Вы находитесь на странице: 1из 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/322055413

Hubungan Antara Bulu Babi, Makroalgae Dan Karang Di Perairan Daerah Pulau
Pucung

Article · January 2015

CITATIONS READS

4 1,383

3 authors, including:

Henky Irawan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
112 PUBLICATIONS   113 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kelautan dan Perikanan / Marine and Fisheries View project

Meiofauna View project

All content following this page was uploaded by Henky Irawan on 05 January 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Hubungan Antara Bulu Babi, Makroalgae Dan Karang Di Perairan
Daerah Pulau Pucung

Iskandar Miala
Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Iskandarmiala@yahoo.com
Arief Pratomo
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@hotmail.com
Henky Irawan
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, henkyirawan.umrah@gmail.com

ABSTACT

This study aims to determine the relationship between the density of sea urchins,
cover macroalgae and live coral cover in the waters Pucung Island area . The method of
research used survey method. Observations using purposive sampling method with 1x1
meter quadrant of the 124 sampling points in all four sampling area. Analysis of the
relationship between the density sea urchins, cover macroalgae and live coral cover in
the waters of Island regions Pucung done using bivariate correlation and simple
regression. The observation of the average density of sea urchins is 8,25 (ind/m2), the
average cover of macroalgae 55,5 (%/ m2) and average live coral cover is 29,25
(%/m2). Results of bivariate correlation analysis of sea urchins and macroalgae value -
0,94504, urchins and coral life is 0,9428 and macroalgae and corals live is -0,9495,
Simple regression analysis that the required amount in the balance of the reef ecosystem
that is 16 sea urchins feathers will stabilize 13% cover of macroalgae that live coral
cover are in very good condition, namely 75% in 1m2.

