Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Keywords: Stunting (short body) is a very short body state that goes beyond 2 SD below the
behavior median length or height of the population body which is an international reference.
development Stunting describes a lack of nutrition that has been going on for a long time and
growth requires time for children to develop and recover. A number of studies show a link
stimulation between stunting with poor motor and mental development in early childhood, and
stunting poor cognitive achievement and school achievement in late childhood. In Sleman
Regency in 2014 the stunting number reached 12.87% (DIY 14.32%), wasting 4.02%
(DIY 3.89%) and overweight 5.82% (DIY 5.84%). The highest stunting rate ap-
pears in the Margins of 141 toddlers experiencing stunting. Of all the toddlers in
existence, and as a cause of malnutrition cases are the presence of comorbidities,
congenital abnormalities from birth and because of wrong care. Parents of chil-
dren with stunting have focused on treatments to restore anthropometric growth but
are less aware of the stimulation efforts that need to be done. The purpose of this
study was to provide a design intervention in midwifery care in children with stunt-
ing by providing education to parents about stimulation of growth and develop-
ment. The research method uses quasi-experimental pre-post test with control group
design. Data analysis was carried out by Paired T-test analysis. Respondents in this
study were mothers with 1-3 year old stunting children in Sleman Regency. The
sampling technique used in this study was using purposive sampling technique. The
number of samples in this study were 37 people. The results showed that there was
an effect of providing education on the stimulation of child growth and develop-
ment of parents children with stunting with a significance value of p = 0.002 (p
<0.05). There is influence of education giving on the parent's behavior about growth
stimulation in children with stunting.
ABSTRAK
Kata kunci: Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui
perilaku defisit 2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi
stimulasi internasional. Stunting menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama
stunting dan memerlukan waktubagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Sejumlah
tumbuh kembang penelitian memperlihatkan keterkaitan antara Stunting dengan perkembangan motorik
dan mental yang buruk pada usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif dan prestasi
sekolah yang buruk pada usia kanak-kanak lanjut. Di Kabupaten Sleman pada tahun
2014 angka stunting mencapai 12,87% (DIY 14,32%), wasting 4,02% (DIY 3,89%) dan
overweight 5,82% (DIY 5,84%). Angka stunting paling tinggi muncul di Minggir sebanyak
141 balita mengalami stunting. Dari seluruh balita yang ada, dan sebagai penyebab kasus
The Effect Of Education Giving On The Parent’s 13
gizi buruk tersebut adalah adanya penyakit penyerta, kelainan bawaan sejak lahir dan
karena pola asuh yang salah. Orang tua anak dengan stunting selama ini berfokus pada
perawatan untuk mengembalikan pertumbuhan antropometrinya tetapi kurang mengetahui
tentang upaya stimulasi yang perlu dilakukan. Tujuan penelitian untuk memberikan
rancangan intervensi dalam asuhan kebidanan pada balita dengan stunting dengan
pemberian edukasi kepada orang tua tentang stimulasi tumbuh kembang. Metode penelitian
menggunakan quasy-experimental pre-post test with control group design. Analisis
data dilakukan dengan analisis paired T-test. Responden dalam penelitian ini adalah ibu
dengan anak stunting berusia 1-3 tahun di Kabupaten Sleman.Teknik sampling
menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 or-
ang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian edukasi terhadap
pemberian stimulasi tumbuh kembang anak orang tua anak dengan stunting dengan nilai
signifikansi p = 0,002 (p <0,05). Pemberian edukasi mempengaruhi pemberian stimulasi
tumbuh kembang anak orang tua anak dengan stunting.
pertumbuhan antropometrinya tetapi kurang (68,6%) sama halnya dengan kelompok kontrol
mengetahui tentang upaya stimulasi yang perlu sebagian besar memiliki pendidikan tinggi 22 orang
dilakukan untuk mengoptimalisasi perkembangan (59,5%). Pada karakteristik usia kelompok perlakuan
anak agar derajat kesehatannya lebih meningkat. sebagian besar berusia >20 tahun sejumlah 30 orang
Berdasarkan analisis di atas, maka rumusan masalah (81,1%) sedangkan kelompok kontrol juga sebagian
yang ada adalah belum terpaparnya edukasi stimulasi besar berusia >20 tahun sejumlah 29 orang (79,4%).
