Вы находитесь на странице: 1из 9

Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2018), 2 (2), pp.

1–9
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-3226 |ISSN (Online): 2580-7153

Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan


Sekolah

Ifdil*)
*)
Universitas Negeri Padang
 (e-mail) ifdil@unp.ac.id

Abstract. Mental health is one of the psychological phenomena found in many fields of life.
Mental health is indicated by the existence of a condition that is psychologically prosperous.
Individuals who have good mental health will be able to form and develop themselves into
productive and effective individuals. The factors that affect mental health are factors from
the family and school environment. Families contribute an important role in forming
mentally healthy individuals. If a family experiences disharmony, it has the potential to
bring mental disability to the family member. Furthermore, the condition of individuals who
experience mental disability tend to be brought to the school environment so that it
influences learning activities at school. Another thing that happened was also the emergence
of psychological stress symptoms experienced by individuals in the school environment.
Such conditions contribute greatly to the emergence of various misguided behaviors,
psychological distress in the form of stress, depression, anxiety, trauma and PTSD in
individuals. This article will describe the efforts to develop mental health in families and
schools to build a mentally healthy society.

Keyword: Mental Health, School, Family

Rekomendasi Citasi: Ifdil, Ifdil. (2018). Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan
Sekolah. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 2 (2): pp. 1-9

Article History: Received on 20/03/2018; Revised on 15/41/2018; Accepted on 20/05/2018; Published Online:
05/08/2018. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly
cited. © 2017 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

A. Pendahuluan kesehatan mental, dan 40% diantaranya


Kesehatan mental merupakan suatu memenuhi kriteria diagnostik untuk
isu yang menjadi perhatian bagi masyarakat berbagai jenis gangguan mental (Kessler et
dewasa ini (Bukhori, 2012; Iswanto, 2014; al., 2012; Merikangas et al., 2010; Nastasi,
Nursalam & Dian, 2007). Fenomena 2004) belum termasuk anak dan remaja
demikian berkaitan dengan adanya yang berisiko dan belum terdiagnosa
modernisasi Ilmu Pengetahuan dan namun kondisinya mempengaruhi
Teknologi menimbulkan berbagai masalah keberfungsian dan well-being
psikologis dan sosial (Ameliola & Nugraha, (kesejahteraan) sehari-hari (Nastasi, 2004).
2013; Suneki, 2012; Waluya, 2007) di Penelitian epidemiologi di AS
lingkungan sekolah dan keluarga. menunjukkan 1 dari 10 anak menunjukkan
Kesehatan mental di sekolah menjadi symptom depresi sebelum usia 14 tahun,
isu baru. Di negara maju seperti Amerika dan 20% anak usia 16-17 tahun mengalami
Serikat diperkirakan pertahunnya 20 - 25% gangguan cemas, mood, dan gangguan
anak dan remaja mengalami masalah

