Вы находитесь на странице: 1из 15

PERBANDINGAN HUKUM GADAI SYARIAH DENGAN GADAI

KONVENSIONAL PADA PT. PEGADAIAN PEKANBARU

Oleh : SITI SUHAINA


Pembimbing 1 : Hj. Mardalena Hanifah, SH,.M.Hum
Pembimbing 2 : Rahmad Hendra, S.H.,M.Kn.
Alamat : Jl. Pesantren, Harapan Raya, Pekanbaru
Email :sitisuhaina7@gmail.com - Telepon : 085265486978

ABSTRACT
Pawn is an insurance agency that has been very well known and in public life,
in an attempt to obtain funds to share the needs of legal transactions pawn in Islamic
jurisprudence called ar-Rahn. Arrahn is an agreement to hold an item as a dependent
on debt and the lien conventional and syariah pawn has similarities and differences
in the application of the concept of the pawn.In this study, the problem is how
differences in syariah pawn agreement with the conventional mortgage and how
equality in Islamic pawn contract conventional mortgage. Based on the research
results, the equation contract pawn Islamic and pawn conventional mortgage,
namely: the pawn is a guarantee that a person can pay its debts and if it fails to fulfill
the rights of creditors to take payment of the object guarantees, the subject of the
pledge is the recipient pledge and the pledgor, goods pawned both in terms of pawn
islamic and conventional mortgage is not taken advantage, the recipient pawn has
the right to sell the goods as collateral if the debt is not able to repay their debts, and
shall keep and maintain the goods as collateral, and the pledgor is entitled to receive
the remainder of the results of execution and required to settle the obligation. While
differences in syariah and conventional mortgage lien, namely in terms of the legal
basis where sharia lien based on the Qur'an, Hadith, consensus, and the MUI Fatwa,
while pawn konvensioal by the Civil Code, conventional mortgage agreement only 1
(one) while at Rahn ( sharia), 2 (two) contract, fixing a day on conventional
mortgage is determined per 15 days while at rahn (sharia) is determined per 10 day
period in the conventional mortgage up to 3 months while on rahn (sharia) based on
the calculation that there is, in the case taking the money from the auction of the lien,
if within one year not taken the rest of the money is executed then becomes property
of the pawnshop while in rahn if the remaining money from the auction results are
not taken then it will be submitted to the Agency Amil Zakat (BAZ), the estimated
goods in pawn sharia greater than estimated in the conventional mortgage, the
decision marhun on syariah pawn directly come on the appointed day, while on a
conventional mortgage should contact the cashier one day prior to the decision.

