Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tingkat DIETETIK rumah tangga dengan status gizi balita di daerah rawan pangan Kabupaten Indramayu 85
INDONESIA
pangan
Vol. 2, No. 2, Mei 2014: 85-92
ABSTRACT
Background: Nutrition is the main pillar of health and welfare of human’s life cycle. The building of
quality human resources that are healthy, smart and productive depends on numerous factors; one
most essential is the fulfillment of nutritious food. Food security is a problem that has become topic of
discussion because it is related to human right and development of human resources.
Objectives: To analyze association between level of food security in the household and nutritional
status of underfives.
Methods: The study used analytical observational approach with cross-sectional design. Population
of the study were households at high risk food scarcity area of Indramayu District that had underfives.
Subject of the study that became part of the population were underfives of 24-60 months old. Samples
were taken randomly, comprising 160 underfives. Data analysis was made in stages using statistical test
to prove the hypothesis. The test used univariate with frequency distribution, bivariate with chi-square
and Mantel-Haenzel and multivariate with logistic correlation regression.
Results: There was significant association between food security of the household and nutrition status
of underfives OR=9.5 (CI 95%) and p<0.0001.
Conclusions: There was significant association between level of food security of the household and
nutritional status of underfives.
ABSTRAK
Latar belakang: Gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan.
Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat,
cerdas, dan produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat esensial adalah
terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi. Ketahanan pangan merupakan salah satu permasalahan
yang menjadi agenda pembicaraan karena berkaitan dengan hak azasi manusia, pembangunan sumber
daya manusia.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara tingkat ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi
anak balita.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian observasional dan rancangan
penelitian cross sectional (potong-lintang). Populasi penelitian adalah rumah tangga di daerah rawan
pangan Kabupaten Indramayu yang memiliki balita. Subjek penelitian yang merupakan bagian dari
populasi adalah anak balita usia 24-60 bulan. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
menggunakan simple random sampling. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 160 anak
balita. Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu analisis data dilakukan dengan uji statistik untuk
1
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Indramayu
2
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta
3
Politeknik Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Propinsi DIY
86 Slamet Rohaedi, Madarina Julia, I Made Alit Gunawan
membuktikan hipotesis penelitian. Teknik uji statistik yang digunakan adalah univariat dengan distribusi
frekuensi, bivariat dengan kai-kuadrat, stratifikasi-Mantel-Haenszel, sedangkan multivariat dengan
regresi korelasi logistik.
Hasil: Ketahanan pangan tingkat rumah tangga dengan status gizi anak balita memiliki hubungan yang
bermakna dengan OR=9,5 (CI 95%) dan p<0,0001.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ketahanan pangan rumah tangga
dengan status gizi balita
KATA KUNCI: ketahanan pangan rumah tangga, status gizi, anak balita
Gizi adalah pilar utama dari kesehatan Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. jenis penelitian observasional dan rancangan
Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, penelitian cross sectional (potong-lintang). Penelitian
yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan ini menggunakan suatu pendekatan yaitu analisis
produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu kuantitatif.
faktor yang sangat esensial adalah terpenuhinya Populasi penelitian adalah rumah tangga di
kebutuhan pangan yang bergizi, ketahanan pangan daerah desa pantai dan desa agraria di Kabupaten
merupakan salah satu permasalahan yang menjadi Indramayu yang memiliki anak usia 24-60 bulan.
agenda pembicaraan karena berkaitan dengan Penelitian dilakukan di 6 kecamatan dalam lingkup
hak azasi manusia, pembangunan sumber daya wilayah puskesmas dengan angka kejadian kurang
manusia (1). Ketahanan pangan dalam rumah gizi pada anak balita yang cukup tinggi. Pemilihan
tangga didefinisikan sebagai terpenuhinya asupan sampel dengan metode acak sederhana (simple
nutrisi yang adekuat, ketersediaan makanan, serta random sampling) dilakukan untuk memilih sampel
kemampuan keluarga untuk memenuhi pangan dari kerangka sampling. Total ukuran sampel pada
secara sosial (2). studi ini adalah 153-162 rumah tangga yang memiliki
Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten anak balita.