Key words : Urchins, Macroalgae, Coral, Island Pucung


PENDAHULUAN Terumbu karang hidup karena adanya
keseimbangan antara jumlah bulu babi
Latar Belakang
dan jumlah makroalgae. Berkurangnya
Kawasan Pulau Pucung terletak
jumlah bulu babi sebagai biota
di Kabupaten Bintan. Pada kawasan
herbivora dan meningkatnya nutrien
perairannya terdapat ekosistem terumbu
akan mengakibatkan kelimpahan
karang. Salah satu biota asosiasi pada
makroalgae (blooming) dan tentu akan
terumbu karangnya ialah makroalgae.
memberi dampak negatif terhadap
Pada survey pendahuluan yang
kehidupan karang. Berdasarkan
dilakukan pada awal bulan Mei 2015,
interaksi hubungan biota asosiasi
didapatkan hasil kawasan perairan yang
tersebut pada ekosistem karang, maka
didominasi oleh makroalgae dan dengan
diperlukan penelitian mengenai
kondisi karang hidup yang sedikit.
hubungan kepadatan bulu babi, persen
Namun ada pula kawasan perairan yang
tutupan makroalgae dan persen tutupan
didominasi oleh karang hidup dan
karang di perairan daerah Pulau Pucung.
dengan sedikit makroalgae.
Serta jumlah keseimbangan antara bulu
Makroalgae adalah pesaing bagi
babi untuk mengendali tutupan
hewan karang dalam memperebutkan
makroalgae dan tutupan karang hidup di
sumberdaya ruang (sinar matahari).
perairan daerah Pulau Pucung.
Sementara itu, salah satu pengendali
Tujuan Penelitian
populasi makroalgae adalah bulu babi.
Adapun tujuan dari penelitian ini
Bulu babi (Sea urchin) merupakan biota
yaitu untuk mengetahui hubungan
yang termasuk ke dalam filum
antara kepadatan bulu babi, tutupan
echinodermata yang tersebar dari daerah
karang dan tutupan makroalgae di
intertidal dangkal hingga ke laut dalam.
perairan daerah Pulau Pucung. Serta
Bulu babi merupakan spesies kunci
mengetahui jumlah keseimbangan
(keystone spesies) bagi komunitas
antara bulu babi untuk mengendali
terumbu karang. Menurunnya populasi
tutupan makroalgae dan tutupan karang
bulu babi diduga akan menyebabkan
hidup di perairan daerah Pulau Pucung.
matinya terumbu karang karena
Manfaat Penelitian
populasi makroalgae akan meningkat
Manfaat dari penelitian ini
dengan drastis sehingga makroalgae
adalah guna mendapatkan informasi
akan mendominasi menutupi karang
mengenai hubungan antara kepadatan
(Nystrom et al, 2000).
bulu babi, tutupan karang dan tutupan
Berdasarkan hubungan yang
makroalgae di perairan daerah Pulau
terjadi antara bulu babi, makroalgae dan
Pucung. Serta mendapat informasi
karang di perairan daerah Pulau Pucung,
mengenai jumlah keseimbangan antara
maka penelitian ini ingin meneliti
bulu babi untuk mengendali tutupan
hubungan antara bulu babi, makroalgae
makroalgae dan tutupan karang hidup di
dan karang hidup di perairan daerah
perairan daerah Pulau Pucung.
Pulau Pucung serta meneliti jumlah
Penelitian ini juga diharapkan
keseimbangan antara bulu babi,
dapat berguna bagi masyarakat yang
makroalgae dan karang hidup di
minim pengetahuan mengenai peran
perairan tersebut.
penting bulu babi pada ekositem karang
Rumusan Masalah
dan berguna bagi pemerintahan dalam
Kawasan sekitar perairan Pulau
mengelola sumberdaya kelautan serta
Pucung memiliki ekosistem terumbu
sektor lain yang membutuhkannya.
karang dan biota asosiasi diantaranya
adalah bulu babi dan makroalgae.
TINJAUAN PUSTAKA zona rataan karang dan daerah
pertumbuhan makroalgae, bulu babi
Bulu Babi biasanya hidup secara berkelompok
Bulu babi adalah salah satu biota dalam kelompok yang besar. Sedangkan
yang berasosiasi di ekosistem terumbu menurut Vimono (2007), bulu babi
karang, termasuk kedalam filum sering kali ditemukan pada habitat yang
echinodermata yang tersebar dari daerah spesifik, seperti daerah rataan, daerah
intertidal dangkal hingga ke laut dalam. lamun dan daerah pertumbuhan
Menurut Nystrom et al. (2000), bulu makroalgae. Bulu babi biasanya
babi merupakan salah satu spesies kunci ditemukan pada habitat yang spesifik,
(keystone spesies) bagi komunitas namun beberapa jenis mampu hidup
terumbu karang. Hal ini disebabkan pada daerah yang berbeda.
bulu babi adalah salah satu pengendali Echinodermata mathaei adalah salah
populasi makroalgae. Sementara satu jenis bulu babi yang hanya
makroalgae adalah pesaing bagi hewan dijumpai di celah-celah bebatuan atau
karang dalam memperebutkan pecahan karang. Berbeda dengan jenis
sumberdaya ruang (sinar matahari). dari D. Setosum yang dapat ditemukan
