Вы находитесь на странице: 1из 12

Volume 1, No.

1
April 2018

REAL in Nursing Journal (RNJ)


Research of Education and Art Link in Nursing Journal

https://ojs.fdk.ac.id/index.php/Nursing/index

Efektifitas intervensi psikoedukasi terhadap


kepatuhan berobat pasien skizofrenia

Neila Sulung, Nice Foresa

Program Studi Pendidikan Ners


STIKes Fort de Kock Bukittinggi, Indonesia
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

Efektifitas intervensi psikoedukasi terhadap kepatuhan berobat


pasien skizofrenia
REAL in Neila Sulung & Nice Foresa

Nursing
ABSTRACT
Journal (RNJ)
Research of E duc ation and Art Link in Nursing J ournal
Psychoeducation is one form of intervention, both for families and clients who
https://ojs.fdk.ac.id/inde
are part of the psychosocial therapy. Psychoeducation aims to increase
x.php/Nursing/index knowledge about schizophrenia patients and families and to improve treatment
compliance. This study aims to determine the effectiveness of psychoeducation
intervention for treatment compliance of schizophrenia patient. The kind of this
research is quasiexperimentalwith control group design with 16 samples that
Keywords: was selected by pusposive sampling, consist of 8 people was the experimental
Psychoeducation group that was given psychoeducation intervention and 8 people was the control
Treatment compliance group that was given health education. The datawas collected by filled the
Schizophrenia observation sheet as much as 12 statements. The Test that used was T-Test
Independent with p value <0.05. The result of this research is the mean of
Korespondensi: treatment compliance on experimental group is 11,00 and control group 6,88. In
Neila Sulung statistic test showed that there is the significant difference between treatment
neilasulung@fdk.ac.id compliance of schizopheria patient on experimental group and control group with
p value 0,0005 (p < 0,05).Based of the result above can be concluded than
Stikes Fort De Kock psychoeducation intervention more effective to increase the treatment
Bukittinggi compliance of schizophrenia patients than health education. It is recomended to
the nurse in health center to implements this psychoeducation regularly in gives
nursing care to schizophrenia patients.

ABSTRAK

Psikoedukasi merupakan salah satu bentuk intervensi, baik untuk keluarga maupun klien yang merupakan
bagian dari terapi psikososial. Psikoedukasi bertujuan untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga
tentang skizofrenia serta meningkatkan kepatuhan berobat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas intervensi psikoedukasi terhadap kepatuhan berobat pasien skizofrenia. Penelitian ini menggunakan
desain quasi experiment with control group design dengan jumlah sampel 16 orang dipilih secara pusposive
sampling terdiri dari 8 orang kelompok eksperimen yang diberikan intervensi psikoedukasi dan 8 orang
kelompok kontrol yang diberikan pendidikan kesehatan. Data dikumpulkan dengan pengisian lembar observasi
sebanyak 12 pernyataan. Uji yang digunakan adalah T-Test Independen dengan nilai p < 0,05. Hasil penelitian
didapat rerata kepatuhan berobat pasien skizofrenia kelompok eksperimen 11,00 dan kelompok kontrol 6,88.
Hasil uji statistik didapat ada perbedaan yang bermakna antara rerata kepatuhan berobat pasien skizofrenia
kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol dengan nilai p = 0,0005 (p < 0,05). Berdasarkan hal di atas
dapat disimpulkan bahwa intervensi psikoedukasi lebih efektif meningkatkan kepatuhan berobat pasien
skizofrenia daripada pendidikan kesehatan. Diharapkan intervensi psikoedukasi dapat dilaksanakan
seterusnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia oleh perawat di puskesmas.

