Вы находитесь на странице: 1из 17

KONSEP PENDIDIKAN

SEUMUR HIDUP
DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
Saifuddin Zuhri dan Mudhoffar
(STAI Al-Qolam Gondanglegi Malang)

Education is a human universality as well as a most strategic factor in his life. In


the framework of philosophy, man is a material object, while the formal object is all
efforts striven for the development of all the potency, all of which were directed at
achieving a particular goal. Human existence should be clearly drafted to obtain the
ideal formulation of education.
Human existence has been equipped with a variety of useful basic potency by God as
a tool to reveal the explicit reality that surrounds them in order to get to the truth. As
the only creature that has the ability of orientation in three dimensions of time (past,
present, and future) make human being special among other beings. To maintain
the credibility of the self, man must keep learning. Given by nature not as a mere
creature in “being” but rather a creature of “becoming”, he requires a learning process
continually, continuously as well sustainably throughout his life, ranging from cradle
to grave. This then produced the paradigm of life-long education.
Islam, so many centuries ago before the passing of Western concept, has had a
Pusaka

theory about lifelong education. Even Islamic education is not only oriented towards
the anthropological dimension, but rather includes two poles at once; namely the
theocentric and anthropocentric.
This study basically aims to explore the concept of lifelong education philosophically,
Juli - Desember 2014

including: (1) What is the nature of lifelong education education?; (2) How is
57 Jurnal

the development of lifelong education?; (3) How is the implementation of lifelong


education? To answer these questions, this library research uses hemeneutika to
interpret facts, data, and phenomenons. The collection of data is obtained from
primary sources and secondary ones with deductive and inductive approaches.
This study also uses reflective contextual logic, namely a system of reasoning with
governance between the empirical and the abstract.
Keywords: lifelong education, learning process, human potency
A. Konsep Pendidikan dalam Islam ki konsep tersendiri.
Dalam dunia pendidikan pada Islam telah mempunyai bangunan
umumnya manusia disebut juga den- teori yang fixed untuk menjelaskan
gan homo educandum yakni makhluk tentang manusia dan pendidikan,
yang memiliki kemampuan mendidik berikut hal-hal yang berpengaruh terh-
dan dididik (melakukan kegiatan pen- adapnya. Makna potensi (fitrah) secara
didikan). Bila merujuk esensi kejadi- umum banyak terdapat dalam berbagai
annya, manusia adalah makhluk yang ayat Al-Qur’an maupun hadits yang
hakekat hidupnya dipengaruhi oleh menunjuk pada hakekat manusia, di-
‘pembawaan dan lingkungan’. Adapun antaranya dalam QS. Ar Ruum (30): 30
suatu proses yang menunjuk pada “Hadapkanlah wajahmu dengan
interaksi keduanya dan bertujuan lurus kepada agama Allah, tetaplah
untuk optimalisasi dua faktor terse- pada fitrah Allah, tidak ada peruba-
but dinamakan dengan aktifitas (ke- han bagi fitrah-Nya; itulah agama
giatan) pendidikan. Di antara kedua yang lurus, tetapi kebanyakan manu-
faktor tersebut, yang paling dominan sia tidak mengetahui”.
mempengaruhi dinamika manusia
hingga saat ini masih menjadi bahan Demikian pula ditegaskan dalam
kajian dari berbagai sudut pandang. sabda Rasulullah:
Secara umum, dalam teori Empirisme
dikatakan bahwa pada dasarnya ‫ما من مولود الا يودل عىل الفطرة فابواه هيودانه‬
perkembangan manusia semata­-mata
ditentukan oleh faktor potensi; seh-
‫اوينرصانه او ميجسانه‬
ingga semua yang ada di luar itu tidak “Setiap anak dilahirkan dalam
berpengaruh. Ini artinya, pendidikan keadaan fitrah, sungguh kedua
merupakan sebuah usaha yang sia-sia orang tuanya-lah yang menjadikan
saja bahkan dapat menjadi perusak po- ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR.
tensi manusia. Sedangkan dalam teori Bukhari dan Muslim)”.
Nativisme, bahwa setiap manusia yang
lahir pada dasarnya tidak membawa Kata kunci untuk menjelaskan
potensi apapun. Adalah pendidikan, maksud ayat dan hadits di atas adalah
yang dalam pengertian luas dapat be- fitrah, yang makna letterlijk-nya berar-
ti suci. Data ini dalam berbagai inter-
JurnalJuliPusaka

rarti lingkungan tempat bersosialisasi,


yang menentukan dinamika manusia. pretasi mengandung pengertian yang
beragam, disamping makna suci. Ada
Adapun komparasi dari keduan- yang mengatakan bahwa fitrah adalah
ya dikenal dengan teori Konvergensi, dīn al-Islām, tauhid, potensi, murni/
menurut teori ini peranan potensi dan ikhlas, kondisi penciptaan manusia
- Desember 2014

lingkungan dalam perkembangan ma- yang lebih cenderung menerima ke-


nusia sangat berimbang, sama-sama benaran, tabiat, gharizah/instink, dan
menjadi penentu. Teori Konvergensi sebagainya.
inilah yang kurang lebih memiliki
kemiripan dengan teori pendidikan Makna fitrah yang dimaksud-
dalam Islam walaupun pada dasarnya kan di sini adalah fitrah yang berarti
potensi atau makna yang sebangun,
58

tetaplah berbeda karena Islam memili-


sedangkan potensi sendiri dapat ber-
makna pembawaan. Dengan demiki- “Dan Allah mengeluarkan kamu
an, fitrah yang dimaksud berarti pula dari perut-perut ibumu (ketika) itu
pembawaan. kamu tidak mengetahui sesuatu,
Hadits di atas juga berarti bah- lalu Allah menjadikan kamu dapat
wa potensi yang diberikan oleh Allah rnendengar, melihat, berfikir, semoga
kepada manusia bermacam-macam, kamu mau bersyukur.”
termasuk di dalamnya akal, ilmu, cin- Ayat ini bermakna bahwa sejak
ta, kasih sayang, pendidikan, dan se- awal kejadian manusia, sesungguh-
bagainya, yang kesemuanya tergambar nya Allah membekalinya dengan
dalam sifat-sifat Allah yang 99 (asmā perangkat yang berupa pendengaran,
al husnā)1. Adapun pengembangan penglihatan dan hati. Indera secara
potensi sangatlah tergantung pada fisik merupakan pokok bagi per-
lingkungan, tempat di mana seseorang tumbuhan pengetahuan manusia yang
mengaktualisasikan dirinya. Ling- ketika dilahirkan belum mengetahui
kungan, secara sempit lebih identik sesuatu. Kemampuan empiris akan
dan menunjuk pada faktor orang tua diperoleh manusia melalui peman-
(ibu-bapak), sedangkan dalam pen- faatan indera-indera yang dimilikinya
gertian luas adalah segala sesuatu yang itu. Dengan penfungsian indera terse-
berada diluar diri manusia. Interaksi but manusia diingatkan Allah untuk
antara potensi dan lingkungan inilah bersyukur (dapat diterjemahkan dalam
yang kemudian berpengaruh terhadap pengertian mengelola, memelihara dan
optimalisasi pribadi. Dengan kata lain memanfaatkan ilmu yang diperoleh
bahwa esensi insan dengan seluruh melalui pengalamannya itu). Dalam
perwatakan dan ciri pertumbuhannya konteks historis, Allah mengis-
merupakan hasil pencapaian 2 faktor, yaratkan pula bahwa proses/kegiatan
yakni potensi (warisan/hereditas) den- pendidikan telah dimulai semenjak
gan lingkungan.2 Di sini peran pen- manusia pertama diciptakan (Adam).
didikan sangat diperlukan untuk mem- Sebagaimana dalam QS. AI-Baqarah
bantu manusia dalam menemukan (2):31.
kesulitan-kesulitan yang membatasi “Dan dia mengajarkan ke-
perkembangan potensinya dan meng- pada Adam nama-nama (ben-
hilangkan hambatan untuk mencapai da-benda) seluruhnya, kanudian
Pusaka

kemajuan dirinya. mengemukakannya kepada para


Hal tersebut secara implisit mer- malatkat lalu berfirman: “Sebutkan-
upakan pangkal tolak diskursus pen- lah kepada-Ku nama benda-benda
didikan. Ayat Al-Qur’an banyak mem- itu jika kami rnemang orang­-orang
Juli - Desember 2014

berikan sinyalemen bahwa eksistensi yang benar”. Mereka rnenjawab:


“Maha suci engkau, tidak ada yang
59 Jurnal

manusia pada dasarnya merupakan


makhluk pendidikan (educable). Di kami ketahui selaian dari apa yang
antaranya dalam QS. Al-Nahl (16):78 engkau ajarkan kepada kami. Ses-
ungguhnya Engkaulah yang Maha
1 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Mengetahui Maha bijaksana”
dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pt.Husna Zikra, 1995),
Hal. 189
2 Omar Muhammad Toumy Al-Syaibany, Falsa-
Ayat di atas secara naratif meru-
fah Pendidikan Islam, Terj Hasan Langgulung, (Bandung:
Cv. Bulang Bintang, 1979), Hal. 136
pakan pernyataan Allah bahwa pada
... pendidikan pada dasarnya menyangkut seluruh pengalaman
hidup. Dengan demikian pendidikan adalah kehidupan dan
kehidupan adalah pendidikan.
awal penciptaan Adam Allah mem- lebih diarahkan pada dimensi religius)
berikan pengajaran kepadanya tentang dapat didefinisikan sebagai berikut:
nama-nama benda. Adam secara inter- “Pendidikan adalah usaha pengem-
pretatif merupakan simbol manusia, bangan pribadi dalam semua aspeknya
sedangkan nama-nama benda berarti baik yang dilakukan diri sendiri, ling-
unsur-unsur pengetahuan baik yang kungan maupun orang lain yang men-
duniawi maupun ukhrawi. Ketika cakup aspek jasmani, akal dan hati”.5
Allah bertanya kepada malaikat men- Sedangkan Ahmad D. Marimba
genai nama-nama benda itu mereka menyatakan bahwa pendidikan adalah
mengakui atas ketidaktahuannya dan bimbingan dan pimpinan secara sadar
mengatakan bahwa mereka hanya tahu oleh pendidik terhadap perkembangan
sebatas pengetahuan yang diberikan jasmani dan rohani anak didik menuju
(diajarkan) oleh Allah kepada mere- terbentuknya kepribadian yang utama.
ka. Kemudian, Allah memerintah- Adapun Lodge (dalam Ahmad Tafsir:
kan memberi hormat kepada Adam 1994), menyatakan bahwa pendidikan
(kecuali Iblis yang membangkang, pada dasarnya menyangkut seluruh
karenanya ia mendapatkan kutukan pengalaman hidup. Dengan demikian
dari Allah Swt). memberi hormat, pendidikan adalah kehidupan dan ke-
merupakan simbol pengakuan atas hidupan adalah pendidikan. Definisi
keunggulan (ilmu).3 Dalam penafsir- Lodge ini sangat luas dan tidak rnemi-
an yang lain ayat di atas menunjuk sahkan sama sekali tentang siapa yang
pada interaksi antara Allah (pendidik) wajib dididik dan mendidik, karena
dan Adam (terdidik) dalam aktifitas menurutnya dapat saja orang tua di-
pendidikan dan mengindikasikan pula didik oleh anaknya, tuan dapat dididik
adanya unsur pendidik, terdidik, ma- oleh anjingnya, demikian seterusnya.6
teri, metode, tujuan dan mileu (ling- Definisi-definisi di atas pada esensinya
kungan). memiliki maksud yang (hampir) sama
Suatu diskursus pendidikan tidak yakni bahwa dalam suatu kegiatan
JurnalJuliPusaka

terlepas dan tuntutan definitif tentang pendidikan mengandung beberapa


apa yang dimaksud pendidikan itu unsur, di antaranya adalah (I) terdap-
sendiri. Secara umum, pendidikan at usaha atau kegiatan yang bersifat
diartikan sebagai usaha sadar yang membimbing dan dilakukan secara sa-
dilakukan oleh orang dewasa terhadap dar; (2) ada pendidik/pembimbing; (3)
orang belum dewasa untuk mencapai ada yang dididik; (4) memiliki dasar
- Desember 2014

kedewasaan. Kedewasaan yang dimak- dan tujuan.7


sud ini dapat mencakup fungsi-fungsi
individualitas, sosialitas, dan morali- Secara luas, pendidikan sebenarn-
tas.4 secara spesifik pendidikan (yang ya lebih bersifat literal-universal yang
Hal.22
3 C. A. Nadir, Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan 5 Ahmad Tafsir, llmu Pendidikan dalam Perspek-
Dalam Islam, pent. Hasan Basari, (Jakarta: Yayasan Obor tif Islam, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 32
60

Indonesia, 1989), Hal. 6 6 Ibid, Hal. 25


4 Tim Dosen IAIN Walisongo, Reformasi Filsafat 7 Zuhairini dkk., Metodologi Pendidikan Agama,
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), (Solo: Ramadhani Press, 1993), hal. 9
menurut prosesnya tidak terikat oleh di era 1970-an digulirkan program
usia, tidak juga dibatasi oleh tempat learning to be (belajar untuk hidup)
dan waktu. Mengenai kapan dimulai kendati justru di dalamnya mengesan-
dan diakhirinya proses pendidikan, kan bahwa pendidikan terlalu formal.
para filosof berbeda pandangan; ada Mengingat pelaksanaan program ini
yang mengatakan bahwa pendidi- dianggap kurang sukses maka pada
kan dimulai sejak lahir dan diakhiri 1980 dilakukan revisi dengan jargon
sampai mati; Pendidikan dimulai baru yakni: No limit to study (belajar
sebelum menikah sampai mati; pen- tanpa batas)10 yang secara aplikatif
didikan dimulai sejak anak mengenal sebenarnya lebih menekankan pada
kewibawaan sampai mati. Semua pern- Pendidikan Orang Dewasa (education
yataan definisi ini sebenarnya sama-sa- for adults) dan bersifat permanen serta
ma menunjuk pada aktifitas (pendidi- berulang. Adapun konsep pendidikan
kan) yang dilakukan sepanjang hayat seumur hidup yang dimaksudkan da-
manusia, baik semua usaha itu dilaku- lam Islam menekankan pada proses
kan ketika manusia masih berada da- berkesinambungan (prinsip kontinui-
lam kandungan maupun ketika sudah tas) dan holistik dalam pengembangan
lahir dan akan berakhir ketika ajal pribadi seseorang yang tujuan akhirn-
telah menjemput. Kesimpulan semen- ya tidak lain untuk kebahagiaan dunia
tara ini sebagaimana terdapat dalam – akhirat, dilakukan sejak dari buaian
hadits Nabi yang artinya: “Tuntutlah hingga liang lahat.
oleh kamu sekalian ilmu pengetahuan Istilah pendidikan yang dimak-
sejak dari buaian hingga liang lahat”. sud di sini (dalam hubungannya den-
Pendidikan, sebagai bagian gan pendidikan seumur hidup) pada
dari kehidupan manusia merupakan dasarnya lebih cenderung kepada
sebuah proses yang berjalan secara makna belajar, bertumpu pada keak-
otomatis dan natural - selain tidak tifan seseorang (belajar aktif) serta
terikat oleh usia dan waktu, ia tidak dilakukan dengan cara-­cara berbeda
juga dibatasi oleh sistematika lem- melalui proses yang tidak sama.
baga pendidikan tertentu. Hal inilah Penelitian ini akan menggali
yang dalam dunia pendidikan dikenal konsep pendidikan seumur hidup
dengan istilah “Life Long Education” secara filosofis serta konsep pendidi-
Pusaka

