Вы находитесь на странице: 1из 12

PENGENDALIAN MANAJEMEN, BUDAYA ORGANISASI, PROSES

KERJA TIM, DAN KINERJA SEKOLAH

Raden Bambang Sumarsono

E-mail: rbamsum@gmail.com
Universitas Negeri Malang, Jl Semarang 5 Malang 65145

Astract: This study aims to: ( 1 ) describe the level of management control, organizational culture,
teamwork processes, and performance of schools in Malang SMAN, ( 2 ) determine whether there is
a relationship between the management control process teamwork, ( 3 ) determine whether there is a
relationship between the organizational culture of teamwork processes, ( 4 ) determine whether there
is a relationship between the process of working with a team of school performance, ( 5 ) determine
whether there is a relationship, either directly or indirectly between management control and
performance of schools through teamwork process, and ( 6 ) the relationship, either directly or
indirectly between organizational culture with the performance of schools through teamwork process.
The design of this study was to survey the causal explanation , the end of the process of this study
is to describe the four variables, and to test and develop models of the relationship. The results
showed that: ( 1 ) the level of school performance in the high category, controlling majamenen and
school culture in the category quite well, and the teamwork processes SMAN in Malang less well, (
2 ) there is no significant relationship between management and process control work team, ( 3 ) no
significant relationship between the organizational culture and team work processes, ( 4 ) there is a
relationship between the direct or indirect management control and performance of schools through
teamwork process, ( 5 ) there is a relationship directly or indirectly between organizational culture
and school performance through a process of teamwork.

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan tingkat pengendalian manajemen, budaya
organisasi, proses kerja tim, dan kinerja sekolah di SMAN Kota Malang, (2) mengetahui ada tidaknya
hubungan antara pengendalian manajemen dengan proses kerja tim, (3) mengetahui ada tidaknya
hubungan antara budaya organisasi dengan proses kerja tim, (4) mengetahui ada tidaknya hubungan
antara proses kerja tim dengan kinerja sekolah, (5) mengetahui ada tidaknya hubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah melalui proses
kerja tim, dan (6) ada tidaknya hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung antara budaya
organisasi dengan kinerja sekolah melalui proses kerja tim. Rancangan penelitian ini adalah survai
dengan causal explanation, akhir dari proses penelitian ini adalah mendeskripsikan empat variabel,
serta menguji dan mengembangkan model hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat
kinerja sekolah dalam kategori tinggi, pengendalian majamenen dan budaya sekolah dalam kategori
cukup baik, dan proses kerja tim SMAN di Kota Malang kurang baik, (2) terdapat hubungan yang
tidak signifikan antara pengendalian manajemen dan proses kerja tim, (3) ada hubungan secara
signifikan antara antara budaya organisasi dan proses kerja tim, (4) ada hubungan secara langsung
maupun tidak langsung antara pengendalian manajemen dan kinerja sekolah yang melalui proses
kerja tim, (5) ada hubungan secara langsung maupun tidak langsung antara budaya organisasi dan
kinerja sekolah yang melalui proses kerja tim.

Kata kunci: pengendalian manajemen, budaya organisasi, proses kerja tim, kinerja.

Globalisasi yang terus terjadi dengan kecepatan sehingga pendidikan sebagai muatan globalisasi,
tinggi yang menyentuh setiap aspek kehidupan tidak dapat dicegah lagi oleh negara dan
manusia, menyentuh pula pada aspek pendidikan. masyarakat dunia manapun.
Pendidikan secara global merupakan infrastruktur Education for all, Long-Life Education,
pembangunan masyarakat dunia. Globalisasi Higher Education for all, dan berbagai kebijakan
menerobos dinding geografis, kebangsaan UNESCO lainnya yang didengungkan ke seluruh
kebudayaan bahkan peradaban bangsa-bangsa, dunia, menunjukkan bahwa pendidikan itu tidak
32
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 33

hanya merupakan kepedulian dan tanggung jawab kinerja yang tinggi diharapkan dapat memberi
suatu masyarakat bangsa tertentu, tetapi kepedulian sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan
dan tanggung jawab seluruh masyarakat bangsa- kemajuan sekolah khususnya mutu pendidikan
bangsa di dunia. Peluang dan akses terhadap Perluasan pemikiran ini didasarkan kepada
pendidikan merupakan hak setiap orang untuk tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang
memperolehnya dan merupakan tanggung jawab dirasakan memiliki kekuatan untuk merubah dan
setiap pemerintahan negara dimanapun untuk membangun manusia menjadi manusia yang
berupaya memenuhinya. berkualitas dan menjadi sumber daya insani yang
Pendidikan memegang peranan sangat memiliki kemampuan untuk membangun dirinya,
penting bagi usaha pembangunan kualitas manusia, masyarakatnya, dan bahkan berkontribusi terhadap
sebagaimana yang tertuang dalam Undang- pembangunan masyar akat dunia. Untuk
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem mewujudkan hal tersebut, maka sekolah sebagai
Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan suatu organisasi sangat perlu merumuskan visi,
bahwa: misi, dan tujuan yang jelas pula. Hal ini ditegaskan
oleh Brill (dalam Setyadin, 2009), bahwa dalam
Pendidikan nasional berfungsi mengem- perspektif ke depan, pada era globalisasi dan pasar
bangkan kemajuan dan membentuk bebas, organisasi yang dapat bertahan dan
watak serta peradaban bangsa yang bersaing adalah organisasi yang mempunyai visi
bermartabat dalam rangka mencerdas- dan misi yang jelas dan terarah.
kan kehidupan bangsa, bertujuan untuk Pernyataan visi dan misi suatu organisasi
mengembangkan potensi peserta didik merupakan gambaran ideal organisasi atas apa
agar menjadi manusia yang beriman dan yang akan dicapai dimasa mendatang melalui
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha kegiatan operasionalnya. Untuk mencapai visi dan
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, misi tersebut organisasi menyusun rencana-
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi rencana strategis yang harus dilakukan oleh setiap
warga negara yang demokratis serta anggota organisasi.
bertanggung jawab. Organisasi sering menghadapi hambatan dan
bahkan kegagalan dalam mengimplementasikan
Sebagai implikasi dari tujuan pendidikan rencana strategis tersebut. Hambatan-hambatan
tersebut, maka lembaga pendidikan dituntut untuk tersebut antara lain: 1) hambatan visi, dimana tidak
mampu menghasilkan out put (keluaran) yang banyak orang dalam organisasi memahami strategi
berkualitas sesuai dengan tujuan di atas. Untuk organisasi mereka, 2) hambatan orang, banyak
mencapai tujuan tersebut, maka proses pendidikan orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak
harus dilaksanakan oleh lembaga pendidikan yang terkait dengan strategi organisasi, 3) hambatan
berkualitas pula. sumber daya, waktu, energi, dan uang tidak
Kebutuhan akan tenaga terampil seperti dialokasikan pada hal-hal yang penting dalam
kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, laboran, organisasi, 4) hambatan manajemen, manajemen
pustakawan, arsiparis, dan personal sekolah lainnya menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk strategi
sudah merupakan tuntutan masyarakat yang tidak organisasi dan terlalu banyak waktu untuk
dapat. Sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan pembuatan keputusan taktis jangka pendek
dalam membuat rencana pengembangan personal (Gaspersz, 2003).
sekolah maupun para peserta didiknya yang Untuk itu organisasi membutuhkan “alat
berkualitas dan mampu bersaing serta mampu komunikasi” yang dapat digunakan untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang kompleks mengkomunikasikan rencana-rencana strategis
khususnya di sekolah. tersebut kepada semua anggota organisasi. Salah
Sekolah harus memperbaiki kinerja, melalui satu alat komunikasi yang bisa digunakan oleh
perbaikan kinerja seluruh personal sekolah, organisasi adalah Balanced Scorecard (Malina
sehingga sekolah memiliki personal berkemampuan dan Selto, 2009). Balanced Scorecard
tinggi. Seluruh personal sekolah harus memikirkan menterjemahkan visi dan misi organisasi kedalam
cara-cara yang benar dalam berkarya atau bekerja seperangkat ukuran yang menyeluruh yang
untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan
sesuai dengan harapan mereka masing-masing dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan Norton,
sesuai pula dengan tujuan sekolah. Dengan kualitas 2000). Jika visi dan misi dapat dinyatakan dalam
34 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 1, MARET 2013: 32-43