Kata kunci: psikoedukasi, kepatuhan berobat, skizofrenia

1|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

PENDAHULUAN (psikosis/skizofrenia) di Sumatera Barat


Skizofrenia adalah gangguan mental sendiri sebanyak 1,9 per mil, berada di
yang sangat berat. Gangguan ini ditandai urutan ke enam bersama Bengkulu dan
dengan gejala-gejala positif seperti Sulawesi Tengah. Prevalensi gangguan
pembicaraan yang kacau, delusi, jiwa di Sumatera Barat ini lebih tinggi dari
halusinasi, gangguan kognitif dan prevalensi nasional. Sementara itu,
persepsi, gejala-gejala negatif seperti berdasarkan Data Profil Dinas Kesehatan
avolition (menurunnya minat dan Kabupaten Lima Puluh Kota (2015)
dorongan), berkurangnya keinginan Puskesmas Piladang sendiri menempati
bicara dan miskinnya isi pembicaraan, urutan ke 8 dari 22 puskesmas yang ada
menunjukkan afek yang datar serta di Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu
terganggunya relasi personal (Strauss, et sebanyak 30 orang penderita.Pasien
al 1994; Arif 2006:3). Penyebab pasti skizofrenia yang pulang setelah dirawat di
skizofrenia belum ditemukan namun ada rumah sakit sering relaps/kambuh pada
beberapa ada beberapa factor dari hasil tahun berikutnya dikarenakan pasien
penelitian yang dilaporkan saat ini tinggal dengan keluarga yang hostilitas
berhubungan dengan kejadian memperlihatkan kecemasan yang
skizofrenia. Pertama dari faktor biologi, berlebihan, sangat protektif pada pasien,
kedua faktor biokimia, ketiga faktor terlalu ikut campur, dan sangat pengeritik
genetika, dan faktor terakhir yaitu faktor (Amir, 2013:180).
keluarga dimana kekacauan dan
dinamika keluarga memegang peranan Untuk mencegah kekambuhan tersebut
penting dalam menimbulkan kekambuhan dibutuhkan kepatuhan dari pasien untuk
dan mempertahankan remisi (Amir, tetap menjaga dan mempertahankan
2013:179-180). kesehatan jiwanya, harus melakukan
kepatuhan kontrol atau rawat jalan dan
Data WHO (2016) menunjukkan, terdapat mengikuti program terapi atau
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 pengobatan yang diberikan petugas
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena kesehatan. Kepatuhan pasien adalah
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena sejauh mana perilaku pasien sesuai
demensia. Angka kematian pasien dengan ketentuan yang diberikan oleh
skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka profesional kesehatan (Niven, 2009).
kematian penduduk pada umumnya.
Riset Kesehatan Dasar (2013), Pasien skizofrenia memerlukan treatment
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa yang komprehensif, artinya memberikan
berat, seperti skizofrenia mencapai perawatan medis untuk menghilangkan
sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 gejala, terapi (psikologis) untuk
per mil penduduk. Prevalensi tertinggi di membantu mereka beradaptasi dengan
DI Yogyakarta dan Aceh (masing-masing konsekuensi atau akibat dari gangguan
2,7 per mil, sedangkan yang terendah di tersebut, dan layanan sosial untuk
Kalimantan Barat (0,7 per mil). Prevalensi membantu mereka dapat kembali hidup di
gangguan jiwa berat masyarakat dan menjamin mereka dapat
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