Keywords: Comparison of Islamic Pawn - Pawn Conventional - PT. pawnshop


Pekanbaru

1
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
karena Pasal 1152 ayat (2) Kitab Undang-
I. PENDAHULUAN Undang Hukum Perdata secara tegas
melarang penguasaan barang gadai oleh
A. Latar Belakang Masalah debitor atau pemberi gadai. Jika hal ini
Perbedaan taraf hidup suatu negara dilanggar maka gadai itu akan batal.3
bangsa semakin terasa pada saat bangsa itu Berdasarkan Peraturan Pemerintah
mulai membutuhkan aneka rupa barang Nomor 178 Tahun 1961, status lembaga
bagi kehidupannya, khususnya yang pegadaian adalah Jawatan Pegadaian.
menyangkut pangan, sandang, Kemudian dengan Peraturan Pemerintah
papan/tempat tinggal dan lain- Nomor 10 Tahun 1990 Tanggal 1 April
lain.1Perkembangan perekonomian dan 1990, Perusahaan Jawatan Pegadaian
dunia bisnis akan selalu diikuti oleh diubah menjadi Perusahaan Umum
perkembangan kebutuhan akan kredit, dan (PERUM) Pegadaian. Terbitnya Peraturan
pemberian fasilitas kredit yang selalu Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 Tanggal
memerlukan jaminan, hal ini demi 1 April 1990 dapat dikatakan tonggak awal
keamanan pemberian kredit tersebut dalam kebangkitan Pegadaian. Satu hal yang perlu
arti piutang yang meminjamkan akan dicermati bahwa Peraturan Pemerintah
terjamin dengan adanya jaminan. Bentuk Nomor 10 Tahun 1990 menegaskan misi
lembaga jaminan, sebagian besar yang harus diemban oleh Pegadaian untuk
mempunyai ciri internasional yang dikenal mencegah praktek riba, di mana misi ini
hampir semua negara dan perundang- tidak berubah hingga terbitnya Peraturan
undangan modern2. Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 yang
Gadai merupakan praktik transaksi dijadikan landasan kegiatan usaha Perum
keuangan yang sudah lama dalam sejarah Pegadaian4.
peradaban manusia. Sistem rumah gadai Pasal 1 Ketentuan Umum Peraturan
yang paling tua terdapat di Negara Cina Pemerintah 103 Tahun 2000 Tentang
pada 3.000 tahun yang silam, juga di benua Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian
Eropa dan kawasan Laut Tengah pada dinyatakan bahwa Perusahaan Umum
zaman Romawi dahulu.Di Indonesia, (PERUM) Pegadaian adalah Badan Usaha
praktik gadai sudah berumur ratusan tahun, Milik Negara sebagaimana diatur dalam
yaitu warga masyarakat telah terbiasa Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969
melakukan transaksi utang-piutang dengan yang mengatur tentang bentuk-bentuk
jaminan barang bergerak. usaha negara menjadi tiga bentuk
Gadai merupakan perjanjian riil, perusahaan yaitu Perusahaan Jawatan
yaitu perjanjian yang disamping kata (PERJAN), Perusahaan Umum (PERUM),
sepakat diperlukan suatu perbuatan nyata dan Perusahaan Perseroan (PERSERO),
(dalam hal ini penyerahan kekuasaan atas yang bidang usahanya berada dalam
barang gadai).Penyerahan itu dilakukan lingkup tugas dan kewenangan Menteri
oleh debitor pemberi gadai dan ditujukan Keuangan, dimana seluruh modalnya
kepada kreditor penerima gadai.Sesuai dimiliki negara berupa kekayaan negara
dengan Pasal 1152 ayat (1) Kitab Undang- yang dipisahkan dan tidak terbagi atas
Undang Hukum Perdata penyerahan itu saham dan dalam Pasal 3 ayat (1) PERUM
boleh ditujukan kepada pihak ketiga Pegadaian adalah Perusahaan Badan Usaha
asalkan disetujui bersama antara debitor Milik Negara yang diberi tugas dan
dan kreditor. Penguasaan barang gadai wewenang untuk menyelenggarakan
harus mutlak beralih dari pemberi gadai,
3
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan
1
Bachrawi Sanusi, Pengantar Ekonomi Fidusia, Rajawali Pers, Jakarta: 2000, hlm. 93.
Pembangunan, PT. Rineka Cipta, Jakarta: 2009, hlm.1. 4Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di
2
http://Linda-Akutansi.blogspot.com/(terakhir Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta:
diakses, Rabu 02 September 2015, Pukul 22.40, WIB). 2005, hlm. 3.
2
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
kegiatan usaha menyalurkan uang pinjaman (PERUM) Pegadaian tanggal 10 April
atas dasar hukum gadai5. 1990.7
Berdasarkan Pasal 92 Undang- Berdasarkan hal diatas, pihak
Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang pemerintah mengeluarkan peraturan
BUMN,dikeluarkanlah Peraturan perundang-undangan untuk melegitimasi
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang secara hukum positif pelaksanaan praktik
Perubahan Bentuk Badan Hukum Perum bisnis sesuai dengan syariah yang termasuk
menjadi PT. Pegadaian (Persero). gadai syariah.Pihak pemerintah bersama
Perubahan Perum menjadi PT. Pegadaian DPR merumuskan rancangan peraturan
(Persero) sebagaimana terdapat dalam perundang-undangan yang kemudian
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun disahkan pada bulan Mei menjadi UU No.
2011 Tentang Perubahan Bentuk Badan 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan8.
Hukum Perum menjadi PT. Pegadaian Kegiatan gadai syariah merupakan
(Persero) adalah dalam rangka lebih suatu gejala ekonomi yang baru lahir
meningkatkan efisiensi dan efektivitas semenjak regulasi Undang-Undang Nomor
penyelenggaraan penyaluran pinjaman 7 Tahun 1992 jo, Undang-Undang Nomor
khususnya masyarakat menengah kebawah, 10 Tahun 1998 jo, Undang-Undang Nomor
usaha mikro, usaha kecil, dan menengah6. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
Bersamaan dengan perkembangan Regulasi ini di respon oleh Dewan Syariah
produk- produk berbasis syariah yang kian Nasional dengan mengeluarkan Fatwa
marak di Indonesia, sektor pegadaian juga Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang
ikut mengalaminya. Pegadaian syariah Rahn dan juga Fatwa Nomor 26/DSN-
hadir di Indonesia dalam bentuk kerja sama MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas.9
bank syariah dengan Perum Pegadaian Fatwa Dewan Syariah Nasional
membentuk Unit Layanan Gadai Syariah di Majelis Ulama Indonesia No.4/DSN-
beberapa kota di Indonesia. Di samping itu, MUI/V/2000 Tentang Murabahah
ada pula bank syariah yang menjalankan diperolehkan adanya jaminan.Jaminan
kegiatan pegadaian syariah sendiri. dalam akad murabahah dibolehkan agar
Payung hukum gadai syariah dalam nasabah serius dengan pesanannya.
hal pemenuhan prinsip-prinsip syariah Sehingga bank atau pegadaian sebagai
berpegang pada Fatwa DSN-MUI No. murtahin (penerima gadai) dapat meminta
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni nasabah sebagai rahin untuk menyediakan
2002 tentang rahn yang menyatakan bahwa barang jaminan(marhun) yang dapat
pinjaman dengan menggadaikan barang dipegang, sedangkan dalam KUH Perdata
sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn penjamin terdapat dalam Pasal 1131 dan
diperbolehkan, dan Fatwa DSN MUI No: 1132, dalam Pasal l131 KUH Perdata
26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas. disebutkan bahwa: “segala kebendaan
Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap siberhutang , baik yang bergerak maupun
menginduk kepada Peraturan Pemerintah yang tidak, baik yang sudah ada maupun
Nomor.10 Tahun 1990 Tentang Pengalihan yang mau akan ada dikemudian hari,
Bentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi tanggungan segala perikatannya
Pegadaian menjadi Perusahaan Umum
7
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga
Keuangan Syariah, Kencana, Medan: 2009, hlm. 388-
5
Ibid.hlm. 44. 389.
6
Julianty M Paputungan, ‘’Akibat Hukum 8
Ibid. hlm.17
9
Perubahan Status Perusahaan Umum (Perum) Menjadi Ahmad Supriyadi, ‘’Struktur Hukum
