Вы находитесь на странице: 1из 11

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan

Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 185-195

Perubahan Komposisi Kimia, Aktivitas Antioksidan, Vitamin C dan


Mineral Tanaman Genjer (Limnocharis flava) Akibat Pengukusan
Nurjanah, Agoes M Jacoeb, Roni Nugraha, Marisa Permatasari, Tri Kalbu Ardiningrum Sejati

Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,


Institut Pertanian Bogor

Email: inun_thp10@yahoo.com

ABSTRACT

Yellow velvetleaf (L. flava) is a type of aquatic plants commonly consumed by the
public. Yellow velvetleaf steamed of processing products. The purpose of research was to
determine the effect of steaming period on chemical composition, antioxidant activity,
ascorbid acid, and minerals on yellow velvetleaf. Chemical composition of fresh yellow
velvetleaf consisted of 93.92% of water, 0.20% of fat, 2.38% of protein, 0.70% of ash, 0.10% of
acid soluble ash, 2.70% of carbohydrate and 1.31% crude fiber. Steaming caused a decrease in
water levels and increased levels of fat, protein, ash, carbohydrate and crude fiber yellow
velvetleaf. Phytochemical components of the three crude extracts yellow velvetleaf (fresh,
steamed 3 and 5 min) were steroids, saponins, phenol hydroquinone and reducing sugar.
Antioxidant activity of the crude extracts was 131 ppm and steaming for 3 minutes and 5
minutes increased IC50 value to 1350 ppm and 3409 ppm, respectively. In conclusion
steaming proses changed the antioxidant activity of yellow velvetleaf. Losses of ascorbid acid
of fresh genjer were 3.20% and 11.15% correspondingly after 3 and 5 minutes steaming. Beta
carotene in fresh genjer decreased by 20.02% (steamed 3 minutes) and 60.90% (steamed 5
minutes). Minerals respectively were decreased due to steaming. Hightest mineral loss
happened to natrium with 70.44% (steamed 3 minutes) and 82.87% (steamed 5 minutes).
Total minerals loss in steaming for 3 minutes was 26.60% and the for 5 minutes was 45.40%.

Keyword: antioxidant activity, ascorbid acid , beta caroten , bioactive components, mineral,
proximate, yellow velvetleaf (Limnocharis flava).

PENDAHULUAN satu atau lebih elektron tidak berpasangan


Kesibukan kerja di zaman sekarang pada orbital terluarnya (Andayani et al. 2008).
menjadikan sebagian masyarakat lebih Antioksidan merupakan suatu zat yang
menyukai pola makan yang serba instan. dapat menangkal pengaruh radikal bebas
Konsumsi makanan instan secara terus yang bila masuk ke dalam tubuh dapat
menerus dapat memberikan dampak negatif menyebabkan kerusakan (Salamah et al.
terhadap kesehatan. Makanan instan 2008). Antioksidan terdapat dalam beberapa
kebanyakan mengandung pengawet, bentuk, di antaranya vitamin, mineral dan
pewarna, tinggi lemak, namun rendah serat fitokimia. Genjer (L. flava) merupakan salah
yang berpotensi meninggalkan racun dalam satu tumbuhan air yang berpotensi sebagai
tubuh serta sumber radikal bebas. Radikal alternatif antioksidan alami.
bebas adalah atom atau molekul yang tidak Tanaman genjer merupakan tanaman asli
stabil dan sangat reaktif karena mengandung wilayah tropis dan subtropis Amerika.
185
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

