepala Sub Bidang Asuhan Kepuasan perawat menunjukkan
dan Mutu Keperawatan. Namun menurut kepala bahwa dari 55 responden di Instalasi Rawat
ruangan supervisi tersebut kurang optimal karena Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
banyaknya tugas kepala ruangan. Hal ini mayoritas kepuasannya adalah sedang yaitu
dibuktikan bahwa dari data yang didapatkan di 33 responden (60%), sedangkan motivasi
Bidang Perawatan, sejak bulan Agustus 2009 perawat dalam pengisian format dokumentasi
sampai dengan Desember 2009, dari 6 ruangan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa
ada 2 ruangan yang tidak mengumpulkan laporan Menur Surabaya mayoritas tinggi yaitu 38
“Standar Penilaian Dokumentasi Asuhan responden (69,1%).
Keperawatan pada Lembar Implementasi” secara Hasil penelitian penilaian perawat
lengkap, dan tahun 2010 tidak ada program terhadap format dokumentasi asuhan
pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan. keperawatan berdasarkan kepraktisan, jumlah
lembar format, dan tanggapan terhadap format
Aspek terakhir dalam balace scorecard menunjukkan bahwa sebagian banyak perawat
yang diukur adalah perspektif pembelajaran yaitu 33 responden (60%) tidak setuju format
dan pertumbuhan, di mana perspektif ini dokumentasi cukup praktis, 38 responden
meliputi pendidikan perawat, pengetahuan (69,1%) menilai jumlah lembar format
perawat, persentase perawat yang mengikuti dokumentasi asuhan keperawatan banyak, dan
diklat pendokumentasian asuhan mayoritas responden (69,1%) menilai format
keperawatan, kepuasan perawat, motivasi dokumentasi asuhan keperawatan perlu
perawat dalam pengisian dokumentasi direvisi.
keperawatan, penilaian dan harapan perawat Audit dokumentasi keperawatan
terhadap format dokumentasi keperawatan, menunjukkan bahwa berdasarkan wawancara
dan audit dokumentasi keperawatan. dengan Ketua Tim Asuhan Keperawatan
Tingkat pendidikan perawat terbanyak di Komite Keperawatan pada tahun 2008
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur pernah dilakukan audit dokumentasi. Namun
terbanyak adalah DIII Keperawatan sejumlah hasilnya tidak terdokumentasi dengan baik.
49 orang (76,6%). Peneliti mendapatkan
informasi bahwa saat ini ada 4 perawat rawat
PEMBAHASAN
inap yang tengah menjalani pendidikan DIII
Keperawatan dan 5 orang perawat sedang Ditinjau dari perspektif keuangan jelas
menempuh pendidikan S1 Keperawatan. bahwa format yang digunakan saat ini kurang
70,9% reaponden perawat di Instalasi Rawat efisien karena biaya kertas cukup tinggi. Status
Inap Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Rumah Sakit Jiwa Menur sebagai Badan
memiliki pengetahuan kurang baik. Layanan Umum Daerah mengharuskannya
Data Bagian Pendidikan dan Pelatihan mengatur keuangan sedemikian rupa agar
Rumah Sakit Jiwa Menur diperoleh informasi mampu mandiri. Meskipun saat ini jumlah

