Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
The study aims to determine and describe the process of grant-budgeting and social
assistance planning based on the local Revenue and Expenditure Budgets of Morowali Districts. It
also means to explore and analyze "policy" in grant-budgeting and social assistance planning in
the year of 2011-2015. Tipe of study is qualitative; data collecting method include observation,
documents and in-depth interviews to selected informants that are considered to have better
understand and directly participated in the processof grant-budgeting and social assistance planig.
Study results show that the cause of irregularities in budgetplanningis the lack of understanding
from the executive and legislative in the planning process of both budgets and is elitist. In addition,
the interactions or "indications" that occur tend to be collaborative because each has its own
interests in the form of cooperation and accommodation for self-image of political elites and the
interests of the group, rather than representing the public interest. Most of the grants and social
assistance expenditures are used for organizational operations and the construction of worship
houses with a nominal range of hundredsmillions to billions of rupiah. The mode of deviation or
"indications" that have occurred so far in the form of placing the targeted or occupying key
positions in the nepotism beneficiary and the lack of oversight of the legislature.
Keywords: budgeting planning, indication and collaboration, grant expenditure, and social
assistance expenditure
86
87 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 12, Desember 2017 hlm 86-98 ISSN: 2302-2019
pencapaian kesejahteraan yang lebih besar. daerah, keputusan kepala dinas, dan lain-
Sehingga dengan demikian dalam lain”
perencanaan penganggaran dana hibah dan Di Kabupaten Morowali telah
bantuan sosial belum sepenuhnya terwujud ditetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah
sebagaimana yang telah diharapkan. (SKPD) yang mengelola dana hibah dan
Tempo.co, 2016 memberitakan bantuan sosial mulai dari penganggaran
Kepolisian Daerah Riau akhirnya menahan sampai kepada penentuan orang/lembaga
bupati Bangkalis periode 2010-2015 dengan yang akan menerima bantuan hibah. SKPD
inisial HS pada hari jum’at 04 Maret 2016 dimaksud adalah Dinas Pendapatan,
terkait dengan kasus korupsi dana bantuan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
sosial (bansos) Bengkalis tahun anggaran (DPPKAD) Kabupaten Morowali.
2012 sebesar 272 milyar. Kasus dugaan Fakta empiris di lapangan sesuai
korupsi Bengkalis bergulir sejak 2012, Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa
anggaran Hibah dan Bansos senilai 272 Keuangan (LHP-BPK) perwakilan Provinsi
milyar disalurkan kepada 2.000 lembaga Sulawesi Tengah pada pemerintah daerah
sosial dan organisasi kemasyarakatan yang Kabupaten Morowali tahun anggaran 2015
diduga fiktif karena tidak jelas jenis kegiatan masih banyak temuan, yakni mekanisme
dan tujuan sosial (sumber: Tempo co. 2016). penganggaran, pembayaran dan
Hal ini menunjukan bahwa dana hibah pertanggungjawaban Hibah tidak tepat serta
dan bantuan sosial sangat rentan dengan pengendalian pelaksanaannya lemah
penyalahgunaan. Itu artinya sebuah kebijakan diantaranya:
yang mengatur dan mengarahkan a. Perencanaan: 1) penerima hibah dan
pengelolaan hibah dan bantuan sosial ini bansos tidak memiliki kriteria tertentu, 2)
diharapkan implementasi dengan baik. Pemberian hibah tidak dilengkapi dengan
Nasucha (2004:37) menyatakan bahwa proposal.
kebijakan publik adalah kewenangan b. Pelaksanaan dan Penatausahaan: 1)
pemerintah dalam pembuatan suatu Terdapat hibah uang senilai Rp.
kebijakan yang digunakan ke dalam 414.300.000 tidak dilengkapi dengan SK
perangkat peraturan hukum. Kebijakan Bupati, 2) Pengendalian proses penetapan
tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika nama hingga pencairan dana hibah
sosial dalam masyarakat, yang dijadikan pendidikan umum lemah, 3) Mekanisme
acuan perumusan kebijakan sosial agar penyaluran dan pencairan dana hibah
tercipta hubungan sosial yang harmonis. pendidikan umum tidak memadai.