Indramayu adalah 169.720 dan sebagian besar Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian
bekerja sebagai buruh tani sebanyak 252.012 ini dapat digolongkan menjadi dua, yaitu data primer
yang tersebar di 25 kecamatan. Buruh nelayan dan data sekunder. Data primer akan dikumpulkan
sebanyak 97.076 tersebar di 6 kecamatan di melalui wawancara menggunakan kuesioner
wilayah Kabupaten Indramayu (3). Berdasarkan dan pengamatan personal terhadap responden
hasil pemantauan status gizi tahun 2009 oleh sedangkan data sekunder akan dikumpulkan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu dilaporkan kantor dinas pemerintah kabupaten dan desa. Data
bahwa anak balita yang mengalami kurang gizi dianalisis dan disajikan secara deskriptif.
anak secara keseluruhan mencapai 14.625 dari
132.167 anak balita, sehingga prevalensi kurang HASIL
gizi di Kabupaten Indramayu tahun 2009 adalah
11,17%. Sementara itu, ada 6 wilayah kerja Distribusi frekuensi ketahanan pangan tingkat
puskesmas ditemukan kasus kurang gizi yang rumah tangga disajikan dalam Tabel 1 berdasarkan
cukup tinggi pada anak balita yaitu di Puskesmas karakteristik subjek penelitian menurut variabel
Plumbon (prevalensi kurang gizi 16,9%), Jatibarang status ekonomi, pendidikan ibu, sanitasi dan tempat
(prevalensi kurang gizi 15,12%), Terisi (prevalensi tinggal.
kurang gizi 12%), Losarang (prevalensi kurang gizi Data skor ketahanan pangan tingkat rumah
14,51%), Cidempet (prevalensi kurang gizi 16,61%), tangga serta status gizi diuji normalitasnya dengan
Juntinyuat (prevalensi kurang gizi 18,28%) (4). Kolmogorov Smirnov. Hasil uji dari kedua variabel
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita di daerah rawan pangan Kabupaten Indramayu 87
Tabel 1. Distribusi frekuensi status gizi balita, Pada Tabel 3 menunjukkan keluarga yang
ketahanan pangan tingkat rumah tangga dan rawan pangan dengan status ekonomi tinggi
karakteristik subjek penelitian
memiliki 10 balita dengan status gizi baik. Keluarga
Variabel n % yang rawan pangan dengan ekonomi rendah
Status gizi memiliki 102 balita gizi kurang. Hal ini menunjukkan
Baik (≥-2 SD) 43 26,88
Kurang (<-2 SD) 117 73,12 bahwa rumah tangga yang memiliki status ekonomi
Ketahanan pangan rendah dengan keadaan rawan pangan menentukan
Tahan pangan < 70% 28 17,50 terjadinya status gizi kurang pada balita. Meskipun
Rawan pangan > 70% 132 82,50 demikian, dalam penelitian ini ditemukan keluarga
Pendidikan ibu
dengan kondisi rawan pangan tetapi memiliki balita
Rendah 126 78,75
Tinggi 34 21,25 dengan status gizi baik disebabkan keluarga memiliki
Tempat tinggal status ekonomi tinggi. Dengan demikian dapat
Desa pantai 68 42,50 diketahui bahwa status ekonomi mempengaruhi
Desa agraria 92 57,50
ketahanan pangan dan status gizi balita. Status
Status ekonomi
Tinggi 22 13,80 ekonomi dinyatakan sebagai effect modifier bagi
Rendah 138 86,20 hubungan antara ketahanan pangan dengan
Sanitasi status gizi balita. Selanjutnya, dari hasil uji Mantel-
Baik 12 7,50
Haenszel didapatkan perbedaan COR (crude odds
Kurang 148 92,50
ratio) dan ORMH (odds ratio Mantel-Haenszel)
sebesar 39%, sehingga status ekonomi merupakan
tersebut tidak normal (p <0,001). Hubungan antara variabel perancu bagi hubungan antara ketahanan
ketahanan pangan dengan status gizi dapat dilihat pangan dengan status gizi balita.