97
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

kertas terpenuhi dengan anggaran yang cukup keluarga. Menurut peneliti perlu dipikirkan jika
akan lebih baik jika biaya tersebut ditekan ada masalah keperawatan yang tidak ada dalam
untuk menambah pendapatan. Hal ini sejalan ketujuh perencanaan yang ada dimungkinkan
dengan Kaplan dan Norton (2000) yang terjadi keadaan di mana perawat mencari-cari
mengemukakan perlunya perusahaan perencanaan yang secocok mungkin dengan
meningkatkan kinerja biaya dan produktivitas masalah yang ditemukan meskipun data kurang
dengan salah satu caranya adalah mengurangi mendukung atau mencoba menulis sendiri
biaya operasi termasuk biaya administratif. sesuai kemampuannya. Hal ini tentu akan
Menurut Iyer, (2005) kebutuhan untuk menyebabkan pendokumentasian tidak sesuai
menghemat biaya mengharuskan perawat untuk standar. Oleh karena itu format perencanaan
memeriksa ulang praktik rutin yang yang telah dicetak tersebut perlu ditelaah
dilakukannya, seperti pendokumentasian guna kembali apakah lebih baik menggunakan kode
mengembangkan metode pencatatan yang lebih perencanaan sesuai NIC dan NOC.
efisien. Maka manajemen Rumah Sakit dalam Pendokumentasian tindakan keperawatan
hal ini Bidang Perawatan bekerja sama dengan memerlukan waktu terbanyak adalah 10 menit
Tim Asuhan Komite Keperawatan dan Seksi sedangkan untuk evaluasi paling banyak adalah 5
Rekam Medik sebaiknya menelaah kembali menit. Untuk mendokumentasikan catatan
berbagai model format dan sistem perkembangan (tindakan dan evaluasi) paling
pendokumentasian, dan memilih yang paling banyak dibutuhkan waktu 20 menit. Menurut
sesuai dengan Rumah Sakit Jiwa Menur. standar dokumentasi implementasi atau tindakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keperawatan harus dilaksanakan sesuai rencana
waktu yang dibutuhkan dalam pengkajian keperawatan, mengamati keadaan bio-psiko-
paling banyak 10 menit. Menurut Doenges sosio-spiritual pasien, menjelaskan setiap
(2007) salah satu tujuan dokumentasi asuhan tindakan kepada pasien/keluarga, dan mencatat
keperawatan adalah untuk memfasilitasi semua tindakan yang dilakukan. Menurut standar
pemberian perawatan yang berkualitas. Untuk evaluasi perawat melakukan pengkajian ulang
itu perlu dilakukan pengkajian yang sesuai yang diarahkan pada tercapainya tujuan atau
standar yaitu pengumpulan data harus lengkap, tidak, menetapkan prioritas dan tujuan serta
akurat, sistematis, menggunakan format, dan melakukan pendekatan keperawatan lebih lanjut
valid. Untuk memenuhi unsur tersebut maka secara tepat dan akurat, menetapkan tindakan
waktu yang dibutuhkan cukup lama. keperawatan baru dengan cepat dan tepat. Untuk
Waktu analisis data/diagnosis paling itu waktu yang dibutuhkan cukup lama
banyak selama 5 menit karena untuk memenuhi berdasarkan penelitian, perawat banyak menulis
standar dokumentasi, analisis data difokuskan rutinitas sehari-hari namun tindakan dan evaluasi
pada prioritas masalah dengan menuliskan yang sesuai diagnosis keperawatan terlupakan.
tanda/gejala berupa data subjektif dan objektif,
kemungkinan penyebab, dan masalah Menurut penelitian waktu yang digunakan
keperawatan. Maka masing-masing pasien untuk mendokumentasikan catatan lainnya paling
berbeda, sehingga harus ditulis secara naratif, banyak adalah 5 menit. Menurut standar
dan membutuhkan waktu yang cukup untuk dokumentasi implementasi semua tindakan yang
merumuskannya. Sedangkan waktu yang dilakukan harus dicatat. Catatan lainnya, yang
dibutuhkan untuk perencanaan paling banyak harus dilakukan setiap hari pada semua pasien
adalah 5 menit. Perawat di Rumah Sakit Jiwa adalah pencatatan pemberian obat dan kurva
Menur tidak perlu menuliskan perencanaan tanda-tanda vital, sedangkan laporan perpindahan
tindakan keperawatan karena sudah disediakan pasien dan resume keperawatan hanya dilakukan
format perencanaan yang merupakan 7 masalah pada saat memindahkan pasien ke ruangan lain
utama yaitu halusinasi, perilaku kekerasan, dan saat pasien pulang. Dengan adanya format
menarik diri, harga diri rendah, waham, pemberian obat dan format kurva tanda-tanda
ketidakmampuan keluarga merawat pasien, dan vital memudahkan perawat dalam dokumentasi
kurangnya pengetahuan tindakan rutin. Format