Bulu babi mempunyai nama pada hampir semua daerah mulai dari
internasional Sea urchin atau edible sea rataan pasir, padang lamun, rataan
urchin. Binatang laut ini mempunyai karang dan tubir, hingga ke daerah
bentuk yang khas yaitu berbentuk bebatuan.
seperti bola atau bundar pipih dengan Fauna Echinodermata di dunia
cangkang yang keras berkapur dan terdapat sebanyak kurang lebih 6000
dipenuhi dengan duri-duri tajam. Bulu jenis dan diperkirakan 950 jenis
babi bergerak atau merayap dengan kaki diantaranya adalah bulu babi. Phylum
tabung yang langsing panjang yang Echinodermata terbagi atas 15 ordo, 46
mencuat diantara duri-duri yang famili dan 121 genera (suwignyo et al.
menempel pada bulu babi tersebut. 2005). Di Indonesia, terdapat kurang
Mulut bulu babi terletak di bagian lebih 84 jenis bulu babi yang berasal
bawah dengan gigi tajam dan kuat yang dari 31 famili dan 48 genera (Clark dan
digunakan untuk mengunyah dan Rowe, 1971).
mengambil makanan sedangkan Morfologi bulu babi terbagi
anusnya menghadap keatas di puncak menjadi tiga bagian, yaitu bagian oral
bulatan cangkang (www.danaprasetyo- yang terletak dibawah dimana terdapat
scientific). mulut, aboral yang terletah diatas
dimana terdapat anus dan bagian
Bulu babi hidup di ekosistem samping.
terumbu karang (zona pertumbuhan
alga) dan lamun. Bulu babi ditemui dari
daerah intertidal sampai kedalaman 10
m dan merupakan penghuni sejati laut
dengan batas toleransi salinitas antara
30-34 ‰ (Aziz, 1995). Menurut
Sugiarto dan Supardi (1995), di daerah
ekosistem terumbu karang, bulu babi
biasanya menempati daerah rataan Gambar 1. Morfologi Bulu Babi
karang, daerah pertumbuhan Sumber gambar:
makroalgae dan daerah tubir karang. Di khayasar.wordpress.com
Bulu babi dewasa mempunyai didominasi oleh alga. Pada tahun 1995
lima sisi simetri radial, berulit keras dan ternyata ditemukan bahwa populasi
plat berkapur disebut test. Bulu babi Diadema antillarum yang sangat sedikit
mempunyai badan berbentuk bulat dan (pemulihannya membutuhkan waktu
tulang belakang yang panjang menyebar lebih dari 10 tahun). Hilangnya induk
dari badan. Tulang belakang digunakan menyebabkan jumlah larva juga sangat
untuk perlindungan, bergerak dan kurang. Meski telah mulai ada
mengapung mengerat ganggang untuk pemulihan Diadema, namun belum
makanan. Makanan bulu babi sebagian dapat diketahui apakah akan dapat
besar adalah ganggang, tetapi dapat juga mengembalikan terumbu karang yang
hidup dengan cakupan luas dari hewan hilang.
tak bertulang belakang seperti kupang,
spons (bunga karang), bintang rapuh Ekosistem Terumbu Karang
dan crinoids. Bulu babi akan merusak Ekosistem terumbu karang
lingkungan jika tanpa makroalgae dan merupakan bagian dari ekosistem laut
asosiasi fauna. Bulu babi merupakan yang penting karena menjadi sumber
spesies kunci bagi ekosistem terumbu kehidupan bagi beraneka ragam biota
karang. Menurunnya populasi bulu babi laut. Di dalam ekosistem terumbu
diduga akan menyebabkan matinya karang ini pada umumnya hidup lebih
terumbu karang populasi makroalgae dari 300 jenis biota, yang terdiri dari
akan meningkat dengan drastis sehingga sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐
makroalgae akan mendominasi puluh jenis moluska, crustacea, sponge,
menutupi karang (ejournal- alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri,
s1.undip.ac.id). 1999).
Binatang karang
Bulu babi sangat berperan dalam adalah pembentuk utama ekosistem
keseimbangan ekosistem habitatnya. terumbu karang. Binatang karang yang
Seperti peran Diadema antillarum bagi berukuran sangat kecil, disebut polip,
terumbu karang diantaranya yaitu, yang dalam jumlah ribuan membentuk
peningkatan jumlah populasi jenis ini koloni yang dikenal sebagai karang
mengakibatkan kematian larva atau (karang batu atau karang lunak). Dalam
karang muda. Bila populasinya turun peristilahan „terumbu karang‟, “karang”
(absence grazing) karang akan yang dimaksud adalah koral,
ditumbuhi oleh alga yang dapat sekelompok hewan dari ordo Scleracti
berakibat pada kematian karang dewasa nia yang menghasilkan kapur sebagai
dan tidak adanya tempat bagi larva pembentuk utama terumbu, sedangkan
karang. terumbu adalah batuan sedimen kapur
di laut, yang juga meliputi karang hidup
Kehadiran populasi jenis dan karang mati yang menempel pada
Diadema antillarum penting bagi batuan kapur tersebut. Sedimentasi