Perkataan ini seakan memperkuat bahwa c. Pelaporan dan pertanggungjawaban :
sebuah kebijakan sangat perlu untuk terjadi selisih antara uang yang dicairkan
pengelolaan hibah dan bantuan sosial ini. dengan pertanggungjawan yang
Kebijakan publik yang mengatur dimasukan.
pengelolaan hibah dan bantuan sosial ini d. Pengendalian (monitoring dan evaluasi)
berbentuk peraturan. Nugroho (2003:159) tidak sesuai dengan Permendagri Nomor
mengatakan:“Kebijakan publik dalam bentuk 32 tahun 2011 sebagaimana telah diubah
undang-undang atau perda adalah jenis dengan Permendagri Nomor 39 tahun
kebijakan publik yang memerlukan kebijkan 2012 tentang pedoman pemberian hibah
publik penjelas atau yang sering diistilahkan dan bantuan sosial yang bersumber dari
sebagai peraturan pelaksanaan. Kebijakan APBD.
publik yang bisa langsung oprasional antara Perencanaan mekanisme penerima
lain kepres, kepmen, keputusan kepala bantuan hibah dan bantuan sosial sering
ditetapkan pada tahun berjalan. Sehingga hal
Arifin, dkk. Analisis Proses Perencanaan Penganggaran Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber .......................88
metode untuk mempersiapkan suatu sosial dalam Lampiran III Peraturan Kepala
anggaran, yang dipraktekan dalam organisasi Daerah tentang Penjabaran APBD atau yang
sektor publik sebagai kebijakan politik”. dikenal dengan istilah by name by address
Sementara belanja hibah dan bantuan sosial, Berdasakan Peraturan Menteri Dalam
tahap perencanaannya diawali dengan Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang
masuknya proposal dari masyarakat atau Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
kelompok masyarakat yang ditujukan kepada Sosial yang Bersumber dari APBD dan
bupati. Proposal yang masuk kemudian di Peraturan Bupati Morowali Nomor 9 Tahun
evaluasi oleh SKPD terkait sesuai dengan 2012 tentang Tata Cara Penganggaran,
lining sektornya. Selanjutnya hasil evaluasi Pelaksanaan, Penatausahaan, dan
kepala SKPD tersebut menjadi rekomendasi Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta
sebagai dasar untuk menentukan jumlah Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan
anggaran belanja hibah dan bantuan sosial Sosial yang Bersumber dari Anggaran
dalam KUA dan PPAS yang akan dibahas Pendapatan dan Belanja Daerah, secara garis
bersama-sama dengan DPRD. Penentuan besar tahapan proses perencanaan Anggaran
alokasi anggaran belanja hibah dan bantuan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial yang
sosial ini tanpa proses penjaringan aspirasi Bersumber dari APBD Kabupaten Morowali
masyarakat dalam Musrembang sebagaimana adalah sebagai berikut:
belanja modal, tetapi masyarakat dapat Tahap Pertama: Pemerintah, pemerintah
secara langsung mengajukan permohonan daerah lainnya, perusahaan daerah,
bantuan untuk mengatasi permasalahan yang masyarakat dan organisasi kemasyarakatan
dihadapi. serta anggota/kelompok masyarakat
Secara umum tahapan dan mekanisme menyampaikan usulan permohonan hibah
proses perencanaan anggaran belanja hibah atau bantuan sosial secara tertulis berupa
dan bantuan sosial dari tahun 2011 hingga proposal kepada Bupati.
2015 tidak ada perbedaan yang mendasar. Tahap Kedua: Bupati menunjuk SKPD
Sebelumnya pada periode tahun 2007-2011 terkait (melalui disposisi) untuk melakukan
mekanisme penganggaran menggunakan evaluasi terhadap proposal tersebut dengan
sistem paket (plafond) tanpa mencantumkan tujuan untuk mengetahui keberadaan
penerima hibah dan bantuan sosial. Pada (domisili) pemohon apakah sudah sesuai
tahun 2012 sesuai dengan Permendagri dengan proposal yang diajukan (tidak fiktif).
Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman SKPD terkait tersebut adalah:
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang a. Sekretariat Daerah Cq. Kabag
Bersumber dari APBD khusus untuk Pemerintahan melakukan evaluasi usulan
penganggaran hibah diharuskan hibah dari pemerintah, pemerintah daerah
mencantumkan nama dalam lampiran lainnya dan perusahaan daerah.