Genjer merupakan tanaman air yang biasa Salah satu sumber vitamin yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat (Jacoeb et al. terdapat pada sayuran hijau adalah vitamin C.
2010). Salah satu proses pengolahan panas Vitamin C merupakan vitamin yang paling
yang biasa digunakan untuk mengolah mudah rusak karena mudah teroksidasi dan
sayuran adalah pengukusan. Hasil penelitian proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar,
Maisuthisakul et al. (2008) menunjukkan alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis
bahwa L. flava di wilayah Thailand tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat
mengandung total fenolik sebesar 5,4 mg apabila vitamin C dibiarkan dalam kondisi
GAE/g berat kering dan total flavonoid asam atau suhu rendah (Rachmawati et al.
sebesar 3,7 mg RE/g berat kering. 2009).
Tumbuh-tumbuhan diketahui kaya dengan Penelitian mengenai tumbuhan air
antioksidan misalnya vitamin C, beta karoten, khususnya genjer, baik kandungan gizi
vitamin E, dan flavonoid. Sayuran berdaun maupun pengaruhnya setelah proses
telah dilaporkan memiliki peran penting dalam pemasakan saat ini masih sedikit. Informasi
nutrisi manusia, terutama sebagai sumber ini diperlukan dalam bidang pendidikan
vitamin (A, B, C, E), mineral, dan serat sebagai sumber informasi ilmiah. Salah satu
makanan. Nilai gizi sayuran bervariasi sesuai informasi penting yang perlu diketahui adalah
dengan faktor lingkungan, perbedaan aktivitas antioksidan, jumlah vitamin dan
varietas, praktek budidaya, tahap pemanenan mineral pada genjer baik sebelum maupun
tanaman, metode penyimpanan, pengolahan, setelah proses pemasakan.
dan persiapan (Flyman dan Afolayan 2008).
fenol hidrokuinon), peraksi Molisch, asam
MATERIAL DAN METODE sulfat pekat (uji Molisch), pereaksi Benedict
Bahan dan Alat (uji Benedict), pereaksi Biuret (uji Biuret) dan
Bahan utama yang digunakan untuk larutan Ninhidrin 0,10% (uji Ninhidrin). Alat
penelitian ini adalah genjer (L. flava) yang yang digunakan meliputi timbangan digital,
diambil di desa Cikarawang, Kecamatan kertas saring, orbital shaker, tabung
Darmaga, Kabupaten Bogor. Bahan-bahan Erlenmeyer, rotary vacuum evaporator, gelas
yang dibutuhkan untuk analisis proksimat piala dan tabung reaksi.
meliputi akuades, kjeltab jenis selenium, Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji
H2SO4 pekat, asam borat (H3BO3) 4% yang aktivitas antioksidan, yaitu ekstrak kasar
mengandung indikator bromcherosol green- genjer, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
methyl red (1:2) berwarna merah muda, HCl (DPPH), etanol dan BHT (butylated
0,0947 N, pelarut lemak (n-heksana), HCl hydroxytoluena) sebagai pembanding. Alat
10% dan AgNO3 0,10 N. Alat yang digunakan yang digunakan meliputi tabung reaksi,
meliputi labu lemak, kondensator, tabung ELLISA reader, microplate, multipipette, dan
Soxhlet, penangas air, labu Kjeldahl, labu takar.
destilator.
Bahan yang dibutuhkan untuk proses Lingkup Penelitian
ekstraksi dan evaporasi adalah etanol 96%. Tahap penelitian terdiri atas pengukusan,
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji analisis proksimat, ekstraksi, analisis fitokimia,
fitokimia meliputi pereaksi Wagner (uji Vitamin C dan aktivitas antioksidan dengan
alkaloid), pereaksi Meyer (uji alkaloid), metode DPPH.
pereaksi Dragendorff (uji alkaloid), kloroform, Pengukusan
anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid), Proses pengukusan genjer dilakukan
serbuk magnesium, amil alkohol (uji terhadap bagian daun dan batang. Proses
flavonoid), air panas, larutan HCl 2 N (uji pengukusan bertujuan untuk menentukan
saponin), etanol 70%, larutan FeCl3 5% (uji pengaruh proses pengukusan terhadap