memperoleh akses untuk dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga


memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah dalam menurunkan beban subjektif
satu perawatan yang biasa diberikan keluarga.
kepada pasien skizofrenia adalah terapi
biologis seperti terapi obat. Hal ini perlu Berdasarkan survei awal yang dilakukan
dipahami oleh pasien dan keluarganya di Poliklinik Umum Puskesmas Piladang
dengan memberikan pemahaman melalui pada bulan Oktober tahun 2016, terdapat
intervensi psikoedukasi (Stuart & Laraia, 202 kunjungan pasien rawat jalan dengan
2007). gangguan jiwa selama tahun 2015,
dimana terdapat 5 kunjungan baru dan
Psikoedukasi merupakan salah satu 197 kunjungan lama. Berdasarkan
bentuk intervensi, baik untuk keluarga wawancara yang dilakukan kepada 10
maupun klien yang merupakan bagian orang pasien yang didamping keluarga, 3
dari terapi psikososial. Tujuan dari orang pasien melakukan pengobatan
program psikoedukasi ini adalah sesuai dengan arahan dari petugas
menambah pengetahuan tentang kesehatan agar pasien sementara 7
gangguan jiwa sehingga diharapkan orang lainnya tidak menjalani pengobatan
menurunkan angka kekambuhan dan sesuai dengan instruksi dari petugas
meningkatkan fungsi keluarga. Tujuan ini kesehatan dengan alasan kadang-
akan dicapai melalui serangkaian kadang merasa obat yang diminum tidak
kegiatan edukasi tentang penyakit, cara ada pengaruhnya, dan merasa bosan
mengatasi gejala, dan kemampuan yang dengan pengobatan yang lama. Setiap
dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2007). melakukan kontrol ke puskemas, pasien
dilakukan pemeriksaan kesehatan jiwa
Berdasarkan penelitian oleh Sharif, oleh dokter serta perawat untuk
Shaygan, dan Mani (2012) tentang mengetahui perkembangan kesehatan
efektivitas intervensi psikoedukasi pada pasien, memberikan resep obat, dan
anggota keluarga terhadap beban pasien juga mendapatkan penyuluhan
pengasuh dan gejala gangguan jiwa pada dari perawat mengenai gejala penyakit
pasien skizofrenia di Shiraz Iran pasien yang harus diwaspadai.
menunjukkan adanya perubahan gejala Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
yang signifikan dan penurunan beban pengaruh psikoedukasi terhadap
pengasuh setelah diberikan intervensi efetifitas kepatuhan pasien skizofrenia
psikoedukasi dan satu bulan kemudian.
Hasil penelitian tersebut hampir sama METODE
dengan penelitian Wardaningsih (2007) Desain penelitian ini menggunakan
tentang Family Psychoeducation rancangan Quasi eksperimental with
mengemukakan bahwa terdapat control group design. Tujuan penelitian ini
pengaruh family psikoedukasi terhadap untuk mengetahui efektifitas intervensi
beban dan kemampuan keluarga dalam psikoedukasi terhadap kepatuhan
merawat klien dengan halusinasi. berobat pasien skizofrenia di wilayah
Psikoedukasi keluarga dapat Kerja Puskesmas Piladang, Kabupaten

3|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

Lima Puluh Kota. Populasi dalam kesehatan pada kelompok kontrol


penelitian ini adalah seluruh pasien langsung di rumah responden.
skizofrenia yang ada di wilayah kerja Hasil uji normalitas data dengan uji
puskesmas Piladang sejumlah 20 orang. Shapiro-Wilk didapatkan pada kelompok
Sampel dipilih dengan teknik purposive eksperimen p-value 0,093 sedangkan
sampling sebanyak 16 orang yang pada kelompok kontrol p-value 0,067,
kemudian dibagi menjadi 2 kelompok karena nilai p > dari 0,05 berarti data pada
yaitu kelompok eksperimen yang kelompok eksperimen maupun kelompok
berjumlah 8 responden diberikan kontrol berdistribusi normal. Hasil uji
intervensi psikoedukasi sedangkan Homogenitas dengan uji Levene
kelompok kontrol yang juga berjumlah 8 didapatkan nilai p-value 0,538 dimana p >
responden hanya diberikan pendidikan dari 0,05, berarti kedua kelompok
kesehatan. Pengumpulan data dilakukan responden mempunyai varians yang
dengan mengisi lembar observasi setelah sama. Untuk membuktikan bermakna
diberikan intervensi psikoedukasi pada atau tidaknya penelitian ini, digunakan uji
kelompok eksperimen ssebanyak 5 sesi T-Test Independen (Notoatmodjo, 2012).
dalam waktu 2,5 minggu dan pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Gambaran Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia Pada Kelompok Eksperimen di
Wilayah Kerja Puskesmas Piladang Tahun 2017
Min-
Variabel Kelompok N Mean Median SD 95% CI
Maks
Kepatuhan Eksperimen 8 11,00 11,00 0,756 10-12 10,37-11,63
berobat

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilainya 11,00 dengan nilai minimal 10


rerata kepatuhan berobat pasien dan nilai maksimal 12.
skizofrenia pada kelompok eksperimen
Tabel 2. Gambaran Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia Pada Kelompok Kontrol di
Wilayah Kerja Puskesmas Piladang Tahun 2017
Min-
Variabel Kelompok N Mean Median SD 95% CI
Maks
Kepatuhan Kontrol 8 6,88 7,00 0,835 6-8 6,18-7,57
Berobat

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa rerata kepatuhan berobat pada pasien
skizofrenia kelompok kontrol nilainya 6,88 dengan nilai minimal 6 dan nilai maksimal 8.
Tabel 3. Gambaran Hasil Uji T-Test Independen Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia Pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Variabel Kelompok N Mean SD SE Uji Levene p-value


