Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/322055413
Hubungan Antara Bulu Babi, Makroalgae Dan Karang Di Perairan Daerah Pulau
Pucung
CITATIONS READS
4 1,383
3 authors, including:
Henky Irawan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
112 PUBLICATIONS 113 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Henky Irawan on 05 January 2018.
Iskandar Miala
Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, Iskandarmiala@yahoo.com
Arief Pratomo
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, sea_a_reef@hotmail.com
Henky Irawan
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, henkyirawan.umrah@gmail.com
ABSTACT
This study aims to determine the relationship between the density of sea urchins,
cover macroalgae and live coral cover in the waters Pucung Island area . The method of
research used survey method. Observations using purposive sampling method with 1x1
meter quadrant of the 124 sampling points in all four sampling area. Analysis of the
relationship between the density sea urchins, cover macroalgae and live coral cover in
the waters of Island regions Pucung done using bivariate correlation and simple
regression. The observation of the average density of sea urchins is 8,25 (ind/m2), the
average cover of macroalgae 55,5 (%/ m2) and average live coral cover is 29,25
(%/m2). Results of bivariate correlation analysis of sea urchins and macroalgae value -
0,94504, urchins and coral life is 0,9428 and macroalgae and corals live is -0,9495,
Simple regression analysis that the required amount in the balance of the reef ecosystem
that is 16 sea urchins feathers will stabilize 13% cover of macroalgae that live coral
cover are in very good condition, namely 75% in 1m2.
y = -5.1344x + 97.61 60
makroalgae
100
40
80
20
60
0
40
-20 0 10 20
20 bulu babi
0
Gambar 4. Grafik Hubungan antara Bulu Babi
0 10 20 dan Karang Hidup
bulu babi
Gambar 3. Grafik Hubungan antara Bulu Babi Hasil analisis korelasi bulu babi
dan Makroalgae dan karang hidup yaitu 0,9428 dan
menunjukkan hubungan dengan arah
Hasil analisis korelasi bulu babi hubungan positif. Nilai ini
dan makroalgae menunjukkan arah menunjukkan hubungan yang sangat
hubungan negatif, dengan nilai - kuat, berarti disetiap penambahan
0.94504. Nilai ini menunjukkan jumlah kepadatan bulu babi akan diikuti
hubungan yang sangat kuat, artinya dengan penambahan jumlah persen
penambahan nilai kepadatan bulu babi tutupan karang hidup. Hasil tersebut
akan diikuti dengan pengurangan nilai didukung dengan pendapat Nystrom et
tutupan makroalgae. Hal tersebut karena al.,(2000) yang menyatakan
bahwambulu babi merupakan salah satu menunjukkan hubungan yang sangat
spesies kunci (keystone species) bagi kuat, yaitu disetiap penambahan jumlah
komunitas terumbu karang. Hal ini persentase tutupan makroalgae akan
disebabkan bulu babi adalah salah satu diikuti dengan pengurangan jumlah
pengendali populasi makroalga. persentase tutupan karang hidup.
Sementara makroalgae adalah pesaing Menurut Nybakken (1992), Kompetisi
bagi hewan karang dalam makroalgae dengan biota karang
memperebutkan sumberdaya ruang dilakukan dalam perolehan zat hara
(sinar matahari). Kuat dugaan bahwa pada ruang tumbuh yang sama. Diduga
jika kepadatan bulu babi berkurang jika populasi makroalgae di perairan
akan mengakibatkan kerusakan pada daerah Pulau Pucung meningkat, maka
ekosistem karang di perairan daerah akan menutupi karang sehingga karang
Pulau Pucung, karena makroalgae akan akan terganggu karena sulit
mendominasi menutupi karang sehingga mendapatkan sinar matahari secara
menghambat proses fotosintesis karang, optimal untuk berfotosintesis. Dari hasil
bahkan jika makroalgae blooming akan regresi sederhana, dibutuhkan jumlah
mengakibatkan kematian karang secara keseimbangan antara 13% tutupan
massal. Hal tersebut sejalan dengan makroalgae untuk mengendali tutupan
kutipan kalimat dari (ejournal- karang hidup 75% dalam 1m2..
s1.undip.ac.id) yang menegaskan bahwa
menurunnya populasi bulu babi diduga Parameter Kualitas Perairan
akan menyebabkan matinya terumbu
Pengukuran parameter kualitas
karang karena populasi makroalgae
perairan penting dalam distribusi bulu
akan meningkat dengan drastis sehingga
babi, makroalgae dan karang.
makroalgae akan mendominasi
Berdasarkan hasil penelitian di perairan
menutupi karang. Dari hasil regresi
Daerah Pulau Pucung tersaji pada tabel
sederhana, dibutuhkan jumlah
berikut ini.
keseimbangan antara 16 ekor bulu babi
untuk mengendali tutupan karang hidup Tabel 6. Parameter Kualitas Perairan
75% dalam 1m2..
