Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Email: inun_thp10@yahoo.com
ABSTRACT
Yellow velvetleaf (L. flava) is a type of aquatic plants commonly consumed by the
public. Yellow velvetleaf steamed of processing products. The purpose of research was to
determine the effect of steaming period on chemical composition, antioxidant activity,
ascorbid acid, and minerals on yellow velvetleaf. Chemical composition of fresh yellow
velvetleaf consisted of 93.92% of water, 0.20% of fat, 2.38% of protein, 0.70% of ash, 0.10% of
acid soluble ash, 2.70% of carbohydrate and 1.31% crude fiber. Steaming caused a decrease in
water levels and increased levels of fat, protein, ash, carbohydrate and crude fiber yellow
velvetleaf. Phytochemical components of the three crude extracts yellow velvetleaf (fresh,
steamed 3 and 5 min) were steroids, saponins, phenol hydroquinone and reducing sugar.
Antioxidant activity of the crude extracts was 131 ppm and steaming for 3 minutes and 5
minutes increased IC50 value to 1350 ppm and 3409 ppm, respectively. In conclusion
steaming proses changed the antioxidant activity of yellow velvetleaf. Losses of ascorbid acid
of fresh genjer were 3.20% and 11.15% correspondingly after 3 and 5 minutes steaming. Beta
carotene in fresh genjer decreased by 20.02% (steamed 3 minutes) and 60.90% (steamed 5
minutes). Minerals respectively were decreased due to steaming. Hightest mineral loss
happened to natrium with 70.44% (steamed 3 minutes) and 82.87% (steamed 5 minutes).
Total minerals loss in steaming for 3 minutes was 26.60% and the for 5 minutes was 45.40%.
Keyword: antioxidant activity, ascorbid acid , beta caroten , bioactive components, mineral,
proximate, yellow velvetleaf (Limnocharis flava).
Genjer merupakan tanaman air yang biasa Salah satu sumber vitamin yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat (Jacoeb et al. terdapat pada sayuran hijau adalah vitamin C.
2010). Salah satu proses pengolahan panas Vitamin C merupakan vitamin yang paling
yang biasa digunakan untuk mengolah mudah rusak karena mudah teroksidasi dan
sayuran adalah pengukusan. Hasil penelitian proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar,
Maisuthisakul et al. (2008) menunjukkan alkali, enzim, oksidator serta oleh katalis
bahwa L. flava di wilayah Thailand tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat
mengandung total fenolik sebesar 5,4 mg apabila vitamin C dibiarkan dalam kondisi
GAE/g berat kering dan total flavonoid asam atau suhu rendah (Rachmawati et al.
sebesar 3,7 mg RE/g berat kering. 2009).
Tumbuh-tumbuhan diketahui kaya dengan Penelitian mengenai tumbuhan air
antioksidan misalnya vitamin C, beta karoten, khususnya genjer, baik kandungan gizi
vitamin E, dan flavonoid. Sayuran berdaun maupun pengaruhnya setelah proses
telah dilaporkan memiliki peran penting dalam pemasakan saat ini masih sedikit. Informasi
nutrisi manusia, terutama sebagai sumber ini diperlukan dalam bidang pendidikan
vitamin (A, B, C, E), mineral, dan serat sebagai sumber informasi ilmiah. Salah satu
makanan. Nilai gizi sayuran bervariasi sesuai informasi penting yang perlu diketahui adalah
dengan faktor lingkungan, perbedaan aktivitas antioksidan, jumlah vitamin dan
varietas, praktek budidaya, tahap pemanenan mineral pada genjer baik sebelum maupun
tanaman, metode penyimpanan, pengolahan, setelah proses pemasakan.
dan persiapan (Flyman dan Afolayan 2008).
fenol hidrokuinon), peraksi Molisch, asam
MATERIAL DAN METODE sulfat pekat (uji Molisch), pereaksi Benedict
Bahan dan Alat (uji Benedict), pereaksi Biuret (uji Biuret) dan
Bahan utama yang digunakan untuk larutan Ninhidrin 0,10% (uji Ninhidrin). Alat
penelitian ini adalah genjer (L. flava) yang yang digunakan meliputi timbangan digital,
diambil di desa Cikarawang, Kecamatan kertas saring, orbital shaker, tabung
Darmaga, Kabupaten Bogor. Bahan-bahan Erlenmeyer, rotary vacuum evaporator, gelas
yang dibutuhkan untuk analisis proksimat piala dan tabung reaksi.
