Вы находитесь на странице: 1из 12

Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No.

1 (2019) 67-78

JOURNAL OF LEADERSHIP
IN ORGANIZATIONS
Journal homepage: https://jurnal.ugm.ac.id/leadership

EXPLORATION OF ASIA LEADERSHIP THEORY: LOOKING FOR


AN ASIAN ROLE IN THE FIELD OF LEADERSHIP THEORY

C. Budi Santoso 1*
1 Faculty of Economics and Business, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 55281, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT

This study begins with the question of whether Western


Keywords:
leadership theory is universal and where is Asia's
Leadership Theory, contribution to this theory of leadership. Studies show that
Asia Leadership the theory of Asian leadership is local and influenced by the
cultural influences of Asian local communities. Harmony
and stability are the essences of Asian local culture. The
leadership process is voluntary, collectivity, and is in a
traditional or informal social structure. The effectiveness of
traditional leadership is more concerned with aspects of
guarding and achieving an atmosphere of harmony and
stability. Furthermore, Western leadership theory is built
from an organizational perspective that is competing to gain
resources and maintain the organization's life. The West
leadership process is mechanical, formal and transactional.
Leadership effectiveness is the ability to win the competition
and defend itself in a strong position in the competition. The
differences in the approaches to Asian and Western
leadership theory are in line with the concept of low-context
and high-context perspective. This is also in line with the
contingency approach for effective leadership. The study
states that the position of Asian and Western leadership
theory is the same, both groups of theories are on a practical
level that emphasizes contextual conformity. The
globalization paradigm has strengthened Western
"influence" hegemony about effective leadership. However,
this dominance will be temporary according to the human
perspective or learning organization because of the
contextual conformity. On the other hand, modern society
has a stigma over the concept of Asian local leadership
above. The things above reinforce the dim role of local Asian
leadership in modern Asian society itself.
___________

* Corresponding Author at Department of Economics, Faculty of Economics and Business, Universitas Gadjah
Mada, Jalan Socio Humaniora No. 1, Yogyakarta 55182, Indonesia.
E-mail address: rrosari@ugm.ac.id (author#1),
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

1. Pendahuluan Barat. Selanjutnya, penulis


Penulis memperoleh ide di atas membandingkan teori kepemimpinan
ketika mengikuti suatu diskusi di tradisional Asia dan Barat untuk
International Academic Conference mendapatkan perbedaan peran
tentang Exploring Leadership and kepemimpinan menurut perspektif Asia
Learning di Universitas Sains Malaysia di dan Barat. Penulis menggagas formula
periode Februari 2011. Diskusi tersebut kepemimpinan efektif melalui
membahas apakah teori bersifat pendekatan situational theories,
universal, khususnya teori knowledge-based theories, dan low-
kepemimpinan Barat. Pertanyaan lain context and high-context perspectives.
yang muncul di diskusi tersebut adalah Hal merupakan modal untuk
mengapa semua teori kepemimpinan memetakan peran dan kedudukan teori
yang kita pelajari berasal dari perspektif kepemimpinan di negara-negara Barat
Barat atau Amerika saja, tidak adakah dan Asia.
kontribusi Asia dalam hal ini? Diskusi
internasional ini pada akhirnya lebih 2. Kepemimpinan Lokal Asia
banyak merupakan ‘curhat’ peserta atas Pada dasarnya, kepemimpinan di
kelemahn teori dari perspektif Barat, wilayah Asia tumbuh dengan semangat
khususnya di bidang teori latar-belakang agama, kepercayaan, dan
kepemimpinan dan ‘kegusaran’ akan nilai-nilai sosial yang dianut oleh
hilangnya jati diri Asia atas hegemoni masyarakat lokal. Secara khusus,
pengetahuan Barat. Secara umum, kepemimpinan di masyarakat Asia
peserta diskusi sepakat ideologi ‘global’ sangat terkait dengan budaya lokal
atau ‘globalisasi’ men-‘drive’ fenomena masyarakat. Budaya lokal masyarakat
di atas. Dominasi barat berperan penting menjadi basis konsep kepemimpinan
membentuk keseragaman dan yang diinginkan oleh masyarakat lokal
standarisasi atau aliran teori yang selama tersebut. Oleh karena itu, kepemimpinan
ini digunakan dalam studi-studi empiris. di masyarakat Asia sering dikenal
Terbukti, International Conference dengan sebutan kepemimpinan budaya.
ELLTA lebih banyak mempresentasikan Artinya, kriteria kepemimpinan efektif
karya-karya ilimiah tentang pengujian diukur sejauh mana pemimpin mampu
teori dan konsep kepemimpinan mempertahankan dan melaksanakan
perspektif Barat ketimbang eksplorasi budaya lokal masyarakat. Mereka
teori kepimpinan di benua Asia. memandang penting mempertahankan
Hal ini memberikan inspirasi budaya lokal mereka, karena
penulis memulai mengekplorasi peran mengandung nilai-nilai, norma-norma,
Asia dalam khasanah teori dan kepercayaan tentang hubungan
kepemimpinan. Tulisan ini merupakan manusia dengan alam, sesama, dan
gagasan awal yang diharapkan dapat Tuhan yang dipercayai sebagai ‘jiwa’
dikembangkan untuk menghasilkan mereka mencapai tujuan hidup.
pemetaan secara akurat peta teori Sebagai contoh, budaya Jawa
kepemimpinan Asia dan Barat. Penulis percaya bahwa tujuan hidup manusia
memulai dengan pemaparan singkat adalah mencapai stabilitas dan
perspektif yang dibangun oleh beberapa keseimbangan hidup di dunia. Nilai
teori kepemimpinan tradisional Asia dan harmoni dan kerukunan menjadi syarat
68
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

