Вы находитесь на странице: 1из 12

Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Perbedaan Pengaruh Terapi Murottal selama 15 Menit dan 25 Menit terhadap Penurunan
Skala Nyeri pada Pasien Kanker Pasca Bedah

Nani Sri Mulyani1 Iwan Purnawan2 Arif Setyo Upoyo3


1
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman
2,3
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT

Background: Surgery in cancer patients can cause pain. Pain can be overcome through
pharmacological and non-pharmacological therapy. One of non-pharmacological
therapies to reduce pain is murottal therapy because it can stimulate extraction of β-
endorphin.
Objective: This research aimed to determine the difference in effect of murottal therapy
for 15 minutes and 25 minutes on reduction of pain scale in post-surgery cancer patients.
Method: This research used quasi experimental research design with non-randomized
pretest-posttest with control group design approach. The sampling in this research used
consecutive sampling. The sample size in this research was 30 respondents. This amount
was divided into 2 groups: 15 respondents of 15 minutes murottal therapy group and 15
respondents of 25 minutes murottal therapy group. Data analysis used the Wilcoxon and
Mann Whitney test.
Results: The majority of respondents aged 40-60 years old, female, and suffering from
breast cancer. The result indicated that there was a significant difference in the pain scale
in 15 minutes group (p=0.002) and 25 minutes group (p=0.000). But, there was no
significant difference in the reduction of pain scale in both groups (p=0.167). However,
the average reduction of pain scale in 25 minutes group was greater (2.00±0.66) than 15
minutes group (1.53±1.06).
Conclusion: Murottal therapies for 15 minutes and 25 minutes were equally effective for
reducing pain in post-surgery cancer patients.

Keywords: murottal therapy, pain, cancer, post-surgery


237.000 penderita kanker baru setiap
PENDAHULUAN
tahunnya (Yayasan Kanker Indonesia
Kanker adalah pertumbuhan sel [YKI], 2012). Sedangkan, di Jawa
abnormal yang tidak terkendali secara Tengah penderita kanker mencapai
terus menerus (Corwin, 2009). Kanker 68.638 orang (Riset Kesehatan Dasar
membunuh 7,6 juta orang pada tahun [Riskesdas], 2013).
2005 dan diperkirakan akan meningkat Salah satu terapi kanker yaitu
menjadi 11,5 juta orang pada tahun 2030 pembedahan. Pembedahan adalah
(World Health Organization [WHO], tindakan pengobatan yang menggunakan
2007). Di Indonesia terdapat sekitar cara invasif dengan membuka bagian

77
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

tubuh yang akan ditangani (Ardinata, farmakologi yang berpotensi


2007). Namun, terapi pembedahan dapat menurunkan nyeri tanpa menimbulkan
menimbulkan nyeri (Sjamsuhidajat & efek samping salah satunya yaitu teknik
De Jong, 2010). relaksasi.
Nyeri adalah sensori subjektif dan Salah satu teknik relaksasi yang
emosional yang tidak menyenangkan dapat menurunkan ketegangan fisiologis
yang berkaitan dengan kerusakan sehingga dapat menurunukan nyeri yaitu
jaringan (Tamsuri, 2007). Nyeri terapi murottal. Terapi murottal adalah
pascabedah merupakan nyeri nosiseptif, rekaman suara Al-Qur‟an yang
yaitu nyeri yang disebabkan oleh adanya dilantunkan oleh seorang qori (pembaca
trauma jaringan. Nyeri pascabedah pada Al-Qur‟an). Suara pada murottal dapat
pasien kanker bersifat kronik dan menurunkan kadar hormon-hormon
regionya menyebar (difus). Intensitas stres, mengaktifkan hormon endorfin
nyeri pascabedah sejalan dengan alami, meningkatkan perasaan rileks,
penyembuhan kerusakan jaringan. Nyeri dan mengalihkan perhatian dari rasa
hebat akan dirasakan pada hari pertama takut, cemas dan tegang, memperbaiki
dan berkurang setelah 24 jam, dan sistem kimia tubuh sehingga
biasanya nyeri terasa hingga 3 atau 4 hari menurunkan tekanan darah serta
setelah pembedahan (Novita, 2012; memperlambat pernapasan, detak
Pritaningrum, 2010). jantung, denyut nadi, dan aktivitas
Terapi yang diberikan untuk gelombang otak. Keadaan rileks
menangani nyeri terdiri dari terapi tersebut mampu mendistraksi nyeri
farmakologi dan terapi non farmakologi. sehingga nyeri yang dirasakan berkurang
Menurut Price & Wilson (2005), terapi (Siswantinah, 2011).
farmakologi untuk nyeri terdiri dari tiga Selain menurunkan ketegangan
kelompok, yaitu: analgesik nonopioid, fisiologis, terapi murottal juga dapat
analgesik opioid, serta obat-obatan mempengaruhi kecerdasan intelektual
adjuvans. Namun, terapi farmakologi (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan
dapat menimbulkan efek samping seperti kecerdasan spiritual (SQ) (Hady,
ketergantungan, mual, muntah, dan Wahyuni, & Purwaningsih, 2012).
konstipasi (Farastuti & Windiastuti, Seseorang dengan spiritulitas tinggi,
2005). Sehingga diperlukan terapi non sakit dan penderitaan yang dialaminya

