Вы находитесь на странице: 1из 4

Jurnal Pendidikan Fisika dan Sains

Universitas Samudra
Vol (1) No (2) Tahun 2018

TINJAUAN PEMBELAJARAN ILMU FISIKA BERWAWASAN ESQ (EMOTIONAL


SPIRITUAL QOUTIENT) PADA POKOK BAHASAN TATA SURYA

Muhammad Yakob
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Samudra
Jln. Kampus Meurandeh No. 1, Kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa, Propinsi Aceh
Korespondensi: myakob@unsam.ac.id

Abstract
Learning Physics, the subject matter of the solar system such as material about the sun, planets and other celestial
bodies, will support the intellectual intelligence (IQ) of students. Then in delivering the messages of faith contained in
the Qur'an the hope will be to support the content of students 'emotional intelligence (EQ) as well as students' spiritual
intelligence (SQ). So in this learning there are elements of IQ, EQ and SQ in an integrated unit.Based on the
description above, the focus of this research is ESQ insightful physics learning on the subject of the Solar System. Aim to
find out whether ESQ insightful physics learning can improve students' religious insights .ESQ (Emotional Spiritual
Quotient) insightful physics learning on the subject of the solar system does not reduce the concentration of students
towards understanding the subject matter of the solar system, even though learning is equipped with verses from the
Qur'an as a connection to the material being given. This is indicated by the increase in the posttest value of the students
'solar system along with the increase in the insight value of the students' religion in the first cycle posttest and second
cycle.ESQ (Emotional Spiritual Quotient) insightful physics learning on the subject of the solar system is welcomed by
most students. This can be assessed from the results of a questionnaire which shows 73% of the students receive both this
ESQ (Emotional Spiritual Quotient) insightful physics learning.

Kata kunci: Al-Quran, ESQ, Tatasurya


bermakna, dan Kebiasaan yang produktif dari
A. PENDAHULUAN pikiran. Keempat dimensi tersebut merupaka
Belajar pada dasarnya merupakan unsur pokok didalam belajar. Namun
peristiwa yang bersifat individual, yakni demikian perlu dikrtahui bahwa keempat
peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku unsur tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sebagai dampak dari pengalaman individu. sama lain . Dengan kata lain, proses belajar
Dengan kata lain proses belajar ditandai oleh dapat dikatakan berhasil bila seluruh unsur
berubahnya perilaku individu sebagai tersebut satu sama lain saling mendukung .
pembelajar, sedangkan pembelajaran ditandai Proses pembelajaran seyogyanya juga
oleh terciptanya suasana dan lingkungan memperhatikan perbedaan individual dalam
belajar yang dirancang oleh orang lain untuk kelas sehingga dapat memberikan kemudahan
kepentingan perubahan perilaku pembelajaran. pencapaian tujuan setinggi-tingginya.
Teori belajar yang berkembang sampai saat ini Pengajaran yang hanya memperhatikan satu
merumuskan peristiwa belajar sebagai proses tingkat sasaran akan gagal memenuhi
proses yang erat kaitannya dengan proses kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang
berfikir . Proses belajar tersebut memiliki guru perlu memahami latar belakang, emosi,
empat dimensi yaitu : (a) Sikap dan persepsi dorongan , dan kemampuan individu
yang positif mengenai belajar, (b)Memperoleh menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-
dan mengintegrasikan pengetahuan, (c) tugas belajar. Khusus mata pelajaran Fisika,
memperluas dan memperbaiki pengetahuan, salah satu cirimya adalah adanya kerjasama
(d) Menggunakan pengetahuan secara antara eksperimen dan teori. Teori dalam