1
Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah
Ifdil

perilaku serta penggunaan zat-zat terlarang Mukarromah & Listyani, 2013),


(adiktif) (Keyes, 2006.). memberikan rasa kenyamanan dan
Sebagian besar gangguan mental memberikan kasih sayang. Dalam keluarga
dimulai pada masa remaja dan awal masa terjadi komunikasi dua arah (suami istri)
dewasa (10 sampai dengan 24 tahun) dan dan komunikasi segala arah bagi semua
kesehatan mental yang buruk berkaitan anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang
dengan hasil pendidikan, kesehatan dan berfungsi mengarahkan, membina,
sosial yang negatif (Nielsen et al., 2017; memberi perhatian dan kasih sayang kepada
Patel, 2007). Sehingga sekolah adalah semua anggota (Willis, 2013). Apabila
sebuah signifikan konteks untuk promosi fungsi keluarga diatas tidak berjalan maka
positif kesehatan mental dan pencegahan timbulnya berbagai permasalahan kesehatan
masalah kesehatan mental (Nielsen et al., mental yang dialami oleh seluruh anggota
2017). Selanjutnya, menurut kajian Bukhori keluarga di dalam rumah tersebut baik itu,
bahwa penyebab timbulnya berbagai anak-anak dan kedua orangtuanya.
masalah kesehatan mental yaitu perubahan Sebagaimana ditemukan dalam kajian
berbagai segi kehidupan yang tidak dapat bahwa salah satu fenomena kesehatan
diterima oleh individu. Selain itu mental yang terjadi dimasyarakat yaitu
kebermaknaan hidup dan tingkat depresi (Saputri & Indrawati, 2011).
religiusitas individu juga mempengaruhi Selanjutnya dikalangan anak-anak
kondisi kesehatan mental yang dialami oleh ditemukan bahwa permainan digital atau
individu tersebut (Bukhori, 2012). online menimbulkan masalah kesehatan
Kesehatan mental menjadi kajian mental bagi anak-anak di zaman sekarang
yang perlu diperhatikan keterkaitan dengan dan bahkan mengarah pada kondisi mental
permasalahan yang dialami oleh anak-anak, illness (Nur, 2013). Selain itu, kondisi-
remaja, orang dewasa dan lansia akhir-akhir kondisi setelah bencana alam yang terjadi
ini. Kesehatan mental meliputi tiga juga menyumbang banyak permasalahan
komponen yaitu: pikiran, emosional dan kondisi ketidaksehatan secara mental dan
spiritual (Hapsari, Sari, & Pradono, 2009). bahkan mental illness yang mempengaruhi
Anak-anak yang memiliki kesehatan mental psychological well-being individu
yang baik dicirikan mampu membangun (Amawidyati & Utami, 2007). Adapun
dan mengembangkan resiliensi (daya tahan) bentuk permasalahan kesehatan mental
dalam menghadapi tekanan dalam hidup lainnya yang banyak terjadi pada korban
(Nur, 2013). Kemampuan resiliensi ini bencana alam dan pelecehan seksual yaitu
perlu dikembangkan melalui kehidupan stress, anxiety, depresi, trauma & PTSD
keluarga dan lingkungan sekolah (Aprilia, (Nawangsih, 2016; Urbayatun, 2012;
2013; I. Ifdil & Taufik, 2016). Wardhani & Lestari, 2007).
Keluarga merupakan suatu sistem Fenomena kesehatan mental yang
sosial untuk memenuhi kebutuhan- terjadi dilingkungan sekolah berupa adanya
kebutuhan para anggotanya (Effendy, 1998; kondisi stres akademik yang dialami siswa
Ihromi, 1999; Soemanto, 2014). Sebagai (Ifdil & Bariyyah, 2015). Hubungan sosial
suatu sistem sosial, kelompok-kelompok yang tidak baik di sekolah juga
keluarga memenuhi kebutuhan para menyumbang ketidaksehatan mental bagi
anggotanya dengan memberikan siswa (Maslihah, 2011). Sebagaimana
kenyamanan, keselamatan, kesejahteraan didukung oleh penelitian Baskoro bahwa
ekonomi, material, kesejahteraan adanya kondisi depresi yang dialami siswa
psikologis, fisik, emosional, dan di lingkungan sekolah akibat perilaku
kebutuhan-kebutuhan spiritual (Geldard, antisosial (Baskoro, 2010). Adapun juga
2011). ditemukan sebanyak 20% remaja pernah
Keluarga menjadi tempat berlindung mengalami masalah kesehatan mental
(Agustina, 2008; Andayani, 2000; (Aminullah, 2013). Selanjutnya, juga
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Ifdil

ditemukan bahwa adanya stakeholder di lingkungan tersebut


ketidakproduktifan belajar akibat individu (Sommer, Ness, & Borg, 2018).
mengalami masalah psikologis di Kondisi kebutuhan pelayanan
lingkungan pendidikan (Bahrami, kesehatan mental di lapangan dapat dilihat
Dehdashti, & Karami, 2018). Berdasarkan pada gambar 1 (Hoeft, Fortney, Patel, &
hal demikian, perlu dilakukan untuk Unützer, 2018; Saraceno et al., 2015).
mengembangkan kesehatan mental di Gambar 1 menjelaskan bahwa pelayanan
sekolah agar peserta didik aktif dan kesehatan mental yang dibutuhkan sangat
berprestasi dalam belajar, memiliki besar. Sementara itu secara vertikal
hubungan sosial yang baik, mampu untuk frekuensi kebutuhannya tinggi dan biaya
merencanakan arah karier dan membuat yang dibutuhkan yaitu rendah. Berdasarkan
keputusan arah karier (Fadli, Alizamar, & penjabaran diatas maka dapat disimpulkan
Afdal, 2017). bahwa pengembangan kesehatan mental
sangat dibutuhkan khususnya di lingkungan
keluarga dan sekolah.

