Вы находитесь на странице: 1из 10

Jurnal Biologi Indonesia 13(1): 61-69 (2017)

Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi dari Makanan Fermentasi di
Kepulauan Riau

(Diversity of Ethanol Producing Yeasts Isolated from Fermented Foods in Riau


Islands)

I Nyoman Sumerta & Atit Kanti

InaCC, Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI


Jl. Raya Bogor Jakarta Km 46, Cibinong 16911, Bogor
Email: atityeast@gmail.com

Memasukkan: April 2016, Diterima: Agustus 2016

ABSTRACT
Information on genetic diversity of fermentative yeast which produce ethanol is very crucial in developing
biofuel production in Indonesia. Research on ethanol producing yeasts is interest of many scientist. The
objective of study was to reveal yeast diversity in Indonesian fermented foods that able to produce ethanol. The
sample of fermented foods were collected in the traditional market in Karimun Besar Island, Kepulauan Riau.
Yeast isolation was performed using serial dilution with direct plating and enrichment culture with glucose as
carbon source. Fifteen of isolates were isolated and identified by amplification of D1/D2 region LSU 26S
rDNA. Its ethanol production characteristic was analyzed base on fermentation activity and measurement with
gas chromatography for ethanol content. The result revealed that 8 yeast species were found belong to
Ascomycetous and grouped into 5 clades which are able to produce ethanol. The highest ethanol production
was obtained by Saccharomyces cerevisiae Y15Kr107 (3.53%) followed by Torulaspora delbrueckii
Y15Kr104 (1.63%), Saccharomyces cerevisiae Y15Kr093 (1.58%), Candida glabrata Y15Kr110 (1.4%),
Torulaspora delbrueckii Y15Kr103 (1.29%), Candida glabrata Y15Kr108 (1%), Torulaspora globosa
Y15Kr094 (0.92%), Kodamaea ohmeri Y15Kr096 (0.61%), and Pichia kudriavsevii Y15Kr106 (0.31%)
Y15Kr105 (0.21%) Y15Kr109 (0.16%). Other yeasts strains did not produce ethanol but may play different
role in fermentation process.

Key words: yeast, fermented food, ethanol, Kepulauan Riau

ABSTRAK
Informasi tentang keragaman genetik khamir penghasil etanol di Indonesia sangat penting untuk
mengembangkan bioenergi di Indonesia. Penelitian khamir penghasil etanol menarik bagi para peneliti. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan jenis khamir yang ada pada makanan fermentasi di Indonesia
yang mampu menghasilkan etanol. Sampel makanan fermentasi diperoleh dari pasar tradisional Pulau Karimun
Besar, Provinsi Kepulauan Riau. Isolasi khamir dilakukan dengan penanaman langsung melalui pengenceran
dan menggunakan media pengayaan dari glukosa sebagai sumber karbon. Sebanyak 15 isolat diisolasi dan
diidentifikasi melalui amplifikasi daerah D1/D2 LSU 26S rDNA. Karakteristik penghasil etanolnya dianalisis
melalui aktivitas fermentasi dan kadar etanolnya diuji menggunakan kromatografi gas. Hasil yang diperoleh
yaitu 8 jenis khamir anggota Ascomycetes yang dikelompokkan ke dalam 5 clade mampu menghasilkan etanol.
Isolat khamir yang mampu menghasilkan etanol paling tinggi yaitu Saccharomyces cerevisiae Y15Kr107
(3,53%) diikuti oleh Torulaspora delbrueckii Y15Kr104 (1,63%), Saccharomyces cerevisiae Y15Kr093
(1,58%), Candida glabrata Y15Kr110 (1,4%), Torulaspora delbrueckii Y15Kr103 (1,29%), Candida glabrata
Y15Kr108 (1%), Torulaspora globosa Y15Kr094 (0,92%), Kodamaea ohmeri Y15Kr096 (0,61%), dan Pichia
kudriavsevii Y15Kr106 (0,31%); Y15Kr105 (0,21%); Y15Kr109 (0,16%). Sementara isolat khamir lainnya
tidak menghasilkan etanol namun mungkin memiliki peran yang berbeda dalam proses fermentasi.

PENDAHULUAN makanan dan minuman berperan mendegradasi


substrat untuk membentuk struktur, tekstur serta
Sejak ratusan tahun, khamir telah dimanfaatkan aroma yang dapat menambah nilai gizi
sebagai starter untuk membuat berbagai jenis (Jespersen 2003; Aidoo et al. 2006; Buenrostro-
makanan dan minuman fementasi beralkohol Figueroa et al. 2012; Bourdichon et al. 2012;
(Steensels et al. 2014) seperti wine, bir, tuak, Carrau et al. 2015). Peran dari masing-masing
dan tapai. Khamir dalam proses fermentasi jenis khamir pada proses fermentasi merupakan