98
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

perpindahan pasien dan resume yang tersedia diperolehnya semakin membaik. Selain itu
juga memudahkan karena yang ditulis tidak pengetahuan juga dipengaruhi oleh tingkat
terlalu banyak. Jadi waktu pendidikan. Pendidikan memengaruhi proses
mendokumentasikan catatan lainnya tidak belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
terlalu menyita waktu harian perawat. makin mudah orang tersebut untuk menerima
Sesuai hasil penelitian satu perawat pada informasi. Semakin banyak informasi yang
pagi hari di Ruang Wijaya Kusuma melakukan masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
pendokumentasian asuhan keperawatan selama didapat tentang kesehatan. Pengalaman juga
120 menit, setiap perawat mendokumentasikan menjadi sumber pengetahuan di mana
27 lembar setiap paginya. Menurut Gillies seseorang memperoleh kebenaran pengetahuan
dalam Departemen Kesehatan Republik dengan cara mengulang kembali pengetahuan
Indonesia (1997) waktu efektif pelayanan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
keperawatan di ruang nonbedah/non-ICU yang dihadapi pada masa lalu. Proporsi
adalah 4 jam. Ini berarti waktu perawat hampir terbanyak responden berusia >40 tahun
separuhnya tersita untuk kegiatan dokumentasi sehingga pengalamannya lebih banyak, dan
yang sesuai dengan McDaniel (1997) dalam ditunjang dengan pendidikan dengan proporsi
Iyer (2005) yang mengemukakan bahwa terbanyak SMP dan SMA, responden memiliki
sebuah perkiraan menunjukkan bahwa perawat pengetahuan cukup dalam dokumentasi
menghabiskan 40% waktunya untuk keperawatan secara umum.
melakukan pekerjaan tertulis. Kelebihan waktu Perawat harus mendokumentasikan
untuk dokumentasi lebih baik digunakan untuk asuhan keperawatan dengan baik sehingga bisa
aktivitas perawatan pasien yang lain. Waktu memenuhi harapan pelanggan akan jaminan
pendokumentasian yang lama memungkinkan mutu, di mana menurut Nursalam (2008)
perawat harus mengurangi waktu bersama pencatatan data klien yang lengkap dan akurat,
pasien, sehingga kondisi pasien tidak akan memberi kemudahan bagi perawat dalam
terevaluasi secara maksimal sementara di ruang membantu menyelesaikan masalah pasien dan
jiwa menurut Iyer (2005) pasien mungkin untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien
mengalami resiko cedera akibat perilaku bunuh dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru
diri atau kekerasan, melakukan penolakan dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui
terhadap pengobatan, dan melarikan diri. catatan yang akurat. Hal ini akan meningkatkan
Pasien jiwa kondisinya sangat fluktuatif mutu pelayanan keperawatan.
sehingga harus dilakukan pengawasan ketat. Tingkat kepuasan pelanggan berdasarkan
Hasilpenelitianperspektif dimensi tanggung jawab dan empati
pelanggan semua responden mengatakan menunjukkan tingkat kepuasan tinggi di mana
pendokumentasian diperlukan. Sedangkan proporsi terbanyak adalah laki-laki dengan
analisis isi berdasarkan kuesioner terstruktur, proporsi pekerjaan terbanyak adalah swasta dan
jawaban dari pertanyaan terbuka alasan perlu wiraswasta. Menurut Sugiarto (1999) dalam
dilakukan dokumentasi terbanyak adalah supaya Purwanto (2007) tingkat kepuasan antar individu
mengetahui perkembangan kondisi pasien, yang satu dengan individu lain berbeda. Hal ini terjadi
diungkapkan hampir separuh responden. Sesuai karena adanya pengaruh dari faktor jabatan,
hasil penelitian hanya 1 responden mengatakan umur, kedudukan sosial, tingkat ekonomi,
tidak merasakan manfaat pendokumentasian pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan
asuhan keperawatan. Adapun alasan tidak kepribadian. Sesuai hasil kuesioner semua
merasakan manfaat pendokumentasian karena pelanggan merasa puas terhadap pelayanan
perawat tidak menjelaskan perkembangan pasien, perawat di Instalasi Rumah Sakit Jiwa Menur.
menurut Notoatmojo (2007) dalam Erfan (2009) Menurut Kaplan dan Norton (2000) ukuran
usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir kepuasan pelanggan memberikan umpan balik
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin mengenai seberapa baik perusahaan
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, melaksanakan bisnis. Kepuasan pelanggan di
sehingga pengetahuan yang Rumah Sakit Jiwa Menur

99
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

memang tinggi, namun kepuasan tersebut tidak apakah pengetahuan, sikap, dan motivasi
berkenaan langsung dengan pendokumentasian perawat dalam pendokumentasian asuhan
asuhan keperawatan. Sebagaimana disebutkan di keperawatan meningkat dengan pelatihan
atas tingkat ekonomi memengaruhi tingkat tersebut, karena belum dilakukan penelitian.
kepuasan. Hampir semua pasien yang dirawat di Pelatihan pendokumentasian asuhan
Ruang Wijaya Kusuma menggunakan Jamkesmas keperawatan akan dibahas lebih spesifik
dan Jamkesda, dengan kata lain tingkat tujuan, manfaat, fungsi, standar, metode,
ekonominya relatif rendah, sehingga standar prinsip-prinsip dokumentasi keperawatan, dan
kepuasannya relatif tidak tinggi. Menurut hal-hal lain yang terkait dengan dokumentasi.
Guruprapti (2007) tidak ada hubungan yang Dokumentasi keperawatan yang baik
signifikan antara kinerja perawat yang mengacu merupakan bukti asuhan keperawatan yang
pada proses pendokumentasian asuhan baik sesuai Nursalam (2008) bahwa
keperawatan dengan kepuasan pasien. Hal ini bisa dokumentasi merupakan bukti kualitas asuhan
dijelaskan bahwa keluarga pasien di Rumah Sakit keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan
Jiwa Menur lebih berfokus pada hasil akhir secara keseluruhan proporsi terbanyak adalah
bagaimana kebutuhan pasien dilayani dengan responden dengan masa kerja 1–5 tahun dan 6–
cepat dan tepat, dan pasien cepat sembuh, tidak 10 tahun. Menurut Robbins (2000) dalam
dipengaruhi oleh pelaksanaan pendokumentasian Trisnawati (2006) ada hubungan antara
asuhan keperawatan. senioritas dan produktivitas. Jika kondisinya
Penelitian menunjukkan bahwa pada sama maka orang yang lama berada pada suatu
tahun 2010 anggaran pengembangan tenaga pekerjaan akan produktif daripada mereka yang
keperawatan cukup besar, namun pada tahun senoritasnya lebih rendah. Perawat di Rumah
ini tidak ada prioritas untuk pendidikan dan Sakit Jiwa Menur memiliki masa kerja paling
pelatihan pendokumentasian asuhan banyak 1–5 tahun, sehingga mungkin
keperawatan. Pendidikan dan pelatihan produktivitasnya masih belum setinggi yang
pendokumentasian asuhan keperawatan perlu lebih senior. Maka dengan dilakukan pelatihan
untuk diprioritaskan. Hal ini dikarenakan pendokumentasian asuhan keperawatan
menurut Nursalam (2008) dokumentasi sangat diharapkan kinerjanya dalam
penting ditinjau dari berbagai aspek baik pendokumentasian lebih baik.
hukum, jaminan mutu, komunikasi, keuangan, Penelitian yang telah dilakukan
pendidikan, penelitian, dan akreditasi. mendapatkan data bahwa semua ruangan di
Pengetahuan perawat proporsi terbanyak Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
adalah kurang baik. Hal ini bisa dijelaskan Menur Surabaya memiliki Standar Asuhan
karena sejak tahun 2005 perawat tidak pernah Keperawatan Jiwa, namun belum memiliki
mengikuti pelatihan pendokumentasian asuhan Standar Asuhan Keperawatan Fisik, di mana
keperawatan, sehingga perawat sangat mungkin saat ini standar asuhan keperawatan fisik
lupa akan hal-hal yang berkaitan langsung masih dalam penyusunan. Di semua ruangan
dengan pendokumentasian asuhan tersedia format asuhan keperawatan yang
keperawatan. Hal ini dibuktikan bahwa baku dengan jumlah tercukupi setiap hari.
jawaban yang tidak tepat pada kuesioner Format yang paling sering dipakai adalah
terutama yang mengenai pengertian dan format catatan perkembangan, namun di
metode dokumentasi keperawatan. ruangan tidak pernah kehabisan.
Penelitian yang dilakukan Azis, (2005) Dengan tersedianya standar asuhan
ada pengaruh yang bermakna, pelatihan keperawatan jiwa di semua ruangan, format
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan asuhan keperawatan dengan jumlah tercukupi,
motivasi perawat dalam pendokumentasian dan petunjuk teknis pengisian format asuhan
asuhan keperawatan. Tahun 2006 sudah keperawatan memudahkan perawat melakukan
dilakukan pelatihan Clinical Educator yang pendokumentasian asuhan keperawatan yang
mengandung materi pengkajian asuhan seragam. Menurut Tim Departemen Kesehatan
keperawatan jiwa, namun tidak bisa dibuktikan Republik Indonesia (1994) salah