Perseroan Terbatas PT. Pegadaian (Persero)’’, Jurnal,Pegadaian Syariah Dalam Perspektif Hukum Islam Dan
Fakultas Hukum Program Pascasarjana (S2) UniversitasHukum Positif’’, Jurnal Penelitian Islam, STAIN
Hasanuddin Makassar,Vol III, No. 2, 02 SeptemberKudus Program Dorktor Pascasarjana IAIN Walisongo
2015, hlm. 3. Semarang, Vol. III, No.2 Juli-Desember 2010.
3
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
perorangan “.Dalam pasal 1132 KUH B. Rumusan Masalah
Perdata disebutkan bahwa:“Kebendaan 1. Bagaimanakah perbedaan dan
tersebut menjadi jaminan bersama sama persamaan akad kredit gadai
bagi semua orang menguntungkan padanya, syariah dan gadai konvensional
pendapatan penjualan benda–benda itu pada PT. Pegadaian Pekanbaru ?
dibagi menurut keseimbangan, yaitu 2. Apakah faktor penyebab terjadinya
menurut besar kecilnya piutang masing- perbedaan dan persamaan gadai
masing kecuali diantara para perpiutang itu syariah dengan gadai konvensional
ada alasan-alasan yang sah untuk pada PT. Pegadaian Pekanbaru?
didahulukan “.
Pelaksanaan gadai konvensional C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
hanya terdapat 1 (satu) perjanjian kredit 1. Tujuan Penelitian
sebab perjanjian gadai hanya merupakan a. Untuk mengetahui persamaan dan
suatu perjanjian accesoir (perjanjian berbedaan akad kredit pada gadai
tambahan) dimana kedudukan perjanjian syariah dengan gadai konvensional
pokok lebih tinggi dibandingkan dengan pada PT. Pegadaian Pekanbaru.
perjanjian tambahan sedangkan dalam b. Untuk mengetahui faktor
gadai syariah terdapat 2 (dua) akad yaitu perbedaan dan persamaan gadai
akad rahn (gadai syariah) dan akad ijarah syariah dengan gadai konvensional
(jasa sewa tempat penitipan dan pada PT. Pegadaian Pekanbaru.
penyimpanan barang jaminan). Dimana
kedudukan kedua akad tersebut sejajar dan 2. Kegunaan Penelitian
merupakan akad yang penting dalam gadai a. Kegunaan Teoritis
syariah10. 1. Sebagai salah satu syarat untuk
Berdasarkan uraian yang telah memperoleh gelar Sarjana
dijelaskan diatas yaitu, landasan hukum Hukum di Fakultas Hukum
dari sistem gadai konvensional adalah Pasal Universitas Riau.
1131-1160 Kitab Undang-Undang Hukum 2. Untuk menambah ilmu
Perdata dalam pelaksanaannya di Perseroan pengetahuan pada umumnya dan
Terbatas (Persero) Pegadaian, sistem gadai ilmu hukum pada khususnya
konvensional diatur berdasarkan Peraturan mengenai perbandingan hukum
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 Tentang gadai syariah dengan gadai
Perubahan Bentuk Badan Hukum Perum konvensional.
menjadi PT. Pegadaian (Persero). Sistem
gadai syariah menggunakan prinsip bagi b. Kegunaan Praktis
hasil dan diatur dalam Fatwa DNS Nomor 1. Bagi PT. Pegadaian
25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn dan Penelitian ini diharapkan dapat
Fatwa DSN Nomor 26/DSN/-MUI/III/2002 memberikan masukan yang
Tentang Rahn Emas Islam merupakan sangat berharga bagi berbagai
agama yang universal dan berlaku pihak yang terkait dalam
sepanjang zaman. Oleh karena itu terdapat pelaksanaan gadai dengan sistem
beberapa perbedaan antara gadai syariah konvensional maupun
dengan gadai konvensional sehingga syariah.Memberikan referensi
penulis tertarik untuk melakukan penelitian atau alternative pada nasabah
yang berjudul‘’ PERBANDINGAN dalam melakukan pinjaman atas
HUKUM GADAI SYARIAH DENGAN dasar hukum gadai.
GADAI KONVENSIONAL PADAPT. 2. Bagi Dunia Akademik
PEGADAIAN PEKANBARU.’ Penelitian ini diharapkan berguna
sebagai informasi pengembangan
10
Ibid. ilmu pengetahuan perdata
4
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
khususnya mengenai benda-benda bergerak dan atas
perbandingan hukum gadai piutang-piutang bahwa diletakkan
syariah dengan gadai dengan membawa barang gadainya
konvensional pada PT. Pegadaian dibawah kekuasaan si berpiutang atau
Pekanbaru. seorang pihak ketiga, tidak sah adalah
3. Kegunaan Bagi Masyarakat hak gadai atas segala benda yang
Umum dibiarkan tetap dalam kekuasaan si
Penelitian ini diharapkan mampu berutang atau si pemberi gadai ataupun
menjadi sumber pengetahuan dan yang kembali atas kemauan si
mengenalkan gadai kepada berpiutang, sedangkan dalam gadai
masyarakat terlebih mengenal syariah yaitu Gadai syariah dalam hal
keuntungan gadai syariah dan pemenuhan prinsip-prinsip syariah
gadai konvensional dalam hal berpegang pada Fatwa DSN-MUI No.
menjaminkan barang. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni
2002 tentang rahn yang menyatakan
D. Kerangka Teori bahwa pinjaman dengan menggadaikan
1. Teori Kepastian Hukum barang sebagai jaminan utang dalam
Asas kepastian hukum yaitu bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa
asas dalam negara hukum yang DSN MUI No: 26/DSN-MUI/III/2002
mengutamakan landasan peraturan tentang gadai emas.
perundang- undangan, kepatuhan, dan
keadilan dalam setiap kebijakan 2. Teori Gadai
penyelenggara negara.11 Setiap orang 1. Pengertian Gadai Konvensional
yang melakukan perjanjian secara lisan a. Pengertian gadai menurut Pasal
mengharapkan adanya kepastian 1150 Kitab Undang-Undang
hukum karena dengan adanya kepastin Hukum Perdata (KUHPer)
hukum orang tersebut akan merasa Gadai adalah suatu hak yang
aman sebab ada jaminan yang diperoleh seorang berpiutang atas
diberikan oleh negara kepada mereka. suatu barang bergerak yang
Kepastian hukum disini diserahkan kepadanya oleh seorang
dimaksudkan agar pengaturan berutang atau orang lain atas
mengenai pegadaian menciptakan namanya dan yang memberikan
suatu kejelasan, ketegasan, dan tidak kekuasaan kepada yang berpiutang
menimbulkan berbagai penafsiran. untuk mengambil pelunasan dari
Sehingga pengaturan mengenai barang itu secara didahulukan dari
pegadaian syariah dan konvensional pada orang berpiutang lainnya,
tersebut dapat memberikan kepastian kecuali biaya untuk melelang
hukum bagi pelaku usaha maupun barang tersebut dan biaya
masyarakat yang memanfaatkan gadai penyelamatannya setelah barang itu
sebagai salah satu pilihan dalam hal digadaikan adalah biaya-biaya
pembiayaan. Disamping itu kepastian mana harus didahulukan.
hukum tentunya adalah perlindungan 2. Pengertian Gadai Syariah
bagi para pihak yang terlibat dalam a. Pengertian gadai syariah menurut
aktivitas pegadaian tersebut. Dasar hukum islam
hukum gadai tercantum didalam Rahn yang artinya menahan salah
ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan ayat satu harta milik si peminjam
(2) KUHPerdata yaitu ‘’Hak gadai atas sebagai jaminan atas pinjaman dari
peminjam atau murtahin. Ranh
11
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum terjadi karena adanya transaksi
(suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hlm. 58 muamalah tidak secara tunai
5
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
(hutang piutang), dan apabila menganalisis hubungan antara peraturan
bermuamalah tidak secara tunai, perundang-undangan yang ada dengan
hendaknya ditulis sebagai bukti gejala yang akan diteliti. Penelitian besifat
agar tidak terjadi perselisihan deskriptif ini di mulai dengan
dikemudian hari. mengumpulkan data-data yang sesuai
dengan sebenarnya kemudian data tersebut
Beberapa dasar hukum pegadaian disusun dan diolah dan dianalisis untuk
syari’ah: dapat memberikan gambaran mengenai
1) Al-Qur’an masalah yang ada. Penelitian ini bertujuan
Firman Allah dalam QS. Al- untuk mengambarkan secara sistematis
Baqarah (2) ayat 283, fakta dan karakteristik objek dan subjek
yang diteliti tepat.13

