Вы находитесь на странице: 1из 6

FORMALIN

Nur Hayati1*
1 Study Program of Marine Science, Faculty of Fisheries and Marine Science, Padjadjaran University
Jl. Raya Bandung-Sumedang, KM 21 Jatinangor, Sumedang,West Java 45363, Indonesia
*Corresponding author: nurnhy0815@gmail.com

ABSTRACT

The use of chemicals as additives to food (food additives) is currently often found in food and beverages,
including fishery products. One of the additional ingredients in food is a chemical preservative that serves
to slow down food damage. One type of preservative that is often used is formalin. In the trading world,
37% formaldehyde solution in water is called formalin. Formalin is a colorless clear liquid with a pungent
odor. Formalin is carcinogenic so it is very dangerous for health. Formalin is also mutagenic or causes
changes in cells and tissues, is very corrosive and also irritative. The purpose of this practicum is to know
the qualitative test of formaldehyde, which is to find out whether or not there is formaldehyde content in
marine animals traded. Samples used in this practicum are marine biological materials which are sold in
supermarkets, namely squid, vaname shrimp, selar fish, mackerel and green mussels. The positive result is
the presence of formalin with the addition of the atilin test kit consisting of AL-A and AL-B reagents ie the
change in color of the solution to purple. Based on the practicum that has been done, it can be concluded
that all the samples that have been studied show negative results (by marking there is no color change in
the sample), i.e. none of the samples contain. This is because the test samples purchased at supermarkets
are fresh and clean and formalin free.

