Вы находитесь на странице: 1из 15

PROJECT REPORT

EXERCISE 1
Pemodelan Matematis dan Komputasi
(PEMATKOM)

Herbi Yuliantoro 18/437573/PTK/12606

Hersandy Dayu Kusuma 18/437574/PTK/12607

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
Problem 1 Unsteady-state modeling of temperature
distribution in a thin slab
A solid slab with the thickness of 2L has initial temperature of T0. At a certain time, the slab is
quenched by soaking it in a liquid pool with liquid temperature of Tf (constant value). The heat
transfer coefficient between solid-liquid is h. If the solid has a heat capacity of Cp, density ρ and heat
conductivity k, develop a mathematical model to describe the temperature distribution in the slab as
a function of position and time. Solve the model with Finite Difference Approximation (FDA) and
Method of Lines (MOL) to obtain the temperature profile in the slab. Plot the temperature with
imagesc.

Data :
T0=200+273;%K L=2e-1;% m h=250;% W/ Cp=450;%J/(kg.K)
(m2.K)
Tu=30 + 273 ;%K k=40 ;%W/(m.K) rho=1500;% Nz=51;% nodes;
kg/m3
tspan=linspace(0,400,401);

Fluida Tf in out Fluida Tf


f

Dx

X=L X=0 X=L

Energy Balance in element volume with thickness D x

Rate of Input-Rate of Output = Rate of Accumulation

� dT �� dT � dT
-k.A.
� - -k.A.
�� �=A.Δx.ρ.C p .
� dx x �� dx x+Δx � dt

Divided by k.A.Δx and

dT dT
-
dx x+Δx dx x ρ.Cp dT
=
Δx k dt
taking the limit as Δx tends to zero, hence
d �dT � 1 dT
� �= .
dx �dxα�dt
�2T 1 dT
= .
�x 2 α dt

From the equation, we need Boundary Condition and Initial condition for solve it

Function of T towards time represent initial condition, if t=0 so T=T0

And BC is:

dT
BC 1: x=0  dx = 0

dT h
= - ( T-Tf )
BC 2: r=L 
dx x=L k

BC 1:

dT
=0
dx
-T(3)+4T(2)-3T(1)
=0
2Δx
-T(3)+4T(2)
T(1)=
3
BC 2:

dT -h
= (T-Tw)
dx k
3TNx+1 -4.TNx +T(Nx-1) -h. h
= T(Nx+1) + Tf
2.dx k k
h.2.dx
3TNx+1 -4.TNx +T(Nx-1) + (T(Nx+1) -Tf)= 0
k
h.2.dx
4.TNx -T(Nx-1) + .Tf
TNx+1 = k
2.h.dx
3+
k
Matlab Program
%main program
%problem 1
%Tanggal 18 Oktober 2019
%Oleh Herbi Yuliantoro
clc
clear all

%data
T0=200+273;%K
L=2e-1;% m
h=250;% W/(m2.K)
Cp=450;%J/(kg.K)
Tf=30 + 273 ;%K
k=40 ;%W/(m.K)
rho=1500;% kg/m3
Nx=51;% nodes;
tspan=linspace(0,400,401);
alfa=k./(rho.*Cp);
dx=L./Nx;
IC=T0.*(ones(1,Nx));

%solver
[t,T]=ode45(@problem1,tspan,IC,[],T0,L,h,Cp,Tf,k,rho,Nx,alfa,dx)

%recalculation
T(:,1)=(4.*T(:,2)-T(:,3))./3;
T(:,Nx+1)=(4.*T(:,Nx)-T(:,Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tf./k)))./(3+(2.*h.*dx./k));

%plotting
subplot(2,2,1)
sumbux=linspace(0,L,Nx+1);
sumbuy=tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,T);
colorbar
grid on

subplot(2,2,2)
plot(tspan,T(:,Nx+1))
xlabel('Waktu (t)')
ylabel('suhu ditepi (T)')
grid on

subplot(2,2,3)
plot(tspan,T(:,1))
xlabel('Waktu (t)')
ylabel('suhu dipusat (T)')
grid on
subplot(2,2,4)
plot(tspan,T(:,(Nx+1)/2))
xlabel('Waktu (t)')
ylabel('suhu dicenter (T)')
grid on

figure (2)
plot(tspan,T(:,Nx+1),'c',tspan,T(:,1),'r',tspan,T(:,(Nx+1)/2),'b')
xlabel('Waktu (t)')
ylabel('suhu (T)')
legend('Tepi','Pusat','Center')

function dTdt=problem1(t,T,T0,L,h,Cp,Tf,k,rho,Nx,alfa,dx)
dTdt=zeros(Nx,1); %nx adalah titik tentukan T(1) dan T(Nx+1) sebgai kondisi
batas
T(1)=(4.*T(2)-T(3))./3;
T(Nx+1)=(4.*T(Nx)-T(Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tf./k)))./(3+(2.*h.*dx./k));
for i=2:Nx
dTdt(i)=alfa.*(1./dx.^2*(T(i+1)-2.*T(i)+T(i-1)));
end
Result and Discussion