2. Sumber Data
a. Data Primer
Bahan Hukum Primer adalah bahan
hukum yang bersifat pokok dan
mengikat.14 Pada Perbandingan gadai
2) Al- Hadist syariah dengan gadai konvensional pada
3) Ijtihad Ulama’. PT. Pegadaian Pekanbaru, bahan hukum
3. Pengertian Gadai Menurut Adat primer terbagi menjadi dua kategori yaitu
Gadai adalah hubungan hukum bahan hukum primer pada gadai syariah
antara seseorang dengan tanah dan bahan hukum primer pada gadai
kepunyaan orang lain, yang telah konvensional.
menerima uang gadai dari padanya. b. Data Sekunder
Selama uang gadai belum Data sekunder yaitu data yang
dikembalikan, tanah tersebut dikuasai diperoleh dari jurnal hukum, dan peraturan
oleh ‘’pemegang gadai’’.Selama itu perundang-undangan yang mengatur
hasil tanah seluruhnya menjadi hak tantang gadai syariah dengan gadai
pemegang gadai.Pengembalian uang konvensional dan juga buku literatur serta
gadai atau lazim disebut ‘’penebusan’’, website yang ada relevansinya dengan
tergantung pada kemauan dan penelitian ini.
kemampuan pemilik tanah yang c. Data Tersier
menggadaikan. Bahan hukum tersier yaitu bahan
hukum lain yang menjelaskan lebih lanjut
E. Metode Penelitian bahan hukum primer dan bahan hukum
1. Jenis Penelitian sekunder, antara lain Kamus Besar
Penelitian ini menggunakan Bahasa Indonesia dan Kamus
pendekatan yuridis normatif yaitu Terminologi Hukum Bahasa Inggris-
penelitian yang dilakukan dengan cara Indonesia.
meneliti bahan hukum pustaka atau data
sekunder.12Sifat penelitian adalah bersifat 3. Teknik Pengumpulan Data
deskriptif yaitu suatu penelitian yang Pengumpulan data untuk penelitian
bertujuan memuat gambaran atau kajian hukum normatif digunakan metode kajian
secara sitematis, aktual dan akurat kepustakaan atau studi
berdasarkan fakta-fakta yang nyata serta
13
http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertia
12
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,n-penelitian-deskritif/ diakses pada tanggal 30April
Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat ,2015 Pukul 23.45 WIB
14
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 15. Ibid
6
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
dokumenter.15Penulis yang hendak memberikan kekuasaan kepada si
melakukan studi kepustakaan harus berpiutang untuk mengambil pelunasan
memperhatikan bahan atau data yang dari barang tersebut secara didahulukan
akan dicari. Bahan pustaka dapat berupa daripada orang berpiutang lainnya,
bahan primer ataupun bahan sekunder, dengan kekecualian biaya untuk
dimana kedua bahan tersebut mempunyai melelang barang tersebut biaya yang telh
karakteristik dan jenis berlainan.16 dikeluarkan untuk menyelamatkan,
setelah barang itu digadaikan, biaya-
4. Analisis data biaya mana harus didahulukan.
Analisis kualitatif data dianalisis Sesuai hasil penjelasan diatas, penulis
dengan tidak menggunakan statistik atau dapat membandingkan persamaan antara
matematika ataupun sejenisnya, tetapi akad kredit gadai syariah dengan gadai
berdasarkan peraturan perundang- konvensional. Pengertian gadai adalah
undangan dan pendapat pakar hukum, hak kreditur untuk mengambil pelunasan
dimana selanjutnya peneliti menjelaskan atas benda jaminan, sedangkan rahn hak
melalui interprestasi dan dengan kreditur untuk mengambil pelunasan atas
menghubungkan keterkaitan data yang benda jaminan.
satu dengan data yang lainnya dan Pemberian gadai, pada pand pemberi
dianalisa berdasarkan teori hukum gadai adalah debitur atau pihak III
maupun ketentuan hukum yang berlaku sedangkan rahn pemberi gadai juga
terkait, untuk kemudian menarik debitur. Penerima gadai pada pand orang
kesimpulan dengan cara deduktif, yaitu perseorangan, Bank begitu juga rahn.
menarik kesimpulam dari hal-hal yang Pemanfaatan barang gadai,
bersifat umum kepada yang khusus. persamaan pand dan rahn tidak boleh
mengambil manfaat barang yang
II. HASIL PENELITIAN DAN digadaikan. Persamaan hak penerima
PEMBAHASAN gadai antara pand dan rahn adalah hak
A. Persamaan dan Perbedaan Akad menjual/lelang untuk mengambil
Kredit Gadai Syariah dengan Gadai pelunasan apabila waktu peminjaman
Konvensional pada PT. Pegadaian uang telah habis.
Pekanbaru Persamaan kewajiban penerima gadai
1. Persamaan Akad Kredit Gadai antara pand dan rahn memelihara dan
Syariah dengan Gadai Konvensional menyimpan benda gadai, memberi tahu
Gadai dalam Islam disebut Rahn debitur agar segera melunasi hutangnya,
(agunan) yaitu harta yang dijadikan mengembalikan uang sisa eksekusi.
jaminan utang (pinjaman) agar bisa Hak pemberi gadai, persamaan pand
dibayar dengan harganya oleh pihak dan rahn adalah menerima pengembalian
yang wajib membayarnya, jika dia gagal uang sisa eksekusi, menerima ganti rugi
(berhalangan) menunaikannya. kalau benda gadai hilang/rusak.
Kitab Undang-Undang Hukum Persamaan kewajiban pemberi gadai
Perdata Pasal 1150 memberikan pada pand dan rahn wajib melunasi
pengertian bahwa gadai adalah suatu hak pinjaman yang telah diterimanya dalam
yang diperoleh seorang berpiutang atas tenggang waktu yang ditentukan,
suatu barang bergerak, yang diserahkan termasuk biaya-biaya yang ditentukan
kepadanya oleh seorang berutang atau oleh penerima gadai. Menjamin bahwa
orang lain atas namanya, dan benda gadai adalah milik pemberi gadai.
Berdasarkan hasil penelitian penulis,
15
Bambang waliyo, Penelitian Hukum dalam pada dasarnya konstruksi hukum gadai
Praktek, Cetakan ketiga, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,
syariah (rahn) adalah identik dengan
hal. 50.
16
Ibid, hal. 50. gadai (pand) konvensional, yaitu: sama-
7
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
sama memandang perjanjian gadai gadai syariah yang menjadi landasan
sebagai perjanjian ikutan (accessoir) dari hukum dari transaksi gadainya adalah
perjanjian pokok yang dijamin, obyek Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
gadai adalah benda bergerak, benda Ulama Indonesia Nomor 25/DSN-
gadai dikeluarkan dari kekuasaan MUI/III/2002 tentang Rahn dan Fatwa
pemberi gadai, hak utama kreditur Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
penerima gadai adalah menjual benda Indonesia Nomor 26/DSN-MUI/III/2002
gadai (eksekusi) dalam hal debitur tentang Rahn Emas.