61
Sumerta & Kanti

salah satu pengetahuan untuk membangun Ardyati 2013); jerami padi (Hayuningtyas et al.
sektor industri dan energi. Khamir dari makanan 2014); umbi singkong (Hawusiwa et al. 2015).
fermentasi pada sektor industri dapat dimanfaatkan Pengetahuan potensi tersebut dapat menambah
sebagai pengembang rasa, pendegradasi busa, khasanah sumber daya alternatif dalam pembuatan
enzim, karoten, dan vitamin (Aidoo et al. 2006). bioetanol.
Sementara di sektor energi, khamir diproyeksikan Pada dasarnya potensi khamir sebagai penghasil
untuk pengembangan energi terbarukan seperti etanol di Indonesia sudah cukup banyak diteliti
bioetanol atau biofuel (Basso et al. 2008; Buijs melalui pemanfaatan beberapa substrat alternatif.
et al. 2013; Nielsen et al. 2013). Namun, secara umum jenis khamir yang
Bioetanol merupakan salah satu energi dipergunakan masih terbatas pada satu jenis
alternatif yang menjanjikan dalam menghadapi yaitu S. cerevisiae atau konsorsium ragi yang
krisis energi dimasa depan. Didukung dengan diperjualbelikan di pasar. Oleh karena itu,
ketersediaan bahan organik seperti selulosa melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah
yang melimpah menarik minat peneliti dalam khasanah pengetahuan masyarakat Indonesia
mengembangkan penelitian bioetanol (Olsson & terkait jenis-jenis khamir lokal yang mampu
Hahn-Hagerdal 1996; Kuhad et al. (2011). menghasilkan etanol.
Selulosa mampu difermentasi langsung oleh khamir Pada penelitian ini makanan fermentasi lokal
melalui beberapa pendekatan sains (Yanase et Indonesia menjadi target sampel dalam mengisolasi
al. 2010). Karakteristik tersebut membuat jenis khamir penghasil etanol. Secara umum makanan
khamir sangat potensial untuk produksi etanol. fermentasi tersebut dibuat melalui industri rumahan
Selain itu, khamir relatif toleran terhadap etanol yang belum menerapkan standar baku proses
yang dihasilkan dari pada mikroorganisme lain produksi sehingga komposisi khamir bervariasi.
(D’Amore et al. 1990; Dung et al. 2012; de Sejauh ini khamir dari makanan dan minuman
Oliva-Neto et al. 2013). Saccharomyces cerevisiae fermentasi beralkohol di Indonesia beberapa
merupakan salah satu jenis khamir penghasil telah diidentifikasi seperti pada tapai singkong,
etanol yang intensif diteliti. Bahkan rekayasa peuyeum, oncom dari Jawa Barat (Saono et al.
genetik pada S. cerevisiae sudah banyak dilakukan 1974), laru dari Nusa Tenggara Timur (Rahmansyah
untuk meningkatkan produksi atau menghilangkan & Kanti 1999), dan brem Bali (Sujaya et al.
faktor-faktor yang dapat menurunkan produksi 2004). Namun dalam penelitian ini, sampel
etanol selama fermentasi (Heux et al. 2006; makanan fermentasi diperoleh dari pulau terluar
Kuhad et al. 2011; Yamada et al. 2011). Indonesia yaitu Pulau Karimun Besar, Provinsi
Pemanfaatan khamir penghasil bioetanol Kepulauan Riau. Daerah tersebut merupakan
untuk sumber energi masa depan telah sukses daerah perbatasan Semenanjung Malaya yang
dilakukan. Seperti yang dilakukan di Brazil, memiliki banyak jenis makanan fermentasi
produksi etanol melalui fermentasi khamir pada namun belum pernah diteliti dan dikaji
tebu dapat memenuhi 30-40% kebutuhan energi kemampuannya dalam menghasilkan etanol.
negara tersebut (Dorfler & Amorim 2007; Basso
et al. 2008; Kurtzman et al. 2011). Hal tersebut BAHAN DAN CARA KERJA
menjadikan Brazil sebagai negara penghasil dan
pengekspor bioetanol terbesar di dunia (Basso et Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
al. 2008; de Oliva-Neto et al. 2013). Penelitian Maret-April 2015 di Pulau Karimun Besar,
mengenai bioetanol di Indonesia sudah Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi titik
beberapa kali dilakukan dalam bentuk pilot pengambilan sampel dilakukan di pasar
plant. Seperti dalam mengkaji potensi khamir tradisional setempat yaitu pada Pasar Bukit
lokal untuk menghasilkan etanol dari berbagai Tembak (N: 10 1' 14", E: 1030 23' 6"), Pasar
jenis substrat potensial. Substrat lokal yang Maimun (N: 00 59' 51", E: 1030 25' 13"), dan
sudah diteliti dengan memanfaatkan khamir Pasar Mitra Raya (N: 10 7' 13", E: 1040 2' 34").
lokal antara lain umbi Canna edulis (Putri & Jenis sampel yang dikoleksi berupa makanan
Sukandar 2008); tepung umbi gadung (Hartono fermentasi tradisional yaitu terasi, tapai ketan,
& Pagarra 2011); ampas kasar kecap (Putri & tapai singkong, ragi, dan cincalok.