Kepatuhan Eksperimen 8 11.00 0.756 0.267
berobat Kontrol 0,538 0,0005
8 6.88 0.835 0.295

4|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

Berdasarkan tabel 3. pada Uji Levene diperoleh jalan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
nilai p=0,538 (p>0,05) yang berarti varians menyatakan lebih dari separuh (96 %) pasien
kedua kelompok sama. Untuk Uji T-Test patuh berobat.
Independen diperoleh nilai p=0,0005 (<0,05), Berdasarkan hasil penelitian di atas
sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi terhadap kepatuhan berobat pasien skizofrenia,
psikoedukasi efektif terhadap terhadap rata-rata responden kelompok eksperimen
kepatuhan berobat. menunjukkan nilai kepatuhan berobat yang
tinggi dikarenakan mendapatkan perlakuan
Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia intervensi psikoedukasi. Menurut peneliti
Kelompok Eksperimen kepatuhan berobat pasien skizofrenia ini sangat
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui berpengaruh terhadap proses perkembangan
bahwa rerata kepatuhan berobat pada pasien kesehatan pasien. Kebanyakan pasien yang
skizofrenia kelompok eksperimen nilainya 11,00 tidak mematuhi program pengobatan akan
dengan nilai minimal 10 dan nilai maksimal 12. mengalami kekambuhan, sementara pasien
Menurut Kaplan dan Saddock (2010) yang patuh berobat akan memperoleh
kepatuhan adalah derajat dimana pasien perkembangan kesehatan yang signifikan dan
mengikuti anjuran klinis dari dokter atau perugas menjadi lebih kooperatif.
kesehatan yang mengobatinya. Perilaku Kepatuhan berobat tidak hanya dari segi
kepatuhan tergantung pada situasi klinis kepatuhan minum obat, tetapi juga kepatuhan
tertentu, sifat penyakit dan program pasien untuk kontrol teratur ke puskesmas dan
pengobatan. Selain itu, Depkes RI (2010) juga mendapatkan konseling tentang kesehatan
menyatakan pasien yang patuh berobat adalah khususnya kesehatan jiwa. Kepatuhan minum
yang menyelesaikan pengobatan secara teratur obat adalah hal yang paling penting dalam
dan lengkap tanpa terputus selama minimal perawatan pasien skizofrenia. Kepatuhan
enam bulan atau sembilan bulan. minum obat harus dinilai dari segi prinsip enam
Hasil penelitian di atas sejalan dengan benar, yaitu benar pasiennya, benar obatnya,
penelitian yang dilakukan Pardede tentang benar dosisnya, benar cara pemberiannya,
pengaruh Acceptance and Commitment benar waktunya dan benar
Therapy dan Pendidikan Kesehatan terhadap pendokumentasiannya.
kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di
RSJ Daerah Propinsi Sumatera Utara tahun
2014 yang menunjukkan bahwa sebagian besar Kepatuhan Berobat Pada Pasien Skizofrenia
pasien gangguan jiwa patuh berobat selama Kelompok Kontrol
rawat jalan (55,6 %). Penelitian Allene, dkk Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa
(2012) tentang kepatuhan terhadap pengobatan rerata kepatuhan berobat pada kelompok
untuk pengobatan psikosis: biaya dan faktor kontrol nilainya 6,88 dengan nilai minimal 6 dan
risiko pada populasi Ethiopia ditemukan lebih nilai maksimal 8.
dari separuh (52,1 %) pasien gangguan jiwa
tidak pernah melewatkan proses pengobatan Menurut Keliat (2011), kepatuhan adalah tingkat
selama rawat jalan. Penelitian Yulian, dkk ketepatan perilaku seseorang individu dengan
(2008) tentang hubungan antara support system nasihat medis atau kesehatan dan
keluarga dengan kepatuhan berobat klien rawat menggambarkan penggunaan obat sesuai

