Вы находитесь на странице: 1из 9

DUKUNGAN KADER KESEHATAN TERHADAP KEMANDIRIAN

FISIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU

Khoiroh Umah1, Meidiana Dwidiyanti2, Megah Andriany3


1
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Universitas Diponegoro
3
Staf Pengajar Departemen Keperawatan Universitas Diponegoro
Email: Khoirohumah83@gmail.com

Abstract: Self-reliance of TB patients has an effect on the adherence to treatment in the


healing process. To achieve self-reliance, patients require supports from the family and
community, as well as knowledge and skills to be able to take care of themselves
independently. Healthcare cadres are one form of supports that the patients need to
maintain self-care capabilities. The purpose of this study was to analyze the effects of
health cadres’ supports on the physical self-reliance in pulmonary TB patients. This
study was a quantitative research with a pretest-posttest quasi-experimental design with
the control group. The samples were 44 patients recruited using purposive sampling
technique with inclusion and exclusion criteria and were assigned to two groups:
intervention group (n = 22) and control group (n = 22). Instrument used modified healty
card owner by Dwidiyanti. The intervention given was in the form of health cadres’
supports given for six times in six weeks. A statistical analysis using paired t-test was
performed to identify the effects of the intervention on the physical self-reliance in
patients with pulmonary tuberculosis. The results showed that the intervention group
obtained a p-value of 0.00 and α of 0.05, where p-value < α, or p-value <0.05,
indicating that there was an effect of health cadres’ supports on physical self-reliance in
patients with pulmonary TB. Meanwhile, in the control group, a p-value of 0.529 and α
of 0.05 were found, where p-value >α or p-value > 0.05, indicating that there was no
significant difference in the patients’ physical self-reliance after given supports from the
health cadres. Support interventions of health cadres improved the physical self-reliance
in patients with pulmonary TB.

Keywords: Support, health cadres, physical self-reliance, pulmonary tuberculosis

Abstrak: Kemandirian pasien TB berpengaruh terhadap kepatuhan berobat dalam


proses penyembuhan.Untuk mencapai kemandirian, pasien memerlukan dukungan
keluarga dan masyarakat, serta pengetahuan dan skill untuk mampu merawat diri secara
mandiri. Kader kesehatan adalah salah satu dukungan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kemampuan perawatan mandiri.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisa pengaruh dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik pasien TB
paru. jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimental menggunakan
pendekatan pretest-posttest with control group design.Sampel dalam penelitian ini
adalah 44 subjek yang dipilih dengan teknik purposive sampling sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi.Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
intervensi(n=22) dan kelompokkontrol (n=22). Instrumen yang digunakan kartu sehat
mandiri milik dwidiyanti yang dimodifikasi. Intervensi berupa dukungan kader
kesehatan dilakukan enam kali selama enam minggu.Analisis statistic dilakukan
menggunakan uji paired t-test untuk melihat pengaruh intervensi terhadap kemandirian
fisik pasien TB paru. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kelompok intervensi
mendapatkan p-value = 0,00dan α = 0,05, dimanap-value < α ataup-value < 0,05, yang
berarti ada pengaruh dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik pada pasien

58
59 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 13. No 1. Februari 2018, hal 58-66

TB paru. Kelompok kontrol menghasilkan p-value = 0,529danα = 0,05, dimana p-value


>α atau p-value >0,05yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kemandirian fisik pasien setelah diberikan dukungan oleh kader kesehatan. Intervensi
dukungan kader kesehatan dapat meningkatkan kemandirian fisik pada pasien TB paru.