tumbuh kembang pada orang tua anak dengan stunt- Pada karakteristik pekerjaan sebagian besar
ing di Kabupaten Sleman. responden baik pada kelompok perlakuan dan kontrol
Dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik sebagian besar orang tua atau ibu tidak bekerja yaitu
untuk memberikan masukan rancangan intervensi 25 orang (67,5%) pada kelompok perlakuan dan 27
dalam asuhan kebidanan pada balita dengan stunt- orang (72,9%) pada kelompok kontrol.
ing dan sharing informasi tentang stimulasi tumbuh
kembang. Target khusus kegiatan penelitian ini adalah Distribusi Karakteristik Responden
perilaku orang tua dalam melakukan stimulasi tumbuh Berdasarkan Lama Stimulasi
kembang semakin intensif sehingga kualitas Data tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
perkembangan anak Stunting dapat semakin optimal. besar responden pada kelompok perlakuan memiliki
Target khusus yang lain adalah peran dan fungsi or- waktu stimulasi lebih dari 8 jam sebanyak 26 orang
ang tua dalam memberikan pola asuh dan stimulasi (70,2%) sedangkan stimulasi <8 jam sebanyak 11
semakin baik. orang (19,8%). Pada kelompok kontrol sebagian besar
melakukan stimulasi >8 jam sebanyak 29 orang
METODE (78,4%).
Tabel 4. Distribusi Stimulasi Perkembangan Oleh Ibu Terhadap Balita Usia 1-3 Tahun
Tabel 5. Perubahan Parameter Perilaku Orang Tua Dalam Memberikan Stimulasi Tumbuh Kembang Pada
Kelompok Perlakuan Dan Kontrol
Tabel 6. Hasil Uji Paired T-Test Pengaruh Pemberian Edukasi dengan Perilaku Stimulasi Tumbuh Kembang
Pair N Mean T p
Pre – Post 37 -4.212 -3.167 0.002
16 NurseLine Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2019: 12-20
Pada kelompok kontrol skor minimal stimulasi salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan
sebelum perlakuan 14 dan maksimal 32 dengan rerata informasi. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian
21,2 setelah mendapat perlakuan terjadi perubahan yang dilakukan Septalia yang menyebutkan bahwa
skor menjadi minimal skor 16 dan maksimal 32 dengan tingkat pendidikan individu merupakan salah satu
rerata 23,1. Sedangkan pada nilai segnifikansi pada faktor yang mempengaruhi kemampuan menerima
kelompok eksperimen adalah p = 0,002 menunjukkan informasi (Septalia, 2010). Penelitian yang sama
terdapat perbedaan pemberian stimulasi setelah dilakukan oleh Rahmawati menyebutkan bahwa
diberikan edukasi stimulasi tumbuh kembang. Pada tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi
kelompok kontrol nilai signifikansi p = 0,005 artinya tingkat pengetahuan seseorang (Rahmawati, 2011).
tidak ada perbedaan perilaku stimulasi setelah Hampir sebagian besar responden pada
diberikan leaflet. penelitian ini adalah ibu atau orang tua yang tidak
Dari hasil perhitungan SPSS 16 diketahui nilai bekerja (72,9%). Orang tua yang tidak bekerja akan
t hitung 3,67 dimana t tabel 2,715 (t hitung > t tabel), memiliki waktu lebih luang dalam berinteraksi dengan
hal ini menunjukkan nilai stimulasi lebih kecil daripada anaknya. Ibu sebagai salah satu faktor lingkungan
nilai setelah mendapat edukasi. Nilai signifikansi p = keluarga yang berpengaruh pada tumbuh kembang,
0,002 (p <0,05) menunjukkan terdapat pengaruh memainkan peran didalam mendidik anak, terutama
pemberian edukasi terhadap pemberian stimulasi pada masa balita. Peranan ibu tersebut dibedakan
tumbuh kembang anak orang tua anak dengan stunt- menjadi tiga tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas
ing. kebutuhan anak, ibu sebagai teladan atau “model”
peniruan anak dan sebagai pemberi stimulasi bagi
PEMBAHASAN perkembangan anak. Peran lain ibu dalam menunjang
pertumbuhan anak adalah memberikan pola asuh
Cara pengambilan data pada penelitian makan yang baik (Pratama, 2012).