penting untuk mencapai tujuan tersebut. jika masing-masing anggota masyarakat


Kriteria kepemimpinan dalam konteks memahami dan melaksanakan peran
budaya Jawa ini adalah mereka yang tersebut. Harmonisasi ini tercapai karena
mampu menciptakan kondisi harmoni tidak ada benturan kepentingan dan
dan rukun tersebut. Pemimpin dalam saling menghormati peran sosial masing-
budaya Jawa yang dapat diterima oleh masing. Kecenderungan melaksanakan
masyarakat adalah mereka yang menjadi peran sosial atas dasar hirakhi sosial
panutan masyarakat atau dianggap yang melekat pada diri masyrakat
mampu melindungi atau mengayomi menyebabkan polarisasi peran
kepentingan harmonisasi dan pemimpin dan pengikut. Pemimpin
kerukunan. Senioritas pada aspek umur, dalam masyarakat lokal Asia memegang
pendidikan, pengalaman, dan ekonomi kendali pengambilan keputusan,
dapat menjadi ukuran memilih sedangkan masyarakat sebagai pengikut
pemimpin dalam konteks masyarakat bersikap pasif dan sukarela mengikuti
berbudaya Jawa. perintah pemimpin. Ini merupakan
Karakteristik kepemimpinan dan implikasi proses kepemimpinan
budaya masyarakat lokal Asia ternyata masyarakat lokal Asia. Warna
tidak jauh berbeda, baik itu dari sentralistik dan kolektivitas adalah
Indonesia, India (Nishkama Karma-The dominan dalam aplikasi kepemimpinan
Indian Selfless Servant), Malaysia (Malay lokal Asia. Kemudian aspek paternalistik
Hierarchical Social Structure), Iran juga tidak lepas dari stigma
(Islamic Leadership dan Rabbani, Imam kepemimpinan lokal Asia. Mereka
Khomeni’s Approach) dan Cina sebagai laki-laki lebih pantas mengayomi
(Confucian). Stabilitas kehidupan dan melindungi masyarakat ketimbang
melalui nilai-nilia kerukunan dan mereka dari kelompok perempuan.
harmoni menjadi ‘jiwa’ masyarakat lokal
Asia. Nilai senioritas menjadi ukuran 3. Kepemimpinan Barat
mendasar memilih seorang pemimpin Kita mengetahui banyak teori-
mereka. Pemilihan pemimpin mereka teori kepemimpinan dari perspektif Barat
bersifat sukarela. Mereka menyadari seperti servant leadership, autocratic
kedudukan sosial mereka dan leadership, shared leadership, educational
memberikan kepercayaan kepada leadership, transactional leadership,
seorang yang dianggap lebih senior transformational leadership. Kita juga
(senioritas) untuk memimpin dan mengenal pendekatan kepemimpinan
mengayomi kepentingan mereka. Proses efektif dari Barat yaitu trait approach,
ini berlangsung dalam mekanisme behavior approach, dan situasional approach.
musyawarah. Cara ini dapat dianggap Teori-teori kepemimpinan Barat tersebut
efektif untuk menumbuhkan komitmen dibangun dari perspektif organisasional.
bersama yang kuat atas penerimaan Organisasi ada sebagai kumpulan
kehadiran seorang pemimpin mereka. individu-individu yang sepakat
Sisi lain dari menciptakan kerukunan bergabung dan mengupayakan
adalah masyarakat mengerti memahami pencapaian tujuan masing-masing
adanya hirakhi sosial yang dapat melalui pencapaian tujuan organisasi.
menentukan peran sosial mereka di Profil organisasi pada konteks ini adalah
masyarakat. Harmonisasi akan tercapai organisasi yang bersaing mendapatkan
69
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

