Вы находитесь на странице: 1из 12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK


PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA

(Studi Eksperimen Di Semester Ganjil Kelas VIII SMP Negeri 3 Kota


Tasikmalaya Tahun Ajaran 2017/2018 )

Pery Jayanto, jayantop90@gmail.com

Biology Education Departement. Faculty of Educational Sciences and Teacher’s


Training. Silliwangi University Tasikmalaya
Jl. Siliwangi No. 24 Post Code 164 Tlp. (0265) 330634 Tasikmalaya 46115,
Email: info@unsil.ac.id

ABSTRACT
The aimed of this research was to know the influence of guided inquiry
learning model to learners critical thinking skills on the concep Digestive System
in Humans in VIII grade of SMP Negeri 3 Tasikmalaya city at 2017/2018
academic year.
This research was conducted from December 2016 until August 2017 in
VIII grade of SMP Negeri 3 Tasikmalaya city. The method used in this research
was true experimental design. The populations of this research of VIII grade of
SMP Negeri 3 Tasikmalaya city at 2017/2018 academic year as much as 3 classes
which consist of 116 persons. The sample is used in the research which taken by
cluster random sampling technique as much as 2 class, VIII F as the experimental
class and VIII G as the control class. To measure the critical thingking skills, is
used an instrument that is a test of the critical thingking skills learners which
consists of 13 questions in the form of essay. Analysis using t test with
significance level α = 0,05.
The results of this research it shows there was influence of guided inquiry
learning model to learners critical thinking skills on the concep Digestive System
in Humans in VIII grade of SMP Negeri 3 Tasikmalaya city.

Keywords : guided inquiry learning model, critical thinking skills and Digestive
System in Humans.
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model


pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik
pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di kelas VIII SMP Negeri 3 Kota
Tasikmalaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan
bulan Agustus 2017 di SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode true eksperimental design dengan populasi kelas VIII
SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya, sebanyak 3 kelas dengan jumlah peserta didik
116 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling
sebanyak 2 kelas, yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen dan VIII G sebagai
kelas kontrol. Untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik,
digunakan instrumen berupa tes keterampilan berpikir kritis berjumlah 13 butir
soal yang berbentuk uraian. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t
dengan α 0,05.
Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran guided
inquiry terhadap keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep Sistem
Pencernaan pada Manusia di kelas VIII SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.

Kata Kunci : model pembelajaran guided inquiry, keterampilan berpikir kritis dan
Sistem Pencernaan pada Manusia