adalah secara langsung dari responden melalui Hal ini berarti sebagian besar responden
observasi menggunakan checklist pemberian memiliki waktu yang banyak dengan balitanya
stimulasi. Peniilaian dilakukan dua kali yaitu sebelum sehingga bisa memperhatikan dan mengasuh anaknya,
diberikan edukasi dan 1 minggu setelah diberikan sebaliknya pada ibu balita yang mengatakan bekerja
edukasi. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan (wiraswasta, buruh tani, dan pramuniaga) tidak
tabulasi dan pengolahan data. memiliki waktu yang banyak dengan balitanya,
khususnya di pagi hari sehingga balitanya dititipkan
Karakteristik Responden kepada nenek ataupun pada pengasuhnya. Hal ini
Karakteristik usia responden pada penelitian sesuai dengan teori Hardinsyah orang tua yang bekerja
ini mayoritas memiliki usia >20 tahun. Pengaruh usia terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih
dalam penerimaan informasi adalah semakin matang sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya
usia seseorang akan mempengaruhi taraf berfikir. (Hardiansyah, 2007). Pada umumnya di daerah
Taraf berfikir menjadi semakin matang dan dewasa. perdesaan anak yang orang tuanya bekerja akan
Semakin matang usia seseorang, semakin banyak diasuh oleh kakaknya atau sanak saudaranya,
pengalaman yang ditemui untuk mendapatkan sehingga pengawasan terhadap makanan dan
pengetahuan (Irmayanti, 2007). Dengan menjadi kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak
bertambahnya pengetahuan maka akan bekerja (Ngaisyah, 2017). Beberapa penelitian
mempengaruhi perilaku seseorang menjadi lebih baik. menyebutkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan
Penelitian Irwanto, Sulistyawati, dan Basuki dengan perkembangan anak (Muntiani dan Supartini,
menyebutkan bahwa pengetahuan ibu tentang 2013). Namun penelitian Masrin, Paratmanitya, dan
pertumbuhan berhubungan dengan status gizi anak Aprilia (2014) menyatakan bahwa perkerjaan ibu
(Irwanto dkk, 2016). tidak berhubungan dengan kejadian stunting.
Tingkat pendidikan responden sebagian besar
memilki pendidikan menengah. Keberhasilan suatu Lama Interaksi
penyuluhan komunikasi informasi dan edukasi Lama interaksi pada responden sebagian
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat besar memilki waktu interaksi dengan anak >8 jam
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, (70,2% dan 78,4%). Hal ini menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dan ketersediaan waktu di waktu interaksi orang tua dengan anak memiliki
masyarakat. Tingkat pendidikan responden yang waktu intensitas yang cukup. Orang tua termasuk
berada di pendidikan menengah tinggi merupakan dalam factor lingkungan, yaitu lingkungan keluarga
The Effect Of Education Giving On The Parent’s 17
karena di sinilah orang tua melakukan interaksi sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Anak
pertama kali dengan anak untuk mengembangkan yang yang banyak mendapat stimulasi yang terarah
kemampuan anak sesuai dengan usia akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan
perkembangannya. Stimulasi harus diberikan secara anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat
rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
metode bermain, dan lain-lain. Sehingga penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak.
perkembangan anak akan berjalan optimal, kurangnya Berbagai macam stimulasi seperti stimulasi visual,
stimulasi dari orang tua dapat menyebabkan verbal, audiktif, taktil dan lain-lain. Perhatian dan kasih
keterlambatan perkembangan anak (Kemenkes RI, sayang juga merupakan stimulasi yang penting pada
2010). awal perkembangan anak, misalnya dengan mengajak
bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain, dan
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia lain-lain.
Balita Rangsangan yang dilakukan sejak dini dan
Dari tabel karakteristik anak didapatkan terus menerus akan memacu berbagai aspek
gambaran bahwa sebagian anak responden adalah perkembangan seperti kecerdasan anak (kecerdasan
kelompok usia didapatkan hasil bahwa sebagian besar multipel) yaitu kecerdasan logiko-matematik, emosi,
usia pada kelompok perlakuan sejumlah 20 orang komunikasi bahasa (linguistik), kecerdasan musikal,
(54,1%) pada kelompok usia 2-3 tahun. Pada gerak (kinestik), visuo-spasial, senirupa. Tumbuh
kelompok kontrol usia terbanyak pada kelompok usia kembang anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor
1-2 tahun (51,4%). Anak pada kelompok usia ini adalah termasuk pola asuh dan pola makan serta pemberian
anak dengan kelompok usia 1-3 tahun (batita). Laju stimulasi yang diberikan terhadap anak (Siswono,
pertumbuhan masa batita Anak usia 1-3 lebih besar 2002). Hal ini sesuai penelitian Cristiari dkk (2013)
dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah yang mengatakan bahwa slah satu faktor pentingn
makanan yang relatif besar. Selain pertumbuhan agar tercapainya tumbuh kembang anak yang opti-
perkembangan pada pola makan yang diberikan mal dengan pemberian stimulasi sejak dini. Stimulasi
sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering dapat merangsang semua system indera tubuh, peran
karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak orang tua teruatama ibu sangat dibutuhkan untuk
mampu menerima jumlah makanan dalam sekali memberikan stimulasi kepada anaknya. Hal ini juga
makan. didukung dengan penelitian dari Febrina yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan
Stimulasi Perkembangan Oleh Ibu Terhadap kuat antara stimulasi tumbuh kembang dengan
Balita Usia 1-3 Tahun perkembangan anak (Hati dan Lestari, 2018).
