Вы находитесь на странице: 1из 11

Audria Octa Anggraini Widi Lestari. Jurnal Promkes Vol. 7 No.

1 (2019) 1-11
23-34 1
doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1-11

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI


TANGAN PADA MASYARAKAT KELURAHAN PEGIRIAN

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE TO HAND


WASHING BEHAVIOR IN KELURAHAN PEGIRIAN

Audria Octa Anggraini Widi Lestari


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Airlangga, Surabaya
E-mail: audria.octa@yahoo.com

ABSTRACT
Background: Implementing clean and healthy living behaviors is useful to prevent, cope and
protect against disease threats and utilize quality health services, effective and efficient.
Hand washing with soap is an indicator of clean and healthy living behavior. Washing hands
with soap can prevent various diseases. One of them is diarrhea. The fingers can be the
pathway for pathogens, bacteria or viruses that can cause diarrhea. Therefore, hand washing
becomes one of effective and efficient prevention efforts to avoid the occurrence of disease.
Purpose: This research has a purpose to know the relationship between knowledge and
attitude towards hand washing action in RW III Pegirian Village Semampir District Surabaya.
Methods: This research used descriptive method with Simple Random Sampling technique,
samples of 84 respondents. The independent variables in this study consisted of knowledge
of handwashing and attitude towards hand washing. The dependent variable in this research
is hand washing action. The collected data were analyzed using spearman correlation test
with the aim of knowing the relationship and strong relationship of research subjects.
Results: The result of this research is the correlation between knowledge with hand washing
with p value 0.009 with strong correlation with correlation coefficient 0.282. And there is
a relationship between attitude to hand washing with hand washing result p value 0.017
and strong relationship is strong with correlation coefficient 0.271. Conclusion: There is
a relationship between knowledge and attitudes with the act of hands washing and strong
relationships are strong.

Keywords: knowledge, attitude, action, hand wash

ABSTRAK
Latar Belakang: Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat bermanfaat untuk mencegah,
menanggulangi dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien. Cuci tangan dengan sabun merupakan salah
satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat. Mencuci tangan menggunakan sabun dapat
mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah diare. Jari tangan dapat menjadi jalur
masuk bagi patogen, bakteri atau virus yang bisa menyebabkan diare, oleh karena itu mencuci
tangan menjadi salah satu upaya pencegahan yang efektif dan efisien untuk menghindari
terjadinya penyakit. Tujuan: Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui hubungan antara
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan cuci tangan di RW III Kelurahan Pegirian Kecamatan
Semampir Surabaya. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik
Simple Random Sampling, sampel sebanyak 84 responden. Variabel bebas dalam penelitian
ini terdiri dari pengetahuan tentang cuci tangan dan sikap terhadap cuci tangan. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah tindakan cuci tangan. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji korelasi spearman dengan tujuan mengetahui hubungan dan kuat hubungan
subjek penelitian. Hasil: Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan
dengan tindakan cuci tangan yaitu dengan hasil p value sebesar 0,009 dan kuat hubungan

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
2 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 1–11. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1–11

bersifat kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,282. Terdapat hubungan antara sikap dengan
tindakan cuci tangan yaitu dengan hasil p value sebesar 0,017 dan kuat hubungan bersifat
kuat dengan koefisien korelasi 0,271. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan
dan sikap dengan tindakan cuci tangan dan kuat hubungan bersifat kuat.
Kata Kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, cuci tangan

PENDAHULUAN kesehatan pada tahun 2016 sebanyak


6.897.463 orang, sedangkan jumlah
Saat ini, Perilaku Hidup Bersih dan
penderita diare yang dilaporkan ditangani
Sehat (PHBS) masih menjadi permasalahan
di fasilitas kesehatan adalah sebanyak
kesehatan masyarakat. Perilaku yang belum
3.198.411 orang atau 46,4% dari target,
bersih dan sehat menyebabkan munculnya
(Kemenkes, 2017).
penyakit yang menjadi permasalahan
Provinsi Jawa Timur menempati posisi
kesehatan masyarakat. Diare adalah
tertinggi kedua pada kasus diare. Perkiraan
salah satu penyakit yang paling banyak
penemuan kasus diare di fasilitas kesehatan
disebabkan karena faktor kebersihan
menurut provinsi tahun 2016 di Jawa Timur
perorangan yang belum bersih dan sehat.
yaitu sejumlah 1.048.885 kasus (Kemenkes,
Diare merupakan kondisi seseorang yang
2017). Berdasarkan data dari Dinas
mengalami gangguan dalam buang air besar,
Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2015),
sehingga konsistensinya lembek bahkan
Surabaya menempati posisi tertinggi kedua
cair dan buang air besar lebih sering yaitu
Kabupaten/Kota yang menangani kasus
empat kali atau lebih (Widjaja, 2002).
diare di Jawa Timur setelah Kabupaten
Perilaku cuci tangan yang benar
Pamekasan.
merupakan salah satu aspek yang menjadi
Jumlah kasus diare yang ditangani
indikator dalam PHBS yang saat ini menjadi
oleh Kota Surabaya pada tahun 2014
perhatian dunia. Hal ini disebabkan tidak
sejumlah 86,893 kasus dengan persentase
hanya di Negara berkembang, namun juga
penanganan kasus sebesar 143% dari target
di Negara maju, masih banyak masyarakat
penanganan kasus. Persentase penanganan
yang lupa melakukan perilaku cuci tangan
kasus diare di wilayah Surabaya lebih tinggi
yang benar. Hal ini menunjukkan masih
dari persentase total di Jawa Timur yaitu
kurangnya praktek atau tindakan mencuci
sebesar 127%. Berdasarkan data terbaru,
tangan di masyarakat (Anggraini, 2010).
yaitu pada tahun 2015, Surabaya menangani
Penelitian WHO menunjukkan bahwa
kasus diare sejumlah 50.283 kasus dengan
kejadian diare dapat berkurang sampai
presentase penanganan kasus sebesar
45% karena perilaku mencuci tangan
82,49%. Adapun jumlah kasus diare yang
menggunakan sabun dengan benar.
ditangani di Jawa Timur sebesar 106,7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Burton, dkk
Salah satu kelurahan yang ada
(2011) menunjukkan bahwa kuman pada
di Surabaya dengan angka diare yang
tangan akan lebih mudah berpindah apabila
tergolong tinggi adalah Kelurahan Pegirian.
mencuci tangan menggunakan sabun
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
dibandingkan bila mencuci tangan hanya
Kesehatan Surabaya tahun 2015 kejadian
menggunakan air saja, sehingga penyakit
diare di Kelurahan Pegirian sebanyak 1472
diare dapat dicegah dengan perilaku cuci
kasus. Tahun 2016, jumlah kasus diare di
tangan yang benar dan menggunakan
Kelurahan Pegirian sebanyak 921 kasus.
sabun dalam pelaksanaannya serta dengan
Kasus diare masuk dalam sepuluh penyakit
langkah-langkah mencuci tangan yang
terbanyak di Puskesmas Pegirian dan
lengkap.
menempati posisi tertinggi keempat.
Menurut target cakupan pelayanan
Perilaku hidup bersih dan sehat
penderita diare yang datang ke sarana
merupakan hasil pembelajaran terhadap
kesehatan dan kader kesehatan adalah
perilaku-perilaku yang ditangkap (Destya,
10% dari perkiraan jumlah penderita
2009). Menurut teori WHO perilaku
diare. Insidensi diare nasional hasil Survei
seseorang dipengaruhi oleh banyak
Morbiditas Diare tahun 2014 yaitu sebesar
faktor, seperti pemikiran dan perasaan
270/1.000 penduduk, maka diperkirakan
yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap
jumlah penderita diare di fasilitas
seseorang, adanya acuan atau referensi

