Вы находитесь на странице: 1из 12

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS DAN PENCEGAHAN KEKAMBUHAN

GANGGUAN JIWA DENGAN PENDEKATAN PELATIHAN EMOTIONAL


FREEDOM TECHNIQUE (EFT) DAN HOME CARE DI RSUD. BANYUMAS
INCREASED PRODUCTIVITY AND PREVENTION OF RELAPSE
DISORDERS MENTAL APPROACH TO TRAINING EMOTIONAL
FREEDOM TECHNIQUE (EFT) AND HOME CARE IN HOSPITALS.
BANYUMAS
Suryanto1), Siti Harwanti2), Wahyu Ekowati3)
1-2)
Jurusan Kesehatan Masyarakat FKIK Unsoed Purwokerto
3)
Jurusan Keperawatan FKIK Unsoed Purwokerto
ABSTRACT
Productivity is influenced by the physical and mental health status. Mental disorders in
individuals of reproductive age who are either light or heavy will impact on the decline
in labor productivity (patients) who suffer. One of the psychological therapies that can
reduce stress in patients with psychiatric disorders is the Emotional Freedom Technique
(EFT). The purpose of research is to apply EFT training to improve the condition of our
emotions, thoughts and behaviors so as to prevent the recurrence of mental illness.The
study was conducted with the survey and participant observation. The data source is the
patient, family, hospital health care team. Banyumas. Conducted a prospective
approach with instruments such as questionnaires and observation sheets. Sampling
technique using purposive sampling with the number 20. Respondents were given a
training intervention EFT and home care later in the evaluation of pre-posttest. After
discharge from the hospital respondents made observations in the home. The analysis
was done descriptively. Results of the 20 respondents, primary and secondary education
respectively 8 people (40%) and high school graduates there are 4 people (20%). Sex
female respondents, there were 12 people (60%) and men there are 8 people (40%). pre-
and posttest used before and after training EFT rise of scores by an average of 20%, on
the training of how to socialize with other people increases the pre and posttest scores
from an average of 35% and the increase in training on personal hygiene of the pre and
posttest scores an average of 45 %. Conclusion are need socialize EFT training, home
care and personnel hygiene can be a provision for mental patients before discharge and
to prevent recurrence. Respondents can be more confident in life and want to work as
usual.
Keywords :Productivity,training, observation
Kesmasindo. Volume 5( 2) Juli 2012, hlm. 180- 190

180
181 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190

PENDAHULUAN setiap harinya berkisar antara 45-60


Produktivitas pada seseorang orang. Petugas di poliklinik jiwa yaitu
dipengaruhi oleh status kesehatan fisik 2 orang dokter spesialis jiwa dan 1
dan jiwa. Gangguan kesehatan jiwa orang perawat. Sedangkan pelayanan
dapat terjadi pada setiap orang rawat inap di Ruang Sakura terbagi 3
meliputi gangguan jiwa ringan shift (pagi, sore dan malam).
maupun berat. Gangguan jiwa pada Pelayanan perawatan kepada pasien
individu baik yang bersifat ringan dilakukan oleh 15 perawat. Pelayanan
mapun berat tentu akan berimbas pada perawatan telah dilakukan dengan baik
penurunan produktifitas kerja pada oleh perawat walaupun masih belum
orang (pasien) yang menderita maksimal. Hal ini disebabkan oleh
(Bastaman,2010). Salah satu terapi beban kerja yang banyak dan jumlah
psikologis yang dapat digunakan pasien yang banyak yaitu 95-120
untuk mengurangi stress pada pasien orang pasien setiap harinya. Tujuan
gangguan jiwa adalah Emotional penelitian adalah untuk menerapkan
Freedom Technique (EFT). Terapi pelatihan EFT, cara bersosialisasi dan
EFT dalam bidang klinis dapat cara personal higiene untuk
digunakan untuk memperbaiki kondisi memperbaiki kondisi emosi, pikiran
emosi, pikiran dan perilaku. Terapi dan perilaku sehingga dapat mencegah
EFT dalam jangka panjang dapat kekambuhan penyakit jiwa.
meningkatkan fungsi psikologis,
menurunkan kecemasan, depresi, METODE PENELITIAN
sikap bermusuhan, sensitivitas Penelitian dilakukan dengan
berlebihan, paranoid dan psikotik. survei dan observasi partisipatif.
RSUD. Banyumas bertugas Sumber data adalah pasien, keluarga,
melayani pasien yang mengalami tim kesehatan RSUD. Banyumas.
gangguan fisik dan gangguan jiwa. Pendekatan dilakukan secara
Pelayanan kesehatan pasien gangguan prospektif dengan instrumen berupa
jiwa dilakukan melalui rawat jalan kuesioner dan lembar observasi.
maupun rawat inap. Jumlah pasien Teknik sampling menggunakan
yang berobat di poliklinik rawat jalan purposive sampling dengan jumlah 20
Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 182