(sebenarnya dalam Islam telah menjadi kan seumur hidup dalam perspektif
sebuah paradigma jauh sebelum kon- filsafat pendidikan Islam. Diharapkan
sep barat digulirkan). Timbulnya isti- penelitian ini dapat memberikan kon-
lah Life Long Education secara umum tribusi pemikiran guna memperbaiki
dipicu oleh adanya isu kritis pendidi- pelaksanaan pendidikan, memperkaya
Juli - Desember 2014

kan di Amerika pada 1960 yang kemu- khazanah khususnya dalam bidang
61 Jurnal

dian menjadi perhatian tersendiri atas pendidikan, serta memberikan infor-


prakarsa United Nation (PBB)8, atau masi kepada yang berkepentingan ten-
dikenal juga sebagai “Laporan Faure” tang konsep pendidikan seumur hidup
yang dipublikasikan UNESCO.9 Masih dalam perspektif filsafat pendidikan
8 Imam Syafi'i, Konsep Guru Menurut Al Gha-
zali: Pendekatan Filosofis Pedagogis, (Yogyakarta: Duta
Islam.
Pustaka, 1992), hal. 4 10 Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan dalam Pe-
9 Aj. Cropley, Pendidikan Seumur Hidup, pent. rubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan, (Yogyakarta: Rake
M. Sardjan Kadir, (Surabaya: Usaha Nasional, tt), hal. 28 Sarasin, 1987), hal. 88
B. Pendidikan Seumur Hidup dalam kat/terpengaruh oleh konsep pendidi-
Wacana kan seumur hidup itu sendiri. Pemba-
Dalam berbagai dikursus pen- hasan literatur ini belum memberikan
didikan, masalah pendidikan seumur rumusan jelas tentang hakekat manu-
hidup ini belum secara luas menjadi sia sendiri sebagai pelaku utama pen-
bahan kajian tersendiri dan menda- didikan. Padahal ini merupakan salah
lam, terlebih dalam pendidikan Islam. satu hal signifikan, karena mustahil
Adapun literatur yang dianggap layak tercipta pendidikan yang manusiawi
untuk dijadikan sebagai bahan kajian/ bila kemanusiaan manusia sendiri
telaah untuk menggali konsep lebih belum dirumuskan secara konkret
lanjut di antaranya adalah karya AJ. dan jelas. Secara filosofis Croply lebih
Cropley yang berjudul «Life Long Ed- mempertanyakan konsep tradisional
ucation».11 Menurut Cropley, Konsep sekolah, gagasan dasarnya adalah bah-
pendidikan seumur hidup berimplikasi wa pendidikan haruslah dikonsepkan
terhadap jenis organisasi pendidikan. secara formal sebagai proses terus me-
Ia mendeskripsikan tentang prin- nerus dalam kehidupan individu mulai
sip-prinsip pendidikan sebagai dasar kanak-kanak sampai dewasa.
pelaksanaannya. Pengertian pendidi- Rangkaian deskripsi Cropley ini
kan seumur hidup di sini lebih luas memiliki beberapa persamaan maupun
dan pendidikan orang dewasa dikon- perbedaan dengan pembahasan dalam
sepkan dalam bentuk rekreasi atau penelitian ini, diantaranya adalah: (1)
lainnya dan dilakukan oleh mereka konsep Pendidikan Seumur Hidup
yang membutuhkan kompensasi keter- menurut Croply semata didasarkan
batasan pendidikan sebelumnya, me- atas pemenuhan kebutuhan manusia
nekankan pada kebutuhan pendidikan sesuai dengan rentang usianya dan leb-
kanak-kanak awal dan dewasa yang ih berorientasi humanistik, sedangkan
memiliki variabel kompleks bidang penelitian ini memandang dasar pelak-
kognitif, motivasi dan sosio afektif sanaan pendidikan seumur hidup tidak
sebagai persiapan munuju ke sekolah semata bersifat humanistik akan tetapi
konvensional. juga teosentrik; (2) dasar filosofi pem-
Pendidikan seumur hidup lebih bahasan tentang pendidikan seumur
merupakan statemen gagasan daripa- hidup lebih mempertanyakan kon-
JurnalJuliPusaka

da suatu proses, memuat seperangkat sepsi tradisional sekolah, sedangkan


tujuan untuk mencapai perubahan dalam penelitian ini secara filosofis
tingkah laku yang mengandung prin- didasarkan pada kajian hermeneutik
sip-prinsip dengan penekanan pada terhadap manusia sendiri sebagai ob-
jenis orang yang akan dibantu perkem- jek formal filsafat; (3) konsep ini digali
bangannya. Organisasi dan strukturn- dari ketidakpuasan terhadap program
- Desember 2014

ya meliputi seluruh rentangan usia, pendidikan (UNESCO) sebelumnya,


dari yang paling muda sampai paling sedangkan penelitian ini didasarkan
tua. Konsep ini memaksudkan pen- pada kajian konsep Al Qur’an-Hadits
didikan seumur hidup sebagai proses tentang kewajiban menuntut ilmu
belajar seumur hidup pula, tidak teri- sepanjang hayat; (4) konsep pendidi-
kan seumur hidup lebih disikapi se-
62

11 diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia


dengan judul; Pendidikan Seuniur hidup, oleh: M. Sardjan
Kadin Surabaya: Usaha Nasional, tt bagai program, secara formal membu-
tuhkan dan terikat dengan unsur-un-
Islam memang
sur tertentu, sedangkan penelitian ini memiliki kelebihan bila
menyikapi pendidikan sebagai ruh/ dibandingkan dengan
ide/gagasan yang tetap memiliki imp-
likasi tertentu dalam pelaksanaannya.
konsep Barat karena secara
Adapun beberapa persamaan yang aksiologis pelaksanaan
ada diantaranya adalah bahwa pada pendidikan seumur hidup
dasarnva konseptualisasi pendidikan
seumur hidup analog dengan belajar
tidak saja menjadi sesuatu
seumur hidup. yang sewajarnya dilakukan
Pernyataan di atas memiliki im- (baik sosial-kultural
plikasi prinsip pendidikan seumur maupun psikologis), akan
hidup bertumpu pada kepercayaan tetapi secara eskatologis
bahwa belajar juga terjadi seumur
hidup, dilakukan dengan cara dan juga bernilai ibadah selagi
proses yang berbeda. hal itu dilakukan untuk
Mandini dalam tesisnya menyata- mendapatkan keridlaan
kan bahwa manusia merupakan sentral Allah Swt.
pembahasan pendidikan di samping
sebagai subyek sekaligus menjadi
obyek. Konsep dasar pelaksanaan pen- konseptualisasi pendidikan seumur
didikan seumur hidup bertolak dari hidup diambil dari konsep Al-Qur’an
adanya kewajiban menuntut ilmu bagi dan Hadits yang terkait dengan topik;
manusia yang secara asasi terdapat (2) tujuan pelaksanaan pendidikan
dalam Al-Qur’an dan Hadits. Manusia seumur hidup adalah untuk mencapai
adalah makhluk yang harus dikem- kebahagiaan dunia akhirat, diperoleh
bangkan fitrahnya dengan baik secara melalui optimasi segenap kemampuan
integral dan holistik agar memiliki manusia. Sedangkan beberapa perbe-
implikasi terhadap akal/fikir, keluasan daannya terletak pada: (1) Mandini
ilmu maupun jasmani. belum mengkaji konsep pendidikan
seumur hidup ini secara mendetail
Stressing tesis ini pada optimal-
dalam kerangka filsafat; (2) beberapa
isasi beberapa aspek (kemampuan)
Pusaka