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
Audria Octa Anggraini Widi Lestari, Hubungan Pengetahuan dan Sikap… 3

dari orang yang dipercayai, sumber daya METODE


yang tersedia, serta sosio budaya setempat.
Penelitian ini adalah penelitian
Mengintervensi faktor-faktor tersebut dapat
kuantitatif dengan rancangan Cross
menjadi upaya dalam mewujudkan perilaku
Sectional. Penelitian ini dilakukan di RW III
hidup bersih dan sehat.
Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir
Pemerintah telah melakukan berbagai
Surabaya pada bulan Januari 2017. Besar
upaya penanggulangan seperti gerakan
populasi dalam penelitian ini sebanyak 536
nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Kepala Keluarga (KK) dan besar sampel
(STBM) yang dirancang sejak tahun 2008
minimal sebanyak 84 responden yang
dalam rangka mengurangi morbiditas
diambil dengan menggunakan simple
dan mortalitas diare. Program STBM juga
random sampling. Variabel bebas dalam
dilakukan oleh UNICEF. STBM dilakukan
penelitian ini adalah pengetahuan dan
sebagai bagian dari kebijakan pemerintah
sikap responden tentang cuci tangan yang
untuk pengendalian risiko penyakit yang
benar, sedangkan variabel terikat dalam
berhubungan dengan lingkungan (Luby, dkk,
penelitian ini adalah tindakan cuci tangan
2009)
yang benar.
Saat ini, STBM diatur dalam Peraturan
Pe n g e t a h u a n d i i n t e r p r e t a s i k a n
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
sebagai pemahaman responden tentang
Nomor 3 Tahun 2014. Salah satu pilar dalam
cuci tangan yang benar dengan skala yang
gerakan ini adalah memakai sabun saat
bersifat kuantitatif yaitu pengetahuan
mencuci tangan. Pasal 3 ayat 2 menjelaskan
baik dengan skor 76-100%, pengetahuan
bahwa perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
cukup dengan skor 56-75% dan pengetahuan
(CPTS) minimal dapat terwujud melalui
kurang dengan skor kurang dari 56%.
kegiatan membudayakan perilaku cuci
Sikap didefinisikan sebagai respons
tangan dengan air bersih yang mengalir
yang akan dilakukan responden tentang
dan memakai sabun secara berkelanjutan.
cuci tangan yang benar. Sikap diukur
Sarana cuci tangan yang dilengkapi
menggunakan skala likert yang kemudian
dengan air mengalir, sabun, dan saluran
diinterpretasikan secara kuantitatif dengan
pembuangan limbah juga harus disediakan
kategori sikap baik dengan skor –-100%,
dan dipelihara. Gerakan STBM diwujudkan
sikap cukup 56–75% dan sikap kurang
melalui pemberdayaan masyarakat yang
dengan skor kurang dari 56%. Tindakan
dilakukan oleh pemerintah dan bekerjasama
cuci tangan diinterpretasikan sebagai
dengan lintas sektoral.
perlakuan responden dalam melakukan cuci
Perilaku cuci tangan dapat dipengaruhi
yang benar yang secara kuantitatif dibagi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
menjadi kategori tindakan baik dengan
pengetahuan dan sikap (Notoatmodjo,
skor 76–100%, tindakan cukup dengan skor
2010). Pengetahuan merupakan keluaran
56–75% dan tindakan kurang dengan skor
dari proses sensoris utamanya mata dan
kurang dari 56% (Riwidikdo, 2009)
telinga terhadap suatu objek tertentu.
Data yang digunakan pada penelitian
Sikap merupakan respons tertutup
ini yaitu data primer dan data sekunder.
seseorang terhadap objek atau stimulus
Data primer didapatkan dengan bantuan
yang berasal dari dalam maupun dari luar
instrumen kuesioner untuk mengukur
dan manifestasinya tidak dapat dilihat
pengetahuan, sikap, dan tindakan
langsung, namun hanya bisa ditafsirkan oleh
responden tentang cuci tangan yang
perilaku yang tertutup tersebut (Sunaryo,
benar dan data sekunder didapatkan dari
2014). Pengetahuan dan sikap terhadap
data RW III kelurahan Pegirian, data dari
cuci tangan dapat mempengaruhi seseorang
balai kelurahan Pegirian, buku, jurnal
untuk mau dan mampu melakukan perilaku
ilmiah, serta sumber tertulis lain yang
cuci tangan tersebut.
mendukung. Data yang terkumpul kemudian
Berdasarkan latar belakang dipaparkan,
dilakukan klasifikasi ulang data, pemberian
maka perlu dilakukan penelitian mengenai
kode untuk tiap kelompok, kemudian
hubungan antara pengetahuan dan sikap
memasukkan data ke dalam sistem SPSS.
terhadap tindakan cuci tangan yang benar
Data yang telah dimasukkan dilakukkan
pada masyarakat kelurahan Pegirian.
analisis baik analisis univariat maupun