bentuk tujuan strategis, ukuran-ukuran dan target segala daya upaya roda dunia pendidikan harus
yang jelas, kemudian dikomunikasikan kepada tetap dapat berputar. Untuk itulah dirasakan
setiap anggota organisasi, diharapkan setiap adanya kebutuhan akan suatu instrumen yang
anggota organisasi dapat mengerti dan dapat mengukur dan menganalisis setiap aspek/
mengimplementasikannya agar visi dan misi dimensi komponen penggeraknya, utamanya yang
organisasi tercapai. Balanced scorecard sebagai berkaitan dengan dimensi keuangan dan
suatu sistem pengukuran kinerja dapat digunakan komponen-komponen penjunjang lainnya.
sebagai alat pengendalian, analis dan merevisi Walaupun dalam aplikasinya harus dibedakan
strategi organisasi (Campbell, et al., 2002). antara institusi pendidikan dengan organisasi yang
Pada awalnya balanced scorecard hanya lebih bersifat full profit oriented, tetapi secara
digunakan sebagai alat pengukuran kinerja pada prinsip mempunyai kesamaan.
organisasi bisnis terutama pada perusahaan- Untuk itu organisasi sektor publik harus
perusahaan besar di Amerika Serikat (Mahmudi, menetapkan indikator-indikator dan target
2007). Dewasa ini, balanced scorecard bukan pengukuran kinerja yang berorientasi kepada
hanya digunakan oleh organisasi bisnis tapi juga masyarakat. Pengukuran kinerja pada organisasi
oleh organisasi sektor publik. Balanced scorecard publik dapat meningkatkan pertanggungjawaban
dapat membantu organisasi sektor publik dalam dan memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengontrol keuangan dan mengukur kinerja (Ittner dan Larcker, 2009).
organisasi (Modell, 2009). Menurut Sagala (2009:71) sekolah dipandang
Organisasi sektor publik adalah organisasi sebagai suatu organisasi publik yang membutuhkan
yang didirikan dengan tujuan memberikan pengelolaan oleh orang-orang yang profesional.
pelayanan kepada masyarakat. Hal ini Sekolah harus dapat dikelola dan diberdayakan
menyebabkan organisasi sektor publik diukur yaitu dengan memberikan layanan yang optimal
keberhasilannya melalui efektivitas dan efisisensi sehingga pada akhirnya mengeluarkan mutu lulusan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. sekolah yang kompetitif. Lebih lanjut Sagala
Balanced Scorecard dinilai cocok untuk (2004:54) menjelaskan bahwa sekolah sebagai
organisasi sektor publik karena balanced organisasi dalam menjalankan fungsinya
scorecard tidak hanya menekankan pada aspek diharapkan dapat memfungsikan seluruh sumber
kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan daya yang ada. Untuk menjalankan hal tersebut
nonfinansial (Mahmudi, 2007). Hal tersebut sejalan maka perlu adanya pengendalian manajemen.
dengan sektor publik yang menempatkan laba Program sekolah digerakkan untuk
bukan sebagai ukuran kinerja utama, namun pencapaian tujuan dan target sekolah yang
pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan konsisten dengan visi dan misi. Sekolah sebagai
nonfinansial. Lebih lanjut Mahmudi (2007:128) institusi pengelola layanan pendidikan diharapkan
menjelaskan bahwa pengadopsian balanced dapat memfungsikan seluruh sumber daya yang
scorecard kedalam organisasi sektor publik ada secara efektif dalam pencapaian tujuan dan
bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi efisien dalam penggunaan sumber daya. Sebagai
sektor publik, karena terdapat kasus di beberapa sistem sosial, sekolah harus dikelola dengan baik
perusahaan besar yang menerapkannya agar dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai
menunjukkan bahwa balanced scorecard tujuan sekolah (Gaffar dalam Sagala, 2009).
merupakan alat manajemen yang powerfull untuk Karena itu manajemen sekolah harus dapat
mendongkrak kinerja organisasi. ditingkatkan sedemikian rupa dengan meningkatkan
Seperti diketahui bahwa sekolah umumnya kemampuan yang lebih tinggi bagi seluruh personel
didirikan baik oleh pemerintah maupun swasta, dalam mengoptimalkan fungsinya untuk
bukan semata untuk mencari keuntungan, tetapi menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi dan
lebih banyak ke misi dan motivasi untuk dapat menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
melayani kebutuhan masyarakat dalam upaya menjalankan kegiatannya.
memenuhi kebutuhan pendidikan dan turut Prinsip kehati-hatian guna meminimumkan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Walaupun risiko, harus diimbangi dengan suatu kebijakan yang
mungkin dalam perjalanannya banyak diantaranya merupakan acuan dan pedoman dalam
lembaga pendidikan yang dikelola baik oleh melaksanakan kegiatannya. Sebagaimana yang
pemerintah maupun swasta mengalami defisit dikatakan Wilson dan Campbell (1991: 82) sebagai
(keuangan) secara terus menerus, namun dengan berikut: “tidaklah cukup bahwa setiap kegiatan
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 35