sumber daya langka dan penting untuk oleh sejauh mana organisasi mampu
bertahan hidup dan mengembangkan menguasai sumber daya penting dan
diri melalui kompetisi. Kumpulan langka pada posisi yang kuat di pasar
individu-indvidu dalam organisasi (kompetisi).
tersebut diatur secara formal dan Kepemimpinan Barat mengadopsi
hirakhis. Peran-peran individu-individu paham pasar dan efisiensi. Pemimpin
dalam organisasi juga diatur secara dianggap berhasil jika organisasi yang
formal. Hubungan antar individu- dipimpin memiliki jangkauan operasi
individu juga diatur secara formal dan dan sumber daya-sumber daya yang
transaksional. Namun nilai-nilai tersebar luas. Di satu sisi, hal ini untuk
organisasional pada macam-macam menjamin kelangsungan hidup
organisasi akan berbeda sesuai dengan organisasi. Di sisi lain, sebagai bentuk
‘belief’ yang dipegang dalam rangka jaminan efesiensi pengelolaan organisasi
‘survival’ dan ‘growth.’ Di sini lah peran dan bentuk hegemoni pengaruh
pemimpin sebagai pendiri menjadi kepemimpinan. Bentuk organisasi atau
penting untuk memberikan keunikan perusahaan seperti multi-national
atau budaya organisasi. corporation merupakan wajah konkrit
Berdasarkan konteks hegemoni ‘pengaruh’ Barat. Kemudian
kepemimpinan dari persepktif Barat di demi efesiensi, paham ‘globalisasi’ atau
atas, dapat dirumuskan pola ‘pasar global’ mendorong pengkondisian
kepemimpina Barat. Pertama, Proses pasar dan organisasi yang
kepemimpinan Barat bersifat formal, dan terstandarisasi, homogeny, dan identik.
rasional. Formal artinya pemimpin Besaran pengaruh ‘hegemoni’ semakin
muncul melalui proses atau sistem baku besar. Budaya di lingkungan masyarakat
yang berlaku di organisasi dan berjalan modern Asia tidak lagi berbasis pada
secara procedural. Rasional artinya ada nilai-nilai budaya asli mereka, tetapi
kriteria yang digunakan untuk memilih banyak mengadopsi cara berpikir pasar,
dan mengukur keberhasilan efektivitas pragmatis dan kompetisi. Pada
kepemimpinan. Hal ini juga diatur secara akhirnya, kepemimpinan lokal Asia
formal. Kondisi ini selanjutnya tidak dapat dipertahankan eksistensi dan
membawa konsekuensi bahwa tergerus oleh gelombang globalisasi,
kepemimpinan Barat bersifat termasuk globalisasi kepemimpinan
transaksional. Pemberian apresiasi atau Barat.
kompensasi atas keberhasilan
kepemimpinan diyatakan dalam sistem 4. Kritik Globalisasi Teori
organisasional. Demikian pula, Kepemimpinan Barat: Meng-
hubungan pemimpin dan pengikut abaikan Kepemimpinan Lintas
dalam konteks Barat bersifat
Budaya
transaksional. Ada hubungan timbal
balik antar pemimpin dan pengikut yang
dinyatakan dalam penghargaan materi. Penekanan universalitas teori
Lebih penting lagi efektivitas peran kepemimpinan Barat mendapat
pemimpin dan pengikut-pengikutnya tantangan, lebih tepatnya kritikan atas
diatur secara formal dan transaksional. derajat aplikabilitasnya di lintas budaya.
Efektivitas kepemimpinan ditentukan Tidak semua teori atau konsep
70
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

kepemimpinan Barat dapat diterapkan di perspektif proses kepemimpinan ada dan


lingkungan lintas budaya, antar diterima secara sukarela. Jika budaya-
masyarakat sosial yang berbeda. Ada budaya lokal adalah unik, tentunya
perbedaan dan kesamaan pemahaman kepemimpinan di setiap budaya dapat
kepemimpinan Barat dan Asia. Temuan dibedakan. Ini berbeda dengan
GLOBE (the Global Leadership and organisasi berbasis budaya global –
Organizational Behavior Effectiveness) perusahaan multinasional- memiliki
mewakili pandangan di atas. Den proses organisasional terstandarisasi,
Hartog et al (1999) menegaskan adanya sehingga kepemimpinan merupakan hal
komonalitas dan perbedaan antar negara standar.
mengenai kepemimpinan. Lebih Universalitas teori kepemimpinan
tegasnya, Scandura dan Dorfman (2004) Barat juga mendapat sanggahan karena
mengungkapkan temuan GLOBE proses pengembangan teori
memperkuat satu paham bahwa konsep kepemimpinan Barat berpijak di
kepemimpinan pada dasarnya tidak lingkungan Barat semata. Yulk (1998)
memiliki komonalitas mutlak di setiap mengungkapkan bahwa banyak
negara. Keberagaman profil penelitian pengembangan teori
kepemimpinan eksis karena keunikan kepemimpinan Barat dilaksanakan di
budaya dan proses bagaimana proses lingkungan Amerika Serikat, Kanada,
kepemimpinan terjadi. Di sini penulis dan Eropa Barat. Hal ini menunjukkan
perlu menggarisbawahi bahwa konsep kelangkaan penelitian kepemimpinan di
kepemimpinan tidak semata-mata luar wilayah-wilayah tersebut. Secara
berada dalam konteks lingkungan tidak langsung, generalisasi hasil
organisasi atau perusahaan, tetapi penelitian kepemimpinan tersebut di atas
lingkungan masyarakat sosial dimana terbatas hanya di lingkungan yang telah
struktur, budaya, dan nilai-nilai yang ada disebutkan yang di atas. Atas
bersifat dinamis, sukarela, dan diterima keterbatasan ini, Hofstede (1993)
oleh masyarakatnya. menggarisbawahi bahwa teori
Temuan GLOBE sebenarnya manajemen yang kita pelajari merupakan
mempertegaskan kritikan atas manifestasi kultur Amerika.
pemaksaan perspektif kepemimpinan Ditambahkan oleh Hofstede, akar teori
Barat di dunia tanpa memperhatikan manajemen berasal dari Eropa dengan
bagaimana proses kepemimpinan itu nama-nama tokoh manajemen yang kita
sebenarnya muncul dan diterima di kenal seperti Adam Smith, Max Weber,
masyarakat sosial. House et al (1997) Henry Fayol, dan Kurt Lewin. Ini
menyatakan adanya penerimaan yang memberikan gambaran jelas bahwa teori-
nyata bahwa aplikasi teori manajemen teori manajemen yang kita pelajari tidak
Barat tidak memiliki derajat universalitas mencerminkan budaya di luar negara-
yang efektif untuk membantu negara Barat tetapi sebaliknya pengaruh
pencapaian tujuan organisasi di budaya Barat masuk ke wilayah Asia
lingkungan budaya lokal yang kuat. melalui teori manajemen yang kita
Proses organisasional berbasis budaya pelajari dan aplikasikan.
lokal tentunya berbeda dengan Perbedaan budaya (lintas budaya)
organisasi berbasis budaya global. Di sini mempengaruhi perilaku dan gaya
budaya menjadi sentra pengembangan interaksi pemimpin dan para
71
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