Kata kunci: Dukungan, kaderkesehatan, kemandirianfisik, tuberkulosisparu

PENDAHULUAN survei pada wilayah Puskesmas Deket


Indonesia menduduki peringkat kedua Kabupaten Lamongan pada Desember
bersama dengan Tiongkok. Berdasarkan 2016 menunjukkan pasien TB paru
global report TB tahun 2014 masih sering merasa bosan minum obat
diperkirakan TB paru di Indonesia TB paru yang diminum tiap hari yang
tahun 2015, berdasarkan survei 2013 berbentuk besar, pasien jarang makan
naik sebanyak 1 juta kasus baru per teratur tiap hari, pasien sering tidak
tahun (Arif, 2015). Data Kementerian pakai alat pelindung diri berupa masker
Kesehatan Republik Indonesia dalam berkontak dengan orang lain,
menunjukkan bahwa insiden TB paru sering juga buang ludah tidak pada
Basil Tahan Asam (BTA) positif di tempatnya, sering batuk tidak menutup
Indonesia tahun 2014 yaitu 176.677 mulut, jarang membuka jendela/pintu
kasus.(Dinkes Jatim, 2014).Jumlah pada pagi hari, Pasien TB paru ada yang
kasus TB paru di Indonesia masih tinggi mengambil obat diambilkan
juga dikarenakan banyaknya penderita keluarganya, pasien ada yang tidak
tidak melanjutkan pengobatan sampai periksa ke tenaga kesehatan jika
benar-benar dinyatakan sembuh oleh mengalami keluhan fisik seperti mual,
dokter. Pasien TB paru yang telah muntah, pusing, telinga berdengung dan
menjalani pengobatan selama 2 bulan, pandangan kabur. Tetapi pasien masih
merasa tidak ada gejala TB paru dan bertahan dengan tidak melakukan
merasa kondisinya seperti sediakala, hal konsultasi dengan dokter Puskesmas
ini menyebabkan pasien merasa percaya atau tenaga kesehatan untuk
diri untuk meninggalkan pengobatan penatalaksanaan dari keluhan fisiknya
(bimantara, 2016).Penyakit TB tersebut. Pasien ada yang tidak periksa
paruberdampak buruk bagi pasien dahak sesuai dengan anjuran tenaga
secara fisik , ekonomi dan kesehatan. Pada masalah tersebut
psikologis.Kesuksesan pengobatan diperlukan kemandirian fisik pada
pasien TB paru terlihat dari kemampuan pasien TB paru dalam kegiatan sehari-
pasien dalam melakukan perawatan diri hari untuk mendapatkan pengobatan
secara mandiri. Pasien TB paru yang yang sesuai dan harapan cepat sembuh.
mandiri akan mempengaruhi kondisi
pasien TB paru sendiri baik fisik dan Upaya yang dilakukan untuk
rohaninya, depresi, sakit dan meningkatkan kemandirian dilakukan
meningkatkan kualitas hidup (Meidiana, dengan masyarakat salah satunya
2014). melalui keluarga, karena keluarga
merupakan anggota keluarga terdekat,
Pasien TB paru di wilayah Puskesmas sehingga bisa memantaukemandirian
Deket Kabupaten Lamongan rata-rata pasien TB paru tentang perawatan
masih belum mandiri memenuhi anggota keluarga yang menderita TB
kebutuhan kegiatan sehari-hari, masih paru. Masyarakat terdekat dalam
membutuhkan bantuan keluarga. Hasil keluarga TB paru adalah kader
Ummah, Dwidiyanti, Andriani : Dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik 60
pasien tuberkulosis paru