meliputi akuades, kjeltab jenis selenium, Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji
H2SO4 pekat, asam borat (H3BO3) 4% yang aktivitas antioksidan, yaitu ekstrak kasar
mengandung indikator bromcherosol green- genjer, kristal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
methyl red (1:2) berwarna merah muda, HCl (DPPH), etanol dan BHT (butylated
0,0947 N, pelarut lemak (n-heksana), HCl hydroxytoluena) sebagai pembanding. Alat
10% dan AgNO3 0,10 N. Alat yang digunakan yang digunakan meliputi tabung reaksi,
meliputi labu lemak, kondensator, tabung ELLISA reader, microplate, multipipette, dan
Soxhlet, penangas air, labu Kjeldahl, labu takar.
destilator.
Bahan yang dibutuhkan untuk proses Lingkup Penelitian
ekstraksi dan evaporasi adalah etanol 96%. Tahap penelitian terdiri atas pengukusan,
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk uji analisis proksimat, ekstraksi, analisis fitokimia,
fitokimia meliputi pereaksi Wagner (uji Vitamin C dan aktivitas antioksidan dengan
alkaloid), pereaksi Meyer (uji alkaloid), metode DPPH.
pereaksi Dragendorff (uji alkaloid), kloroform, Pengukusan
anhidra asetat, asam sulfat pekat (uji steroid), Proses pengukusan genjer dilakukan
serbuk magnesium, amil alkohol (uji terhadap bagian daun dan batang. Proses
flavonoid), air panas, larutan HCl 2 N (uji pengukusan bertujuan untuk menentukan
saponin), etanol 70%, larutan FeCl3 5% (uji pengaruh proses pengukusan terhadap
186
Nurjanah, et al
188
Nurjanah, et al
Kadar protein genjer segar pada penelitian adanya penurunan kadar air yang terdapat
ini sebesar 2,38%. Nilai ini lebih tinggi pada daun dan tangkai tidak diikuti dengan
dibandingkan dengan kadar protein genjer penurunan kadar serat sehingga kadar serat
hasil penelitian Saupi et al. (2009) sebesar pada genjer yang mengalami pengukusan
0,28%. Hal ini diduga karena perbedaan tidak mengalami penurunan.
habitat dan kondisi genjer yang digunakan. Hasil perhitungan by difference
Pengukusan menyebabkan penurunan kadar memberikan nilai karbohidrat sebesar 2,70%
protein genjer. Kadar protein genjer pada genjer segar 3,42% pada pengukusan
mengalami peningkatan setelah pengukusan selama 3 menit dan 5,31% pada proses
selama 3 menit dari 2,38% menjadi 2,81%, pengukusan selama 5 menit. Nilai karbohidrat
kemudian mengalami penurunan setelah pada genjer yang mengalami pengukusan
pengukusan selama 5 menit menjadi 2,03%. terjadi peningkatan, hal ini diduga karena
Jacoeb et al. (2010) menyatakan bahwa adanya penurunan kadar air dan komponen
peningkatan presentasi kadar protein pada lainnya
genjer setelah pengukusan diduga karena
adanya penguraian tanin pada daun dan Komponen bioaktif genjer
batang genjer. Genjer segar memiliki persentase
Kadar abu genjer sebesar 0,70% berubah rendemen ekstrak terkecil yaitu 9,26%,
menjadi 0,85% dan 0,99% akibat proses sedangkan ekstrak genjer yang mengalami
pengukusan selama 3 dan 5 menit. Kadar abu pengukusan selama 5 menit memiliki
mengalami perubahan karena adanya air rendemen terbesar yaitu 13,53%.(Gambar 2)
yang keluar akibat proses pengukusan. Proses pengukusan menyebabkan serat-serat
Mineral-mineral yang terkandung dalam yang terdapat pada genjer menjadi lebih lunak
tanaman genjer yaitu kalsium, fosfor, besi, sehingga kelarutan komponen dalam pelarut
natrium, kalium, tembaga, dan seng ikut juga berbeda. Hal ini diduga menyebabkan
keluar bersama dengan keluarnya air akibat serat-serat yang lebih lunak memudahkan
proses pengukusan. komponen bioaktif yang terdapat pada genjer
Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam lebih mudah larut pada pelarutnya. Hasil uji
menunjukkan bahwa genjer mengandung fitokimia pada masing-masing ekstrak kasar
genjer disajikan pada Tabel 2.