186
Nurjanah, et al

proksimat, fitokimia, vitamin C dan aktivitas (Inhibition Concentration 50) yang


antioksidan genjer. Pengukusan dilakukan didefinisikan sebagai konsentrasi larutan
selama menit 3 dan 5 menit hingga daun substrat atau sampel yang akan
terlihat agak layu tetapi warna genjer tetap menyebabkan tereduksi aktivitas DPPH
hijau. sebesar 50%. Pada metode ini, larutan DPPH
Analisis proksimat yang berperan sebagai radikal bebas akan
Analisis proksimat terdiri atas analisis bereaksi dengan senyawa antioksidan
kadar air, abu, lemak, protein (AOAC 2005). sehingga DPPH akan berubah menjadi
Analisis kadar abu larut asam mengacu pada diphenilpycrilhydrazine yang bersifat non-
BSN (2010) dan kadar serat mengacu pada radikal.
BSN (1992). Analisis vitamin C
Ekstraksi (Quinn 1988) Vitamin C diekstraksi menurut metode
Genjer segar dan genjer yang telah modifikasi dari Abdulnabi et al. (1997).
mengalami pengukusan dikeringkan dengan Sebanyak 10 gram sampel dihomogenkan
panas matahari. Genjer yang telah dengan asam metafosfat 0,3 M dan asam
dikeringkan tersebut kemudian dihancurkan asetat 1,4 M. Campuran ditempatkan dalam
dengan blender sehingga didapat tekstur yang gelas ukur (dibungkus dengan aluminium foil)
halus. Tahap selanjutnya adalah ekstraksi dan dihomogenkan dengan orbital shacker
bahan aktif. Metode ekstraksi yang pada kecepatan 100 rpm selama 15 menit
digunakan adalah metode ekstraksi tunggal. pada suhu ruang. Campuran tersebut
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini kemudian disaring melalui kertas Whatman
yaitu etanol 96%. No. 4 untuk mendapatkan ekstrak. Semua
Analisis fitokimia (Harborne 1984) sampel diekstraksi dalam tiga ulangan. Dua
Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya komponen-komponen bioaktif vitamin C pada kromatogram adalah
yang terdapat pada ekstrak kasar genjer yang membandingkan waktu retensi dan spiking tes
memiliki aktivitas antioksidan. Uji fitokimia dengan L-asam askorbat.
meliputi uji alkaloid, uji steroid/triterpenoid, Analisis mineral
flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Pengujian analisis mineral dilakukan
Benedict, Biuret dan Ninhidrin. melalui pengabuan basah terlebih dahulu.
Proses pengabuan basah dilakukan dengan
Analisis aktivitas antioksidan dengan sampel ditimbang sebanyak 1 g, kemudian
metode DPPH (Salazar et al. 2009) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 150 mL.
Analisis aktivitas uji aktioksidan dilakukan Sebayak 5 mL HNO3 ditambahkan ke dalam
menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2- labu dan dibiarkan selama 1 jam. Labu
pikrilhidrazil). Ekstrak kasar genjer dari hasil ditempatkan di atas hotplate selama ± 4 jam
ekstraksi tunggal menggunakan pelarut etanol dan dibiarkan selama semalam dalam
dilarutkan dalam etanol. Larutan DPPH yang keadaan sampel tertutup, kemudian
digunakan, dibuat dengan melarutkan kristal tambahkan 0,4 mL H2SO4 pekat, dipanaskan
DPPH dalam pelarut etanol 1 mM. di atas hotplate sampai larutan berkurang
Pembanding yang digunakan adalah BHT. (lebih pekat). Larutan kemudian ditambahkan
Sampel dan pembanding dipindahkan dalam 2-3 tetes campuran HClO4 dan HNO3 (2:1),
microplate sebanyak 100 mL menggunakan sampel tetap berada di atas hotplate karena
pipet mikro dan ditambah 100 mL DPPH. pemanasan terus berjalan hingga terjadi
Campuran diinkubasi pada suhu 37 ºC selama perubahan warna. Pemanasan tetap
30 menit dan diukur absorbansinya dengan dilanjutkan selama 10-15 menit. Sampel
menggunakan ELISA Reader. dipindahkan, didinginkan dan ditambahkan 2
Hasil uji dari metode DPPH mL akuades dan 0,6 mL HCl pekat. Larutan
diinterpretasikan dalam parameter IC50 contoh kemudian diencerkan menjadi 100 mL
187
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

dalam labu takar. Sejumlah larutan stok


standar dari masing-masing mineral Daun
diencerkan menggunakan akuades sampai 9,84%
Akar
konsentrasinya berada dalam kisaran kerja 20,49%
logam yang diinginkan. Batang
68,85%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik genjer
Genjer mempunyai daun yang berbentuk
membulat dan terdapat lapisan lilin pada
bagian daun. Tumbuhan genjer yang subur
Gambar 1. Rendemen genjer
ukurannya bisa mencapai lebar telapak
tangan orang dewasa yang ditopang batang Hasil analisis proksimat kadar air, lemak,
bersegi tiga yang berongga di dalamnya. protein, abu, abu tidak larut asam,
Batangnya berwarna hijau muda dan tebal karbohidrat, serat kasar dan kadar karbohidrat
dengan diameter sekitar 7,4 cm. Genjer genjer diperoleh melalui perhitungan by
yang diperoleh dalam penelitian ini hidup di difference disajikan pada Tabel 1. Proses
lingkungan dengan air yang jernih, kedalaman pengolahan pada sayuran dapat
air 3 sampai 4 cm dan suhu perairan 27 ºC. menyebabkan perubahan kadar air. Kadar air
Rendemen adalah persentase genjer segar mengalami perubahan setelah
perbandingan antara berat bagian bahan yang proses pengukusan dari 93,92 % menjadi
dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. 92,49% pada pengukusan 3 menit dan 91,18
Nilai rendemen genjer segar bagian daun, % pada pengukusan 5 menit. Hasil analisis
batang dan akar disajikan pada Gambar 1. kadar air genjer segar pada penelitian ini lebih
Hasil perhitungan rendemen menunjukkan tinggi dibandingkan hasil penelitian Saupi et
bahwa rendemen daun, batang dan akar al. (2009) sebesar 79,34%. Perubahan kadar
genjer berturut-turut adalah 9,84%, 68,65% air ini dapat disebabkan oleh mudahnya air
dan 20,49%. Perhitungan rendemen apabila menguap ketika mengalami proses
dijumlahkan tidak mencapai 100%. Hal ini pemanasan. Transfer panas dan pergerakan
disebabkan adanya bagian yang tidak dapat aliran air maupun udara menyebabkan proses
dimanfaatkan pada penelitian ini. penguapan dan pengeringan pada bahan
makanan.