terlaksana secara baik dan terlaksana dengan ruhi anggotanya untuk melaksanakan strategi
sendirinya. Manajemen harus mengetahui bahwa organisasi (sekolah).
tugas-tugas itu dilaksanakan dengan efisien, tidak Dengan demikian pengendalian manajemen
boleh dengan cara tebak-tebakan”. Upaya ini adalah suatu alat untuk mengimplementasikan
sesuai dengan konsep pengendalian manajemen, strategi. Sedangkan strategi adalah rencana yang
sebagaimana yang dikatakan oleh Anthony et al ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Hal
(1992:5) yaitu; tindakan yang dilakukan manajemen ini diungkapkan oleh Mulyadi et al. (1999:3) bahwa,
untuk mengarahkan orang, mesin dan fungsi-fungsi Sistem Pengendalian Manajemen merupakan
guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi, yang sistem untuk mengimplementasikan dan
dilengkapi dengan sitem pengendalian manajemen, mengendalikan pelaksanaan rencana kegiatan.
yakni suatu proses dan struktur yang tertata secara Pengendalian manajemen sebagai suatu sistem
sistematik yang digunakan manajemen dalam yang digunakan oleh manajer untuk menjamin
pengendalian manajemen. bahwa sumber daya yang dimiliki telah digunakan
Dalam mener apkan pengendalian secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
manajemen, Mulyadi dan Setiawan (1999:5) yang telah ditetapkan. Pendapat tersebut diperkuat
menyatakan bahwa harus terdapat unsur-unsur oleh Anthony dan Govindarajan (1998:49) bahwa,
yang terbagi dalam kelompok struktur dan proses. management control systems are tools to
Termasuk dalam kelompok struktur adalah: (1) implement strategi. Strategies are plans to
struktur organisasi, (2) jaringan informasi, (3) sistem achieve organization goals.
penghargaan. Sedangkan yang terdapat dalam Penelitian tentang hubungan faktor-faktor
kelompok proses menurut Anthony et al (1992:30) pengendalian manajemen dan efektifitas
adalah: (1) pemrograman, (2) penganggaran, (3) pengendalian manajemen yang diukur dengan
operasi dan pengukuran, (4) pelaporan dan analisis. kinerja yang dihasilkan pernah dilakukan oleh
Penerapan unsur-unsur pengendalian Sabout (1989) dan Indrawati (1996). Keduanya
manajemen tersebut, ditujukan untuk mengetahui menggunakan laba sebagai tolok ukur kinerja.
apakah kegiatan telah dilakukan mengarah pada Temuan hasil penelitian mereka menunjukkan
tujuan yang ditentukan. Pengukuran kegiatan dapat bahwa faktor-faktor pengendalian manajemen
dilihat dengan membandingkan tujuan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
diinginkan dengan prestasi yang telah dicapai. kinerja yang dihasilkan (laba). Kedua hasil
Prestasi adalah suatu keadaan yang menunjukkan penelitian tersebut memang dalam kawasan dunia
tingkatan keberhasilan kegiatan manajemen, dalam bisnis, akan tetapi tidak ada salahnya apabila
istilah yang lebih populer saat ini disebut dengan diaplikasikan dalam kawasan organisasi publik
kiner ja (performance) yang merupakan (lembaga pendidikan).
pertanggungjawaban manajemen terhadap Fenomena yang semakin bertumbuh dalam
pelaksanaan kegiatannya. banyak organisasi dewasa ini adalah memberikan
Pengendalian manajemen merupakan tanggung jawab yang lebih besar kepada tim untuk
pengendalian kegiatan secara menyeluruh untuk menjalankan roda organisasi. Kata tim biasanya
mendapatkan keyakinan bahwa strategi usaha mengacu pada sebuah kelompok tugas yang kecil
telah dijalankan secara efektif dan efisien. Anthony di mana para anggotanya memiliki tujuan yang
et al. (1992:6) menyebutkan bahwa pengendalian sama, peran yang saling tergantung dan
manajemen adalah semua metode, prosedur dan keterampilan yang saling melengkapi. Tim kerja
sarana termasuk sistem pengendalian manajemen, terdiri dari sekumpulan angggota dalam sebuah
yang digunakan manajemen untuk memastikan organisasi yang dikoordinasi oleh ketua tim. Pada
dipatuhinya kebijakan-kebijakan dan strategi umumnya tim kerja dibentuk sebagai suatu
organisasi. Kemudian diperjelas oleh Anthony dan kebutuhan organisasi agar tujuan dapat tercapai.
Govindarajan (1998:6) bahwa, pengendalian Dengan tim kerja diharapkan fungsi kontrol akan
manajemen adalah proses dimana manajer berjalan lebih efektif dan efisien. Konflik-konflik
mempengaruhi anggotanya untuk melaksanakan atau deviasi kerja bisa ditekan seminim mungkin.
strategi organisasi. Dalam kaitannya dengan Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh
lembaga pendidikan, maka pengendalian orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu
manajemen merupakan suatu proses dimana dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan
kepala sekolah selaku manajer dapat mempenga- kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan
akumulasi dari proses dan kinerja setiap anggota.
36 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 1, MARET 2013: 32-43

Katakanlah, semacam tugas dan hasil kolektif ketidakpuasan, manakala diketahui kinerja bidang
dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin pendidikan tidak memuaskan.
tinggi kekuatan sinergitas diantara anggota dan
ketua semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Tingkat METODE
kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan
sekecil mungkin (Yukl,2001). Penelitian ini menggunakan rancangan
Lebih lanjut Yukl (2001) mengatakan bahwa penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil
potensi keuntungan dari tim meliputi kepuasan dan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan
komitmen karyawan yang lebih besar, kualitas kuesioner sebagai alat pengumpulan data utama
produk dan layanan yang lebih baik, efisiensi, dan yang bertujuan untuk memberikan penjelasan
produktivitas yang lebih besar. Sedangkan Robbins (explanatory) mengenai hubungan kausal antara
(2007) menjelaskan bahwa, pemanfaatan tim variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
secara ekstensif akan menciptakan potensi dalam Berdasar atas pencapaian tujuannya, penelitian ini
organisasi untuk meningkatkan output yang lebih termasuk penelitian causal explanation, yaitu
besar tanpa peningkatan input. menjelaskan keterkaitan hubungan antar variabel
Dalam melakukan kegiatannya, organsasi yang satu dengan variabel yang lain. Pada
tidak terlepas dari budaya yang dianutnya. Sekolah dasarnya penelitian yang demikian mengandung
sebagai lembaga pendidikan pun memiliki budaya penjelasan juga, karena memuat deskripsi dalam
tertentu, yang berbeda antara satu sekolah dengan uraiannya yang berguna untuk menghasilkan
sekolah lainnya. Budaya organisasi (sekolah) konstruk atas suatu fenomena sosial berdasarkan
umumnya didefinisikan sebagai orientasi bersama model-model hubungan yang diturunkan dari kajian
yang dianut oleh suatu sekolah dan memberinya teoritik. Oleh karena itu akhir dari proses penelitian
identitas tertentu. adalah menguji dan mengembangkan model
Hasil penelitian Creemers dan Reynolds hubungan. Upayanya ditempuh dengan
(1993) menunjukan bahwa, budaya organisasi mengungkap hubungan beberapa variabel bebas
yang kuat menjadikan anggota lebih puas, terhadap variabel terikat yang ada dalam penelitian,
termotivasi dan memiliki komitmen yang besar dengan mengembangkan model konseptual teoritik
terhadap organisasi, yang pada giliranya akan dan empirik sebagai rancangan penelitian,
meningkatkan pula kinerja organisasi. Hasil sebagaimana tampak pada Gambar 1 berikut.
penelitian itu diperkuat oleh penelitian Greenberg
dan Baron (1997) bahwa, budaya organsasi MC1 .
MC2
berpengaruh terhadap individu dan proses MC3 TW1 TW1 TW1 TW 1

organisasi. Dari kedua hasil penelitian tersebut MC4


MC
dapat disimpulkan bahwa dengan budaya MC5
Perf1
MC6
organisasi yang kuat maka akan menjamin tingkat Perf2