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
4 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 1–11. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1–11

bivariat. Analisis univariat menggunakan Berdasarkan tingkat pendidikan responden


analisis deskriptif dengan tujuan untuk dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA
mengetahui gambaran serta distribusi memiliki persentasi yang hampir sama,
frekuensi karakteristik dari masing-masing yaitu sejumlah 23 orang (27,3%) dengan
variabel penelitian, sedangkan analisis tingkat pendidikan SMP dan 22 orang (25%)
bivariat menggunakan analisis korelasi dengan tingkat pendidikan SMA, sementara
spearman untuk melihat ada hubungan hanya 6 orang (7,1%) responden dengan
serta kuat hubungan antara variabel bebas pendidikan tinggi. Adapun mayoritas
dengan variabel terikat. Tiap variabel bebas responden berpendidikan SD yaitu
satu persatu dianalisis untuk mengetahui sejumlah 29 orang (34,5%) dan terdapat 5
seberapa kuat hubungan dengan variabel orang (5,3%) responden yang tidak pernah
terikat. Nilai uji signifikansi pada penelitian mengenyam bangku pendidikan. Hal ini
dengan α sebesar 5%. Hipotesis diterima menunjukkan bahwa banyak masyarakat
jika α ≤ 5% yang berarti ada hubungan, di RW III kelurahan Pegirian banyak yang
Hipotesis ditolak jika nilai α ≥ 5% yang berpendidikan rendah. Pekerjaan mayoritas
berarti tidak ada hubungan. responden bekerja sebagai buruh harian
lepas yaitu sebanyak 65 orang (77,3%) dan
penghasilan per bulan responden masih
HASIL DAN PEMBAHASAN tergolong rendah. Mayoritas responden
Gambaran Karakteristik Responden mendapatkan penghasilan < 1.000.000
Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 84 responden, didapatkan data
Tabel 1. K a r a k t e r i s t i k responden
karakteristik responden yang meliputi umur,
penelitian
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Data karakteristik responden Karakteristik Frekuensi %
dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini: Umur
Berdasarkan hasil penelitian < 25 15 17,9
menunjukkan bahwa umur responden yang
25–45 53 64,2
lebih berisiko mengalami diare adalah
> 45 15 17,9
umur > 45 dan < 25 tahun. Hal ini karena
pada lansia (> 45 tahun) sistem pertahanan Total 84 100
tubuh sudah menurun, cara kerja sistem Jenis Kelamin
metabolisme dalam tubuh juga menurun Laki-laki 41 48,8
sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh Perempuan 43 51,2
dan mudah terserang penyakit termasuk Total 84 100
diare. Usia anak dan remaja (< 25 tahun) Pendidikan
lebih rentan terkena diare karena semakin Tidak Sekolah 5 5.3
lama masa hidup seseorang maka semakin SD/Sederajat 29 34,5
banyak pula pengalaman dan pengetahuan SMP/Sederajat 23 27,3
untuk menentukan perilaku yang benar
SMA/Sederajat 22 25
dalam menjaga kesehatannya (Suryabudhi,
PT 6 7,1
2003). Berdasarkan hasil penelitian
mayoritas responden berusia 25–45 tahun Total 84 100
yaitu sebanyak 53 responden (64,2%). Pekerjaan
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas Pegawai Negeri 7 8,3
responden berada pada usia yang tidak Pedagang 12 14,2
berisiko, namun pengetahuan seseorang Buruh harian 65 77,3
belum tentu ditentukan oleh umur orang lepas
tersebut. Dari tabel 1 juga terlihat bahwa Total 84 100
mayoritas responden juga berada pada usia Penghasilan
produktif. <1.000.000 45 53,6
Ta b e l 1 . m e n u n j u k k a n b a h w a 1.000.000- 33 39,3
persentase responden wanita dan laki- 3.000.000
laki hampir sama, yaitu wanita sebanyak >3.000.000 6 7,1
43 orang dan laki-laki sebanyak 41 orang.
Total 84 100