62
Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi dari Makanan Fermentasi

Isolasi sampel dilakukan di Laboratorium replikasi. Nilai bootstrap pada pohon filogenetik yang
Biosistematik Mikrob, Pusat Penelitian Biologi, kurang dari 50 dihilangkan untuk meningkatkan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Teknik taraf kepercayaan data konstruksi yang diperoleh.
isolasi dilakukan melalui dua metode. Metode Kemampuan isolat dalam menghasilkan
pertama melalui teknik pengenceran sampel etanol diuji menggunakan metode Brooks (2008)
yang ditanam pada media isolasi. Media isolasi melalui beberapa modifikasi. Sekitar 1 koloni
yang dipergunakan yaitu RBCA (Rose Bengal isolat ditumbuhkan pada 5 mL media dengan
Chlorampenicol Agar) 32 g/L (Oxoid CM0549) komposisi glukosa 20 g/L (Merck K43369737),
dan PDA (Pottato Dextrose Agar) 40 g/L (Oxoid yeast extract 3 g/L, pepton 5 g/L (USB 20048).
CM0139)+chlorampenicol 1 g/L. Metode kedua yaitu Kultur diinkubasi selama 48 jam dan isolat yang
sampel ditumbuhkan pada media pengayaan dengan memiliki kemampuan fermentasi yang baik ditentukan
komposisi Yeast Nitrogen Base (Difco 239210) melalui volume gas pada tabung Durham. Isolat
26,8 g/L, glukosa 10 g/L, sodium propionate 2 selanjutnya dikultur pada media dengan komposisi
g/L (Sigma 1001924056), chloramphenicol 1,2 glukosa 10% selama 72 jam. Semua proses
g/L (Sigma C-0378) untuk mengisolasi khamir kultur tersebut diulang sebanyak 3 kali. Kadar
penghasil etanol. Khamir yang tumbuh etanol kemudian dianalisis menggunakan gas
dipreservasi melalui penyimpanan metode deep chromatography (Shimadzu GCMS-QP2010 Ultra).
freezing suhu -800C pada gliserol 10% ditambah Preparasi sampel dilakukan dengan sentrifugasi
dengan trehalose 5%. sampel pada kecepatan 17700 x g selama 5
Proses identifikasi molekuler isolat khamir menit dan bagian supernatan selanjutnya digunakan
mengikuti metode Hamby et al. (2012) dengan untuk analisis. Kondisi GC yang digunakan
beberapa modifikasi. Ekstraksi DNA menggunakan untuk analisis yaitu suhu oven sebesar 1150C,
lysis buffer (20 mM Tris-HCl; 5 mM EDTA; suhu injektor 1500C, suhu detektor (FID) 2000C,
400 mM NaCl; 0,3% SDS) dan melalui pemanasan dan nitrogen sebagai gas perantara (Buckee &
suhu 980 C. Amplifikasi daerah D1/D2 LSU 26S Mundy 1993).
rDNA pada reaksi PCR menggunakan primer NL1
(5’-CATATCAATAAGCGAAAAG-3’) dan NL4 HASIL
(5’-GGTCCGTGTTTCAAGACGG-3’) (Kurtzman
& Robnett, 1998). Optimasi reaksi PCR yaitu Isolasi dan identifikasi khamir
pada 950C denaturasi awal diikuti 30 siklus Sampel makanan fermentasi yang diisolasi
reaksi (denaturasi 950C selama 30 detik, penempelan memiliki 3 karakteristik. Makanan fermentasi
pada suhu 550C selama 30 detik, dan pemanjangan dengan sumber nitrogen yang digunakan sebagai
pada suhu 720C selama 60 detik) dilanjutkan bahan baku yaitu terasi dan cincalok, sumber karbon
pemanjangan akhir pada suhu 720C selama 5 yaitu tapai singkong dan tapai ketan serta
menit. Sekuen hasil PCR dikomparasi dengan starter atau ragi. Hasil isolasi dari 5 tipe sampel
membandingkan data khamir di basis data GenBank/ diperoleh sebanyak 15 isolat khamir (Tabel 1).
DDBJ/EMBL menggunakan program Basic Local Sampel terasi yang diisolasi dengan metode langsung
Search Tool (BLAST) (Altschul et al. 1990). maupun pengayaan tidak ada khamir yang terisolasi.
Posisi filogenetik isolat khamir dikomparasi Sementara itu, pada cincalok melalui metode
dengan pembanding dari type strain yang telah langsung diperoleh sebanyak 2 isolat sedangkan
dirangkum oleh Kurtzman et al. (2011) kemudian pada metode pengayaan tidak diperoleh isolat
disejajarkan dengan MUSCLE (Multiple Sequence khamir. Hasil analisis molekuler daerah D1/D2
Comparison by Log-Expectation) (Edgar 2004) LSU 26S rDNA diperoleh sekuen isolat khamir
pada progam MEGA (Molecular Evolutionary dari makanan fermentasi dengan panjang sekitar
Genetic Analysis) versi 6.0. Konstruksi pohon 600 bp. Hasil komparasi kelima belas isolat
filogenetik menggunakan metode Neighbor- tersebut dengan data base type strain GenBank/
Joining (NJ) (Saitou & Nei 1987). Penentuan DDBJ/EMBL diperoleh homologi data sekuen
jarak filogenetik memakai model Maximum berkisar 99-100% yang identik dengan 8 jenis.
Composite Likelihood dengan bootstrap 1.000

63
Sumerta & Kanti

Tabel 1. Perolehan isolat khamir pada makanan fermentasi dan hasil BLASTn
Karakteristik Jumlah
Metode Sampel Kode isolat Jenis yang identik
sampel isolat
Metode Terasi Sumber N 0 - -
langsung Cincalok Sumber N 2 Y15kr097 Candida zeylanoides
Y15Kr098 Candida zeylanoides
Tapai singkong Sumber C 2 Y15Kr093 Saccharomyces cerevisiae
Y15Kr094 Torulaspora globosa
Tapai ketan Sumber C 2 Y15Kr095 Saccharomycopsis fibuligera
Y15Kr096 Kodamaea ohmeri
Ragi Starter (tidak dilakukan)
Metode Terasi Sumber N 0 - -
pengayaan Cincalok Sumber N 0 - -
Tapai singkong Sumber C 3 Y15Kr105 Pichia kudriavzevii
Y15Kr106 Pichia kudriavzevii
Y15kr107 Saccharomyces cerevisiae
Tapai ketan Sumber C 3 Y15Kr108 Candida glabrata
Y15Kr109 Pichia kudriavzevii
Y15Kr110 Candida glabrata
Ragi Starter 3 Y15Kr102 Saccharomycopsis fibuligera
Y15Kr103 Torulaspora delbrueckii
Y15Kr104 Torulaspora delbrueckii
Total 15