OC 1
TW Perf. Perf3
pencapaian kinerja organisasi semakin tinggi. OC 2 Perf4
Dari hasil temuan peneliti terdahulu serta OC 3 OC
dilandasi dengan teori-teori yang ada, sebagai bukti OC 4

OC 5
empiris terhadap peran pengendalian manajemen, OC 6
budaya organisasi dan proses kerja tim terhadap OC 7

kinerja dengan pengukuran balanced scorecard OC 8

OC 9
tersebut maka perlu dilakukan penelitian pada OC 10
sektor pendidikan dengan obyek Sekolah OC 11

Menengah Atas (SMA) Negeri. Adapun pilihan OC 12

obyek penelitian ter sebut di atas dengan


pertimbangan bahwa perhatian pengukuran kinerja Gambar 1. Model Teoritical Framework
sekolah menjadi sangat penting oleh karena
Keterangan: MC = Faktor Management Controlling
pengukuran kinerja memiliki kaitan yang erat (pengendalian manajemen) yang memiliki 6
dengan akuntabilitas publik. Di lain pihak dengan variabel teramati, OC = Faktor Organization
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap Culture (budaya organisasi) yang memiliki 11
penyelenggaraan pelayanan bidang pendidikan variabel teramati, TW = Faktor Proses Team
Work (kerja tim) yang memiliki 4 variabel
memicu timbulnya gejolak yang berakar pada
teramati, dan Perf = Faktor Performance
(kinerja) yang memiliki 4 variabel teramati
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 37

Gambar di atas dapat dijelaskan, bahwa Selanjutnya dipergunakan teknik area


faktor pengendalian manajemen (MC) merupakan proportional random sampling untuk
variabel independen memiliki hubungan langsung menentukan besarnya sampel di setiap sekolah.
dengan faktor proses kerja tim (TW) dan faktor Alasan penggunaan teknik ini, selaras dengan apa
kinerja (Perf.). Selain itu, faktor MC juga memiliki yang dikemukakan oleh Kerlinger (1973), yaitu
hubungan tidak langsung, yaitu melalui perantaraan dapat menyajikan informasi yang sama dengan
faktor TW dengan Perf. cara sensus (pencacahan dan pengkajian
Faktor yang berposisi sebagai variabel keseluruhan populasi) dengan biaya yang kauh lebih
independen lainnya adalah Budaya Organisasi kecil, efisiensi yang jauh lebih tinggi, dan kadang-
(OC) yang berkorelasi secara langsung dengan kadang dengan keakuratan yang lebih besar.
faktor proses kerja tim (TW) dan faktor kinerja Jenis data yang digunakan dalam penelitian
(Perf.). Faktor OC juga memiliki hubungan tidak ini adalah data ordinal (Skala Likert) yang
langsung, yakni diperantarai oleh faktor TW. ditransformasikan menjadi data interval melaui
Adapun faktor yang berstatus sebagai variabel method of Successive Interval. Sesuai dengan
dependen adalah TW dan Perf. Faktor TW jenis data yang ditetapkan di atas, data yang
berposisi sebagai variabel eksogen sekaligus diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer,
sebagai intervening variable (variabel perantara) karena data diperoleh langsung dari sumbernya.
dalam hubungan dua variabel independen (MC dan Alat utama untuk mengumpulkan data dalam
OC) dengan variabel dependen (Perf). penelitian ini adalah angket atau kuesioner yang
Populasi atau universe penelitian ini yaitu disusun berdasarkan konsep pengukuran Skala
seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) Likert dengan bentuk yang telah dimodifikasi untuk
se Kota Malang yang berjumlah 10 sekolah. Untuk menghindari responden memilih jawaban di tengah-
satuan unit analisisnya adalah warga sekolah yang tengah.
diambil dari empat komponen, yaitu: kepala Pemilihan teknik analisis data yang
sekolah, guru, tenaga administrasi (TU), dan siswa. digunakan didasarkan atas tujuan penelitian dan
Untuk memperjelas keadaan populasi dalam jenis data statistik yang terkumpul, yaitu teknik
penelitian ini, berikut disajikan dalam Tabel 1. deskriptif dengan bantuan program SPSS for
Windows release 15. Untuk mengetahui hubungan
Tabel 1. Jumlah Populasi Penelitian kausalitas baik secara langsung maupun tidak
langsung antara variabel-variabel eksogen dan
No Nama Sekolah Jumlah Populasi variabel-variabel endogen digunakan structural
KS Guru TU Siswa equation model (SEM) dengan program software
LISREL 8.5 for Windows
1. SMA N 1 1 60 18 876
2. SMA N 2 1 58 16 928
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. SMA N 3 1 55 11 790
4. SMA N 4 1 53 10 726 Berdasarkan hasil analisis deskripsi data
5. SMA N 5 1 66 7 961 tentang variabel kinerja sekolah, ditemukan bahwa
6. SMA N 6 1 56 17 778 tingkat kinerja SMAN di Kota Malang termasuk
7. SMA N 7 1 60 17 901 dalam kategori tinggi. Hasil temuan tersebut
8. SMA N 8 1 64 12 951 mengindikasikan, bahwa SMAN di Kota Malang
9. SMA N 9 1 51 17 802 memiliki tingkat keuangan yang baik, dapat
10. SMA N 10 1 46 15 682 memberikan kepuasan dalam pelayanan kepada
Jumlah 10 569 140 8395 pelanggan, proses internal organisasi (sekolah)
berjalan dengan baik, dan proses pertumbuhan dan
Mengingat jumlah populasi yang besar, pembelajaran juga berjalan dengan baik.
penelitian ini menggunakan sampel sekolah. Hasil temuan ini memperkuat dugaan dari
Sampel sekolah sebagai unit analisis tersebut Dinas Pendidikan Kota Malang, bahwa kinerja
ditetapkan berdasarkan perhitungan menurut Tabel sekolah di lingkungan SMAN Kota Malang cukup
Krejcie dan Morgan, dimana perhitungan ukuran baik dengan tercapainya tingkat akreditasi A.
sampel itu didasarkan atas kesalahan 5% dan Selanjutnya, data Dinas Pendidikan Kota Malang
memiliki taraf kepercayaan 95 % terhadap populasi tahun 2009 menunjukkan, bahwa kinerja sekolah
(Sugiyono, 2006:63). di lingkungan Kota Malang sangat baik. Hal itu
38 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 1, MARET 2013: 32-43