Dari tabel 4 pada kelompok kontrol sebelum
diberikan perlakuan berupa pemberian leaflet jumlah Pengaruh Pemberian Edukasi Dengan Perilaku
responden yang memiliki stimulasi sering sejumlah 12 Stimulasi Tumbuh Kembang Pada Anak Dengan
orang (32,4%) dan stimulasi jarang sejumlah 25 or- Stunting
ang (67,6%). Setelah diberikan perlakuan jumlah Dari tabel 5 perubahan parameter pada kelompok
responden dengan stimulasi jarang menjadi 17 orang perlakuan skor stimulasi sebelum perlakuan nilai mini-
(46%) dan kelompok stimulasi sering sejumlah 20 mal 14 dan nilai maksimal 35 dengan rerata 20,13.
orang (54%). Pada kelompok perlakuan sebelum Setelah perlakuan terjadi perubahan skor yaitu mini-
diberikan perlakuan berupa edukasi stimulasi tumbuh mal 16 dan maksimal 39 dengan rerata 24,13. Pada
kembang jumlah responden yang memilki stimulasi kelompok kontrol skor minimal stimulasi sebelum
jarang sejumlah 17 orang (46,0%) jumlah responden perlakuan 14 dan maksimal 32 dengan rerata 21.2
yang memilki stimulasi sering sejumlah 20 orang setelah mendapat perlakuan terjadi perubahan skor
(54,0%). Setelah diberi perlakuan jumlah responden menjadi minimal skor 16 dan maksimal 32 dengan
yang memiliki stimulasi sering sejumlah 33 orang rerata 23,1. Sedangkan pada nilai signifikansi pada
(89,1%) dan stimulasi jarang sejumlah 4 orang kelompok eksperimen adalah p = 0,002 menunjukkan
(10,9%). Hal ini menunjukkan perubahan perilaku terdapat perbedaan pemberian stimulasi setelah
stimulasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan diberikan edukasi stimulasi tumbuh kembang. Pada
pemberian edukasi. kelompok kontrol nilai signifikansi p = 0,005 artinya
Dari penelitian yang dilakukan bahwa tidak ada perbedaan perilaku stimulasi setelah
stimulasi adalah perangsang yang datang dari diberikan leaflet.
lingkungan luar anak. Stimulasi merupakan hal yang Dari hasil perhitungan SPSS 16 diketahui nilai
18 NurseLine Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2019: 12-20
t hitung 3,167 dimana t tabel 2,715 (t hitung > t tabel), ing lebih maksimal. Setelah timbul kesadaran dan
hal ini menunjukkan nilai stimulasi lebih kecil daripada perhatian maka diharapkan responden akan
nilai setelah mendapat edukasi. Nilai signifikansi p = termotivasi dan timbul ketertarikan (interest) untuk
0,002 (p <0,05) menunjukkan terdapat pengaruh melakukan stimulasi dengan benar. Setelah orang tua
pemberian edukasi terhadap pemberian stimulasi atau pengasuh tersebut menimbang-nimbang dan
tumbuh kembang anak orang tua anak dengan stunt- menilai materi edukasi yang disampaikan tersebut
ing. Stunting menggambarkan keadaan gizi kurang penting mereka akan berminat dan akhirnya mencoba
yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi (trial) melakukan dan mempraktikkan praktik
anak untuk berkembang serta pulih kembali. Penelitian stimulasi pada anak dengan stunting secara benar
Pantaleon, Hadi, dan Gamayanti (2015) yang dianggap akan bermanfaat bagi perkembangan
memperlihatkan keterkaitan antara stunting dengan motorik anak. Hasil yang didapatkan juga didukung
perkembangan motorik dan mental yang buruk pada oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Sumarah,
usia kanak-kanak dini, serta prestasi kognitif, dan yang menyatakan bahwa metode ceramah
prestasi sekolah yang buruk pada usia kanak-kanak mempunyai keefektifitas lebih tinggi dibandingkan
lanjut. Masalah balita pendek menggambarkan dengan menggunakan leaflet dalam meningkatkan
adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi pengetahuan (Sumarah, 2009).