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas
pendidikannya. Pendidikan di masa kini terus mengalami perkembangan namun
masih tidak bisa menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni karena dalam
proses pembelajarannya masih menekankan budaya menghafal yang bersifat pasif
dengan tidak memaksimalkan keterampilan-keterampilan lain dalam proses
pembelajarannya.
Proses pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi dan
keterampilan berpikir peserta didik sangat diperlukan dalam era yang terus
berkembang pada saat ini. Faktanya, menurut Zanzibar, Mutiara dan Hertien
Koosbandiah Surtikanti (2015:601) dalam penelitiannya diperoleh informasi
bahwa “Pembelajaran masih dilakukan dengan metode ceramah sehingga
keterampilan peserta didik belum terlatihkan”. Salah satu keterampilan yang dapat
dikembangkan di sekolah adalah ketermpilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan dan dipupuk di seluruh
bidang pendidikan terutama sains, khususnya mata pelajaran IPA yang diharapkan
dapat dipergunakan untuk menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan
menarik kesimpulan dengan cermat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan Ennis (Fisher, 2009:4) “Berpikir kritis adalah pemikiran yang
masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
dipercaya atau dilakukan”. Dalam pelajaran IPA, selain pemahaman terhadap
konsep juga ditekankan pada pentingnya penggunaan keterampilan berpikir kritis
untuk dapat menganalisis, mensintesis dan menyimpulkan informasi-informasi
yang didapatkan dengan keterampilan berpikir kritisnya, sehingga peserta didik
mampu membedakan antara informasi yang baik dan informasi yang buruk, serta
dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan
salah seorang guru mata pelajaran IPA kelas VIII di SMP Negeri 3 Kota
Tasikmalaya pada hari Rabu 12 April 2017 pukul 09.45 WIB menjelaskan bahwa
pembelajaran IPA yang biasa dilakukan masih belum memberdayakan potensi
berpikir peserta didik secara optimal, guru hanya mengukur aspek kognitif peserta
didik pada tingkat ingatan dan pemahaman terhadap konsep yang tersedia sebatas
untuk persiapan dalam menjawab soal-soal ujian dan belum pernah mencoba
untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi terutama keterampilan
berpikir kritis.
Proses pembelajaran seperti itu menyebabkan peserta didik belum terlatih
menganalisis dan memecahkan masalah dalam mengerjakan soal-soal yang
dikaitkan dengan konsep dan berbagai permasalahan yang terjadi dalam
kehidupannya. Selain itu, peserta didik belum memiliki kesadaran bagaimana
seharusnya mereka belajar konsep IPA yang benar, baik dalam segi
merencanakan, memilih strategi maupun memonitor kemajuan belajarnya sendiri.
Akibatnya, peserta didik merasa kesulitan dalam memcahkan berbagai masalah
yang terkait dengan IPA karena tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi
berpikirnya. Belum terlatihnya keterampilan berpikir kritis juga dikarenakan guru
kurang memahami mengenai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut
menjadi penyebab pembelajaran yang berlangsung hanya berorientasi pada hasil
belajar tanpa meningkatkan aktivitas pembelajaran dan potensi keterampilan
berpikirnya.
Sesuai dengan permasalahan tersebut penulis berpikir bahwa salah satu
alternatif pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan berpikir kritis adalah
pembelajaran yang memberikan ruang kepada peserta didik untuk bisa
menemukan dan membangun konsep sendiri serta dapat mengembangkan
keterampilan berpikirnya. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah
model pembelajaran guided inquiry. Dunia pendidikan senantiasa mengalami
kemajuan. Pendidikan yang semakin baik, akan melahirkan generasi penerus yang
lebih kompeten dalam perkembangan pembangunan bangsa. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan yang diterima oleh para peserta didik.
Pendidikan sebagai awal pembentukan pribadi yang akan menentukan tujuan
kehidupan dimasa yang akan datang. Perhatian pada perkembangan pendidikan
merupakan kewajiban bersama supaya tercipta pendidikan yang diharapkan.
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan berpikir
kritis peserta didik pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di kelas VIII
SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2017/2018?”
Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran guided inquiry terhadap ketarmpilan berpikir kritis peserta didik
pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di kelas VIII SMP Negeri 3 Kota
Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental
design, karena pada penelitian ini telah memenuhi persyaratan yaitu adanya ..... ,
dengan model pembelajaran guided inquiry sebagai variabel bebas serta
keterampilan berpikir kritis peserta didik sebagai variabel terikat.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 3 Kota
Tasikmalaya tahun ajaran 2017/2018. Sebanyak 3 kelas dengan jumlah peserta
didik sebanyak 116 orang, Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster
random sampling sebanyak 2 kelas, yaitu kelas VIII F sebagai kelas eksperimen
dan VIII G sebagai kelas kontrol.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah control
group pretest-posttest. Adapun pola desain penelitian control group pre-test-post-
test menurut Arikunto, Suharsimi (2013:125) adalah sebagai berikut:

E O1 X O2
____________________

K O3 O4

Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
X : Perlakuan (treatment)
O1 : Pretest pada kelas eksperimen
O2 : Posttest pada kelas eksperimen
O3 : Pretest pada kelas kontrol
O4 : Posttest pada kelas kontrol

Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu:
tahap persiapan yang meliputi mempersipakan judul, melakukan observasi,
mengajukan judul, melakukan observasi wawancara kepada guru yang
bersangkutan, menyusun proposal dan instrumen penelitan, seminar penelitian, uji
coba instrumen penelitian; tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan uji coba
isntrumen, pretest, pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran guided inquiry, pelaksanaan pembelajaran kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran langsung, postest, dan tahap pengolahan data
seperti analisis data terhadap hasil tes keterampilan berpikir kritis yang diperoleh
dari hasil penelitian dan membuat kesimpulan.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes keterampilan
berpikir kritis yang berbentuk uraian yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
kegiatan belajar mengajar selesai.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan
berpikir kritis pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia Bentuk tes berupa
soal uraian yang mengacu pada lima indikator yaitu memberikan penjelasan
sederhana; membangun keterampilan dasar; membuat inferensi (menyimpulkan);
membuat penjelasan lebih lanjut; dan strategi dan taktik.
Uji validitas tiap butir soal dilakukan dengan menggunakan program
Anates versi 4.0 for windows dengan program Anates untuk soal uraian.
Berdasarkan hasil analisis butir soal sebanyak 20 butir soal dengan menggunakan
program Anates diperoleh 13 butir soal yang memenuhi kriteria valid dan 7 butir
soal yang tidak memenuhi kriteria valid, dan diperoleh reliabilitas uji instrumen
sebesar 0,96.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan uji
persyaratan analisis menggunakan Uji Normalitas dengan Uji Chi Kuadrat dan Uji
homogenitas dengan uji Fmaksimum, kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis
menggunakan uji t dependent

Tempat dan waktu


Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai bulan Agustus
2017 Bertempat di SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data pretest, posttest, dan
gain kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tabel 1
Statistik Keterampilan Berpikir Kritis Peserta didik
di kelas eksperimen dan kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol


Statistik
Pretest Posttest Gain Pretest Posttest Gain
Maksimum 41 50 16 38 48 16
Minimum 20 35 5 22 32 5
Rentang 21 18 11 16 16 11
Rata-rata 30,28 42,30 12,01 29,66 40,32 10,67
Varians 21,16 13,69 5,86 12,39 12,18 7,45
Standar deviasi 4,60 3,70 2,42 3,52 3,49 2,73

Pengujian Prasyarat Analisis


Untuk kenormalan data digunakan uji normalitas, Ringkasan perhitungan
uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 2
Ringkasan Hasil Uji Normalitas

Hasil Kesim-
Data 2hitung 2tabel Kesimpulan analisis
Analisis pulan
sample telah diambil
Skor Pretest 2 dari populasi populasi
𝜒 hitung Terima
(Kelas 3,16 7,81 yang berdistribusi
<𝝌2 tabel H0
Eksperimen) normal
sample telah diambil
Skor Posttest 2
𝜒 hitung Terima dari populasi populasi
(Kelas 4,2 7,81
<𝝌2 tabel H0 yang berdistribusi
Eksperimen)
normal
sample telah diambil
Skor Gain
𝜒2hitung Terima dari populasi populasi
(Kelas 7,21 7,81
<𝝌2 tabel H0 yang berdistribusi
Eksperimen)
normal
sample telah diambil
Skor Pretest
𝜒2hitung Terima dari populasi populasi
(Kelas 4,49 7,81
<𝝌2 tabel H0 yang berdistribusi
Kontrol)
normal
sample telah diambil
Skor Posttest
𝜒2hitung Terima dari populasi populasi
(Kelas 5,1 7,81
<𝝌2 tabel H0 yang berdistribusi
Kontrol)
normal
sample telah diambil
Skor Gain
𝜒2hitung Terima dari populasi populasi
(Kelas 7,44 7,81
<𝝌2 tabel H0 yang berdistribusi
Kontrol)
normal
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji normalitas dapat
disimpulkan bahwa data skor keterampilan berpikir kritis peserta didik di kelas
eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Tabel 3
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Fmaksimum