pengikutnya. Prototipe kepemimpinan masing-masing, pemimpin dan para


akan berbeda secara signifikan di tataran pengikutnya, menjalankan peran atau
lintas budaya (Den Hartog et al 1999). fungsinya dengan baik.
Kepemimpinan Barat lahir di lingkungan
budaya individualistik, sedangkan 5. Kepemimpinan Efektif
kepemimpinan Asia berada di (Situasional): Kepemimpinan
lingkungan kolektif. Di lingkungan Lintas Budaya
individualistik, kepemimpinan
transaksional lebih efektif untuk
Penjelasan di atas memberikan
menggerakan potensi pengikut dan
suatu pemahaman bahwa keberhasilan
pengaruh pemimpin untuk mencapai
kepemimpinan tidak disebabkan oleh
tujuan bersama. Hubungan antara
penggunaan teori kepemimpinan Barat,
pemimpin dan pengikut bersifat
tetapi harus memperhatikan model
penugasan (task-oriented). Kehadiran
interaksi pemimpin dan para
pemimpin di lingkungan indivdiualistik
pengikutnya yang sangat dipengaruhi
menekankan unsure legalitas dan
oleh lingkungan sitausionalnya. Pada
formalitas. Hal ini penting agar fungsi
konteks ini, proses kepemimpinan
kepemimpinan dapat efektif dijalankan
memerlukan peran tiga elemen yaitu
di lingkungan tersebut. Di sisi lain,
pemimpin, pengikut, dan lingkungan
lingkungan individualistik
situasional. Gaya kepemimpinan
mengakomodasi aspirasi pengikut untuk
ditentukan oleh karakteristik
mempengaruhi kepemimpinan yang
pengikutnya dan lingkungannya. Hal ini
ada. Secara umum posisi sejajar antar
dikenal dengan pendekatan pendekatan
pemimpin dan pengikut relatif ada dan
situasional (contingency approach). Para
dipelihara.
pakar kepemimpinan telah memberikan
Sedangkan di lingkungan kolektif,
alternatif teori-teori kepemimpinan
kepemimpinan paternalistik lebih
situasional seperti Fidler’s Contingencsy
diharapkan atau diterima pengikutnya.
Theory of Leadership, House’s Path Goal
Hubungan antar pemimpin dan para
Theory of Leadership, dan Heresy and
pengikutnya seperti hubungan antar
Blanchard’s Life Cycle Theory of
bapak dan anak-anaknya. Hubungan
Leadership.
mereka lebih personal tetapi hirakhis.
Fiedler’s Contingency Theory of
Fungsi dan peran pemimpin dan para
Leadership menjelaskan bahwa gaya
pengikutnya jelas dan saling
kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh
menghormati. Implikasi dari model
aspek control situasional yaitu hubungan
hubungan ini di lingkungan kolektif,
antar pemimpin dan pengikut, struktur
pemimpin sebagai pemain tunggal untuk
tugas, dan pengaruh kedudukan. Ada
pembimbing, pengarah, pengambil
dua gaya kepemimpinan yang diajukan
keputusan dan pengayom. Sedangkan
oleh Fiedler sebagai hasil interaksi ketiga
pengikut berperan sebagai pelaksana
sitausi tersebut yaitu task-motivated
perintah, petunjuk pemimpin. Tidak ada
leadership dan relationship-motivated
ruang aspirasi pengikut untuk
leadership. House’s Path Goal Theory of
mempengaruhi tugas pemimpin. Ciri
Leadership menawarkan macam-macam
seperti itu terpelihara dan diterima
gaya kepemimpinan untuk
secara tradisional dengan asumsi bahwa
72
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