5|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

dengan petunjuk pada resep serta mencakup kesehatan yang diberikan hanya satu kali
penggunaannya pada waktu yang benar. sehingga belum begitu mempengaruhi
Kepatuhan merupakan tingkat penderita kepatuhan berobat pasien skizofrenia.
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku
yang disarankan oleh dokter atau petugas Efektivitas Intervensi Psikoedukasi terhadap
kesehatan lain (Slamet, 2007). Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3. dapat
Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian dilihat perbedaan rata-rata nilai kepatuhan
yang dilakukan oleh Sirait tentang faktor-faktor berobat pasien skizofrenia yang mendapatkan
yang menyebabkan ketidaktuhan pasien intervensi psikoedukasi lebih tinggi
skizofrenia menjalani pengobatan di Rumah dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang
Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara diberikan pendidikan kesehatan biasa. Hal ini
Medan tahun 2009 menunjukkan bahwa dapat kita lihat dari nilai mean pada kelompok
ketidakpatuhan pasien menjalani pengobatan eksperimen (11,00) lebih tinggi dibandingkan
sebanyak 62,2 %. dengan kelompok kontrol (6,88). Dari hasil uji T-
Test Independen diperoleh p-value=0,0005
Berdasarkan hasil penelitian di atas terhadap terdapat perbedaan yang bermakna antara
kepatuhan berobat pasien skizofrenia, rata-rata kepatuhan berobat pasien skizofrenia yang
responden kelompok kontrol menunjukkan nilai mendapatkan intervensi psikoedukasi
kepatuhan berobat yang cukup rendah dibandingkan dengan pasien skizofrenia
dikarenakan hanya diberikan pendidikan kelompok kontrol yang hanya mendapatkan
kesehatan dan informasi umum tentang pendidikan kesehatan biasa.
skizofrenia.
Menurut Stuart dan Sudden (2010),
Kepatuhan berobat bisa dinilai dari sejauh mana psikoedukasi merupakan salah satu bentuk
pasien menjalankan pengobatan sesuia dengan terapi perawatan kesehatan jiwa keluarga
instruksi dari dokter atau petugas kesehatan di dengan memberikan informasi dan edukasi
puskesmas. Patuh atau tidak patuhnya pasien melalui komunikasi terapetik. Menurut
skizofrenia bisa terjadi karena kurangnya Mottaghipur dan Bickerton (2006), psikoedukasi
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap merupakan suatu tindakan yang diberikan
pengobatan yang dijalaninya. Selain itu kepada individu atau orang tua untuk
kurangnya dukungan dan perhatian keluarga memperkuat startegi koping atau suatu cara
juga mempengaruhi kepatuhan pengobatan khusus dalam mengatasi permasalahan
pasien skizofrenia. psikologis yang dialami seseorang.

Meskipun responden pada kelompok kontrol Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
diberikan pendidikan kesehatan tentang penelitian Lestari (2011) tentang Pengaruh
skizofrenia, namun hal tersebut belum terlalu Terapi Psikoedukasi terhadap pengetahuan dan
berpengaruh terhadap perubahan kepatuhan tingkat kecemasan keluarga dalam merawat
berobat pasien, karena pendidikan kesehatan anggota keluarga yang mengalami tuberculosis
yang diberikan hanya bersifat umum tentang paru, bahwa prinsip belajar merupakan proses
penyakit skizofrenia. Selain itu pendidikan yang dilakukan seumur hidup Manusia memiliki