implikasi pelaksanaan pendidikan se-


manusia sebagai subyek dan obyek
umur hidup ditekankan pada adanya
pendidikan. Selanjutnya karya ini
pengembangan optimal dimensi fikir
dianggap cukup representatif untuk
dan jasmani, belum membahas lebih
ditindaklanjuti dalam suatu peneli-
Juli - Desember 2014

lanjut tentang sisi kerohanian manusia


tian, kendati di dalamnya belum detail
sebagai bagian integral dan menuntut
63 Jurnal

mengkaji secara filosofis (baik dalam


optimalisasinya.12
sistematika ontologi, epistemologi,
aksiologi) berikut mengenai aspek apa Sementara Mukhtar Yahya men-
saja yang dominan berpengaruh dan yatakan bahwa landasan utama bagi
terdapat dalam diri manusia. Beber- filsafat pendidikan Islam adalah Al-
apa persamaan antara tesis Mandini 12 Mandini. Pendidikan Seumur Hidup Dalam
dengan tulisan ini di antaranya: (1) Konsep Islam. Tesis tidak diterbitkan (Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga. 1991)
qur’an dan Hadits serta pendapat nal dengan pernyataan uthlub al-‘ilm
para ulama’ Islam. Dengan demikian min al-mahd ilā al-lahd.
pelaksanaan pendidikan seumur hidup Adapun sebagai bahan acuan ana-
sendiri harus didasarkan pada tiga lisis dan telaah, penelitian ini menggu-
hal di atas. Dalam filsafat, terdapat nakan doktrin-doktrin ilahiyah, Hadits
pengakuan bahwa segala sesuatu itu serta berbagai interpretasi/ijtihad.
tumbuh dan berkembang, terus men- Interpretasi ini dalam penggunaannya
galir sehingga mengharuskan manusia dimaksudkan unruk menggabungkan
untuk senantiasa mengembangkan diri (menjalin) konsep-konsep dalam Al-
secara terus menerus baik dilakukan Qur’an dan Hadits. Posisi 2 sumber
oleh laki-laki maupun perempuan. utama dalam Islam ini diletakkan
Tidak ada batas umur bagi seorang sebagai sumber utama yang harus di-
muslim untuk belajar, satu-satunya pahami dengan tata pikir reflektif-kon-
pembatas bagi wajibnya belajar ada- stektual untuk mencari kebermaknaan
lah maut. Islam memang memiliki ayat-ayat yang dimaksud dengan cara
kelebihan bila dibandingkan dengan mengaitkan antara satu ayat dengan
konsep Barat karena secara aksiologis lainnya sesuai konteks.
pelaksanaan pendidikan seumur hidup
tidak saja menjadi sesuatu yang sewa- Sumber data tulisan ini berasal
jarnya dilakukan (baik sosial-kultural dari bahan-bahan tertulis yang dikait-
maupun psikologis), akan tetapi secara kan dengan permasalahan-permasa-
eskatologis juga bernilai ibadah selagi lahan yang ada. Di samping itu juga
hal itu dilakukan untuk mendapatkan digunakan metode hermeneutika yaitu
keridlaan Allah Swt.13 metode untuk menginterpretasikan
Pada prinsipnya, poin-poin yang fakta, data dan gejala.14 Sedangkan
disampaikan oleh Mukhtar Yahya se- pengumpulan sumber (data) sekunder
cara ruhiyah sejalan dengan pembaha- dilakukan dengan cara mencari pe-
san yang dimaksudkan dalam tulisan mikiran-pemikiran pendidikan se-
ini. Akan tetapi terdapat beberapa yang umur hidup yang digulirkan oleh
membedakan, di antaranya adalah beberapa filosof pendidikan (terutama
bahwa makalah tersebut masih mer- muslim) ditunjang pula oleh teori-­
upakan suatu konsep yang global ka- teori pendidikan yang ada. Untuk
renanya dinilai masih membutuhkan mendukung logika metode di atas
JurnalJuliPusaka

pengembangan baik segi interpretasi, digunakan metode pendekatan kom-


implementasi maupun implikasi. paratif, yakni dengan menggabungkan
pendapat (lain) dalam suatu masalah
Tulisan ini berangkat dari telaah sehingga dapat ditarik pendapat yang
pustaka terpilih dengan maksud untuk cenderung dekat dengan kebenaran il-
menggali dan mengembangkan esensi
- Desember 2014

miah. Untuk memperkuat pendekatan


konsep pendidikan seumur hidup yang yang ada digunakan pula logika refle-
didasari teori bahwa pendidikan mer- ktif yakni sistem penalaran dan proses
upakan suatu kewajiban bagi setiap penyirnpulan yang berawal dari tata
orang dan dilakukan tanpa batas-batas fikir yang prosesnya mondar-­mandir
tertentu. Dalam Islam konsep ini dike- antara empirik dan abstrak. Selanjut-
13 Mukhtar Yahya, Pendidikan Seumur Hidup
64

Dalam Pandangan Agama, Makalah, (Yogyakarta, Fak. 14 Acmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian
Tarbiyah Universitas Islam Indonesia, 1987) Filsafat, Makalah, (ttp.: tnp, tt)
nya perumusan kesimpulan dianggap kan dari pertemuan dua unsur yakni
benar bila telah memenuhi kebenaran nafs dan nuthfah. Sebagaimana diku-
empirik logis, empirik etis dan empirik tip oleh Muhammad Yasir dan kitab
transendenta1.15 al-Madhnūn al-Shaghīr dan al-I’rāj
C. Pendidikan Seumur Hidup Dalam al-Shalihin—bahwa nafs (Jiwa) dicip-
Islam takan ketika sel benih telah memenuhi
persyaratan untuk menerimanya (ada-
1. Hakekat Manusia pun kata nuthfah menunjuk pada pen-
Perbincangan tentang eksistensi gertian sperma dan ovum). Proses ini
manusia memang tidak akan pernah selanjutnya disebut dengan al-­istiwā’
berakhir dan selalu menja- seperti dalam QS. Al-Hijr
di salah satu bahan kajian (15:26).17
yang aktual. Hal ini bukan
... manusia “Dan ingatlah ketika Tu-
saja karena manusia mer- adalah mahluk hanmu berfirman kepada
upakan obyek sekaligus unik, serba para malaikat, “sesungguh-
subyek dalam kehidupan, nya Aku akan menciptakan
akan tetapi lebih dari itu,
meliputi, seorang manusia dari tanah
sebagaimana Karl Jaspers, sangat terbuka, liat (yang berasal) dari
manusia adalah mahluk punya potensi lumpur hitam yang diberi
unik, serba meliputi, san- bentuk”.
gat terbuka, punya potensi yang agung
Lebih detail dan
yang agung tapi sekaligus tapi sekaligus gamblang tentang proses
menjadi bahaya besar bagi menjadi perkembangan kejadian
dunia. Muthahari dalam
perenungannya tentang bahaya besar manusia secara fisik/biolo-
gis ini dapat dirujuk pada
manusia bukanlah sema- bagi dunia. QS. Al Mu’minun (23:12­�
ta-mata karena Al-Qur’an -16).
menyuruhnya, “dan ten-
tang dirimu mengapa tidak engkau re- “Dan sesungguhnya Kami telah
nungkan ?” (QS. 51:21).16 menciptakan manusia dari sari pati
tanah. Lalu Kami jadikan sari pati
Pertanyaan-pertanyaan mengenai itu air mani (yang disimpan) dalam
manusia itu sendiri karena terdapat tempat yang kokoh (rahim). Ker-
Pusaka