100
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

satu tujuan standar asuhan keperawatan adalah rapi di almari khusus. Menurut Potter dan
untuk melakukan pengukuran yang minimal Perry (2005), dokumentasi berfungsi penting
sama bagi asuhan keperawatan di manapun sebagai komunikasi staf, pengkajian, edukasi,
dilakukan. Sementara berkenaan dengan tagihan finansial, dokumentasi legal, riset,
standar asuhan keperawatan fisik yang masih audit dan pemantauan. Dengan penyimpanan
dalam tahap penyusunan, menyebabkan yang rapi, maka semua fungsi dokumentasi
pelaksanaan dokumentasi yang berkenaan tersebut bisa terpenuhi. Jadi meskipun pasien
dengan masalah fisik tidak terdokumentasi sudah pulang, data pasien yang tersimpan
dengan baik, terutama pada diagnosis dan masih bisa bermanfaat untuk berbagai
perencanaan, dengan tidak adanya standar kepentingan.
asuhan keperawatan fisik, tindakan yang Hasil pendokumentasian asuhan
dilakukan tidak bisa seragam, tergantung keperawatan saat ini tidak digunakan sebagai
pemikiran masing-masing perawat berdasarkan pertimbangan penilaian DP3 sebagai
pengetahuan dan pengalamannya masing- penilaian Pegawai Negeri Sipil (PNS), tetapi
masing. Hal ini bisa menyebabkan mutu asuhan sudah digunakan dalam penilaian kinerja
keperawatan tidak terjaga. untuk pembagian jasa pelayanan. Hal ini
Secara umum menurut hasil penelitian merupakan hal yang baik, karena bisa
format asuhan keperawatan mudah pengisiannya. meningkatkan motivasi perawat, sesuai
Namun pada dimensi waktu hampir separuh dengan teori keadilan yang didasarkan pada
responden mengatakan kesulitan pada aspek asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi
waktu pengkajian dan aspek waktu analisis data, pekerjaan adalah evaluasi individu atau
sementara hampir semua responden kesulitan keadilan dari penghargaan yang diterima.
pada aspek waktu penulisan tindakan, dan lebih Individu akan termotivasi kalau mereka
dari separuh responden kesulitan pada aspek mengalami kepuasan dan mereka terima dari
waktu evaluasi. Sedangkan pada aspek upaya dalam proposi dan dengan usaha yang
pemahaman, hampir separuh responden merasa mereka kerjakan (Nursalam, 2009).
sulit pada pengkajian dan proporsi terbanyak Supervisi pendokumentasian asuhan
kesulitan dalam memahami analisis data. keperawatan dilakukan oleh kepala ruangan
Menurut Carpenito (1995) dalam Ali (2005) yang setiap bulan dilaporkan kepada Kepala
bahwa format dokumentasi masih banyak Sub Bidang Asuhan dan Mutu Keperawatan.
ragamnya sehingga perawat merasa rumit dan Namun dari data yang didapatkan di Bidang
banyak memakan waktu, maka diperlukan sistem Perawatan, sejak bulan Agustus 2009 sampai
dokumentasi yang efisien, komprehensif, dapat dengan Desember 2009, dari 6 ruangan ada 2
mengkomunikasikan lebih banyak data dalam ruangan yang tidak mengumpulkan laporan
waktu yang lebih sedikit dan sesuai standar yang “Standar Penilaian Dokumentasi asuhan
berlaku. Hal ini menjadi tantangan bagi Tim Keperawatan pada Lembar Implementasi”
Asuhan Keperawatan Komite Keperawatan untuk secara lengkap. Supervisi menurut Kron dan
memodifikasi format asuhan keperawatan yang Gray (1987) dalam Lusianah (2008) yaitu
ada menjadi lebih mudah pengisiannya yang lebih tindakan membimbing, mengarahkan,
menghemat waktu dan sistem pendokumentasian mengobservasi, mengevaluasi secara terus-
yang lebih praktis. menerus setiap karyawan dengan sabar, adil
serta bijaksana sehingga setiap karyawan
Manajemen rumah sakit sudah dapat memberikan proses keperawatan
memiliki komitmen yang baik untuk dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat
mendukung pelaksanaan pendokumentasian secara komprehensif sesuai dengan
asuhan keperawatan. Bagian rekam medik karakteristik personal karyawan.
menyediakan lembar format dokumentasi Kepala ruangan sebagai manajer lapis
asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dan pertama bertanggung jawab dalam pelaksanaan
hasil pendokumentasian asuhan keperawatan pemberian asuhan keperawatan utama di unit
disimpan dalam status pasien yang disusun ruang rawat yang dipimpinnya. Peran dan
fungsi kepala ruangan sangat strategis dalam