Hasil Kesimpulan
Data Fhitung Ftabel Kesimpulan
analisis Analisis FMax
Skor Pretest Kedua Varians
Fhitung <
– Posttest 1,54 1,72 Terima H0 Homogen
Ftabel
(Eksperimen)
Skor Pretest Kedua Varians
Fhitung <
– Posttest 1,02 1,69 Terima H0 Homogen
Ftabel
(Kontrol)
Gain Eksperimen Fhitung < Kedua Varians
1,54 1,71 Terima H0
– Gain kontrol Ftabel Homogen

Berdasarkan hasil analisis dari uji homogenitas tersebut disimpulkan


bahwa kedua kelompok data memiliki varians yang homogen.

Pengujian Hipotesis
Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji t dependent Pretest – Posttest

Hasil
Data thitung ttabel Kesimpulan Kesimpulan Analisis
Analisis
-4,92 2,02 thitung < Tolak Ho terdapat perbedaan yang
ttabel signifikan keterampilan
berpikir kritis peserta
didik dengan
Kelas
menggunakan model
Eksperimen
pembelajaran guided
inquiry sebelum
treatment dengan sesudah
treatment
-4,38 2,02 thitung < Tolak Ho terdapat perbedaan yang
ttabel signifikan keterampilan
berpikir kritis peserta
Kelas didik dengan
Kontrol menggunakan model
pembelajaran langsung
sebelum treatment
dengan sesudah treatment
Tabel 5
Ringkasan Hasil Uji t independent
Gain Kelas Eksperimen – Kelas Kontrol

thitung ttabel Hasil Kesimpulan Kesimpulan Analisis


Analisis
2,58 1,99 thitung < Tolak Ho terdapat pengaruh model
ttabel pembelajaran guided inquiry
terhadap keterampilan
berpikir kritis peserta didik
pada konsep Sistem
Pencernaan pada Manusia di
kelas VIII SMP Negeri 3
Kota Tasikmalaya.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dan mengujian hipotesis maka kesimpulan
pengaruh model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan berpikir
kritis peserta didik pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di kelas VIII
SMP Negeri 3 Kota Tasikmalaya. Pengaruh tersebut disebabkan karena terdapat
kesesuaian antara model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan
berpikir kritis, model pembelajaran guided inquiry mampu mengembangkan
keterampilan berpikir kritis peserta didik karena model pembelajaran guided
inquiry menitikberatkan konsep pembelajaran pada permasalahan autentik yang
bersifat ill-structured sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya
sendiri, mengembangkan cara berpikirnya sehingga mampu meningkatkan
keterampilan berpikir peserta didik salah satunya adalah berpikir kritis.
Dapat dilihat dari perbandingan rata-rata skor keterampilan berpikir kritis
peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan dalam
diagram berikut ini.
35
30
25
Frekuensi

20
15
10
5
0
Eksperimen Kontrol
pretest 30,28 29,66
posttest 32,54 30,32
Gain 11,94 10,61