menyesuaikan dengan interaksi 6. Eksistensi Teori Kepemimpin-


karakteristik karyawan (pengikut) dan an: Teori berbasis Pengetahuan
faktor lingkungan. Teori-teori tersebut (Spender, 2007)
eksis dalam lingkungan organisasi ketika
keunikan individu dan perbedaan
Pada bagian ini penulis mencoba
struktur tugas mendorong pemimpin
memaparkan bagaimana sebuah teori,
harus menyesuaikan gaya
dalam hal ini teori kepemimpinan
kepemimpinannya supaya efektivitas
tertentu dominan eksistensi di
kepemimpinannya dapat berjalan baik.
lingkungan masyarakat sosial dengan
Keterbatasan teori-teori kepemimpinan
menggunakan pendekatan yang
stuasional ini dalam konteks ini adalah
diajukan oleh Spender (2007) yaitu teori
teori-teori tersebut berlaku di lingkungan
berbasis pengetahuan (knowledge-based
organisasi. Dinamika organisasi
theory). Spender menjelaskan bahwa
memerlukan pendekatan situasional
sebuah teori mempunyai dominasi kuat
untuk menghasilkan kepemimpinan
di suatu lingkungan masyarakat karena
efektif.
tiga perspektif tentang pengetahuan
Perspektif kepemimpinan
yaitu pengetahuan sebagai obyek
situasional di atas memberikan peluang
(knowledge as object), pengetahuan
munculnya peranan teori kepemimpinan
sebagai pengalaman pribadi atau bersifat
Asia untuk berkiprah di lingkungannya
priabdi (knowledge as personal), dan
sendiri, masyarakat lokal Asia. Kunci
pengetahuan sebagai produk budaya
pendekatan situasional yaitu mengakui
atau bersifat kultural (knowledge as
adanya dinamika, kompleksitas, dan
cultural) (lihat tabel 1). Pertama,
variasi situasi atau lingkungan yang
pengetahuan sebagai obyek. Pada
memerlukan pendekatan kepemimpinan
perspektif ini, pengetahuan dianggap
yang berbeda-beda. Keunikan
sebagai benda yang sudah ada.
lingkungan masyarakat lokal Asia
Eksistensi knowledge sebagai teori
memerlukan tipe kepemimpinan yang
sudah terbentuk. Individu memperoleh
sesuai dengan kebutuhan lingkungan
pengetahuan atau memahami teori
tersebut, tidak semata-mata mengadopsi
melalui pengujian teori yang berlaku
kepemimpinan Barat. Teori-teori
untuk kondisi yang berbeda.
kepemimpinan lokal Asia yang sudah
Tercapainya generalisasi melalui
dipaparkan di atas merupakan
pengujian teori merupakan indikator
representasi adanya kepemimpinan
bahwa individu telah mendapatkan
berbasis masyarakat lokal melalui
pengetahuan dengan metoda yang
keunikan budaya. Dalam hal ini budaya
benar. Konsep seperti ini mirip dengan
tetanp menjadi parameter keunikan
pengujian-pengujian di bidang eksata
masyarakata lokal Asia. Budaya bagi
(fisika dan kimia) di laboratorium.
masyakarat lokal Asia menjadi
kepercayaan dan nilai-nilai utama
tentang apa tujuan hidup di masyarakat
dan bagaimana mencapainya.

73
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

Pendekatan ini mengakibatkan dimiliki. Pendekatan ini memungkinkan


keberadaan teori bersifat universal sesuai bahwa setiap individu akan memiliki
tujuan perolehan teori atau pengetahuan interpertasi yang berbeda atas suatu
adalah melakukan generalisasi. kejadian atau obyek yang sama.
Kecenderungan menghasilkan Keragaman atau kekayaan pengetahuan
pengetahuan baru relatif tidak ada, tetapi jelas sangat mungkin muncul melalui
lebih menguatkan eksistensi keberadaan pendekatan ini. Perkembangan
teori atau pengetahuan yang sudah ada. pengetahuan menjadi dinamis dan
Pendekatan ini mendorong adanya eksistensi pengetahuan atau teori bersifat
dominasi sebuah teori atau pengetahuan sementara karena akan terbarukan oleh
yang mempengaruhi masyarakat atau akibat akumulasi pengalaman pribadi
individu berpikir dan bertindak. yang baru.
Keseragaman perspektif merupakan Pendekatan ketiga adalah
produk dari perolehan pengetahuan pengetahuan bersifat kultural.
sebagai obyek. Pendekatan ini mempunyai proses dan
Pendekatan kedua yaitu hasil yang hampir sama dengan
pengetahuan bersifat pribadi. Individu pendekatan kedua. Perbedaannya adalah
mempunyai kebebasan mendapatkan pendekatan kedua berada pada level
pengetahuan atau mensintesakan teori individu atau pribadi, sedangkan
berdasarkan pengalaman pribadi. pendekatan ketiga atau terakhir berada
Akumulasi pengalaman-pengalaman di tingkat masyarakat. Pendekatan ini
pribadi diinterpertasikan oleh individu menekankan pengaruh budaya di
itu sendiri dengan menggunakan basis masyakarat mementukan bagaimana
referensi pengetahuan yang sudah pengetahuan diperoleh, diterima, dan
Tabel 1: Konsekuensi Eksistensi berbasis Pengetahuan

