Вы находитесь на странице: 1из 17

Jurnal Keperawatan Profesional (JKP)

Volume 7, Nomor 1 Februari 2019


p-ISSN: 2355-679X; e-ISSN: xxxx-xxxx
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/jkp/index

Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat


terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre
Operasi

Sulastri1, Arif Eko Trilianto2, Yunely Ermaneti3


1. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso
Pontianak,
2. Dinas Kesehatan Kab.Probolinggo
3. Universitas Nurul Jadid, Probolinggo

Abstract
Anxiety is a problem associated with all sorts of
foreign procedures that occur when a person
feels threatened physical or psychological.
Hospitalization and a series of actions
procedures before surgery can also cause acute
distress and increased anxiety in patients.
Range of possible bad could happen that would
endanger patients, patients with anxiety showed
symtomp irritability, insomnia, restless, listless,
crying and not sleeping soundly. The design
used is Pre Experiment. Amount of samples 28
respondents. Intake of sampel by using is
technics of Quota Sampling. Data collecting use
Questionnaire. Processing data using T test (T-
Test). From the analysis of data obtained 7.111
T and T table calculated with α = 0.05 is 2.052,
7.111 calculated in order to obtain T> T table
2.052, then the H1 accepted which means
there's Influence Of Communications of
Terapeutik Nurse To Storey Level Dread Of
Patient of Pre Operate surgical operation room
RSUD dr. Abdoer Rahem sub-province of
Situbondo. This is seen in patients of pre
operation anxiety levels are affected by
therapeutic communication. So that each
respondent is expected to more actively ask

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Jurnal Keperawatan Profesional (JKP)
Volume 7, Nomor 1 Februari 2019
p-ISSN: 2355-679X; e-ISSN: xxxx-xxxx
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/jkp/index

anything that is not known to the officer about


the anxiety that occurs.

Keywords : Therapeutic Communication, Dread,


Pre Operation

Abstrak
Kecemasan merupakan masalah yang
berhubungan dengan segala macam prosedur
asing yang terjadi ketika seseorang merasa
terancam baik fisik maupun psikologisnya.
Hospitalisasi dan rangkaian prosedur tindakan
sebelum operasi dilakukan juga dapat
menyebabkan distress akut dan meningkatkan
kecemasan pada pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang
akan membahayakan pasien, pasien yang
mengalami kecemasan menunjukkan gejela
mudah tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu,
mudah menangis dan tidur tidak nyenyak.
Desain yang digunakan adalah Pra Eksperimen.
Jumlah sampel 28 responden. Pengambilan
sampel dengan menggunakan tehnik Quota
Sampling. Pengumpulan data menggunakan
Questioner. Pengolahan data menggunakan uji
T (T-Test). Dari hasil analisa data didapatkan T
hitung 7,111 dan T tabel dengan α = 0,05
adalah 2,052, sehingga diperoleh T hitung
7,111> T tabel 2,052, maka H1 diterima yang
artinya ada Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Di Ruang Bedah RSUD dr. Abdoer
Rahem Kabupaten Situbondo. Hal ini dilihat
tingkat kecemasan pasien pre operasi yang
dipengaruhi oleh komunikasi terapeutik.
Sehingga diharapkan setiap responden lebih
aktif menanyakan segala sesuatu yang belum

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Jurnal Keperawatan Profesional (JKP)
Volume 7, Nomor 1 Februari 2019
p-ISSN: 2355-679X; e-ISSN: xxxx-xxxx
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/jkp/index

diketahui kepada petugas mengenai kecemasan


yang terjadi.

Kata kunci Komunikasi Terapeutik,


Kecemasan, Pre Operasi

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Jurnal Keperawatan Profesional (JKP)
Volume 7, Nomor 1 Februari 2019
p-ISSN: 2355-679X; e-ISSN: xxxx-xxxx

Pendahuluan tindakan operasi dapat


mengalami kecemasan
Operasi merupakan luar biasa selama berhari-
salah satu tindakan hari sebelum menjalani
pengobatan untuk operasi dan merasa
mengatasi masalah pasien khawatir, tidak hanya
terkait dengan mengenai yang akan
penyakitnya yang banyak terjadi sesudah itu dan
menimbulkan kecemasan. efek pada keluarganya,
Kecemasan terjadi ketika berbagai kemungkinan
seseorang merasa buruk bisa saja terjadi
terancam baik fisik yang akan membahayakan
maupun psikologisnya, pasien, pasien yang
misalnya harga diri, mengalami kecemasan
gambaran diri, dan menunjukkan gejela
identitas diri (Suddarth, mudah tersinggung, susah
2005). tidur, gelisah, lesu, mudah
menangis dan tidur tidak
Kecemasan biasanya nyenyak. Masalah ini
berhubungan dengan yang harus ditanggapi
segala macam prosedur oleh perawat, jika
asing yang harus dijalani kekhawatiran tidak
pasien dan juga ancaman dikomunikasikan maka
terhadap keselamatan jiwa akan menganggu
akibat prosedur hubungan perawat dengan
pembedahan dan tindakan pasien serta akan dapat
pembiusan. Hospitalisasi meningkatkan kecemasan
dan rangkaian prosedur pasien.
tindakan sebelum operasi
dilakukan juga dapat Kecemasan pada pasien
menyebabkan distress sebelum dilakukan
akut dan meningkatkan tindakan operasi juga bisa
kecemasan pada pasien disebabkan karena kurang
(Maranets & Kain 1999). informasi tentang
Menurut Jonston (1980), prosedur tindakan dan
mengatakan bahwa pasien komunikasi antara
yang akan menjalani

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

perawat dengan pasien semua pasien, berbagai


yang kurang efektif. kemungkinan buruk bisa
saja terjadi yang akan
Penelitian yang membahayakan bagi
dilakukan oleh Makmuri pasien, maka seringkali
(2007) fenomena yang ada pasien dan keluarganya
di Rumah Sakit Zahirah menunjukkan sikap yang
Jakarta Selatan tentang agak berlebihan dengan
tingkat kecemasan pre kecemasan yang dialami.
operasi menunjukkan Wienman dan Jonston
bahwa dari 40 orang (1988), menyatakan
respoden terdapat 16 bahwa pasien dalam
orang yang memiliki keadaan cemas, lebih
tingkat kecemasan dalam cendrung mengalami
kategori sedang, 15 orang sensasi jasmaniah dan
dalam kategori ringan dan tanda-tanda terancam,
7 orang dalam kategori kecemasan bila berlanjut
berat serta yang tidak dapat mempengaruhi
mengalami kecemasan reaksi fisik yang meliputi
sebanyak 2 orang. palpitasi, keringat dingin
pada telapak tangan,
Salah satu faktor tekanan arah meningkat,
penyebab terjadinya respirasi meningkat,
kecemasan yaitu adanya sedangkan reaksi
masalah fisik yang pada psikologis meliputi
umumnya individu perasaan tidak enak,
menderita suatu penyakit, gugup, tegang dan mudah
dan menurut dokter harus kaget.
dilakukan operasi. Fase
pre operasi dari peran Ketika menjalani tahap
keperawatan dimulai pre operasi, semua pasien
ketika keputusan untuk baik operasi Elektif
intervensi bedah dibuat maupun pasien Cyto
dan berakhir ketika pasien menunggu jam operasi
dikirim ke ruang operasi, diruang tunggu dalam
tindakan atau pembedahan waktu yang bersamaan.
merupakan pengalaman Dalam ruangan tersebut
yang sulit bagi hampir

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

perawat dan dokter menyebabkan kecacatan


melakukan persiapan atau kematian (Wilson-
operasi untuk semua type Barnet, 2011). Ke tiga
pasien. pasien akan merasa tidak
nyaman dengan
Ruang persiapan juga pembedahan jika pasien
merupakan jalur antara tidak mengetahui momen
pasien pre operasi dengan yang dihadapi pada saat
post operasi yang akan hari pembedahan tiba. Ke
masuk ke Recovery Room, empat, Apabila pasien
hal ini menimbulkan tidak mencapai harapan
gambaran yang yang realistik terhadap
menakutkan bagi pasien nyeri dan mengetahui cara
yang belum pernah mengatasinya, rasa cemas
dioperasi. Dampak yang akan jauh meningkat.
mungkin muncul bila
kecemasan pasien pre Dalam usaha-usaha
operasi tidak segera yang harus dilakukan
ditangani, yang pertama untuk mengatasi masalah
pasien dengan tingkat kecemasan yang terjadi,
kecemasan tinggi tidak individu dapat mengatasi
akan mampu kecemasan dengan
berkonsentrasi dan menggerakkan sumber
memahami kejadian buruk coping di lingkungan yang
selama perawatan dan didapat dari perawat.
prosedur. Ke dua, pasien Untuk dapat
yang akan dilakukan meningkatkan
tindakan operasi kepercayaan diri pasien
seringkali mengalami dalam menghadapi suatu
kecemasan sebagai akibat tindakan operasi, maka
dari ketakutan pada salah satu cara yang harus
sesuatu yang tidak dilakukan adalah
diketahui dan antisipasi hubungan komunikasi
pada sesuatu yang tidak terapeutik perawat dengan
dikenal dan prosedur- pasien perlu dibangun
prosedur yang mungkin agar pasien dapat memilih
menyakitkan bahkan alternatif coping yang

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

positif bagi dirinya. hubungan sebab akibat


Sumber coping tersebut dengan cara melibatkan satu
bisa didapat dari perawat kelompok subyek dengan
sebelum akan dilakukan jumlah 1025 pasien dan rata-
tindakan operasi dengan rata pasien yang operasi
mengadakan pre interaksi setiap bulannya sebanyak 113
yang merupakan masa pasien. Sampel yang
persiapan sebelum digunakan dalam penelitian
berhubungan dan ini adalah semua pasien yang
berkomunikasi dengan akan dilakukan tindakan
klien, perkenalan dengan operasi di ruang
memulai kegiatan dimana mawar/Bedah RSUD dr.
perawat bertemu pertama Abdoer Rahem Kabupaten
kali dengan klien. Setelah Situbondo. Adapun kriteria
itu berorientasi dengan dari sampel sangat membantu
cara menggali keluhan peneliti untuk mengurangi
yang dirasakan oleh klien, bias hasil penelitian,
mengimplementasikan khususnya jika terhadap
rencana keperawatan yang variabel (kontrol/pemicu)
telah dibuat pada tahap yang ternyata mempunyai
orientasi, selanjutnya pengaruh terhadap variabel
tahap terminasi, perawat yang kita teliti
mengakhiri interaksinya Hasil Penelitian
dengan klien ( Nasir dkk,
2009). 1. Data Umum
a. Karakteristik Resonden
berdasarkan Jenis
Metode Kelamin
Penelitian ini Tabel 1 Distribusi
menggunakan Pre berdasarkan jenis kelamin
Eksperimen dengan Jenis
No F %
pendekatan One group Pre- Kelamin
Post Test Desaign. Penelitian 1 Laki-laki 11 39,28
One group Pre-Post Test 2 Perempuan 17 60,72
Desaign adalah suatu Total 28 100
penelitian yang dilakukan Berdasarkan hasil penelitian
untuk mengungkapkan pada tabel 1 di atas, didapatkan
sebagian besar responden

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

dengan jenis kelamin perempuan Tidak


1 4 14,28
yaitu 17 responden (60,72%). bekerja
b. Karakteristik responden 2 Swasta 18 64,28
berdasarkan usia 3 Wiraswasta 4 14,28
Tabel 2 Distribusi 4 PNS 2 7,16
berdasarkan usia Total 28 100
No Usia F % Berdasarkan hasil penelitian
1 20-25 8 28,57 pada tabel 4 di atas, didapatkan
2 26-35 9 32,14 sebagian besar responden
3 36-45 11 39,29 bekerja swasta sebanyak 18
responden (64,28%).
Total 28 100
Berdasarkan hasil penelitian
pada tabel 2, didapatkan 2. Data Khusus
sebagian besar responden a. Karakteristik responden
berusia 36-45 yaitu 11 berdasarkan tingkat
responden (39,29%). kecemasan pasien pre
c. Karakteristik responden operasi sebelum dilakukan
berdasarkan tingkat komunikasi terapeutik.
pendidikan
Tabel 3 Distribusi berdasarkan Tabel 5 Distribusi berdasarkan
tingkat pendidikan tingkat kecemasan pasien pre
Tingkat operasi sebelum dilakukan
No F %
Pendidikan komunikasi terapeutik.
1 SD 4 14,28 Tingkat
2 SMP 14 50 No F %
kecemasan
3 SMA 6 21,44
Perguruan 1 Cemas ringan 0 0
4 4 14,28
Tinggi 2 Cemas sedang 7 25
Total 28 100
3 Cemas berat 13 46,43
Berdasarkan hasil penelitian
pada table 3 di atas, mayoritas 4 Panik 8 28,57
responden berpendidikan SMP
Total 28 100
yaitu 14 responden (50%).
d. Karakteristik responden Berdasarkan data yang
berdasarkan pekerjaan diperoleh pada tabel 5 di atas,
Tabel 4 Distribusi berdasarkan didapatkan sebagian besar
pekerjaan responden mengalami cemas
No Pekerjaan F % berat sebanyak 13 responden
(46,43%).

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

Tabel 7 Distribusi berdasarkan


b. Karakteristik tingkat kecemasan pasien pre
berdasarkan tingkat operasi
kecemasan pasien pre Pre Post
Tingkat treatment treatment
operasi setelah No
Kecemasan
dilakukan komunikasi F % F %
terapeutik. 1
1 Cemas ringan 0 0 50
4
Tabel 6 Distribusi berdasarkan
Cemas 1
tingkat kecemasan pasien pre 2
sedang
7 25
2
42,82
operasi setelah dilakukan
komunikasi terapeutik 46,
3 Cemas berat 13 3 10,71
43
Tingkat
No F % 4 Panik 8
28,
1 3,57
kecemasan 57

Cemas 10 2
1 14 50 Total 28 100
ringan 0 8

Cemas Berdasarkan hasil penelitian


2 12 42,82
sedang dari data di atas didapatkan
Cemas bahwa sebelum dilakukan
3 3 10,71 komunikasi terapeutik,
berat
sebagian besar responden
4 Panik 1 3,57
yang mengalami cemas berat
Total 28 100 sebanyak 13 responden
Berdasarkan data yang (46,43%), dan setelah
diperoleh pada tabel 6, dilakukan komunikasi
didapatkan separuh dari terapeutik sebagian besar
jumlah responden mengalami responden mengalami cemas
cemas ringan sebanyak 14 ringan 14 responden (50%).
responden (50%). Data dari tabel nilai interval
c. Pengaruh komunikasi yang terlampir menunjukkan
terapeutik perawat bahwa kecemasan setiap
terhadap tingkat responden mengalami
kecemasan pada pasien penurunan
pre operasi.
Pembahasan
1. Tingkat kecemasan pasien
pre operasi setelah

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

dilakukan komunikasi yang mempunyai


terapeutik. Pada tabel 5 pengetahuan dan
menunjukkan bahwa keterampilan untuk dapat
sebagian besar kecemasan membantu pasien
responden adalah cemas mencapai keseimbangan
ringan sebanyak 14 dalam menghadapi
responden (50%) dan lingkungan yang baru.
responden yang mengalami Intervensi yang dapat
cemas sedang sebanyak 12 dilakukan untuk mengatasi
responden (42,82%), kecemasan menurut (Isaac,
sedangkan responden yang 2004) adalah dengan
kecemasannnya berat menggunakan strategi
sebanyak 3 responden kognitif dan penyuluhan
(10,71%) dan responden manajemen stres,
yang panik sebanyak 1 menggunakan teknik
responen (3,57%). relaksasi, mengajarkan
Kozier dan Oliveri (1991) strategi koping,
mengatakan bahwa tingkat mendorong verbalisasi
adaptasi manusia perasaan, mendorong klien
dipengaruhi oleh stimulus untuk aktivitas fisik,
internal dan eksternal yang mengurangi stimulasi
dihadapi individu dan lingkungan, membuat
membutuhkan respon tugas untuk latihan yang
perilaku terus menerus. terstruktur, yang
Proses adaptasi sering disampaikan dengan
menstimulasi individu menggunakan komunikasi
untuk mendapatkan terapeutik untuk
bantuan dari sumber- memotivasi pasien supaya
sumber dilingkungan kooperatif dalam
dimana dia berada. perawat melaksananakan
merupakan sumber daya kesemuanya itu.
yang tersedia di Tingkat kecemasan sedang
lingkungan rumah sakit dan berat menimbulkan 2

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

jenis mekanisme koping, pada tingkat tidak sadar


yaitu dimana yang pertama dan melibatkan penipuan
merupakan reaksi yang diri dan distoersi realitas,
berorientasi pada tugas, maka mekanisme ini
serta upaya yang didasari merupakan respon
dan berorientasi pada maladaptive terhadap
tindakan untuk memenuhi stress.
secara realistik tuntutan Dari hasil data pada tabel 6
situasi stress dan frustasi diketahui bahwa rendahnya
dari sesuatu yang terjadi, tingkat kecemasan pasien
yakni perilaku menyerang, pre operasi ini disebabkan
digunakan untuk oleh beberapa hal
mengubah atau mengatasi diantaranya kerana pasien
hambatan pemenuhan umumnya merasa pasrah
kebutuhan. Perilaku terhadap prosedur medis
menarik diri, digunakan yang dihadapinya, pasien
baik secara fisik maupun dengan penyakit kronis
psikologik untuk yang akan melalui
memindahkan seseorang prosedur pembedahan
dari sumber stress. merasa operasi adalah hal
Perilaku kompromi yang wajar, selain itu juga
digunakan untuk aspek spiritual pasien pre
mengubah cara seseorang operasi meningkat
mengoperasikan, sehingga lebih tenang
mengganti tujuan atau menjalani operasi dan
mengorbankan aspek menganggap operasi
kebutuhan personal sebagai cara terbaik dan
seseorang. Ke dua adalah pasien yakin kepada
mekanisme pertahanan Tuhan. Seseorang dapat
ego, dapat membantu mengatasi stress dan
mengatasi kecemasan kecemasan dengan
ringan sampai sedang. menggerakkan sumber-
Tetapi jika berlangsung sumber koping yang ada di

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

lingkungan yang ada sebelumnya. Hal ini sesuai


sebagai modal ekonomik, dengan pendapat Atkinson
kemampuan (1992) yang mengatakan
menyelesaikan masalah bahwa semua pasien pre
dengan mencurahkannya operasi umumnya
pada perawat yang mengalami kecemasan
merupakan sebagai sumber walaupun tidak
daya yang tersedia di diungkapkan secara verbal
lingkungan rumah sakit, dan kemampuan pasien
dukungan sosial dan meningkat dalam
keyakinan budaya. Hal ini menghadapi situasi krisis
yang dapat membantu yang akan terjadi.
seseorang
mengintegrasikan 2. Pengaruh komunikasi
pengalaman yang terapeutik perawat
menimbulkan stress dan terhadap tingkat
mengadopsi strategi kecemasan pada pasien pre
koping yang berhasil. operasi.
Dari hasil pembahasan di Berdasarkan data dari hasil
atas dapat disimpulkan penelitian, didapatkan
bahwa tingkat kecemasan bahwa terdapat pengaruh
pasien pre operasi di komunikasi terapeutik
Ruang Bedah RSUD dr. perawat terhadap
Abdoer Rahem Kabupaten penurunan tingkat
Situbondo berada pada kecemasan pada pasien pre
tingkat cemas yang rendah operasi. Pada tabel 5
(ringan-sedang) menunjukkan bahwa
disebabkan karena operasi sebelum dilakukan
yang dilakukan adalah komunikasi terapeutik
operasi yang elektif jumlah responden yang
(direncanakan) dan dapat mengalami cemas ringan 0
juga karena kecemasan (0%), dan yang mengalami
yang tidak teridentifikasi cemas sedang sebanyak 7

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

responden (25%), yaitu 0,000 < 0,05.


sedangkan sebagian besar Sehingga H1 diterima,
responden yang mengalami yang artinya terdapat
cemas berat sebanyak 13 pengaruh komunikasi
responden yaitu (46,43%), terapeutik yang signifikan
dan panik sebanyak 8 pada tingkat kecemasan
responden (28,57%). pasien pre operasi di
Setelah dilakukan Ruang Bedah RSUD dr.
komunikasi terapeutik Abdoer Rahem Kabupaten
terdapat perubahan tingkat Situbondo.
kecemasan yaitu sebagian Komunikasi terapeutik
besar responden didefinisikan sebagai
mengalami cemas ringan komunikasi yang
14 responden (50%), yang direncanakan secara sadar,
mengalami cemas sedang bertujuan dan kegiatan
sebanyak 12 responden dipusatkan untuk
(42,82%), cemas berat kesembuhan pasien (Uripni
berjumlah 3 responden dkk, 2003). Taylor (1997)
(10,71%), sedangkan menyatakan bahwa
jumlah responden yang pembedahan (operasi)
mengalami panik sangat adalah krisis dalam
minimal yaitu 1 responden kehidupan yang
(3,57%). menyebabkan kecemasan.
Dari perhitungan hasil Kecemasan merupakan
penelitian dari 28 pengalaman individu yang
responden tentang tingkat bersifat emosional dan
kecemasan sebelum dan subyektif yang tidak
sesudah perlakuan mampu diobservasikan
komunikasi terapeutik secara langsung serta
dengan menggunakan merupakan suatu keadaan
SPSS uji statistik T-Test, emosi tanpa subyek yang
didapatkan hasil spesifik yang dialami dan
signifikansi bahwa ρ < α dikomunikasikan secara

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

interpersonal, biasanya mekanisme koping dan


kecemasan timbul tanpa memberi dukungan
diketahui dan akibat emosional kepada pasien
pengalaman yang baru yang mengalami
(Sundari, 2005). Perawat kecemasan dan rasa takut.
dapat mengurangi dan Selain itu adanya
memperbaiki kecemasan komunikasi yang
pasien dengan tindakan dilakukan perawat
keperawatan yang (peneliti) dengan
difokuskan pada menginformasikan
komunikasi terapeutik dan prosedur pembedahan
pendidikan kesehatan (persiapan pasien, obat-
pasien serta keluarganya. obat pre medikasi, jenis
Selama proses komunikasi pembedahan, anastesi,
berlangsung pasien latihan post operasi) dan
umumnya hal-hal terkait dengan
mengekspresikan proses pembedahan juga
kecemasan dan hal di luar proses
perasaannya tentang pembedahan mampu
operasi dan penyakit yang memberikan efek positif
dialaminya. Hal ini sesuai terhadap penurunan tingkat
dengan pendapat Torrence kecemasan pasien.
dan Serginson (1997) yang Dan dilihat dari tebel nilai
mengatakan bahwa pasien interval yang terlampir
pre operasi membutuhkan dapat diketahui bahwa
waktu tertentu untuk setiap responden
mengekspresikan mengalami penurunan
kecemasannya dan tingkat kecemasan,
menanyakan hal yang meskipun masih ada
penting yang terkait responden yang penurunan
dengan operasi. Interaksi tidak terlalu banyak, tetapi
antara perawat dan pasien tetap mengalami
dapat meningkatkan penurunan tingkat

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

kecemasan, ini kecewa, perasaan tak


dikarenakan oleh berdaya dan perasaan tidak
seseorang yang berada berharga (takut ditolak).
pada lingkungan asing
ternyata masih
Simpulan
memberikan rasa Komunikasi terapeutik
kecemasan dibandingkan perawat menjadi ujung
bila ada di lingkungan tombak dalam pelayanan
yang biasanya, Hal ini keperawatan sehingga adanya
berarti bahwa komunikasi kontribusi yang sangat
terapeutik memberikan signifikan terhadap tingkat
kecemasan pada pasien pre
pengaruh terhadap
operasi di Ruang Bedah
kecemasan pasien. Dari RSUD dr. Abdoer Rahem
hasil perbandingan respon Kabupaten Situbondo.
kecemasan sebelum dan
sesudah komunikasi yang Daftar Pustaka
dialami oleh responden, Arikunto, S. (2006), Prosedur
peneliti dapat mengambil Penelitian Suatu
Pendekatan Prektik.
kesimpulan bahwa Jakarta: Rineka Cipta.
tindakan perawat dapat Andaners. (2009). Tingkat
membantu mengurangi Kecemasan Pasien Pre
atau menurunkan Operatif diruang Bedah
kecemasan pasien dengan Pria.
memastikan pasien http://spesialisbedah.co
m/2008/12/persiapan-
memahami proses
operasi/. Diakses pada
pembedahan dan tanggal 3 maret 2011.
menentramkan perasaan Hardjito and Freudman.
klien. Respon kecemasan (2001). Kecemasan
yang dapat diturunkan Pada Manusia.
melalui proses komunikasi http://pmkes.blogspot.c
terapeutik adalah respon- om/2010/04/kecemasan-
pada-manusia.html.
respon yang terkait
psikologis yaitu perasaan

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

Diakses pada 14 April Penelitian. Jakarta:


2010 Salemba Medika.
Hidayat, A, A. (2003), Riset
Keperawatan dan Rekam Medik RSUD dr.
Teknik Penulisan Abdoer Rahem
Ilmiah. Jakarta: Situbondo (2011).
Salemba Medika. Sheldon, L, K. (2009).
A, A. (2009), Metode Komunikasi Untuk
Penelitian Kebidanan Keperawatan Berbicara
dan Teknik Analisa Dengan Pasien. Jakarta.
Data. Jakarta: Rineka Erlangga.
Cipta. Smeltzer, Suzanne C. and
Mitchell. (2008). A Web Brenda G. Bare, (2005).
Based Short Messasing Buku Ajar Keperawatan
Service System, Upaya Medikal Bedah Brunner
Menurunkan Suddarth, EGC, Jakarta.
Kecemasan Yang Smeltzer, Suzanne C. and
Dialami Pasien Dan Brenda G. Bare. (2001).
Keluarganya Yang Buku Ajar Keperawatan
Sedang Menjalani Medikal Bedah Brunner
Operasi. Diakses pada 1 Suddarth. Jakarta. EGC.
juli 2009. Sugyono. (2009), Metode
Nasir, A. (2009). Komunikasi Penelitian Kuantitatif
Dalam Keperawatan Kualitatif Dan R&D,
teori dan Aplikasi, Bandung, Alfabeta.
Jakarta, Salemba Sundari. (2005). Dalam Ocad
Medika. Abdullah: Tingkat
Notoatmodjo, S. (2005), Kecemasan Klien
Metodelogi Penelitian Fraktur Tentang
Kesehatan. Jakarta: Tindakan Per Operatif.
Rineka Cipta. Edisi 2005. Jombang.
Nursalam. (2008), Konsep AKPER Bahrul ‘‘ulum
dan Penerapan Jombang.
Metodelogi Penelitian Uripni, christina lia. (2003).
Ilmu Keperawatan : Komunikasi Kebidanan.
Pedoman Skripsi, Tesis Editor Monica Ester.
dan Instrumen Jakarta. ECG.

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja


Sulastri: Komunikasi Terapeutik

Wilson-Barnet (2011),
pengaruh komunikasi
terapeutik terhadap
tingkat kecemasan
pasien pre.
operasi.http://grahacend
ikia.wordpress.com/201
1/03/26/pengaruh-
komunikasi-terapeutik-
terhadap-tingkat-
kecemasan-pasien-pre-
opeatif-di-rumah-sakit-
xx/. diakses pada 26
maret 2011.

Jurnal Keperawatan Profesional, F.Kes, Unuja

Вам также может понравиться