Tabel 1.Komposisi kimia genjer segar dan kukus


Kandungan (% berat basah)
Komponen
Segar Kukus menit ke-3 Kukus menit ke-5
Kadar air 93,92 ± 0,13 92,49 ± 0,04 91,18 ± 0,07
Kadar lemak 0,20 ± 0,00 0,29 ± 0,13 0,39 ± 0,01
Kadar protein 2,38 ± 0,01 2,81 ± 0,52 2,03 ± 0,33
Kadar abu 0,70 ± 0,14 0,89 ± 0,13 0,99 ± 0,00
Kadar abu tidak larut asam 0,10 ± 0,00 0,10 ± 0,00 0,10 ± 0,00
Kadar serat kasar 1,31 ± 0,06 1,34 ± 0,03 1,53 ± 0,17
Kadar karbohidrat 2,70 ± 0,00 3,42 ± 0,49 5,31 ± 0,39
proses pengukusan. Kadar lemak genjer
Perubahan kadar lemak secara segar sebesar 0,20% berubah menjadi 0,39%
proporsional terjadi pada genjer setelah
setelah mengalami pengukusan selama 5
menit.

188
Nurjanah, et al

Kadar protein genjer segar pada penelitian adanya penurunan kadar air yang terdapat
ini sebesar 2,38%. Nilai ini lebih tinggi pada daun dan tangkai tidak diikuti dengan
dibandingkan dengan kadar protein genjer penurunan kadar serat sehingga kadar serat
hasil penelitian Saupi et al. (2009) sebesar pada genjer yang mengalami pengukusan
0,28%. Hal ini diduga karena perbedaan tidak mengalami penurunan.
habitat dan kondisi genjer yang digunakan. Hasil perhitungan by difference
Pengukusan menyebabkan penurunan kadar memberikan nilai karbohidrat sebesar 2,70%
protein genjer. Kadar protein genjer pada genjer segar 3,42% pada pengukusan
mengalami peningkatan setelah pengukusan selama 3 menit dan 5,31% pada proses
selama 3 menit dari 2,38% menjadi 2,81%, pengukusan selama 5 menit. Nilai karbohidrat
kemudian mengalami penurunan setelah pada genjer yang mengalami pengukusan
pengukusan selama 5 menit menjadi 2,03%. terjadi peningkatan, hal ini diduga karena
Jacoeb et al. (2010) menyatakan bahwa adanya penurunan kadar air dan komponen
peningkatan presentasi kadar protein pada lainnya
genjer setelah pengukusan diduga karena
adanya penguraian tanin pada daun dan Komponen bioaktif genjer
batang genjer. Genjer segar memiliki persentase
Kadar abu genjer sebesar 0,70% berubah rendemen ekstrak terkecil yaitu 9,26%,
menjadi 0,85% dan 0,99% akibat proses sedangkan ekstrak genjer yang mengalami
pengukusan selama 3 dan 5 menit. Kadar abu pengukusan selama 5 menit memiliki
mengalami perubahan karena adanya air rendemen terbesar yaitu 13,53%.(Gambar 2)
yang keluar akibat proses pengukusan. Proses pengukusan menyebabkan serat-serat
Mineral-mineral yang terkandung dalam yang terdapat pada genjer menjadi lebih lunak
tanaman genjer yaitu kalsium, fosfor, besi, sehingga kelarutan komponen dalam pelarut
natrium, kalium, tembaga, dan seng ikut juga berbeda. Hal ini diduga menyebabkan
keluar bersama dengan keluarnya air akibat serat-serat yang lebih lunak memudahkan
proses pengukusan. komponen bioaktif yang terdapat pada genjer
Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam lebih mudah larut pada pelarutnya. Hasil uji
menunjukkan bahwa genjer mengandung fitokimia pada masing-masing ekstrak kasar
genjer disajikan pada Tabel 2.
residu abu tak larut asam sebesar 0,10% dari
Pengaruh pengukusan tidak memberikan
ketiga sampel. Kadar abu tidak larut asam ini
perbedaan komponen bioaktif yang dihasilkan
diduga berasal dari material-material abu pada ekstrak genjer. Komponen bioaktif pada
yang tidak larut asam yang terdapat pada ekstrak genjer dari ketiga perlakuan meliputi
substrat perairan tempat genjer tumbuh. Abu steroid, saponin, fenol hidroquinon dan gula
tidak larut asam dicerminkan oleh adanya pereduksi.
kontaminasi mineral atau logam yang tidak Steroid merupakan salah satu senyawa
kimia yang banyak digunakan dalam bidang
larut asam dalam suatu produk (Basmal et al.
pengobatan. Steroid ini diduga memiliki efek
2003). peningkat stamina tubuh (aprodisiaka) dan
Genjer segar memiliki kandungan serat antiinflamasi (Nurjanah et al. 2011). Proses
(basis basah) sebesar 1,31% sedangkan pengukusan selama 3 dan 5 menit yang
genjer yang telah mengalami proses dilakukan pada genjer tidak terlalu
pengukusan selama 3 dan 5 menit memiliki berpengaruh secara kualitatif terhadap
kandungan serat sebesar 1,34% dan 1,53%. kandungan steroid.
Peningkatan kadar serat diduga karena