daerah-daerah yang terbatas dalam nudian air mani itu Kami jadikan
diri (batin) dan tidak kita ketahui. segumpal darah, lalu segumpal darah
Mengkaji tentang manusia secara filo- itu Kami Jadikan segumpal daging,
sofis berarti pula harus berfikir secara dan segumpal daging itu Kami jadi-
total mengenai eksistensinya sehingga
Juli - Desember 2014

kan tulang belulang , lalu tulang


akan tampak jelas wujud manusia yang belulang itu Kami bungkus dengan
65 Jurnal

sebenarnya. daging. Kemudian Kami jadikan


Sesuai proses kejadianya, manusia dia makhluk yang (berbentuk) lain.
merupakan makhluk yang dihasil- Maka maha suci Allah, Pencipta
yang paling balk. Kemudian sesudah
15 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kuali-
tatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990) 17 Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur'an,
16 Murtadha Muthahari, Perspektif Al-Qur'an (Bandung: Mizan, 1992), hal. 68. Abidin Ibn Rusn, Pemiki-
Tentang Manusia dan Agarna, (Bandung: Mizan, 1997), ran Al Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
hal. 27 Pelajar, 1998), hal. 30
itu sesungguhnya kamu sekalian masih hidup dan sebaliknya akan
benar-benar akan mati. Kemudian, tetap hidup meskipun tubuhnya telah
kamu sekalian akan dibangkitkan mati (Contohnya para Syuhada). Se-
dan kuburmu di hari kiamat.” bagaimana dinyatakan dalam QS. Ali
Ayat di atas secara jelas men- Imran (3:169):
erangkan tentang proses kejadian ma- “Dan janganlah kamu mengira
nusia secara biologis-fisis yang dapat bahwa orang-orang yang gugur di
dipahami sebagai materi dan siklus jalan Allah itu mati ; bahkan mereka
manusia bahwa: itu hidup dl sisi Tuhannya dengan
- Makhluk yang diciptakan dari sari mendapat limpahan rezeki.”
pati tanah (Anorganik) Dalam al-Qur›an Allah menye-
- Kemudian dari mani yang tersimpan but kata manusia (di samping jin dan
dalam rahim (pembuahan) selanjut- hewan) setidaknya dalam 35 surat,
nya terjadi konsepsi dan menjadi sel di antaranya teradapat pada QS. Al­-
yang hidup (Organik) Baqoroh (2:30-31); QS. Al-A›raf (7:11,
189); QS. Al-Hijr (15:26-27); QS. Al-
- Menjadi segumpal darah lalu menja- Nahl (16:4-8, 70, 78). Dari sekian surat
di segumpal daging itu pada intinya Allah menyebut ma-
- Menjadi daging yang bertulang dan nusia dalam 3 sebutan yakni al-basyar,
menjadi baru (Manusia), kemudian al-nās, al-ins (al-insān)--di samping
mati dan di hidupkan kelak kembali. ada yang berpendapat dengan 4 sebu-
tan yakni al-basyar, al-nās, al-ins dan
Secara definitif manusia adalah
al-insān. Bahkan ada yang berpendap-
zat yang terdiri dari unsur ruh dan jas-
at dengan 5 sebutan yakni al-basyar,
ad. Ruh sendiri merupakan unsur Ilahi
al-nās, al-ins, al-insān dan banū ādam.
(hanya Allah raja yang tahu). Paduan
ruh dan jasad ini yang membuat ma- Al-basyar merupakan sebutan
nusia hidup. manusia secara biologis yang dapat
dilihat, memakan sesuatu, berjalan
Dalam konsep al-Qur›an, secara
dan berusaha untuk memenuhi sega-
implisit maupun eksplisit dijelaskan
la kebutuhan hidupnya. Definisi ini
bahwa manusia merupakan makhluk
menunjuk pada pengertian manusia
yang terdiri dari tubuh, hayat dan jiwa.
dengan sifat kemateriannya, ia sebagai
JurnalJuliPusaka

Tubuh lebih bersifat materi, tidak kekal


makhluk yang sekedar berada (be-
dan dapat hancur. Hayat artinya hidup,
ing). Adapun sebutan al-nās (disebut
dan jika tubuh mati maka kehidupan
sebanyak 240 kali dalam Al-Qur›an)
berakhir. Sedangkan jiwa bersifat
menunjuk pada jenis keturunan Adam.
kekal, eksistensi jiwa pada manusia
Sedangkan manusia dalam tempat
- Desember 2014

tidak terikat dengan materi karena ia


al-ins bermakna sebagai makhluk
tidak ikut mati bersama-sama dengan
mukallaf (makhluk yang dibebani
tubuh. Mati yang dimaksud berarti
tanggung jawab18, pengemban aman-
tubuh manusia yang hancur tetapi
ah Allah di muka bumi. Kata al-ins
jiwanya tetap mempunyai wujud nya-
sendiri mengandung pengertian bahwa
ta. Dengan demikian, manusia dapat
tatkala tindak-tanduk dan bicara ma-
66

dikatakan mati meskipun tubuhnya


18 QS. Ali Imran (3:165)
nusia tidak lagi mempergunakan akal orientasi yang mampu menjangkau 3
pikiran maka ia kembali dalam status dimensi waktu yakni lampau, sekarang
al-basyar. dan akan datang. Manusia juga meru-
Sebutan berikutnya adalah al-in- pakan makhluk yang dapat bertindak
sān. Manusia dalam pengertian ini melawan dorongan instingnya; ber-
berbeda dengan lainnya. Bila kita beda sama sekali dengan hewan yang
menyebut manusia dengan insān, kita hanya hidup sebatas insting. Daur
tidak memaksudkannya sebagai pen- kehidupan binatang menatap masa
duduk dunia pada umumnya tetapi hidupnya kronologis, hanya berorien-
lebih pada potensi yang lebih tinggi tasi kekinian, tidak mampu mengingat
dari kemanusiaan. Penjelasan tentang masa lampau dan membayangkan
al-insān dalam Qur’an menunjuk pada masa depan.20
indikasi manusia lengkap dengan se- Demikian menariknya kajian
genap keistimewaanya. Bahkan pada tentang manusia ini, sehingga tidak
ayat yang pertama kali turun (Al ‘Alaq) sedikit para pemikir pendidikan yang
terdapat 3 kali penyebutan al-insān di menggulirkan konsep untuk men-
antaranya menceritakan bahwa manu- jelaskanya. Sebagaimana Ibnu Sina
sia adalah makhluk yang diciptakan dan Al-Ghazali bahwa pada dasarnya
dari segumpal darah. Manusia dikata- manusia terdiri dari 2 unsur utama
kan rnemiliki keistirnewaan yang tidak yakni jiwa dan raga. Eksistensi badan
dimiliki makhluk yang lain yaitu ilmu. bisa dilihat dengan kasat mata oleh
Allah menggambarkan manusia panca indera, sedangkan jiwa hanya
dengan segala keistimewaanya tapi ia dapat dilihat atau ditanggapi oleh mata
melampaui batas karena telah merasa hati (bashiroh). Lebih lanjut, dalam
puas dengan apa yang miliki.19 Pada tasawufnya, Imam Al-Ghazali mem-
dasarnya setiap manusia dapat menca- bagi struktur kerohanian manusia ke
pai taraf al-insān dalam kehidupanya dalam unsur qalb, nafs dan ‘aql. Akal
dengan batas-batas tertentu, dan setiap (‘aql) menjadi penghubung antara ruh
individu dapat bergerak kepada taraf dan jasad. Akal merupakan salah satu
yang lebih tinggi dalam proses menjadi rahmat Allah khusus untuk manusia,
al-insān. Secara aksiologis manusia karena akal inilah manusia berbeda
merupakan makhluk mukallaf yang dengan makhluk lainnya.
Pusaka