terumbu karang sebagai penyeimbang. kapur di terumbu dapat berasal dari
Keseimbangan populasi ini akan karang maupun dari alga. Secara fisik
menjaga keseimbangan populasi alga terumbu karang adalah terumbu yang
dan karang. Sedangkan kematian massal terbentuk dari kapur yang dihasilkan
Diadema antillarum berdampak pada oleh karang. Di Indonesia semua
penurunan drastis tutupan karang, terumbu berasal dari kapur yang
menurunnya kehadiran Invertebrata sebagian besar dihasilkan koral. Di
yang biasanya menetap di wilayah ini. dalam terumbu karang, koral adalah
Selain itu, terumbu karang dapat
insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan Menurut (Anonimymous,
yang menghasilkan kapur untuk 2008) terdapat fungsi terumbu karang
kerangka tubuhnya, karang merupakan lainnya sebagai berikut:
komponen yang terpenting dari
ekosistem tersebut. Jadi Terumbu 1. Pelindung ekosistem pantai
karang (coral reefs) merupakan
2. Objek wisata
ekosistem laut tropis yang terdapat di
perairan dangkal yang jernih, hangat 3. Daerah penelitian akan menghasilkan
(lebih dari 22oC), memiliki kadar informasi penting dan akurat sebagai
CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan dasar pengelolaan yang lebih baik.
komunitasnya didominasi berbagai jenis
hewan karang keras. (Guilcher, 1988). 4. Mempunyai nilai spiritual bagi
banyak masyarakat, laut adalah
Ekosistem terumbu karang daerah spiritual yang sangat penting,
merupakan ekosistem yang sangat laut yang terjaga karena terumbu
kompleks dengan keanekaragaman karang yang baik tentunya
hayati yang sangat tinggi, mengingat mendukung kekayaan spiritual.
kondisi atau aspek biologis, ekologis
dan morfologis yang sangat khas, maka Makroalgae
merupakan suatu ekosistem yang sangat Makroalgae atau tumbuhan
sensitif terhadap berbagai gangguan ganggang (alga) merupakan tumbuhan
baik yang ditimbulkan secara alamiah bertalus yang hidup di air, baik air tawar
maupun akibat kegiatan manusia maupun air laut, setidak-tidaknya selalu
(Dahuri, 1999). menempati habitat yang lembab atau
Menurut, (Wibisono, 2005) basah. Jenis-jenis yang hidup bebas di
adapun fungsi terumbu karang antara air, terutama tubuhnya yang bersel
lain sebagai berikut: tunggal dan dapat bergerak aktif
merupakan penyusun plankton. Alga
1. Sebagai tempat berteduh (Sheltor) hidupnya melekat pada sesuatu yang
dan tempat mencari makan bagi ada dalam air, misalnya batu atau kayu
sebagian biota laut, disebut bentos. Seperti diketahui dari
namanya, ganggang laut adalah
2. Sebagai penahan erosi pantai karna
tumbuhan laut yang hidup di air asin.
deburan ombak,
Ganggang ada yang mengambang
3. Sebagai cadangan sumberdaya alam secara bebas tetapi sebagian besar hidup
(Natural Stock) untuk berbagai jenis berdekatan dengan permukaan laut di
biota yang bernilai ekonomi batu-batu karang, rumah keong atau
penting, dan siput. Ganggang hidup di sepanjang tepi
laut yang dangkal sering juga disebut
4. Untuk daerah pemijahan (spawning “Intertidal Zone” (daerah pasang surut
ground), pengasuhan (nursery), dan air). Ganggang dapat ditemukan dalam
pembesaran (rearing) beberapa jenis jarak 40 meter (130 kaki) dibawah laut
ikan. Untuk bahan makanan, yaitu atau daerah yang masih terkena sinar
berupa ikan, udang-udangan matahari. Penyebaran makroalgae
(lobster), octpus, Kerang-kerangan dibatasi oleh daerah litoral dan sub
(oyster), rumput laut, dan litoral dimana masih terdapat sinar
sebagainya. matahari yang cukup untuk dapat
berlangsungnya proses fotosintesis.
Didaerah ini merupakan tempat yang
cocok bagi kehidupan alga karena grounds), tempat pemijahan (spawning
terdiri atas batuan. Daerah intertidal grounds), sebagai tempat mencari
pada pantai yang berbatu-batu makanan alami ikan -ikan dan hewan
mempunyai sifat tertutup sesuai daerah herbivor (feeding grounds).
alga merah atau alga coklat terutama Vegetasi makroalga di perairan
alga dari genus facus alga yang sering laut, umumnya merupakan komponen
disebut rumput laut (seaweeds). dari ekosistem terumbu karang.
Biasanya makro alga sedikit terdapat Keberadaanya sebagai organisme
diperairan yang dasarnya berlumpur produsen memberikan sumbangan
atau berpasir karena sangat terbatas berarti bagi kehidupan binatang akuatik
benda keras yang cukup kokoh untuk terutama herbivor di laut. Makroalga
tempatnya melekat. Umumnya mempunyai fungsi ekologis sebagai