1
Fisika tak lain adalah pemodalan ilmiah bertumpu pada pencapaian kecerdasan
terhadap berbagai dasar dan kebenarannya intelektual atau IQ saja. Padahal menurut
harus diuji dengan eksperimen. Ciri Fisika ini berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam
dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam kehidupan manusia dengan besaran
permasalahan yang alamiah seringkali maksimum 20%, bahkan menurut Steven J.
memerlukan keterpaduan berbagai komponen Stein, Ph.D. dan Howard E. Book,M.D.
sebagai dasar logika deskripsi permasalahan menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6%
yang ada (Dirjen Pendidikan Menengah, 1993 dalam kehidupan manusia (Ginanjar,
:1). 2003:61).
Tugas seorang guru Fisika tidak sekedar Menurut Ginanjar (2001) pendidikan di
mengupayakan para siswanya untuk Indonesia hanya menekankan sisi akademik,
memperoleh berbagai pengetahuan dan padahal sisi EQ dan SQ adalah yang
keterampilan Fisika. Seorang guru Fisika terpenting. Oleh karena itu, sudah saatnya
harus dapat mendorong perkembangan pembelajaran bukan hanya berorientasi pada
pemahaman akan prinsip-prinsip dan nilai- kecerdasan intelektual (IQ) saja, tetapi juga
nilai Fisika dikalangan siswa dalam rangka berorientasi pada kecerdasan emosi (EQ) dan
menumbuhkan daya nalar, cara berpikir logis, juga kecerdasan spiritual (SQ) dalam satu
sistematika dan kreatif, kecerdasan, sikap kesatuan yang terintegrasi sehingga akan
kritis, terbuka dan ingin tahu (Dirjen tercapai keseimbangan (tawasunitas) antara
Pendidikan Menengah, 1993:1). IQ, EQ dan SQ. Pembelajaran yang seperti
Guru sains Fisika yang kreatif akan inilah yang dinamakan pembelajaran
selalu berupaya mencari pemecahan dan kiat- berwawasan ESQ, dikarenakan ESQ
kiat untuk menjadikan kekurangan dan merupakan suatu konsep formula yang
kelemahan mata pelajaran Fisika menjadi menyatukan unsur IQ (Intellegence Quotient),
menarik, tidak menjadi beban siswa. EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual
Kreativitas seorang guru akan tertantang Quotient) dalam satu kesatuan. Menurut
untuk menjadikan mata pelajaran Fisika Jalalludin Rahmat pendiri SMA Muthahhari
menjadi mata pelajaran yang disukai, diminati dalam pengantar buku “ Sekolah para Juara”
dan dipelajari siswa. Dengan potensi dasar menyatakan dengan pembelajaran yang
yang mampu dikembangkan oleh guru, disertai pengetahuan tentang kecerdasan
diharapkan siswa dapat melihat kenyataan emosional dan kecerdasan spiritual akan
sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan melahirkan “para Juara” di sekolahnya
sehari-hari, selanjutnya dalam rangka ikut (Amstrong, 2004).
ambil bagian dalam pembangunan nasional. Kenyataan dilapangan menunjukkan
Pada sekolah-sekolah berbasis Islam selama ini mata pelajaran sains seperti Fisika
seperti MI, MTs, MA ataupun Sekolah Islam di sekolah-sekolah berbasis Islam masih
Terpadu, kegiatan belajar mengajar diberikan seperti sekolah-sekolah umum.
mempunyai visi membentuk siswa yang Padahal mata pelajaran Fisika merupakan
seimbang dalam dzikir, fikir maupun ikhtiar. ilmu yang memposisikan alam sebagai
Sekolah-sekolah seperti ini diharapkan mampu tinjauan objek keilmuannya. Oleh karena itu,
melahirkan pribadi-pribadi yang unggul dalam sebenarnya ilmu fisika bisa dimanfaatkan
ilmu dan juga iman. Pembelajaran di sekolah- untuk membantu siswa mengenal alam secara
sekolah berbasis Islam dituntut untuk menyeluruh, sehingga siswa akan memahami
mengaitkan antara mata pelajaran yang begitu dahsyatnya ciptaan Allah Swt. Apalagi
sedang disampaikan dengan nilai-nilai dalam materi pokok tata surya akan semakin
keimanan terutama yang terdapat pada ayat- menunjang siswa untuk memahami
ayat Al-Qur’an. keteraturan dan keseimbangan alam semesta
Fenomena yang muncul dilapangan yang telah disiptakan allah SWT.
selama ini menunjukkan bahwa disekolah- Dalam pembelajaran Fisika, materi
sekolah berbasis Islam segi pembelajarannya pokok tata surya seperti materi tentang
masih cenderung berorientasi pada materi matahari, planet dan benda angkasa lainnya,
yang ada seperti terjadi disekolah-sekolah akan menyokong sisi kecerdasan intelektual
umum. Dapat dikatakan pembelajaran yang (IQ) siswa. Kemudian dalam penyampaian
ada disekolah-sekolah selama ini masih pesan-pesan keimanan yang terdapat dalam