189
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

16
13.53
14
12.28
%Rendemen 12
10 9.29

8
6
4
2
0
segar kukus menit ke-3 kukus menit ke-5
Perlakuan

Gambar 2. Rendemen ekstrak genjer (%)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa merupakan bagian primer dari metabolisme


ekstrak genjer segar, kukus 3 dan 5 menit tumbuhan. Hal ini sesuai dengan Koche et al.
terdeteksi adanya saponin dan gula (2010) menyatakan bagian primer terdiri atas
pereduksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya gula, asam amino, protein dan klorofil.
busa yang terbentuk untuk uji saponin dan Hasil penelitian menunjukkan adanya
terbentuk warna hijau pada uji gula pereduksi. komponen fenol hidrokuinon pada ekstrak
Hasil penelitian Nurjanah et al. (2009) kasar genjer segar dan genjer yang
menunjukan analisis komponen fitokimia mengalami pengukusan selama 3 dan 5
ekstrak tepung lintah laut mengandung menit. Komponen fenol dapat bertindak
senyawa alkaloid, saponin, steroid dan fenol sebagai terminator oksidasi dengan cara
yang diduga berperan dalam menurunkan menangkap radikal untuk membentuk radikal
kolesterol total maupun LDL. stabil. Hasil penelitian Maisuthisakul et al.
Proses pengukusan selama 3 dan 5 menit (2008) menunjukan adanya total fenol
yang dilakukan pada genjer tidak mengalami sebesar 5,4 mgGAE/g BDD pada tanaman
perubahan secara kualitatif terhadap genjer.
kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi

Tabel 2. Hasil uji fitokimia berbagai ekstrak genjer

Ekstrak
Uji Fitokimia Segar K. menit K. menit Keterangan
ke-3 ke-5
Akaloid - - - Tidak terdapat endapan putih
alam pereaksi Meyer, endapan
coklat dalam pereaksi Wagner
dan endapan merah dalam
pereaksi Dragendorff
Steroid + + + Terbentuk warna hijau kebiruan
Flavonoid - - - Tidak terbentuk lapisan amil
alcohol
190
Nurjanah, et al

Saponin + + + Terbentuk busa


Molisch - - - Tidak terbentuk lapisan berwarna
ungu tua
Benedict + + + Warna hijau
Fenol + + + Terbentuk warna hijau tua
Hidroquinon
Ninhidrin - - - Tidak terbentuk warna biru
Biuret - - - Tidak terbentuk warna ungu

Aktivitas Antioksidan Genjer dengan aktivitas antioksidan yang paling lemah


Metode DPPH ditunjukkan dengan nilai IC50-nya yang
Nilai rata-rata IC50 BHT dan ekstrak kasar terbesar, yaitu 3409 ppm. Pembanding BHT
genjer (segar, kukus 3 dan 5 menit) disajikan memiliki nilai IC50 terendah yaitu 3,88 ppm.
pada Gambar 3. Semakin kecil nilai IC 50 Nilai IC50 pada genjer segar lebih rendah
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya dibandingkan dengan penelitian Sakong et al.
semakin tinggi (Molyneux 2004). Ekstrak (2011) yang menunjukan total aktivitas
kasar genjer segar memiliki aktivitas antiokasidan pada daun genjer sebesar 317
antioksidan yang lebih besar dari dua ekstrak ppm.
kasar genjer lainnya, ditandai dengan nilai Proses pengukusan mempengaruhi nilai
IC50-nya yang terkecil, yaitu 131 ppm. Ekstrak IC50 dari genjer, semakin lama waktu
genjer merupakan ekstrak yang memiliki pengukusan semakin besar nilai IC50. Proses
pengolahan akan memberikan perubahan

4000
3409
Rata-rata IC50 (ppm)

3500
3000
2500
2000
1350
1500
1000
500 131 3.88
0
segar kukus menit kukus menit BHT
ke-3 ke-5
Perlakuan