Perspektif tentang Bagaimana pengetahuan diperoleh dan Sifat eksistensi sebuah Teori
Pengetahuan akibatnya pada mengapa suatu teori eksis di
lingkungan masyarakat

Pengetahuan Aliran positivism, pengujian hipotesa untuk Universal


sebagai obyek mengkonfirmasi teori yang berlaku,
(knowledge as menekannkan generalisasi, berakibat pada
object ) pengetahuan terdokumentasi baik, teori
bersifat stabil, akurasi dan replikasi
pengetahuan cenderung konsisten
dilaksanakan mutlak
Pengetahuan Aliran idealism atau interpretivism, Kontekstual dan pribadi
bersifat pribadi menekankan akumulatif pengalaman lokal,
(knowledge as tacit, kontekstual, dan pribadi, menggunakan
personal) referensi pribadi untuk mensitesakan teori
(sense-making or using their own frames of
references) untuk mensitesakan pengetahuan
atau teori .
Pengetahuan Aliran pragmatism, dominasi pengaruh nilai- Lokal berbasis kultural
bersifat cultural nilai di masyarakat mempengaruhi
(knowledge as bagaimana pengetahuan diterima dan
cultural) dipertahankan (cultural practice of knowing
knowledge), interperertasi pribadi (personal)
dikendalikan oleh “dominance of how to
74
know”.
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

dipertahankan. Sebagai contoh, teknologi di negara-negara Asia.


masyarakat di negara-negara Barat ‘Modernisasi’ kehidupan masyarakat
menekankan aspek rasionalitas dalam Barat menjadi pilihan utama sebagai
memahami kejadian-kejadian alam. model untuk peningkatan kualitas
Kebenaran pengetahuan atau teori kesejahteraan masyarakat Asia pada
diperoleh melalui serangkaian pengujian umumnya. Model ‘modernisasi’ juga
melalui metoda-metoda ilmiah yang rinci berarti bahwa metoda-metoda dan
dan konsisten. Sebaliknya, masyarakat instrument-instrumen memperoleh
lokal Asia, misal masyarakat Jawa pengetahuan mengadopsi cara
memahami kejadian-kejadian alam masyarakat Barat. Pada kenyataannya,
seperti gunung meletus, banjir, dan meniru modernisasi Barat merupakan
gempa secara praktis mengedepankan cara praktis bagi masyarakat Asia
aspek non-rasional seperti sebagai sekarang karena telah teruji.
pertanda Sang Pencipta menegur
manusia sebagai akibat perilaku negatif 7. Eksistensi Teori Kepemimpin-
manusia. Bagi masyarakat Jawa, an: Low and High-Context
hubungan alam dan manusia merupakan Perspectives (Child, 2002)
representasi hubungan manusia dengan
Sang Pencipta-nya. Hal ini berbeda
Eksistensi teori kepemimpinan
dengan perspektif masyarakat Bara
dapat dipengaruhi juga oleh perspektif
memandang hubungan alam dan
teoretikal tentang sensisvitas teori
manusia bersifat sekuler.
terhadap keadaan suatu negara atau
Ketiga pendekatan di atas
region. Ada dua perspektif sensistivitas
memberikan implikasi kepada eksistensi
teori atas keunikan suatu negara, yaitu
teori di masyarakat. Pendekatan pertama
low-context perspectives dan high-
mengartikan bahwa teori bersifat
context perspectives. Low-context
universal, langgeng, dan mengabaikan
perspective mengadopsi universalitas
aspek keunikan. Pendekatan kedua
perspektif dan tidak memiliki sensitivitas
memaknai bahwa eksistensi teori bersifat
atas keunikan suatu negara atau wilayah.
pribadi, unik, dan sementara.Pendekatan
Low-context perspectives memandang
ketiga menjelaskan bahwa suatu teori
setiap negara atau wilayah dalam
eksis secara permanen di suatu
metaphora mesin (machine metaphor).
lingkungan budaya tertentu (atau
Setiap negara memiliki karakteristik
masyarakat) dan unik dibandingkan
yang sama. Sebagai sebuah mesin, setiap
lingkungan budaya lain. Terkait dengan
negara sama tidak mempunyai keunikan.
dominasi teori kepemimpinan Barat,
Masing-masig negara berjalan dengan
maka ini merupakan produk dari
mekannisme yang sama dan tujuan yang
pendekatan pertama. Hal ini dapat
sama.
terjadi karena pengaruh ideologi
Sebagai sebuah fungsi mesin,
‘globalisasi’. Paham globalisasi
negara dalam pengembangan keilmuan
menekankan paham ‘modernisasi’ yang
secara berorientasi pada ilmu-ilmu yang
secara kebetulan tingkat kehidupan
menekankan efisiensi dan produktivitas.
masyarakat Barat lebih sejahtera
Sehingga perkembangan ilmu di bidang
dibandingkan kebanyakan kondisi-
teknologi, ekonomi, dan keuangan lebih
kondisi sosial, ekonomi, politik, dan
75
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