Keywords: formalin, formaldehyde, antilin

1. Pendahuluan air yang biasa disebut dengan formalin. Larutan ini


memiliki bau menyengat, tidak berwarna, korosif,
Penggunaan bahan kimia sebagai bahan sedikit asam dan dapat terurai jika dipanaskan serta
tambahan pada makanan (food additive) pada saat ini menghasilkan asam format (Badan Pengawas Obat
sering ditemui pada makanan dan minuman. Salah dan Makanan RI, 2008). Formaldehid dapat
satu bahan tambahan pada makanan adalah pengawet berbentuk gas yang mudah terbakar. Senyawa ini
bahan kimia yang berfungsi untuk memperlambat dapat dihasilkan dari alam seperti sisa pembakaran,
kerusakan makanan, baik yang disebabkan mikroba maupun dari manusia seperti otomotif serta sisa
pembusuk, bakteri, ragi maupun jamur dengan cara pembakaran dari bahan bakar lain seperti industri
menghambat, mencegah, menghentikan proses (World Health Organization, 2002).
pembusukan dan fermentasi dari bahan makanan Formalin adalah cairan bening yang tidak
(Husni et al 2007 diacu dalam Girsang 2014). Salah berwarna dengan bau menusuk, uapnya merangsang
satu jenis bahan pengawet yang seringkali digunakan selaput lendir hidung dan tenggorokan dengan
yaitu formalin. terdapatnya rasa membakar. Formalin bersifat
Formaldehid merupakan senyawa organik karsinogenik sehingga sangat berbahaya bagi
dengan struktur CH2O yang berbentuk cair maupun kesehatan. Formalin juga bersifat mutagen atau
gas. Formaldehid dihasilkan dari sisa pembakaran tak menyebabkan perubahan sel serta jaringan, sangat
sempurna pada senyawa organik. Dalam dunia korosif dan juga iritatif. Formalin awalnya disintesis
perdagangan terdapat larutan formaldehid 37% dalam oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859,
tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Bobot membunuh spora dalam waktu 18 jam. Formaldehid
tiap mililiter adalah 1,08 gram. Formalin dapat memiliki daya antimicrobial yang luas yaitu terhadap
bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella
bercampur dengan kloroform dan eter (Norman and pneumonia, Pseudomonas aerogenosa, Pseudomonas
Waddington, 1983). florescens, Candida albicans, Aspergillus niger, atau
Nama lain dari formalin adalah Formol, Penicillium notatum. Mekanisme formaldehid
Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid, sebagai pengawet diduga bergabung dengan asam
Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, amino bebas dari protoplasma sel atau
Formoform, Superlysoform, Formaldehyde dan mengkoagulasikan protein (Cahyadi, 2006).
Formalith (Astawan, 2006). Formaldehid membunuh bakteri dengan
Berat molekul dari formalin adalah 30,03 membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi
dengan Rumus molekul HCOH. Karena kecilnya (kekurangan air) sehingga sel bakteri akan kering dan
molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya
ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga
sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di
protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa bawahnya supaya tahan terhadap serangan bakteri
yang mengendap (Harmita, 2006). lain. Bila desinfektan lainnya mendeaktifasikan
serangan bakteri dengan cara membunuh maka
Tabel 1. Sifat-Sifat Kimia dan Fisika dari Formalin formalin akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada
di dalam materi tersebut untuk melindungi dari
Nama Formaldehid, metanal, metil
serangan berikutnya (Cahyadi, 2006)
aldehid, metilen oksida Mekanisme formalin sebagai pengawet
adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein
Rumus kimia H2CO sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara
Berat molekul 30.03 protein yang berdekatan. Akibat dari reaksi tersebut
protein mengeras dan tidak dapat larut (Herdiantini,
Titik leleh -118 to -92 ºC 2003). Sifat penetrasi formalin cukup baik, tetapi
Titik didih -21 to -19 ºC gerakan penetrasinya lambat sehingga walaupun
formaldehid dapat digunakan untuk mengawetkan
Triple point 155.1 K (-118.0 ºC) sel-sel tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna,
Densitas 1.13 x 103 kg/m3 kecuali jika diberikan dalam waktu lama sehingga
jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).
Tekanan Uap (Pa, 25ºC) 516000 Efek formalin jika tertelan menyebabkan