2
Al-Qur’an harapannya akan menyokong isi menjadi 80 dan ketuntasan belajar klasikal
kecerdasan emosional (EQ) siswa maupun menjadi 88%. Ternyata nilai postest materi
kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Maka dalam tata surya siswa meningkat seiring
pembelajaran ini terdapat unsur IQ, EQ meningkatnya nilai wawasan keagamaaan
maupun SQ dalam satu kesatuan yang siswa pada postest siklsus I dan siklus II.
terintegrasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa walaupun
Berlatar belakang uraian diatas maka pembelajaran menggunakan ayat-ayat Al-
fokus penelitian ini adalah tinjauan Qur’an yang berkaitan dengan materi, ternyata
pembelajaran ilmu Fisika berwawasan ESQ tidak mengurangi pemahaman siswa terhadap
pada pokok bahasan Tata Surya. Bertujuan materi fisika tata surya. Hal ini selaras dengan
untuk mengetahui apakah pembelajaran fisika apa yang disebutkan oleh Lubis dan Widayana
berwawasan ESQ dapat meningkatkan (2003), yang mengatakan bahwa walaupun
wawasan keagamaan siswa.. pembelajaran mengaitkan materi dengan ayat
ayat Al-Qur’an, namun pencapaian pokok
B. METODE PENELITIAN bahasan dan sub pokok bahasan tetap tidak
Populasi dari penelitian ini adalah berubah.
seluruh siswa kelas X MAN 1 Langsa Tahun Untuk melengkapi data penelitian, siswa
Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 2 kelas mengisi angket tentang respon siswa terhadap
yang terdiri dari X-1, X-2. Sampel yang pembelajaran fisika berwawasan ESQ. Angket
diambil dalam penelitian ini adalah salah satu tersebut diisi oleh siswa pada saat observasi
kelas X semester 1 yang dipilih secara acak siklus II. Hasilnya jumlah siswa yang
(random). menjawab “ya” terhadap penerimaan IQ
Model penelitian ini adalah Penelitian (respon terhadap IQ) adalah 86%,
Tindakan Kelas(PTK), yaitu suatu bentuk respon terhadap EQ 96% dan respon terhadap
penelitian yang dilaksanakan oleh guru untuk SQ 95%.
memecahkan masalah yang dihadapi dalam Dari data ini membuktikan bahwa
melaksanakan tugas pokoknya, mengelola pembelajaran fisika berwawasan ESQ mampu
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam menyokong tiga aspek kecerdasan siswa (IQ,
arti luas (Purwadi, 1999). EQ, dan SQ) secara bersamaan. Hal ini seperti
Penelitian tindakan kelas bersifat practice yang disebutkan oleh Ginanjar (2003) tentang
driven atau action driven. Hal ini berarti bahwa hakekat konsep ESQ yaitu menghimpun
penelitian tindakan kelas bertujuan untuk kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dalam satu
memperbaiki pembelajaran secara praktis dan kesatuan yang
secara langsung. Oleh karena itu banyak terintegrasi.
kalangan menilai penelitian tindakan kelas Hasil angket lainnya menunjukkan
sebagai penelitian praktis (practical inquiry). bahwa respon siswa terhadap proses
Sumber data dipenelitian ini adalah siswa pembelajaran adalah 73%. Dapat dikatakan
MAN 1 Langsa kelas X tahun ajaran pembelajaran fisika
2016/2017 dan Jenis data kuantitatif dan berwawasan ESQ ini disambut baik oleh
kualitatifyang terdiri dari kondisi awal sebagain besar siswa. Hal ini dikarenakan
wawasan keagamaan siswa, hasil belajar siswa sudah terbiasa dengan ayat-ayat Al-
siswa, dan respon terhadap pembelajaran. Qur’an. Setiap pekan mereka berinteraksi
dengan ayat-ayat Al-Qur’an melalui mata
C. HASIL DAN PEMBAHASAN pelajaran agama islam, fiqh, bahasa arab, dan
Pembelajaran fisika berwawasan ESQ yang lainnya. Jadi keberadaan ayat-ayat Al
pada pokok bahasan tata surya dapat Qur’an dalam materi fisika tidak membuat
meningkatkan wawasan keagamaan siswa. siswa tertekan dalam mengikuti kegiatan
Hal ini dapat dikaji dengan meningkatnya pembelajaran di kelas. Sebaliknya mereka
nilai wawasan keagamaan siswa dari pretest, menjadi antusias mengikutipembelajaran,
posttest siklus I, dan postes siklus II. karena materi pembelajaran yang dikaitkan
Pada postest siklus I, nilai rata-rata tes dengan ayat-ayat Al
tata surya siswa adalah 70 dengan ketuntasan Qur’an sesuai dengan karakter mereka sebagai
belajar kalsikal 80%. Kemudian pada postest siswa sekolah berbasis Islam.
siklus II nilai rata-rata tes tata surya siswa D. KESIMPULAN