78
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

tidak dirasakan sebagai beban karena pascabedah mendapat kesimpulan


mereka mampu melupakan bahwa pasien kanker yang mengalami
penderitaanya dan mengarahkan pikiran terapi pembedahan masih merasa nyeri
dan perhatiannya pada hal positif walaupun sudah mendapat analgesik.
(Cahyono, 2011). Pikiran positif dapat Nyeri yang dialami dalam kategori nyeri
berpengaruh pada fisik dan kondisi sedang dan terus menerus, sehingga
kesehatan. Pasien yang berpikiran positif mengganggu kualitas tidur serta nafsu
selama sakitnya, mampu mengubah makan menjadi menurun.
respon emosional sehingga rasa sakit Berdasarkan latar belakang
yang dideritanya dapat berkurang hingga tersebut, peneliti tertarik untuk
60% (Elfiky, 2009). melakukan penelitian tentang perbedaan
Terapi murottal bisa dilakukan pengaruh terapi murottal selama 15
selama 25 menit ataupun 15 menit. Hal menit dan 25 menit terhadap penurunan
tersebut mengacu pada penelitian skala nyeri pada pasien kanker
Wahida, Nooryanto, dan Andarini pascabedah.
(2015), bahwa terapi murottal surat Ar
METODE
Rahman yang dilakukan selama 25 menit
efektif menurunkan nyeri. Namun, pada Penelitian ini menggunakan desain

penelitian Yana, Utami, dan Safri (2015) penelitian quasi experimental dengan

juga membuktikan bahwa terapi rancangan non-randomized pretest-

murottal yang diperdengarkan selama 15 posttest with control group design.

menit juga efektif menurunkan intensitas Pengambilan sampel menggunakan

nyeri. consecutive sampling dengan jumlah

Berdasarkan survei pendahuluan sampel 30 responden yang memenuhi

yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. kriteria inklusi penelitian. Penelitian ini

Margono Soekarjo Purwokerto dilakukan pada tanggal 14 Maret hingga

menunjukkan bahwa jumlah kunjungan 14 April 2016 di ruang rawat inap IRNA

pasien kanker pada Januari-Oktober II RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

2015 sebanyak 3528 kunjungan dan rata- Purwokerto.