Aktifitas fermentasi dan produksi etanol makanan fermentasi teridentifikasi ke dalam 8


Aktivitas khamir dalam proses fermentasi jenis yaitu S. cerevisiae, Sm. fibuligera, P. kudriavzevii,
dapat dilihat secara kualitatif melalui gas yang T. globosa, T. delbrueckii, C. glabrata, C. zeylanoides
terperangkap pada tabung durham. Aktivitas dan K. ohmeri dengan taraf kepercayaan di atas
tersebut selanjutnya dikuantifikasi untuk melihat 50%. Selain itu, pohon filogenetik dikonstruksi
kadar etanol yang dihasilkan. Sebagian besar berdasarkan hasil analisa aktivitas fermentasi dan
isolat menunjukkan aktivitas fermentasi (Tabel kemampuan menghasilkan etanol sehingga terbentuk
2). Hal tersebut berkorelasi dengan variasi persentase kelompok atau clade khamir penghasil etanol.
volume etanol yang dihasilkan (Gambar 1). Persentase Posisi clade Saccharomycopsis dan Kurzt maniella
etanol yang paling tinggi dihasilkan oleh terpisah karena tidak memiliki aktivitas
Saccharomyces cerevisiae Y15Kr107 sebesar 3,32% fermentasi dan tidak menghasilkan etanol yang
(v/v) diikuti oleh Torulaspora delbrueckii Y15Kr104 signifikan.
sebesar 1,63% (v/v), S. cerevisiae Y15Kr093 sebesar
1,58% (v/v), dan Candida glabrata Y15Kr110 Tabel 2. Hasil pengamatan kualitatif aktivitas
fermentasi isolat khamir.
yaitu 1,4% (v/v). Saccharomycopsis fibuligera
Y15Kr095, Y15Kr102 dan Candida zeylaniodes Kode Aktivitas
No Jenis khamir
Y15Kr097, Y15Kr098 tidak menghasilkan gas isolat fermentasi
1 Y15Kr093 Saccharomyces cerevisiae ++
sehingga tidak dihasilkan etanol. 2 Y15Kr094 Torulaspora globosa ++
Posisi filogenetik menunjukkan hubungan 3 Y15Kr095 Saccharomycopsis fibuligera -
kekerabatan antar jenis khamir dari makanan 4 Y15Kr096 Kodamaea ohmeri ++
5 Y15kr097 Candida zeylanoides -
fermentasi. Identifikasi sekuen isolat khamir dari 6 Y15Kr098 Candida zeylanoides -
makanan fermentasi, dilakukan melalui penyejajaran 7 Y15Kr102 Saccharomycopsis fibuligera -
8 Y15Kr103 Torulaspora delbrueckii ++
dengan type strain dan out group dari anggota 9 Y15Kr104 Torulaspora delbrueckii ++
Divisi Basidiomycetes hingga terbentuk pohon 10 Y15Kr105 Pichia kudriavzevii +
11 Y15Kr106 Pichia kudriavzevii +
filogenetik (Gambar 3). Hasil konstruksi filogenetik 12 Y15kr107 Saccharomyces cerevisiae +++
dari sekuen daerah D1/D2 LSU 26S rDNA tergambar 13 Y15Kr108 Candida glabrata +
14 Y15Kr109 Pichia kudriavzevii +
sebanyak 7 clade khamir yaitu Torulaspora, 15 Y15Kr110 Candida glabrata ++
Saccharomyces, Saccharomycopsis, Nakaseomyces, Keterangan: (+) ada aktivitas fermentasi; (-) tidak ada
Kurtzmaniella, Kodamaea, dan Pichia. Selain itu, aktivitas fermentasi. Jumlah (+) menggambarkan volume
gas pada Durham.
pohon filogenetik menunjukkan isolat khamir

64
Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi dari Makanan Fermentasi

Candida glabrata Y15Kr110 1.40


Pichia kudriavzevii Y15Kr109 0.16
Candida glabrata Y15Kr108 1.00
Saccharomyces cerevisiae Y15Kr107 3.32
Pichia kudriavzevii Y15Kr106 0.31
Pichia kudriavzevii Y15Kr105 0.21
Torulaspora delbrueckii Y15Kr104 1.63

Torulaspora delbrueckii Y15Kr103 1.29


Saccharomycopsis fibuligera Y15Kr102 0.07
Candida zeylanoides Y15Kr098 0.00
Candida zeylanoides Y15Kr097 0.00
Kodamaea ohmeri Y15Kr096 0.61
Saccharomycopsis fibuligera Y15Kr095 0.07
Torulaspora globosa Y15Kr094 0.92
Saccharomyces cerevisiae Y15Kr093 1.58

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00


PERSENTASE VOLUME ETANOL (%V/V)

Gambar 1. Variasi persentase volume etanol yang dihasilkan isolat khamir makanan fermentasi pada media
dengan kadar glukosa 10% selama masa inkubasi 72 jam.

PEMBAHASAN Ragi merupakan nama starter yang sering


digunakan di Indonesia. Pada sampel ragi tidak
Isolasi dan identifikasi khamir pada dilakukan metode isolasi langsung karena sudah
makanan fermentasi menunjukkan keanekaragaman dilakukan pada penelitian sebelumnya. Melalui
khamir yang berperan dalam proses fermentasi metode pengayaan diisolasi Saccharomycopsis
makanan. Sampel makanan fermentasi yang diisolasi fibuligera dan T. delbrueckii. Hasil tersebut
dengan modifikasi metode dasar berpengaruh menggambarkan jenis khamir pada starter
terhadap jenis khamir yang terisolasi. Seperti makanan fermentasi di Indonesia relatif bervariasi saat
metode isolasi dengan pengayaan dapat membantu dikomparasi dengan penelitian sebelumnya.
meningkatkan kemampuan khamir dalam mencapai Umumnya starter makanan fermentasi di Indonesia
tujuan yang diinginkan seperti bioetanol (Steensels et terdapat Saccharomycopsis fibuligera (Kuriyama et
al. 2014). Khamir secara umum dapat hidup al. 1997; Aidoo et al. 2006). Saono et al. (1974)
pada substrat yang memiliki kandungan C dan melaporkan ragi yang diperjualbelikan pada
N tinggi atau hanya C yang lebih tinggi pasar tradisional di Indonesia jenis khamirnya
(Kurtzman et al. 2011). Pada sampel terasi, seperti Candida guilliermondii, Candida humicola, C.
khamir tidak terisolasi dari dua metode isolasi japonica, C. parapsilopsis, C. pelliculosa, C.
yang dilakukan sedangkan sampel cincalok solani; Kuriyama et al. (1997) Sm. fibuligera,
terisolasi 2 isolat yang teridentifikasi C. P. anomala; dan Barus & Steffysia (2013) P.
zeylanoides. Terasi adalah olahan ikan dan kudriavsevii, P. Jadini, disisi lain, Limtong et
udang yang utamanya difermentasi oleh bakteri al. (2005) mengungkapkan starter minuman
proteolitik halofilik pada kadar garam tinggi beralkohol tradisional di Thailand “loog pang”
(Surono & Harsono 1994; Kobayashi et al. terdapat jenis khamir yaitu Saccharomycopsis
2003). Demikian dengan jenis khamir yang fibuligera, P. anomala, P. kudriavzevii, P. burtonii, P.
terisolasi pada cincalok atau semacam olahan fabianii, S. cerevisiae, Candida rhagii, C. glabrata, T.
udang tersebut umum ditemukan pada makanan globosa, dan T. delbrueckii. Variasi pada komposisi
yang berisi daging (Fleet 2011). Hasil isolasi jenis khamir setiap starter sangat menentukan
sampel pada tapai singkong dan ketan selaras karakterisitik makanan dan minuman fermentasi.
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Saono Sebagian besar khamir yang terisolasi pada
et al. (1974); Ardhana & Fleet (1989); makanan fermentasi melakukan aktivitas fermentasi
Kuriyama et al. (1997); dan Schwan et al. dengan menghasilkan persentase etanol yang
(2007). bervariasi. Jenis khamir yang mampu menghasilkan

65
Sumerta & Kanti

100
Saccharomycopsis javanensis strain NRRL Y-1483 T EU057548
Saccharomycopsis selenospora strain NRRL Y-1357 T EU057557
Saccharomycopsis
Saccharomycopsis fibuligera strain NRRL Y-2388 T JX141336
75 Y15Kr102
100 Y15Kr095
Candida oleophila T U45793
78 100
Candida zeylanoides T U45832 Kurtzmaniella
Y15Kr097
98
Y15Kr098
99
Torulaspora delbrueckii strain NRRL Y-866 T JQ689018
Y15Kr104
99
Y15Kr103 Torulaspora
Torulaspora globosa strain LB3761 T KJ159059
86
98 Y15Kr094
76 Saccharomyces bayanus NRRL Y-12624 T AY048156
Saccharomyces cerevisiae NRRL Y-12632 T AY048154 Saccharomyces
99
Y15Kr093
95 99
Y15Kr107
Candida castellii T U69876 Clade
Candida nivariensis strain CBS 10161 T EF056323 penghasil
74
Candida glabrata T U44808 etanol
Nakaseomyces
100
Y15Kr108
100
74 Y15Kr110
Kodamaea kakaduensis strain 98-119.2 T AF092279
Kodamaea ohmeri T U45702 Kodamaea
100
100 Y15Kr096
Pichia norvegensis strain NRRL Y-7687 T EF550239
Pichia kudriavzevii strain NRRL Y-5396T EF550222
100 Y15Kr105 Pichia
100 Y15Kr106
Y15Kr109
Rhodotorula graminis T AF070431

0.05

Gambar 2. Hasil identifikasi isolat khamir penghasil etanol pada pohon filogenetik melalui analisis daerah
D1/D2LSU rDNA menggunakan metode Neighbor-Joining (NJ).