kesehatanPada peneliti sebelumnya Pengambilan sampel dilakukan dengan


sudah ada yang menyebutkan bahwa teknik purposive sampling dengan
terdapat peningkatan kemandirian fisik kriteria inklusi responden pasien TB
pada pasien TB paru dengan diberikan paru berusia 19-60 tahun, pasien TB
intervensi mindfulness. Pasien TB paru paru tidak meninggalkan wilayah
setelah diberi efikasi diri dari tidak tempat tinggal /rumahnya pada saat
yakin menjadi yakin, karena pasien penelitian dan pasien TB paru sedang
yang telah diberikan mindfulness menjalani pengobatan. Sedangkan
menyadarkan pasien secara penuh kriteria eksklusi yaitu pasien TB paru
tentang dirinya tanpa ada penolakan yang diteliti menderita penyakit lain
(Nooratri, 2016).Intervensi ini misalnya hipertensi HIV dan DM,
membutuhkan keahlian tingkat lanjut pasien TB paru hamil saat pengobatan.
(advance) yang sulit dilakukan pada
kader kesehatan, sehingga dibutuhkan Peneliti menggunakan instrument
intervensi yang dapat dilakukan oleh kuesioner kartu sehat mandiri milik
kader kesehatan berupa dukungan Dwidiyanti yang semua dimodifikasi
terhadap kemandirian fisik pada pasien dan disesuaikan dengan skala guttman
TB paru.Tujuan penelitian ini pada kemandirian fisik pada pasien TB
mengetahui pengaruh intervensi paru. Dengan mengisi lembar observasi
dukungan kader kesehatan terhadap yang berupa pertanyaan yang mengukur
kemandirian fisik pada pasien TB paru kemandirian fisik pasien TB paru,
di Puskesmas Deket Kabupaten makin tinggi skor yang diperoleh makin
lamongan. tinggi tingkat kemandirian fisik pasien
TB paru. Kuisioner berupa pertanyaan
METODE untuk menentukan skor kemandirian
Penelitian ini merupakan jenis fisik pasien TB paru. Responden sesuai
penelitian kuantitatif dengan desain dengan kriteria inklusi dan eksklusi
quasy eksperimental dengan diambil 44 untuk selanjutnya diikutkan
menggunakan pendekatan pretest- dalam proses penelitian. Intervensi
posttest with control group design. dilakukan selama enam minggu.
Sampel dalam penelitian ini dibagi duaa
kelompok yaitu kelompok intervensi
yang diberi intervensi dukungan kader HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan dan kelompok kontrol tidak Pengambilan data dilakukan pada 19
diberi intervensi. Kriteria pemilikan Juni -22 Juli 2017. Peneliti
Kelompok kontrol dengan memiliki mendapatkan 46 responden terlibat
karakteristik sama dengan kelompok dalam proses penelitian. Karakteristik
intervensi. responden meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, Pekerjaan. Status dan
penghasilan rata- rata.

Tabel 1.1 Homogenitas Responden Kelompok Intervensi (n=22) dan Kelompok


Kontrol (n=22)

No Variabel Kelompok Kelompok p-value


Intervensi Kontrol
(n=22) (n=22)
n % n %
1 Usia 18-40 tahun 6 27,3 8 36,4 0,216
41-60 tahun 16 72,7 14 63,6
61 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 13. No 1. Februari 2018, hal 58-66

No Variabel Kelompok Kelompok p-value


Intervensi Kontrol
(n=22) (n=22)
2 Jenis Laki-laki 11 50 14 63,6 0,201
Kelamin
Perempuan 11 50 8 36,4
3 Pendidikan Lulusan 16 72,7 18 81,8 0,16
SMP/
sederajat
Lulusan 6 27,3 4 18,2
SMA/
sederajat
PT 0 0 0 0
4 Pekerjaan Petani 14 63,6 12 54.5 0,514
Buruh 0 0 1 4,5
PNS 0 0 0 0
Wiraswasta 5 22,7 8 36,4
Lain-lain 3 0 1 4,5
5 Status Menikah 19 86,4 20 90,9 0,353
pernikahan
Tidak 3 13,6 2 9,1
Menikah
6 Penghasila > Rp 12 54,5 11 50 0,678
n rata- rata 1.400.000
< Rp 10 45,5 11 50
1.400.000
Karakteristik responden meliputi umur, dan intervensi setelah dilakukan uji
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, homogenitas, hasilnya homogen.
status pernikahan dan penghasilan rata- Sehingga tidak ada perbedaan
rata perbulan pada kelompok kontrol karakteristik di dua kelompok tersebut.

Tabel 2 Pengaruh Dukungan Kader Kesehatan terhadap Kemandirian Fisik pada


Kelompok intervensi dan Kelompok Kontrol pada tanggal 19 Juni-22
Juli 2017 (N=44)
Variabel Kelompok Mean SD Min- p-value
Max
Kemandirian
fisik
Intervensi Pre test 5,55 1,101 4-8 0,000
Post Test 6,95 1,174 5-9
Kontrol Pre test 5,95 1,362 4-9 0,529
Post test 6,14 1,283 4-9