Gambar 1
Diagram Skor Rata-rata Pretest, Posttest dan Gain Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 1 menjelaskan bahwa model pembelajaran guided inquiry
memperoleh nilai pretest rata-rata (X ̅ = 30,28), nilai posttest rata-rata (X
̅ =32,54)
dan nilai rata-rata gain (X̅ = 11,94). Sedangkan model pembelajaran langsung
memperoleh nilai pretest rata-rata (X ̅ = 29,66), nilai posttest rata-rata (X
̅ =30,32)
dan nilai rata-rata gain (X̅ = 10,61). Dari diagram tersebut dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran guided inquiry lebih unggul daripada model
pembelajaran langsung dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis
peserta didik, dapat dilihat dari nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya seperti yang
telah dipaparkan sebelumnya bahwa model pembelajaran guided inquiry
mempunyai kelebihan diantaranya memfokuskan peserta didik pada pemecahan
masalah karena model pembelajaran guided inquiry merupakan model
pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalaha bersifat nyata. sehingga
peserta didik menjadi lebih aktif, terlatih dalam menganalisa, memecahkan
masalah secara tepat, mampu melatih peserta didik berpikir kritis dalam
menyikapi pembelajaran dan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi peserta didik.
Model pembelajaran guided inquiry juga mempunyai konsep pemecahan
masalah sangat cocok jika diterapkan dengan keterampilan berpikir kritis karena
dalam pemecahan masalah peserta didik harus menganalisis berbagai informasi
untuk menemukan solusi yang tepat. Keterampilan berpikir kritis juga merupakan
suatu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang jika ditinjau dari ranah kognitif
lebih kepada keterampilan untuk menganalisis dan mengevaluasi. Seperti yang
telah dipaparkan oleh Anderson (Tawil dan Liliasari, 2013:11) bahwa
keterampilan berpikir kritis memiliki arti yang sama dengan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, terutama pada aspek evaluasi. Begitu pula dengan model
pembelajaran guided inquiry, pada sintaks model pembelajaran guided inquiry
menerapkan proses mengidentifikasi, manganalisis, dan mengevaluasi. Model
pembelajaran guided inquiry sehingga sangat cocok dan mampu mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dengan baik dan juga jika dikaitkan dengan konsep
Sistem Pencernaan pada Manusia, karena konsep Sistem Pencernaan pada
Manusia merupakan materi yang berkonsep pada permasalahan Sistem
Pencernaan pada Manusia sehingga sangat cocok dipadukan dengan model
pembelajaran guided inquiry dan mampu mengembangkan keterampilan berpikir
kritis.
Pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung,
peserta didik tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
berpikirnya karena konsep pembelajaran telah di sampaikan oleh guru sehingga
peserta didik mendapatkan pengetahuan yang monoton dan peserta didik tidak
dilatih untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi maka akan sulit
untuk melatih peserta didik dalam berpikir kritis.
Ketercapaian keterampilan berpikir kritis peserta didik dapat dilihat dari
hasil tes keterampilan berpikir kritis yang disajikan dalam 13 soal uraian yang
terbagi ke dalam lima aspek keterampilan berpikir kritis yaitu 4 soal memberikan
penjelasan sederhana, 3 soal membangun keterampilan dasar, 3 soal
menyimpulkan, 2 soal membuat penjelasan lebih lanjut, 1 mengatur strategi dan
taktik. Skor maksimum yang diperoleh pada setiap soal adalah 4 dan diperoleh
hasil skor yang berbeda pada setiap aspek keterampilan berpikir kritis. penilaian
merujuk pada rubrik penilaian keterampilan berpikir kritis (terlampir) dengan skor
ideal adalah 4 yang berarti keterampilan berpikir kritis peserta didik tinggi.
Selain itu, keterampilan berpikir kritis dapat mempengaruhi hasil belajar
peserta didik, hal tersebut dapat dilihat dari skor tes keterampilan berpikir kritis
yang telah dikonversi menjadi nilai maka didapatkan rata-rata sebagai berikut.
90 81,2
77,5
80
70
58,2 57,1
60
50
40
30
20
10
0
Eksperimen Kontrol

Pretest Posttest

Gambar 2
Nilai Rata-Rata Pretest-Posttest Tes Keterampilan
Berpikir Kritis Peserta didik Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Gambar 2 menjelaskan bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan


model pembelajaran guided inquiry memperoleh nilai rata-rata prettest ( X ̅ =58,2)
̅
nilai rata-rata posttest ( X =81,2) sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan
model pembelajaran langsung memperoleh nilai nilai rata-rata prettest ( X ̅ =57,1)
nilai rata-rata posttest ( X̅ =77,5). Adapun Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
mata pelajaran IPA konsep Sistem Pencernaan pada Manusia kelas di VIII SMP
Negeri 3 Kota Tasikmalaya yaitu 75. Jika dilihat nilai rata-rata kelas eksperimen
dan kelas kontrol mencapai KKM, maka Salah satu untuk meningkatkan hasil
belajar peserta didik adalah dengan keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis juga merupakan interpretasi dan evaluasi yang
terampil dan aktif terhadap komunikasi, informasi dan argumentasi. Keterampilan
berpikir kritis akan berkembang apabila dikaitkan dengan model pembelajaran
yang dapat mendorong perkembangan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kritis adalah model pembelajaran guided inquiry. Model pembelajaran
guided inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut aktifitas
mental peserta didik untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi
dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih
peserta didik menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah. Pemecahan masalah berhubungan dengan keterampilan
berpikir kritis karena keterampilan berpikir kritis mampu menganalisa dan
mengevalusi setiap permasalahan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis,
diperoleh simpulan bahwa terdapat pengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis
peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
guided inquiry pada konsep Sistem Pencernaan pada Manusia di Kelas VIII SMP
Negeri 3 Kota Tasikmalaya.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam
penggunaan model pembelajaran guided inquiry penulis menyarankan:
1. model pembelajaran guided inquiry dapat digunakan guru IPA sebagai salah
satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan
keterampilan berpikir kritis peserta didik pada konsep Sistem Pencernaan pada
Manusia;
2. guru perlu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran guided inquiry pada konsep-konsep IPA lainnya untuk melatih
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
3. berdasarkan hasil penelitian ini, model pembelajaran guided inquiry dapat
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis peserta didik pada
konsep Sistem Pencernaan pada Manusia Oleh sebab itu, untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk dapat diperluas pada konsep dan level kelas
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks
Pendidikaan Multiliterasi Abad Ke-21. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fisher, Alec. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. (terjemahan). Jakarta:


Erlangga.

Madesa, Emdar. (2015). “Penerapan Pembelajaran IPA Terpadu dengan Level of


Inquiry untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam
Implementasi Kurikulum 2013”. Prosiding Seminar Nasional Fisika.
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.

Pabst, R. Dan R Putz. (2003) Atlas Anatomi Manusia Sobbota. Buku Kedokteran

Poedjiadi, Anna & Titin Suprtiyatin. (2005). Dasar-dasar Biokimia. Bandung:


Universitas Indonesia.
Priono, Agus, A. Budi Mulyanto & Hj. Nurhayati. (-). “Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2014/2015. Jurnal 1. STKIP-PGRI Lubuklinggau

Santoso, Hari. (-). “Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif Pustakawan dalam
Penulisan Karya Ilmiah. Jurnal. Universitas Negeri Malang.

Sloane, Ethel. (2004). Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Terjemahan James
Veldman. Jakarta: Kedokteran EGC.

Sugandi, Muhamad Kurnia. (2016). “Peningkatan Kemampuan Memecahkan


Masalah Siswa pada Konsep Ekosistem dengan Pembelajaran Guided
Inquiry Berbantuan Audio Visual di Kelas VII SMP IT Hafifudin
Arrohimah”. Jurnal Bio Educatio 1(1). Universitas Majalengka.

Sularso, Agung, Puguh Karyanto & Bowo Sugiharto (2015). “Pengaruh


Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas
X SMA N Karangpandan Tahun Pelajaran 2012/2013. Bio-Pedagogi 4(2).
Universitas Sebelas Maret.

Widianingsih, Dedeh. (2015). Evaluasi Pembelajaran Matematika. FKIP UNSIL.


Tasikmalaya: Tidak dipublikasikan.

Yuliyanti, Novi. (2016). ”Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Berbasis


Lingkungan Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Karakter”.
Jurnal Cakrawala Pendas 2(2). Universitas Majalengka.

Zanzibar, Mutiara & Hertien Koosbandiah Surtikanti (2015). “Penerapan Model


Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Kegiatan Field Trip ke Bangka
Botanical Garden (BBG) untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kreatif Siswa. Prosiding Simposium Nasional dan Pembelajaran Sains
2015. Bandung Indonesia.

Вам также может понравиться