ditandai dengan diperolehnya tingkat akreditasi A budaya sekolah agar dapat berada dalam kategori
untuk beberapa sekolah (SMA) yang ada di Kota baik atau sangat baik.
Malang, pada tahun 2009. Di tahun sebelumnya, Hasil penelitian Creemers dan Reynolds
yaitu tahun 2008 ada 6 SMAN yang telah (1993) menunjukan bahwa budaya organisasi yang
mendapatkan tingkat akreditasi A, sehingga seluruh kuat menjadikan anggota lebih puas, termotivasi
SMAN Kota (10 SMAN) di tahun 2009 telah dan memiliki komitmen yang besar terhadap
terakreditasi A. Perolehan tingkat akreditasi organisasi, yang pada giliranya akan meningkatkan
tersebut dijadikan salah satu indikator oleh Dinas pula kinerja organisasi. Hasil penelitian itu
Pendidikan Kota Malang sebagai perwujudan diperkuat oleh penelitian Greenberg dan Baron
tingkat kinerja sekolah. (1995) bahwa, budaya organsasi berpengaruh
Kondisi pengendalian manajemen di SMAN terhadap individu dan proses organisasi. Dari ke
Kota Malang termasuk dalam kategori cukup baik. dua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa faktor: bahwa dengan budaya organisasi yang kuat maka
struktur organisasi sekolah, jaringan informasi, akan menjamin tingkat pencapaian kinerja
pemrograman operasi dan pengukuran, dan organisasi semakin tinggi.
pelaporan dan analisis sekolah SMAN di Kota Kondisi proses kerja tim SMAN Kota
Malang sudah cukup baik. Hanya ada satu faktor, Malang termasuk dalam kategori kurang baik.
yaitu penganggaran yang masih dalam kategori Hasil temuan tersebut menunjukkan, bahwa faktor
tidak baik. produktivitas, kohesivitas, belajar, dan integrasi
Apabila dicermati lebih mendalam penyebab SMAN di Kota Malang kurang baik. Oleh sebab
tidak baiknya faktor penganggaran, karena adanya itu, maka para kepala SMAN di Kota Malang
bias kewenangan penyusunan anggaran sekolah masih perlu memperhatikan serta meningkatkan
(sebagian sekolah menganggap kewenangan lagi kondisi proses kerja tim agar dapat berada
penyusunan anggaran ada pada kepala sekolah dan dalam kategori cukup baik atau sangat baik.
sebagian sekolah menganggap bahwa dalam Jika tim tidak mempunyai tujuan yang jelas,
penyusunan anggaran dengan melibatkan warga maka tim tidak mungkin mencapai kesuksesan.
sekolah). Pada sisi lain penyebab tidak baiknya Namun, mempunyai tujuan yang jelas tidak dapat
faktor penganggaran, dikarenakan sebagian menjamin kesuksesan kinerja tim. Kinerja tim yang
sekolah belum bisa mengkaitkan antara sukses merupakan konsep multidimensi. Tentu saja
penyusunan anggaran dan penyusunan program kepala sekolah ingin timnya memuaskan bagi
sekolah. semua pihak dan menghargai anggotanya. Apabila
Oleh sebab itu, maka para kepala SMAN di tim tidak menikmati bekerja bersama, maka
Kota Malang masih perlu memperhatikan serta produktivitas tidak mungkin tercapai. Selain itu,
meningkatkan lagi sistem pengendalian pengelolaan tim yang sukses harus mencakup
manajemen sekolah terkait dengan sistem pengaturan dan investasi pada setiap anggota tim.
penganggaran, agar dapat berada dalam kategori Oleh karena itu, pada akhirnya tim kerja harus
baik atau sangat baik. Hal ini dipertegas oleh memberikan pengalaman yang berharga dan untuk
Anthony dan Govindarajan (1998:6) bahwa, tumbuh bagi anggotanya. Salah satu hal yang paling
pengendalian manajemen adalah proses dimana efektif yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
manajer mempengaruhi anggotanya untuk untuk memastikan kesuksesan tim adalah dengan
melaksanakan strategi organisasi dalam rangka mengambil pendekatan proaktif dan melakukan
mencapai tujuan. analisis kondisi yang mempengaruhi kinerja tim
Budaya organisasi SMAN di Kota Malang (Thompson, 2004).
termasuk dalam kategori cukup baik. Hasil temuan Ketangguhan sebuah tim kerja dicirikan oleh
tersebut menunjukkan, bahwa karakteristik budaya orang-orang terpilih yang menduduki posisi tertentu
organisasi, yaitu tata aturan/norma, upacara dan mampu menjalankan tugas sesuai dengan
simbolik, otonomi individu, toleransi resiko, kompetensinya. Keberhasilan tim merupakan
kebersamaan, dukungan, tata aturan, identitas, akumulasi dari proses dan kinerja setiap anggota.
hadiah performansi/imbalan, toleransi konflik, dan Katakanlah, semacam tugas dan hasil kolektif
kemantapan/stabilitas SMAN di Kota Malang dalam suatu sistem kerja yang sinergis. Semakin
masih cukup baik. Oleh sebab itu, maka kepala tinggi kekuatan sinergitas diantara anggota dan
SMAN di Kota Malang masih perlu ketua semakin tinggi kekuatan sebuah tim. Tingkat
memperhatikan serta meningkatkan lagi kondisi
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 39