Pemberian dukungan kader menunjukkan p-value<α atau p-value<


kesehatan pada pasien TB paru 0,05 yang berarti ada pengaruh
berdasarkan perhitungan statistik di dukungan kader kesehatan terhadap
peroleh rata-rata skor pada kelompok kemandirian fisik pada pasien TB paru.
intervensi adalah 5,55 menjadi 6,95.
Terdapat peningkatan yang signifikan Berdasarkan penelitian Pratiwi
1,4.Dengan menggunakan uji paired t- (2012) kemandirian masyarakat dapat
testp-value =0,00 dan α=0,05 dinilai dari beberapa faktor antara lain:
Ummah, Dwidiyanti, Andriani : Dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik 62
pasien tuberkulosis paru

kemandirian dalam melakukan meningkatkan kemandirian fisiknya.


pencegahan penyakit TB paru, Penelitian-penelitian tersebut
kemandirian pemeriksaan ulang dahak merupakan upaya peningkatan
pasca penyembuhan. Nilai tentang pengetahuan kader berupa latihan dan
penyakit TB paru di masyarakat dapat edukasi tentang TB paru saja belum
membentuk norma subjektif pada mencakup kemandirian fisik pada
masyarakat yang akan mempengaruhi pasien TB paru. Pada penelitian ini
upaya kemandirian masyarakat dalam dibutuhkan keahlian lebih lanjut,
upaya pencegahan dan pengobatan. sehingga dibutuhkan intervensi yang
Penelitian Wijaya (2013) terdapat dilakukan oleh kader kesehatan berupa
hubungan antara variabel pengetahuan dukungan kader kesehatan terhadap
dengan keaktifan kader (p=0,0012 kemandirian fisik pasien TB paru.
OR=18,44), satu antara sikap dan Penelitian May (2014)
keaktifan kader (p=0,0018 OR=15,01). menyebutkan peran kader kesehatan
Faktor pengetahuan, sikap, dan motivasi sebagai tokoh masyarakat menimbulkan
kader kesehatan memegang peranan keseganan para penderita dan keluarga,
penting dalam hubungannya dengan yang dikatakan akan dipatuhi dari pada
keaktifan kader kesehatan dalam PMO, sehingga kader berperan sebagai
pengendalian kasus Tuberkulosis. daya tarik untuk menguggah emosi
Pemberian pelatihan kepada kader pasien TB paru dan meningkatkan
kesehatan akan mengubah perilaku kemandirian fisik pada kelompok
kader kesehatan tentang pengetahuan, intervensi setelah diberi intervensi
sikap dan motivasi dalam pengendalian berupa dukungan kader mempunyai
penyakit TB paru. Kader kesehatan rata-rata lebih tinggi. Hal ini
diberi pelatihan tentang kemandirian dikarenakan adanya perlakuan dengan
pada pasien TB paru, setelah itu kader memberi dukungan kader kesehatan
akan menyampaikan kepada masyarakat tentang TB paru. Ditinjau dari hasil
terutama pada penderita TB paru, kuesioner terdapat peningkatan
sehingga pasien tidak hanya dapat kemandirian fisik pada pasien TB paru
pengetahuan dari tenaga kesehatan meliputi: membuang dahak
tetapi bisa dari masyarakat ditempatnya, menutup mulut saat batuk,
sekelilingnya yang dekat dengan kader . makan 3 kali sehari dengan cukup
Penelitian Sumartini (2013) energi dan protein, membuka
menyebutkan ada pengaruh penguatan jendela/pintu pada pagi hari, mengambil
kader kesehatan dalam penemuan kasus obat ke Puskesmas sesuai anjuran
TB paru melalui edukasi dengan petugas kesehatan, periksa dahak sesuai
pendekatan Theory of planned behavior dengan anjuran tenaga kesehatan dan
terhadap angka penemuan kasus TB minum obat TB paru secara teratur
BTA positif. Penelitian sesuai program. Hasil kuesioner
Trisnawati(2008) menyebutkan kemandirian fisik pasien TB paru yang
kemampuan kader kesehatan setelah tetap adalah pasien TB paru memakai
dilakukan pelatihan kader kesehatan masker selama berbicara dengan orang
tentang TB paru sehingga diharapkan lain dan periksa ke tenaga kesehatan
kader kesehatan dapat menyebarkan jika memiliki keluhan fisik berupa
informasi yang dimiliki pada pasien TB mual, muntah, pusing, telinga
paru. Kader kesehatan setelah diberikan berdengung dan pandangan kabur.
pelatihan menyebarkan informasi ke Setelah diberi intervensi dukungan
pada masyarakat terutama penderita TB kader kesehatan masyarakat mulai
paru dan keluarga, sehingga mengerti karena mendapat informasi
63 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 13. No 1. Februari 2018, hal 58-66