101
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

meningkatkan mutu asuhan keperawatan Supervisi pendokumentasian asuhan


melalui peningkatan kualitas dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur
proses keperawatan di ruangan. Dalam menurut kepala ruangan masih kurang optimal
melaksanakan supervisinya kepala ruangan karena banyaknya tugas kepala ruangan. Hal
mengkoordinasikan sistem kerjanya itu antara ini bisa dipahami, karena selain sebagai
lain dengan cara membimbing, memberikan manajer ruangan, kepala ruangan merupakan
contoh (role model), mengarahkan dan menilai pejabat fungsional yang harus melakukan
atau mengevaluasi. Melalui kegiatan koordinasi dengan manajemen dalam rapat-
bimbingan yang dilakukan supervisor rapat, dan juga menjadi clinical educator bagi
diharapkan dapat memperbaiki dan memberi mahasiswa yang jumlahnya cukup banyak dari
masukan atas kekurangan yang dilakukan berbagai institusi keperawatan, yang sekaligus
perawat ketika sedang menjalankan tugasnya menjadi penguji mahasiswa dalam ujian
(Kron dan Gray, 1987 dalam Lusianah, 2008). praktik keperawatan jiwa. Meskipun demikian
Efektivitas supervisi yang dilakukan oleh supervisi seharusnya dilakukan dengan sebaik-
supervisor akan meningkat bila ada contoh baiknya untuk menjamin pendokumentasian
asuhan keperawatan yang berkualitas sebagai
langsung (role model) yang konsisten dalam
salah satu upaya meningkatkan mutu pelayanan
melaksanakan tugas yang akan dicapai.
keperawatan.
Kegiatan pengarahan yang dilakukan dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
supervisi berfokus pada tindakan fisik dan
tingkat pendidikan perawat terbanyak di
proses interpersonal perawat pelaksana dalam
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur
mencapai tujuan keperawatan.
adalah DIII Keperawatan. Azwar (1996) dalam
Supervisor memberikan arahan sesuai
(Hapsara, 2006; Lusianah, 2008)
kebutuhan perawat dan mendorong motivasi
mengungkapkan bahwa pendidikan yang baik
perawat dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai
dapat meningkatkan ketrampilan dan
perencanaan yang telah disusun. Pengarahan yang
profesionalisme tenaga perawat sehingga lebih
diberikan oleh kepala ruangan dapat
percaya diri dalam melaksanakan tugasnya.
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan Dalam hal ini tingkat pendidikan perawat di
kepada pasien (Gillies, 1999 dalam Lusianah, Rumah Sakit Jiwa Menur cukup baik karena
2008). Selain itu kegiatan bimbingan yang mayoritas DIII keperawatan sehingga
diberikan oleh supervisor keperawatan sangat diharapkan bisa dihasilkan pendokumentasian
diperlukan agar ada perubahan perilaku asuhan keperawatan yang baik, karena materi
mencakup perubahan mental (kognitif), dokumentasi asuhan keperawatan telah
emosional dan aktivitas fisik. Hasil kerja yang didapatkan selama mengenyam pendidikan
dicapai oleh perawat dalam melakukan asuhan DIII Keperawatan. Namun adanya tuntutan
keperawatan dan mendokumentasikannya perlu akan profesionalisme seyogianya manajemen
dinilai oleh supervisor. Penilaian atas hasil kerja memfasilitasi peningkatan pendidikan ke
perawat tersebut perlu dilaksanakan terus- jenjang sarjana keperawatan.
menerus untuk melihat aspek positif dan negatif Kepuasan kerja perawat di Instalasi
yang ditemui pada pelaksanaan kerja perawat Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Menur
untuk kemudian dilakukan pembimbingan, Surabaya mayoritas adalah sedang.
pengarahan yang sesuai dengan karakter personal Berdasarkan kelompok umur, diketahui
perawat tersebut. Oleh karena itu proses penilaian bahwa responden terbanyak pada usia relatif
ini membutuhkan berbagai keterampilan antara muda yaitu 21–30 tahun sehingga
lain pengetahuan tentang standar asuhan kepuasannya sedang karena menurut Robbin
keperawatan, respon normal yang muncul pada (2000) dalam Trisnawati (2006) sebuah studi
pasien, dan kemampuan memantau keefektifan menunjukkan hubungan yang berbentuk “U”
intervensi keperawatan (Craven dan Himle, 2000 yang artinya pada usia muda kepuasan
dalam Lusianah, 2008). karyawan tinggi, kemudian menurun seiring
dengan makin bertambahnya usia karyawan.