Gambar 1. Distribusi suhu sebuah Slab pada keadaan unsteady state

Gambar 1 menunjukkan distribusi suhu sebuah slab pada keadaan unsteady state. Gambar
tersebut menggambarkan perubahan suhu disetiap perubahan waktu dan posisi. Proses perpindahan
panas yang terjadi pada slab tersebut terjadi secara konduksi sampai waktu tertentu dan diikuti
konveksi secara aksial. Perpindahan panas yang disimulasikan merupakan perpindahan panas ke arah
aksial dimulai dari salah satu ujung silinder yang menempel dinding panas dan mengalami distribusi
panas sehingga lama-kelamaan terjadi gradien suhu pada panjang slab x= 0cm sampai x= 20cm.
Distribusi suhu yang diperoleh merupakan hasil simulasi menggunakan software matlab yang
menurunkan persamaan neraca panas pada batang silinder berdasarkan hukum Fourier dengan
pemodelan Finite Difference Approximation (FDA dan ODE). Pada saat t=0 dan panjangnya 0 cm suhu
berada di tingkatan tertinggi, semakin lama waktu berjalan terjadi penurunan suhu. Didapat pula
pada panjang 20 cm suhu mula-mula sangat panas seiring berjalannya waktu terjadi penurunan
secara drastis karena posisi berada diujung dan sangat jauh dari pusat.
Gambar 2. Distribusi suhu sebuah Slab pada di berbagai posisi

Gambar 2 menunjukkan distribusi suhu sebuah slab pada berbagai titik dimulai dari x= 0 cm hingga
x= 20 cm sejumlah 500 titik (Nx+1) tinjauan suhu. Distribusi suhu sepanjang slab pada gambar 2
diambil pada saat posisi tertentu sehingga didapatkan satu kurva grafik gradien suhu tersebut.
Penurunan pada ujung slab tersebut dikatakan drastis karena perubahan suhu tiap perubahan posisi
(DT/Dx) bernilai besar, sedangkan pada ujung slab yang menempel dinding panas terjadi perubahan
suhu yang kecil, hal tersebut dikarenakan pada ujung slab yang menempel dinding panas terjadi
perpindahan panas yang hamper sama dan koefisien perpindahan panas secara konduksi tidak
terlalu mempengaruhi. Pada posisi di tengah dan pusat penurunan tidak berlangsung secara
signifikan karena masih terpengaruh oleh sistem pusat yang mana menjadi pusat panas.
Problem 2 Unsteady state modeling of temperature
distribution in a cylindrical rod
A cylindrical rod with a length L and diameter D is attached to a hot wall with temperature of Ts as
depicted by Figure 9.

The ambient air temperature is constant at Tu. Heat transfer coefficient between rod surface to air is
h. The diameter of the rod is small enough so we could ignore the radial temperature distribution in
the rod. The rod is made of material that has a heat capacity of Cp, density ρ and heat conductivity k.
Develop a mathematical model to describe the axial temperature distribution in the rod as a
function of time (unsteady state). Solve the equation using Method of Lines (MOL) and show the
temperature distribution with imagesc.

Data for computation:


k=2e-1 cal/s/cm/C D=1 cm Ts=400C rho=2,7 g/cc Nz=50
h=7e-4 cal/s/cm2/C L=20 cm Tu=30C Cp=2e-1 cal/g/C tspan=[0:1:500]

Heat balance in element volume

Rate of Input-Rate of Output = Rate of Accumulation

� p 2 dT � � p 2 dT � �p dT �
-k . .D .
� �- �
- k . .D . + (h .p .D .Dx .(T -Tu )) �= � .D 2 .Dx .r.C p
� 4 dx x � � 4 dx x + Dx � �4 dt �

Divided by

4
- k .p .D 2 .Dx
and taking the limit as Δx tends to zero

dT dT
-
dx x + Dx dx x 4.h r .C p dT
- (T -T u ) =
Dx k .D k dt

So,

d �dT � 4.h r .C p dT
� �- (T -Tu ) =
dx �dx � k .D k dt
d 2T 4.h 1 dT
- (T -T u ) =
So: dx 2
k .D a dt

Where: α=thermal diffusivity

Initial Condition t=0  T(x,0)=Tu

Boundary Condition:

BC 1: x=0  T(0,t)=Ts

dT -h
= ( T-Tu )
BC 2: x=L 
dx x=L k
Matlab Program
%main program
%problem 2
%Tanggal 18 Oktober 2019
%Oleh Herbi Yuliantoro