pada Tabel 2. H a s i l u j i s t r a t i f i k a s i p a d a Ta b e l 3
Analisis stratifikasi dan uji Mantel-Haenszel memperlihatkan OR (odds ratio) pada pendidikan
dilakukan untuk melihat pengaruh variabel luar ibu yang rendah berbeda dengan OR pendidikan
yaitu tempat tinggal, sanitasi, pendidikan ibu, dan ibu yang tinggi. Pada Tabel 3, pendidikan ibu
status ekonomi yang dianggap variabel pengganggu yang rendah dengan kondisi rumah tangga rawan
terhadap variabel ketahanan pangan dan status pangan didapatkan sebanyak 93 balita dengan
gizi balita. status gizi kurang, namun dalam penelitian ini
Tabel 2. Hubungan antara status gizi dengan ketahanan pangan, dan variabel luar
Status gizi
OR
Variabel Baik Kurang Total p
(95% CI)
n (%) n (%)
Ketahanan pangan
Tahan pangan < 70% 19 (67,9%) 9 (32,1%) 28(100%) 9,5 0,0001
Rawan pangan > 70% 24(18,2%) 108(81,8%) 132(100%) (3,83-23,56)
Pendidikan ibu
Rendah 28 (22,2%) 97(77,8%) 126(100%) 0,36 0,0001
Tinggi 15 (44,1%) 19(55,9%) 34(100%) (0,16- 0,80)
Tempat tinggal
Desa pantai 21 (30,9%) 47 (69,1%) 68(100%) 1,42 0,33
Desa agraria 22 (53,5%) 70 (46,5%) 92(100%) (0,70-2,87)
Status ekonomi
Tinggi 14 (63,6%) 8 (36,4%) 22(100%) 6,58 0,0001
Rendah 29 (21%%) 109 (79%) 138(100%) (2,52-17,19)
Sanitasi
Baik 9 (75%) 3 (25%) 12(100%) 10,05 0,0001
Kurang 34 (23%) 114 (77%) 148(100%) (2,58-39,20)
88 Slamet Rohaedi, Madarina Julia, I Made Alit Gunawan
Tabel 3. Stratifikasi variabel luar dengan ketahanan pangan rumah tangga terhadap status gizi
ditemukan keluarga dengan kondisi rawan pangan Hasil uji stratifikasi pada Tabel 3 memperlihatkan
tetapi memiliki balita dengan status gizi baik ada OR pada desa pantai berbeda dengan OR desa
14 disebabkan keluarga (ibu) memiliki pendidikan agraria. Pada desa agraria dengan kondisi rumah
tinggi, sehingga dapat diketahui bahwa pendidikan tangga rawan pangan didapatkan sebanyak 70
ibu mempengaruhi ketahanan pangan dan status balita dengan status gizi kurang, sedangkan pada
gizi balita. Pendidikan ibu sebagai effect modifier desa pantai didapatkan sebanyak 47 balita dengan
bagi hubungan antara ketahanan pangan dengan status gizi kurang. Dengan demikian dapat diketahui
status gizi balita. Selanjutnya, dari hasil uji Mantel- bahwa tempat tinggal mempengaruhi hubungan
Haenszel didapatkan perbedaan COR dengan ketahanan pangan dan status gizi balita dan tempat
ORMH sebesar 29% sehingga pendidikan ibu tinggal disini sebagai effect modifier bagi hubungan
merupakan variabel perancu bagi hubungan antara antara ketahanan pangan dengan status gizi
ketahanan pangan dengan status gizi balita. balita. Selanjutnya, dari hasil uji Mantel-Haenszel
H a s i l u j i s t r a t i f i k a s i p a d a Ta b e l 3 didapatkan perbedaan COR dan ORMH sebesar
memperlihatkan OR antara sanitasi baik dengan 31% sehingga tempat tinggal merupakan variabel
OR sanitasi kurang berbeda. Rumah tangga dengan perancu bagi hubungan antara ketahanan pangan
sanitasi kurang dan kondisi rumah tangga rawan dengan status gizi balita.
pangan didapatkan sebanyak 114 balita dengan Melihat hasil analisis Tabel 3, dapat dilihat
status gizi kurang, sehingga dapat diketahui kondisi bahwa variabel status ekonomi, pendidikan,
sanitasi mempengaruhi ketahanan pangan dan dan tempat tinggal memiliki kecenderungan
status gizi balita. Sanitasi sebagai effect modifier sebagai variabel pengganggu karena nilai koefisien
bagi hubungan antara ketahanan pangan dengan pengganggu >10%, sedangkan variabel sanitasi
status gizi balita. Selanjutnya dari hasil uji Mantel- tidak sebagai pengganggu terhadap variabel status
Haenszel didapatkan perbedaan COR ORMH gizi karena nilai koefisien pengganggu <10%.
