Вы находитесь на странице: 1из 109

PENGARUH STRUKTUR PASAR, PRODUKTIVITAS, NET EKSPOR,

NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP


KINERJA INDUSTRI CRUDE PALM OIL INDONESIA
TAHUN 2002 - 2017

NASKAH SKRIPSI

Oleh:
HALISA MAULIDIA
153401162

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Ekonomi Pembangunan, Telah disetujui Tim Pembimbing
Pada Tanggal Seperti Tertera Di Bawah Ini:

Tasikmalaya, Juni 2019.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ade Komaludin, S.E., M.Sc. Nanang Rusliana, S.E., M.Si.


NIDN. 0420096201 NIDN. 0408107210

i
ii
ABSTRACT

THE EFFECT OF MARKET STRUCTURE, PRODUCTIVITY, NET EXPORT


IMPORT, RUPIAH EXCHANGE RATE AND INFLATION RATE ON
PERFORMANCE OF CRUDE PALM OIL IN INDONESIA
PERIOD 2002 – 2017

By:
Halisa Maulidia
153401162
Advisor:
Ade Komaludin
Nanang Rusliana

The purpose of this research was to analyze the market structure of Crude
Palm Oil industry in Indonesia and to determine the effect of market structure,
productivity, net export rupiah exchange rate and inflation rate on price-cost
margin (performance) of Crude Palm Oil industry. The tools of analysis that used
in this research was concentration ratio of the four largest firm (CR4) to analyze
market structure and multiple linear regression method to determine the impact of
market structure, productivity, net export, rupiah exchange rate and inflation rate
on price-cost margin (performance) Crude Palm Oil industry. Based on the
concentration ratio of the four largest firm, market structure of Crude Palm Oil
industry is oligopoly with the average calculation of CR4 is 66.2%. The result using
multiple linear regression method shows that market structure, productivity and net
ekspor have positive and significant effect on price-cost margin meanwhile rupiah
exchange rate and inflation rate have negative effect and significant on price-cost
margin (performance) Crude Palm Oil industry partially (Uji t). Silmultaneously
(Uji F), market structure, productivity, net export rupiah exchange rate and
inflation rate have significant influence on the price-cost margin (performance)
Crude Palm Oil industry period 2002-2017.

Keywords: Market structure, productivity, net export,rupiah exchange rate ,


inflation rate and price-cost margin (performance).

iii
ABSTRAK

PENGARUH STRUKTUR PASAR, PRODUKTIVITAS, NET EKSPOR,


NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP
KINERJA INDUSTRI CRUDE PALM OIL INDONESIA
TAHUN 2002 – 2017

Oleh:

Halisa Maulidia

153401127

Pembimbing:

Ade Komaludin

Nanang Rusliana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar industri Crude


Palm Oil di Indonesia dan untuk menentukan pengaruh struktur pasar,
produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap price-cost
margin (kinerja) industri Crude Palm Oil. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) untuk
menganalisis struktur pasar dan analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh
variabel struktur pasar, produktivitas, net ekspor,nilai tukar rupiah dan tingkat
inflasi terhadap price-cost margin (kinerja) industri Crude Palm Oil. Berdasarkan
rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, struktur pasar industri Crude Palm Oil
di Indonesia adalah oligopoli dengan rata-rata hasil perhitungan CR4 66.2%.
Sementara itu, hasil penelitian menggunakan analisis regresi berganda
menunjukkan bahwa secara parsial variabel struktur pasar, produktivitas dan net
ekspor berpengaruh positif dan signifikan, sementara nilai tukar rupiah dan tingkat
inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price-cost margin industri
Crude Palm Oil. Secara bersama-sama, variabel struktur pasar, produktivitas, net
ekspor berpengaruh signifikan terhadap price-cost margin industri Crude Palm Oil
di Indonesia tahun 2002-2017.

Kata kunci: Struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, tingkat
inflasi dan price-cost margin (kinerja).

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang

berjudul “PENGARUH STRUKTUR PASAR, PRODUKTIVITAS, NET

EKSPOR, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP

KINERJA INDUSTRI CRUDE PALM OIL INDONESIA TAHUN 2002 -

2017".

Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan di

Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil

mempelajari literatur-literatur di perpustakaan yang berhubungan dengan

permasalahan yang akan diangkat dan mengumpulkan dan mencatat data-data

Dalam penyajian Skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran

yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan

dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan. Penulis menyadari,

berhasilnya studi dan penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menghadapi

setiap tantangan, sehingga sepatutnya pada kesempatan ini penulis menghaturkan

rasa terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya yang saya sayangi Ibu Eny Setijawati dan Bapak

Agus Sulistiono yang telah memberikan dukungan materil dan non materil

v
serta doa nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

skripsi ini.

2. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Rudi Priadi, Ir., M.S. Selaku Rektor

Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

3. Yang terhormat Bapak Dr. H. Dedi Kusmayadi, S.E., M.Si.Ak.CA. selaku

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi.