bertanggung jawab mempergunakan Tentang akal ini para filosof Barat


segala keistimewaanya dalam ber- umumnya berpendapat bahwa secara
bicara maupun bertindak. Berdasar ontologis, manusia adalah makhluk
potensi yang dimilikinya, manusia yang bersifat dualistis, spiritualistis,
Juli - Desember 2014

mempunyai kemampuan membentuk sekaligus materialis. Dualistis yang


dirinya. Kemampuan membentuk diri dimaksud adalah--sebagaimana Pla-
67 Jurnal

adalah khas manusia karena tidak ada to--bahwa manusia itu serba dua,
makhluk lain yang memiliki kemam- mengingat materi merupakan bayan-
puan seperti itu. Keistimewaan lain gan dalam dunia ide. Adapun ide
manusia adalah bahwa ia memiliki sendiri terdapat dalam jiwa manusia.
19 Bachtiar Surin, Terjemah dan Tafsir Al-Dzikrā, Sedangkan spiritualitas manusia di-
(Bandung: Angkasa Ofset, 1991), hal. XLIX & LI. Tim En-
siklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : lchtiar Baru- 20 Ali Syari'ati, Tugas Cendekiawan Muslim, alih
-Van Hoeve, 1994), hal. 161 bahasa M Amien Rais, (ttp: M. Shalahuddin Press,, 1992).
maksudkan bahwa manusia adalah ingat tugas dan perannya yang sangat
makhluk berkesadaran serta memiliki istimewa dibandingkan dengan
subyektifitas. Sedangkan Tim Dosen makhluk lain, karena disamping
IAIN Walisongo berpendapat mate- sebagai khalifah, dalam waktu ber-
rialis adalah bahwa manusia meru- samaan pula ia sebagai ‘abdullāh
pakan makhluk yang bersifat materi yang tugas utamanya adalah menata
(ada, berwujud). Teori-teori untuk dan memakmurkan bumi melalui
menjelaskan tentang hakekat manusia pemanfaatan segenap potensi yang
sangatlah beragam. Inilah yang kemu- ia miliki. Manusia juga istimewa
dian banyak melahirkan terma-terma karena keberadaanya sebagai sosok
dengan langsung menunjuk eksistensi yang dilengkapi dengan fitrah (dalam
manusia dan ėlan hidupnya. Manusia konteks pendidikan Islam diidentikan
dalam peristilahan Yunani diiden- pula dengan istilah potensi, kemam-
tifikasi dengan bermacam-macam puan dasar, pembawaan atau kecende-
sebutan, diantaranya adalah: homo rungan). Secara ontologis, fitrah ini
sosialis (manusia sebagai makhluk dapat dianalisa melalui dua sisi yakni
yang hidup bermasyarakat), homo etimologi dan terminologi. Merujuk
economicus (manusia sebagai makhluk pada akar katanya, berasal dari kata
yang mengorganisasikan segenap us- fathara yang bentuk mashdarnya
ahanya untuk memenuhi kebutuhan fathrun yang berarti menciptakan.
hidup), homo diligens (manusia tidak Secara terminologis, makna fitrah
selalu melakukan pekerjaan sendiri memiliki interpretasi yang sangat
melainkan mampu menyelesaikan beragam, karenanya perlu beberapa
tugas itu kepada oranga lain), homo sudut pandang untuk menganalisa
legatus (manusia sebagai makhluk makna yang dimaksud. Sebagaiamana
yang mewariskan kebudayaan kepada dalam QS. Ar rum (30:30) yang
generasi berikutnya), homo sapiens artinya,
(manusia di sarnping sebagai makhluk “Hadapkanlah wajahmu dengan
biologis juga makhluk yang berfikir).21 lurus (hanif) kepada Islam, Itulah
Dari uraian di atas dapat disimpulkan agama Allah dijadikannya manusia
bahwa manuisa bukanlah makhluk sesuai dengan fitrahnya; tidak ada
yang diciptakan secara kebetulan tetapi perubahan pada fitrah Allah. Itu-
keberadaanya benar-benar diadakan lah agama yang benar, tetapi pada
JurnalJuliPusaka

(dikehendaki) oleh Allah sebagaimana umunya .manusia tidak rnengetahui.”


dalam QS. Al Mu’minun (23:115)
Hanif secara lughawi berarti: con-
“Maka apakah kamu mengira bah- dong dari yang bengkok kepada yang
wa sesungguhnya Kami menciptakan lurus (istiqamah), condong dari kes-
kamu secara main-main (saja), dan esatan kepada petunjuk, dari yang batil
- Desember 2014

bahwa kamu mengira kamu tidak kepada yang haq. Adapun makna dari
akan dikembalikan kepada Kami.” fitrah dalam menciptakan manusia
2. Wajib Didik Atas Manusia ialah jibillah insaniyah (tabiat, pem-
Pendidikan atas diri manusia bawaan ataupun naluri)22 yang meng-
merupakan sebuah kewajiban meng- himpun dua kehidupan yakni jasmani
hayawaniyah dan rohani malakiyah.
68