102
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

Sedangkan motivasi perawat dalam Menurut Kaplan dan Norton (1996)


pengisian format dokumentasi asuhan dalam Yuwono (2003) proses pembelajaran
keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur memerlukan dukungan motivasi yang besar
Surabaya proporsi yang terbanyak adalah dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi
tinggi. Dari hasil penelitian dapat diketahui wewenang yang memadai untuk mengambil
bahwa proporsi terbanyak adalah responden keputusan diiringi upaya penyesuaian yang
dengan status PNS. Menurut Herzberg dalam terus-menerus sejalan dengan tujuan
Masithoh (1998) status kepegawaian organisasi. Maka perlu diukur penilaian dan
merupakan salah satu faktor ekstrinsik atau harapan perawat terhadap format dokumentasi
sumber ketidakpuasan yang memengaruhi asuhan keperawatan sehingga bisa disusun
motivasi. Maka dengan kondisi perawat yang format yang sesuai standar tetapi memenuhi
sebagian besar sudah berstatus PNS harapan perawat, dengan demikian bisa
(Pegawai Negeri Sipil) tingkat motivasinya meningkatkan motivasi perawat dalam
baik dalam pelaksanaan pendokumentasian pendokumentasian asuhan keperawatan.
asuhan keperawatan. Proporsi terbanyak perawat tidak setuju
Kaplan dan Norton (1996) dalam bahwa format dokumentasi asuhan
Yuwono (2003) mengatakan bahwa pekerja keperawatan cukup praktis, jumlah lembar
yang puas merupakan prakondisi bagi format banyak, dan lebih dari separuh perawat
meningkatnya produktivitas, daya tanggap, menilai format dokumentasi perlu direvisi.
mutu, dan layanan pelanggan. Sedangkan Perawat berharap agar format dibuat lebih
perspektif motivasi, pemberdayaan, dan simpel atau praktis, pengkajian
keselarasan penting untuk menjamin adanya disederhanakan, format tindakan direvisi biar
proses yang berkeseimbangan terhadap upaya tidak banyak menulis, kalau bisa mencontreng,
pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar- dan dibuat format yang lebih spesifik pada
besarnya bagi pegawai. Perawat Rumah Sakit kondisi pasien dan obat yang diminum. Hal ini
Jiwa Menur paling banyak memiliki tingkat merupakan masukan bagi manajemen agar
kepuasan sedang dan motivasinya dalam melakukan modifikasi format dokumentasi
pengisian format dokumentasi asuhan asuhan keperawatan sehingga menjadi lebih
keperawatan adalah tinggi. Ini berarti pada sederhana, tidak memakan banyak waktu,
kedua aspek tersebut tidak menjadi penyebab tetapi sesuai standar dokumentasi.
pelaksanaan pendokumentasian asuhan Tahun 2008 pernah dilakukan audit
keperawatan yang rendah di Rumah Sakit Jiwa dokumentasi. Namun hasilnya tidak
Menur. Bahkan kepuasan kerja dan motivasi terdokumentasi dengan baik. Saat itu audit
perawat yang baik merupakan modal untuk dokumentasi dilakukan dalam rangka persiapan
meningkatkan pelayanan keperawatan. Dengan ISO 9001: 2000. Sejak bulan Agustus tahun 2009
demikian manajemen harus menjaga kondisi audit dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan
yang sudah kondusif dengan prinsip oleh kepala ruangan dan dilaporkan setiap bulan
memotivasi pegawai dengan cara yang kepada Kepala Sub Bidang Asuhan Keperawatan
dikemukakan Mangkunegara (2005), yaitu dan Mutu. Data yang dilaporkan tersebut
memberikan kesempatan ikut berpartisipasi menunjukkan bahwa dari semua pasien yang
dalam menentukan tujuan yang akan dicapai dirawat pendokumentasiannya sesuai dengan
oleh pemimpin, mengkomunikasikan segala standar penilaian yang meliputi jumlah diagnosa
sesuatu yang berhubungan dengan usaha keperawatan, implementasi sesuai diagnosa
pencapaian tugas, mengakui bahwa bawahan keperawatan, evaluasi sesuai dengan
(pegawai) mempunyai andil di dalam usaha implementasi, tanda tangan dan nama terang,
pencapaian tujuan, memberikan otoritas atau identitas pasien, tanggal dan jam tindakan, serta
wewenang kepada pegawai bawahan untuk tulisan mudah dibaca. Padahal pada tanggal 28
sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan Oktober sampai dengan 3 Nopember 2009, pada
terhadap pekerjaan yang dilakukannya, dan saat peneliti mengumpulkan data awal,
memberikan perhatian terhadap apa yang didapatkan pendokumentasian asuhan
diinginkan pegawai bawahan. keperawatan tidak sesuai dengan standar