kesalahan dalam pekerjaan pun dapat ditekan Hubungan antara Budaya Organisasi dan Proses Kerja
sekecil mungkin (Yukl,2001). Tim
Lebih lanjut Yukl (2001) mengatakan bahwa
Budaya organisasi (sekolah) umumnya
potensi keuntungan dari tim meliputi kepuasan dan
didefinisikan sebagai orientasi bersama yang dianut
komitmen karyawan yang lebih besar, kualitas
oleh suatu sekolah dan memberinya identitas
produk dan layanan yang lebih baik, efisiensi, dan
tertentu. Karakteristik budaya organisasi, meliputi
produktivitas yang lebih besar. Sedangkan Robbins
tata aturan/norma, upacara simbolik, otonomi
(2007) menjelaskan bahwa, pemanfaatan tim
individu, toleransi resiko, kebersamaan, dukungan,
secara ekstensif akan menciptakan potensi dalam
tata aturan, identitas, hadiah performansi/imbalan,
organisasi untuk meningkatkan output yang lebih
toleransi konflik, dan kemantapan/stabilitas. Dalam
besar tanpa peningkatan input. Untuk itu para
proses kerja tim terdapat karakteristik kohesivitas
Kepala SMAN Kota Malang, harus bisa
(kebersamaan). Bagi tim, kohesivitas merujuk pada
membangun tim kerja yang tangguh.
proses yang membuat anggota bersama dan bersatu
(Dion dalam Thompson, 2004). Apakah tim bekerja
Hubungan antara Pengendalian Manajemen dan sama dengan baik dan apakah ada anggota tim yang
Proses Kerja Tim mampu bekerja sama secara lebih baik pada masa
Hasil uji hipotesis terhadap variabel mendatang? Dan apakah kapasitas anggota untuk
pengendalian manajemen dan proses kerja tim bekerja sama semakin meningkat atau tetap?
adalah ada hubungan secara tidak signifikan antara (Hackman dan Oldham, 1980).
pengendalian manajemen dan proses kerja tim. Hasil analisis dengan menggunakan program
Koefisien korelasi antara pengendalian manajemen Lisrel 8.50 dapat disimpulkan, bahwa ada
dan proses kerja tim berkisar 0,826, sedangkan hubungan secara signifikan antara budaya
syarat untuk signifikasinya adalah t > 1,96 oleh organisasi dan proses kerja tim. Dengan demikian
sebab itu hubungan antara pengendalian peningkatan budaya organisasi akan
manajemen dan proses kerja tim tidak signifikan. mengakibatkan peningkatan proses kerja tim di
Secara lebih detail, peneliti mencoba SMAN Kota Malang. Hal ini mendukung hasil
mengurai ketidaksignifikansian hubungan kedua kajian teoritik yang dikemukakan oleh Thompson
variabel tersebut. Menurut hemat peneliti, terdapat (2004:23), bahwa “culture is the set of shared
loading factor pada indikator 4 Lamda-X meaning helt by team members that make
(penganggaran) sebesar (1,937) < 1,96. Hasil ini teamwork possibel”. Lebih lanjut Hoy dan Miskel
didukung oleh temuan Djuminah (1992) yang (2005:27) menekankan, bahwa “when the
menyatakan, bahwa terdapat korelasi walaupun organization culture is strong, so is their
relatif kecil antara kejelasan anggaran dengan identification with the group (teamwork) and
efektifitas pengendalian manajemen, yang the influence of the group”. Budaya organisasi
kemungkinan disebabkan karena tidak yang kuat pasti identifikasinya dengan kerja tim/
menyertakan unsur-unsur pengendalian grup dan berpengaruh pada kelompok itu.
manajemen yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Sagala (2009) menegaskan, bahwa ada
unsur-unsur pengendalian manajemen merupakan keterkaitan atau hubungan antara budaya
bagian yang tak terpisahkan satu sama lain di organisasi dan proses kerja tim. Lebih lanjut
dalam penerapannya sebagai implementasi dari dijelaskan, bahwa apabila budaya sekolah
strategi yang ditetapkan. terbentuk dengan baik maka proses kerja tim
Terhadap hasil temuan tersebut, disimpulkan sekolah akan terbentuk secara solid. Hal ini
bahwa dengan sistem pengendalian manajemen diperkuat oleh Robbins (2007) yang mengatakan,
yang kuat maka akan semakin kokoh kerja tim yang bahwa budaya organisasi yang kuat akan
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja sekolah. meningkatkan konsistensi perilaku anggota kerja
Karena pada hakekatnya pengendalian tim dalam suatu organisasi.
manajemen merupakan suatu alat kontrol bagi
pelaksanaan suatu kegiatan organisasi, sedangkan Hubungan antara Proses Kerja Tim dan Kinerja
untuk memperlancar atau menunjuang kegiatan di Sekolah
dalam organisasi akan terbentuk suatu proses kerja
Kinerja merupakan hasil dari serangkaian
tim (Anthony dan Govindarajan, 1998).
proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai
40 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 1, MARET 2013: 32-43

tujuan organisasi. Kegiatan dalam organisasi akan Hubungan langsung antara Budaya Organisasi dan
berjalan dengan efektif apabila dilakukan oleh suatu Kinerja Sekolah
tim kerja, sehingga kinerja akan tercapai secara
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan
optimal.
langsung secara signifikan antara Budaya
Hasil penelitian ini, menunjukan ada
Organisasi dan Kinerja Sekolah. Sehingga
hubungan secara signifikan antara proses kerja
peningkatan budaya organisasi di sekolah (budaya
tim dan kinerja sekolah. Sehingga peningkatan
organisasi semakin baik) akan mengakibatkan
proses kerja tim di sekolah akan mengakibatkan
peningkatan pula pada kinerja sekolah (kinerja
peningkatan pula pada kinerja sekolah di SMAN
sekolah semakin tinggi) di SMAN Kota Malang
Kota Malang. Hal ini sejalan dengan hasil
yang didasarkan pada perspektif-perspektif yang
temuan Thompson (2004), bahwa jika tim tidak
ada dalam pendekatan balanced scorecard. Hasil
menikmati bekerja bersama, maka kinerja tidak
penelitian ini diperkuat oleh Soetopo (2001), bahwa
mungkin tercapai. Selain itu, pengelolaan tim
ada hubungan signifikan antara budaya organisasi
yang sukses harus mencakup pengaturan dan
dan keefektivan organisasi. Hal ini berarti makin
investasi pada setiap anggota tim. Oleh karena
kuat budaya organisasi diikuti makin efektifnya
itu, pada akhirnya tim kerja harus memberikan
organisasi. Peneliti menafsirkan hasil temuan
pengalaman yang berharga dan untuk tumbuh
tersebut, bahwa dengan baiknya budaya organisasi
bagi anggotanya.
maka bisa mempengaruhi kinerja organisasi, hal
ini ditandai dengan keefektivan organisasi.
Hubungan Langsung antara Pengendalian Manajemen Hasil penelitian sejenis sebagaimana
dan Kinerja Sekolah dikemukakan oleh Daryono (2006) bahwa, ada
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan hubungan langsung yang signifikan antara budaya
langsung secara signifikan antara pengendalian organisasi sekolah dengan produktivitas sekolah
manajemen dan kinerja sekolah. Sehingga pada SD Negeri di Kabupaten Probolinggo. Hal
peningkatan pengendalian manajemen di sekolah ini mengandung makna, bahwa semakin baik
akan mengakibatkan peningkatan pula pada kinerja budaya organisasi di suatu sekolah dasar, maka
sekolah di SMAN Kota Malang yang didasarkan semakin baik produktivitas. Dalam hal ini peneliti
pada perspektif-perspektif yang ada dalam mengasumsikan jika produktivitas sekolah itu
pendekatan balanced scorecard. Hal ini diperkuat merupakan perwujudan dari kinerja sekolah, maka
dari hasil penelitian Mamluchah (2000) dalam budaya organisasi memiliki hubungan dengan
menganalisis faktor-faktor pengendalian kinerja sekolah
manajemen yang mempengaruhi kinerja BRI Unit Untuk memperoleh dukungan atas hasil
di Area Mikro Malang. Dari temuan di lapangan, penelitian ini, penulis mencoba mengemukakan
dapat dikemukakan bahwa pada umumnya kinerja hasil riset yang dikemukakan oleh Greenberg dan
BRI Unit di area Mikro Malang yang diukur dengan Baron (1995), bahwa budaya organisasi
Balanced Scorecard termasuk kategori cukup mempengaruhi individu-individu dan proses
baik. organisasi. Budaya memunculkan tekanan pada
Lebih lanjut Mamluchah (2000) orang-orang dalam organisasi untuk berfikir dan
menyimpulkan, bahwa faktor-faktor pengendalian bertindak dengan cara yang konsisten melalui
manajemen, yaitu; struktur organisasi, jaringan budaya yang ada. Hasil riset yang dikemukakan
informasi, sistem penghargaan, pemrograman, oleh Greenberg dan Baron (1995) ini seolah-olah
penganggaran, operasi dan pengukuran, serta ingin membuktikan penjelasan mengenai pengaruh
pelaporan dan analisis, secara serempak budaya organisasi terhadap kinerja. Seperti yang
berpengaruh signifikan terhadap kinerja BRI Unit dinyatakan oleh Owens (1997), bahwa budaya
di Area Mikro Malang. organisasi mempunyai pengaruh yang kuat
Dengan demikian pendapatnya Anthony dan (powerfull) terhadap sikap dan perasaan anggota
Govindarajan (1998:6) bahwa, pengendalian organsasi.
manajemen adalah proses dimana manajer Semakin baik kondisi budaya organisasi
mempengaruhi anggotanya untuk melaksanakan diikuti dengan semakin baik pula pada kondisi
strategi organisasi dalam rangka mencapai tingkat kinerja guru, dan sebaliknya semakin jelek kondisi
performance yang tinggi, telah terbukti. budaya organisasi diikuti semakin jelek pula pada
variabel kinerja guru. Dan dengan budaya
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 41