wanprestasi untuk mengambil pelunasan Pelaksanaan gadai konvensional atau
dengan kewajiban mengembalikan uang dalam prakteknya di PT. Pegadaian
sisa hasil penjualan (eksekusi). disebut KCA (Kredit Cepat Aman) para
pihak dalam gadai disebut dengan
2. Perbedaan Akad Kredit Gadai debitur gadai (pemberi gadai) dan
Syariah dengan Gadai Konvensional kreditur gadai (penerima gadai)
Selain memiliki persamaan antara sedangkan dalam gadai syariah para
gadai syariah dan gadai konvensional, pihak disebut dengan Rahin (pemberi
gadai syariah juga memiliki perbedaan barang jaminan) dan murtahin (penerima
dengan gadai konvensional. barang jaminan).
Perbedaannya adalah:17 Pelaksanaan gadai konvensional bukti
a. Rahn dalam hukum Islam dilakukan perjanjian kredit gadai disebut dengan
secara suka rela atas dasar tolong Surat Bukti Kredit (SBK) sedangkan
menolong tanpa mencari dalam gadai syariah disebut dengan
keuntungan, sedangkan gadai Surat Bukti Rahn (SBR).
menurut hukum perdata disamping Pelaksanaan gadai konvensional
prinsip tolong menolong juga hanya terdapat 1 (satu) perjanjian kredit
menarik keuntungan dengan cara sebab perjanjian gadai hanya merupakan
menarik bunga atas sewa modal yang suatu perjanjian accesoir (perjanjian
ditetapkan. tambahan) dimana kedudukan perjanjian
b. Dalam hukum perdata hak gadai pokok lebih tinggi dibandingkan dengan
hanya berlaku pada benda yang perjanjian tambahan sedangkan dalam
bergerak, sedangkan dalam hukum gadai syariah terdapat 2 (dua) akad yaitu
Islam rahn berlaku pada seluruh akad Rahn (gadai syariah) dan akad
harta, baik harta yang bergerak Ijarah (jasa sewa tempat penitipan dan
maupun yang tidak bergerak. Pada penyimpanan barang jaminan) dimana
hukum perdata positif penjaminan kedudukan kedua akad tersebut sejajar
dengan harta tidak bergerak seperti dan merupakan akad yang penting
tanah, kapal laut, dan pesawat udara dalam gadai syariah.
disebut dengan hak tanggungan Pelaksanaan gadai konvensional
seperti diatur dalam UU No. 4 Tahun pemberi keuntungan dari nasabah kepada
1996. Pegadaian berupa sewa modal yang
Perbedaan pertama antara gadai ditentukan berdasarkan besarnya nilai
syariah dan gadai konvensional menurut pinjaman yang diminta oleh nasabah
hasil penelitian penulis adalah landasan sedangkan gadai syariah tidak
hukum dalam pelaksanaan gadai menekankan pada pemberian bunga dari
konvensional adalah Kitab Undang- barang yang digadaikan. Meski tanpa
Undang Hukum Perdata khususnya pada bunga, gadai syariah tetap memperoleh
Pasal 1150 KUHPerdata sampai Pasal keuntungan seperti yang sudah diatur
1160 KUHPerdata sedangkan dalam oleh Dewan Syariah Nasional, yaitu
memberlakukan biaya jasa simpan dan
17
Abdol Ghofur Anshori, Op.Cit, hlm. 102. pemeliharaan barang jaminan dari
8
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
barang yang digadaikan. Biaya itu operasionalnya landasan hukum yang
dihitung dari nilai barang bukan dari digunakan pada pegadaian
jumlah pinjaman. konvensional adalah Undang-Undang
Perbedaan yang lain adalah Hukum Perdata Pasal 1150-1160,
penetapan priode (jumlah hari) dalam sedangkan pada pegadaian syariah
perhitungan sewa modal (dalam gadai adalah Fatwa Dewan Syariah MUI
konvensional) maupun tarif Ijarah yang merujuk pada Al- Qur’an, As
(dalam gadai syariah). Penetapan tarif Sunnah, dan Ijma’ Ulama, dari
sewa modal ditentukan per 15 hari perbedaan landasan hukum yang
sedangkan dalam penetapan tarif Ijarah digunakan oleh kedua pegadaian
ditentukan per 10 hari. tersebut, sehingga terdapat beberapa
Pelaksanaan dalam hal prosedur peraturan yang berbeda. Untuk
eksekusi secara garis besar tidak terdepat mengetahui sejauh mana adanya
perbedaan antara gadai konvensional perbedaan pelaksanaan dilapangan,
dengan gadai syariah. Perbedaan terlihat maka dapat dijelaskan sebagai
jika telah sampai pada hal kelebihan berikut.18
uang hasil lelang. Dalam pelaksanaan 1) Perbedaan peraturan dan mekanisme
gadai konvensional kelebihan uang hasil produk KCA pada pegadaian
lelang yang tidak diambil oleh nasabah konvensional dan RAHN pada
dalam jangka waktu 1 tahun sejak pegadaian syariah.
tanggal pelelangan barang jaminan akan Pemberian KCA dan Rahn
menjadi milik PT. Pegadaian, sedangkan merupakan sama-sama pemberian
dalam gadai syariah kelebihan uang hasil dana kredit/pembiayaan yang
lelang ini akan diberikan kepada Badan diberikan kepada semua golongan
Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil nasabah, baik untuk kegiatan
Zakat (LAZ) yang terakreditasi, namun konsumtif maupun kebutuhan
dalam hal uang hasil lelang tidak produktif dengan cara memberikan
mencukupi untuk membayar lunas barang jaminan berupa emas dan
hutang debitur ditambah biaya barang berharga lainnya. Bedanya
administrasi maka kekurangan ini KCA dan Rahn adalah rahn
ditanggung oleh perusahaan. Hal ini menggunakan sistem gadai sesuai
berlaku baik dalam gadai konvensional syariah. Peraturan dan mekanisme
maupun dalam gadai syariah. pelaksanaan kredit pada produk KCA
di pegadaian konvensional dan Rahn
B. Faktor Penyebab Perbedaan dan pada pegadaian syariah tidak jauh
Persamaan Gadai Syariah dengan berbeda.
Gadai Konvensional. Ditinjau dari syarat perbedaan hanya
1. Faktor Perbedaan Gadai Syariah ditunjukkan dari istilah Formulir
dengan Gadai Konvensional Permintaan Kredit (FPK) dan Surat
a. Perbedaan Peraturan dan Bukti Kredit (SBK) pada Pegadaian
Mekanisme Produk Kredit Pada PT. Konvensional dan Formulir
Pegadaian (Persero) Konvensional Permintaan Kredit Online (FPKO) dan
dengan Syariah Surat Bukti Rahn (SBR) pada
secara garis besar perbedaan pegadaian syariah. Waktu angsuran
peraturan dan mekanisme produk untuk pegadaian konvensional
kredit pada pegadaian syariah tidak ditetapkan per 15 hari dan per 10 hari
jauh berbeda, namun apabila diamati untuk pegadaian syariah. Pokok
lebih mendalam produk kredit pada angsuran pegadaian konvensional
pegadaian konvensional dan syariah
terdapat suatu perbedaan. Dalam 18
Ibid
9
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
Uang Pinjaman x tarif sewa modal dan diserahkan ke BAZ, untuk
berdasarkan golongan Uang Pinjaman penetapan uang pinjaman pada
di bagi 12 termin per 10 hari, pegadaian konvensional ditetapkan
Angsuran pertermin pada pegadaian 70% dari nilai agunan sedangkan di