21 Dwi Nugroho Hidayanto, Mengenal Manusia


dan Pendidikan, (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal.18-20 22 21 QS. Al Baciarah (2) 30
Sedangkan Abdullah Yusuf menafsir- mengatakan : “Sesungguhnya
kan ayat diatas sebagai berikut: kami (anak-anak Adam) adalah
Sebagai makhluk Allah maka ma- orang-oarang yang lengah terh-
nusia dilahirkan dalam keadaan suci adap ini (Keesaan Tuhan).”
dari dosa, jujur, bebas, cenderung b. Fitrah berarti suatu kesucian.
pada kebenaran dan keutamaan. Menurut Al-Auza’iy adalah kesucian
Dibekali juga dengan kesadaran
tentang posisinya di alam semesta jasmani dan rohani dari manusia.
ini, dan tentang rahman rahim-Nya Sejak kelahirannya, manusia sama
Tuhan, kekuasan-Nya, dan sifat sekali tidak membawa dosa warisan
lainnya. Itulah hakekat manusia, atau dosa asal. Hal ini (barangkali)
sebagaimana hekekat kuda yang yang dimaksud dalam aliran Behav-
lebih cepat larinya dari pada kamb- iorisme dengan teori tabula rasa,
ing, dan sebagainya. Namun dalam bahwa setiap manusia dilahirkan da-
perjalanan hidupnya, manusia lebih lam keadaan suci bersih, sama sekali
banyak terjebak dalam berbagai hal tidak mempunyai kecenderungan
yang menyelewengkannya dari sifat
baik atau jahat.24
ftrahnya sehingga menjadi tidak
lagi suci, bersih dan jujur, penuh c. Fitrah berarti tauhid (pengakuan
takhayyul hingga kecintaanya ke- terhadap keesaan Allah). Manusia la-
pada sesama rnanusia, dan bahkan hir dengan membawa potensi untuk
menjadi rnusyrik. Karena itulah bertauhid. Potensi inilah yang me-
pendidikan dan agama sangat diper-
mungkinkan manusia untuk bertau-
lukan.23
hid secara benar. Sebagaimana sabda
Lebih lanjut pada ayat 30 surat Rasulullah bahwa setiap bayi dila-
Ar-Rum ini juga mengandung berb- hirkan atas fitrahnya, kedua orang
agai makna di antaranya adalah : tuanya yang menjadikannya Yahudi,
a. Fitrah berarti dīn al-islām. pada awal Nasrani, atau Majusi. Makna hadits
kejadiannya, sebenarnya manusia ini jelas mengimplikasikan adanya
telah mengikat perjanJian dengan tanggung jawab bapak ibu (orang
Allah, yakni perjanjian bahwa ma- tua) dalam hal pendidikan, mengin-
nusia hanya mengikuti Allah sebagai gat posisi mereka sangat menentukan
Ilah-Nya. Sebagaimana difirman- kehidupan (tauhid) anak kelak. Dis-
kan-Nya dalam QS. Al-A’raf (7:172) amping itu, sabda Rasulullah tersebut
Pusaka

menjadi penegas bahwa setiap anak


“Dan ingatlah ketika Tuhan- sewaktu dilahirkan telah menetapi
mu mengeluarkan anak-anak fitrah tauhid, disamping membawa
Adam dari sulbi mereka dan Allah aqidah, keimanan kepada Allah serta
mengambil kesaksian terhadap
Juli - Desember 2014

menetapi asal kesucian.


jiwa mereka (seraya berfirman):
69 Jurnal

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” d. Fitrah berarti potensi dasar untuk


Mereka menjawab “Betul, Engkau mengabdikan diri kepada Allah.
Tuhan kami kami menjadi saksi.” Dalam Islam telah jelas bahwa setiap
(Kami lakukan yang demikian itu) manusia telah dibekali dengan po-
agar di hari kiamat kamu tidak 24 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori
Kehidupan Berdasarkan Al-Qur'an, (Jakarta: PT. Rineka
23 Lembaga Studi Islam Universitas Cipta, 1994). Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah,
Muhamadiyah Malang, Al-Islām I, (Yogyakarta: Aditya (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995). Abdullah Nasikh Ulwan,
Media, 1996). Tarbiyah al-Aulād fī al-Islām, (ttp: Dar al-Salam, 1975).
tensi. potensi yang tersimpul dalam kepada Allah; memiliki kemampuan
al-asmā’ al-husna (Sifat-sifat Allah dan kesediaan untuk menerima ke-
yang 99 itu--termasuk didalamnya baikan, juga kemampuan untuk me-
akal, cinta, kasih sayang, dan se- nerirna pendidikan dan pengajaran,
bagainya). Pengenbangan sifat-sifat memiliki dorongan ingin tahu untuk
yang ada merupakan ibadah dalam mencari hakikat kebenaran yang ber-
arti yang sangat luas.25 wujud; memiliki dorongan biologis
e. Fitrah berarti kondisi penciptaan berupa syahwat (sensual pleasure)
manusia yang cenderung menerima dan tabiat (insting); serta memiliki
kebenaran. Pada dasarnya manu- kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat
sia memiliki kecenderungan untuk lain yang dapat dikembangkan.26
menerima kebenaran walaupun ha- Terlepas dari interpretasi atas
nya di hati kecilnya. Hal ini karena fitrah ini, secara filosofis terdapat
manusia memiliki potensi baik, di hubungan erat antara eksistensi ma-
samping potensi jahat. Sebagaimana nusia dengan fitrahnya. Seluruh pen-
dalam QS. Yusuf (12: 53) jelasan di atas memberikan ketegasan
“Dan kamu tidak membebaskan bahwa manusia tidaklah dilahirkan
dirimu (dari kesalahan), karena sebagaimana kertas putih, kosong
sesungguhnya nafsu itu selalu dari potensi. Akan tetapi kelahiran
menyuruh kepada kejahatan, dari setiap manusia membawa fitrah
kecuali nafsu yang diberi rahmat yang secara empiris harus ditumbuh-
oleh Tuhanku. Sesungguhnya kembangkan melalui proses pendidi-
Tuhanku maha pengampun maha kan. Nuansa Al-Qur’an jelas bahwa
penyayang.” pendidikanlah yang berpengaruh
besar sekaligus menjadi penentu
f. Fitrah berarti tabiat alami/watak bagi kelangsungan perkembangan
(human nature). Setiap manusia fitrah pada diri manusia. Dalam par-
memiliki perwatakan yang berbe- adigma Al-Qur’an, tentang fitrah ini
da-beda. Menurut Al-Ghozali, watak dideskripsikan Allah SWT dalam Q.S.
manusia ada beberapa yang kuat dan An-Nahl (16:78)
mudah diatur. Senada dengan para
ahli psikologi modern, Al-Ghozali “Dan Allah mengeluarkan kamu
juga membedakan kecenderungan dari perut-perut Ibumu (ketika) Itu
JurnalJuliPusaka

fitrah manusia dari segi kekuatan kamu tidak mengetahui sesuatu,


dan penerimaannya pada perubahan. lalu Allah menjadikan kamu dapat
Kecenderungan dari fitrah ini akan mendengar, melthat, berfikir; semoga
mencapai tahap kuat dan matang kamu mau bersyukur.”
pada periode tertentu dari perkem- Ayat di atas menjelaskan bahwa
- Desember 2014

bangan pertumbuhan individu. ketika manusia dilahirkan, ia dalam


Mengenai fitrah ini lebih luas Imam keadaan tidak mengetahui apa-apa,
Al-Ghozali memandangnya sebagai akan tetapi dengan bekal potensi
dasar manusia yang dibawanya sejak yang diberikan oleh Allah itu kemu-
lahir dan sangat istimewa karena ia ngkinan manusia dapat berkembang
memiliki kekuatan untuk beriman 26 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran
70

Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar


25 Hasan Langgulung, Loc.Cit. Operasionalnya, (Bandung: Triganda Karya, 1993).
Seluruh secara gradual. Secara interpretatif, mengutip
pendapat Djamaluddin Darwis, bahwa: Ketika
penjelasan di manusia lahir tidak mengetahui apa-apa karena
atas memberikan belum mempunyai kesiapan untuk mendapatkan
ketegasan bahwa (mengetahui) sesuatu. Akan tetapi manusia su-
dah diberi peralatan/potensi untuk mendapatkan
manusia tidaklah (menyerap) sesuatu. Potensi ini adalah suatu
dilahirkan kekuatan yang digunakan (difungsikan) lewat
sebagaimana kertas suara dan penglihatan untuk mendapatkan peng-
etahuan melalui kontak visual secara langsung
putih, kosong dari Dan af ’idah (hati) yang mengandung makna
potensi. Akan intelegensi dan kasih sayang atau aspek pikir dan
tetapi kelahiran emosi atau rasa. Ayat lni tidak menyebut telinga
dan mata serta hati sebagaimana benda materi
dari setiap manusia yang Allah berikan ketika lahir melalui proses
membawa fitrah pendengaran dan penglihatan, dan diolah oleh
yang secara empiris intelegensi sebagal potensi yang berkemampuan
untuk merasa. Selanjutnya fungsi mendengar,
harus ditumbuh- melihat dan af ’idah (intelektual dan emosional/
kembangkan melalui sensual) merupakan potensi yang Allah berikan
proses pendidikan. dalam rangka tugas kekhalifahannya, simultan
mempunyai kemampuan spiritual mengenal &
menghubungkan keimanan dengan Allah dalam
bentuk ibadah (Q.S. 51:56) dan ketergantungan
hidupnya serta kemampuan fikir mengenal dan
mempelajari segala ciptaan Allah sehingga diper-
oleh suatu ilmu untuk kemanfaatan hidup manu-
sia sendiri (Q.S. 51 : 21). []