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran b. Sekretariat Daerah Cq. Kabag
APBD, sedangkan bantuan sosial tetap Kesejahteraan Rakyat melakukan evaluasi
dengan sistem paket (plafond). Kemudian usulan hibah dari masyarakat di bidang
pada tahun 2013, berpedoman pada perekonomian, kesehatan, keagamaan,
Permendagri Nomor 39 Tahun 2012 tentang olah raga non profesional, kesenian, adat
Perubahan atas Permendagri Nomor 32 istiadat dan organisasi kemasyarakatan
Tahun 2011, penganggaran baik hibah serta bantuan sosial dari anggota/
maupun bantuan sosial tidak lagi dengan kelompok masyarakat.
sistem paket melainkan dengan c. Dinas Pendidikan melakukan evaluasi
mencantumkan daftar nama penerima, alamat usulan hibah dari masyarakat bidang
penerima serta besaran hibah dan bantuan
Arifin, dkk. Analisis Proses Perencanaan Penganggaran Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber .......................90
proses penganggaran itu seperti apa yang Tabel 4. Anggaran Hibah dan Bantuan
terjadi selama ini, yang kami tau itu ada Sosial Kabupaten Morowali
hibah dan bansos, tetapi kami dari Periode 2011-2015
pembahasan anggaran tidak tau klasifikasi BANTUAN BANTUAN
hibah seperti apa dan bansos seperti apa No TAHUN HIBAH SOSIAL
karena sudah terjadi setiap tahun seperti itu, (Rp) (Rp)
makanya ini adalah ilmu besar bagi kami”
1. 2011 11.585.696.000 11.470.660.000
Ketidakpahaman legislatif tentang 2. 2012 50.951.323.900 6.763.500.000
penempatan pos anggaran Hibah dan 3. 2013 48.978.426.005 2.700.000.000
Bantuan Sosial dapat mengakibatkan 4 2014 22.100.000.000 770.000.000
terjadinya salah penempatan pos mata 5. 2015 16.084.300.000 770.000.000
anggaran, artinya yang seharusnya pos Sumber: DPPKAD Kab.Morowali 2017
anggaran bantuan sosial tetapi dianggarkan di
pos belanja hibah seperti penganggaran Tabel diatas menggambarkan
bantuan sosial rumah ibadah yang seharusnya peningkatan anggaran hibah di tahun 2012
sebagai bantuan sosial tetapi dianggarkan dan 2013 karena ada 4 (empat) kategori
bantuan hibah. lembaga atau organisasi penerima dana hibah
APBD Kabupaten Morowali. Pertama,
4) Ketidak Sesuaian Alokasi Pos Belanja kategori hibah kepada lembaga non
Hibah dan Bantuan Sosial departemen meliputi Palang Merah Indonesia
Pertemuan nilai dan kepentingan para (PMI), Badan Narkotika Nasional (BNN),
perencana kebijakan dalam proses Komisi Pemilihan Umum (KPU), Panitia
perencanaan anggaran hibah dan bantuan Pengawas Pemilu (PANWASLU), POLRES;
sosial APBD Kabupaten Morowali serta Kedua, hibah kepada Badan/Lembaga/
interaksi yang terjadi antar aktor dalam Organisasi meliputi PKK, Dharma Wanita,
proses tersebut sebagaimana telah peneliti KONI, Pramuka; Ketiga, hibah kepada
uraikan pada sub bab sebelumnya, pada lembaga pendidikan meliputi semua lembaga
akhirnya memunculkan kesepakatan- yang bergerak dalam bidang pendidikan; Dan
kesepakatan. Kesepakatan-kesepakatan itu yang keempat, hibah kepada organisasi
menjadi titik pertemuan serta solusi bagi kemasyarakatan meliputi organisasi-
pertarungan kepentingan yang terjadi dalam organisasi yang berasal dari masyarakat
perencanaan anggaran dan tentu saja yakni pada tahun 2012 dan 2013
menguntungkan semua pihak yang terlibat. peruntukkannya lebih didominasi untuk
Berikut ini dapat dilihat alokasi anggaran pembangunan rumah ibadah.
belanja hibah dan bantuan sosial APBD Alokasi belanja hibah APBD
Kabupaten Morowali selama 5 (lima) tahun Kabupaten Morowali bersifat fluktuatif.
terakhir sebagai hasil dari kesepakatan para Akan tetapi, pada tahun 2012 dan 2013
perencanaanggaran. hampir semua bidang, kecuali hibah kepada
lembaga pendidikan, mendapatkan alokasi
tambahan dana yang sangat besar. Bahkan
alokasi dana hibah kepada masyarakat/
organisasi kemasyarakatan mengalami
kenaikan tajam terus menerus dalam kurun
waktu 3 (tiga) tahun terakhir (2012-2014).