ibu atau calon ibu, masa janin, dan masa bayi atau Teori H.L. Blum dalam Notoatmodjo
balita, termasuk penyakit yang diderita selama masa mengemukakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi
balita. Seperti masalah gizi lainnya, tidak hanya terkait oleh 4 faktor utama yaitu perilaku, lingkungan,
masalah kesehatan, namun juga dipengaruhi berbagai pelayanan kesehatan, dan keturunan. Dalam promosi
kondisi lain yang secara tidak langsung kesehatan, perubahan perilaku dapat diupayakan
mempengaruhi kesehatan. Global Nutrition Report melalui komunikasi atau penyuluhan (predisposing
tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam factors yaitu pengetahuan, sikap, tradisi nilai, dan
17 negara, di antara 117 negara, yang mempunyai sebagainya), pemberdayaan masyarakat (enabling
tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan over- factors yaitu ketersediaan sumber atau fasilitas) dan
weight pada balita (International Food Policy Re- training (reinforcing factors yaitu sikap dan perilaku
search Institute, 2014). petugas kesehatan) (Notoatmodjo, 2007). Pada
Anak dengan stunting memerlukan stimulasi kelompok kontrol tidak terjadi perubahan perilaku
serta nutrisi yang cukup agar perkembangan motorik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa
mereka optimal. Salah satu bentuknya adalah bayi pemberian leaflet. Walaupun enabling factors
harus mendapat kesempatan untuk berinteraksi mendukung terbentuknya perilaku yang baik tapi
dengan figure yang spesifik dan berkesinambungan faktor lain terutama reinforcing factors (sikap dan
secara tetap, serta mampu memenuhi kebutuhan anak perilaku petugas kesehatan) tidak tersedia. Leaflet
dengan cepat dan tepat (Soetjiningsih, 2012). Stimulasi hanya dibagikan saja tanpa komunikasi dengan
adalah rangsangan-rangsangan atau stimulus yang petugas kesehatan. Tidak ada anjuran dan arahan dari
diberikan kepada anak oleh lingkungan sekitarnya, petugas kesehatan yang mendukung terjadinya
terutama orang tua agar anak bisa tumbuh dan perubahan perilaku ibu dalam melakukan stimulasi
berkembang dengan baik. Stimulasi tersebut tumbuh kembang.
diharapkan bisa memperbaiki perkembangan motorik Diskusi pada proses penyuluhan atau edukasi
agar anak dapat mengikuti pendidikan berikutnya merupakan metode yang dilakukan secara dua arah
(Gustiana, 2011). atau two way method. Pada metode ini
Perilaku stimulasi adalah semua kegiatan atau memungkinkan terjadinya percakapan dua arah
aktifitas baik yang dapat diamati langsung maupun dimana pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan
tidak diamati oleh pihak luar. Berdasarkan teori kreatif. Komunikasi dua arah biasanya lebih
Lawrence Green, status kesehatan dipengaruhi oleh menguntungkan bagi pihak pengirim pesan dan
perilaku, sedang perilaku itu sendiri dipengaruhi salah penerima pesan karena dapat memahami isi informasi
satunya adalah pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). yang disampaikan (Liliweri, 2009). Leaflet
Pengetahuan salah satunya diperoleh melalui merupakan jenis media penyuluhan yang dilakukan
komunikasi edukasi dan informasi. Diharapkan melalui satu arah saja (one way method). Tingkat
kegiatan komunikasi edukasi dan informasi dapat keberhasilan sulit dievaluasi karena peserta didik
meningkatkan pengetahuan sehingga timbul suatu bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (Norviatin
perhatian dan kesadaran (awareness) akan perilaku dan Teguh, 2017). Dengan demikian dapat disimpulkan
stimulasi tumbuh kembang pada anak dengan stunt- bahwa metode penyuluhan dengan diskusi lebih efektif
The Effect Of Education Giving On The Parent’s 19
0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rahmawati, E. 2011. Faktor- Faktor yang
Banguntapan I Bantul, Yogyakarta. Jurnal Berhubungan dengan motivasi Ibu Dalam
Ners dan Kebidanan Indonesia, Vol.4, No.1, Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Di
19-24. http://dx.doi.org/10.21927/ Kelurahan Panggang (Kota) dan Di Desa
jnki.2016.4(1).19-24. Keling (Desa) Kabupaten Jepara. Semarang:
Kemenkes RI. 2010. Instrumen Stimulasi, Deteksi Fakultas Ilmu Keolahragaan.