Gambar. 1. Kondisi Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Mental di Lapangan (Hoeft, Fortney, Patel, &
Unützer, 2018; Saraceno et al., 2015)

Selain itu, kesehatan mental juga hal


yang penting diperhatikan di lingkungan
masyarakat. Masyarakat yang secara B. Pembahasan
psikologis memiliki kesehatan mental yang Keluarga merupakan suatu sistem
baik akan membawa perubahan yang yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
signifikan dan meningkatkan produktivitas hidup bersama (Agustini, 2013; Ali &
lingkungan masyarakat tersebut. SKM, 2010; Nurhajati & Wardyaningrum,
Pembangunan masyarakat yang memiliki 2014) dengan saling berbagi kasih sayang,
kesehatan mental yang baik perlu dukungan kebahagiaan, saling melindungi, kerjasama
dari berbagai pihak baik itu keluarga, yang terbentuk karena adanya unsur
sekolah, masyarakat dan pemerintah serta pernikahan yang sah menurut hukum.
Menurut Syaiful keluarga merupakan

3
Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah
Ifdil

sebuah persekutuan antara ibu-bapak (ketentraman, kebahagiaan, dan cinta


dengan anaknya yang hidup bersama dalam kasih). 4) Saling memenuhi kebutuhan akan
sebuah institusi yang terbentuk karena sandang, pangan, papan, harta, pendidikan,
perkawinan yang sah menurut hukum, dan kesehatan serta keberadaan keluarga,
dimana di dalamnya interaksi (saling status dan gengsi anggota keluarga. 5)
berhubungan dan mempengaruhi) antara Saling memenuhi kebutuhan biologis
satu dengan yang lainnya (Syaiful, 2004). (seksual). 6) Saling memelihara hubungan
Junaedi juga mengemukakan baik antara kelompok-kelompok kerabatnya
keluarga adalah ikatan persekutuan hidup yang terjaring, misalnya kelompok kerabat
atas dasar perkawinan antara suami istri suami dan kelompok kerabat istri.
yang hidup bersama-sama untuk mencapai Apabila suatu keluarga mampu
hidup kekal dan abadi dengan rasa cinta, mewujudkan tujuan keluarga di atas maka
kasih, dan sayang berdasarkan Ketuhanan percekcokan, perselisihan yang berujung
Yang Maha Esa (Junaedi, 2000). Di kepada timbulnya persoalan-persolan
samping itu, Brugges & Liok kesehatan mental dalam rumah tangga tidak
mendefinisikan keluarga dalam dua bentuk akan ada dalam suatu keluarga tersebut.
yaitu (Marwisni, 2012): Berkenaan dengan fungsi keluarga, Elida
a. Sekelompok orang yang terdiri dari mengemukakan bahwa “Fungsi ayah dalam
suami istri yang hidup bersama dengan keluarga sebagai pemimpin, bertanggung
berbagi kasih sayang, perhatian, ide, jawab dalam melindungi istri dan anak-
kebahagian, maupun kesedihan dan anaknya, serta memberi nafkah serta
pengalaman untuk tujuan bersama material dan psikis seperti kasih sayang dan
yaitu kebahagiaan. Konsep suami istri kebahagian” (Elida, 2006).
didasari oleh adanya unsur pernikahan Yusuf juga mengemukakan fungsi
sebagai syarat dan awal terbentuknya keluarga dilihat dari sudut pandang
keluarga. sosiologis, dimana kedua orang tua dapat
b. Keluarga adalah kelompok orang yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi
disatukan oleh ikatan pernikahan, berikut (Yusuf, 2004) a) Fungsi biologis,
hubungan, darah, dan adopsi, yang dimana keluarga dipandang sebagai
membina rumah sendiri, berinteraksi pranata sosial yang memberikan legalitas,
dan berkomunikasi satu sama lain kesempatan, dan kemudahan bagi para
dengan cara saling menghormati dan anggotanya untuk memenuhi biologisnya.
menghargai. b) Fungsi ekonomi dimana keluarga (dalam
Secara umum tujuan keluarga adalah hal ini ayah) mempunyai kewajiban untuk
seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1 menafkahi anggota keluarganya sesuai
Undang-Undang perkawinan yaitu dengan kesanggupannya. c) Fungsi
membentuk keluarga (rumah tangga) yang pendidikan (edukatif) yaitu keluarga
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan merupakan lingkungan pertama dan utama
Yang Maha Esa (Bimo, 2004). Di samping bagi anak, dimana keluarga bertugas
itu Marwisni mengemukakan tujuan memberikan keyakinan agama, nilai
membentuk keluarga adalah (Marwisni, budaya, nilai moral dan keterampilan. d)
2012): 1) Memberi ketentuan hak dan Fungsi sosialisasi yaitu keluarga merupakan
kewajiban kepada pasangan yang terjalin faktor penentu yang sangat mempengaruhi
dalam perkawinan tersebut, hanya boleh kualitas generasi yang akan datang.
bersetubuh dengan pasangan sahnya Keluarga juga berfungsi sebagai
tersebut. 2) Mengatur dan memberikan miniatur masyarakat yang
ketentuan hak dan kewajiban perlindungan mengsosialisasikan nilai-nilai atau peran
serta pembinaan kepada hasil hidup dalam masyarakat yang harus
persetubuhannya, yaitu anak-anaknya. 3) dilaksanakan oleh anggotanya. 1) Fungsi
Saling memenuhi kebutuhan psikologis perlindungan dimana keluarga berfungsi
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Ifdil