Parameter Stasiun
1 2 3 4
Makroalgae dan Karang Hidup Suhu(oC) 30 31 28 29
pH 7 7 7 7
Kecerahan >3,77 >3,6 >1,98 >2,8
Kec.Arus 0,66 0,62 0,9 0,65
80
(m/s)
karang hidup
60 Salinitas 31 30 30 31
40 (0/00)
Kedalama 3,77 3,6 1,98 2,8
20 n (m)
0
-20 0 50 100 Berdasarkan tabel diatas,
makroalgae parameter kualitas perairan pada habitat
bulu babi dan makroalgae pada
Gambar 5. Grafik Hubungan antara
Makroalgae dan Karang Hidup
ekosistem karang di perairan daerah
Pulau Pucung yaitu dengan kisaran suhu
Hasil analisis korelasi air 28-31 oC, kedalaman 1,98-3,77 m,
makroalgae dan karang hidup yaitu - salinitas 30-310/00, pH 7, kecerahan
0,9495 dan menunjukan arah >1,98->3,77 (melebihi kedalaman),
hubungan negative. Nilai ini kecepatan arus 0,62-0,9 m/s. Hasil
tersebut menunjukkan keadaan perairan DAFTAR PUSTAKA
dalam kondisi normal serta sesuai
dengan Baku Mutu Air Laut Untuk Anonimymous. 2008. Faktor-Faktor
Biota Laut dalam KEPMEN-LH No.51 Lingkungan yang Mempengaruhi
Tahun 2004. Perkembangan Terumbu Karang
(Coral Reef)
KESIMPULAN DAN SARAN Arthur, M.R.H. 1972. Geographycal,
Kesimpulan Ecology, Pattern in the
distribution of species. New York,
Hubungan antara kepadatan bulu Happer & Row, Publ. Halaman
babi, persen tutupan makroalgae dan 269.
persen tutupan karang hidup di perairan
Pulau Pucung memiliki hubungan yang Aziz, A.1995. Beherapa Catatan
sangat kuat. yaitu jumlah bulu babi Mengenai Fauna Echinodermata
mempengaruhi persen tutupan di Lombok. Pengembangan dan
makroalgae, sementara persen tutupan Manfaat Potensi Kelautan, Potensi
makroalgae mempengaruhi persen Biota, Teknik Budidaya dan
tutupan karang hidup. Secara tidak Kualitas Perairan. Oseanologi
langsung jumlah bulu babi LIPI Jakarta.
mempengaruhi persen tutupan karang Clark, A.M dan F.W.E, Rowe. 1971.
hidup. Ketiga hubungan tersebut Monograph of Shallow-Water
memiliki hubungan yang sangat kuat. Indo-West Pacific Echinoderms.
British Museum. London. 238 h.
Jumlah yang diperlukan dalam Connel, Y.H.. 1974. Field experiment in
keseimbangan ekosistem karang yaitu marine ecology. Di dalam:
16 ekor bulu babi akan menstabilkan Richard, N. & Mariscal (eds.).
13% tutupan makroalgae sehingga New York: Academy Press.
tutupan karang hidup berada dalam
keadaan yang sangat baik yaitu 75% Dana Prasetyo, Scientific,
dalam 1m2, berdasarkan Kepmen LH http://www.danaprasetyo-
No. 4 Tahun 2001. scientific.blogspot.com. Diakses
pada 20 Maret 2015.
Saran
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan
Bulu babi merupakan salah satu Strategi Pengelolaan Terumbu
hewan herbivora yang memakan Karang, Lokakarya Pengelolaan
makroalgae. Berdasarkan hasil dan IPTEK Terumbu Karang
penelitian, bahwa antara bulu babi Indonesia, Jakarta.
memiliki hubungan yang sangat kuat
dalam pengendalian makroalgae di Guilcher Andre. 1988. Coral reef
perairan daerah Pulau Pucung. Geomorphology. John Willey &
Penelitian selanjutnya perlu disarankan Sons.Chhichester.
untuk meneliti jenis makroalgae yang
Maquares, Jurnal S1 UNDIP,
menjadi konsumsi primer oleh bulu babi
http://www.ejournal-
di perairan daerah Pulau Pucung.
s1.undip.ac.id. Diakses pada 20
Maret 2015.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Polit, D. Fv
dan Hungler, 1999. Rineka Cipta:
Yogyakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut,
Suatu Pendekatan Ekologis. PT
Gramedia Pustaka: Jakarta.
Nystrom, M.,C. Folke., F.
Moberg.2000. Coral Reef
Disturbance and Resilience in A
Human-Dominated Environment.
Trends in Ecology and Evolution.
Round, F..E. 1980. The Ecology of
Algae. London: Cambridge
University Press.
Sugiarto, H. dan Supardi. 1995.
Beberapa Catatan Tentang Bulu
Babi Marga Diadema. Oseana 20
(4): 35 – 41.