organisasi yang kuat, menjadikan anggota lebih sekolah (SMAN Kota Malang) dalam penyusunan
puas, termotivasi, dan memiliki komitmen yang anggaran seyogyanya dengan menyertakan/
besar terhadap organisasi (Creemers dan melibatkan warga sekolah sebagai suatu tim kerja.
Reynolds, 1993). Pendapat tersebut mengemuka
lebih didahului oleh temuan riset Sergiovani dan Hubungan tidak langsung antara Budaya Organisasi
Corbally (1984), bahwa budaya yang kuat akan dan Kinerja Sekolah melalui Proses Tim Kerja
meningkatkan komitmen, antusiasme, dan loyalitas
anggota terhadap organisasi.
Berkaitan dengan hubungan antara budaya
Hubungan tidak langsung antara Pengendalian organisasi dan kinerja, seperti yang dinyatakan oleh
Manajemen dan Kinerja Sekolah melalui Proses Kerja Owens (1991), bahwa budaya organisasi
Tim mempunyai pengaruh kuat (powerfull) terhadap
sikap dan perasaan anggota organisasi. Thompson
Keberhasilan kinerja tidak terlepas dari (2004:14) mengatakan, bahwa jika kerja dilakukan
pengaruh unsur-unsur pengendalian manajemen, secara tim telah membudaya di kalangan organisasi
baik unsur-unsur yang tergabung dalam struktur maka niscaya kinerja organisasi akan tercapai
maupun unsur-unsur yang tergabung dalam proses secara optimal. Lebih lanjut Thompson (2004:23)
pengendalian manajemen sebagaimana temuan mengatakan, bahwa “culture is the set of shared
dari Sabout (1989) dan Indrawati (1996) bahwa meanings held by team member that make
faktor-faktor pengendalian manajemen teamwork possible”.
berpengaruh terhadap efektifitas kinerja. Hasil Dengan budaya organisasi yang kuat dan
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian proses kerja tim yang kokoh, menjadikan anggota
Mamluchah (2000), bahwa faktor-faktor lebih puas, termotivasi, dan memiliki komitmen
pengendalian manajemen, yaitu; struktur yang besar terhadap organisasi, yang pada
organisasi, jaringan informasi, sistem penghargaan, gilirannya akan meningkatkan pula kinerja
pemr ograman, penganggaran, operasi dan organisasi. Untuk itu terdapat hubungan tidak
pengukuran, serta pelaporan dan analisis, secara langsung antara budaya organisasi dan kinerja,
serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja melalui perantara proses kerja tim. Peneliti
BRI Unit di Area Mikro Malang. menganalisis dari temuan tersebut, bahwa dengan
Akan tetapi hasil penelitian ini menunjukan, kerja tim sebagai suatu budaya yang kuat dalam
bahwa hubungan tidak langsung antara organisasi diyakini akan membawa dampak pada
pengendalian manajemen dan kinerja sekolah, yang pencapaian kinerja yang maksimal. Untuk itu
melalui proses kerja tim adalah kecil dan tidak peneliti memberikan rekomendasi, apabila
signifikan. Hasil ini didukung oleh temuan menginginkan kinerja organsiasi yang tinggi, maka
Djuminah (1992) yang menyatakan, bahwa bentuklah kerja tim sebagai budaya organsasi.
terdapat korelasi walaupun relatif kecil antara
kejelasan anggaran dengan efektifitas
KESIMPULAN DAN SARAN
pengendalian manajemen, yang kemungkinan
disebabkan karena tidak menyertakan unsur-unsur Kesimpulan
pengendalian manajemen yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa unsur-unsur pengendalian Berdasarkan hasil penelitian dan
manajemen merupakan bagian yang tak pembahasan, pada akhirnya penulis menyimpulkan
terpisahkan satu sama lain di dalam penerapannya sebagai berikut: (1) kinerja sekolah di sman kota
sebagai implementasi dari strategi yang ditetapkan. malang dalam kategori tinggi, (2) pengendalian
Terhadap hasil temuan tersebut, disimpulkan bahwa manajemen di sman kota malang dalam kategori
dengan sistem pengendalian manajemen yang kuat cukup baik, (3) budaya organisasi di sman kota
maka akan semakin kokoh kerja tim yang pada malang dalam kategori cukup baik, (4) proses kerja
akhirnya dapat meningkatkan kinerja sekolah. tim di sekolah menengah atas (SMA) negeri kota
Menurut hemat peneliti, terdapat loading malang dalam kategori kurang baik, (5) ada
factor pada indikator 4 Lamda-X (penganggaran) hubungan antara pengendalian manajemen dan
sebesar (1,937) < 1,96. Apabila dicermati lebih proses kerja tim, (6) ada hubungan secara
mendetail terhadap indikator penganggaran signifikan antara budaya organisasi dan proses
(kewenangan penyusunan anggaran), maka kerja tim, (7) ada hubungan secara signifikan
42 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 1, MARET 2013: 32-43