sebesar 8%, sehingga sanitasi bukan merupakan Analisis multivariat ditujukan untuk
variabel perancu bagi hubungan antara ketahanan menganalisis hubungan antara variabel bebas
pangan dengan status gizi balita. dan variabel pengganggu terhadap variabel
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga dengan status gizi balita di daerah rawan pangan Kabupaten Indramayu 89
terikat, setelah sebelumnya mengontrol variabel distribusi makanan dalam rumah tangga sudah baik
yang mempunyai keterkaitan yang signifikan dan kemungkinan juga keluarga dapat mengganti
pada analisis bivariat (Tabel 2) dan memiliki kebiasaan makan seperti nasi dengan singkong,
kecenderungan sebagai variabel pengganggu ubi jalar, atau talas dan itu bisa didapatkan dari
(Tabel 3). Variabel tersebut di antaranya adalah hasil berkebun. Akan tetapi, jika mereka tidak
ketahanan pangan, status ekonomi, dan pendidikan memiliki lahan kebun mereka bisa membeli di pasar.
ibu. Untuk mengujinya adalah dengan melakukan Namun demikian, tidak semua kebutuhan pangan
uji analisis regression correlation logistic dengan itu terpenuhi dengan membeli karena sebagian
tingkat kemaknaan p<0,05. besar keluarga di lokasi penelitian ini dengan status
ekonomi rendah (86,2%).
Tabel 4. Hasil analisis regresi logistik antara Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
ketahanan pangan, status ekonomi, dan pendidikan
ibu terhadap status gizi
penelitian di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan
Selatan yang menyatakan bahwa ketahanan
OR pangan keluarga berdasarkan tingkat konsumsi
Variabel p
(95% CI)
energi dan protein tidak berhubungan dengan status
Ketahanan pangan 0,09 (0,03-0,24) 0,0001
Status ekonomi 0,20 (0,06-0,65) 0,0070 gizi balita (5).
Pendidikan ibu 2,17 (0,78-6,05) 0,1370 Ketidaktahanan pangan dalam keluarga juga
dapat mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi fisik
Pada Tabel 4 terlihat bahwa variabel ketahanan dan psikososial, serta rendahnya prestasi akademik
pangan dan status ekonomi memiliki hubungan (6). Terdapat dua faktor yang terkait langsung
signifikan dengan status gizi balita (p < 0,05). dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau
kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari
BAHASAN makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang
saling mempengaruhi tersebut terkait dengan
Hubungan antara ketahanan pangan tingkat berbagai faktor penyebab tidak langsung yaitu
rumah tangga dengan status gizi anak balita ketahanan dan keamanan pangan.
Hubungan antara ketahanan pangan tingkat
rumah tangga dengan status gizi anak balita dengan Pengaruh variabel luar terhadap status gizi
mengacu pada Tabel 2 dari hasil uji kai-kuadrat Tempat tinggal
dengan OR = 9,5 (95% CI) dan p<0,0001 dimaknai
Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
bahwa ketahanan pangan mempengaruhi status gizi
tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang
pada anak balita. Dalam penelitian ini, dikemukakan
bermakna dengan status gizi. Namun demikian, uji
adanya data aktual yaitu pada Tabel 2 terdapat
stratifikasi dan uji Mantel-Haenszel menunjukkan
keluarga yang rawan pangan dengan balita status gizi
tempat tinggal mempengaruhi hubungan ketahanan
kurang sebanyak 81,8%. Hal ini diduga penyebabnya
pangan dan status gizi balita sebagai effect
adalah pola makan dan asupan makan anak yang
modifier bagi hubungan antara ketahanan pangan
kurang baik terkait dengan kebiasaan keluarga yang
dengan status gizi balita, sedangkan tempat tinggal
memberi makan anaknya hanya dengan nasi/bubur
merupakan variabel perancu bagi hubungan antara
dengan kuah sayur atau kadang dengan garam saja.
ketahanan pangan dengan status gizi balita. Hal
Kadang jika ada ada daging/ikan diberikan pada anak
ini sama dengan penelitian sebelumnya di Afrika
balita (jika ada persediaan) dari hasil memancing di
yang mendapatkan gangguan nutrisi pada anak
sungai atau berburu ikan di laut.
balita berhubungan erat dengan karakteristik orang
Keluarga dengan rawan pangan pada lokasi
tua (ibu) yaitu dengan melihat jumlah anak yang
penelitian ini dalam memenuhi pangan rumah
dilahirkan, pendidikan ibu, akses tempat tinggal
tangga memiliki status gizi balita baik sebesar
terhadap ketersediaan pangan, distribusi pangan,
18,2%. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
serta dengan pelayanan kesehatan (7).
