Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
Indonesia electrical energy consumption growth that reached 9.2% per year requires every
plant to always pursue consistent and sustainable improvement to be able to cope with the
growth. Maninjau Hydropower is one of the assets of strategic energy resources to meet the
electrical energy supply, especially for the southern Sumatera region. Risk management in
Maninjau hydropower take place without any standard of measurement standards, so
management and risk management actors do not have an overview and guide to improve the
performance of the risk management activities. In this study, a standard measure used is to
measure the level of maturity of the risk management implementation using the framework
of the Risk and Insurance Management Society (RIMS) for Enterprise Risk Management
(ERM). Measurements carried out for the realization of the value and the expected value of
risk management implementation in Maninjau hydropower, as well as designing the
evaluation chart implementation of risk management by integrating Key Risk Indicators
(KRI) from the expected value. Based on the results of the measurements made, it was
found that the actual implementation of risk management in Maninjau hydropower located on
the third level (repeatable), while the implementation of the expectation value is found to be
at the highest level (leadership), and the percentage achieving overall expectation value has
reached 62%. The draft also raises the risk evaluation chart 15 Key Risk Indicators to be
achieved by Maninjau hydropower to achieve the expected value at the leadership level.
Keywords: Risk Management, RIMS for ERM, KRI
412 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2012:411- 419
ISSN 2088-4842 PERENCANAAN TEKNIK INDUSTRI
risiko, karena dalam implementasinya akan terstruktur tersebut masih belum tercapai.
terjadi duplikasi deskripsi kerja (job Aktifitas manajemen risiko, seperti asesmen
description) dari kedua divisi tersebut, risiko masih terlalu didominasi oleh pihak
sehingga kematangan dan efektifitas analis manajemen risiko di sektor
kinerjanya akan menjadi lemah. Selain itu, pembangkitan Bukitinggi, dan melibatkan
manajemen risiko seharusnya menjadi bagian kecil dari penanggungjawab
panduan bagi setiap lini organisasi dalam manajemen risiko pada PLTA Maninjau. Hal
pengambilan keputusan dan kebijakan ini sebenarnya kurang tepat, karena
terkait dengan indikasi kemungkinan- seharusnya untuk mencapai pengelolaan
kemungkinan apa saja yang akan risiko ketidakpastian yang sistematis dan
ditimbulkan dari setiap aktifitas bisnis, terstruktur melibatkan secara penuh baik
operasional, dan fungsional yang dari sektor sebagai perencana dan
berlangsung. Adanya kesalahan dan pengontrol, maupun di bagian unit
keambiguan dalam laporan aktifitas pembangkit selaku pelaksananya. Jika tidak
manajemen risiko tentu saja akan berakibat demikian, maka asesmen risiko yang akan
pada kesalahan dalam pengambilan terindikasi hanya akan lebih terfokus pada
keputusan dan kebijakan yang akan pihak sektor, sedangkan untuk fungsional
berdampak buruk pada perusahaan. dan operasional yang lebih dipahami secara
Dalam kerangka kerja RIMS for ERM, mendalam oleh penanggungjawab unit tentu
manajemen risiko seharusnya menjadi akan kurang terlibat. Jadi dengan adanya
proses yang berkesinambungan yang integrasi yang baik antara divisi manajemen
melibatkan setiap bagian organisasi yang risiko di sektor dan penanggungjawab
meliputi aspek fungsional maupun teknologi manajemen risiko pada unit pembangkit
untuk mengidentifikasi peluang strategis dan dalam merumuskan dan mengelola
mereduksi ketidakpastian dalam ketidakpastian, maka perencanaan strategis
perusahaan. Sekilas terlihat bahwa seolah- yang lebih baik dalam perusahaan akan
olah manajemen risiko pada PLTA Maninjau tercapai.