antara proses kerja tim dan kinerja sekolah, (8) dan memperkokoh kerja tim; (2) para Kepala
ada hubungan langsung dan tidak langsung antara SMAN di Kota Malang, hendaknya memberikan
pengendalian manajemen dan kinerja sekolah, kesempatan kepada setiap personel sekolah guna
melalui proses kerja tim, dan (9) Ada hubungan mengembangkan potensi naluri dan kreatifitas,
langsung dan tidak langsung antara budaya serta memberi dorongan spirit maju berprestasi dan
organisasi dan kinerja sekolah, melalui proses kerja berkembang sehingga terjadi peningkatan kinerja
tim. sekolah secara optimal; (3) para Stakeholder
Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat
Saran menjadi salah satu bahan pemikiran bagi para
stakeholder sekolah guna memantau tingkat
Atas dasar kesimpulan yang telah kinerja sekolah dalam menyongsong masa depan
dikemukakan di atas, dapat diberikan saran kepada: yang lebih baik; dan (4) bagi peneliti lain, hasil
(1) Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
hendaknya lebih memfokuskan pada pemberian referensi dalam penelitian sejenis dengan
bantuan solusi kepada setiap sekolah khususnya menambahkan beberapa variabel, dikarenakan
SMA di Kota Malang baik negeri maupun swasta, pendekatan Balanced Scorecard sebagai alat ukur
dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah, kinerja sekolah atau lembaga pendidikan masih
memperkuat pengendalian manajemen, relatif baru dalam dunia pendidikan dan belum
menumbuhkan dan meningkatkan budaya sekolah, banyak yang mengkaji.

DAFTAR RUJUKAN

Anthony, R.N., Dearden, J., & Bedford, N.M. Greenberg, J. & Baron, R.A. 1997. Behavior in
1992. Management Control System. 6th Organizations (6th ed.). Englewood Cliffs,
Edition, terjemahan Agus Maulana, Jilid I, NJ.: Prentice Hall, Inc.
Cetakan pertama, Jakarta : Bina Rupa Indrawati, N.K. 1996. Beberapa Faktor Yang
Aksara. Mempengaruhi Efektifitas Pengendalian
Anthony, R. N. & Govindarajan, V. 1998. Manajemen Pada Perusahaan
Management Control System, Ninth Manufaktur di Jawa Timur. Tesis tidak
Edition, USA: Mc-Graw-Hill Companies. diterbitkan. Surabaya: Pascasarjana Studi
Campbell, Dennis, Datar, Srikant, Kulp, Cohen, Manajemen, Universitas Airlangga.
Susan & Narayanan, V. G. (2002). “Using Ittner, C.D. & Larcker, D. F. “Innovations in
the Balanced Scorecard as a Control Performance Measurement: Trends and
System for Monitoring and Revising Research Implications”http:\\www.
Corporate Strategy”, ssrn.com, Diakses 12 Februari 2009.
http:\\www.ssrn.com, 12 Februari 2009. Kaplan, R. S & Norton. D. P. 2000. Balanced
Creemers, B.P.M. & Reynolds, D. (ed). 1993. Scorecard Menerapkan Strategi Menjadi
School Effectiveness and School Aksi. Terjemahan oleh Peter R Yosi Pasla.
Improvement, An International Journal Jakarta: Erlangga.
or Research, policy and Practice. Lisse, Malina, M. A. & Selto, F. H.,”Communicating
New Jersey: Swets & Zeitlinger. and Controlling Strategy: an Emperical
Daryono. 2006. Hubungan antara Budaya Study of the Effectiveness of the
Organisasi, Peranserta Masyarakat, Balanced Scorecard “, http:\\www.ssrn.
Kinerja Kepala Sekolah, Kinerja Guru com. diakses tanggal 12 Februari 2009.
dan Motivasi Belajar Siswa dengan Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor
Produktivitas Sekolah pada SDN di Publik. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Kabupaten Probolinggo. Disertasi tidak Manajemen YKPN.
diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Mamluchah. 2000. Faktor-Faktor Pengendalian
UM. Manajemen yang Mempengaruhi
Gaspersz, V. 2003. Sistem Manajemen Kinerja BRI di Area Mikro Malang. Tesis
Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan tidak diterbitkan. Malang: Universitas
SixSigma untuk Organisasi Bisnis dan Brawijaya.
Pemerintah, Jakarta, Gramedia.
Sumarsono, Pengendalian Manajemen, Budaya Organisasi, Proses Kerja Tim, dan Kinerja Sekolah 43

Modell, S. “Performance Measurement Myths Setyadin, B. 2009. Pengaruh Faktor


in Public Sector”, http:\\www.ssrn.com. Pembelajaran Organisasional, Kepe-
Diakses tanggal 12 Februari 2009. mimpinan, Budaya Organisasi terhadap
Mulyadi & Setyawan, J. 1999. Sistem Motivasi dan Kinerja dalam Rangka
Perencanaan dan Pengendalian Perubahan Organisasional. Disertasi
Manajemen, Edisi ke 1, Cetakan ke 1. tidak diterbitkan. Malang: Program
Yogyakarta: Aditya Media. Pascasarjana UM.
Owens, R.G. 1995. Organizational Behavior in Soetopo, H. 2001. Hubungan Karakteristik
Education. Fifth Edition. Englewood Bawahan, Kontrol Situasi, Perilaku
Cliffs, New Jersey: Prentice- Hall. Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan
Robbins, S. P. 2007. Teori Organisasi: Struktur, Iklim Organisasi dengan Kefektifan
Disain dan Aplikasi, Edisi Kesepuluh, Organisasi pada Universitas Swasta di
Terjemahan. Jakarta: Indeks. Kotamadya Malang. Disertasi tidak
Sabout, H.V. 1989. Efektifitas Pengendalian diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana
Manajemen Pada Perusahaan Manu- UM.
faktur di Surabaya. Tesis tidak diterbitkan. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi.
Yogyakarta: Pascasarjana Studi Akuntansi, Bandung: Alfabeth.
Universitas Gajah Mada. Thompson, L. L. 2004. Making the Team: A
Sagala, S. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah Guide for Managers. 2nd ed. Upper
dan Masyarakat: Strategi Memenangkan Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.
Persaingan Mutu. Jakarta: Nimas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Multima. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung:
Sagala, S. 2009. Manajemen Strategik dalam Citra Umbara.
Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Wilson, J. D. & John B. C. 1991. Controllership,
Penerbit ALFABETA. The Work of Managerial Accountant.
Sergiovani, T.J. & Corbally, J.E. (eds.). 1984. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Leadership and Organizational Culture.
Chicago: University of Illinois Press.

Вам также может понравиться