dari kader kesehatan tentang TB paru lain. Pengetahuan kader kesehatan


bagaimana pengertian tentang TB paru, meningkat setelah mendapat pelatihan
makan dalam setiap hari, cara tentang kemandirian fisik di salah satu
penularan, keteraturan dalam minum Puskesmas di Indonesia. Kader
obat, mengatasi gejala jika mengalami kesehatan mulai menyosialisasikan
keluhan. Kader kesehatan dalam kepada pasien TB paru tentang
melakukan intervensi dilakukan setiap kemandirian fisik. Sehingga pasien
hari, dikarenakan pasien TB paru mulai meningkat kemandirian fisik
terdapat dalam lingkup RT kader selama penjalani pengobatan TB paru.
kesehatan, sehingga dalam keseharian Kelompok kontrol pada Pasien TB
sering untuk berkomunikasi dan juga paru menunjukkan hasil analisis tidak
bisa menemui keluarga pasien. ada perubahan yang signifikan tentang
Pemahaman yang telah dimiliki pasien kemandirian fisik pada pasien TB
sehingga pasien TB paru dengan p-value=-,529.Tetapi terdapat
mengaplikasikan kemandirian fisik peningkatan sedikit di rata-rata
dalam kehidupan sehari-hari. Pasien sejumlah 0,19. Hal ini mungkin
sudah mulai makan setiap hari dengan disebabkan pasien TB paruada yang
cukup energi, mengerti bahaya mendapat informasi tentang
penularan dengan memakai masker dan kemandirian fisik dari media elektronik
membuang dahak pada tempatnya seputar tentang TB paru sehingga
Meskipun masih ada responden yang pasien TB paru juga menjalankan
nilai kemandirian tetap. Penelitian pengobatan TB paru dengan mandiri.
Nugraheni (2011) menyatakan ada
hubungan kejadian TB paru dengan SIMPULAN
kebiasaan tidak menutup mulut saat Kemandirian fisik pasien TB paru
batuk (OR=15,3), kebiasaan membuang mengalami kenaikan setelah diberi
dahak (OR=43,529). Pasien dengan intervensi dukungan kader
tidak menutup mulut jika batuk, kesehatanpada kelompok intervensi
membuang dahak tidak pada tempatnya sedangkan pada kelompok kontrol tidak
merupakan kemandirian yang kurang, mengalami kenaikan kemandirian fisik
karena efek samping pada penularan pasien TB paru.
pasien TB paru.
Berdasarkan penelitian Nursasi DAFTR PUSTAKA
(2014) yang menyebutkan bahwa ada Al Arif D.(2015). Angka Kejadian
pengaruh peningkatan kemandirian Tuberkulosis Paru pada
perawatan pasien TB paru dapat Pasangan Suami Istri Penderita
dilakukan dengan pemberdayaan dalam Tuberkulosis Paru BTA Positif
anggota keluarga dan kelompok di Poliklinik Paru RSUD Arifin
keluarga mandiri (KKM). Hasil Achmad. JOM FK . 2.
penelitian menunjukkan adanya Alligood MR. (2010). Nursing
peningkatan kader dan perawat tentang Theorists And Their Work.
TB paru setelah diberikan pelatihan Elsevier Mosby.
berpengaruh positif pada masyarakat,
sehingga masyarakat sadar akan tanda Arikunto S. (2010). Prosedur
dan gejala serta bahaya dari TB paru Penelitian. Jakarta, Penerbit
dan masyarakat mampu mandiri untuk Rineka Cipta .
deteksi awal penyakit TB paru dan
menghindari keparahan penyakit dan Bimantara G. (2016). Tuberkulosis Di
mencegah penularan ke masyarakat Indonesia Terbanyak ke dua
Ummah, Dwidiyanti, Andriani : Dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik 64
pasien tuberkulosis paru