etanol tergambar dalam konstruksi filogenetik genetik, dapat memproduksi etanol dalam kondisi
yang hanya mengarah pada Divisi Ascomycetes oksigen terbatas dan juga mampu memanfaatkan
yaitu lima clade. Namun di luar clade penghasil kondisi tersebut untuk tumbuh (Heux et al. 2006;
etanol, Saccharomycopsis fibuligera tidak memiliki Merico et al. 2007); toleran terhadap etanol
aktivitas fermentasi sehingga etanol yang dihasilkan yang dihasilkannya (D’Amore et al. 1990; de
sangat tidak signifikan. Dalam beberapa penelitian Oliva-Neto et al. 2013); dapat direkayasa genetik dan
disebutkan bahwa Saccharomycopsis fibuligera rekayasa metabolik (Kuhad et al. 2011; Buijs et
lebih berperan utama dalam mengubah pati al. 2013; Nielsen et al. 2013). Karakteristik
menjadi gula sederhana (Kuriyama et al. 1997; tersebut menjadi perhatian khusus bagi para
Limtong et al. 2005; Aidoo et al. 2006; Fleet peneliti bioetanol dan dewasa ini penelitian
2011). Berbeda dengan C. zeylanoides tidak tentang S. cerevisiae lebih cenderung ke arah
melakukan aktivitas fermentasi dan tidak modifikasi genetik dan metabolik.
menghasilkan etanol sehingga perannya dalam Jenis khamir lain penghasil etanol yang
proses fermentasi belum diketahui. Fleet (2011) diisolasi dari makanan fermentasi yaitu T. delbrueckii,
menyatakan jenis khamir tersebut bersifat T. globosa, P. kudriavzevii, K. ohmeri, dan C.
oportunis sehingga sering menjadi kontaminan glabrata. Jenis khamir tersebut tidak menghasilkan
pada makanan dan juga dapat bertahan pada etanol dalam persentase yang tinggi namun
kondisi suhu yang rendah. perannya dapat mendukung proses fermentasi
Dalam penelitian ini, S. cerevisiae Y15Kr107 dan organoleptik produk. Keberadaan T.
menghasilkan etanol yang paling tinggi dibandingkan debrueckii dilaporkan dapat memberikan aroma
dengan isolat lainnya. Hal tersebut didukung pada makanan fermentasi (Azzolini et al. 2012)
oleh karakteristik S. cerevisiae, melalui modifikasi dan mampu memfermentasi substrat dengan

66
Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi dari Makanan Fermentasi

kandungan gula tinggi (Fleet 2011). Sementara Search Tool. Journal Molecular Biology.
itu C. glabrata adalah khamir yang selama 215: 403-410.
proses fermentasi mampu menghasilkan alkohol Ardhana, MM. & GH. Fleet. 1989. The Microbial
dalam kondisi anaerob dan toleran terhadap Ecology of Tape Ketan Fermentation.
laktat (Watanabe et al. 2008). Khamir termotoleran International Journal of Food Microbiology.
seperti P. kudriavzevii (Yuangsaard et al. 2013) 9: 157-165.
dan T. globosa (Dung et al. 2012) mampu Azzolini, M., B. Fedrizzi, E. Tosi, F. Finato, P.
memproduksi etanol. Yuangsaard et al. (2013) Vagnoli, C. Scrinzi, & G. Zapparoli.
melaporkan bahwa P. kudriavzevii dapat melakukan 2012. Effects of Torulaspora delbrueckii
fermentasi pada media yang suhunya mencapai and Saccharomyces cerevisiae mixed
450 C sedangkan T. globosa dapat bertahan pada cultures on fermentation and aroma of
produksi alkohol yang tinggi (Fleet 2011). Amarone wine. European Food Research
Sementara K. ohmeri merupakan informasi baru and Technology. 235: 303–313.
terkait jenis khamir yang diisolasi pada tapai ketan Barus, T. & Steffysia. 2013.Genetic Diversity
dan menghasilkan etanol. of Yeasts From Ragi Tape Starter for
Cassava and Glutinous Rice Fermentation
KESIMPULAN from Indonesia Internal Transcribed Spacer
(ITS) region. Merit Research Journal of
Khamir yang diisolasi dari makanan fermentasi Food Science and Technology. 1(3): 031-
beragam dan sebanyak 6 jenis khamir yang 035.
teridentifikasi merupakan anggota Ascomycetes Basso, LC., HV. de Amorim, AJ. de Oliveira &
mampu menghasilkan etanol yaitu Saccharomyces ML. Lopes. 2008. Yeast Selection for
cerevisiae, Torulaspora delbrueckii, Candida Fuel Ethanol Production in Brazil. FEMS
glabrata, Torulaspora globosa, Kodamaea Yeast Res. 8: 1155–1163.
ohmeri, and Pichia kudriavsevii. Isolat S. Bourdichon, F., S. Casaregola, C. Farrokh, JC.
cerevisiae Y15Kr107 adalah jenis khamir yang Frisvad, ML. Gerds, WP. Hammes, & J.
menghasilkan etanol paling tinggi yaitu sebesar Harnett. 2012. Food Fermentations: Micro-
3,53% (v/v). Selanjutnya khamir tersebut dapat organisms with Technological Beneficial
digunakan untuk penelitian energi terbarukan Use. International Journal of Food
berbasis bioethanol. Microbiology. 154(3): 87–97.
Brooks, AA. 2008. Ethanol Production Potential
UCAPAN TERIMA KASIH of Local Yeast Strains Isolated from Ripe
Banana Peels. African Journal of
Penelitian ini dibiayai oleh Kegiatan Eksplorasi Biotechnology. 7(20): 3749-3752.
Pulau terluar dari Pusat Penelitian Biologi, Buckee, GK. & AP. Mundy. 1993. Determination of
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ethanol In Beer By Gas Chromatography
pada tahun anggaran 2015. Penulis mengucapkan (Direct Injection)-Collaborative. Journal
terima kasih kepada Yeni Yuliani, Mia Kusmiati, dan of the Institute of Brewing, 99: 381-384.
Ismu Purwaningsih atas asistensinya selama Buenrostro-Figueroa, JJ., A. Carolina, C. Flores
penelitian berlangsung serta Dr. Puspita Lisdiyanti -gallegos, R. Rodríguez-Herrera, H. Garza-
atas bimbingannya selama penulisan. Toledo, & CN. Aguilar. 2012. Identification of
Yeast Isolated from Sotol (Dasylirion
DAFTAR PUSTAKA spp.) Natural Fermentation. Revista
Científica de La Universiadad Autónoma
Aidoo, KE., MJR. Nout, & PK. Sarkar. 2006. de de Coahuila. 4(8): 18–23.
Occurrence and Function of Yeasts in Buijs, NA., V. Siewers & J. Nielsen. 2013.
Asian Indigenous Fermented Foods. Advanced Biofuel Production by the
FEMS Yeast Research, 6(1): 30–39. yeast Saccharomyces cerevisiae. Current
Altschul, SF., W. Gish, W. Miller, EW. Myers Opinion in Chemical Biology. 17: 480-
& DJ. Lipman. 1990. Basic Local Alignment 488.