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
Audria Octa Anggraini Widi Lestari, Hubungan Pengetahuan dan Sikap… 5

per bulan yaitu sejumlah 45 responden mayoritas masyarakat RW III Kelurahan


(53,6%). Pegirian termasuk kecil. Penghasilan akan
Analisis terhadap data primer yang mempengaruhi kemampuan masyarakat
diperoleh dari 84 responden di RW III dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kelurahan Pegirian, menunjukkan bahwa Apabila penghasilan yang diperoleh rendah,
mayoritas penduduk Kelurahan Pegirian masyarakat akan cenderung kesulitan untuk
berada pada usia produktif. Banyaknya usia membeli atau memperoleh kebutuhan
produktif dapat menjadi potensi bagi RW III hidupnya, yang pada akhirnya juga akan
Kelurahan Pegirian. Kelompok masyarakat mempengaruhi kesehatannya.
dengan usia produktif diharapkan dapat Kelurahan Pegirian memiliki potensi
meningkatkan status ekonomi masyarakat yang besar karena banyaknya masyarakat
serta menjadi SDM yang berkualitas usai produktif yang ada didalamnya.
untuk kemajuan bangsa khususnya di RW Namun status pendidikan yang tergolong
III Kelurahan Pegirian yang diharapkan rendah menjadi penghambat dalam
akan mempengaruhi peningkatan status memaksimalkan potensi itu. Masyarakat
kesehatan masyarakat itu sendiri. dengan tingkat pendidikan yang rendah
Proporsi responden dengan jenis cenderung akan sulit mendapatkan
kelamin laki-laki dan perempuan hamper pekerjaan yang layak, yang akhirnya akan
sama. Perilaku hidup bersih dan sehat mempengaruhi penghasilannya. Selain
memang menjadi kebutuhan semua orang itu pendidikan yang cenderung rendah
baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk juga membuat kurangnya mendapatkan
perilaku cuci tangan dengan menggunakan informasi kesehatan. Penghasilan yang
sabun. Perilaku ini perlu diketahui semua rendah juga bisa menjadi penghalang bagi
orang karena perilaku ini menjadi upaya masyarakat dalam mengakses layanan atau
pencegahan terhadap penyakit. sarana kesehatan.
Data karakteristik pendidikan
responden di RW III Kelurahan Pegirian Gambaran Pengetahuan, Sikap dan
sebagian besar responden menunjukkan Tindakan Cuci Tangan di RW III Kelurahan
tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat Pegirian
pendidikan menjadi salah satu karakteristik
Hasil yang diperoleh dari data primer
masyarakat, pada masyarakat dengan
melalui kuesioner yang diberikan pada 84
tingkat pendidikan yang rendah, hal ini
responden, diperoleh distribusi frekuensi
dapat mempengaruhi tingkat kecepatan
masyarakat dalam menerima dan
memahami informasi yang diberikan,
termasuk informasi kesehatan. Tingkat Tabel 2. Gambaran Pengetahuan, Sikap
pendidikan juga akan mempengaruhi dan Tindakan Cuci Tangan
pola pikir dan persepsi serta wawasan
masyarakat. Tingkat pendidikan yang Variabel
Frekuensi (%)
semakin tinggi akan meningkatkan daya Penelitian
tangkap seseorang terhadap informasi. Pengetahuan
Orang dengan tingkat pendidikan yang Baik 4 4,8
lebih tinggi akan lebih mudah menerima Cukup 21 25
dan memahami informasi yang diberikan Kurang 59 70,2
termasuk mengenai kesehatan. Total 84 100
Mayoritas responden bekerja sebagai Sikap
buruh harian lepas. Pekerjaan ini membuat Baik 69 82,1
penghasilan yang diperoleh masyarakat
Cukup 14 16,7
tidak menentu. Dari data primer yang
Kurang 1 1,2
diperoleh melalui kuesioner, diketahui,
mayoritas responden memiliki penghasilan Total 136 100
< Rp.1.000.000, angka ini tergolong rendah. Tindakan
Bila dibandingkan dengan upah minimum Baik 49 58,3
kabupaten/kota (UMK) Kota Surabaya Cukup 29 34,5
tahun 2017 yang sebesar Rp.3.296.212,50 Kurang 6 7,1
maka penghasilan yang diperoleh Total 84 100

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
6 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 1–11. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1–11