residu abu tak larut asam sebesar 0,10% dari
Pengaruh pengukusan tidak memberikan
ketiga sampel. Kadar abu tidak larut asam ini
perbedaan komponen bioaktif yang dihasilkan
diduga berasal dari material-material abu pada ekstrak genjer. Komponen bioaktif pada
yang tidak larut asam yang terdapat pada ekstrak genjer dari ketiga perlakuan meliputi
substrat perairan tempat genjer tumbuh. Abu steroid, saponin, fenol hidroquinon dan gula
tidak larut asam dicerminkan oleh adanya pereduksi.
kontaminasi mineral atau logam yang tidak Steroid merupakan salah satu senyawa
kimia yang banyak digunakan dalam bidang
larut asam dalam suatu produk (Basmal et al.
pengobatan. Steroid ini diduga memiliki efek
2003). peningkat stamina tubuh (aprodisiaka) dan
Genjer segar memiliki kandungan serat antiinflamasi (Nurjanah et al. 2011). Proses
(basis basah) sebesar 1,31% sedangkan pengukusan selama 3 dan 5 menit yang
genjer yang telah mengalami proses dilakukan pada genjer tidak terlalu
pengukusan selama 3 dan 5 menit memiliki berpengaruh secara kualitatif terhadap
kandungan serat sebesar 1,34% dan 1,53%. kandungan steroid.
Peningkatan kadar serat diduga karena
189
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014
16
13.53
14
12.28
%Rendemen 12
10 9.29
8
6
4
2
0
segar kukus menit ke-3 kukus menit ke-5
Perlakuan
Ekstrak
Uji Fitokimia Segar K. menit K. menit Keterangan
ke-3 ke-5
Akaloid - - - Tidak terdapat endapan putih
alam pereaksi Meyer, endapan
coklat dalam pereaksi Wagner
dan endapan merah dalam
pereaksi Dragendorff
Steroid + + + Terbentuk warna hijau kebiruan
Flavonoid - - - Tidak terbentuk lapisan amil
alcohol
190
Nurjanah, et al
4000
3409
Rata-rata IC50 (ppm)
3500
3000
2500
2000
1350
1500
1000
500 131 3.88
0
segar kukus menit kukus menit BHT
ke-3 ke-5
Perlakuan
baik dibandingkan hasil penelitian Raghu et vitamin C pada sayuran berdaun. Penurunan
al. (2010) terhadap sepuluh macam sayuran kandungan vitamin C dapat dikaitkan dengan
yang biasa dikonsumsi di India, nilai IC 50-nya fakta bahwa vitamin C larut dalam air dan
berkisar 950 - 4750 ppm. pada saat yang sama tidak tahan terhadap
panas. Naidu (2003) menyatakan bahwa
Kandungan Vitamin C Genjer kebutuhan vitamin C berdasarkan U.S. RDA
Kandungan vitamin C genjer segar lebih antara lain untuk pria dan wanita sebanyak 60
tinggi jika dibandingkan dengan kandungan mg/hari, bayi sebanyak 35 mg/hari, ibu hamil
vitamin C genjer setelah proses pengukusan. sebanyak 70 mg/hari, dan ibu menyusui
Kandungan vitamin C genjer segar dalam sebanyak 95 mg/hari.
berat kering adalah sebesar 46,63 mg/100 g. Kandungan beta karoten genjer segar dan
Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan setelah pengukusan mengalami penurunan.
oleh Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Nilai beta karoten genjer segar dalam berat
(1992), kandungan vitamin C genjer segar kering sebesar 69,62 mg/100 g, berubah
(Limnocharis flava) adalah sebesar 54 mg/100 setelah pengukusan 3 menit menjadi 44,87
g. Perbedaan tersebut diduga karena mg/100 g, dan pada pengukusan 5 menit
perbedaan lokasi tumbuh dan keadaan alam menjadi 18,44 mg/100 g. Olemo et al. (2011)
dari tempat hidup genjer. Kandungan vitamin menyatakan bahwa kehilangan beta karoten
C pada genjer segar ini tergolong sedang. dengan presentase rendah (10%) diamati
Somsub et al. (2007) menyatakan bahwa pada Solanum incanum dapat dikaitkan
kandungan vitamin C dalam sampel sayur dengan metode pengolahan yang berbeda.