konvensional yaitu Pokok Angsuran + pegadaian syariah untuk kendaraan
Biaya Administrasi + Sewa Modal, 70% dari nilai agunan dan emas = 95%
sedangkan pada pegadaian syariah x taksiran, dan besarnya sewa modal
Pokok Angsuran + Biaya yaitu 12% per tahun flat, ijaroh pada
Administrasi, dari segi penetapan sewa pegadaian syariah jika Emas = 950 x
modal pada pegadaian konvensional (taksiran/Rp. 100.000) dan apabila
ditetapkan berdasarkan uang pinjaman Non Emas = 700 x (Taksiran/Rp.
sedangkan ijaroh pada pegadaian 100.000) dan untuk perjanjian/akad
syariah berdasarkan taksiran barang pada pegadaian konvensional terdapat
jaminan. Kelebihan hasil lelang pada satu perjanjian kredit yakni hutang
pegadaian konvensional akan diambil piutang sedangkan pada pegadaian
oleh pegadaian dan diserahkan ke CSR syariah terdapat dua akad yakni akad
sedangkan pada pegadaian syariah rahn dan akad ijaroh, sedangkan dalam
akan diambil oleh pegadaian dan mekanismenya tidak jauh berbeda.
diserahkan ke BAZ, perjanjian atau 3) Perbedaan peraturan dan mekanisme
akad pada pegadaian konvensional produk KRASIDA pada pegadaian
yaitu hutang piutang sedangkan pada konvensional dan AMANAH pada
pegadaian syariah yaitu Rahn dan pegadaian Syariah
Ijaroh. Mekanismenya tidak jauh Produk KRASIDA dan AMANAH
berbeda. merupakan dua produk kredit yang
2) Perbedaan peraturan dan mekanisme tujuannya berbeda. KRASIDA
produk KREASI pada pegadaian merupakan kredit yang diberikan
konvensional dan ARRUM pada kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) dan
pegadaian syariah Menengah (UMKM) untuk
Produk KREASI dan ARRUM mengembangkan usaha dengan sistem
merupakan produk yang sama-sama gadai yaitu memberikan barang
memberikan dana kredit/pembiayaan jaminan berupa emas dan mobil,
yang diberikan kepada Usaha Mikro sedangkan Amanah merupakan
Kecil (UMK) dan Menengah (UMKM) pembiayaan kepemilikan atas
dengan cara memberikan barang kendaraan bermotor untuk para
jaminan berupa BPKB mobil atau pegawai dengan cara mengangsur tiap
motor yang dimikilinya. Bedanya bulan. Peraturan dan mekanisme
Kreasi dan Arrum adalah Arrum pelaksanaan kredit pada produk
menggunakan sistem sesuai prinsip KRASIDA di pegadaian konvensional
syariah. Peraturan dan mekanisme dan Amanah pada pegadaian syariah
pelaksanaan kredit pada produk Kreasi terdapat perbedaan karena jenis produk
di pegadaian konvensional dan Arrum maupun tujuan dari produk tersebut
pada pegadaian syariah tidak jauh sudah berbeda. KRASIDA bertujuan
berbeda sebab kedua jenis produk untuk memberikan kredit angsuran
sama hanya saja dalam pegadaian dengan sistem menggadaikan barang
syariah disebut Arrum. Perbedaan sedangkan Amanah bertujuan untuk
terletak pada kelebihan hasil lelang pembiayaan kepemilikan kendaraan
pada pegadaian konvensional akan bermotor, sehingga peraturan dan
diambil oleh pegadaian dan diserahkan mekanisme dari kedua produk tersebut
kepada CSR sedangkan dipegadaian berbeda.
syariah akan diambil oleh pegadaian
10
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
4) Perbedaan peraturan dan mekanisme 4) Plafon Marhun Bih yaitu
produk MULIA pada pegadaian penggolongan besarnya
konvensional dan MULIA pada pinjaman rahin.
pegadaian syariah 5) Biaya administrasi per SBR
Produk Mulia pada pegadaian yaitu besarnya biaya
konvensional dan Mulia pada administrasi yang dikenakan
pegadaian syariah merupakan produk kepada rahin pada awal pada
yang sama-sama memfasilitasi saat rahin menggadaikan
kepemilikan emas batangan melalui barangnya sesuai dengan
penjualan logam Mulia oleh pegadaian golongan marhun bih.
kepada masyarakat secara angsuran c. Perbedaan dari Surat Bukti Rahn dan
dengan prinsip syariah. Peraturan dan Surat Bukti Kredit
mekanisme pembiayaan Mulia pada Perbedaan mendasar pada Surat Bukti
pegadaian konvensional dan syariah Rahn dan Surat Bukti Kredit perbedaaan
tidak menunjukkan adanya perbedaan tersebut adalah: jumlah taksiran pada
karena produk Mulia merupakan kantor cabang pegadaian konvensional
produk pegadaian yang menggunakan lebih sedikit dibandingkan taksiran pada
sistem syariah baik di pegadaian kantor cabang pegadian syariah. contoh
konvensional maupun syariah. si A menggadaiakan dua anting yang
b. Sistem pegadaian syariah dalam sama pada pegadaian yang berbeda,
pembiayaan Ar-Rahn kepada calon pada pegadaiaan konvensional dua
nasabah anting hanya ditaksir 20 karat berat 0.8
Sistem pegadaian pada pegadaian gram taksiran uangnya Rp.326.233,-
syariah dikenal beberapa istilah-istilah uang pinjaman Rp.300.000,- sedangkan
19
seperti : pada pegadiaan syariah ditaksir 23 karat
1) Tarif Ijaroh, yaitu tarif untuk berat 0.82 gram taksiran marhun
barang jaminan yang Rp.384.547,- marhun bih Rp.370.000,-.
dikenakan biaya hanya sebesar Pada pegadaian konvensional tidak
Rp. 80 (delapan puluh ribu menyertakan biaya administrasi pada
rupiah) per sepuluh hari masa SBK sedangkan pada pegadaian syariah
penyimpanan untuk setiap ada. Pada pegadaian konvensional
kelipatan taksiran barang ketentuan kreditnya ada 9 macam
jaminan sebesar Rp. 10.000 sedangkan pada pegadaian syariah hanya
(sepuluh ribu). ada 7 ketentuan akad.
2) Tarif harta gadai pada emas
yaitu sebesar 90% dari 2. Faktor Persamaan Gadai Syariah
taksiran, yang akan diterima dengan Gadai Konvensional
oleh rahin (nasabah). Faktor persamaan gadai syariah
3) Golongan Marhun Bih yaitu dengan gadai konvensional yaitu sama-
penggolongan rahin (pemberi sama merupakan kegiatan manjaminkan
gadai yang nama dan barang-barang berharga dengan tujuan
alamatnya tercantum dalam untuk mendapatkan pinjaman uang
Surat Bukti Rahn) sesuai sebagai modal usaha atau karena
dengan besarnya pinjaman membutuhkan uang untuk keperluan
yang digolongkan menjadi 8 sehari-hari karena dengan cara gadailah
golongan. satu-satunya cara mendapatkan uang
dengan mudah, cepat dan praktis.
19
Faktor persamaan lainnya dari hasil
Hasil Tanya Jawab dengan Kasir Pada
Kantor Cabang PT. Pegadaian Syariah, Hari Rabu ,
penelitian penulis dilihat dari SBR (surat
Tanggal 06 April 2016, Pukul 11.30 WIB. bukti rahn) dan SBK (surat bukti kredit)
11
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
ialah bila transaksi pelunasan dan gadai pada gadai konvensional hanya 1