90 Slamet Rohaedi, Madarina Julia, I Made Alit Gunawan
masih ada keluarga yang tidak memperhatikan kontribusi atau pengaruh terhadap peningkatan
higiene makanan dan minuman, seperti minum air status gizi balita sebesar 0,20 kali atau 20%.
yang tidak dimasak, tidak menyimpan makanan dan Setelah krisis pangan mulai reda pada tahun
minuman di tempat tertutup seperti lemari makan. 1980-an, terjadi perubahan konsep ketahanan
Bila makanan atau minuman tersebut tidak disimpan pangan dari unit nasional ke unit yang lebih kecil
atau ditutup, kemungkinan akan tercemar oleh yakni ketahanan pangan daerah dan tingkat rumah
udara kotor atau terkontaminasi kuman berbahaya tangga. Dalam penelitian sebelumnya diketahui
(patogen) yang dibawa oleh misalnya media lalat. bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tidak
Oleh karena itu, menurut hasil penelitian untuk tahan pangan memiliki status kesehatan yang
mendapat manfaat yang optimal dari makanan perlu lebih rendah (AOR=1,90, 95% CI:1,66-2,18) (15).
dijaga sanitasi dan higienisnya (12). Makanan yang Penelitian yang dilakukan di Pulau Jawa (Provinsi
sehat harus dijaga agar tetap sehat supaya tidak Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur)
terkontaminasi oleh zat-zat yang merugikan. diketahui bahwa kondisi kesehatan dan gizi banyak
Upaya promosi kesehatan anak baiknya dipengaruhi oleh pola makan atau keragaman gizi
ditekankan pada peningkatan kesehatan lingkungan, individu. Setelah krisis ekonomi, diketahui sekitar
sebab secara tidak langsung lingkungan dapat 94,2% rumah tangga di provinsi-provinsi di Pulau
menjadi penyebab terjangkitnya penyakit pada Jawa mengalami kecenderungan tidak tahan
anak-anak (13). Kegiatan sanitasi lingkungan dalam pangan (10).
pengendalian vector merupakan salah satu upaya
kesehatan yang diselenggarakan untuk mewujudkan KESIMPULAN DAN SARAN
kualitas lingkungan yang sehat. Upaya pengendalian
vector tersebut dilaksanakan secara terintegrasi Ketahanan pangan tingkat rumah tangga
dengan berbagai upaya pokok dalam pelaksanaan sebagian besar rawan pangan. Status gizi balita
penyehatan dan pengamanan substansi lingkungan. sebagian besar kurang. Terdapat hubungan yang
Hal ini sesuai juga dengan penelitian sebelumnya signifikan antara tingkat ketahanan pangan rumah
yang menyatakan bahwa masalah gizi tidak hanya tangga dengan status gizi balita.
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan Mengacu pada hasil penelitian, maka
makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit dapat dipertimbangkan adanya faktor lain yang
infeksi dan kesehatan lingkungan (14). mempengaruhi hubungan antara ketahanan
dengan status gizi pada anak balita yaitu status
Hasil uji regresi antara status gizi dengan ekonomi. Diharapkan penelitian ini bermanfaat
variabel bebas dan variabel pengganggu bagi Pemerintah Kabupaten Indramayu yaitu dalam
Berdasar hasil uji statistik pada analisis usaha untuk meningkatkan ketahanan pangan
bivariat, didapatkan tiga variabel yang diduga rumah tangga, status ekonomi, dan status gizi. Hal
sebagai faktor-faktor yang berkaitan terhadap ini dapat dilakukan melalui upaya perbaikan keadaan
status gizi balita yakni: ketahanan pangan, status ekonomi masyarakat seperti kebijakan program
ekonomi, dan pendidikan ibu. Setelah dilakukan memberdayakan masyarakat untuk mandiri dengan
uji regresi korelasi logistik, diketahui di antara pemberian bantuan modal usaha dan ketrampilan
ketiga variabel tersebut, ketahanan pangan tingkat wirausaha pada rumah tangga yang kurang
rumah tangga dan status ekonomi yang memiliki mampu pada wilayah penelitian. Program tersebut
hubungan yang bermakna dengan status gizi balita diharapkan dapat meningkatkan taraf perekonomian
(Tabel 4) dengan nilai OR=0,09 untuk ketahanan rumah tangga. Dengan meningkatnya taraf ekonomi
pangan dan OR=0,204 untuk status ekonomi. rumah tangga, diharapkan berbanding lurus dengan
Hal ini dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dan
dapat mempengaruhi peningkatan status gizi balita status gizi keluarga terutama status gizi balita.
sebesar 0,09 kali atau 9%. Status ekonomi memiliki Selanjutnya, bagi Dinas kesehatan Kabupaten
92 Slamet Rohaedi, Madarina Julia, I Made Alit Gunawan