ditemukan melekat pada terumbu penyedia karbonat dan pengokoh subtrat
karang, batuan, potongan karang, dasar yang bermanfaat bagi menunjang
cangkang molusca, potongan kayu dan kebutuhan hidup manusia sebagai bahan
sebagainya. Penyebaran dan pangan dan industri. Sebaran makroalga
pertumbuhan seaweeds disuatu perairan di perairan laut secara umum mengikuti
pantai sangat dipengaruhi oleh faktor- sebaran terumbu karang sebagai
faktor salinitas, intensitas cahaya habitatnya. Namun secara lokal di
matahari, dan turbiditas dan juga tipe daerah terumbu karang, sebaran
substrat dan kedalaman dasar laut makroalga dipengaruhi oleh faktor-
adalah dua faktor penting yang faktor lingkungan dan karakteristik jenis
menentukan kehadiran suatu jenis alga makroalga tersebut. Makroalgae adalah
bersel banyak kebanyakan melekat pada salah satu flora yang hidup di dalam air
batuan atau dasar yang keras diperairan laut, kehadirannya dapat dijumpai di
dangkal. Alga ini melekat dengan paparan terumbu karang. Makroalgae di
menggunakan organ yang kuat paparan terumbu bukarang dapat
memegang tetapi bukan akar dan sering dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
kali membentuk hutan yang luas (kelp lain faktor abiotik dan biotik. Pengaruh
beds) tepat dibawah garis air surut atau faktor abiotik yaitu berupa pencemaran
pasang surut (wordpress.com). air, sementara faktor biotik umum
Tumbuhan air makro tumbuh di dilakukan oleh pemangsa dan
perairan laut di dasar perairan kompetitor. Pemangsa makroalgae yaitu
(makroalga/seaweed) yang umumnya ikan-ikan yang bersifat herbivora
hanya menempati area yang relatif (Round, 1980).
sempit di daerah perairan dangkal. Kompetisi makroalgae dengan
Makroalga adalah kelompok alga biota karang dilakukan dalam perolehan
multiseluler yang tubuhnya berupa talus zat hara pada ruang tumbuh yang sama
yang tidak mempunyai akar, batang dan (nybakken, 1992). Arthur (1972),
daun sejati. Kelompok tumbuhan ini menyatakan bahwa kompleksitas habitat
hidup di perairan laut yang masih berpengaruh terhadap kelimpahan dan
mendapat cahaya matahari dengan keragaman jenis subtrat dasar
menempel pada substrat yang keras. makroalgae yang utama yakni pasir,
Secara ekologi, komunitas makroalga pecahan karang, karang mati dan batu
mempunyai peranan dan manfaat karang.
terhadap lingkungan sekitarnya yaitu Menurut Connel (1974),
sebagai tempat asuhan dan perlindungan menyatakan suatu lingkungan perairan
bagi jenis-jenis ikan tertentu (nursery dalam kondisi stabil akan menunjukkan
jumlah individu yang seimbang dari tutupan karsang hidup
semua spesies yang ada, sebaliknya Makroalgae Salah satu parameter
pengamatan guna
suatu lingkungan perairan yang menentukan persen
berubah-ubah akan menyebabkan tutupan makroalgae
penyabaran jenis rendah dan cenderung
ada individu yang dominan. Tabel 2. Alat Penelitian
Nama Alat Kegunaan
METODE PENELITIAN Penelitian
Peralatan Menyelam dan
selam (scuba snorkeling untuk
Waktu dan Tempat Penelitian dan snorkel) menentukan zona
Waktu penelitian dilaksanakan penelitian pengambilan
pada bulan bulan Juni 2015, dan tempat data
penelitian yaitu di perairan daerah Pulau Papan tulis Menulis hasil survey
Pucung Kabupaten Bintan. gantung
Kamera under Identifikasi dan
water dokumentasi
Jenis Penelitian Alat tulis dan Menulis hasil
Metode yang digunakan dalam buku identifikasi
penelitian ini adalah metode survey dan Kuadran 1x1m Mengukur variabel
metode yang digunakan bersifat
deskriptif. Menurut Notoatmodjo Variabel
(2002), di dalam metode survei,
Variabel pada penelitian ini
penelitian tidak dilakukan pada seluruh
terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas
objek yang dikaji, tetapi hanya
(X) dan veriabel terikat (Y). Veriabel
mengambil dari sebuah populasi
bebas merupakan variabel yang tidak
(sampel). Metode deskriptif, merupakan
penelitian yang dilakukan dengan tujuan dipengaruhi oleh faktor
membuat gambaran suatu keadaan lain sedangkan variabel terikat
secara objektif. Penelitian ini dilakukan merupakan variabel yang dipengaruhi
untuk mengumpulkan informasi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini
mengenai variabel yang diambil dari terdapat 3 kriteria, yaitu:
sekelompok obyek atau sampel yang
ingin diteliti dan dilakukan secara 1. Hubungan antara Bulu Babi dengan