sebagai pelindung bagi para anggota seperti perselingkuhan, perceraian,


keluarga dari gangguan, ancaman, atau hubungan yang tidak baik antara anak dan
kondisi yang tidak nyaman. 2) Fungsi orangtuanya dan kondisi-kondisi tekanan
rekreatif, keluarga harus manciptakan psikologis lainnya.
lingkungan yang menciptakan kenyamanan, Marwisni mengemukakan bentuk-
keceriaan, kehangatan, dan semangat bagi bentuk permasalahan yang terjadi dalam
anggota keluarganya. 3) Fungsi agama, rumah tangga diantaranya (Marwisni, 2012)
dimana keluarga berfungsi sebagai 1) Adanya pihak yang merasa tertekan dan
penanam nilai-nilai agama kepada anak dirugikan, 2) Timbul rasa tidak puas baik
agar mereka memiliki pedoman hidup yang secara fisik maupun psikis, 3) Adanya
benar. keterpaksaan dan kekakuan dalam
Selanjutnya, Geldard & Geldard kehidupan rumah tangga, 4) Ketidaktulusan
mengemukakan beberapa fungsi keluarga, dalam menjalankan perkawinan, 5)
mencakup (Geldard, 2011), a) Keluarga Hilangnya keterbukaan dalam komunikasi,
adalah sistem sosial untuk memenuhi 6) Sering terjadi pertengkaran karena sering
kebutuhan anggota keluarganya. Adapun mendominasi dan sama-sama ingin menang
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga sendiri, 7) Komunikasi yang tidak lancar
yang dirasa perlu untuk dipenuhi sehingga menghilangkan rasa kasih sayang
merupakan bentuk tanggung jawab atas di antara pasangan suami istri, 8) Tidak
keluarga yang dibangunnya. b) Keluarga menghargai pasangan, 9) Hilangnya
menyediakan lingkungan yang cocok bagi kehangatan dalam rumah tangga karena
reproduksi dan pengasuhan anak-anak. Hal krisis kepercayaan terhadap pasangan.
ini dikarenakan anak tidak mampu untuk Selanjutnya, juga dijelaskan masalah-
mengasuh dirinya sendiri dan memenuhi masalah lain yang ada dalam keluarga, di
kebutuhan hidup, tanpa bantuan orang antaranya (Willis, 2013): a) Masalah
tuanya. Layaknya sebuah keluarga komunikasi, kurangnya atau putus
kebutuhan secara umum yang harus komunikasi anggota keluarga terutama ayah
dipenuhi antara lain yaitu: rasa aman, dan ibu; b) Sikap egosentrisme, sikap
keselamatan dan pangan. c) Keluarga egosentrisme masing-masing suami istri
memberikan kesempatan untuk berinteraksi merupakan penyebab pula terjadinya
dan komunikasi yang lebih luas kepada konflik rumah tangga yang berujung pada
masyarakat di sekitarnya. Selain itu, perlu pertengkaran yang terus-menerus; c)
diperhatikan bahwa keluarga berperan Masalah ekonomi, dalam hal ini ada dua
penting dalam memberikan kontribusi jenis penyebab krisis keluarga, yaitu
sosial kepada masyarakat yang lebih luas. kemiskinan dan gaya hidup; d) Masalah
Apabila dalam suatu keluarga tidak kesibukan, kesibukan adalah satu kata yang
mampu menerapkan atau melaksanakan telah melekat pada masyarakat modern di
fungsi-fungsi tersebut, keluarga akan kota-kota. Kesibukannya terfokus pada
mengalami permasalahan dalam keluarga pencarian materi yaitu harta dan uang; e)
yang akan merusak kekokohan keluarga Masalah pendidikan, masalah pendidikan
yang dapat berakibat munculnya kekerasan sering merupakan penyebab terjadinya
dalam rumah tangga. Kondisi-kondisi krisis dalam keluarga. Jika pendidikan agak
cenderung membawa berbagai lumayan pada suami istri, maka wawasan
kompleksitas permasalahan kesehatan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami
mental dalam keluarga yang berdampak oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri
pada perkembangan anak. Selain itu, yang pendidikannya rendah sering tidak
adanya ketidaksehatan secara mental dapat memahami liku-liku keluarga; f)
cenderung menimbulkan berbagai Masalah perselingkuhan, ada beberapa
permasalahan di lingkungan keluarga faktor penyebab terjadinya perselingkuhan