orang. Pemilihan responden dilakukan terhadap kondisi pasien. Kegiatan


oleh peneliti bersama petugas ruang bimbingan home care yang dilakukan
rawat inap. Responden dipilih yang antara lain kebiasaan personal higiene,
sudah dalam taraf pemulihan, usia cara berhubungan dengan orang lain,
produktif (20-55 tahun), sudah mau rutinitas minum obat dan kontrol
dan mampu berkomunikasi dan pengobatan yang teratur.
bekerjasama serta ditemani oleh pihak
keluarga. Responden diberi intervensi HASIL DAN PEMBAHASAN
pelatihan EFT dan home care yaitu 1. Hasil
cara bersosialisasi dengan orang lain a. Gambaran Proses Penelitian
dan personal higiene. Sebelum
Upaya untuk mencegah
dilakukan pelatihan responden
kekambuhan gangguan jiwa
dilakukan pretest. Setelah dilakukan 3
dapat diterapkan metode
kali sesi pelatihan di evaluasi postest.
pelatihan Emotional Freedom
Setelah responden (pasien) diizinkan
Technique (EFT) dan advokasi
pulang oleh dokter dari rumah sakit
home care pada pasien dan
dilakukan observasi di rumah pasien.
keluarga. Emotional Freedom
Observasi dilakukan untuk melihat
Technique merupakan salah satu
perubahan emosi, sikap dan perilaku
psikoterapi yang dapat
pasien di rumah. Analisis data
diintegrasikan dengan terapi
dilakukan secara deskriptif. Kegiatan
medis untuk membantu pasien
pelatihan kepada responden (pasien
mengatasi dan mengelola stress.
dan keluarga) dilakukan dengan
Responden diberi intervensi
kerjasama tenaga kesehatan rumah
pelatihan EFT dan home care
sakit khususnya perawat ruang sakura.
berupa pelatihan cara
Pelatihan EFT dilakukan pada
bersosialisasi dan personal
keluarga pasien yang menunggui di
higiene sewaktu masih
RS dan pasien yang sudah dalam tahap
melakukan rawat inap di rumah
pemulihan. Pelatihan ini bertujuan
sakit kemudian di evaluasi pre-
agar keluarga pasien dan pasien lebih
postest.
tenang, tidak cemas yang berlebihan
atau khawatir yang berlebihan
Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 184

Setelah pasien diizinkan Banjarnegara dan Kabupaten


pulang oleh dokter ke rumah Cilacap. Setelah dilakukan
kemudian dilakukan kegiatan observasi kemudian dilakukan
observasi kepada pasien da evaluasi terhadap intervensi
keluarga di rumah pasien. yang telah dilakukan selanjutnya
Kegiatan observasi dilakukan dianalisis secara deskriptif.
kepada pasien dan keluarga yang b. Karakteristik responden ber-
sudah pulang di rumah masing- dasarkan umur
masing yaitu di Kabupaten

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden Tabel 2 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan umur berdasarkan jenis kelamin