103
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

Departemen kesehatan Republik Indonesia, Surabaya tidak berkaitan langsung dengan


terutama pada aspek diagnosis keperawatan, kepuasan pelanggan, namun pengetahuan
tindakan, dan evaluasi. Hal ini mungkin bisa pelanggan akan perlunya dokumentasi dan
terjadi karena banyaknya tugas kepala manfaatnya menuntut perawat untuk melakukan
ruangan sehingga pelaksanaan dokumentasi pendokumentasian asuhan keperawatan dengan
asuhan keperawatan belum optimal. efisien untuk memuaskan pelanggan.
Audit dokumentasi keperawatan Perspektif proses bisnis internal dapat
dilakukan untuk menjamin quality control. disimpulkan bahwa pelaksanaan
Menurut peneliti, saat ini yang dilakukan oleh pendokumentasian asuhan keperawatan di
kepala ruangan di Rumah Sakit Jiwa menur Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tidak
bukanlah audit, tetapi supervisi, karena sesuai standar disebabkan oleh hal-hal berikut
menurut Martoyo (2000) dalam Nursalam rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya belum
(2008) audit adalah prosedur di mana ahli mempunyai Standar Asuhan Keperawatan
memeriksa catatan-catatan akunting untuk Fisik, dan masih ada dua ruangan yang tidak
melindungi dari kelalaian dan kesalahan, dan meletakkan petunjuk teknis pendokumentasian
untuk menjamin bahwa catatan tersebut sesuai Asuhan Keperawatan Jiwa di tempat yang
dengan prinsip-prinsip akunting. Seharusnya terjangkau sehingga bisa menyulitkan perawat
audit dilakukan oleh ahli, dalam hal ini adalah saat memerlukannya, format yang kurang
tim khusus, misalnya Tim Asuhan Keperawatan memudahkan terutama pada dimensi waktu
Komite Keperawatan yang melakukan audit pengkajian, tindakan, dan evaluasi. Supervisi
dokumentasi asuhan keperawatan secara dilakukan kurang optimal oleh kepala ruangan,
terjadwal, sehingga hasil yang didapatkan lebih yang diakibatkan banyaknya tugas kepala
objektif untuk menjamin mutu dokumentasi ruangan.
asuhan keperawatan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
bisa disimpulkan bahwa pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah
SIMPULAN DAN SARAN
Sakit Jiwa Menur Surabaya tidak sesuai standar
Simpulan yang digambarkan hal-hal berikut disebabkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa oleh pengetahuan perawat tentang
terdapat empat faktor pelaksanaan dokumentasi pendokumentasian asuhan keperawatan kurang
yang diukur dalam balanced scorecard meliputi: baik karena sejak tahun 2005 perawat tidak
perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis memperoleh pelatihan pendokumentasian asuhan
internal, pembelajaran dan kebutuhan. keperawatan, tidak terkait dengan kepuasan kerja
Perspektif keuangan bisa disimpulkan dan motivasi perawat, karena kepuasan kerja
bahwa pelaksanaan pendokumentasian sedang dan motivasinya tinggi, format
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa dokumentasi yang tidak cukup praktis dan jumlah
Menur Surabaya tidak sesuai standar, yang lembar format yang banyak, sehingga perlu
disebabkan oleh hal-hal berikut waktu yang direvisi, dan disebabkan sistem audit yang belum
lama untuk pendokumentasian tindakan dan terlaksana dengan baik.
evaluasi karena format yang kurang
memudahkan, format perencanaan yang Saran
masih terbatas hanya 7 masalah keperawatan Tim Asuhan Keperawatan, Komite
yang dicetak, dan tidak adanya prioritas Keperawatan bersama Bidang Perawatan dan
untuk pelatihan pendokumentasian asuhan Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Menur
keperawatan dalam anggaran pengembangan Surabaya untuk menelaah kembali berbagai
tenaga keperawatan sejak tahun 2005, model format dan sistem pendokumentasian, dan
meskipun jumlahnya cukup besar. memilih yang paling sesuai dengan Rumah Sakit
Perspektif pelanggan dapat disimpulkan Jiwa Menur, misalnya menggunakan dokumentasi
bahwa pelaksanaan pendokumentasian asuhan komputer mengingat di semua ruangan sudah
keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur tersedia komputer yang online