langsung dilapangan. Pada penelitian ini Makroalgae : Bulu babi sebagai
sampel yang diambil disesuaikan variabel bebas dan makroalgae
kriteria yang juga merupakan variabel sebagai variabel terikat.
dalam penelitian. 2. Hubungan antara Bulu Babi dengan
Karang Hidup: Bulu babi sebagai
Bahan Penelitian dan Alat Penelitian variabel bebas dan karang hidup
Tabel 1. Bahan Penelitian sebagai variabel terikat.
Nama Bahan Kegunaan 3. Hubungan antara Makroalgae
Penelitian
Bulu Babi Salah satu parameter
dengan Karang Hidup : Makroalgae
pengamatan yang sebagai variabel bebas dan karang
penting dan menjadi hidup sebagai variabel terikat.
bahasan utama dalam Prosedur Penelitian
penelitian yaitu 1. Penentuan Lokasi Penelitian
kepadatan bulu babi
Karang Hidup Salah satu parameter
Penentuan lokasi pada penelitian
pengamatan guna ini menggunakan metode purposive
menentukan persen sampling (penentuan dengan kriteria
tersendiri) dengan melakukan survey di 3. Metode Pengolahan Data
lokasi penelitian pada hamparan Metode pengolahan data pada
terumbu karang dimana adanya penelitian ini dilakukan dengan cara
ekosistem bulu babi. Diambil 4 mentabulasikan data kedalam tabel.
hamparan terumbu karang sebagai
wilayah sampling pada perairan Pulau 4. Analisa Data
Pucung. Analisis data pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan
Analisis Korelasi Bivariat dan Regresi
Sederhana dengan bantuan program
EXEL. Analisis korelasi bivariat
dilakukan untuk mengukur tingkat
asosiasi hubungan antara dua variabel.
Sementara analisis regresi sederhana
dilakukan untuk mengetahui jumlah
keseimbangan antara 3 variabel (bulu
babi, makroalgae dan karang hidup).
Gambar 2. Lokasi Penelitian Rumus yang digunakan adalah sebagai
Sumber gambar : Citra SPOT
berikut :
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang  Korelasi Bivariat:
dilakukan pada penelitian ini dilakukan
pada saat air laut surut (jika
memungkinkan). Pengumpulan data
dilakukan oleh satu tim yang teriri dari
4 anggota. Dengan tugas 1 orang untuk
menghitung jumlah individu bulu babi,
1 orang menghitung persen tutupan
makroalgae, 1 orang menghitung persen
tutupan karang hidup dan 1 orang
bertugas memegang kuadran.
Pengumpulan data dilakukan dengan  Regresi sederhana:
cara menyelam ataupun snorkeling pada
lokasi penelitian dengan menggunakan Y = a + bx
kuadran 1x1m dengan ukuran sub plot
HASIL DAN PEMBAHASAN
20x20cm (setiap 1 sub plot mewakili 4
Data Penelitian
persen) dan diletakkan secara acak pada
wilayah sampling dengan jumlah 31 Berdasarkan hasil yang
kuadran di setiap wilayah sampling. diperoleh dari lapangan, maka
Pengumpulan data dilakukan secara didapatlah data reta-rata kepadatan bulu
manual, untuk bulu babi dihitung babi, tutupan makroalgae dan tutupan
jumlah individunya, untuk makroalgae karang hidup seperti pada tabel berikut
dan karang hidup dihitung tutupannya. ini.
Data kemudian dicatat pada papan tulis
gantung oleh setiap anggota.
Tabel 4. Data Penelitian bulu babi merupakan hewan herbivora
dan salah satu makanannya adalah
Wilayah Kepadatan Tutupan Tutupan
Sampling Bulu Babi Makroalgae Karang makroalgae. Menurut Round (1980),
(ind/m2) (%/m2) Hidup pemangsa makroalgae adalah ikan-ikan
(%/m2) yang bersifat herbivora. Bulu babi akan
1 3 78 2
2 5 79 3 merusak lingkungan jika tanpa
3 11 35 51 makroalgae dan asosiasi fauna. Bulu
4 14 30 61 babi merupakan spesies kunci bagi
ekosistem terumbu karang. Hal ini
didukung dengan pendapat Nystrom et
Analisis Korelasi Bivariat dengan
al.,(2000) yang menyatakan bulu babi
SPSS
merupakan salah satu spesies kunci
Hasil analisis korelasi Bivariat
(keystone species) bagi komunitas
akan dilihat kekuatan hubungannya
terumbu karang, hal ini disebabkan bulu
dengan panduan menurut Prof.
babi adalah salah satu pengendali
Sugiyono (2007) dapat dilihat pada
populasi makroalga. Diduga bulu babi
tabel dibawah ini.
di perairan daerah Pulau Pucung
Tabel 5. Angka Interprestasi berperan besar dalam pengendalian
Angka Hubungan populasi makroalgae selain hewan
Interprestasi Korelasi herbivora lainnya. Dari hasil regresi
0 – 0,199 Sangat lemah sederhana, dibutuhkan jumlah
0,20 – 0,399 Lemah keseimbangan antara 16 ekor bulu babi
0,40 – 0,599 Sedang untuk mengendali tutupan makroalgae
0,60 – 0,799 Kuat 13% dalam 1m2..
0,80 – 1,0 Sangat kuat
Bulu Babi dan Karang Hidup
Bulu Babi dan Makroalgae
y = 5.8583x - 18.581
80
karang hidup