Umur Responden Frekuens Persentase Jenis kelamin Frekuensi Persentase


(tahun) i (orang) (%) (orang) (%)
11-20 1 5,00 Laki-laki 8 40,00
21-30 5 25,00 Perempuan 12 60,00
31-40 11 55,00 Jumlah total 20 100,00
41-50 2 10,00
51-60 1 5,00
Tabel 2. menunjukkan
Jumlah total 20 100,00
bahwa responden perempuan
sebanyak 12 orang (60%) dan
Tabel 1. menunjukkan
responden laki-laki- sebanyak 8
bahwa mayoritas responden adalah
responden (40%).
berusia 31-40 tahun yaitu 11 orang
d. Distribusi tingkat pendidikan
(55%) dan responden yang paling
responden
sedikit adalah usia 11-20 tahun dan
51-60 tahun masing-masing 1 Karakteristik khalayak
orang (5%). sasaran berdasarkan tingkat
pendidikannya seperti tampak pada
c. Karakteristik responden ber- tabel 3.
dasarkan jenis kelamin
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden pelatihan tentang home care yang
berdasar-kan tingkat pendidikan
berkiatan dengan personal higiene,
Frekuensi Persentase
Pendidikan cara berhubungan dengan orang
(orang) (%)
lain, minum obat yang rutin dan
SD 8 40,00
SMP 8 40,00
kontrol pengobatan yang teratur.
SMA 4 20,00 Setelah pasien dan keluarga
Jumlah total 20 100,00 dilakukan pelatihan kemudian
dilakukan evaluasi postest
Tabel 3. menunjukkan bahwa kemudian nilai postest
tingkat pendidikan SD dan SMP dibandingkan dengan nilai pretest.
masing-masing 8 orang (40%) dan Keluarga dan pasien juga diberikan
yang pendidikan SMA ada 4 orang pelatihan EFT. Hasil selengkapnya
(20%). skor nilai pre dan postest pada
pasien dan keluarga tentang
e. Gambaran Hasil Pelatihan EFT, kegiatan pelatihan EFT, pelatihan
Cara Bersosialisasi dan Personal tentang cara-cara bersosialisasi
Hygiene dengan orang lain dan pelatihan

Keluarga penunggu pasien tentang personal hygiene seperti

dan pasien diberi penyuluhan dan tampak pada tabel 4.

Tabel 4. Gambaran Hasil Pelatihan EFT, Cara Bersosialisasi dan Personal hygienne
No. EFT Sosialisasi Personal hygiene
Responden
Pre Post Pre Post Pre Post

1. 35 60 30 60 30 70
2. 40 60 35 65 30 60
3. 50 60 35 65 35 65
4. 30 50 30 70 40 70
5. 40 50 40 65 35 65
6. 35 50 40 70 40 65
185 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190

No. EFT Sosialisasi Personal hygiene


Responden
Pre Post Pre Post Pre Post

7. 35 55 35 70 35 65
8. 35 50 30 70 30 70
9. 40 50 35 65 40 65
10. 40 60 30 70 35 65
11. 50 70 70 100 85 100
12. 50 65 75 100 75 100
13. 50 70 70 100 80 100
14. 50 70 70 100 80 100
15. 40 70 70 100 85 100
16. 40 65 75 100 80 100
17. 40 70 80 100 80 100
18. 30 75 75 100 75 100
19. 40 75 70 100 80 100
20. 35 60 75 100 80 100

Tabel 4. menunjukkan 2. Pembahasan


seluruh responden setelah dilakukan
Hasil penelitian ini
intervensi EFT, sosialisasi dan
menunjuk-kan gangguan kesehatan
personal higiene mengalami
psikis (mental) sangat
peningkatan. Pada kegiatan EFT
mempengaruhi sikap dan perilaku
mengalami kenaikan skor pre dan
individu serta produktivitas kerja.
postest rata-rata 20%. Pada kegiatan
Sedangkan individu untuk dapat
penyuluhan tentang cara bersosialisasi
bersikap dengan baik dan sesuai
dengan orang lain mengalami
dengan value di masyarakat harus
kenaikan skor pre dan postest rata-rata
mempunyai pengetahuan yang baik
35% dan pada kegiatan penyuluhan
tentang sesuatu obyek tertentu
tentang personal higiene mengalami
seperti bekerja, berteman, mandi,
kenaikan skor dari pre dan postest
makan, meminum obat secara
sebesar rata-rata 45%
teratur, dll. Pengetahuan tentang
cara bekerja, cara bersosialisasi,
meminum obat secara teratur dan
Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 186