6|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

kemampuan untuk belajar dari lahir sampai Pada sesi keempat dijelaskan tentang
akhir hayat. Pemberian edukasi memberikan manajemen stress dan metode relaksasi
informasi pada keluarga tentang cara perawatan sehingga pasien dan keluarga mampu
pasien. Melalui aktifitas ini terjadi proses mengelola
pembelajaran yang dilakukan oleh keluarga
dalam menyerap informasi yang diberikan dan Setelah dilaksanakan intervensi psikoedukasi,
mengaplikasikannya langsung pada anggota ternyata kepatuhan berobat pada kelompok
keluarganya. eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol, meskipun tidak semua
Berdasarkan hasil penelitian ini, telah terbukti responden pada kelompok eksperimen
bahwa pemberian intervensi psikoedukasi lebih terhadap pengobatan yang dijalaninya. Hal ini
efektif dibandingkan dengan pendidikan terjadi karena pasien skizofrenia berbeda
kesehatan atau terapi suportif saja. Pemberian dengan pasien hipertensi atau penyakit kronis
intervensi psikoedukasi terbukti memiliki efek lainnya. Pada pasien skizofrenia yang
positif dalam meningkatkan kepatuhan berobat terganggu adalah psikologis atau mentalnya,
pasien skizofrenia. Banyak kelebihan yang sehingga kemampuan dan kognitifnya dalam
didapat dari pelaksanaan psikoedukasi memahami penjelasan yang disampaikan oleh
misalnya, perawat bisa memantau perawat tentu berbeda dengan pasien normal
perkembangan pasien selama proses pada umumnya.
psikoedukasi dilaksanakan terutama kepatuhan
pasien dalam menjalani proses pengobatannya. Hal menarik lain yang didapatkan oleh peneliti
Selain itu pelaksanaan psikoedukasi yang terdiri adalah saat dilakukan sesi tanya jawab dengan
atas 5 sesi lebih memudahkan pasien keluarga, sebagian besar keluarga
skizofrenia dan keluarganya dalam memahami mengeluhkan bagaimana caranya agar pasien
materi yang diberikan. mau minum obat secara teratur. Oleh karena itu
peneliti juga menjelaskan bahwa sebenarnya
Pelaksanaan intervensi psikoedukasi pada sesi ketidakteraturan pasien berobat mengakibatkan
pertama yaitu menjelaskan tentang penyakit gejala pasien meningkat dan menjadi marah-
skizofrenia, yang mampu meningkatkan marah bahkan sampai mengamuk. Selain
pengetahuan pasien dan keluarga tentang memberikan psikoedukasi tentang perawatan
pengertian penyakit skizofrenia, penyebabnya, pasien skizofrenia juga memberikan informasi
tanda dan gejalanya, pengobatan serta tentang bagaimana cara meminum obat sesuai
penanganannya. Pada sesi kedua dijelaskan dengan prinsip enam benar. Pemberian
tentang kekambuhan dan kepatuhan minum reinforcement terhadap tindakan yang dilakukan
obat. Pada sesi ini pengetahuan keluarga oleh keluarga yang sesuai dengan cara
tentang kekambuhan dan kepatuhan berobat perawatan pasien skizofrenia dapat
meningkat setelah diberikan intervensi meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan
psikoedukasi, serta perilaku pasien terhadap lega keluarga, sehingga hal ini patut untuk
kepatuhan berobatpun mengalami perubahan dilakukan selanjutnya.
kearah yang lebih baik. Pada sesi ketiga
diberikan psikoedukasi tentang komunikasi Lama intervensi psikoedukasi pada satu
yang efektif dan mekanisme koping keluarga. responden dengan responden yang lain

7|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

berbeda-beda. Sebagian sesuai dengan waktu bermanfaat, karena pemahaman keluarga


yang direncanakan yaitu 30 menit, tetapi lebih ternyata lebih meningkat apabila pembelajaran
dari 50 % responden membutuhkan waktu yang diberikan dengan metode audio visual, tidak
lebih lama yaitu 45-60 menit. Hal ini terjadi hanya dengan audio atau visual saja. Dengan
karena pada saat sesi tanya jawab keluarga adanya materi-materi tiap sesi psikoedukasi
banyak memberikan pertanyaan tentang yang terdapat di dalam modul membuat
pemberian obat pasien skizofrenia serta keluarga lebih memahami tentang skizofrenia.
mengeluhkan perilaku pasien tersebut sehingga Selain itu, dengan adanya gambar-gambar yang
peneliti harus menjelaskan kepada pasien, terdapat di dalam modul juga akan lebih
akibatnya waktu yang dibutuhkan lebih lama membantu dalam pemberian intervensi
dari yang telah direncanakan. psikoedukasi.