pengetahuan, sikap dan tindakan seperti peraba, indra perasa, indra penciuman,
tertera dalam tabel 2. indra pendengaran dan indra penglihatan
(Notoatmodjo, 2010)
Gambaran Pengetahuan Cuci Tangan di Dasar dilakukannya atau tidak
RW III Kelurahan Pegirian dilakukannya sesuatu bisa berasal dari
pengetahuan. Pengetahuan tentang
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
pentingnya cuci tangan serta bagaimana
mayoritas responden memiliki pengetahuan
cara mencuci tangan yang benar dengan
kurang tentang cuci tangan sebesar 70,2%
menggunakan sabun dapat menjadi dasar
atau 59 orang. Berdasarkan batasan
terhadap dilakukan atau tidak dilakukannya
operasional penelitian, hal tersebut
perilaku cuci tangan tersebut oleh
diartikan bahwa masih banyak responden
seseorang, yang menjadi pondasi atas
yang mendapatkan skor nilai pengetahuan
langgengnya perilaku tersebut.
<56%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
Hasil penelitian yang dilakukan
besar masyarakat RW III kelurahan Pegirian
oleh Syahputri (2011) dikatakan bahwa
masih belum memahami tentang cuci
cuci tangan belum menjadi budaya yang
tangan, padahal cuci tangan adalah salah
dilakukan oleh masyarakat Indonesia secara
satu indikator di dalam perilaku hidup
luas. Dalam kehidupan sehari-hari masih
bersih dan sehat yang penting untuk
banyak masyarakat yang mencuci tangan
dipahami dan dilakukan. Kurangnya
hanya dengan air ketika hendak makan dan
pengetahuan ini bisa jadi dipengaruhi oleh
cuci tangan dengan sabun dilakukan justru
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
hanya setelah makan, padahal tangan
Kelurahan Pegirian. Mayoritas responden
adalah media yang membawa kuman
memiliki tingkat pendidikan SD yaitu
penyakit, sehingga mencucinya sebelum
sebesar 34,5%.
makan menggunakan sabun merupakan
Hasil ini sejalan dengan penelitian
upaya pencegahan terhadap penyakit
yang dilakukan oleh Zuraidah dan Elviani
itu sendiri. Mencuci tangan dengan air
tentang hubungan pengetahuan dan sikap
saja memang lebih umum dilakukan oleh
dengan perilaku mencuci tangan yang benar
masyarakat namun hal ini terbukti kurang
yang mendapatkan hasil hanya 5% respons
efektif apabila dibandingkan dengan
dengan yang mengetahui cara mencuci
mencuci tangan dengan menggunakan
tangan. Sebagian masyarakat mengetahui
sabun.
akan pentingnya mencuci tangan pakai
sabun, namun hanya sedikit sekali yang
Gambaran Sikap terhadap Cuci Tangan di
mengetahui bagaimana cara mencuci
RW III Kelurahan Pegirian
tangan dengan benar.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Tabel 2 mayoritas sikap masyarakat
penelitian yang dilakukan oleh Rabbani, terhadap cuci tangan adalah baik, yaitu
dkk tentang Hubungan Pengetahuan sebesar 82,1% atau sejumlah 69 orang.
Terhadap Perilaku Cuci Tangan Petugas Sikap merupakan suatu kecenderungan
Kesehatan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak untuk bertindak dan bereaksi terhadap
BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado. sesuatu baik itu positif maupun negatif.
Penelitian Rabbani, dkk diperoleh hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian
bahwa mayoritas pengetahuan responden besar masyarakat RW III kelurahan Pegirian
tentang cuci tangan masih kurang baik. sudah memiliki sikap yang positif terhadap
Terdapat responden dengan pengetahuan perilaku cuci tangan.
kurang baik yaitu sebesar 70,5%. Hail ini Sikap yang diukur terkait cuci tangan
menunjukkan masih banyaknya orang yang pada masyarakat RW III Pegirian ini meliputi
belum memahami tentang cuci tangan. tiga komponen, yaitu komponen kognitif,
Kesan di dalam pikiran manusia adalah komponen yang berkaitan dengan
sebagai hasil penggunaan panca indranya pandangan dan keyakinan mengenai hal-
menghasilkan pengetahuan (Sukanto, hal yang berhubungan dengan bagaimana
2005). Pengetahuan adalah output dari orang memersepsikan perilaku cuci
tahu. Tahu dapat terjadi apabila terdapat tangan. Komponen yang kedua adalah
proses pengindraan oleh seseorang melalui komponen afektif, yaitu komponen yang
panca indranya yang meliputi indra berhubungan dengan bagaimana perasaan

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
Audria Octa Anggraini Widi Lestari, Hubungan Pengetahuan dan Sikap… 7

seseorang, apakah senang atau tidak sebelum makan, setelah buang air besar,
senang dengan perilaku cuci tangan. setelah memegang hewan peliharaan,
Rasa senang merupakan hal yang positif, namun hal yang masih kurang adalah
sementara rasa tidak senang merupakan tindakan cuci tangan ini belum sesuai
hal yang negatif, aspek emosional ini dengan cara cuci tangan yang baik dan
menunjukkan arah sikap seseorang yaitu benar. Penggunaan sabun dan air yang
positif atau negatif. Komponen yang ketiga mengalir serta mencuci tangan sesuai
yaitu komponen konatif, adalah komponen langkah-langkah yang benar belum banyak
yang berhubungan dengan kecenderungan dilakukan.
bertindak untuk melakukan perilaku cuci Tindakan merupakan respons individu
tangan. Komponen ini menunjukkan besar terhadap suatu stimulus. Pengetahuan
kecilnya kecenderungan responden untuk dan sikap bisa menjadi stimulus yang
berperilaku cuci tangan. meningkatkan kemungkinan dilakukannya
Sikap menjadi faktor predisposisi untuk sebuah tindakan. Semakin baik
melakukan atau tidak melakukan suatu pengetahuan individu terhadap sesuatu
perilaku tertentu, sikap menjadi proses semakin meningkat pula kemungkinan
kesadaran yang sifatnya individual. Hal ini dilakukannya perilaku tersebut. Begitupula
berarti proses ini terjadi pada diri individu dengan sikap, semakin baik sikap seseorang
secara subjektif dan unik (Wawan, 2010). terhadap sesuatu, maka semakin meningkat
Sikap masyarakat terhadap cuci tangan pula kemungkinan dilakukannya sebuah
bisa mempengaruhi dilakukan atau tidak perilaku.
dilakukannya perilaku cuci tangan oleh Tindakan cuci tangan yang dilakukan
masyarakat tersebut. Semakin positif sikap responden bisa dipengaruhi oleh
seseorang maka semakin besar kemungkinan pengetahuan tentang cuci tangan maupun
timbulnya tindakan tersebut. sikap responden terhadap cuci tangan
Secara garis besar sikap masyarakat RW tersebut, namun sikap yang baik tanpa
III Kelurahan Pegirian sudah tergolong baik, didasari pengetahuan yang baik dapat
hal ini akan memicu timbulnya tindakan menghasilkan tindakan yang salah.
atau dilakukannya perilaku cuci tangan.
Cuci tangan menjadi salah satu cara untuk Hubungan Pengetahuan dan Sikap
mencegah timbulnya penyakit, melalui terhadap Tindakan Cuci Tangan
sikap yang baik diharapkan kejadian
Setelah distribusi frekuensi diketahui
kesakitan yang terjadi di masyarakat bisa
selanjutnya dilakukan uji korelasi spearman
menurun.
untuk mengetahui hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Hasil
Gambaran Tindakan terhadap Cuci Tangan
uji Korelasi spearman antara variabel bebas
di RW III Kelurahan Pegirian
(pengetahuan dan sikap) dengan variabel
Penelitian yang dilakukan terhadap 84 terikat (tindakan) adalah sebagaimana
responden, diperoleh hasil bahwa lebih dari dalam Tabel 3.
separuh responden memiliki tindakan yang
baik terhadap cuci tangan yaitu sebesar Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan
58,3% atau sejumlah 49 orang, disusul Cuci Tangan
dengan kategori tindakan cuci tangan cukup
Hasil pada tabel 3 menunjukkan bahwa
sebesar 34,5% atau sejumlah 29 orang.
terdapat hubungan antara pengetahuan
Penelitian yang dilakukan oleh
dengan tindakan cuci tangan yaitu
Kusumawardhani, dkk tentang pengetahuan,
dengan hasil p value sebesar 0,009 karena
sikap, dan tindakan mencuci tangan yang
menujukan nilai signifikansi kurang dari
benar pada siswa kelas 1 dan 2 di SDN
0,05 (sig<0,0,5). Kuat hubungan bersifat
2 Karanglo, Klaten Selatan, mayoritas
kuat dikarenakan hasil dari koefisien
responden juga memiliki tindakan yang
korelasinya sebesar 0,282. Nilai koefisien
baik. Terdapat 97% responden dengan
korelasi berada dalam kisaran -1 sampai 1.
tindakan cuci tangan yang baik.
Kuat hubungan semakin kuat apabila angka
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa
koefisien korelasi semakin mendekati nol.
mayoritas responden sudah mempunyai
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang
kebiasaan melakukan cuci tangan, misalnya
dilakukan Zuraidah dan Elviani (2016) yaitu