4. Yang terhormat Bapak H. Aso Sukarso, S.E., M.E. selaku Ketua Jurusan

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

5. Yang terhormat Bapak Dr. Ade Komaludin, S.E., M.Sc. . selaku Pembimbing

I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Yang terhormat Bapak Nanang Rusliana, S.E., M.Si. selaku Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf SBAP di lingkungan Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi, yang telah memberi sumbangan ilmu dan pelayanan

pada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Ekonomi

pembangunan.

8. Kedua kakak saya, Helga Fitria dan Zaki Multazam yang telah memberikan

dukungan materil dan moral.

9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2015 Universitas

Siliwangi khususnya Kelas-D, Hasni Nurul M, Latifah Setianingsih, Faradila

vi
Nuroktaviani, dan Iryanti Sopandi yang selalu ada dari mulai perkuliahan

sampai penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akihirnya penulis menyampaikan permohonan maaf seandainya terdapat

kesalahan-kesalahan di dalam penulisan skripsi. Semoga Allah swt, memberikan

balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak

yang pada penulis

Tasikmalaya, Juni 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ...................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
Indentifikasi Masalah ............................................................................... 6
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
Kegunaan Hasil Penelitian ....................................................................... 7
Lokasi Dan Jadwal Penelitian .................................................................. 8
1.5.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 8
1.5.2 Jadwal Skripsi ................................................................................... 8
BAB II .................................................................................................................. 10
Tinjauan Pustaka .................................................................................... 10
2.1.1 Ekonomi Industri ............................................................................. 10
2.1.2 Golongan dan Klasifikasi Industri .................................................. 11
2.1.3 Pendekatan Structure-Conduct-Perfomance ................................... 13
2.1.4 Struktur Pasar .................................................................................. 15
2.1.5 Konsentrasi Industri ........................................................................ 16
2.1.6 Hambatan Masuk Pasar ................................................................... 17
2.1.7 Produkivitas Kerja........................................................................... 18
2.1.8 Teori Perdagangan Internasional..................................................... 20
2.1.9 Net Ekspor ....................................................................................... 23
2.1.10 Nilai Tukar ...................................................................................... 24
2.1.11 Inflasi............................................................................................... 25
2.1.12 Kinerja ( Perfomance) Industri........................................................ 28
Penelitian Terdahulu ............................................................................... 30

viii
Kerangka Pemikiran ............................................................................... 37
Hipotesis ............................................................................................................ 40
BAB III ................................................................................................................. 41
Objek Penelitian ..................................................................................... 41
Metode Penelitian ................................................................................... 41
3.2.1 Operasionalisasi Variabel................................................................ 42
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 44
Model Analisis ....................................................................................... 45
3.3.1 Analisis Struktur Pasar .................................................................... 45
3.3.2 Kinerja Pasar ................................................................................... 47
3.3.3 Analisis Regresi .............................................................................. 48
Teknik Analisis Data .............................................................................. 49
3.4.1 Metode Ordinary Least Square (OLS) ............................................ 49
3.4.2 Uji Hipotesis ................................................................................... 49
Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 54
3.5.1 Uji Autokorelasi .............................................................................. 54
3.5.2 Uji Multikolinearitas ....................................................................... 55
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 56
3.5.4 Uji Normalitas ................................................................................. 56
BAB IV ................................................................................................................. 58
Hasil Penelitian....................................................................................... 58
4.1.1 Struktur Pasar Industri Crude Palm Oil Indonesia .......................... 58
4.1.2 Kinerja Pasar ....................................................................................... 65
4.1.3 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ....................................... 67
4.1.4 Analisi Regresi Berganda ................................................................ 79
4.1.4.1 Uji Hipotesis

4.1.4.1.1. Koefisien Determinasi (R2) ................................ 78

4.1.4.1.2 Uji Signifikansi Parameter Individual / Parsial .... 78

4.1.4.1.2 Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F) ................ 80

4.1.4.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................... 81

ix
4.1.2.2.1 Uji Multikolinearitas ............................................. 81

4.1.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas ......................................... 82

4.1.2.2.3 Uji Autokorelasi .................................................... 83

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 86


4.2.1 Pengaruh Struktur Pasar Secara Parsial terhadap Kinerja Industri
Crude Palm Oil ................................................................................ 86
4.2.2 Pengaruh Produktivitas Secara Parsial terhadap Kinerja Industri
Crude Palm Oil ................................................................................ 87
4.2.3 Pengaruh Net Ekspor Secara Parsial terhadap Kinerja Industri Crude
Palm Oil .......................................................................................... 88
4.2.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Secara Parsial terhadap Kinerja
Industri Crude Palm Oil .................................................................. 89
4.2.5 Pengaruh Tingkat Inflasi Secara Parsial terhadap Kinerja Industri
Crude Palm Oil ................................................................................ 90
4.2.6 Pengaruh Struktur Pasar, Produktivitas, Net Ekspor, Nilai Tukar
Rupiah dan Tingkat Inflasi terhadap Kinerja Industri Crude Palm Oil
Secara Bersama-sama...................................................................... 91
BAB V................................................................................................................... 93
5.1 Simpulan ................................................................................................. 93
5.2 Saran ............................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 96
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 9