Gambar 3. Nilai IC50 genjer segar dan kukus


dan antioksidan dalam sayuran yang telah
Karakteristik secara fisik maupun komposisi diolah lebih rendah daripada sayuran dalam
kimia dalam sayuran. Pengukusan dapat keadaan segar (Azizah et al. 2009).
menurunkan kadar zat gizi makanan yang Ekstrak kasar genjer kukus memiliki
besarnya bergantung pada cara mengukus aktivitas antioksidan yang sangat lemah
dan jenis makanan yang dikukus. Hasil karena nilai IC50-nya lebih besar dari 0,20
penelitian menunjukkan Proses pengolahan mg/mL atau 200 ppm, hal ini jauh berbeda
dapat mengakibatkan kandungan fitokimia dengan aktivitas antioksidan BHT sebagai
pembanding. Hasil penelitian ini jauh lebih
191
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

baik dibandingkan hasil penelitian Raghu et vitamin C pada sayuran berdaun. Penurunan
al. (2010) terhadap sepuluh macam sayuran kandungan vitamin C dapat dikaitkan dengan
yang biasa dikonsumsi di India, nilai IC 50-nya fakta bahwa vitamin C larut dalam air dan
berkisar 950 - 4750 ppm. pada saat yang sama tidak tahan terhadap
panas. Naidu (2003) menyatakan bahwa
Kandungan Vitamin C Genjer kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA
Kandungan vitamin C genjer segar lebih antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60
tinggi jika dibandingkan dengan kandungan mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil
vitamin C genjer setelah proses pengukusan. sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui
Kandungan vitamin C genjer segar dalam sebanyak 95 mg/hari.
berat kering adalah sebesar 46,63 mg/100 g. Kandungan beta karoten genjer segar dan
Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan setelah pengukusan mengalami penurunan.
oleh Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Nilai beta karoten genjer segar dalam berat
(1992), kandungan vitamin C genjer segar kering sebesar 69,62 mg/100 g, berubah
(Limnocharis flava) adalah sebesar 54 mg/100 setelah pengukusan 3 menit menjadi 44,87
g. Perbedaan tersebut diduga karena mg/100 g, dan pada pengukusan 5 menit
perbedaan lokasi tumbuh dan keadaan alam menjadi 18,44 mg/100 g. Olemo et al. (2011)
dari tempat hidup genjer. Kandungan vitamin menyatakan bahwa kehilangan beta karoten
C pada genjer segar ini tergolong sedang. dengan presentase rendah (10%) diamati
Somsub et al. (2007) menyatakan bahwa pada Solanum incanum dapat dikaitkan
kandungan vitamin C dalam sampel sayur dengan metode pengolahan yang berbeda.
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu kategori
tinggi (71,8 mg/100g), sedang (9,6-71,6 Kandungan Mineral Genjer
mg/100 g), dan rendah (kurang dari 9,6 Kandungan mineral makro tertinggi dalam
mg/100 g). Vitamin C diproduksi oleh berat kering pada genjer segar terdapat pada
tumbuhan dalam jumlah yang besar. Fungsi kalium (6.786,18 mg/100 g) dan mineral
vitamin C bagi tumbuhan adalah sebagai terendah adalah natrium (574,34 mg/100 g).
agen antioksidan yang dapat menetralkan Kandungan mineral mikro tertinggi dalam
singlet oksigen yang sangat reaktif, berperan basis kering pada genjer segar adalah besi
dalam pertumbuhan sel, berfungsi seperti (1.924,69 mg/100 g) dan terendah adalah
hormon, dan ikut berperan dalam proses seng (749,48 mg/100 g). Arifin (2008)
fotosintesis (Davey et al. 2006). menyatakan bahwa kandungan mineral di
Kandungan vitamin C genjer mengalami dalam setiap bahan makanan berbeda-beda
penurunan setelah pengukusan, nilai vitamin bergantung kepada jenis dan kondisi
C pada genjer segar sebesar 46,63 mg/100 g hidupnya.
menurun setelah pengukusan 3 menit menjadi Kandungan mineral Genjer setelah
43,81 mg/100 g dan pada pengukusan 5 dilakukan proses pengukusan mengalami
menit semakin menurun menjadi 37,34 perubahan (Tabel 3). Mineral yang mengalami
mg/100 g. Pengukusan genejr selama 3 menit penurunan jumlah setelah pengukusan
menyebabkan kadar vitamin C menurun selama 3 menit adalah kalsium (Ca) 811,89
sebesar 6,05% dan pada pengukusan 5 menit mg/100 g, natrium (Na) 169,77 mg/100 g,
menurun sebesar 20,06%, hal ini kalium (K) 5.146,47 mg/100 g, fosfor (P)
menunjukkan bahwa semakin lama waktu 2.535,95 mg/100 g, seng (Zn) 302,30 mg/100
pengukusan menyebabkan kandungan g, dan besi (Fe) 1.866,48 mg/100 g. Mineral
vitamin C semakin menurun. Oboh (2005) yang mengalami penurunan jumlah setelah
menyatakan bahwa pengolahan berbagai pengukusan selama 5 menit adalah kalsium
makanan dengan metode konvensional (Ca) 445,76 mg/100 g, natrium (Na) 98,35
membawa kerugian terhadap kandungan mg/100 g, kalium (K) 3.744,55 mg/100 g,