%data

k=2e-1 %cal/s/cm/?C
R=0.5; %cm
Ts=400;%C
rho=2.7;% g/cc
Nx=50;
h=7e-4; %cal/s/cm2/?C
L=20; %cm
Tu=30;%?C
Cp=2e-1; %cal/g/?C
tspan=[0:1:500];
dx=L./Nx;
IC=Tu.*(ones(1,Nx));
alfa=k./rho./Cp;

%solver
[t T]=ode45(@problem2,tspan,IC,[],Nx,dx,h,k,alfa,R,Tu,Ts)

%Recalculation
T(:,1)=Ts;
T(:,Nx+1)=(4.*T(:,Nx)-T(:,Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tu./k)))./(3+(2.*h.*dx./k))

%plotting
figure(1)
sumbux=linspace(0,L,Nx+1);
sumbuy=tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,T);
colorbar
grid on

figure(2)
title('Grafik t vs T di ujung batang')
plot(tspan,T(:,Nx+1),'green')

%jika nilai biot number lebih besar dengan h dan L lebih besar dan k tetap
hold on
h=7e-3;
L=40; %cm

%solver
[t T]=ode45(@problem2,tspan,IC,[],Nx,dx,h,k,alfa,R,Tu,Ts)
%Recalculation
T(:,1)=Ts;
T(:,Nx+1)=(4.*T(:,Nx)-T(:,Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tu./k)))./(3+(2.*h.*dx./k))

%plotting

figure(3)
sumbux=linspace(0,L,Nx+1);
sumbuy=tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,T);
colorbar
grid on

figure(2)
plot(tspan,T(:,Nx+1),'blue')

%jika nilai biot number lebih kecil dengan nilai k besar h dan L tetap
k=1

[t T]=ode45(@problem2,tspan,IC,[],Nx,dx,h,k,alfa,R,Tu,Ts)
%Recalculation
T(:,1)=Ts;
T(:,Nx+1)=(4.*T(:,Nx)-T(:,Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tu./k)))./(3+(2.*h.*dx./k))

%plotting

figure(4)
sumbux=linspace(0,L,Nx+1);
sumbuy=tspan;
imagesc(sumbux,sumbuy,T);
colorbar
grid on

figure(2)
plot(tspan,T(:,Nx+1),'red')
legend('biot acuan','biot lebih besar','biot lebih kecil')

function dTdt=problem2(t,T,Nx,dx,h,k,alfa,R,Tu,Ts)
dTdt=zeros(Nx,1);
T(1)=Ts;
T(Nx+1)=(4.*T(Nx)-T(Nx-1)+((h.*2.*dx.*Tu./k)))./(3+(2.*h.*dx./k));
for i=2:Nx;
dT2dx2(i)=(1./dx.^2*(T(i+1)-2.*T(i)+T(i-1)));
dTdt(i)=alfa.*dT2dx2(i)-(2.*h./k./R.*(T(i)-Tu));
end
Result and Discussion

1. Imagesc dengan nilai bio acuan

2. Imagesc dengan nilai biot lebih besar


3. Imagesc dengan biot lebih kecil

Dilihat dari gambar di atas suhu pada batang semakin lama akan semakin meningkat seiring dengan
waktu. Pada titik terjauh dari sumber batang hanya mengalami sedikit kenaikan suhu. Semakin nilai
biotnya lebih besar maka suhu yang terdistribusi semakin kecil di selurhuh batang dan suhu di ujung
batang seperti tidak berubah jika nilai biotnya besar. Hal ini dikarenakan semakin batangnya besar
dan nilai konduktivitasnya semakin kecil maka perpindahan panasnya tidak merata sampai ke ujung.
Namun jika nilai biotnya kecil maka panas akan semakin banyak terdistribusi ke seluruh batang.

Perbandingan nilai biot terhadap suhu

Dilihat dari gambar diatas didapatkan bahwa nilai biot akan berpengaruh besar terhadap suhu di
bagian ujung batang. Jika nilai biot lebih besar maka tidak terjadi perubahan suhu sama sekali di
ujung batang karena jeleknya konduktivitas dan batang yang panjag sehingga suhu tidak terdistribusi
dengan baik. Di sisi lain jika biotnya lebih kecil juga tidak terlalu baik suhu di ujung batang. Karena
ujung batang hanya akan mencapai suhu 50 derajat sehingga tidak terlalu bagus perpindahan panas
di batang. Nilai biot acuan bisa dipakai untuk nilai biot terbaik dalam pemodelan distribusi suhu di
ujung batang karena nilainya bisa mencapai 100 derajat yang menandakan distribusi suhu terjadi
lebih merata.

Вам также может понравиться