Kelarutan (mg/liter, 25ºC) 400000 – gangguan pencernaan, asidosis yang kuat, karena
formalin dalam tubuh mengalami metabolisme
550000 menjadi asam formiat, karbondioksida, metanol, dan
Faktor 1 ppm = 1.2 mg/m3 dalam bentuk metabolit HO-CH2 alkilasi (Theines
dan Halley, 1955). Formalin juga dapat menyebabkan
konversi sakit perut, mual, muntah, diare, bahkan kematian
jika dikonsumsi pada jumlah yang melewati ambang
Formaldehida bisa dihasilkan dari batas aman (Yuliarti, 2007).
pembakaran bahan yang mengandung karbon. Efek jangka pendek dari mengkonsumsi
Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, formalin antara lain terjadinya iritas pada saluran
knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa
bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya
matahari dan oksigen terhadap metana dan adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan
dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai saraf pusat, dan ginjal (Mahdi et al., 2008).
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia Batas normal tubuh dapat menetralisir
(Reuss 2005). formalin dalam tubuh melalui konsumsi makanan
Larutan formaldehid adalah disinfektan adalah 1,5 sampai 14 mg setiap harinya.
yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur atau Mengkonsumsi secara terus menerus dan dalam skala
virus tetapi kurang efektif melawan spora bakteri. cukup tinggi dapat menyebabkan mutasi genetik yang
Formaldehid bereaksi dengan protein dan hal tersebut berakibat pada meningkatnya kemungkinan terkena
mengurangi aktivitas mikroorganisme. Efek kanker (Tartwojo, 1998). The United States
sporosidnya meningkat, yang meningkat tajam Environmental Protection Agency (USEPA) yang
dengan adanya kenaikan suhu. Larutan 0,5 % merupakan salah satu badan perlindungan makanan
formaldehid dalam waktu 6 – 12 jam dapat dunia menetapkan nilai ADI (Acceptable Daily
membunuh bakteri dan dalam waktu 2 – 4 hari dapat Intake) formalin sebesar 0,2 mg/kg berat badan.
membunuh spora, sedangkan larutan 8% dapat
2. Alat, Bahan dan Metode 2.3 Prosedur Praktikum
Praktikum yang berjudul formalin ini Pada pengujian kandungan formalin, yang
dilakukan pada tanggal 1 November 2019 di pertama dilakukan adalah menyiapkan sampel
Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi sebanyak 10 gram. Sampel yang digunakan dalam
Molekular Gedung 3 Lantai 1 Fakultas Perikanan dan praktikum ini adalah daging kerang hijau. Kemudian
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada pukul sampel dicincang dan dihaluskan menggunakan
15.00 WIB. Praktikum yang dilakukan kali ini mortar dan alu. Selanjutnya ditambahkan air
bertujuan untuk memahami uji kualitatif formalin. mendidih secukupnya. Kemudian tunggu sampai
campuran tersebut dingin agar kandungan dalam
2.1 Alat sampel benar-benar bereaksi dengan air tersebut.
Setelah itu, disaring menggunakan kertas
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum
saring dan ditetesi dengan 4 tetes reagen AL-A dan
ini yaitu tabung reaksi untuk menghomogenkan
reagen AL-B sebagai peraksi agar dapat terjadi
laruta, mortar dan alu untuk menghaluskan sampel
perubahan warna pada larutan sampel untuk
uji, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam jumlah
menunjukkan ada atau tidaknya formalin dalam
kecil, corong untuk mempermudah penyaringan
bahan sampel tersebut. Setelah itu ditunggu antara 5
sampel dan beaker glass sebagai wadah air panas,
sampai 10 menit agar reaksi dalam larutan optimal.
neraca analitik untuk menimbang senyawa kimia
Tahap terakhir adalah dilakukan pengamatan
padatan,dan spatula untuk mengambil sampel uji.
terhadap perubahan warna pada larutan tersebut.
Apabila larutan berubah menjadi ungu maka larutan
2.2 Bahan
positif mengandung formalin. Kemudian dilakukan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pencatatan terhadap hasil akhirnya.
praktikum ini yaitu kerang hijau yakni sebagai sampel
uji, reagen AL-A dan AL-B sebagai senyawa 3. Hasil dan Pembahasan
pendukung uji, air mendidih sebagai pelarut sampel
3.1. Hasil
uji, kertas saring untuk menyaring sampel dan label
Pada percobaan ini pengujian kandungan
nama untuk menamai tabung reaksi.
formalin menunjukan hasil yang negatif. Hasil dapat
dilihat pada Tabel 2 untuk shift 1 di bawah ini.