rata selama lima tahun terakhir sebanyak Pengukuran skala nyeri responden

9041 kunjungan per tahunnya. Hasil dari menggunakan numeric rating scale

wawancara dengan beberapa pasien (NRS). Pengukuran skala nyeri

79
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

dilakukan dua kali yaitu sebelum dan Tabel 1. Karakteristik responden yang
sesudah diberi terapi murottal. Terapi diberi terapi murottal selama 15 menit
(n=15) dan 25 menit (n=15)
murottal pada penelitian ini
Karakteristik 15 menit 25 menit p
menggunakan surat Ar Rahman dengan
Usia (tahun)
qori Muhammad Thaha Al Junayd yang a. 20-40 7 (46,7 %) 3 (20,0%) 0,139
diberikan selama 15 menit untuk b. 40-60 8 (53,3%) 12 (80,0%)
Jumlah 15 (100%) 15 (100%)
kelompok 15 menit dan 25 menit untuk
kelompok 25 menit dengan intensitas Jenis kelamin
a. Perempuan 11 (73,3%) 9 (60,0%) 0,157
bunyi 50-60 dB. Uji statistik yang b. Laki-laki 4 (26,7%) 6 (40,0%)
Jumlah 15 (100%) 15 (100%)
digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
Wilcoxon dan uji Mann Whitney. Jenis kanker
a. Ca Mamae 8 (53,3%) 6 (40,0%) 0,425
b. Ca Recti 3 (20,0%) 2 (13,3%)
HASIL c. Ca Tyroid 2 (13,3%) 4 (26,7%)
d. Lainnya 2 (13,3%) 3 (20,0%)
Hasil penelitian ini terdiri dari Jumlah 15 (100%) 15 (100%)
karakteristik responden berupa usia,
jenis kelamin, dan jenis kanker;
Tabel 2a. Gambaran skala nyeri responden
gambaran skala nyeri sebelum dan sebelum terapi murottal pada kelompok A
(15 menit) dan B (25 menit)
sesudah diberi terapi murottal pada
Kelp. Nyeri n (%) p
kelompok 15 menit dan kelompok 25
A ringan (1-3) 0,106
menit; perbedaan skala nyeri sebelum sedang (4-6) 15
dan sesudah diberi terapi murottal pada (100%)
berat (7-9)
kelompok 15 menit dan kelompok 25 B ringan (1-3)
menit; dan perbedaan penurunan skala sedang (4-6) 15
(100%)
nyeri pada kelompok 15 menit dan
berat (7-9)
kelompok 25 menit.
Karakteristik responden berdasarkan Tabel 2b. Gambaran skala nyeri
usia, jenis kelamin, dan jenis kanker responden setelah terapi murottal pada
kelompok A (15 menit) dan B (25 menit)
Tabel 1. menunjukkan bahwa
Kelp. Nyeri n (%) p
responden pada kedua kelompok
A ringan (1-3) 5 (33,3%) 0,033
mayoritas berusia 40-60 tahun, berjenis sedang (4-6) 10 (66,7%)
kelamin perempuan, dan menderita berat (7-9)
B ringan (1-3) 11 (73,3%)
kanker payudara. Hasil uji homogenitas sedang (4-6) 4 (26,7%)
berat (7-9)

80
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

pada usia, jenis kelamin, dan jenis menit (p=0,002) maupun kelompok 25
kanker responden pada kelompok 15 menit (p=0,000).
menit dan kelompok 25 menit adalah Perbedaan penurunan skala nyeri
tidak ada beda (p>0,05). pada ke dua kelompok

Gambaran skala nyeri responden


sebelum dan sesudah terapi murottal Tabel 3. Perbedaan rerata skala nyeri
pada ke dua kelompok perlakuan sebelum dan sesudah terapi murottal pada
Kelp. n Mean (SD) p
Tabel 2a. menunjukkan bahwa .
A Pre 15 5,40 (0,74) 0,002
gambaran skala nyeri responden Post 15 3,87 (1,41)
sebelum diberi terapi murottal pada B Pre 15 4,93 (0,80) 0,000
Post 15 2,93 (0,89)
kelompok 15 menit dan 25 menit
memiliki skala nyeri kategori sedang. Tabel 4. Perbedaan penurunan rerata skala
Tidak ada perbedaan yang bermakna nyeri pada kelompok A (15 menit) dan
kelompok B (25 menit)
antara skala nyeri sebelum terapi Kelom n Mean (SD) p
pok
murottal pada kelompok 15 menit dan
A 15 1,53 (1,06) 0,167
kelompok 25 menit. B 15 2,00 (0,66)
Tabel 2b. menunjukkan bahwa
gambaran skala nyeri responden sesudah Tabel 4. menunjukkan bahwa
diberi terapi murottal pada kelompok 15 penurunan rerata skala nyeri pada
menit dan 25 menit mayoritas memiliki kelompok terapi murottal 25 menit lebih
skala nyeri kategori ringan. Ada besar dari kelompok 15 menit. Namun,
perbedaan yang bermakna antara skala secara statistik tidak ada perbedaan yang
nyeri sesudah terapi murottal pada signifikan antara penurunan skala nyeri
kelompok 15 menit dan kelompok 25 pada kelompok 15 menit dan kelompok
menit. 25 menit (p=0,167). Hal tersebut
menunjukkan bahwa Ha ditolak.