perpanjangn akad/kredit dilakukan oleh (satu) perjanjian sedangkan pada gadai
Rahin/Nasabah di cabang/Unit syariah terdapat 2 akad yaitu akad rahn
Pegadaian Syariah/Konvensional online dan akad ijaroh, penetapan hari pada
atau tempat lain yang ditunjuk oleh PT. gadai konvensional ditentukan per 15
Pegadaian (persero), maka hari sedangkan pada rahn ditentukan
Rahin/Nasabah telah menyetujui nota per 10 hari, jangka waktu pada gadai
transaksi (struk) sebagai addendum konvensional maksimal 3 bulan
perjanjian dari SBR dan SBK. Bila sedangkan pada rahn adalah 4 bulan,
terjadi pembaharuan pada akad/kredit pada gadai konvensional mengeluarkan
untuk tanggal jatuh tempo, tanggal biaya lebih besar dibandingkan rahn
lelang dan besar marhun bih/ uang berdasarkan perhitungan yang ada,
pinjaman tercantum dalam nota transaksi dalam hal pengembalian uang hasil
(struk). Pengembalian marhun/barang lelang jika pada gadai apabila pada
jaminan harus menyerahkan SBR/SBK jangka waktu 1 tahun tidak diambil
asli dan menunjukkan kartu identitas sisa uang hasil eksekusi maka akan
(KTP/SIM). menjadi milik pegadaian sedangkan
pada rahn jika uang sisa dari hasil
lelang tersebut tidak diambil maka
III. PENUTUP akan maka akan diserahkan kepada
Badan Amal Zakat.
A. Kesimpulan 2. Faktor penyebab perbedaan gadai
1. Persamaan akad gadai syariah maupun syariah dengan gadai konvensional
gadai konvensional, yaitu: gadai berdasarkan hasil penelitian dan
merupakan memberikan jaminan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa seseorang bisa membayar adalah Perbedaan peraturan dan
hutangnya dan jika gagal mekanisme dalam produk kredit yaitu:
memenuhinya maka hak kreditur untuk perbedaan antara produk KCA dan
mengambil pelunasan atas benda Rahn terletak pada istilah formulir,
jaminan, subjek dari gadai tersebut perhitungan Ijaroh/sewa modal, pokok
adalah penerima gadai dan pemberi angsuran, perjanjian/akad dan lembaga
gadai, barang yang digadaikan baik penerima kelebihan hasil lelang,
dari segi hukum islam maupun hukum namun dalam mekanismenya tidak
perdata tidak diambil manfaatnya, terdapat perbedaan, perbedaan antara
penerima gadai berhak menjual barang produk KREASI dan Arrum terletak
yang dijadikan jaminan jika si pada penetapan uang pinjaman,
berutang tidak mampu melunasi perhitungan Ijaroh/sewa modal,
hutangnya, dan wajib menjaga dan perjanjian/akad dan lembaga penerima
memelihara barang yang dijadikan kelebihan hasil lelang, namun dalam
jaminan, dan pemberi gadai berhak mekanismenya tidak terdapat
menerima uang sisa dari hasil eksekusi perbedaan dan antara produk
dan wajib untuk melunasi KRASIDA dan Amanah pada
kewajibannya. Sedangkan perbedaan peraturan dan mekanismenya terdapat
akad gadai syariah dengan gadai perbedaan secara keseluruhan.
konvensional, yaitu: dari segi landasan Sedangkan alasan persamaannya ialah
hukum dimana gadai syariah sama-sama merupakan memberikan
berdasarkan hukum islam meliputi Al- jaminan atas benda bahwa seseorang
Qur’an, Hadist, Ijma dan Fatwa MUI, bisa membayar utangnya dan jika
sedangkan gadai konvensional gagal memenuhinya maka hak kreditur
berdasarkan KUHPerdata, perjanjian
12
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
untuk mengambil pelunasan atas bendaMarzuki, Peter Mahmud, 2009, Penghantar
jaminan. Ilmu Hukum, Kencana Prada Median
B. Saran Group, Jakarta.
1. Diharapkan pada PT. Pegadaian agarMertokusumo, Sudikno, 1988, Mengenal
tidak terlalu menekankan bunga yang Hukum (suatu penghantar), Liberty,
terlalu tinggi kepada para penggadai, Yogyakarta.
karena yang menggadaikan di PT.Muhammad, Abdulkadir, 2000, Hukum
Pegadaian bukan orang yang mampu Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti,
semua melainkan sebagian masyarakat Bandung.
lemah/rendah. Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi K.
2. Agar PT. Pegadaian baik Syariah maupun Lubis, 2004, Hukum Perjanjian Dalam
Konvensional tetap pada tujuannya yaitu Islam, Sinar Grafika, Jakarta.
membantu masyarakat golongan ekonomiNasution, Bahder Johan, 2008,Metode
lemah/rendah mengatasi kesulitan akan Penelitian Hukum, Mandar Maju,
dana yang dibutuhkan sehingga dapat Bandung.
mencegah dan menggindari masyarakatSabiq, Sayyid, 1995, al-Fiqh as-Sunnah, Jilid
golongan ekonomi lemah/rendah dari 3, Dar al- Fikr, Bandung.
praktek lintah darat dan pegadaian gelapSalim, 2004,Perkembangan Hukum Jaminan
dengan bunga yang tinggi. di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta.
Sanusi, Bachrawi, 2009, Pengantar Ekonomi
Pembangunan, PT. Rineka Cipta,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta.
Satrio, 2004, Hukum Jaminan, Hak-hak
A. Buku Jaminan Kebendaan, Jakarta.
Siamat, Dahlan, 2001, Menejemen Lembaga
Ali, Zainuddin, 2008, Hukum Gadai Syariah, Keuangan, Kebijakan Moneter dan
Sinar Grafika, Jakarta. Perbankan Ekonomi UI, Jakarta.
Anshori, Abdul Ghofur, 2005,Gadai SyariahSoekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,
di Indonesia, Gadjah Mada University 2007,Penelitian Hukum Normatif: Suatu
Press, Yogyakarta. Tinjauan Singkat , Raja Grafindo
Amirudin dan Zainal Asikin, 2010, Pengantar Persada, Jakarta.
Metode Penelitian Hukum, RajawaliSoemitra, Andri, 2009,Bank dan Lembaga
Pers, Jakarta. Keuangan Syariah, Kencana, Medan.
Badrulzaman, Mariam Darus, 1991, AnekaSri, Susilo Y, Sigit Traindaru dan A. Totok
Hukum Bisnis, Bandung: Alumni, 1994, Budi Santoso, 2000, Bank dan Lembaga
Bab-Bab Tentang Credietverband, Keuangan Lain, Salemba Empat,
Gadai dan Fidusia , PT. Citra Aditya Jakarta.
Bakti, Bandung. Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, Intermasa,
Hadi, Muhammad Sholikhul, 2000, Jakarta.
Pegadaian Syariah, Salembah Diniyah,Subekti, R & R. Tjitrosudibio, 2003, Kitab
Jakarta. Undang-Undang Hukum Perdata,
Hasbullah, Frieda Husni, 2002, Hukum Pradnya Paramitha, Jakarta.
Kebendaan Perdata, Ind Hil, Jakarta. Syafei, Rachmat, 2000, Fiqi Muamalah,
Pustaka Setia, Bandung.
Mahmud, Peter, 2010, Penelitian Hukum,Thalib, Abd dan Admiral, 2008, Hukum
Edisi Pertama Cetakan Keenam, Keluarga dan Perikatan, UIR Press,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Pekanbaru.
Usman, Rachmadi, 2008, Hukum Jaminan
Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta.