Semua pasien skizofrenia yang mendapatkan KESIMPULAN DAN SARAN


psikoedukasi sudah mengidap skizofrenia lebih Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat
dari 10 tahun, sehingga pelaksanaan disimpulkan bahwa rerata kepatuhan berobat
psikoedukasi lebih maksimal dan tepat sasaran. pasien skizofrenia pada kelompok eksperimen
Akan tetapi, pelaksanaan psikoedukasi juga nilainya 11,00, pada kelompok kontrol nilainya
bergantung pada umur dan jenis kelamin 6,88, dan terdapat perbedaan yang bermakna
responden. Responden perempuan lebih antara kepatuhan berobat pasien skizofrenia
kooperatif dan aktif selama pelaksanaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
psikoedukasi, sedangkan responden laki-laki dengan nilai p= 0,0005 (p<0,05) artinya
cenderung lebih banyak diam dan kurang intervensi psikoedukasi efektif terhadap
berminat menanggapi materi yang diberikan kepatuhan berobat pasien skizofrenia.
selama psikoedukasi. Selain itu, responden
yang kebanyakan usia dewasa menuju usia Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa
lansia juga agak kesulitan dalam menangkap saran yang dapat peneliti sampaikan yaitu,
penjelasan yang disampaikan selama pasien diharapkan lebih meningkatkan
pelaksanaan psikoedukasi. kepatuhan dalam menjalani pengobatan sesuai
dengan instruksi dan arahan dari petugas
Pemberian informasi yang lengkap tentang apa kesehatan di puskesmas. Selain itu pasien dan
yang terjadi pada pasien skizofrenia serta keluarga diharapkan dapat menerapkan dan
bagaimana cara perawatannya dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di berikan oleh
meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga peneliti selama pelaksanaan intervensi
kemampuan keluarga dalam merawat pasien psikoedukasi sehingga kualitas kesehatan
dengan skizofrenia juga lebih meningkat. pasien lebih meningkat. Diharapkan kepada
Pemberian motivasi dan dorongan kepada Kepala Puskesmas Piladang beserta tim
keluarga juga dapat mengurangi perasaan perencanaan kegiatan puskesmas dapat dapat
cemas dan khawatir keluarga pasien. membuat kebijakan tentang pelaksanaan
intervensi psikoedukasi pada pasien skizofrenia
Penggunaan modul sebagai alat bantu dan menetapkan program pelayanan kesehatan
pembelajaran dalam pelaksanaan intervensi jiwa masyarakat sebagai salah satu program
psikoedukasi ini ternyata juga sangat utama yang ada di puskesmas. Perawat

8|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

kesehatan jiwa diharapkan dapat meningkatkan Semarang. Program Studi Ilmu


peran dan fungsinya dalam merawat pasien Keperawatan FIK-UKSW.Diakses
dengan skizofrenia sesuai dengan kegiatan tanggal 5 Desember 2016
yang di susun. Selain terapi suportif, dan darihttp://repository.library.uksw.edu/
tindakan keperawatan generalis, diharapkan handle/123456789/2752
perawat kesehatan jiwa di puskesmas juga
dapat menerapkan terapi psikoedukasi ini Syarif, Shaygandan Mani.(2012)Effeect of a
sehingga dapat meningkatkan kemampuan psycho-educational intervention for
klien dan kemampuan keluarga dalam merawat family members on caregiver burdens
pasien skizofrenia di rumah. Modul ynag telah and psychiatric symptoms in patients
disusun diharapkan bisa menjadi acuan bagi with schizophrenia in Shiraz
pengelola program jiwa di puskesmas dalam Iran.Diaksestanggal 8 Desember
melaksanakan psikoedukasi pad pasien 2016 dari
skizofreni http://www.biomedcentral.com/1471-
244X/12/48
Selain itu diharapkan juga peneliti selanjutnya Stuart, G. W. (2009). Principles and Practice of
meneliti dengan desain quasi experiment with Psychiatric Nursing 9th ed). Mosby :
control group pre test postes sehingga bisa Inc
dilihat sejauh mana intervensi psikoedukasi
dapat meningkatkan kepatuhan berobat pasien Amir, Nurmiati, dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatri.
skizofrenia. Disarankan juga kepada peneliti Edisi Kedua. Jakarta : Badan Penerbit
selanjutnya untuk membahas dari dalam segi FKUI.
umur dan jenis kelamin terhadap pelaksanaan
Arif, Imam Setiadi. 2006. Skizofrenia.
psikoedukasi
Memahami Dinamika Keluarga
Pasien. Jakarta : Refika Aditama
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Nurmiati, dkk. 2013. Buku Ajar Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Psikiatri.Edisi Kedua. Jakarta Jakarta : Badan Penelitian dan
:BadanPenerbit FKUI. Pengembangan Kesehatan Republik
Indonesia.
Arif, Imam Setiadi. 2006. Skizofrenia.
Memahami Dinamika Keluarga Dinkes. (2012). Prioritaskan Kesehatan Jiwa.
Pasien. Jakarta : Refika Aditama Diakses tanggal 5 Desember 2016
dari http://www.riskesdas.
Depkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta : Badan Penelitian dan Elen, K. (2012). Faktor-Faktor yang
Pengembangan Kesehatan Republik Mempengaruhi Kepatuhan Pasien
Indonesia. Skizofrenia Melakukan Kontrol Rutin
terhadap Kesehatan Jiwa di Poliklinik
Elen, K. (2012). Faktor-Faktor yang
RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Mempengaruhi Kepatuhan Pasien
Semarang. Program Studi Ilmu
Skizofrenia Melakukan Kontrol Rutin
Keperawatan FIK-UKSW. Diakses
terhadap Kesehatan Jiwa di Poliklinik
tanggal 5 Desember 2016
RSJD Dr. Amino Gondohutomo
9|RNJ
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