telah melakukan pendekatan aktifitas Proses manajemen risiko pada PLTA
manajemen risiko pada kerangka kerja RIMS Maninjau melibatkan tiga aktor utama, yaitu
for ERM, dimana aktifitas manajemen risiko penanggungjawab unit, divisi manajemen
melebur dalam aspek fungsional organisasi risiko sektor (tim analis), serta asesmen
yaitu tergabung dalam divisi OPHAR dan risiko PLN pembangkitan Sumatera Selatan
Lingkungan K2. Akan tetapi yang dimaksud (KITSBS) di Palembang. Alur komando
dengan proes berkesinambungan yang manajemen risiko dimulai dari
melibatkan setiap bagian organisasi ini penanggungjawab unit dengan memberikan
adalah bahwa divisi manajemen risikolah pelaporan risk rating ke divisi manajemen
yang berperan aktif dalam mengelola risiko sektor hingga persetujuan asesmen
hubungan setiap bagian atau lini organisasi risiko beserta anggaran dan pendanaan oleh
dalam mencapai implementasi yang baik. KITSBS Palembang. Secara konsep aktifitas
Pentingnya divisi khusus manajemen risiko manajeemn risiko di PLTA Maninjau sudah
pada PLTA Maninjau adalah sebagai mencerminkan urutan dan prosedur yang
pengelola internal dan eksternal organisasi cukup baik, dimana semua pemangku
yang akan mencakup dan melibatkan setiap kepentingan dan tanggungjawab terhadap
fungsi organisasi yang ada. Jadi divisi manajemen risiko pada perusahaan telah
khusus manajemen risiko pada unit nantinya dilibatkan baik sebagian maupun secara
akan berperan sebagai pihak yang keseluruhan. Akan tetapi pada kondisi
menyelaraskan dan mengintegrasikan setiap aktual, implementasi dari bagan aliran
aktifitas dan proses bisnis yang berlangsung proses tersebut sama sekali belum
untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi dijalankan dengan baik. Aktifitas manajemen
risiko-risiko apa saja yang berpotensi risiko seolah-olah terpisah antara satu divisi
mempengaruhi keberlangsungan aktifitas dengan divisi lainnya, sehingga tampak lebih
perusahaan sehingga dapat dijadikan seperti penyerahan tugas dan tanggung
sebagai peluang perbaikan. jawab antar divisi, bukan merupakan
Peranan manajemen risiko seharusnya aktifitas yang terintegrasi untuk mencapai
juga menjadi bagian perencanaan strategis tujuan bersama (tujuan perusahaan).
bagi perusahaan dalam perusahaan secara Dimulai dari penanggungjawab
sistematis, terstruktur dengan manajemen risiko unit, laporan risk rating
menyelaraskan pendekatan organisasi dalam seharusnya dikumpulkan dari identifikasi
mengelola ketidakpastian agar menjadi lebih setiap aktifitas divisi-divisi yang ada pada
efektif. Namun dalam kondisi aktual pada unit pembangkit, sehingga keterlibatan
PLTA Maninjau, perencanaan sistematis dan antara semua bagian dalam aspek
414 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2012:411- 419
ISSN 2088-4842 PERENCANAAN TEKNIK INDUSTRI
416 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2012:411- 419
ISSN 2088-4842 PERENCANAAN TEKNIK INDUSTRI
aktifitas manajemen risiko dari masing- risiko yang akan diselesaikan adalah risiko
masing level penanggungjawab risiko. dengan dampak kerugian yang tinggi.
Meskipun rencana manajemen risiko yang Lemahnya aktifitas manajemen risiko
diajukan telah mengacu pada kondisi ideal, dalam aspek realisasi dari top management
namun dukungan dari manajemen sektor hingga pada PLTA Maninjau sebagai
dan pusat baik itu dari segi ketersediaan pelaksana dari rencana manajemen risiko
anggaran maupun realisasi pengadaan dapat diidentifikasi disebabkan karena
kebutuhan seperti material dan lain lemahnya sosialisasi dan komunikasi risiko
sebagainya masih lemah, dan implementasi antara setiap pemangku kepentingan dan
manajemen risiko tidak akan memberikan pihak-pihak yang terkait dengan aktifitas
dampak perbaikan yang nyata bagia manajemen risiko pada PLTA Maninjau juga
perusahaan. Kondisi ini juga yang tidak terkoordinasi dengan baik. Rencana
mempengaruhi lemahnya kesadaran akan aktifitas manajemen risiko yang telah siap
pentingnya manajemen risiko pada untuk diimplementasikan tidak
perusahaan karena belum dapat disosialisasikan terhadap seluruh
membuktikan perbaikan nyata yang penanggungjawab manajemen risiko secara
dihasilkan dari aktifitas manajemen risiko keseluruhan di unit pembangkit, sehingga
tersebut. Secara sederhana kondisi ini dapat pelaksanaan rencana mitigasi tidak dipahami
dianalogikan seperti pada Gambar 3. dengan baik. Begitu juga untuk aktifitas
kontrol, pihak PLN pembangkitan Sumatera
Top Management Bagian Selatan seharusnya berperan aktif
Evaluasi, validasi, dalam pengawasan dan evaluasi kondisi
KITSBS PALEMBANG
persetujuan implementasi yang dijalankan sehingga
anggaran/
pengadaan kesesuaian antara laporan dengan kondisi di
Middle Mangement Risk Assesment
lapangan nantinya akan dapat diandalkan
Report untuk rekontruksi rencana mitigasi risiko
Persiapan dan
DIV.MANRIS sosialisasi
dimasa yang akan datang.