personal higiene merupakan terbuka. Dengan pelatihan EFT


pengetahuan dasar dan sederhana seseorang juga dilatih agar
namun harus dikuasai pada setiap menghadapi masalah tidak dengan
orang. Bagi seseorang yang sehat emosional, marah, mengamuk dan
pengetahuan tersebut merupakan lain-lain. Namun masalah yang
hal yang biasa namun bagi seorang sedang dihadapi harus dihadapi
yang mengalami gangguan jiwa dengan sikap positif, tidak merusak
harus diajarkan dengan pelan, sabar dan optimis masalah akan dapat
dan bertahap. diselesiakan (Emy, 2009).
Pelatihan EFT dapat Hal ini sesuai dengan yang
dilakukan pada orang yang sehat dikemukakan oleh Notoatmodjo
maupun sedang orang sakit. Pada (2005) bahwa pengetahuan
orang yang sehat kecemasan, seseorang dipengaruhi oleh umur,
kekhawatiran, ketakutan sering tingkat pendidikan, pekerjaan,
terjadi pada suatu obyek. Begitu tingkat ekonomi, paparan media
juga pada orang yang sedang sakit, massa dan pengalaman.
orang cenderung mengalami Pengetahuan pada seseorang
peningkatan kecemasan, merupakan dasar bagi seseorang
kekhawatiran dan ketakutan. Pada untuk melakukan suatu tindakan
orang yang mengalami penyakit sehari-hari.
kronis ini sering dijumpai seperti Perilaku merupakan faktor
pasien diabetes melitus, kecemasan terbesar kedua setelah lingkungan
kronis, dan lain-lain. Dengan yang mempengaruhi kesehatan
pelatihan EFT seseorang (pasien) individu. Oleh sebab itu perilaku
akan dilatih untuk mempunyai yang tidak sehat perlu di intervensi
kesadaran untuk mau dan mampu agar individu dapat berubah
menerima keadaan dengan iklas melakukan perilaku yang sehat dan
dan cara merespon masalah yang dapat bekerja sesuai kebiasaan
sedang dihadapi secara konstruktif sehari-hari. Berdasarkan beberapa
seperti dengan berkeluh kesah riset terdahulu bahwa untuk
kepada orang lain dan merubah perilaku pada seseorang
menceritakan dengan jujur dan yang berperilaku tidak sehat
187 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190

menjadi berperilaku sehat di dan keterampilan khusus.