darihttp://repository.library.uksw.edu/ Niven, N. (2006). Psikologi Kesehatan. Jakarta :


handle/123456789/2752 EGC

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan NIMH. (2011). Prevalence Of Mental Illness By
Keluarga Teori Riset Dan Praktik, Ed Disorder. Diakses 6 Desember 2016
5. Jakarta : EGC dari http://www.nimh.nih.gov/statistic/

Hawari, D. (2007). Pendekatan Holistik Pada Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental
Gangguan Jiwa Skizofrenia.Jakarta : Keperawatan Konsep, Proses dan
Balai Penerbit FKUI Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC

Jurnal online (2012). Teori-Teori Motivasi Dalam Salim, Azlizarni bin Zubir. (2014). Keterkaitan
Psikologi. Diakses 5 Desember 2016 Antara Stigma, Keyakinan, Dan Niat
dari http://psikologi.or.id/psikologi- Keluarga Dalam Mencari Pertolongan
umum-pengantar/teori-teori-motivasi- Untuk Anggota Keluarga Yang Rentan
dalam-psikologi.htm Mengalami Gangguan Mental Di
Yogyakarta. Yogyakarta diakses
Kapplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri tanggal 5 Februari 2017 dari
Klinis, Ed 2. Jakarta : Buku https://repository.ugm.ac.id/136590/
Kedokteran EGC 1/2016_2014_azlizamani_bin_zubir_s
Keliat et al. (2011). Keperawatan Kesehatan alim_ky.pdf
Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC Syarif, Shaygan dan Mani. (2012) Effeect of a
Keliat et al. (2012). Manajemen Kasus psycho-educational intervention for
Gangguan Jiwa. Jakarta : Buku family members on caregiver burdens
Kedokteran EGC and psychiatric symptoms in patients
with schizophrenia in Shiraz Iran.
Nasir, Muhith, dan Ideputri. (2011). Buku Ajar : Diakses tanggal 8 Desember 2016
Metodologi Penelitian Kesehatan. dari
Konsep Pembuatan Karya Tulis dan http://www.biomedcentral.com/1471-
Thesis untuk Mahaiswa Kesehatan. 244X/12/48
Yogyakarta:Nuha Medika
Stuart, G. W. (2009). Principles and Practice of
Nurdiana, dkk. (2007). Korelasi Peran Serta Psychiatric Nursing 9th ed). Mosby :
Keluarga Terhadap Tingkat Inc
Kekambuhan Klien Skizofrenia
(jurnal): Stikes Muhammadiyah Townsend, M. C. (2009). Psychiatric Mental
Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Healt Nursing : Concepts of Care in
Desember 2016 dari Evidence-Based Practice (6th ed.).
http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/ Philadelphia : F.A. Davis
files/disk1/28/jtstikesmuhgo-gdl- Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar
nurdianasy-1368-2-hal.1-10.pdf Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
10 | R N J
REAL in Nursing Journal (RNJ), Vol. 1, No. 1
Sulung, N & Foresa, N (2018). RNJ. 1(1) : 1-11

Yosep, I. (2009).Keperawatan Jiwa, Edisi


Revisi. Bandung : Revika Aditama

11 | R N J

Вам также может понравиться