y = -5.1344x + 97.61 60
makroalgae

100
40
80
20
60
0
40
-20 0 10 20
20 bulu babi
0
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Bulu Babi
0 10 20 dan Karang Hidup
bulu babi

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Bulu Babi Hasil analisis korelasi bulu babi
dan Makroalgae dan karang hidup yaitu 0,9428 dan
menunjukkan hubungan dengan arah
Hasil analisis korelasi bulu babi hubungan positif. Nilai ini
dan makroalgae menunjukkan arah menunjukkan hubungan yang sangat
hubungan negatif, dengan nilai - kuat, berarti disetiap penambahan
0.94504. Nilai ini menunjukkan jumlah kepadatan bulu babi akan diikuti
hubungan yang sangat kuat, artinya dengan penambahan jumlah persen
penambahan nilai kepadatan bulu babi tutupan karang hidup. Hasil tersebut
akan diikuti dengan pengurangan nilai didukung dengan pendapat Nystrom et
tutupan makroalgae. Hal tersebut karena al.,(2000) yang menyatakan
bahwambulu babi merupakan salah satu menunjukkan hubungan yang sangat
spesies kunci (keystone species) bagi kuat, yaitu disetiap penambahan jumlah
komunitas terumbu karang. Hal ini persentase tutupan makroalgae akan
disebabkan bulu babi adalah salah satu diikuti dengan pengurangan jumlah
pengendali populasi makroalga. persentase tutupan karang hidup.
Sementara makroalgae adalah pesaing Menurut Nybakken (1992), Kompetisi
bagi hewan karang dalam makroalgae dengan biota karang
memperebutkan sumberdaya ruang dilakukan dalam perolehan zat hara
(sinar matahari). Kuat dugaan bahwa pada ruang tumbuh yang sama. Diduga
jika kepadatan bulu babi berkurang jika populasi makroalgae di perairan
akan mengakibatkan kerusakan pada daerah Pulau Pucung meningkat, maka
ekosistem karang di perairan daerah akan menutupi karang sehingga karang
Pulau Pucung, karena makroalgae akan akan terganggu karena sulit
mendominasi menutupi karang sehingga mendapatkan sinar matahari secara
menghambat proses fotosintesis karang, optimal untuk berfotosintesis. Dari hasil
bahkan jika makroalgae blooming akan regresi sederhana, dibutuhkan jumlah
mengakibatkan kematian karang secara keseimbangan antara 13% tutupan
massal. Hal tersebut sejalan dengan makroalgae untuk mengendali tutupan
kutipan kalimat dari (ejournal- karang hidup 75% dalam 1m2..
s1.undip.ac.id) yang menegaskan bahwa
menurunnya populasi bulu babi diduga Parameter Kualitas Perairan
akan menyebabkan matinya terumbu
Pengukuran parameter kualitas
karang karena populasi makroalgae
perairan penting dalam distribusi bulu
akan meningkat dengan drastis sehingga
babi, makroalgae dan karang.
makroalgae akan mendominasi
Berdasarkan hasil penelitian di perairan
menutupi karang. Dari hasil regresi
Daerah Pulau Pucung tersaji pada tabel
sederhana, dibutuhkan jumlah
berikut ini.
keseimbangan antara 16 ekor bulu babi
untuk mengendali tutupan karang hidup Tabel 6. Parameter Kualitas Perairan
75% dalam 1m2..
Parameter Stasiun
1 2 3 4
Makroalgae dan Karang Hidup Suhu(oC) 30 31 28 29
pH 7 7 7 7
Kecerahan >3,77 >3,6 >1,98 >2,8
Kec.Arus 0,66 0,62 0,9 0,65
80
(m/s)
karang hidup