SEKTOR implementasi Total instrumen pertanyaan yang
diajukan dalam pengukuran level
Pelaksana Risk Rating
kematangan implementasi manajemen risiko
Report Implementasi dari seluruh aspek dalam penelitian ini
program
UNIT PEMBANGKIT adalah sebanyak 28 pertanyaan.
(TEAM MANRISK) Berdasarkan nilai rata-rata korelasi antara
masing-masing pertanyaan dengan bobot
Gambar 3. Alur Komando Implementasi
Manajemen Risiko PLTA Maninjau
total dari seluruh aspek pengukuran
didapatkan bahwa nilai rata-rata korelasi
Berdasarkan bagan pada Gambar 3 yang paling tinggi adalah pada aspek ERM –
diatas terlihat bahwa garis komando antara based approach dengan nilai korelasi rata-
unit pembangkit sebagai pelaksana, hingga ratanya sebesar 2,96 dan nilai rata-rata
ke KITSBS Palembang sebagai top korelasi terendahnya adalah pada aspek
management dari aktifitas manajemen risiko uncovering risk dengan nilai korelasinya
pada PLTA Maninjau terlihat saling sebesar 2,75. Nilai ini menunjukkan bahwa
mendukung dan terkoordinasi, akan tetapi implementasi manajemen risiko pada PLTA
pada kenyataannya garis komando yang Maninjau telah mulai dilakukan dengan
ditandai dengan warna merah sebagai garis pendekatan pada proses bisnis yang
komando realisasi rencana mengalami berlangsung pada perusahaan yang meliputi
masalah. Katakanlah dalam kondisi ini lingkungan internal maupun lingkungan
berupa aktifitas mitigasi rencana pada eksternal. Jadi dalam menjalankan aktifitas
aktifitas pemeliharaan, dimana dari unit manajemen risiko seperti identifikasi,
pembangkit telah dilaporkan risk rating rencana mitigasi dan implementasinya
kepada sektor dan sektor juga melaporan dilakukan dengan mempertimbangkan dan
risk assesment untuk kegiatan pemeliharaan analisis secara luas terhadap sistem yang
ini kepada KITSBS Palembang. Dari sejak berlangsung dalam perusahaan. Tidak saja
laporan diterima hingga realisasi untuk pada aktifitas operasional atau pekerjaan
implementasi pada unit pembangkit, ini langsung yang bersifat teknikal, tetapi juga
terjadi dalam waktu yang lama sehingga sudah mulai mempertimbangkan dan
implementasi manajemen risiko akan tidak melibatkan lingkungan kerja, sumber daya
sesuai dengan waktu yang telah manusia, serta dukungan sosial dan
direncanakan atau bahkan tidak terlaksana lingkungan perusahaan. Untuk nilai rata-rata
sama sekali. Kondisi ini akan sangat korelasi terendah pada aspek uncovering
merugikan bagi perusahaan, terutama ketika risk juga menunjukkan bahwa kapabilitas
dan orientasi PLTA Maninjau dalam 14. Perusahaan mengukur keefektifan dari
mendefenisikan rencana mitigasi dari setiap pengelolaan risiko dan peluang.
risiko yang telah diidentifikasi masih lemah 15. Keberlanjutan bukan kondisi akhir yang
karena belum memperhitungkan peran harus dicapai, melainkan karakteristik
pendokumentasian penilaian dan dependensi dari sistem dinamis yang berkembang.