5
Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah
Ifdil

yaitu hubungan suami istri yang sudah dewasa ini banyak ditemukan permasalahan
hilang kemesraan dan cinta kasih, tekanan terkait kesehatan mental yang dialami oleh
pihak ketiga seperti mertua dan lain-lain siswa seperti adanya stress akademik yang
dalam hal ekonomi, adanya kesibukan menimbulkan berbagai fenomena bahkan
masing-masing sehinggga kehidupan kantor adanya siswa yang bunuh diri akibat stres
lebih nyaman dari pada kehidupan yang dialami tersebut (Taufik & Ifdil,
keluarga; g) Jauh dari agama, jika keluarga 2013Taufik & Ifdil, 2013). Sehingga hal
jauh dari agama dan mengutamakan materi demikian perlu dikembangkan agar
dan dunia semata, maka tunggulah terciptanya suatu ketenangan batin secara
kehancuran keluarga tersebut. psikologis yang bermuara pada sehatnya
Pengembangan kesehatan mental individu secara mental.
dilingkungan keluarga dapat dilakukan Secara kausalitas, apabila secara
melalui kegiatan konseling keluarga. psikologis individu memiliki kesehatan
Konseling keluarga yang dilaksanakan mental yang baik, maka berpotensi
berorientasi pada pengentasan masalah- tercapainya aktualisasi diri individu di
masalah diatas yang berpotensi untuk bidang pribadi, hubungan sosial,
terjadinya ketidaksehatan secara mental. perencanaan arah kariernya dan
Selain keluarga, promosi pekerjaannya. Peserta didik yang sehat
pengembangan kesehatan mental di sekolah secara mental akan mampu untuk
juga produktif untuk dilaksanakan. Sekolah berprestasi di sekolahnya dan mampu
sebagai suatu sistem interaksi sosial suatu menentukan arah kariernya sesuai dengan
organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi keahlian yang dimilikinya (Fadli et al.,
pribadi terkait bersama dalam suatu 2017). Hal demikian menjadi acuan yang
hubungan organic (Bayu, H., 2011). penting dalam membangun pendidikan
Menurut WHO, diperkirakan gangguan yang berkualitas melalui peserta didiknya
mental pada anak dan remaja akan menjadi yang sehat secara mental di lingkungan
salah satu dari lima masalah yang keluarga dan sekolah yang sehat secara
menyebabkan disabilitas, morbiditas, atau mental sehingga adanya kedamaian di
bahkan mortalitas pada 20 tahun yang akan lingkungan keluarga, sekolah dan
datang (Organization, 2013). Masalah umumnya masyarakat.
kesehatan mental pada anak dan remaja
dapat mempengaruhi keberfungsian anak C. Kesimpulan
dan remaja terhadap domain-domain Kondisi kesehatan mental merupakan
penting dalam hidupnya saat ini dan di suatu kondisi yang adanya suatu
masa yang mendatang, seperti misalnya ketenangan batin secara psikologis.
masalah ketidakberfungsian di sekolah atau Kesehatan mental menjadi hal yang
dengan kata lain siswa tidak terpenting dalam lingkungan keluarga dan
mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sekolah. Individu yang memiliki kesehatan
sekolah (Jaycox, dkk, 2009). Adapun mental yang baik akan mampu untuk
pengembangan kesehatan mental membentuk dan mengembangkan dirinya
dilingkungan sekolah dapat dilaksanakan menjadi pribadi yang produktif.
melalui pemberian layanan bimbingan dan Selanjutnya, individu sebagai menjadi
konseling terhadap siswa asuh, misalnya warga sekolah yang secara psikologis
pada layanan informasi, layanan memiliki kesehatan mental yang baik akan
penguasaaan konten, layanan bimbingan melahirkan individu yang sejahtera secara
kelompok dan layanan konseling psikologis. Sehingga dapat mencapai tujuan
individual. pendidikan nasional dan melahirkan peserta
Kesehatan mental menjadi hal yang didik yang berkualitas dan berprestasi.
terpenting dalam lingkungan sekolah dan
keluarga. Hal demikian dikarenakan bahwa
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Ifdil

Antisosial pada Remaja di Sekolah.