60 Salinitas 31 30 30 31
40 (0/00)
Kedalama 3,77 3,6 1,98 2,8
20 n (m)
0
-20 0 50 100 Berdasarkan tabel diatas,
makroalgae parameter kualitas perairan pada habitat
bulu babi dan makroalgae pada
Gambar 5. Grafik Hubungan antara
Makroalgae dan Karang Hidup
ekosistem karang di perairan daerah
Pulau Pucung yaitu dengan kisaran suhu
Hasil analisis korelasi air 28-31 oC, kedalaman 1,98-3,77 m,
makroalgae dan karang hidup yaitu - salinitas 30-310/00, pH 7, kecerahan
0,9495 dan menunjukan arah >1,98->3,77 (melebihi kedalaman),
hubungan negative. Nilai ini kecepatan arus 0,62-0,9 m/s. Hasil
tersebut menunjukkan keadaan perairan DAFTAR PUSTAKA
dalam kondisi normal serta sesuai
dengan Baku Mutu Air Laut Untuk Anonimymous. 2008. Faktor-Faktor
Biota Laut dalam KEPMEN-LH No.51 Lingkungan yang Mempengaruhi
Tahun 2004. Perkembangan Terumbu Karang
(Coral Reef)
KESIMPULAN DAN SARAN Arthur, M.R.H. 1972. Geographycal,
Kesimpulan Ecology, Pattern in the
distribution of species. New York,
Hubungan antara kepadatan bulu Happer & Row, Publ. Halaman
babi, persen tutupan makroalgae dan 269.
persen tutupan karang hidup di perairan
Pulau Pucung memiliki hubungan yang Aziz, A.1995. Beherapa Catatan
sangat kuat. yaitu jumlah bulu babi Mengenai Fauna Echinodermata
mempengaruhi persen tutupan di Lombok. Pengembangan dan
makroalgae, sementara persen tutupan Manfaat Potensi Kelautan, Potensi
makroalgae mempengaruhi persen Biota, Teknik Budidaya dan
tutupan karang hidup. Secara tidak Kualitas Perairan. Oseanologi
langsung jumlah bulu babi LIPI Jakarta.
mempengaruhi persen tutupan karang Clark, A.M dan F.W.E, Rowe. 1971.
hidup. Ketiga hubungan tersebut Monograph of Shallow-Water
memiliki hubungan yang sangat kuat. Indo-West Pacific Echinoderms.
British Museum. London. 238 h.
Jumlah yang diperlukan dalam Connel, Y.H.. 1974. Field experiment in
keseimbangan ekosistem karang yaitu marine ecology. Di dalam:
16 ekor bulu babi akan menstabilkan Richard, N. & Mariscal (eds.).
13% tutupan makroalgae sehingga New York: Academy Press.
tutupan karang hidup berada dalam
keadaan yang sangat baik yaitu 75% Dana Prasetyo, Scientific,
dalam 1m2, berdasarkan Kepmen LH http://www.danaprasetyo-
No. 4 Tahun 2001. scientific.blogspot.com. Diakses
pada 20 Maret 2015.
Saran
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan
Bulu babi merupakan salah satu Strategi Pengelolaan Terumbu
hewan herbivora yang memakan Karang, Lokakarya Pengelolaan
makroalgae. Berdasarkan hasil dan IPTEK Terumbu Karang
penelitian, bahwa antara bulu babi Indonesia, Jakarta.
memiliki hubungan yang sangat kuat
dalam pengendalian makroalgae di Guilcher Andre. 1988. Coral reef
perairan daerah Pulau Pucung. Geomorphology. John Willey &
Penelitian selanjutnya perlu disarankan Sons.Chhichester.
untuk meneliti jenis makroalgae yang
Maquares, Jurnal S1 UNDIP,
menjadi konsumsi primer oleh bulu babi
http://www.ejournal-
di perairan daerah Pulau Pucung.
s1.undip.ac.id. Diakses pada 20
Maret 2015.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Polit, D. Fv
dan Hungler, 1999. Rineka Cipta:
Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut,
Suatu Pendekatan Ekologis. PT
Gramedia Pustaka: Jakarta.
Nystrom, M.,C. Folke., F.
Moberg.2000. Coral Reef
Disturbance and Resilience in A
Human-Dominated Environment.
Trends in Ecology and Evolution.
Round, F..E. 1980. The Ecology of
Algae. London: Cambridge
University Press.
Sugiarto, H. dan Supardi. 1995.
Beberapa Catatan Tentang Bulu
Babi Marga Diadema. Oseana 20
(4): 35 – 41.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian


Administasi. Bandung : Alfabeta.

Suwignyo S, Widigdo B, Wardiatno Y,


dan M. Krisanti. 2005.
Avertebrata Air Jilid 2. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Vimono, I. B. 2007. Sekilas Mengenai
Landak Laut. Oseana, Volume 20
(3). 37 – 46.
Wibisono, M. S, 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. PT Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Zaifbio, Ganggang-algae,
http://zaifbio.wordpress.com.
Diakses pada 25 Maret 2015.

View publication stats

Вам также может понравиться