didunia. Dwidiyanti M.( 2017). Peningkatan


http/print.kompas.com/baca/sai kemampuan pasien dalam
ns/kesehatan/2016/03/04. merawat diri sebagai hasil
diakses pada tanggal 12 pelayanan
Oktober, 2016. keperawatan.Semarang. Undip
Press
Budiman. (2013). Penelitian Kesehatan.
Edisi 2. Bandung. PT Refika Effendi F, Makhfudli. (2013).
Aditama. Keperawatan Kesehatan
Komunitas Teori dan praktik
Cohen S, Syme Sl. (1985). Issue in the dalam keperawatan. Jakarta,
Study and Application of Social Salemba Medika
Support. Orlando : academic
Edgeworth R. Self Care for Health in
Data Puskesmas Deket. Desember ; Rural Bangladesh. Doctoral
2016. Thesis Northumbria University.
(2011). this versia was
Dharma KK.(2011). Metodologi downloaded from northumbria
Penelitian Keperawatan. research link. http//
Jakarta, CV Trans Info media. nrl.northumbria.ac.uk/1006
Dinas Kesehatan Jawa Timur. Jatim Galvao, Pinto ES, et al. (2016). Self
Dalam Angka 2014 Care Assisted in People with
.https://www.academia.edu/700 Tuberculosis Treatment.
9204/JATIM_DALAM_ANGK International Medical Society.
A_TERKINI. 2014 . Diakses 9 (135) doi: 10.3823/2006.
tanggal 18 September ,2016.

Dwidiyanti M. (2014). Intervensi Hastono SP.(2007). Analisis Data.


Keperawatan Holistik Program Depok. Fakultas Kesehatan
SOWAN Melalui Target Sehat Masyarakat Universitas
mandiri pada Pasien TB paru. Indonesia.
Prosiding Konferensi Nasional
II Jawa Tengah . Jendra, F.J. Hubungan Faktor Risiko
Umur, Jenis Kelamin dan
Dwidiyanti M. (2014). Model Kepadatan Hunian dengan
Pelayanan Penyakit Kronis. Kejadian Penyakit TB paru di
Proceding Seminar Ilmiah desa Wori kecamatan Wori.
Nasional Kperawatan”2nd Adult Jurnal Kedokteran Komunitas
Nursing Practice: Using dan Tropic.2015; 3(2) , April,
Evidence in care Apikasi 2015.
Evidence Based Nursing dalam
meningkatkan Patient Safety. Kemenkes RI. (2014). Pedoman
Program Studi ilmu Nasional Pengendalian
Keperawatan Fakultas Tuberkulosis. Kementrian
Kedokteran Universitas Kesehatan Republik Indonesia
Diponegoro . Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan.
65 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 13. No 1. Februari 2018, hal 58-66