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
8 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 1–11. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1–11

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap pula, sehingga saat dilakukan uji korelasi
Dengan Tindakan Cuci Tangan menggunakan spearman didapatkan hasil
p value < 0,05 yang artinya terdapat
Koefisien hubungan antara pengetahuan terhadap
P Value
korelasi tindakan cuci tangan.
Hubungan Perilaku cuci tangan pada umumnya
pengetahuan sudah diperkenalkan sejak anak-anak,
0,282 0,009
dengan tindakan bahkan hal ini menjadi kegiatan rutin di
cuci tangan sekolah. Kenyataannya perilaku sehat ini
Hubungan sikap belum menjadi budaya masyarakat kita
dengan tindakan 0,271 0,013 dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya
cuci tangan saja. Masyarakat pada umumnya hanya
menggunakan air seadanya dan belum
banyak menggunakan sabun untuk cuci
terdapat hubungan antara pengetahuan tangan (Depkes, 2011)
terhadap tindakan cuci tangan dengan p Mencuci tangan dengan sabun dapat
value 0,029. memangkas angka penderita diare hingga
Penelitian yang dilakukan oleh Jeliantik separuh. Penyakit diare seringkali dikaitkan
dan Astarini (2014) tentang hubungan dengan kondisi air, tapi hal lain yang
pengetahuan dan tindakan cuci tangan, seharusnya juga menjadi perhatian adalah
juga memperoleh hasil yang serupa, penanganan kotoran manusia seperti air
terdapat hubungan antara pengetahuan kencing atau tinja, hal ini karena kuman-
dan tindakan cuci tangan dengan nilai p kuman penyakit yang menyebabkan diare
value 0,000. berasal dari kuman-kuman yang ada pada
Hasil uji univariate pada penelitian kotoran ini. Kuman ini dapat menyebabkan
ini diperoleh bahwa mayoritas responden manusia menjadi sakit karena kuman-
memiliki pengetahuan kurang yaitu sebesar kuman ini masuk melalui tangan setelah
70,2%, sementara pada variabel tindakan, menyentuh kotoran, air minum yang
mayoritas responden memiliki tindakan terkontaminasi, makanan mentah yang
yang baik yaitu sebesar 58,3%. Hal ini terkontaminasi, serta peralatan makanan
karena masyarakat Kelurahan Pegirian yang terkontaminasi dan tidak dicuci
sebenarnya sudah memiliki kebiasaan dengan bersih. Mencuci tangan yang benar
mencuci tangan, sehingga pada variabel dengan menggunakan sabun memiliki
tindakan, mayoritas responden sudah tingkat keefektifan sebesar 44% terhadap
memiliki tindakan yang baik. Masyarakat penurunan angka diare (Kemenkes, 2013).
Kelurahan Pegirian mengaku sudah Riset menunjukkan bahwa penyebab
melakukan tindakan cuci tangan pada terbesar meninggalnya balita dan anak-anak
waktu-waktu mencuci tangan diantaranya di Indonesia dikarenakan penyakit diare
sebelum makan, setelah buang air besar, dan ISPA. Saat ini, pemahaman serta
setelah memegang hewan peliharaan, kepedulian dalam mempromosikan praktik
namun tindakan ini belum ditunjang oleh cuci tangan yang benar perlu untuk semakin
pengetahuan yang baik tentang cara cuci ditingkatkan. Masih dibutuhkan usaha-usaha
tangan yang benar. Banyak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
yang belum tahu tentang langkah-langkah terhadap dampak positif yang akan muncul
mencuci tangan yang benar dan belum dari cuci tangan menggunakan sabun
menggunakan sabun dalam keseharian dengan menggandeng kantor-kantor
mereka mencuci tangan. pemerintah, pihak swasta maupun LSM
Meskipun demikian, berdasarkan untuk bersama-sama mempromosikan
uji bivariat diperoleh nilai p value 0,009 seruan dan ajakan mencuci tangan pakai
yang berarti terdapat hubungan antara sabun sebagai aktivitas bagi semua lapisan
pengetahuan terhadap tindakan cuci tangan masyarakat (Depkes RI, 2011).
pada masyarakat Kelurahan Pegirian. Hal Pengetahuan merupakan faktor yang
ini karena responden dengan pengetahuan sangat penting yang bisa memicu terjadinya
cukup memiliki tindakan yang cukup, serta perilaku yang benar dan membuat perilaku
pada responden dengan pengetahuan baik tersebut bersifat langgeng (Sukanto, 2005).
ternyata memiliki tindakan yang baik Penelitian ini sehubungan masih banyaknya