Faculty of Medicine,
Bimo, W. (2004). Bimbingan dan
Daftar Rujukan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:
Agustina, P. (2008). Strategi Coping Pada Andi Offest.
Istri Yang Mengalami Kekerasan Bukhori, B. (2012). Hubungan
dalam Rumah Tangga. Universitas Kebermaknaan Hidup dan Dukungan
Muhammadiyah Surakarta, Sosial Keluarga dengan Kesehatan
Agustini, N. N. M. (2013). Hubungan Mental Narapidana (Studi Kasus Nara
Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dan Pidana Kota Semarang). Jurnal Ad-
Dukungan Keluarga dengan Cakupan Din, 4(1), 1-19.
Pelayanan Antenatal di Wilayah Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar
Kerja Puskesmas Buleleng I. Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Pendidikan Kesehatan, 1(1). Elida, P. (2006). Psikologi Perkembangan
Ali, H. Z., & Skm, M. (2010). Pengantar Remaja. Padang: Universitas Negeri
Keperawatan Keluarga. Padang.
Amawidyati, S. A. G., & Utami, M. S. Fadli, R. P., Alizamar, A., & Afdal, A.
(2007). Religiusitas dan (2017). Persepsi Siswa Tentang
Psychological Well‐Being Pada Kesesuaian Perencanaan Arah Karir
Korban Gempa. Jurnal Psikologi, Berdasarkan Pilihan Keahlian Siswa
34(2), 164-176. Sekolah Menengah Kejuruan.
Ameliola, S., & Nugraha, H. D. (2013). Konselor, 6(2), 74-82.
Perkembangan Media Informasi dan Geldard, K., And David Geldard. (2011).
Teknologi Terhadap Anak dalam Era Konseling Keluarga. Yogyakarta:
Globalisasi. Paper Presented At The Pustaka Pelajar.
5th International Conference Hapsari, D., Sari, P., & Pradono, J. (2009).
Indonesian Studies" Ethnivity Glob. Pengaruh Lingkungan Sehat, dan
Aminullah, M. A. (2013). Kecemasan Perilaku Hidup Sehat Terhadap Status
Antara Siswa SMP dan Santri Pondok Kesehatan. Buletin Penelitian
Pesantren. Jurnal Ilmiah Psikologi Kesehatan.
Terapan, 1(2), 205-215. Hoeft, T. J., Fortney, J. C., Patel, V., &
Andayani, B. (2000). Profil Keluarga Anak- Unützer, J. (2018). Task-Sharing
Anak Bermasalah. Jurnal Psikologi, Approaches to Improve Mental
27(1), 10-22. Health Care in Rural and Other Low-
Aprilia, W. (2013). Resiliensi dan Resource Settings: A Systematic
Dukungan Sosial Pada Orang Tua Review. [Article]. Journal of Rural
Tunggal (Studi Kasus Pada Ibu Health, 34(1), 48-62. doi:
Tunggal Di Samarinda). E-Journal 10.1111/jrh.12229
Psikologi, 1(3), 268-279. Ifdil, & Bariyyah, K. (2015). The
Bahrami, M., Dehdashti, A., & Karami, M. Effectiveness Of Peer-Helping To
(2018). Sleep Quality and Its Causes Reduce Academic-Stress Of Students.
and Consequences from The Addictive Disorders And Their
Perspectives Of Students Residing in Treatment, 14(4), 176-181.
the Dormitories of School of Health: Doi:10.1097/Adt.0000000000000052
A Cross –Sectional Study In Semnan Ifdil, I., & Taufik, T. (2016). Urgensi
University Of Medical Sciences In Peningkatan Dan Pengembangan
2016. Koomesh, 20(1), 96-104. Resiliensi Siswa Di Sumatera Barat.
Baskoro, M. D. P. (2010). Hubungan Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan,
Antara Depresi dengan Perilaku 12(2), 115-121.