keluarga dan masyarakat dapat Pembentukan sikap pada seseorang
dilakukan dengan pendidikan terjadi karena adanya interaksi
kesehatan atau penyuluhan sosial yang dialami oleh orang
kesehatan (Maulana, 2009). tersebut. Dalam interaksi sosial
Pada penelitian ini kegiatan tersebut seseorang akan
observasi pada saat home care membentuk pola sikap tertentu
dilakukan kepada pasien yang terhadap berbagai objek psikologis
sudah diizinkan pulang ke rumah yang dihadapinya. Berbagai faktor
oleh dokter penanggung jawabnya. yang mempengaruhi sikap antara
Kegiatan observasi secara lain pengalaman pribadi,
partisipatif dengan cara advokasi kebudayaan, orang lain yang
dengan tujuan untuk memberikan dianggap penting atau
pendampingan kepada pasien dan berpengaruh, media massa serta
keluarga di rumah. Hal ini sangat faktor emosi dalam diri individu
penting sebab sepulang dari unit (Azwar, 2011).
perawatan di rumah sakit biasanya Seseorang yang sudah
pasien akan menghadapi banyak hal mempunyai pengetahuan dan sikap
terkait dengan adaptasi dengan yang baik perlu diberi pelatihan
lingkungan rumah, sosialisasi agar dapat berkembang. Menurut
dengan orang lain di rumah atau Yoder (1965) agar pelatihan dapat
masyarakat dan kemungkinan berhasil dengan baik maka perlu
masalah stigma. Oleh karena itu, diperhatikan 8 faktor sebagai
kegiatan pendampingan (advokasi) berikut: individual differences,
menjadi satu hal yang diharapkan relations to job analysis,
dapat membantu pasien gangguan motivation, active participation,
jiwa mengatasi masalahnya selection of trainers, selection of
Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekamb
sepulang dari rumah sakit. trainees, trainers training and
Individu untuk bisa bekerja training methods (As’ad, 2004).
dan mempunyai produktivitas kerja Berdasarkan usia,
di segala bidang usaha harus karakteristik responden mayoritas
mempunyai pengetahuan, sikap responden baik pasien maupun
keluarga termasuk dalam tidak bekerja karena waktu banyak
kelompok usia produktif, dimana tercurah untuk merawat pasien
seharusnya mereka dapat bekerja sehingga berdampak penghasilan
dan menghasilkan penghasilan atau income keluarga menjadi
sendiri tanpa menggantungkan diri menurun.
pada orang lain. Namun hal ini Data dari Riset Kesehatan
ternyata tidak terjadi sebab pada Dasar (Riskesdas) tahun 2007
kenyataanya jika dilihat dari jenis menyebutkan bahwa 14,1%
pekerjaan maka sebagian besar penduduk Indonesia mengalami
responden memiliki pekerjaan gangguan jiwa dari ringan sampai
yang kurang dapat menjamin berat. Hasil penelitian yang
kesejahteraannya, bahkan 50% berkaitan dengan karakteristik
merupakan pengangguran. Pasien jenis kelamin diketahui bahwa
menjadi tidak produktif karena sebagian besar responden berjenis
mengalami gangguan jiwa dan di kelamin perempuan sebanyak
sisi lain pihak keluarga menjadi 60%. Hal ini didasari bahwa
individu yang terkena dampak perempuan sangat rentan terkena
secara langsung karena harus gangguan jiwa. Bahkan untuk
menjaga selama pasien dirawat di gangguan ringan, perempuan dua
rumah sakit bahkan saat pasien kali lebih berisiko dibanding laki-
kembali ke rumah, pengasuhan dan laki. Gangguan seperti depresi,
penjagaan tersebut tetap menjadi kecemasan, dan keluhan somatik
tugas keluarga. Hal ini berdampak didominasi perempuan dengan
pada tidak produktif waktu yang angka sekitar 1 dari 3 orang dan
dimiliki keluarga pasien karena merupakan masalah kesehatan
harus selalu mengawasi pasien, serius. Hal ini dipengaruhi oleh
menjaga pasien, membantu hormon estrogen dan endorphin
memenuhi kebutuhan pribadi yang dimiliki oleh wanita. Hormon
pasien, kebersihan, belajar tersebut sangat berpengaruh
berinteraksi kembali dengan orang terhadap daya tahan seorang
lain dan mengingatkan waktu wanita terhadap rasa sakit.
minum obat. Keluarga menjadi
189 Jurnal Kesmasindo. Volume 5, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 180- 190

Peran dan fungsi keluarga Pelatihan Emotional Freedom


yang baik sangat membantu proses Technique (EFT), cara-cara
penyembuhan pasien gangguan bersosialisasi dan personal hygiene
jiwa dan dapat mencegah yang dilakukan kepada pasien dan
kekambuhan penyakitnya. Fungsi orangtua atau keluarga penunggu
keluarga yang berjalan dengan pasien gangguan jiwa dapat
baik juga dapat memberikan meningkatkan pengetahuan pasien dan
dorongan kepada pasien agar lebih orangtua atau keluarga dalam
cepat produktif sesuai dengan mengatasi stress. Kegiatan advokasi
pekerjaannya, sehingga pasien (pendampingan) kepada pasien dan
dapat menghasilkan pendapatan keluarga di rumah pasien dapat
untuk keluarganya. Fungsi diterima dengan baik oleh pasien dan
keluarga yang baik akan keluarga. Pasien dan keluarga
memberikan kesempatan kepada berharap agar kunjungan ke rumah
pasien untuk beraktualisasi sesuai bisa dilanjutkan pada waktu dan
kemampuannya (Keliat, 2006). kesempatan yang lain. Pada kegiatan
advokasi dapat diketahui pasien secara
SIMPULAN DAN SARAN bertahap sudah mulai mampu
Keadaan keluarga pasien yang bersosialisasi, sudah mampu
menunggu pasien di rumah sakit melakukan kegiatan personal hygiene
mempunyai perasaan campur aduk dan sudah mulai mampu berproduktif
antara cemas, khawatir, dan lain-lain. (bekerja) kembali.