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu kategori
tinggi (71,8 mg/100g), sedang (9,6-71,6 Kandungan Mineral Genjer
mg/100 g), dan rendah (kurang dari 9,6 Kandungan mineral makro tertinggi dalam
mg/100 g). Vitamin C diproduksi oleh berat kering pada genjer segar terdapat pada
tumbuhan dalam jumlah yang besar. Fungsi kalium (6.786,18 mg/100 g) dan mineral
vitamin C bagi tumbuhan adalah sebagai terendah adalah natrium (574,34 mg/100 g).
agen antioksidan yang dapat menetralkan Kandungan mineral mikro tertinggi dalam
singlet oksigen yang sangat reaktif, berperan basis kering pada genjer segar adalah besi
dalam pertumbuhan sel, berfungsi seperti (1.924,69 mg/100 g) dan terendah adalah
hormon, dan ikut berperan dalam proses seng (749,48 mg/100 g). Arifin (2008)
fotosintesis (Davey et al. 2006). menyatakan bahwa kandungan mineral di
Kandungan vitamin C genjer mengalami dalam setiap bahan makanan berbeda-beda
penurunan setelah pengukusan, nilai vitamin bergantung kepada jenis dan kondisi
C pada genjer segar sebesar 46,63 mg/100 g hidupnya.
menurun setelah pengukusan 3 menit menjadi Kandungan mineral Genjer setelah
43,81 mg/100 g dan pada pengukusan 5 dilakukan proses pengukusan mengalami
menit semakin menurun menjadi 37,34 perubahan (Tabel 3). Mineral yang mengalami
mg/100 g. Pengukusan genejr selama 3 menit penurunan jumlah setelah pengukusan
menyebabkan kadar vitamin C menurun selama 3 menit adalah kalsium (Ca) 811,89
sebesar 6,05% dan pada pengukusan 5 menit mg/100 g, natrium (Na) 169,77 mg/100 g,
menurun sebesar 20,06%, hal ini kalium (K) 5.146,47 mg/100 g, fosfor (P)
menunjukkan bahwa semakin lama waktu 2.535,95 mg/100 g, seng (Zn) 302,30 mg/100
pengukusan menyebabkan kandungan g, dan besi (Fe) 1.866,48 mg/100 g. Mineral
vitamin C semakin menurun. Oboh (2005) yang mengalami penurunan jumlah setelah
menyatakan bahwa pengolahan berbagai pengukusan selama 5 menit adalah kalsium
makanan dengan metode konvensional (Ca) 445,76 mg/100 g, natrium (Na) 98,35
membawa kerugian terhadap kandungan mg/100 g, kalium (K) 3.744,55 mg/100 g,
192
Nurjanah, et al
fosfor (P) 982,82 mg/100 g, seng (Zn) 262,32 berbeda dapat menghasilkan variasi kadar
mg/100 g, dan besi (Fe) 1.200,92 mg/100 g. mineral. Mineral pada umumnya tidak peka
Rahayu et al. (2010) menyatakan bahwa terhadap panas, tetapi rentan terhadap
ketika makanan dimasak, diproses, atau pencucian atau pengolahan yang melibatkan
disimpan, mineral dapat bergabung dengan air seperti perebusan dan pengukusan.
komponen kimia makanan lain atau bahkan Penurunan mineral selama pencucian dapat
larut akibat pemanasan. Sama halnya dengan diperkecil dengan mengurangi jumlah air yang
vitamin, variasi kandungan mineral alamiah digunakan untuk memasak bahan makanan.
makanan mentah dan metode memasak yang
Andayani R, Lisawati Y, Maimunah. 2008. Molyneux P. 2004. The use of the stable free
Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat radical dyhenylpicrylhydrazil (dpph) for
total dan likopen pada buah tomat (Solanum estimating antioxidant activity. Songklanakarin
Lycopersicum L). Jurnal Sains dan Teknologi Journals of Science and Technology. 26:211-
Farmasi. 13(1): 1-9. 219.
Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial Naidu KA. 2003. Vitamin C in human health and
mikro dalam sistem biologi dan metode disease is still a mystery ? An overview.
analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (3): 99- Nutrition Journal. 2: 1-7.
105. Nurjanah, Izzati L, Abdullah A. 2011. Aktivitas
Azizah AH, Wee KC, Azizah O, Azizah M. 2009. antioksidan dan komponen bioaktif kerang
Effect of boiling and stir frying on total pisau (Solen spp). Jurnal Ilmu Kelautan. 16
phenolics, carotenoids and radical scavenging (3):119-124.
activity of pumpkin (Cucurbita moschato). Nurjanah, Hardjito L, Monintja DR, Bintang M,
International Food Research Journal. 16: 45- Agungpriyono DR. 2009. Lintah laut
51. (Discodoris sp) sebagai antikolesterolemia
Basmal J, Syarifudin, Ma’ruf WF. 2003. Pengaruh pada kelinci New Zealand white. Jurnal
konsentrasi larutan potassium hidroksida Kelautan Nasional. 2:31-42.
terhadap mutu kappa-karaginan yang di Oboh G. 2005. Effect of blanching on the
ekstraksi dari euchema cottonii. Jurnal antioxidant properties of some tropical green
Penelitian Perikanan Indonesia. 9(5):95-103. leafy vegetables. LWT-Food Science and
Davey MW, Kenis K, Keulemans J. 2006. Technology. 38: 513–517.
Genetic control of fruit vitamin C contents. Olemo BO, Elemo GN, Senaike AO, Erukainure
Journal Plant Physiology. 142: 343–351. OL. 2011. Effect of various pocessing methods
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1992. on beta-caroten and ascorbic acid content of
Daftar Komposisi Bahan Pangan. Jakarta: same green leafy vegetables. Journal Food
Bhatara Karya Aksara. Science and Technology. 5 (1): 12-16.
Flyman MV, Afolayan AJ. 2008. Effect of plant Quinn R J. 1988. Chemistry of Aqueous Marine
maturity on the mineral content of the leaves Extracts: Isolation Techniques in Bioorganic
of Momordica balsamina L. and Vigna Marine Chemistry, Vol. 2.Verlag Berlin
unguiculata subp. sesquipedalis (L.) Verdc. Heidelberg:Springer.
Journal of Food Quality. 31(5): 661-671. Raghu KL, Ramesh CK, Srinivasa TR, Jamuna KS.
Harborne JB. 1984. Phytochemical Methods. Ed 2010. DPPH scavenging and reducing power
ke-2. New York: Chapman and Hall. properties in common vegetables. Research
Jacoeb AM, Abdullah A, Rusydi R. 2010. Journal of Pharmaceutical, Biological and
Karakteristik mikroskopis dan komposisi Chemical Sciences. 1(4):399-406.
tanaman genjer (Limnocharis flava) dari Situ Rahayu SE, Susanti R, Pribadi P. 2010.
Gede Bogor. Jurnal Sumberdaya Perairan. 4 Perbandingan kadar vitamin dan mineral dalam
(2): 1-6. buah segar dari manisan basah karika dieng
Koche D, Shirsat R, Imran S, Bhadange DG. 2010. (Carica pubescens Lenne dan K. Kock).
Phytochemical screening of eight traditionally Journal Biosaintifika. 2 (2): 90-100.
used ethnomedicinal plants from Akola district Rachmawati, Deviani, Suriani. 2009. Pengaruh suhu
(MS) India. International Journal of Pharma and dan penyimpanan terhadap kandungan vitamin
Bio Sciences. 1(4):253-256. C pada cabe rawit putih (Capsicum
Maisuthisakul P, Pasuk S, Ritthiruangdej P. 2008. frustenscens). Jurnal Biologi FMIPA Universitas
Relationship between antioxidant properties Udayana. 13 (2): 36-40.
and chemical composition of some thai plants. Sakong P, Khampitak T, Cha’on U, Pinitsoontorn
Journal of Food Composition and Analysis. 21: C, Sriboonlue P, Yongvanit P, Boonsiri P.
229–240. 2011. Antioxidant activity and bioactive
194
Nurjanah, et al
195