67
Sumerta & Kanti

Carrau, F., C. Gaggero, & PS. Aguilar. 2015. Reduced Ethanol Production during
Yeast Diversity and Native Vigor for Fermentation Under Controlled Micro-
Flavor Phenotypes. Trends in Biotechnology, oxygenation Conditions. Applied and
33(3): 1-7. Environmental Microbiology. 72(9): 5822
D’Amore, T., CJ. Panchal, I. Russell & GG. –5828.
Stewart. 1990. A Study of Ethanol Jespersen, L. 2003. Occurrence and Taxonomic
Tolerance in Yeast. Critical Reviews in Characteristics of Strains of Saccharomyces
Biotechnology, 9(4): 287-304. cerevisiae Predominant in African Indigenous
Dorfler, J. & HV. Amorim. 2007. Applied Bioethanol Fermented Foods and Beverages. FEMS
Technology in Brazil. Zuckerindustrie. 132(9): Yeast Research. 3: 191-200.
694–697. Kobayashi, T., M. Kajiwara, M. Wahyuni, T.
Dung, NTP., P. Thanonkeo, & HX. Phong. 2012. Kitakado, N. Hamada-Sato, C. Imada, &
Screening Useful Isolated Yeasts for Ethanol E. Watanabe. 2003. Isolation and
Fermentation at High Temperature. Caracterization of Halophilic Lactic Acid
International Journal of Applied Science BacteriaIsolated from Terasi Shrimp
and Technology. 2(4): 65-71. Paste: A Traditional Shrimp Seafood
Edgar, RC. 2004. MUSCLE: A Multiple Product From Indonesia. Journal Genetics
Sequence Alignment Method with Reduced Applied Microbiology. 49: 279-286.
Time and Space Complexity. BMC Kuhad, RC., R. Gupta, YP. Khasa, A. Singh &
Bioinformatics. 5: 113. YHP. Zhang. 2011. Bioethanol Production
Fleet, GH. 2011. Yeast Spoilage of Foods and from pentose Sugars: Current Status and
Beverages. Dalam: Kurtzman, CP, Fell, Future Prospects. Renewable and Sustainable
JW, Boekhout, T. The Yeast: A Taxonomyc Energy Reviews. 15: 4950–4962.
Study 5th Edition. USA: Elseiver. 53-64. Kuriyama H, D. Sastraatmadja, Y. Igosaki, K.
Hamby, KA., A. Hernández, K. Boundy-Mills, Watanabe, A. Kanti & T. Fukatsu. 1997.
& FG. Zalom. 2012. Associations of Identification and Characterization of
Yeasts with Spotted-Wing Drosophila Yeast Isolated from Indonesian Fermented
(Drosophila suzukii; Diptera: Drosophilidae) in Food. Mycoscience. 38: 441-445.
Cherries and Raspberries. Applied and Kurtzman, CP., JW. Fell & T. Boekhout. 2011.
Environmental Microbiology. 78(14): 4869- The Yeast: A Taxonomyc Study 5th
4873. Edition. USA: Elseiver B.V.
Hartono & H. Pagarra. 2011. Analisis Kadar Kurtzman, CP. & CJ. Robnett. 1998. Identification
Etanol Hasil Fermentasi Ragi Roti pada and Phylogeny of Ascomycetous Yeasts
Tepung Umbi Gadung (Dioscorea From Analysis of Nuclear Large Subunit
hispida Dennst) Terhadap Kadar Etanol. (26S) Ribosomal DNA Partial Sequences.
Bionature. 12(2): 82-86. Antonie van Leeuwenhoek, International
Hawusiwa, ES., AK. Wardani & DW. Ningtyas. Journal of General and Molecular
2015. Pengaruh Konsentrasi Pasta Microbiology. 73(4): 331–371.
Singkong (Manihot esculenta) dan Lama Limtong, S., S. Sintara & P. Suwannarit. 2005.
Fermentasi Pada Proses Pembuatan Yeast Diversity in Thai Traditional
Minuman Wine Singkong. Jurnal Pangan Alcoholic Starter. Kasetsart Journal. 36
dan Agroindustri. 3(1): 147-155. (2): 149-158.
Hayuningtyas, SK., Sunarto & SLA. Sari. 2013. Merico, A., P. Sulo, J. Piskur & C. Compagno.
The Production of Bioethanol from Rice 2007. Fermentative Lifestyle in Yeasts
Straw (Oryza sativa) by Acid Hydrolysis Belonging to the Saccharomyces
and Fermentation with Saccharomyces Complex. Febs Journal, 274: 976–989.
cerevisiae. Bioteknologi. 11: 1-4. Nielsen, J., C. Larsson, A. van Maris & J.
Heux, S., JM. Sablayrolles, R. Cachon & S. Pronk. 2013. Metabolic Engineering of
Dequin. 2006. Engineering a Saccharomyces Yeast for Production of Fuels and
cerevisiae Wine Yeast That Exhibits Chemicals. Current Opinion in Biotechnology,