Perbedaan skala nyeri sebelum dan PEMBAHASAN


sesudah diberi terapi murottal pada
ke dua kelompok perlakuan Karakteristik responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, dan jenis kanker
Tabel 3. menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan skala nyeri yang Hasil penelitian ini menunjukkan

signifikan antara sebelum dan sesudah bahwa responden mayoritas berusia 40-
diberi terapi murottal pada kelompok 15 60 tahun. Semakin tua seseorang

81
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

maka semakin rentan terkena cukup tinggi (Black & Hawks (2005);
penyakit seperti tumor dan kanker LeMone & Burke (2008); Susanti
karena pada saat menua akan terjadi (2009)).
penurunan fungsi kekebalan tubuh Jenis kelamin dapat
(Oemiati, Rahajeng, & Kristanti, 2011). mempengaruhi nyeri. Menurut Brattberg
Hal ini sesuai dengan data Riskesdas (2008) dan Logan & Rose (2004),
(2013) bahwa prevalensi penyakit perempuan mengungkapkan rasa nyeri
kanker tertinggi terjadi pada usia 45-54 yang lebih tinggi daripada laki- laki. Hal
tahun. tersebut karena letak persepsi nyeri
Usia dapat mempengaruhi nyeri. perempuan berada pada limbik yang
Menurut Li et al (2001), lansia berperan sebagai pusat utama emosi
melaporkan tingkat nyeri yang lebih seseorang sedangkan laki-laki berada
rendah dibandingkan usia yang lebih pada korteks prefrontal yang berperan
muda terutama anak-anak. Hal ini sebagai pusat analisa dan kognitif.
dikarenakan anak-anak memiliki tingkat Namun demikian, jenis kelamin antara
distress dan kecemasan yang paling kelompok 15 menit dan kelompok 25
tinggi dibanding dewasa ataupun lansia menit dalam penelitian ini adalah tidak
(Sembiring, Novayelind & Nauli, 2015; ada beda, sehingga tidak mempengaruhi
Walco & Goldschneider, 2008). Namun hasil penelitian.
demikian, dalam penelitian ini usia Jenis kanker yang paling banyak
antara kelompok 15 menit dan kelompok diderita responden dalam penelitian ini
25 menit adalah tidak ada beda, sehingga yaitu kanker payudara. Hal ini sesuai
tidak mempengaruhi hasil penelitian. dengan data GLOBOCAN (IARC)
Mayoritas responden pada (2012) dalam Kemenkes RI (2015)
penelitian ini adalah perempuan. Jenis bahwa kasus baru dan kematian akibat
kelamin menjadi salah satu faktor risiko kanker di dunia didominasi oleh kanker
dari kanker tertentu, misalnya payudara. Persentase kasus baru kanker
perempuan lebih berisiko mengalami payudara yaitu sebesar 43,3%.
kanker payudara kanker kolorektal, Berdasarkan data Riskesdas (2013), di
kanker saluran pernafasan, kanker Indonesia kanker payudara menduduki
ovarium, dan kanker serviks. Padahal prevalensi kedua tertinggi setelah kanker
kanker tersebut prevalensi kejadiannya serviks.

82
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Beberapa jenis kanker dapat pertumbuhan sel kanker tersebut. Salah


menimbulkan nyeri berat, misalnya satu pengobatan kanker yang
kanker kepala, leher, serviks, payudara, menimbulkan nyeri yaitu pembedahan.
dan paru- paru. Sedangkan penderita Hasil penelitian ini menunjukkan
leukemia sangat jarang mengeluh nyeri bahwa responden pascabedah
(Anderson, Syrjala, & Cleeland, 2001 mengalami nyeri pada kategori sedang
dalam Yulianta, 2010). Skala nyeri akan (skala 4-6). Hal ini dapat dipengaruhi
meningkat sejalan dengan stadium oleh faktor pengalaman setiap
kanker dan luasnya kerusakan jaringan responden. Menurut Potter & Perry
akibat infiltrasi sel-sel kanker. Namun (2005), responden yang pernah
demikian, pada penelitian ini jenis mengalami nyeri sebelumnya maka akan
kanker pada kelompok 15 menit dan 25 memiliki intensitas nyeri yang lebih
menit tidak ada beda, sehingga tidak rendah. Hal tersebut terjadi karena nyeri
mempengaruhi hasil penelitian. sebelumnya yang berhasil dihilangkan
Gambaran skala nyeri responden sehingga memudahkan responden
sebelum dan sesudah terapi murottal tersebut untuk melakukan tindakan yang
Nyeri kanker dapat bersifat ringan, dapat menurunkan nyeri berdasarkan
sedang, dan berat. Sebuah survei pengalaman sebelumnya. Semua
nasional terhadap nyeri kanker pada taun responden dalam penelitian ini memiliki
2001 menjelaskan bahwa intensitas nyeri pengalaman operasi sebelumnya,
kanker berdasarkan Numeric Rating sehingga responden sudah lebih siap
Scale (NRS) umumnya berkisar antara untuk mengantisipasi terjadinya nyeri
skala 1 sampai 3 (49,7 %), skala 4 yang lebih hebat setelah operasi yang
sampai 6 (27,8%), dan sisanya skala 7- sekarang.
10 (Jee Yun, 2008 dalam Said, 2012). Nyeri pascabedah juga bisa dilihat
Menurut Allard, Maunsell, Labbe, & dari segi pembedahannya. Menurut
Dorval (2001), nyeri pada penderita Surya (2006), lokasi nyeri pascabedah
kanker dapat dihasilkan melalui dua cara yang sifat nyerinya paling hebat yaitu
yaitu melalui pertumbuhan atau operasi tulang panjang dan fraktur.
metastasis sel-sel kanker dan melalui Responden pada penelitian ini tidak ada
berbagai macam pengobatan yang yang mengalami operasi tulang sehingga
dilakukan untuk mengontrol nyeri yang dialaminya nyeri dengan

83
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

kategori sedang. Nyeri dengan kategori Perbedaan skala nyeri responden


sebelum dan sesudah diberi terapi
sedang yang dialami responden dalam
murottal
penelitian ini juga dapat dipengaruhi
Penelitian ini menunjukkan
oleh faktor individu itu sendiri, misalnya
adanya perbedaan nyeri yang signifikan
dari usia, kebudayaan, dan dukungan
antara sebelum dan sesudah terapi
keluarga. Usia responden yang
murottal pada kedua kelompok. Hal ini
mayoritas dewasa akhir menunjukkan
karena bacaan Al- Qur‟an yang
bahwa responden cenderung akan
diperdengarkan akan menghantarkan
melaporkan tingkat nyeri yang lebih
gelombang suara yang dapat mengubah
rendah. Responden dalam penelitian ini
pergerakan cairan dan medan
berasal dari suku Sunda dan Jawa
elektromagnetis pada tubuh. Perubahan
dimana kebudayaan dalam merespon
ini diikuti stimulasi perubahan reseptor
nyeri pada suku tersebut yaitu dengan
nyeri, dan merangsang jalur listrik di
sikap diam dan mengalihkan rasa nyeri
substansia grisea serebri sehingga
dengan kegiatan keagamaan (Suza, 2003
neurotransmitter alamiah seperti β-
dalam Ardinata, 2007). Selain itu, semua
Endorfin dan dinorfin terstimulasi dan
responden didampingi keluarganya saat
selanjutnya menekan substansi P
diberikan terapi. Hal ini juga dapat
sehingga nyeri menurun (Elzaky, 2011;
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
Al-kaheel, 2011). Berdasarkan
responden karena adanya kehadiran
penelitian Wahida et al (2015), getaran
orang-orang terdekat bagi responden
yang dihasilkan oleh murottal akan
sehingga nyeri yang dialami responden
mempengaruhi persepsi auditori yang
dalam kategori sedang.
kemudian akan menurunkan stimulasi
Skala nyeri responden setelah
saraf simpatis. Penurunan stimulasi saraf
diberi terapi murottal mayoritas
simpatis ini akan menurunkan aktivitas
menurun menjadi kategori ringan. Hal
adrenalin dan sekresi epinefrin yang
ini disebabkan oleh efek terapi murottal
berpengaruh terhadap penurunan nyeri.
yang mampu membuat tubuh menjadi
Penurunan nyeri pada penelitian
rileks. Disamping itu, terapi murottal
ini juga dapat dipengaruhi oleh pikiran
juga dapat meningkatkan spiritualitas
yang positif dari responden. Pikiran
responden sehingga responden tidak lagi
positif tersebut bisa didapatkan melalui
menjadikan nyerinya sebagai beban.
terapi murottal. Hal ini dikarenakan

84
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

selain dapat menurunkan ketegangan Perbedaan penurunan skala nyeri


fisiologis, terapi murottal juga dapat pada kelompok 15 menit dan kelompok
mempengaruhi kecerdasan IQ, EQ, dan 25 menit. Penelitian ini menunjukkan
SQ. Murottal pada penelitian ini bahwa tidak ada perbedaan yang
menggunakan surat Ar Rahman. signifikan mengenai penurunan skala
Mendengarkan murottal surat Ar nyeri antara kedua kelompok. Namun,
Rahman dapat lebih cepat meningkatkan meskipun tidak ada perbedaan yang
spiritualitas seseorang terhadap Allah signifikan antara kedua kelompok,
SWT, karena ayat pada surat tersebut rerata penurunan skala nyeri lebih besar
sebagian besar menerangkan tentang terjadi pada kelompok 25 menit.
kasih sayang Allah SWT dan terdapat Menurut Novita (2012), terapi murottal
ayat yang diulang sampai 31 kali yang yang telah diberikan pada hari ke 0 dan
menjelaskan tentang begitu besarnya hari pertama pascabedah, masih dapat
nikmat yang diberikanNya. Ayat yang menstimulasi pengeluaran hormon
diulang-ulang tersebut akan endorfin pada hari kedua pascabedah
mengirimkan pengulangan pesan sehingga nyeri pada hari tersebut masih
sehingga memberikan instruksi yang dapat menurun tanpa diberi terapi
terus-menerus pada pikiran bawah sadar murottal kembali. Hal ini didukung oleh
seseorang untuk merangsang sebuah penelitiannya Wahida et al (2015) yang
keyakinan. Keyakinan yang baik dapat menunjukkan bahwa setelah diberi
meningkatkan spiritualitas seseorang. terapi murottal selama 25 menit terjadi
Seseorang dengan spiritualitas yang peningkatan kadar β-Endorfin dari
tinggi mampu mengarahkan pikiran dan (1053,6±606,32ng/L) menjadi
perhatiannya pada hal yang positif (1813,5±546,78ng/L). Sedangkan untuk
sehingga mereka mampu melupakan hasil penelitian yang menunjukkan tidak
penderitaanya. Pikiran positif juga ada perbedaan yang signifikan tersebut
mampu mengubah respon emosional kemungkinan dapat terjadi karena
sehingga rasa sakit yang dideritanya selisih waktu yang cukup singkat yaitu
berkurang hingga 60% (Cahyono, 2011; hanya berbeda 10 menit. Menurut
Elfiky, 2009; Hady et al, 2012; Alphatino (2009), mendengarkan musik
MacGregor, 2006). selama 10 menit memang sudah mampu
membuat tubuh menjadi rileks, namun

85
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

efeknya akan lebih baik apabila SIMPULAN


didengarkan dalam rentang waktu 30 Secara statistik terdapat perbedaan
sampai 60 menit. yang signifikan antara sekala nyeri
Perbedaan penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah diberi terapi
yang tidak signifikan dalam penelitian murottal pada kedua kelompok. Namun,
ini kemungkinan karena efek terapi tidak ada perbedaan yang signifikan
musik yang cenderung konstan pada antara penurunan skala nyeri pada
rentang 15 sampai 25 menit. Hal ini kelompok 15 menit dan kelompok 25
didukung oleh hasil penelitian Aragon, menit.
Farris, & Byers (2002) yang
menunjukkan bahwa nyeri dari waktu ke SARAN

waktu cenderung menurun terus setelah Sebagai institusi pendidikan,


mendengarkan suara kecapi, tetapi tidak tenaga kesehatan, dan pasien kanker
ada perbedaan yang signifikan antara pascabedah disarankan untuk
penurunan nyeri yang diukur setiap 5 mengaplikasikan terapi murottal sebagai
menit selama 30 menit. terapi non farmakologi untuk
Penelitian serupa dilakukan oleh menurunkan nyeri. Sedangkan, untuk
Tse, Chan, & Benzie (2005), tentang peneliti selanjutnya disarankan untuk
pengaruh terapi musik pada pasien melakukan penelitian dengan metode
pascabedah nasal di Polyteknik time series serta penelitian mengenai
University Hong Kong. Terapi musik kenaikan kadar β-Endorfin setelah diberi
dalam penelitian ini diberikan selama murottal selama 15 menit.
tiga hari berturut-turut. Setiap harinya
dilakukan dua sesi dimana lama waktu
terapi setiap sesinya yaitu 30 menit. DAFTAR PUSTAKA
Hasilnya menunjukkan bahwa Al-Kaheel, A. (2011).
perbedaan penurunan skala nyeri pada Al Qur'an the healing book.
Jakarta:
sesi pertama dan kedua pada hari Tarbawi Press.
pertama tidak signifikan, baru Allard, P., Maunsell, E., Labbe, J., &
Dorval, M. (2001).
mengalami penurunan nyeri yang Educational interventions to
signifikan pada hari kedua dan ketiga. improve cancer pain control: a
systematic review. Journal
Palliative Medicine. 4(2): 191-203.

86
Journal of Bionursing Vol 1 (1) 2019

Alphatino. (2009). Pengaruh pemberian kesehatan RI. Jakarta: Kemenkes


tehnik nafas dalam dan terapi RI
musik terhadap penurunan LeMone, P. & Burke, K. (2008).
dismenore pada remaja putri di Clinical handbook for medical
sekolah MAN 1 Malang. Naskah surgical nursing. Upper Saddle
Publikasi. Malang: Universitas River, NJ: Prentice Hall.
Brawijaya. Li, S. F., Greenwald, P. W., Gennis, P.,
Arragon, D., Farris, C., & Byers, J. F. Bijur, P. E., & Gallagher, E. J.
(2002). The effects of harp music (2001). Effect of age on acute pain
in vascular and thoracic surgical perception of a standardized
patients. Alternative Therapies in stimulus in the emergency
Health and Medicine. 8(5): 56-60. department. Annals of Emergency
Ardinata, D. (2007). Multidimensional Medicine. 38(6): 644-647.
nyeri. Jurnal Keperawatan Logan, D. E. & Rose, J. B. (2004).
Rufaidah Sumatera Utara. 2(2): 77- Gender differences in post-
81. operative pain and patient
Black, J. M. & Hawks, J. H. controlled analgesia use among
(2005). Medical surgical adolescent surgical patients. Pain.
nursing: Clinical management for 109(3): 481-487.
positive outcome. St. Louis MacGregor, S. (2006). Piece of mind
Missouri: Saunders/ Elsevier. menggunakan kekuatan pikiran
Brattberg, G. (2008). Self-administered bawah sadar untuk mencapai
EFT (Emotional Freedom tujuan. Jakarta: Gramedia.
Techniques) in individuals with Novita, D. (2012). Pengaruh terapi
fibromyalgia: A randomized trial. musik terhadap nyeri post operasi
Integrative Medicine. 7(4): 30-35. Open Reduction and Internal
Cahyono, J. B. S. B. (2011). Meraih Fixation (ORIF) di RSUD Dr. H.
kekuatan penyembuhan diri yang Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
tak terbatas. Jakarta: PT Gramedia Tesis. Depok: Universitas
Pustaka Utama. Indonesia.
Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi: Oemiati, R., Rahajeng, E., & Kristanto,
Buku saku. Jakarta: EGC. A.Y. (2011). Prevalensi tumor dan
Elfiky, I. (2009). Terapi berpikir beberapa faktor yang
positif. Jakarta: Zaman. mempengaruhinya di Indonesia.
Elzaky, J. (2011). Mukjizat kesehatan Bul. Penelit. Kesehatan, 39(4) :
ibadah. Jakarta: Zaman. 190-204.
Farastuti, D. & Windiastuti, E. (2005). Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005).
Penanganan nyeri pada keganasan. Buku ajar fundamental
Seri Pediatri. 7(3): 153-159. keperawatan: Konsep, proses, dan
Hady, N. A., Wahyuni, & praktik. Jakarta: EGC.
Purwaningsih, W. (2012). Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005).
Perbedaan efektifitas terapi musik Patofisiologi: Konsep klinis
klasik dan terapi musik murotal proses- proses penyakit. Jakarta:
terhadap perkembangan kognitif EGC.
anak autis di SLB Autis kota Pritaningrum, F. (2010). Perbedaan skor
Surakarta. GASTER. 9(2): 72-81. visual analogue scale antara
Kemenkes RI. (2015). Infodatin: Pusat ketorolak dan deksketoprofen pada
data dan informasi kementerian pasien pascabedah. Karya Tulis