192
Nurjanah, et al

fosfor (P) 982,82 mg/100 g, seng (Zn) 262,32 berbeda dapat menghasilkan variasi kadar
mg/100 g, dan besi (Fe) 1.200,92 mg/100 g. mineral. Mineral pada umumnya tidak peka
Rahayu et al. (2010) menyatakan bahwa terhadap panas, tetapi rentan terhadap
ketika makanan dimasak, diproses, atau pencucian atau pengolahan yang melibatkan
disimpan, mineral dapat bergabung dengan air seperti perebusan dan pengukusan.
komponen kimia makanan lain atau bahkan Penurunan mineral selama pencucian dapat
larut akibat pemanasan. Sama halnya dengan diperkecil dengan mengurangi jumlah air yang
vitamin, variasi kandungan mineral alamiah digunakan untuk memasak bahan makanan.
makanan mentah dan metode memasak yang

Tabel 3. Kandungan mineral genjer segar dan kukus


Komposisi Nilai (mg/100 g)
mineral Segar* Kukus 3 menit Kukus 5 menit
Mineral makro
Fosfor (P) 3.858,55±139,21a 2.535,95±37,59a 982,82±813,94b
Kalsium (Ca) 1.892,25±1,86a 811,89±7,88c 445,76±53,86b
Kalium (K) 6.786,18±50,97a 5.146,47±27,53c 3.744,55±41,30b
Natrium (Na) 574,34±25,57a 169,77±4,28c 98,35±3,04b
Mineral mikro
Besi (Fe) 1.924,69±83,59a 1.866,48±11,57a 1.200,92±57,61b
Seng (Zn) 749,48±18,19a 302,30±10,63c 262,32±12,33b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perbedaan waktu
pengukusan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap komposisi
kimia (p<0,05)

KESIMPULAN penurunan setelah proses pengukusan.