7
Mengembangkan Kesehatan Mental di Lingkungan Keluarga dan Sekolah
Ifdil

Ihromi, T. O. (1999). Bunga Rampai Health Services: Creating


Sosiologi Keluarga: Yayasan Obor Comprehensive And Culturally
Indonesia. Specific Programs. . Washington,
Iswanto, Y. (2014). Manajemen Sumber Dc: American Psychological
Daya Manusia. Association.
Junaedi, D. (2000). Bimbingan Perkawinan Nawangsih, E. (2016). Play Therapy Untuk
Membina Keluarga Sakinah Menurut Anak-Anak Korban Bencana Alam
Al-Qur’an Dan As-Sunnah. Yang Mengalami Trauma (Post
Akademika Pressindo, Jakarta. Traumatic Stress Disorder/Ptsd).
Kessler, R. C., Avenevoli, S., Costello, E. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi,
J., Georgiades, K., Green, J. G., 1(2), 164-178.
Gruber, M. J., . . . Petukhova, M. Nielsen, L., Shaw, T., Meilstrup, C.,
(2012). Prevalence, Persistence, And Koushede, V., Bendtsen, P.,
Sociodemographic Correlates Of Rasmussen, M., . . . Cross, D. (2017).
Dsm-Iv Disorders In The National School Transition And Mental Health
Comorbidity Survey Replication Among Adolescents: A Comparative
Adolescent Supplement. Archives Of Study Of School Systems In Denmark
General Psychiatry, 69(4), 372-380. And Australia. International Journal
Keyes, C. L. M. (2006.). Subjective Well- Of Educational Research, 83, 65-74.
Being In Mental Health And Human Nur, H. (2013). Membangun Karakter Anak
Development Research Worldwide: Melalui Permainan Anak Tradisional.
An Introduction. Social Indicators Jurnal Pendidikan Karakter(1).
Research, ( 77), 1–10. Nurhajati, L., & Wardyaningrum, D.
Marwisni, H. (2012). Bahan Ajar (2014). Komunikasi Keluarga dalam
Bimbingan dan Konseling. In. Pengambilan Keputusan Perkawinan
Padang: Bk Fip Unp. di Usia Remaja. Jurnal Al-Azhar
Maslihah, S. (2011). Studi Tentang Indonesia Seri Pranata Sosial, 1(4),
Hubungan Dukungan Sosial, 236-248.
Penyesuaian Sosial di Lingkungan Nursalam, D. K., & Dian, N. (2007).
Sekolah Dan Prestasi Akademik Asuhan Keperawatan pada Pasien
Siswa SMPIT Assyfa Boarding Terinfeksi Hiv. Jakarta: Salemba
School Subang Jawa Barat. Jurnal Medika.
Psikologi, 10(2), 103-114. Organization, W. H. (2013). Who Report on
Merikangas, K. R., He, J.-P., Burstein, M., the Global Tobacco Epidemic, 2013:
Swanson, S. A., Avenevoli, S., Cui, Enforcing Bans On Tobacco
L., . . . Swendsen, J. (2010). Lifetime Advertising, Promotion And