87
Journal of Bionursing Vol 1(1) 2019

Ilmiah. Semarang: Universitas Tse, M. M., Chan, M. F., & Benzie, I. F.


Diponegoro. (2005). The effect of music therapy
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). on postoperative pain, heart rate,
2013). Riset kesehatan dasar. systolic blood pressure and
Jakarta: Badan Penelitian dan analgesic use following nasal
Pengembangan Kesehatan surgery. Journal Pain Palliative
Kementerian Kesehatan RI. Care Pharmacother. 19(3): 21-28.
Said, M. I. (2012). Hubungan Wahida, S., Nooryanto, M., & Andarini,
ketidaknyamanan: nyeri dan S. (2015). Terapi murottal Al-
malodour dengan tingkat stres pada Qur‟an surat Ar Rahman
pasien kanker payudara di RSKD meningkatkan kadar β-Endorphin
Jakarta dan RSAM Bandar dan menurunkan intensitas nyeri
Lampung. Tesis. Depok: FIK UI. pada ibu bersalin kala I fase aktif.
Sembiring, S. U., Novayelinda, R., & Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Nauli, F. A. (2015). Perbandingan 28(3): 213-216.
respon nyeri anak usia toddler dan Walco, G. A. & Goldschneider, K. R.
prasekolah yang dilakukan (2008). Pain in children: a
prosedur invasif. Journal of practical guide for primary care.
Medicine. 2(2): 1491-1500. USA: Humana Press.
Siswantinah. (2011). Pengaruh terapi World Health Organization
murottal terhadap kecemasan (WHO). (2007). The
pasien gagal ginjal kronik yang World Health
dilakukan tindakan hemodialisa di Organization’s fight against
RSUD Kraton Kabupaten cancer: strategies that prevent,
Pekalongan. Skripsi. Semarang: cure, and care.
Universitas Muhammadiyah http://www.who.int/cancer/publicat
Semarang. /
Sjamsuhidajat, R. & Jong. W. D. WHOCancerBrochure2007.FINAL
(2010). Buku ajar ilmu bedah. w eb.pdf (diakses pada 24 Juni
Jakarta: EGC. 2015).
Surya, B. (2006). Perbandingan nyeri Yayasan Kanker Indonesia (YKI).
pasca hernioplasty shouldice “pure (2012). Jakarta Race.
tissue” dengan lichtenstein “tension http://yayasankankerindonesia.org/
free”. Majalah Kedokteran 20 12/yki-jakarta-race/ (diakses
Nusantara. 39(3): 209-216. pada 27 Desember 2015: 20.07).
Susanti, D. D. (2009). Pengalaman Yulianta, T. (2010). Perbedaan perilaku
spiritual perempuan dengan kanker nyeri pasien kanker kronis yang
serviks di RSUPN dr. Cipto didampingi pasangan hidup dengan
Mangunkusumo Jakarta. Tesis. yang tidak didampingi di RSUP
Depok: Universitas Indonesia. Haji Adam Malik Medan. Skripsi.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Medan: USU
penatalaksanaan nyeri. Jakarta:
EGC.

88

Вам также может понравиться