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
Audria Octa Anggraini Widi Lestari, Hubungan Pengetahuan dan Sikap… 9

masyarakat yang belum mengetahui cara tangan. Banyak masyarakat yang sudah
cuci tangan yang benar, maka perlu menganggap bahwa cuci tangan sebagai
ditingkatkan upaya promosi kesehatan hal yang penting, namun hal yang masih
tentang cuci tangan pada masyarakat kurang pada masyarakat Kelurahan
Kelurahan Pegirian. Hal ini sebagai upaya Pegirian adalah belum benarnya cara
untuk memperbaiki perilaku hidup bersih melakukan cuci tangan. Hal tersebut
dan sehat di masyarakat. karena masih rendahnya pengetahuan
masyarakat Pegirian mengenai cara cuci
Hubungan Sikap dengan Tindakan Cuci tangan, sehingga tindakan cuci tangan
Tangan yang dilakukan belum sepenuhnya benar.
Masyarakat hanya mencuci tangan
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis
sekedarnya.
korelasi spearman dengan nilai signifikan
Cuci tangan yang benar belum
p= 0.013 (sig <0,05) yang berarti terdapat
menjadi kebiasaan ataupun budaya yang
hubungan antara sikap dengan tindakan
dilakukan seluruh masyarakat. (Aditama,
cuci tangan. Kuat hubungan pengetahuan
2011). Fasilitas cuci tangan sudah sangat
dengan tindakan cuci tangan menunjukkan
memenuhi syarat di beberapa tempat yaitu
hasil 0,275 yang berarti hubungan bersifat
sudah tersedianya air bersih yang mengalir
kuat. Nilai koefisien korelasi berada
dan tersedianya sabun cuci tangan, namun
dalam kisaran -1 sampai 1. Kuat hubungan
fasilitas ini belum digunakan dengan baik.
semakin kuat apabila angka koefisien
Kebiasaan orang dalam mencuci tangan
korelasi semakin mendekati nol. Hal ini
hanya sekedar menghilangkan bau amis
berarti orang yang memiliki sikap yang baik
setelah makan, malas atau lupa untuk
terhadap cuci tangan cenderung memiliki
menggunakan sabun atau bahkan tidak
tindakan cuci tangan yang baik.
mencuci tangan sebelum makan (Depkes,
Hasil penelitian ini sejalan dengan
2011).
penelitian yang dilakukan oleh Jelantik dan
Hal tersebut juga terjadi pada
Astarini (2014) yang memperoleh hasil p
masyarakat Kelurahan Pegirian. Warga
value 0,009 yang artinya terdapat hubungan
sudah memiliki akses air bersih dan
antara sikap dengan tindakan cuci tangan.
mempunyai sabun yang dapat digunakan
Hasil uji univariat diperoleh bahwa
untuk mencuci tangan, namun dalam
mayoritas responden memiliki sikap yang
kenyataannya perilaku mencuci tangan yang
baik yaitu sebesar 82,1% dan mayoritas
dilakukan belum sesuai dengan langkah
responden juga memiliki tindakan yang baik
yang seharusnya. Risiko terkena penyakit
yaitu sebesar 58,3%. Hal ini menunjukkan
seperti diare masih rentan dihadapi
kesesuaian bahwa sikap yang baik akan
masyarakat karena pengetahuan yang
mempengaruhi tindakan yang baik.
masih kurang meskipun sikap masyarakat
Mayoritas masyarakat sudah menyetujui
terhadap kebiasaan mencuci tangan sudah
bahwa cuci tangan adalah hal yang penting
baik.
untuk dilakukan.
Beberapa hal di atas menunjukkan
Sikap merupakan reaksi atau respons
kenyataan bahwa masyarakat masih belum
(penilaian) yang sifatnya masih tertutup
memahami perilaku mencuci tangan
oleh seseorang yang mempengaruhi
menggunakan sabun yang merupakan
kecenderungan orang tersebut untuk
salah satu upaya kebersihan diri. Sikap
melakukan atau tidak melakukan sebuah
serta praktiknya pun masih belum banyak
perilaku. Tindakan adalah suatu respons
diterapkan oleh masyarakat dalam
seseorang terhadap stimulus, apabila sikap
kehidupan sehari-hari, padahal tindakan
terhadap suatu perilaku bersifat positif
cuci tangan yang benar merupakan suatu
maka kecenderungan tindakan untuk
perilaku yang berdampak positif bagi
melakukan hal tersebut akan meningkat
kesehatan.
(Wawan, 2010)
Oleh karenanya menimbulkan
Sikap terhadap mencuci tangan
kesadaran dan kebiasaan mencuci tangan
yang positif akan memicu dilakukannya
yang benar di masyarakat adalah hal yang
tindakan cuci tangan. Mayoritas
penting, agar satu sama lain manusia tidak
masyarakat Kelurahan Pegirian sudah
saling menularkan penyakit.
memiliki sikap yang positif terhadap cuci

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
10 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 1–11. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.1–11