DAFTAR PUSTAKA Effendi, N. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan


As’ad, M. 2004. Psikologi Industri, edisi Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
keempat, Penerbit Liberty, Yogyakarta Penerbit buku kedokteran EGC
Azwar,S.2011. Sikap Manusia Toeri dan Endiyono. 2005. Pengaruh Terapi Musik
Pengukurannya, Penerbit Pustaka Terhadap Penurunan Tingkat
Pelajar, Kecemasan pada Pasien dengan Terapi
Yogyakarta Hiperbarik di RSAL. Mintoharjo
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Medisains, Jurnal Ilmiah Ilmu-
Jakarta. Penerbit Depkes RI ilmu Kesehatan. Volume III Nomor 3.
Suryanto, Peningkatan Produktifitas Dan Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa 190

Desember 2005. halaman 71-79. Univ. Kembali ke Keluarga dan Masyarakat


Muhammadiyah Purwokerto. 2005 di RSUD. Banyumas, Dinamika,
Helwiah.2004.Home Care Sebagai Bentuk Jurnal Pengkajian dan Penerapan
Praktik Mandiri Perawat Di Rumah Teknologi, Vol.6, No.2
dalam November2008 Lembaga Pengabdian
Juornal Keperawatan, Universitas Kepada Masyarakat Unsoed
Padjadjaran Bandung Vol 5 No. IX Purwokerto, 2008
Tahun 2004. PSIK FK Unpad Syahfitriani, Emy. 2009. Pelatihan Emotional
Bandung. Freedom Technique (EFT) untuk
Keliat, B.A. 2004. Peran Serta Keluarga Menurunkan Tingkat Stress pada
dalam Perawatan Pasien Gangguan Penderita Diabetes Melitus Tipe 2,
Jiwa. Jakarta. Penerbit buku Tesis. Magister Profesi Psikologi
kedokteran EGC Fakultas Psikologi Universitas
__________.2006. Modul Model Praktek Gadjah Mada, tidak dipublikasikan
keperawatan profesional, EGC, Jakarta Tun Kurniasih Bastaman. 2010,
Notoatmodjo. 2005. Metode Penelitian Perkembangan Kesehatan Jiwa Masa
Bidang Kesehatan. Penerbit PT. Kini di Indonesia, Makalah
Rineka Cipta, Jakarta disampaikan pada Konferensi
__________. 2010. Promosi Kesehatan, Teori Nasional Psikoterapi di Jakarta tahun
dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta, 2010
Jakarta. Upoyo,AS., Suryanto, 2008, Efforts to Control
Maulana, 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit Hallucination by Group Activity
Buku Kedokteran EGC, Jakarta Therapy of Perceptions Stimulation
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas, in Sakura Ward Banyumas Hospital,
2009, Company Profile RSU. Jurnal Keperawatan Soedirman, The
Banyumas, Tidak diperjualbelikan. Soedirman Journal of Nursing (SJN),
Saseno, Suyanta, Ernawati. 2002. Pedoman Vol.3, No.3 Nov. 2008, Universitas
Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Jenderal Soedirman Purwokerto,
dan Asuhan Keperawatan Mental- 2008
Psikiatri. Penerbit Akademi
Keperawatan Depkes Magelang
Stuart dan Sunden. 1998. Principle Practice
Psychiatric Nursing. Philadelphia.
Mosby Year Box Inc
Suryanto, Harwanti, Upoyo,AS.,2008,
Penerapan Terapi Aktifitas
Kelompok pada Pasien Gangguan
Jiwa sebagai Persiapan Pasien

Вам также может понравиться