Hal ini berbeda dengan alokasi dana hibah
kepada lembaga pendidikan yang justru terus
mengalami penurunan khususnya pada tahun
2011 dan 2012. Hal ini sejalan dengan
Arifin, dkk. Analisis Proses Perencanaan Penganggaran Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber .......................94
5) Alokasi Belanja Hibah dan Bantuan 2012 dan PSU 2013, dana hibah yang
Sosial yang berbau Nepotisme diberikan kepada organisasi-organisasi
Selama ini kepengurusan organisasi khususnya organisasi yang dikelola oleh
penerima hibah maupun bantuan sosial yang pejabat di ekseskutif maupun legislatif
bersumber dari APBD Kabupaten Morowali seperti PMI, Pramuka, KONI baru
sebagian besar diisi oleh orang-orang yang dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang
menduduki jabatan penting dalam lembaga bersifat sosial bagi masyarakat tidak seperti
eksekutif maupun legislatif, istri bupati atau tahun-tahun sebelumnya yang habis
masyarakat biasa yang menjadi orang-orang digunakan untuk kepentingan organisasi dan
pilihan bupati. pengurusnya. Hal ini sesuai dengan
Penentuan anggaran organisasi pernyataan Bendahara Bantuan Sosial dalam
kepemudaan dan organisasi bidang wawancara pada tanggal 17 Januari 2017
keagamaan secara gelondongan, artinya tidak Pukul 10.00 Wita sebagai berikut:
dirinci secara detail siapa semua penerima “Selama ini dana hibah habis dipakai
hibah dan bantuan sosial, hal ini tidak sesuai organisasi untuk operasional kantor, sewa
dengan peraturan Menteri Dalam Negeri gedung, perjalanan dinas, honor pengurus
Nomor 39 Tahun 2012 pada Pasal 11 A organisasi dan sedikit sekali berdampak
bahwa kepala daerah harus mencantumkan pada masyarakat. Mereka (pengurus
daftar nama penerima, alamat penerima dan organisasi) tidak pernah menganggarkan
besaran hibah atau bansos yang diterima kegiatan-kegiatan yang melibatkan
dalam Lampiran III peraturan kepala daerah masyarakat secara langsung kecuali tahun-
tentang penjabaran APBD. Sesuai tahun 2014-2015. Waktu itu ada beberapa
wawancara dengan Kepala Seksi Penyusunan organisasi binaan pak ketua (ketua DPRD)
Anggaran DPPKAD pada tanggal 24 Januari menganggarkan kegiatan pramuka dalam
2017 Pukul 11.00 Wita sebagai berikut: rincian anggaran biaya dalam proposal
“Dalam pencantuman nominal pagu permohonan hibah mereka. Kegiatannya
anggaran dalam APBD khususnya hibah dan kalau tidak salah melakukan Jambore di
bansos yang ada di DPA DPPKAD pada Bandung dananya habis di kegiatan-kegiatan
tahun-tahun sebelumnya secara gelondongan nasional. Ada juga binaan ibu bupati seperti
karena belum kita tau siapa semua yang PMI dan pembagian sembako kepada ibu-ibu
mendapatkan dana tersebut, serta biasa melalui kegiatan di PKK dan Dharma
proposal pengajuan organisasi masyarakat Wanita”.
atau kelompok keagamaan nanti pada tahun Kenyataan di atas tentu saja
berjalan baru masuk atau biasa hanya mengindikasikan adanya kaitan erat antara
melalui telpon oleh pejabat tertentu supaya kegiatan-kegiatan organisasi hibah tersebut
dianggarkan organisasi ini proposalnya terutama yang dikelola oleh.
nanti menyusul. Akhirnya di APBD itu kita
tidak uraikan secara rinci nominalnya, tapi 7) Kurangnya Pengawasan
alhamdulillah mulai tahun 2016 kemarin kita Secara normatif, lembaga legislatif
sudah rinci secara jelas dipenjabaran dalam menjalankan kekuasaannya memiliki
APBD”. tiga fungsi yakni: Pertamaadalah fungsi
legislasi, yakni sebagai wakil rakyat
6) Penggunaan Anggaran Hibah dan menampung dan berusaha mewujudkan
Bantuan Sosial Bukan pada Substansi aspirasi dan kepentingan rakyat melalui
Kepentingan Masyarakat kebijakan. Kedua, fungsi anggaran
Pada saat menjelang penyelenggaraan (budgeting) yakni memiliki kewenangan
pemilihan umum kepala daerah pada tahun menentukan APBD. Ketiga, fungsi
Arifin, dkk. Analisis Proses Perencanaan Penganggaran Hibah Dan Bantuan Sosial yang Bersumber .......................96