SIMPULAN D e s t y a . 2 0 0 9 . F a k t o r- F a k t o r Ya n g
Berhubungan Dengan Motivasi Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian yang
Untuk Melakukan PHBS. Tersedia di
telah dilakukan di RW III Kelurahan Pegirian
http://ctd.eprints.ums.ac.id/6436/I/
Kecamatan Semampir Surabaya, maka
J210050091.pdf. [06 Desember 2017].
kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2015.Profil
adalah sebagai berikut:
Kesehatan Jawa Timur. Surabaya: Dinas
a. Terdapat hubungan antara pengetahuan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
dengan tindakan cuci tangan dan kuat
Kementerian Kesehatan RI. 2017.Profil
hubungan bersifat kuat
Kesehatan Indonesia. Jakarta:
b. Terdapat hubungan antara sikap dengan
Kementerian Kesehatan RI.
tindakan cuci tangan dan kuat hubungan
Luby, S.P., Agboatwalla, M., Bowen, A.,
bersifat kuat.
Kenah, E., Sharker, Y & Hoekstra,
R.M. 2009. Difficulties in Maintaining
DAFTAR PUSTAKA Improved Handwashing Behavior,
Karachi, Pakistan. Am. J. Trop. Med.
Aditya, S.D. 2008. Metodelogi research Hyg, 81(1), pp.140–145.
Variabel Penelitian dan Definisi Maulana, H. D. J., 2007. Promosi Kesehatan.
Operasional. Tersedia di: https:// Jakarta: KGC.
adityasetyawan.files.wordpress. Muslimah. 2010. Gizi dan Pola Hidup Sehat.
com/2009/01/variable-penelitian-dan- Yrama Widya: Bandung.
definisi-operasional-variable2.pdf [25 Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku
November 2017]. Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Anggrainy R. 2010. Cuci Tangan Pakai ________. 2010. Metodologi Penelitian
Sabun Untuk Menurunkan Angka Diare Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Paramita A, Sopacua E, Widjiartini. 2011.
Program Mendukung Perilaku Hidup Hubungan Akses Air Bersih Dengan
Bersih. Tersedia di: http:// www. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada
perilakuhidupbersih(PHBS).com [20 Rumah Tangga Yang Mempunyai Balita Di
November 2017]. Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. [e-journal] 14(01): pp.28-35.
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Tersedia di; https://journal.ugm.ac.id/
2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) jmpk/article/view/2584/2316 [diakses
2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan tanggal 2 januari 2018].
Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
Burton, M., Cobb, E., Donachie, P., Judah, Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
G., Curtis, V & Schmidit, W. 2011. Berbasis Masyarakat. Jakarta: Menteri
The effect of handwashing with water Kesehatan Republik Indonesia.
or soap on bacterial contamination Riwidikdo. 2008. Metodelogi Penelitian
of hands. Int. J. Environ. Res. Public Kesehatan. Jakarta: Bina Pustaka
Health, 8 , pp.97-104. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian
Dahlan dan Umrah. 2013. Buku ajaran Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
ketrampilan dasar praktik kebidanan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Malang: Intimedia. Sitorus, Nikson dan Luci F. 2014. Pengaruh
Depkes RI. 2007. Pedoman Teknis Penilaian P e n d i d i k a n K e s e h a t a n Te r h a d a p
Rumah Sehat. Jakarta: Direktorat Pengetahuan dan Sikap Cuci Tangan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan pakai Sabun pada Siswa SD Negeri
Penyehatan lingkungan. 157 Kota Palembang Tahun 2014.
__________. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Jurnal Poltekkes Kemenkes Palembang
2016. Jakarta: Departemen Kesehatan Jurusan Keperawatan. Tersedia di:
Republik Indonesia. <jurnal.poltekkespalembang.ac.id/
__________ . 2008. Panduan Manajemen wp.../04/14-jurnal-Nikson-sitorus.pdf>
PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. [03 Desember 2017].
Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan.
__________. 2011. Buku Saku Diare Edisi 2011. Jakarta: EGC.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019
Audria Octa Anggraini Widi Lestari, Hubungan Pengetahuan dan Sikap… 11

Suryabudhi, M.2003. Cara Merawat Bayi dan Kabupaten Sumedang Tahun 2010. Thesis.
Anak-Anak. Bandung: Alfabeta. Tersedia di: <https://www.scribd.com>
Syahputri. 2011. Hubungan Perilaku Hidup [12 januari 2018]
Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare Widjaja. 2002. Mengatasi Diare dan
Pada Balita Usia 1-3 tahun. Tersedia Keracunan Pada Balita. Jakarta: Kawan
di <http://www.perilaku hidup bersih Pustaka
(PHBS).com> [2 Desember 2017] WHO. (2009). WHO guidelines on hand
Sulistyowati, D. 2012. Pengaruh Intervensi hygiene in health care first global
Promosi Kesehatan terhadap patient safety challenge. Switzerland:
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Cuci WHO Press.
Tangan Pakai Sabun Pada Siswa kelas 5 di Zuraidah dan Elviani. 2013. Hubungan
SD Pengasinan IV Kota Bekasi Tahun 2012. Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Skripsi. Universitas Indonesia. Tersedia di Mencuci Tangan Dengan Benar Pada
<lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320736- Siswa Kelas V SDIT AN-NIDA’ Kota
S-PDF-Dewi%20Listyowati.pdf> [28 Lubuklinggau Tahun 2013. Fakultas
November 2017] Keperawatan. Politeknik Kesehatan
Utami W. 2010. Faktor-Faktor Yang Palembang. Tersedia di: <https://
Berhubungan Dengan Kebiasaan Cuci www.scribd.com/doc/266736927/
Tangan Pakai Sabun Pada Masyarakat Di Hubungan-Pengetahuan-Dan-Sikap-
Cikoneng Kecamatan Ganeas Dengan-Perilaku> [3 Januari 2018]

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 28-12-2017, Accepted: 15-05-2018, Published Online: 29-07-2019

Вам также может понравиться