Tabel 2. Hasil Pengujian Formalin Shift 1

Kelompok Sampel Uji Gambar Hasil Uji (+)/(-) Keterangan


1 Cumi-cumi - Tidak terdapatnya
kandungan formalin dalam
sampel uji

2 Udang vaname - Tidak terdapatnya


kandungan formalin dalam
sampel uji
3 Ikan kembung - Tidak terdapatnya
kandungan formalin dalam
sampel uji

4 Ikan selar - Tidak terdapatnya


kandungan formalin dalam
sampel uji

5 Kerang hijau - Tidak terdapatnya


kandungan formalin dalam
sampel uji

3.2 Pembahasan fluke dan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan


Penggunaan formalin pada bahan pangan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas
berbahaya karena dapat terjadinya iritasi pada saluran amannya sangat rendah sehingga terkadang ikan yang
pernafasan, muntah-muntah, pusing, dan rasa diobati malah mati akibat formalin daripada akibat
terbakar pada tenggorokan. Efek jangka panjangnya penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam
adalah terjadinya kerusakan organ penting seperti pengawetan sampel ikan untuk keperluan penelitian
hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan dan identifikasi. Namun para produsen
saraf pusat, dan ginjal (Mahdi et al., 2008). mengunakannya secara sembarangan.
Oleh sebab itu, sangat dilarang Pengujian kandungan formalin pada
menggunakan formalin sebagai bahan campuran dan praktikum ini (shift 1) dilakukan terhadap bahan-
pengawet makanan. Dapat kita ketahui bahwa bahan pangan hayati laut, yakni cumi-cumi, udang
formalin merupakan senyawa kimia yang biasanya vaname, ikan kembung, ikan selar dan daging kerang
digunakan sebagai antibakteri atau pembunuh kuman hijau. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk
dalam berbagai keperluan jenis industri, pengawet mengetahui pengujian kualitatif formalin.
produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk Pertama-tama, setelah sampel ditimbang,
insulasi busa dan masih banyak lainnya. Namun, kemudian sampel dicincang dan dihaluskan
penggunaan formalin oleh sebagian orang disalah menggunakan mortar dan alu. Penghalusan sampel
gunakan dengan menggunakannya pada bahan dilakukan untuk memperluas permukaan sentuh
pangan untuk mengawetkan makanan. sampel, karena luas permukaan juga mempengaruhi
Menurut Yuliarti (2007), dalam industri proses ekstraksi. Semakin kecil ukuran partikel
perikanan, formalin digunakan menghilangkan sampel maka luas permukaan semakin besar
bakteri yang biasa hidup di sisik ikan. Formalin (Underwood, 1990).
diketahui sering digunakan dan efektif dalam Selanjutnya, sampel ditambahkan air
pengobatan penyakit ikan akibat ektoparasit seperti mendidih secukupnya yang bertujuan untuk
mempermudah pelarutan zat-zat yang terdapat di Herdiantini, E., 2003. Analisis Bahan Tambahan
dalam sampel karena pengaruh suhu tinggi yang
Kimia (Bahan Pengawet Dan Pewarna)
dapat mepercepat terjadinya laju reaksi (Pramugiyan,
2010). Kemudian ditunggu sampai campuran tersebut Yang Dilarang Dalam Makanan. Bandung:
dingin agar kandungan dalam sampel benar-benar
Fakultas Teknik Universitas Pasundan.
bereaksi dengan air tersebut.
Setelah itu, diambil filtratnya dan ditetesi Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia.
dengan 4 tetes test kit atilin yang terdiri dari reagen
Depok: Departemen Farmasi FMIPA
AL-A dan AL-B sebagai peraksi agar dapat terjadi
perubahan warna pada larutan sampel untuk Universitas Indonesia.
menunjukkan ada atau tidaknya formalin dalam
Norman, R.O.C and D.J. Waddington, 1983. Modern
bahan sampel tersebut. Test kit atilin adalah
seperangkat bahan untuk pengujian cepat kandungan Organic Chemistry. New York: Colliens
formalin pada bahan uji makanan atau minuman,
Educational.
termasuk produk perikanan (Sanger, 2010). Setelah
itu ditunggu antara 5 sampai 10 menit agar reaksi Mahdi, C dan Mubarrak, Shofi A. 2008. Uji
dalam larutan optimal.
Kandungan Formalin, Borak dan Pewarna
Hasil praktikum ini yang dideroleh dari tiap
kelompok pada shift 1, diketahui bahwa tidak ada Rhodamin pada Produk Peternakan Dengan
satupun sampel uji yang berubah menjadi warna
Metode Spot Test. Berkala Ilmiah Perikanan
ungu, atau bisa dibilang mengandung formalin. Hal
ini bisa disebabkan karena sampel yang dibeli tiap Vol.3. Malang: Universitas Brawijaya.
kelompok pada pasar swalayan masih segar.
Reuss G, W. Disteldorf, A.O.Gamer. 2005.
4. Kesimpulan Formaldehyde in Ullmann’s Encyclopedia
Berdasarkan praktikum yang telah of Industrial Chemistry Wiley-VCH.
dilakukan mengenai uji kualitatif formalin, maka
Sanger, G., 2010, Mutu Kesegaran Ikan Tongkol
dapat disimpulkan bahwa semua sampel yang telah
diteliti (cumi-cumi, udang vaname, ikan selar, ikan Selama Penyimpanan Dingin, Warta
kembung dan daging kerang hijau) tidak mengandung
Wiptek.
formalin. Hal ini disebabkan karena Sampel yang
diuji keadaannya segar dan bersih. Tarwotjo, I. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Daftar Pustaka
Underwood, AL. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif .
Astawan, Made. 2006. Mengenal Formalin dan
Jakarta : Erlangga.
bahayanya. Jakarta: Penebar Swadya
World Health Organization. An Expanded DOTS
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2008.
Framework for effective Tuberculosis
Informasi Pengamanan Bahan Berbahaya:
Control 2002. Geneva. World Health
Formalin (Larutan Formaldehid). Jakarta:
Organization.
Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan
Yuliarti. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya
Berbahaya.
Makanan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Cahyadi, W., 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan
Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Lampiran

No Gambar Keterangan
1. Ditimbang sampel sebanyak 10 gram menggunakan neraca analitik.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


2. Sampel dihaluskan menggunakan mortar dan alu

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


3. Sampel ditambahkan air panas secukupnya

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


4. Sampel disaring menggunakan kertas saring dan diambil larutannya
sebanyak 5 ml

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


5. Dimasukkan reagen AL-A dan AL-B ke dalam tabung reaksi

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)


6. Didiamkan selama 5-10 menit kemudian dicatat hasil akhirnya

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Вам также может понравиться