http://spritia.or.id/dokumen/ped kejadian TB paru di Kecamatan


oman-tbnasional2014 pdf. Karangrayung Kabupaten
Diakses pada tanggal 10 Grobogan. Jawa Tengah.
Oktober , 2016. Skripsi.
Trisnawati. (2008). Pelatihan
Peningkatan Kemampuan
Konday PP. (2014). Faktor-faktor yang Kader Kesehatan Dalam
Berhubungan dengan Penanganan Tuberkulosis
Kepatuhan Berobat Pasien (TBC) di wilayah Kerja
Tuberkulosis Paru di lima Puskesmas Gemolong II
Puskesmas di kota Manado. Sragen. Warta. 2008 ; 11(2)
Jurnal kedokteran komunitas :150-158. September.
dan tropic.; 2(1) Februari 2014.
Nooratri ED.(2016). Faktor yang
Lawn, Sharon, Schoo, Adrian et al. Mempengaruhi Efikasi Diri
(2010). Review Supporting pada Pasien TB paru. Jurnal of
Self- Manajement of Cronic Nursing and Health Jurnal
Health Condition: Common Keperawatan Akper
Approaches. Journal of Patient Yakpermas- Banyumas. 2015 ;
Education and Conseling 80. 2(1) : 24-28. Agustus.
205-
211.2009.www.elsevier.com/lo Nooratri ED.(2016). Peningkatan
cate/pateduco Efikasi dan Kemandirian fisik
pada Pasien Tuberkulosis Paru
Maya M. (2014). Peran Komunikasi Melalui Intervensi Mindfulness
Kesehatan pada Kalangan dibalai Kesehatan Paru
Masyarakat Miskin. DOI : 10 Masyarakat Magelang. Tesis.
7454/mssh. V1812.xxxx 149- Program Studi Magister
158. Keperawatan Fakultas
Menteri Kesehatan RI.(2011). Strategi Kedokteran Universitas
Nasional Pengendalian TB di Diponegoro.
Indonesia 2010-2014. Jakarta.
Direktorat Jenderal Notoatmojo S.(2010). Metodologi
Pengendalian Penyakit dan Penelitian Kesehatan. Jakarta,
penyehatan lingkungan PT. Rineke Cipta .
Muaf F. (2014). Faktor- faktor yang NSW Department of Health. (2008).
Mempengaruhi Kejadian Chronic Disease Self-
Tuberkulosis Paru Basil Tahan Management Support.
Asam Positif di Puskesmas Australian Resource Centre for
Wilayah Kec. Serang. Jakarta. Healthcare Innovations
Skripsi. (ARCHI) .
Nursasi AY. (2013). Peningkatan Nursalam. (2015).Konsep dan
Kemandirian Perawatan klien Penerapan Metodologi
TB paru melalui Pemberdayaan Penelitian Ilmu Keperawatan.
dalam Kelompok Keluarga Jakarta, Salemba Medika.
Mandiri. Jakarta.
Nugraheni, D. (2011). Analisis faktor
yang berhubungan dengan
Ummah, Dwidiyanti, Andriani : Dukungan kader kesehatan terhadap kemandirian fisik 66
pasien tuberkulosis paru

Nugraheni, D.(2011). Analisis Beberapa Penanganan Tuberkulosis


Faktor yang Berhubungan (TBC) di wilayah Kerja
dengan Kejadian TB paru di Puskesmas Gemolong II
Kecamatan Karangrayung Sragen. Warta. 2008 ; 11(2)
Kabupaten Grobogan. Skripsi; :150-158. September.
2011.
Venkatrajul B, Prasad S. Psychososial
Orem DE. (2001). Nursing Oncepst of Trauma of Diagnosis.(2013). A
Practice. The CV Mosby qualitative Study on Rural TB
Company, St Louis. Patiens Experiences in
Pratiwi NL. (2012). Kemandirian Nalgonda District Andhira
Masyarakat dalam Pencegahan Pradesh. Indian J Tuberculosis.
Penularan Penyakit TB paru.
Buletin Penelitian Sistem Wijaya MK. (2013). Pengetahuan,
Kesehatan. 2012; 15(2) : 162- Sikap, dan Motivasi terhadap
169. April. Keaktifan Kader dalam
Pengendalian Tuberkulosis.
Retni A. (2010). Hubungan Dukungan Jurnal Kesehatan Masyarakat
Sosial Keluarga dengan Tingkat KEMAS. 2013;8 (2): 137-144.
Kesembuhan Penderita TB paru
di Puskesmas Umbulharjo
IIYogyakarta.

Sodhi S, Banda H, Kathyola D, et


all.(2014). Supporting middle-
cadre health care worker in
Malawi: lessons learned during
implementation of the PALM
PLUS package. Health Services
Research;14 (Suppl 1):S8.
http://www.biomedcentral.com/
bmchealthservres/content/14/SI/
S8.

Sumartini NP.(2013). Penguatan Peran


Kader Kesehatan dalam
Penemuan Kasus Tuberkulosis
(TB) BTA Positif Melalui
Edukasi dengan Pendekatan
Theory of Planned Behaviour
(TPB) .

Sugiyono. (2016). Metodologi


Penelitian Kuantitatif Kualitatif
dan R&D . Bandung, Alfabeta.

Trisnawati. (2008). Pelatihan


Peningkatan Kemampuan
Kader Kesehatan Dalam

Вам также может понравиться