104
Analisis Faktor Penyebab Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan (Yuli Anggraini)

antara yang satu dengan lainnya, memodifikasi Doenges dkk., 2007. Rencana Asuhan
format perencanaan menggunakan NIC dan Keperawatan Psikiatri Edisi 3.
NOC, sebaiknya Bidang Perawatan dan Bagian Jakarta: EGC.
Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit Jiwa Erfan, 2009. Pengetahuan dan Faktor-faktor
Menur Surabaya untuk meningkatkan kualitas yang memepengaruhi, (online),(http://
sumber daya manusia perawat di Rumah Sakit www.orbetterhealth.wordpress.com.,
Jiwa Menur. diakses tanggal 27 Januari 2010, jam
Bidang Perawatan Rumah Sakit Jiwa 20.00 WIB).
Menur Surabaya untuk mengoptimalkan Hariyati, R.T., 2009. Perlukah Ada Sistem
Informasi Manajemen Asuhan
pendokumentasian asuhan keperawatan
Keperawatan, (Online), (http://www.
melalui pemberdayaan kepala ruangan yaitu
fkep.unpad.ac.id., diakses tanggal 11
dengan cara melakukan supervisi agar
Oktober 2009, jam 20.00 WIB).
perawat memiliki budaya menulis yang Iyer, PW., dan Camp, NN., 2005. Dokumentasi
sesuai standar dokumentasi Departemen Keprawatan Suatu pendekatan Proses
Kesehatan Republik Indonesia. Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Bidang Perawatan Rumah Sakit Jiwa Kaplan, RS., dan Norton, DP., 2000. Balanced
Menur Surabaya sebaiknya untuk mengatur Scorecard: Menerapkan Strategi menjadi
pelaksanaan pendokumentasian asuhan Aksi. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
keperawatan dengan menata sistem audit Lusianah, 2008. Hubungan Motivasi dan
dokumentasi keperawatan secara terjadwal Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi
yang dilakukan oleh tim khusus yang Proses Keperawatan di Instalasi Rawat
disahkan oleh Bidang Perawatan. Inap Rumah Sakit Marinir Cilandak,
Bagi perawat Rumah Sakit Jiwa (Online), (http://www.digilib.ui.ac.id.,
Menur Surabaya diharapkan agar perawat diakses tanggal 25 Nopember 2009, jam
membudayakan pendokumentasian asuhan 15.00 WIB).
keperawatan sesuai standar. Mangkunegara, AAAP., 2005. Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
KEPUSTAKAAN Masithoh, N., 1998. Pengaruh Unsur-unsur
Ali, L., 2005. Hubungan pengetahuan dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja
Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Karyawan Operasional pada Perusahaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Sepatu yang Go public di Jawa Timur.
di RSU dr. H. Chasan Boesoierie Ternate. Surabaya: Program Pascasarjana Ilmu
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Manajemen Universitas Airlangga.
Universitas Airlangga. Nursalam, 2008. Proses dan Dokumentasi
Azis, A., 2005. Pengaruh Pelatihan Keperawatan: Konsep dan Praktik.
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
terhadap Motivasi dan Kinerja Perawat di Nursalam, 2009. Manajemen Perawatan:
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
(Online), (http://www.scribd.com/ doc, Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba
diakses tanggal 25 Nopember 2009, jam Medika.
15.30 WIB). Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar
Carpenito, L.J., 1999. Rencana Asuhan dan Fundamental Keperawatan. Edisi IV
Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Volume 1. Jakarta: EGC.
Keperawatan dan Masalah Purwanto, S., 2007. Kepuasan Pasien terhadap
Kolaboratif Edisi 2. Jakarta: EGC. Pelayanan Rumah Sakit, (Online),
Ciptani, M.K., 2000. Balanced Scorecard (http://www.klinis.wordpress.com,
sebagai Pengukuran Kinerja Masa Depan: diakses tanggal 28 Januari 2010, jam
Suatu Pengantar. Jurnal Akuntansi dan 19.00 WIB).
Keuangan, 2(1), 21–35.

105
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 93–106

Tim Departemen Kesehatan Republik Yong, H, et al., 2008. Balanced Scorecard for
Indonesia, 1994. Standar Asuhan Performance Measurement of a Nursing
Keperawatan. Jakarta: Dirjen Yanmed Organization in a Korean Hospital,
Direktorat RSU dan Pendidikan. (Online), (http://www.ncbi.nlm.nih.
Tim Departemen Kesehatan Republik gov., diakses tanggal 2 Januari 2010,
Indonesia, 2005. Instrumen Evaluasi jam 12.00 WIB).
Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Yuwono, S dkk., 2003. Petunjuk Praktis
Dirjen Yanmed Direktorat Pelayanan Penyusunan Balanced Scorecard,
Keperawatan. Menuju Organisasi yang Berfokus
Trisnawati, H., 2006. Upaya Peningkatan pada Strategi. Jakarta: PT Gramedia
Kualitas Pelayanan Keperawatan B e Pustaka Utama.
rd a s a r k a n A n a l i s i s F o r m a t Zelman, WN., et al., 2003. Use of the
Dokumentasi Asuhan Keperawatan: Balanced Scorecard in Health Care,
Studi di Ruang Instalasi Rawat Inap (Online), (http://www.adhb.govt.,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. diakses tanggal 2 Januari, jam 12.10
Surabaya: Program Pascasarjana WIB).
Universitas Airlangga.

106

Вам также может понравиться