diutamakan. Perkembangan ilmu context perspective, hal di atas menafikan


manajemen dalam low-context tantangan yang sesungguhnya dihadapi
perspectives berorientasi bagaimana oleh setiap individu dan organisasi
mengelola sumber daya ekonomi se- dalam mendapatkan sumber daya
efesien mungkin dan mengandung nilai ekonomi yang semakin langka.
produktivitas yang tinggi. Ilmu strategi Pada awalnya keberadaan ‘high-
bersaing lahir dalam kondisi di mana context’ dan ‘low-context perspectives
kelangkaan sumber daya ada dan menjanjikan dua aliran perkembangan
diperlukan media kompetisi untuk teori, khususnya teori kepemimpinan.
mendapatkannya. Demikian Namun ideologi ‘globalisasi’
perkembangan teori kepemimpinan menyebabkan paham modernitas Barat
berorientasi pada memimpin organisasi menguasai pula cara berpikir masyarakat
melaksanakan efisiesi proses, modern Asia. Eksistensi teori
pemenangang kompetisi, dan kepemimpinan lokal Asia hanya berlaku
peningkatan produktivitas sumber daya sebagai cerita atau eksis di lingkungan
ekonomi. Kepemimpinan transaksional masyarakat tradisional.
dan kepemimpinan transformasional
merupakan contoh teori kepemimpinan 8. Trade-off antara Mencari
pada low-context perspectives. Derajat Generasibilitas dan
Di sisi lain, high-context Kesesuaian dengan Konteks:
perspectives menggunakan pendekatan
Apakah Teori berlaku Universal?
metaphora budaya (cultural school atau
metaphor) dalam memandang konteks
setiap negara. Melalui metaphora Elaborasi dan diskusi eksistensi
budaya, Morgan menjelaskan bahwa teori kepemimpinan Barat dan Asia telah
setiap negara adalah unik karena setiap dipaparkan di atas. Kita melihat seberapa
memiliki kepercayaan dan nilai-nilai besar eksistensi teori kepemimpinan
yang berbeda tentang apa tujuan hidup Barat dan Asia mempengaruhi
individu dan bangsa. Apresiasi atas masyarakat modern Asia. Teori
keunikan negara sangat tinggi. kepemimpinan lokal Asia tidak mampu
Perkembangan teori pada high-context sepenuhnya berperan di dalam
perspective lebih menekankan bagaimana kehidupan masyarakat modern Asia.
memperkuat suasana harmoni internal Paham modernitas dan ideologi
sehingga stabilitas komunitas atau globalisasi menyebabkan teori
organisasi dapat dihasilkan dan kepemimpinan Barat eksis
terpelihara. Namun perlu diakui, bahwa mempengaruhi dinamika kehidupan
perkembangan teori, termasuk teori modern masyarakat Asia. Kembali pada
kepemimpinan di perspektif ini bersifat pertanyaan mendasar di awal tulisan ini:
stagnan. Dinamika atas tantangan dimana peran Asia dalam teori
lingkungan eksternal relatif tidak kepemimpinan? Elaborasi selanjutnya
diperhatikan, karena jika kondisi diharapkan dapat menemukan jawaban
harmonisasi internal dan ekstenal telah tersebut dan memberikan harapan
tercapai maka aliran timbale-balik bagaimana kita memandang teori-teori
sumber-sumbe daya ekonomi akan yang telah mempengaruhi hidup kita.
berjalan alami. Dalam perspektif ’low
76
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

Pendekatan learning organization pemahaman ini, aplikasi teori


memberikan pemahaman bahwa pada kepemimpinan Barat dan atau Asia
dasarnya manusia terbuka untuk bersifat kontekstual dan menekankan
berkembang dan beradaptasi dengan kesesuaian konteks. Menyatakan bahwa
perubahan lingkungan. Manusia teori Barat adalah universal dalam hal
mengawali perubahan sebagai respon adalah pertanyaan besar. Kedudukan
atas dinamika lingkungan dengan teori kepemimpinan Asia adalah sama
menggunakan basis pengetahuan yang dengan kedudukan teori kepemimpinan
mereka miliki. Mereka memahami Barat. Jika sekarang ada kegundahan
pengetahuan sebagai pengalaman akan redupnya peranan teori
pribadi (knowledge as personal). kepemimpinan Asia, setidaknya ini
Selanjutnya, manusia mengalami merupakan salah satu rantai siklus
interaksi dengan manusia lain dan pengetahuan sebagai proses personal
lingkungannnya. Interaksi ini dan cultural yang bersifat sementara dan
memerlukan penyesusaian pengetahuan dinamis.
agar interaksi ini berhasil. Kultur Cina sebagai sebagai raksasan
lingkungan mulai mempengaruhi ekonomi baru mengakui bahwa interaksi
pembentukan pengetahuan yang baru teori kepemimpinan Confucian dan nilai-
(knowledge as cultural). Proses ini akan nilai Barat tidak dapat dihindarkan
jalan terus-menerus. Sehingga dengan sebagai akibat interaksi dengan
asumsi manusia sebagai makhluk yang masyarakat global. Esensi pencapaian
terbuka atau pembelajar, manusia tidak harmoni lingkungan tidak lagi
akan dikuasai secara mutlak oleh sebuah mempertahankan nilai-nilai tradisional
pengetahuan atau teori. Tuntutan tetapi justru dengan menerima nilai-nilai
manusia untuk bertahan dan budaya dari luar yang justru membuat
berkembang memerlukan interaksi yang masyarakat Cina berkembang dan maju.
dinamis dan tidak pasti, sehingga Masyarakat Cina menekankan
penerimaan diri untuk terbuka atas kesesuaian konteks dalam
pembentukan pengetahuan baru untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang
diri-nya lebih penting daripada dianutnya. Ketika berinteraksi dengan
mempertahankan pengetahuan atau lingkungan luar, sikap kompromi dan
teori yang sudah tidak mampu terbuka atas nilai-nilai yang berlaku
membantu merespon dinamika dikedepankan. Nilai-nilai Confucian
lingkungannya (knowledge as personal). seperti ‘guanxi’ dan ‘face’ dipertahankan
Apakah teori kepemimpinan untuk menjaga harga dan martabat
Barat atau Asia bersifat universal? Dalam dirinya sebagai masyarakat Cina.
ilmu sosial, teori dibangun dari Pada kesimpulan gagasan ini,
seperangkat data dalam suatu konteks tidak ada teori yang bersifat universal
dengan ukuran sampel besar atau kecil. dan menerobos ruang dan waktu yang
Data yang diperoleh bersifat kontekstual. tak terhingga. Teori kepemimpinan Barat
Teori-teori sosial berkembang berbasis dan Asia merupakan pengetahuan
konteks interpertasi lokal, tidak cultural (knowledge as cultural) dan
universal. Teori sosial merupakan hasil mempunyai tataran praktis yang sama
observarsi perilaku manusia yang rentan dan mementingkan kesesuaian konteks
atas bias interpertasi. Berdasarkan (fit context) agar teori-teori tesebut dapat
77
C.B. Santoso Journal of Leadership in Organizations Vol.1, No. 1 (2019) 67-78