68
Keragaman Jenis Khamir Penghasil Etanol yang Diisolasi dari Makanan Fermentasi

24: 398–404. Steensels, J., T. Snoek, E. Meersman, MP. Nicolino,


de Oliva-Neto, P., C. Dorta, AFA. Carvalho, K. Voordeckers, & KJ. Verstrepen. 2014.
VMG. de Lima & DF. da Silva. 2013. Improving Industrial Yeast Strains:
The Brazilian Technology of Fuel Ethanol Exploiting Natural and Artificial
Fermentation-Yeast Inhibition Factors Diversity. FEMS Microbiology Reviews.
and New Perspectives to Improve the 38(5): 947–95.
Technology. Dalam: A. Méndez-Vilas, Sujaya, IN., NS. Antara, T. Sone, Y. Tamura, WR.
Ed. Materials and Processes for Energy: Aryanta, A. Yokota, K. Asano, & F. Tomita.
Communicating Current Research and 2004. Identification and Characterization of
Technological Developments. Formatex. 371- Yeasts in Brem, A Traditional Balinese Rice
379. Wine. World Journal of Microbiology &
Olsson, L. & B. Hahn-Hagerdal. 1996. Fermentation Biotechnology. 20: 143–150.
of Lignocellulosic Hydrolysates of Ethanol Surono, IS. & A. Hosono. 1994. Microflora and
Production. Enzyme and Microbial Their Enzyme Profile in Terasi Starter.
Technology. 18: 312-331. Bioscience Biotechnology Biochemical,
Putri, LSE. & D. Sukandar. 2008. Konversi Pati 58 (6): 1167-1169.
Ganyong (Canna edulis Ker.) Menjadi Watanabe, I., T. Nakamura, & J. Shima. 2008.
Bioetanol melalui Hidrolisis Asam dan A Strategy to Prevent The Occurrence of
Fermentasi. Biodiversitas. 9(2): 112-116. Lactobacillus Strains Using Lactate-
Putri, WSE. & T. Ardyati. 2013. Potensi Ampas Tolerant Yeast Candida glabrata in
Kasar Kecap sebagai Bahan Dasar Bioethanol Production. J. Ind Microbiol
Pembuatan Etanol. Jurnal Biotropika. 1 Biotechnol. 35: 1117–1122.
(1): 38-42. Yanase, S., T. Hasunuma, R. Yamada, T. Tanaka,
Rahmansyah, M. & A. Kanti. 1999. Isolat-Isolat C. Ogino, H. Fukuda & A. Kondo. 2010.
Khamir Dari Minuman Tradisional Laru Direct Ethanol Production from Cellulosic
di Nusa Tenggara Timur. Berita Biologi. Materials at High Temperature Using the
4(5): 255-263. Thermotolerant Yeast Kluyveromyces
Saitou, N. & M. Nei. 1987. The Neighbor- marxianus Displaying Cellulolytic Enzymes.
Joining Method: A New Method for Appl Microbiol Biotechnol. 88: 381–388.
Reconstructing Phylogenetic Trees. Yamada, R., N. Taniguchi, T. Tanaka, C. Ogino, H.
Molecular Biology and Evolution. 4(4): Fukuda & A. Kondo. 2011. Direct Ethanol
406–25. Production from Cellulosic Materials Using a
Saono, S., I. Gandjar, T. Basuki & H. Karsono. Diploid Strain of Saccharomyces cerevisiae
1974. Mycoflora of Ragi and Some Other with Optimized Cellulase Expression.
Traditional Fermented Foods of Biotechnology for Biofuels. 4: 1-8.
Indonesia. Annales Bogorienses. 5(4): Yuangsaard, N., W. Yongmanitchai, M.
187-204. Yamada, & S. Limtong. 2013. Selection
Schwan RF., EG. Almeida, MAG. Souza-Dias and Characterization of a Newly Isolated
& L. Jespersen. 2007. Yeast Diversity in Thermotolerant Pichia kudriavzevii
Rice-Cassava Fermentations Produced by Strain for Ethanol Production at High
the Indigenous Tapirap People of Brazil. Temperature from Cassava Starch
FEMS Yeast Research. 7(6): 966–72. Hydrolysate. Antonie van Leeuwenhoek.
103: 577–588.

69

Вам также может понравиться