risiko terhadap setiap divisi dalam
perusahaan, sehingga penyusunan skenario
5. KESIMPULAN DAN SARAN
untuk menghindari risiko-risiko yang telah
lampau tidak akan terjadi dimasa yang akan Adapun kesimpulan dari penelitian
datang belum berjalan sepenuhnya. pengukuran derajat kematangan (degree of
Temuan nilai harapan implementasi maturity level) implementasi manajemen
manajemen risiko pada PLTA Maninjau yang risiko pada PLTA Maninjau adalah sebagai
berada pada level leadership menunjukkan berikut:
bahwa pelaku manajemen risiko sangat 1. Nilai realisasi berada pada level ketiga
menginginkan bagaimana aktifitas (repeatable).
manajemen risiko berjalan dalam kondisi 2. Nilai harapan berada pada level kelima
terbaik dengan tersedianya sumber daya (leadership).
yang memadai. Berdasarkan temuan 3. Persentase pencapaian nilai realisasi
tersebut, maka selanjutnya dapat secara keseluruhan telah mencapai
dirumuskan Key Risk Indicators (KRI) guna 62% dari nilai harapan implementasi
mendukung pencapaian nilai harapan manajemen risiko kedepannya.
tersebut. Poin-poin KRI yang dikemukakan 4. Hasil pengukuran dan analisis yang
disesuaikan dengan model RIMS. Untuk dilakukan memunculkan 15 indikator
merumuskan KRI ini, terlebih dahulu kunci (key risk indicators) yang harus
divalidasi oleh expert manajemen risiko di dicapai oleh pelaku manajemen risiko
Sektor Pembangkitan Bukittinggi. pada PLTA Maninjau, untuk mencapai
Berdasarkan hasil validasi didapatkan 15 KRI derajat kematangan (degree of maturity
yang harus dipenuhi, yaitu: level) nilai harapan yang berada pada
1. Risiko dianalisis dan dilaporkan secara level leadership.
sistematis.
2. Manajemen risiko melekat dalam Sedangkan saran yang dapat diberikan
budaya perusahaan. untuk penelitian lebih lanjut adalah:
3. Praktek manajemen risiko terbaik 1. Menggunakan pendekatan yang
diterapkan untuk semua departemen. berbeda seperti COSO, FERMA:2000,
4. Isu-isu risiko dilaporkan dan terintegrasi OCEG, dan lain sebagainya, serta
dalam audit internal, proses kontrol, membandingkannya dari hasil yang
dan teknologi informasi. paling optimal dan reliabel.
5. Manajemen risiko dilibatkan dalam 2. Merancang bagan evaluasi implementasi
pengambilan keputusan dan manajemen risiko dari berbagai
peningkatan kinerja. perspektif yang luas dan fleksibel.
6. Delegasi dan wewenang penerimaan 3. Merancang alat bantu sistem informasi
risiko dikomunikasikan kepada seluruh untuk mendukung tahapan integrasi
lini organisasi. manajemen risiko yang
7. Alokasi sumber daya didasari pada terkomputerisasi dan terotomasi,
penilaian prioritas. sehingga aktifitas kontrol dan
8. Langkah mitigasi direncanakan dengan pengambilan keputusan dapat dilakukan
mempertimbangkan nilai efektifitas. dengan lebih efektif.
9. Fokus terhadap akar penyebab risiko
untuk meminimalkan dampak kerugian.
10. Evaluasi manfaat potensial dari DAFTAR PUSTAKA
penanganan risiko dilakukan dengan [1] Azwar, Saifuddin. 2002, Reliabilitas dan
pendekatan skenario. Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
11. Praktek manajemen risiko meliputi [2] Beasley, Mark S. et al. (2010).
lingkungan internal dan eksternal Developing Key Risk Indicators to
perusahaan secara sistematis dan Strengthen Enterprise Risk
terpelihara. Management. USA: NC State Univesity
12. Manajemen risiko mengkaji dan [3] Crickette, Grace. et al. (2011). An
merekomendasikan indikator risiko Overview of Widely Used Risk
secara berkala. Management Standards and Guidelines.
13. Langkah-langkah manajemen risiko Risk and Insurance Management
menggunakan proses yang efisien. Society Inc.
418 Jurnal Optimasi Sistem Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2012:411- 419
ISSN 2088-4842 PERENCANAAN TEKNIK INDUSTRI