Prevalence Of Mental Disorders In Sponsorship: World Health
Us Adolescents: Results From The Organization.
National Comorbidity Survey Patel, V., Flisher, A.J., Hetrick, S., &
Replication–Adolescent Supplement Mcgorry, P. (2007). Mental Health Of
(Ncs-A). Journal Of The American Young People: A Global Public-
Academy Of Child & Adolescent Health Challenge. Lancet(369),
Psychiatry, 49(10), 980-989. 1302–1313.
Mukarromah, D., & Listyani, R. H. (2013). Saputri, M. A. W., & Indrawati, E. S.
Persatuan Waria Kota Surabaya (2011). Hubungan Antara Dukungan
Dalam Bingkai" Konstruksi" Hiv- Sosial dengan Depresi pada Lanjut
Aids. Jurnal Online Universitas Usia Yang Tinggal Di Panti Wreda
Negeri Surabaya, 1, 46-52. Wening Wardoyo Jawa Tengah.
Nastasi, B. K., Moore, R. B., & Varjas, K. Jurnal Psikologi, 9(1).
M. (2004). School-Based Mental Soemanto, R. (2014). Sosiologi Keluarga.
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.2, No.2, Agustus 2018
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Ifdil

Sommer, M., Ness, O., & Borg, M. (2018).


Helpful Support To Promote
Participation In School And Work:
Subjective Experiences Of People
With Mental Health Problems---A
Literature Review. Social Work In
Mental Health, 16(3), 346-366.
Doi:10.1080/15332985.2017.1395778
Suneki, S. (2012). Dampak Globalisasi
Terhadap Eksistensi Budaya Daerah.
Civis, 2(1/Januari).
Syaiful, B. D. (2004). Pola Komunikasi
Orang Tua & Anak Dalam Keluarga.
Jakarta: Rineka Cipta.
Taufik, T., & Ifdil, I. (2013). Kondisi Stres
Akademik Siswa Sma Negeri Di Kota
Padang. Jurnal Konseling dan
Pendidikan, 1(2), 143-150.
Urbayatun, S. (2012). Dukungan Social dan
Kecenderungan Depresi Post Partum
Pada Ibu Primipara di Daerah Gempa
Bantul. Humanitas (Jurnal Psikologi
Indonesia), 7(2), 114-122.
Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami
Fenomena Sosial Di Masyarakat: Pt
Grafindo Media Pratama.
Wardhani, Y. F., & Lestari, W. (2007).
Gangguan Stres Pasca Trauma Pada
Korban Pelecehan Seksual Dan
Perkosaan. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Sistim Dan Kebijakan
Kesehatan: Surabaya.
Willis, S. S. (2013). Konseling Keluarga
(Family Counseling): Suatu Upaya
Membantu Anggota Keluarga
Memecahkan Masalah Komunikasi
Di Dalam Sistem Keluarga. Alfabeta:
Bandung.
Yusuf, S. (2004). Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 197, 14.

Вам также может понравиться