Tabel 2: Pola Teori Kepemimpinan Barat dan Asia


Dimensi Barat Asia
Tujuan Efektivitas dan efisiensi (Bersaing Harmoni alam dan sosial dan
dan Unggul dalam Kompetisi) stabilitas
Basis Kepemimpinan Formal dan Organisasi Relasi sosial berbasi nilai kultural
Karakter organisasi Mekanik dan Formal Sukarela dan Informal (tradisional)
Obyek Kepemimpinan Mengontrol sumber daya langka Mengontrol untuk memelihara
dan penting serta mempertahankan harmoni sosial dan alam serta
stabilitas
diaplikasikan secara efektif. Dominisi Leadership Theories: Are Attributes of
peran salah satu teori lebih bersifat Charismatic/Transformational
sementara sebagai akibat proses cultural. Leadership Universally Endorsed?’ The
Di sisi lain ada perbedaan ciri aplikasi Leadership Quarterly. 10(2), 219-256
teori kepemimpinan Barat dan Asia
seperti dinyatakan di tabel 2 di bawah Dorfman, P.W., Howell, J.P Hibino, S.,
ini. Lee, J.K., Tate, U., & Bautusta A. (1997).
9. Kesimpulan Leadership in Western and Asian
Akhir kata, semoga gagasan ini Countries: Commonalities and
dapat memberikan inspirasi bagi Differences in Effective Leadership
pengembangan teori kepemimpinan Processes across Culture. The Leadership
Asia yang lebih kontekstual untuk Quarterly. 8(3). 233- 274.
aplikasi di masa sekarang sehingga
peranan teori kepemimpinan Asia tetap Hofstede, Geert and Gert jan Hofstede.
mempunyai eksistensi yang konkrit dan (2005). Cultures and Organizations: Software of
berkiprah untuk pembangunan the Mind. New York: McGraw Hill.
masyarakat modern Asia yang tetap
mempertahankan nilai-nilai luhur Asia. Kreitner, Robert and Kinicki, Angelo. (2008).
Tak lupa, tulisan ini sebuah gagasan Organizational Behavior. Eight edition. New
menjawab sebuah ‘kegusaran’. Kritikan York: McGraw-Hill.
dan saran untuk pengembangan gagasan Morgan, Gareth. (1997). Images of
ini tentunya sangat diharapkan oleh Organization. London: Sage Publications.
penulis. Terima kasih dan salam.
Yukl, G. (1998). Leadership in
Referensi
Organizations. Englewood Cliffs. New
Child, John. (2002). Theorizing about
Jersey: Prentice Hall
Organization Cross-Nationally: part1- a
Introduction. Eds Malcolm Warner and
Sidani, Yusuf. (2011). Beyond
Pat Joynt. Managing Across Cultures,
Ethnocentrism-A Cross-Cultural
Issues and Perspectives. Second
Understanding of Leadership. Eds.
edition.London: Thomson and Learning.
Anders Ortenblad, Ibrahim Ahmad
Bajunid, Muhammad Babur &
Den Hartog, D.N., House, R.J., Hanges,
Roshni Kumari. Are Theories Universal?
P.J., & Ruiz-Quintanilla, S.A. (1999).
ELLTA Book 2011. Kuala Lumpur:
Culture Specific and Cross-
Yayasan Ilmuwan.
Culturally Generalizable Implicit

78

Вам также может понравиться