3
Pembelajaran fisika berwawasan ESQ
(Emotional Spiritual Quotient) pada pokok
bahasan tata surya tidak mengurangi
konsentrasi siswa terhadap pemahaman materi
fisika pokok bahasan tata surya, walaupun
pembelajaran dilengkapi dengan ayat-ayat Al-
Qur’an sebagai kaitan dari materi yang sedang
diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai postest materi tata surya
siswa seiring dengan meningkatnya nilai
wawasan keagamaaan siswa pada postest
siklsus I dan siklus II. Pembelajaran fisika
berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient)
pada pokok bahasan tata surya disambut baik
oleh sebagian besar siswa. Hal ini dapat dikaji
dari hasil angket yang menunjukkan 73% dari
jumlah siswa menerima baik Pembelajaran
fisika berwawasan ESQ (Emotional Spiritual
Quotient) ini.

E. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1984. Penelitian Kependidikan
Prosedur dan Strategi. Bandung:Angkasa.
Al-Munir, Mahmud Samir. 2004. Guru Teladan
Dibawah Bimbingan Allah.Jakarta: Gema
Insani.
Anni, Chatarina. 2004. Psikologi Belajar.
Semarang: Unnes Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka
Cipta.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standard
Kompetensi Mata Pelajaran Sains.Jakarta:
Depdiknas.
El-Fandy, Jamaluddin. 2002. Al-Qur’an Tentang
Alam Semesta. Jakarta: Amzah.
Ghulsyani. Mahdi. 1986. Fislafat Sains Menurut
AL-Qur’an. Bandung: Mizan.
Ginanjar, Ary. 2001. ESQ ( Emotional Spiritual
Qoutient). Jakarta: Arga.
Ginanjar, Ary. 2003. ESQ Power. Jakarta: Arga.
Gojali. Nanang. 2004. Manusia, Pendidikan dan
Sains dalam Prespektif Tafsir
Hermeneutika. Jakarta: Rineke Cipta.
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Qoutient
(Kecerdasan Emosional). Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama.
Kanginan, Marthen. 2003. Fisika SMA Kelas X
Semester 1.Jakarta: Erlangga
Lubis dan Widayana .2003. Suplemen Fisika
Untuk Peningkatan Imtaq Siswa SMA.
Jakarta: Bagian Proyek Peningkatan
Wawasan Keagamaan Guru, Direktorat
Pendidikan Dasar dan
Menengah,Departemen Pendidikan
Nasional.

Вам также может понравиться