Pusaka
Juli - Desember 2014
71 Jurnal
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 1994. Teori-Teori Pendiidkan Berdasarkan Al-Qur’an.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Abdurrahman, Aisyah (Bintusy Syathi’) 1997. Manusia Sensitifitas Hermenneutika Al-
Qur’an. Terjamahan M. Adib Al Arief. Yogyakarta : LKPSM.
Ahnan, Maftuh. tt, Filsafat Manusia, ttp: Bintang Pelajar
Al Khaubawi, Utsman. 1991. Terjemahan Durratun Nashihin. Jilid I. Terjemahan Anshori
Umar Sitagal. Semarang : Asy Syifa’.
Alkaf, Idrus. tt. Kampus Tiga Bahasa. Surabaya : Karya Utama.
Ancok. Djamaludin & Fuad Nashori, 1994. Psikologis Islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Arifin, Bey. tt. Hidup Sesudah Mati. ttp. CV. Kinta.
Arifin, HM. 1976. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Masyarakat. Jakarta : CV. Bulan Bintang.
Barnadib, Imam. 1992. Filsafat Pendidikan – Sistem dan Metode. Yogyakarta : Andi Offset.
Charis Zubair, Ahmad. tt. Makalah : Metodologi Penelitian Filsafat, ttp.
Cropley, Aj. tt. Pendidikan Seumur Hidup. Terjemahan M. Sardjan Kadir, Surabaya : Usaha
Nasional.
Departemen Agama RI. 1992. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta.
Djumberansyah, 1985. Ilmu Pendidikan Islam. Malang : Biro Ilmiah IAIN Sunan Ampel.
Freire, Paulo. 1999. Menggugat Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Ghazali, Al. tt. Halal dan Haram. Terjemahan Ahmad Sunarto. Jakarta : Pustaka Amani.
.............., tt. Ihya’ Ulumuddin. Juz III. ttp : Masyhadul Husaini.
Hamzah, Wirjosukarto, Amir. 1985. Konsep Pendidikan dan Pengajaran Islam. Jember :
Muria Offset.
Hasan Sulaiman, Fathiyah. 1990. Konsep Pendidikan Al Ghazali. Jakarta : P3M.
Hawari, Dadang. 1998. Al Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta :
Dana Bhakti Primayasa.
Ibn Rusn, Abidin. 1998. Pemikiran Al Ghazali Tentang Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka
Belajar.
Ilyas, Asnelly. 1998. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam Terhadap Islam. Yogyakarta : IAIN
JurnalJuliPusaka

Sunan Kalijaga, tesis tidak diterbitkan.


Jurnal Shobron. 1998. Edisi 3, col. XII.
Kartanegara, Mulyadhi. Keterbatasan Akal. Republika, 20 Juni 1997.
Kuntoro, A. 1985. Dimensi Manusia dalam Pendidikan. Yogyakarta : CV. Nur Cahaya.
Langgulung, Hasan. 1987. Pendidikan dan Peradaban Islam. Jakarta : Pustaka Al Husna.
- Desember 2014

................, 1987. Manusia dan Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jakarta : PT. Husna
Zikra.
Lembaga Studi Islam UMM. 1996. Al Islam I. Yogyakarta : Aditya Media.
Mahdini. 1991. Pendidikan Seumur Hidup dalam Konsep Islam. Yogyakarta : IAIN Sunan
Kalijaga, tesis tidak diterbitkan.
Mahjub, Abbas. tt. Ushul Al Fikr. Beirut : At Tarbany.
72

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta : INIS.


Moore, TW. 1974. Education Theory : An Introduction. London : Northumberland.
Muhadjir, Noeng. 1987. Ilmu Pendidikan dalam Perubahan Sosial: Suatu Teori Pendidikan.
Yogyakarta : Rake Sarasin.
...................., 1990. Metodologi Pendidikan Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin.
Mujib, Abdul & Muhaimin. Pemikiran Pendidikan Islam – Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalnya. Bandung : Triganda Karya.
Muthhahari, Murtadha. 1997. Perspektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama.
Pengantar : Jalaludin Rakhmat, Bandung : Mizan.
Naquib Al Atlas, Syekh Muhammad. 1990. Konsep Pendidikan dalam Islam. Terjemahan
Haidar Baqir. Bandung: Mizan.
Nasikh Ulwan, Abdullah. 1975. Tarbiyah Al Aulad Fil Islam. ttp. Dar As Salam.
.................., 1990. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid I. Terjemahan Syaifullah
Kamalie. Semarang: Asy Syifa’.
Nasution, Yunan. 1988. Mengenai Manusia dan Pendidikan. Yogyakarta : Liberty.
Qadir Jaelani, Abdul. 1995. Keluarga Sakinah. Surabaya : PT. Bina Ilmu.
Qadir, CA. 1989. Fisafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Terjemahan Hasan Bisyari.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Rakhmat, Jalaludin (ed). Keluarga Muslim di Tengah Masyarakat Modern. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Shadili, Hasan, dkk. Inseklopedi Islam. PT. Ichtiar Baru – Van Hoeve.
Sha’riati, Ali. 1992. Tugas Cendekiawan Muslim. Ahli Bahasa : M. Amien Rais. Yogyakarta
: Salahuddin Press.
Surin, Bachtiar. 1992. Terjemahan dan Tafsir Adz Dzikraa. Bandung : Angkasa Offset.
Sutrisno, Muji. 1993. Manusia Dalam Pijar – Pijar Kekayaan Dimensinya. Yogyakarta :
Kanisus.
Syafi’i, Imam. 1992. Konsep Guru Menurut Al Ghazali – Pendekatan Filosofis Pedagogis.
Yogyakarta : Duta Pustaka.
.............., 1997. Filsafat dalam Perspektif Al Qur’an – Kajian Ontologis Terhadap Akal.
Jurnal Mukaddimah, no. 3 Th. III.
Shihab, Quraisy. 1992. Membumikan Al Qur’an. Bandung : Mizan.
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : Remaja Rosda
Pusaka

Karya.
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Tim Dosen IAIN Walisongo, Omar Muhammad. 1979. Filsafah Pendidikan Islam.
Terjemahan ; Hasan Langgulung. Bandung : CV. Bulan Bintang.
Juli - Desember 2014

Wahjoetomo. 1997. Perguruan Tinggi pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan.


73 Jurnal

Jakarta : Gema Insani Press.


Warid, Ahmad. 1996. Unsur – unsur Dasar Pendidikan. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
tesis tidak diterbitkan.
Yahya, Muchtar. 1997. Makalah seminar. Pendidikan Seumur Hidup Dalam Pandangan
Agama. Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UII.
Zuhairini, dkk. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo : Ramadhani Press.

Вам также может понравиться