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Septalia, R.E. 2010. Penyuluhan Kesehatan
Jakarta Masyarakat, (Online) (http://
Liliweri, A. 2009. Dasar- Dasar Komunikasi creasoft.wordpress.com), diakses 23 Juni
Kesehatan. Yogyakarta: Penata Aksara 2017.
Masrin, Paratmanitya, Y., & Aprilia, V. 2014. Siswono. 2002. Pengantar Perilaku Manusia Untuk
Ketahanan pangan rumah tangga Keperawatan . Cetakan Pertama. Jakarta:
berhubungan dengan stunting pada anak usia EGC.
6-23 bulan. Jurnal Gizi dan Dietetik Indone- Siwach, M. 2013. Impact Of Health Education
sia, Vol. 2, No.3, September 2014 :103-115. Programme On The Knowledge And Prac-
Diakses tanggal 18 September 2018. https:// tices Of School Children Regarding Personal
ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/ar- Hygiene In Rural Panipat[Serial Online].
ticle/view/296/268. AvailableFrom: Http://
Muntiani & Supartini. 2013. Hubungan ibu bekerja Www.Krepublishers.Com/02-Journals/Ijes/
dengan perkembangan balita usia 4-5 tahun Ijes-01-0-000-09-Web/Ijes-01-2000-09-
di TK Dharma Wanita Desa Grogol Abst-Pdf/Ijes-01-2-115-09-009-Siwach-M/
Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Ijes-01-2-115-09-009-Siwach-M-Tt.Pdf.
Embrio Jurnal Kebidanan, Vo. IIII Agustus Soetjiningsih. 2012. Perkembangan anak sejak
2013. http://download.portalgaruda.org/ pembuahan sampai dengan kanak-kanak
article.php?. akhir.Jakarta: Prenada Media Group.
Ngaisyah, Rr.D. 2017. Keterkaitan Pola Pangan Sulistyawati & Pere, MRMH. 2016. Pengetahuan
Harapan (Pph) dengan Kejadian Stunting Berhubungan dengan Sikap Ibu dalam
Pada Balita. Jurnal Kedokteran dan Kemampuan Menstimulasi Pertumbuhan dan
Kesehatan, Vol.13, No. 1, Januari 2017 Perkembangan Anak Balita dengan Gizi
Norviatin, D., & Adiguna, T.Y. 2017. Pengaruh Kurang. Jurnal Ners dan Kebidanan Indo-
Penyuluhan dan Pemberian Leaflet terhadap nesia, Vol.4 No.2. Diakses tanggal 17 Sep-
PeningkatanPengetahuan, Perilaku, dan tember 2018 jam 14.00 WIB. http://
Sikap Ibu Tentang Diare pada Balita di ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/ar-
Puskesmas Maja Kabupaten Majalengka. ticle/view/242/234.
Jurnal.unswagati.ac.id/index.php/tumed/ar- Sumarah. 2009. Efektivitas Ceramah dan Leaflet
ticle/download/287/180 Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku TentangKanker Leher Rahim pada Akseptor
Kesehatan. Jakarta: Pt. Rineka Cipta KB Pil Di Banyusumurup Girirejo Bantul.
Pantaleon MG, Hadi H, Gamayanti IL. 2015. Stunt- Yogyakarta: Jurusan Kebidanan Politeknik
ing berhubungan dengan perkembangan Kesehatan Yogyakarta.
motorik anak di Kecamatan Sedayu, Bantul, UNICEF. 2017. Laporan Baseline SDG tentang
Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik Indo- Anak-Anak di Indonesia. Kementerian
nesia, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 10-21. http:/ Perencanaan Pembangunan Nasional
/ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/ar- (Bappenas) dan United Nations Children's:
ticle/view/301/273 2017
Pratama, PDFT. 2012. Perbedaan Hubungan antara World Health Organization. 2013. Interpretation
Ibu Bekerja dan Ibu Rumah Tangga Guide Nutrition Landscape Information Sys-
terhadapTumbuh Kembang Anak Usia 2-5 tem (NLIS). Switzerland: WHO Press.
Tahun. Thesis. Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta