Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Agustin Wahyuningsih
Endang R Surjaningrum, M.Appl. Psych.
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Abstract.
Psychological well-being focused on development of a person's real potential. This study aimed to
describe a psychological well-being of married women in early adulthood with Lupus (odapus) and
the factors influenced it. Odapus of married women in early adulthood was choosen because they
can not did their development task was caused by Lupus so influence their psychological well-
being. This study used qualitative case study to three married women odapus was 18-40 years old.
Data was reached by interview and use thematic analysis to analysis it. The results showed three
participants have desires as their goal and indicator they want to develop themselves as a better
person though they were not fully can accept themselves yet. They have not fully adjust themselves
on the environment but they can manage daily activities and establish good relationships with
others. All three participants were able to determine independently associated with some of the
things themselves as odapus but on the other hand they have to do with husband considerations
because of their status as a wife. In general, psychological well-being of married women in early
adulthood with Lupus (odapus) was influenced by social support from the family, physical health,
economic status, emotion and goal achievement.
Abstrak.
Kesejahteraan psikologis menekankan pentingnya perkembangan potensi nyata seseorang.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesejahteraan psikologis pada odapus wanita usia
dewasa awal yang berstatus menikah dan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis
mereka. Odapus wanita usia dewasa awal yang berstatus menikah dipilih karena tugas
perkembangannya terhambat oleh permasalahan akibat Lupus sehingga mempengaruhi
kesejahteraan psikologis mereka. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, studi
kasus terhadap tiga orang odapus wanita berusia 18-40 tahun yang telah menikah. Penggalian
data dilakukan dengan wawancara dan dianalisis dengan analisis tematik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ketiga partisipan memiliki keinginan-keinginan yang menjadi tujuan hidup
dan indikator mereka ingin terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik walaupun mereka
belum menerima diri sepenuhnya sebagai odapus. Mereka belum sepenuhnya menyesuaikan diri
dengan lingkungan tapi mereka bisa mengelola aktivitas sehari-hari dan menjalin hubungan baik
dengan orang lain. Ketiga partisipan dapat menentukan secara mandiri beberapa hal yang terkait
dengan diri mereka sebagai odapus tapi di sisi lain mereka harus melakukan pertimbangan-
pertimbangan dengan suami karena status mereka sebagai
Korespondensi: Agustin Wahyuningsih. Departemen Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya. Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, Telp. (031) 5032770, (031)
5014460, Fax (031) 5025910. Email: wahyuningsihagustin@gmail.com endang.surjaningrum@psikologi.unair. ac.id
istri. Secara umum, kesejahteraan psikologis odapus wanita usia dewasa awal berstatus
menikah dipengaruhi oleh dukungan sosial dari pihak keluarga, kesehatan fisik, status
ekonomi, emosi dan pencapaian tujuan.
Kata Kunci : kesejahteraan psikologis, Lupus, wanita usia dewasa awal, menikah
memberikan banyak manfaat bagi mereka. tujuan hidup yang ingin diraih ketiga partisipan
Ketiga partisipan juga memiliki sisi positif
secara umum (purpose in life). Keberadaan anak-
dan negatif pada dimensi autonomy. Mereka
mampu mengambil keputusan secara mandiri anak mereka juga menjadi tujuan yang paling
untuk hal-hal tertentu tapi jika terkait keluarga menonjol dalam hidup mereka yaitu melihat
mereka perlu mendiskusikannya dengan suami anak-anak mereka tumbuh besar dan sukses.
atau anggota keluarga lain. Ketiga partisipan Upaya yang mereka lakukan untuk mewujudkan
mampu mengelola diri sendiri mengatasi emosi, tujuan-tujuan hidup mereka adalah menjaga
mengatasi rasa minder, meningkatkan kualitas kondisi kesehatan mereka walaupun mereka
dalam segi religi dan mengatur kegiatan sehari-
merupakan penderita Lupus.
hari, terkait Lupus maupun hal lain, termasuk cara
mereka bersikap terhadap orang lain. Tapi, pada Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan
partisipan NA merasa kehilangan kemandirian
Psikologis pada Odapus Wanita Usia Dewasa
akibat keterbatasan penglihatan yang disebabkan
Awal Berstatus Menikah
oleh Lupus, partisipan DA merasa belum bisa
mengatasi permasalahan yang dihadapi terutama Secara umum ada beberapa faktor yang
terhadap pembicaraan orang yang blak-blakan
mempengaruhi kesejahteraan psikologis ketiga
terhadap kondisinya sebagai odapus dan partisipan
partisipan odapus, di antaranya ialah faktor
RS belum mampu mengevaluasi diri karena ia
kelekatan dan relasi berupa dukungan sosial,
mengulangi kekeliruan yang sama walau sudah
kesehatan fisik, emosi, status sosial dan
mengetahui konsekuensinya.
kekayaan secara umum berupa status ekonomi
Ketiga partisipan menunjukkan keinginan dan pencapaian tujuan (Ryan & Deci, 2001).
untuk terus berkembang (personal growth). Mereka Faktor kelekatan dan relasi berupa
mencari informasi baru baik terkait Lupus atau hal dukungan sosial dari orang-orang terdekat
lain melalui media internet dan acara seminar. seperti motivasi dan perlakuan tidak
Mereka memiliki keinginan-keinginan, misalnya diskriminatif membantu ketiga partisipan
partisipan NA ingin membuat buku, partisipan DA mengatasi rasa minder, putus asa dan menjadi
beban bagi keluarga seiring membaiknya kondisi
membuat karya tulis walaupun belum selesai dan
mereka setelah lebih dari lima tahun menderita
menerapkan ilmunya di TK milik keluarganya
Lupus. Kondisi psikologis mereka yang mulai
sedangkan partisipan RS ingin berbisnis dan membaik ini dapat membantu mereka secara
melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Ketiga perlahan menerima kondisi diri mereka sebagai
partisipan juga ingin menjadi pribadi lebih baik odapus (self-acceptance) sehingga mereka dapat
dalam hal religi maupun status-perannya sebagai mengelola diri terkait penyakit Lupus dan
anak, istri dan ibu, misalnya partisipan NA ingin akhirnya berdampak pula pada kondisi fisik
meningkatkan kualitas imannya seiring mereka yang semakin membaik.
Kondisi kesehatan fisik menjadi salah satu
bertambahnya usia, partisipan DA ingin lebih
faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
berguna untuk orang-orang di sekelilingnya,
psikologis odapus. Ryan dan Deci (2001)
mencoba mengelola emosi, dan rasa minder menyatakan bahwa ketika tubuh seseorang sakit,
sedangkan partisipan RS ingin menjadi ibu rumah mereka akan merasa tidak senang, merasakan
tangga yang ideal bagi suami dan anaknya, nyeri, mengalami keterbatasan fungsional yang
berupaya mengendalikan diri ketika menghadapi dapat mengurangi suasana hati positif dan
masalah, mengelola emosi, rasa minder, kualitas kenikmatan atau kepuasan hidup orang tersebut.
iman dalam kegiatan sehari-hari. Tapi, arti sebaliknya jika kondisi kesehatan fisik
baik maka dapat menimbulkan suasana hati yang
Beberapa hal tersebut ditambah pula keinginan
positif dan menambah kenikmatan atau kepuasan
sembuh dari Lupus atau minimal berhenti hidup seseorang. Akibatnya dapat mempengaruhi
meminum obat Lupus juga merupakan tujuan- suasana hati mereka untuk berinteraksi dengan
baik terhadap orang lain (positive relation with mereka secara tidak langsung karena status sosial
others) dan berdampak juga terhadap kondisi dan kekayaan tinggi tidak menjamin kesejahteraan
kesehatan ketiga partisipan. Hal ini secara tidak orang tinggi tapi membantu pemenuhan
langsung sesuai dengan pernyataan Uchino dan kebutuhan untuk menunjang kebahagiaan dan
kawan-kawan (1999, dalam Ryan & Deci, 2001) realisasi diri (Ryan & Deci, 2001), misalnya obat
yang memaparkan bahwa dukungan sosial dapat Lupus sehingga kondisi kesehatan ketiga odapus
mempengaruhi angka kematian pada penderita dapat membaik seperti sekarang. Kemudian faktor
penyakit jantung, endokrin dan sistem autoimun. pencapaian tujuan juga memberikan pengaruh
Dukungan sosial juga dapat membantu terhadap kesejahteraan psikologis ketiga
ketiga partisipan menjadi mandiri untuk hal-hal partisipan. Kepemilikan tujuan-tujuan hidup yang
tertentu terkait diri pribadi tapi di sisi lain mereka dimiliki masing-masing partisipan dan upaya untuk
melakukan pertimbangan-pertimbangan dengan mencapainya sangat memberikan efek positif
suami mereka karena status mereka sebagai istri. terhadap dimensi kesejahteraan psikologis, purpose
Kemandirian tersebut di atas pada hal-hal tertentu in life. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
juga dipengaruhi oleh faktor emosi. Hasil penelitian menyatakan bahwa perasaan
penelitian menunjukkan kondisi emosi partisipan berkompeten dan percaya diri dengan
NA dan DA masih fluktuatif. Kondisi emosi pada menunjukkan penghargaan kepada nilai-nilai
NA dan DA seperti ini membuat mereka belum tujuan berkaitan dengan peningkatan
memenuhi karakteristik positif dimensi kesejahteraan (Carver & Scheier, 1999, & McGregor
autonomy, pengaturan diri dari dalam diri & Little, 1998, dalam Ryan & Deci, 2001).
sendiri. Hal ini kurang sesuai pernyataan Ryff
dan Singer (1998, dalam Ryan & Deci, 2001) yang
menyatakan bahwa emosi merupakan SIMPULAN DAN SARAN
katalisator terhadap kondisi kesehatan dan
fokus pada kapasitas pengalaman emosional Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga
yang dalam untuk mengerahkan antistres dan partisipan odapus wanita usia dewasa awal
fungsi melawan penyakit. Hal ini akhirnya berstatus menikah menonjol pada dimensi personal
mempengaruhi kondisi dimensi kesejahteraan growth dan purpose in life. Mereka juga memenuhi
psikologis mereka yaitu autonomy. beberapa kriteria positif dimensi-dimensi
Faktor dukungan sosial dan faktor kesejahteraan psikologis yang lain seperti self-
kesehatan fisik yang semakin membaik acceptance, positive relation with others,
mendorong mereka merasa percaya diri untuk environmental mastery dan autonomy. Tetapi di
melakukan sesuatu yang menunjukkan mereka satu sisi ada juga kriteria lain yang belum terpenuhi
ingin terus berkembang (personal growth), dari dimensi-dimensi tersebut. Kondisi
misalnya ingin menjadi pribadi lebih baik dalam kesejahteraan psikologis ketiga odapus wanita usia
menjalankan status perannya dan menetapkan dewasa awal berstatus menikah yang cenderung
cita-cita yang ingin diwujudkan. Kedua faktor positif ini dipengaruhi oleh lima faktor yaitu faktor
tersebut juga mempengaruhi dimensi kelekatan dan relasi, kesehatan fisik, status
environmental mastery ketiga partisipan yaitu ekonomi, emosi dan pencapaian tujuan.
mereka dapat mengatasi rasa minder dan Berdasarkan hasil penelitian yang
menghargai diri mereka sehingga dapat
diperoleh, maka disarankan kepada ketiga
mengelola permasalahan yang mereka hadapi,
partisipan untuk memaksimalkan kemampuan
mengelola aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan mereka sebagai odapus tapi di sisi diri yang lain sehingga dapat meningkatkan
lain kriteria positif dimensi ini belum terpenuhi, penerimaan diri sebagai odapus, penyesuaian
misalnya pemanfaatan peluang bergabung diri yang maksimal dengan lingkungan sekitar
dengan komunitas Lupus. dan kepercayaan diri untuk melakukan beberapa
Ketiga partisipan berasal dari keluarga yang pengambilan keputusan. Pihak terdekat odapus
cukup berada menunjukkan faktor status ekonomi juga dapat meningkatkan komunikasi efektif dan
berperan mempengaruhi kesejahteraan psikologis
PUSTAKA ACUAN
Awas, 90% penderita lupus kaum hawa (2011, 16 Januari). Rakyat Merdeka Online [on-line]. Diakses
pada tanggal 9 Mei 2011 dari http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=15134.