Ekstrak kasar genjer segar dan genjer Waktu pengukusan terbaik adalah 3 menit
yang mengalami pengukusan (selama 3 dan karena zat gizi yang hilang pada pengukusan
5 menit) memiliki aktivitas antioksidan. 3 menit tidak sebesar pada pengukusan 5
Ekstrak genjer segar memiliki antioksidan menit.
paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 131
ppm. Komponen bioaktif yang terdapat pada DAFTAR PUSTAKA
ketiga ekstrak kasar genjer meliputi steroid, [AOAC] Association of Official Analytical
saponin, gula pereduksi dan fenol Chemist. 2005. Official Method of Analysis of
hidrokuinon. Secara kualitatif proses The Association of Official Analytical of
pengukusan tidak menyebabkan perubahan Chemist. Arlington: The Association of
pada komponen bioaktif tetapi mempengaruhi Official Analytical Chemist, Inc.
aktivitas antioksidan. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara uji
Kandungan vitamin C dan beta karoten kimia-bagian 1: Penentuan Kadar Serat Pangan
genjer segar dan setelah proses pengukusan SNI 01-2891-1992. Jakarta: Standardisasi
mengalami penurunan, semakin menurun Nasional Indonesia.
dengan meningkatnya waktu pemasakan. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2010. Cara uji
Kandungan mineral makro terbesar pada kimia-nagian 1: Penentuan Kadar Abu dan Abu
genjer segar adalah kalium (K) sebesar Tidak Larut Asam pada Produk Perikanan SNI-
6.786,18 mg/100 g dan terendah adalah 2354.1-2010. Jakarta: Standardisasi Nasional
natrium (Na) yaitu sebesar 574,34 mg/100 g, Indonesia.
sedangkan mineral mikro terbesar adalah besi Abdulnabi AA, Emhemed AH, Hussein G. Daood,
(Fe) yaitu sebesar 1.924 mg/100 g. Mineral PCter AB. 1997. Determination of antioxidant
yang diteliti secara keseluruhan mengalami vitamins in tomatoes. Journal Food Chemistry.
60 (2): 207-212.
193
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Molyneux P. 2004. The use of the stable free
Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat radical dyhenylpicrylhydrazil (dpph) for
total dan likopen pada buah tomat (Solanum estimating antioxidant activity. Songklanakarin
Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Journals of Science and Technology. 26:211-
Farmasi. 13(1): 1-9. 219.
Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial Naidu KA. 2003. Vitamin C in human health and
mikro dalam sistem biologi dan metode disease is still a mystery ? An overview.
analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (3): 99- Nutrition Journal. 2: 1-7.
105. Nurjanah, Izzati L, Abdullah A. 2011. Aktivitas
Azizah AH, Wee KC, Azizah O, Azizah M. 2009. antioksidan dan komponen bioaktif kerang
Effect of boiling and stir frying on total pisau (Solen spp). Jurnal Ilmu Kelautan. 16
phenolics, carotenoids and radical scavenging (3):119-124.
activity of pumpkin (Cucurbita moschato). Nurjanah, Hardjito L, Monintja DR, Bintang M,
International Food Research Journal. 16: 45- Agungpriyono DR. 2009. Lintah laut
51. (Discodoris sp) sebagai antikolesterolemia
Basmal J, Syarifudin, Ma’ruf WF. 2003. Pengaruh pada kelinci New Zealand white. Jurnal
konsentrasi larutan potassium hidroksida Kelautan Nasional. 2:31-42.
terhadap mutu kappa-karaginan yang di Oboh G. 2005. Effect of blanching on the
ekstraksi dari euchema cottonii. Jurnal antioxidant properties of some tropical green
Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5):95-103. leafy vegetables. LWT-Food Science and
Davey MW, Kenis K, Keulemans J. 2006. Technology. 38: 513–517.
Genetic control of fruit vitamin C contents. Olemo BO, Elemo GN, Senaike AO, Erukainure
Journal Plant Physiology. 142: 343–351. OL. 2011. Effect of various pocessing methods
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. on beta-caroten and ascorbic acid content of
Daftar Komposisi Bahan Pangan. Jakarta: same green leafy vegetables. Journal Food
Bhatara Karya Aksara. Science and Technology. 5 (1): 12-16.
Flyman MV, Afolayan AJ. 2008. Effect of plant Quinn R J. 1988. Chemistry of Aqueous Marine
maturity on the mineral content of the leaves Extracts: Isolation Techniques in Bioorganic
of Momordica balsamina L. and Vigna Marine Chemistry, Vol. 2.Verlag Berlin
unguiculata subp. sesquipedalis (L.) Verdc. Heidelberg:Springer.
Journal of Food Quality. 31(5): 661-671. Raghu KL, Ramesh CK, Srinivasa TR, Jamuna KS.
Harborne JB. 1984. Phytochemical Methods. Ed 2010. DPPH scavenging and reducing power
ke-2. New York: Chapman and Hall. properties in common vegetables. Research
Jacoeb AM, Abdullah A, Rusydi R. 2010. Journal of Pharmaceutical, Biological and
Karakteristik mikroskopis dan komposisi Chemical Sciences. 1(4):399-406.
tanaman genjer (Limnocharis flava) dari Situ Rahayu SE, Susanti R, Pribadi P. 2010.
Gede Bogor. Jurnal Sumberdaya Perairan. 4 Perbandingan kadar vitamin dan mineral dalam
(2): 1-6. buah segar dari manisan basah karika dieng
Koche D, Shirsat R, Imran S, Bhadange DG. 2010. (Carica pubescens Lenne dan K. Kock).
Phytochemical screening of eight traditionally Journal Biosaintifika. 2 (2): 90-100.
used ethnomedicinal plants from Akola district Rachmawati, Deviani, Suriani. 2009. Pengaruh suhu
(MS) India. International Journal of Pharma and dan penyimpanan terhadap kandungan vitamin
Bio Sciences. 1(4):253-256. C pada cabe rawit putih (Capsicum
Maisuthisakul P, Pasuk S, Ritthiruangdej P. 2008. frustenscens). Jurnal Biologi FMIPA Universitas
Relationship between antioxidant properties Udayana. 13 (2): 36-40.
and chemical composition of some thai plants. Sakong P, Khampitak T, Cha’on U, Pinitsoontorn
Journal of Food Composition and Analysis. 21: C, Sriboonlue P, Yongvanit P, Boonsiri P.
229–240. 2011. Antioxidant activity and bioactive
194
Nurjanah, et al

phytochemical contents of traditional


medicinal plants in northeast Thailand. Journal
of Medicinal Plants. 5(31): 1-10.
Salazar R, Perez LA, Lopez J, Alanis BA, Waksman
N. 2009. Antimicrobial and antioxidant
activities of plants from northeast of mexico.
Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine. 2011: 1-6.
Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008.
Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing
taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai
senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan. 11(2): 119-132.
Saupi N, Zakaria MH, Bujang J S. 2009. Analytic
chemical compotition and mineral content of
yellow velvetleaf (Limnocharis flava L.
Buchenau)’s edible parts. Jurnal of Applied
Sciences. 9(16): 2969-2974.
Somsub W, Kongkachuichai R, Sungpuang P,
Charoensiri R. 2007. Effect of three
conventional cooking methods on vitamin c,
tannin, myo-inositol phosphates contents in
selected Thai vegetables. Journal of Food
Composition and Analysis. 21: 187-197.

195

Вам также может понравиться