13
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
Waliyo, Bambang, 2002,Penelitian HukumHadiana, 2015, ‘’Analisis Peraturan dan
dalam Praktek, Cetakan ketiga, Sinar Mekanisme Produk Kredit pada
Grafika, Jakarta. Pegadaian Konvensional dan Syariah
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, 2000, Tahun 2015’’, Jurnal Hukum, Jurusan
Jaminan Fidusia, Rajawali Pers, Jakarta. Pendidikan Ekonomi Universitas
Pendidikan Ghanesa Singaraja,
A. Peraturan Perundang- Undangan Indonesia, Vol: 5 No: 1 Tahun: 2015.
Herfika, Cahyusha Desmutya, 2013, ‘’Analisis
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Komparasi Mekanisme Produk Kredit
Undang- undang Nomor. 4 Tahun 1996 Pada Pegadaian Konvensional Dan
Tentang Hak Tanggungan. Pembiayaan Pada Pegadaian Syariah’’,
Undang- undang Nomor. 42 Tahun 1999 Jurnal Ilmiah, Jurusan Ilmu Ekonomi
Tentang Fidusia sebagai Jaminan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 Universitas Brawijaya Malang, Vol II,
tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian. No. 4, 19 September.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970Paputungan, Julianty M, 2015, ‘’Akibat
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Hukum Perubahan Status Perusahaan
Nomor 7 Tahun 1969 tentang Umum (Perum) Menjadi Perseroan
Perusahaan Jawatan Pegadaian. Terbatas PT. Pegadaian (Persero)’’,
Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 Jurnal, Fakultas Hukum Program
tentang Perusahaan Umum (Perum) Pascasarjana (S2) Universitas
Pegadaian. Hasanuddin Makassar, Vol. IV, No.2, 02
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2011 September.
tentang Perubahan Bentuk BadanSupriyadi, Ahmad, 2010, ‘’Struktur Hukum
Hukum Perum menjadi PT. Pegadaian Pegadaian Syariah Dalam Perspektif
(Persero). Hukum Islam Dan Hukum Positif’’,
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Jurnal Penelitian Islam, STAIN Kudus
Ulama Indonesia Nomor: 25/DSN- Program Dorktor Pascasarjana IAIN
MUI/III/2002, tentang rahn. Walisongo Semarang, Vol. III, No.2
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Juli-Desember.
Ulama Indonesia Nomor: 26/DSN-Donetha, Natalia, 2013, ‘’Akibat Hukum
MUI/III2002, tentang rahn emas. Terhadap Perjanjian Gadai Yang Barang
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Jaminan Hasil Kejahatan’’, Skripsi,
Ulama Indonesia Nomor: 09/DSN- Fakultas Hukum Universitas Riau,
MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Pekanbaru.
ijarah.
C. Website
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia Nomor: 10/DSN-http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-
MUI/IV/2000 tentang wakalah. penelitian-deskriptif/,diakses, tanggal, 30
April 2015.
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelishttp://yahyazein.blogspot.com/2008/07/keadilan-
Ulama Indonesia Nomor: 43/DSN- dan-kepastian-hukum.html, diakses,
MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi. tanggal, 18 Agustus 2015.
http://kuliahade.wordpres.com/2010/04/18/hukum-
B. Jurnal/Kamus/Skripsi jaminan-pengertian- dan-macam-
macam-jaminan, diakses, tanggal, 24
Team Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Agustus 2015.
Indonesia. Media, Phoenix, Jakarta, http://linda-Akutansi.blogspot.com/kompas,
2008. diakses, tanggal 02 September 2015.

14
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016
http://dilihatya.com/2530/pengertian-pegadaian-
menurut-para-ahli, diakses, tanggal, 02
September 2015.
http://http://fajarnoverdi.blogspot.com/2012/03/te
ori-dan-pelaksanaan-gadai-dalam.html,
diakses, Tanggal 29 Desember 2015.

http://Wahyucornes.blogspot.com/2010/07/pe
ngertian-gadai-tanah-sawah.html?
m=1, diakses, Tanggal 30 Desember
2015.

http://aisyahsyariah.blogspot.co.id/2012/10/fungsi-
dsn-dewan-syariah-
nasional.html?m=1,diakses, Tanggal 08
Juni 2016.
http://maxzhum.wordpress.com/2009/04/22/fungsi
-dewan-syariah-nasional-dan-dewan-
pengawas-syariah/, diakses, Tanggal 08
Juni 2016.

15
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016

Вам также может понравиться