Baker, K., Popez, J., Fortins, P., Silverman, E., & Peschken, C. (2009). Work disability in systemic lupus
erythematosus is prevalent and associated with socio-demographic and disease related factors.
Lupus, 18, 1281-1288
.
Fereday, J., & Muir-Cochrane, E. (2006). Demonstrating rigor using thematic analysis: A hybrid
approach of inductive and deductive coding and theme development. International Journal of
Qualitative Methods, 5 (1), 1-11.
Hurlock, E.B. (1980). Developmental psychology a life-span approach. New Delhi: McGraw Hill.
Jarpa, E., Babul. M., Caldero'n, J., Gonzalez, M., Martinez, M.E., Bravo-Zehnderl, M., Henriquez, C.,
Jacobelli, S., Gonzales, A., & Massardon, L. (2011). Common mental disorders and psychological distress
in systemic lupus erythematosus are not associated with disease activity. Lupus, 20, 58-66.
Kartono, K. (2007). Psikologi wanita: Mengenal wanita sebagai ibu dan nenek jilid 2.Cetakan ke-5.
Bandung: CV. Mandar Maju.
McElhone, K., Abbott, J., & Teh, L-S. (2006). A review of health related quality of life in systemic lupus
erythematosus. Lupus, 15, 633-643.
McElhone, K., Abbott, J., Gray, J., Williams, A., & Teh, L-S. (2010). Patient perspective of systemic
lupus erythematosus in relation to health-related quality of life concepts: A qualitative study.
Lupus, 19, 1640-1647.
Nadhiroh, F. (2007, 14 Agustus). Lupus, penyakit seribu wajah dominan menyerang wanita. Detik S u r
abaya[on-line].Diaksespadatanggal31Desember2011dari
http://surabaya.detik.com/read/2007/08/14/091045/816807/466/lupus-penyakit-seribu-wajah-
dominan-menyerang-wanita.
Nery, F.G., Borba, E.F., Hatch, J.P., Soares, J.C., Bonfá, E., & Neto, F.L. (2007). Major depressive disorder
and disease activity in systemic lupus erythematosus. Comprehensive Psychiatry, 48, 14-19.
Poerwandari, E.K. (2009). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Edisi Ketiga.
Cetakan ke-3. Depok: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Ryan, R.M. & Deci, E.L. (2001). On happiness and human potentials: A review of research on hedonic
and eudaimonic well-being. Annual Reviews Psychology, 52, 141–166.
Ryff, C.D. & Keyes, C.L.M. (1995). The structure of psychological well-being revisited. Journal of
Personality and Social Psychology, 69 (4), 719-727.
Seawell, A.H., & Danoff-Burg, S. (2005). Body image and sexuality in women with and without
systemic lupus erythematosus. Sex Roles, 53 (11/12), 865-876.
Sperry, L. (2011). Systemic lupus erythematosus: The impact of individual, couple, and family dynamics.
The Family Journal: Counseling and Therapy for Couples and Families, 19 (3), 328-332.
Stichweh, D., & Pascual, V. (2005). Systemic lupus erythematosus in children. An Pediatr (Barc), 63
(4), 321-329.
Toro (2010, 9 Mei). Lima ratus penderita lupus butuh uluran tangan. Kabar Gres [on-line]. Diakses
pada tanggal 21 Juni 2011 dari http://www.kabargres.com/?mod=read&id=1350.
Vázquez, C., Hervás, G., Rahona, J.J., & Gómez, D. (2009). Psychological well-being and health
contributions of positive psychology. Annuary of Clinical and Health Psychology, 5, 15-27.