Tabel 2.1 Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja ................................... 14
Tabel 2.2 Karakteristik Struktur Pasar .......................................................... 16
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 30
Tabel 3.1 Operasional Variabel ..................................................................... 42
Tabel 3.2 Klasifikasi Struktur Pasar dalam Index Herfindahl ....................... 44
Tabel 4.1 Rasio Kosentrasi (CR4) Industri Crude Palm Oil
Indonesia........................................................................................ 58
Tabel 4.2 Pasokan CPO Untuk Minyak Goreng Sawit Menurut
Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit........................................... 59
Tabel 4.3 Perusahaan Minyak Goreng Sawit Menurut Group-nya
dan Penyebarannya Tahun 2001 .................................................... 61
Tabel 4.4 Hasil Uji t Variabel Struktur Pasar (CR4), Produktivitas,
Net Ekspor, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Inflasi
terhadap Price-Cost Margin Industri Crude Palm Oil di
Indonesia Tahun 2002-2017 .......................................................... 79
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolineritas .............................................................. 81

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Produksi Minyak Sawit ................................................................. 1


Gambar 1.2 Nilai Ekspor Crude Palm Oil Indonesia ........................................ 2
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran SCP Sederhana ........................................... 13
Gambar 2.2 Demand Pull Inflation .................................................................. 27
Gambar 2.3 Cost Push Inflation ....................................................................... 28
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 38
Gambar 4.1 CR4 Industri Crude Palm Oil Indonesia ....................................... 65
Gambar 4.2 Produktivitas Industri Crude Palm Oil Indonesia .......................... 67
Gambar 4.3 Net Ekspor Industri Crude Palm Oil Indonesia ............................. 69
Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah Industri Crude Palm Oil Indonesia ................ 72
Gambar 4.5 Tingkat Inflasi Industri Crude Palm Oil Indonesia ....................... 74

xii
1 BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang

menjadi penghasil devisa non migas di Indonesia. Kelapa sawit menghasilkan

minyak sawit dan inti sawit. Dimana minyak sawit sendiri merupakan salah satu

minyak yang paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di dunia.

Minyak yang murah, mudah diproduksi dan sangat stabil ini digunakan untuk

berbagai variasi makanan, kosmetik, produk kebersihan, dan juga bisa digunakan

sebagai sumber biofuel atau biodiesel. Kebanyakan minyak sawit diproduksi di

Asia, Afrika dan Amerika Selatan karena pohon kelapa sawit membutuhkan suhu

hangat, sinar matahari, dan curah hujan tinggi untuk memaksimalkan produksinya.

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia dan

bahkan nomor satu di dunia selama tiga tahun terakhir diikuti oleh Malaysia dan

Thailand.
Guatemala
(Per-Juta Ton)
Ghana
Papua…
Honduras
Ecuador
Nigeria
Colombia
Thailand
Malaysia
Indonesia
0 1000 2000 3000 4000 5000

2018 2017 2016

Sumber : Palm Oil Analytics (Diolah)


Gambar 1.1
Produksi Minyak Sawit

1
2

Menurut Indonesia-Investment, hanya beberapa industri di Indonesia yang

menunjukkan perkembangan secepat industri minyak kelapa sawit selama 20 tahun

terakhir. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia

dan juga dari pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan

global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga naik, budidaya kelapa sawit

telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha

besar di Indonesia (dengan imbas negatif pada lingkungan hidup dan penurunan

jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya

kelapa sawit).

Mayoritas minyak sawit yang diproduksi di Indonesia diekspor ke negara

India, Singapore, Malaysia, dan Belanda . Namun, karena populasi Indonesia terus

bertumbuh (disertai kelas menengah yang berkembang pesat) dan dukungan

pemerintah untuk program biodiesel, permintaan minyak sawit domestik di

Indonesia juga terus berkembang.

2017

2016

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000


(000 US $) KENYA UNITED KINGDOM TANZANIA MALAYSIA
JERMAN SPANYOL ITALIA BELANDA
SINGAPORE INDIA

Sumber: Badan Pusat Statistik (Diolah)


Gambar 1.2
Nilai Ekspor Crude Palm Oil Indonesia
3

Sektor kelapa sawit berperan penting bagi perekonomian nasional.

Pertumbuhan di sektor ini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

mengurangi kemiskinan. Tercatat total nilai ekspor produk sawit pada 2017 sebesar

Rp 239 triliun yang merupakan terbesar dan lebih besar dari sektor minyak dan gas.

Dalam sektor ketahanan energi, penerapan kebijakan mandatori biodiesel (Agustus

2015 s/d 30 Juni 2018) menciptakan penghematan devisa sebesar US$ 2,52 miliar

(Rp30 triliun). Sebagai industri padat karya, jutaan masyarakat Indonesia

bergantung pada sektor kelapa sawit. Kebun industri mampu menyerap 4,2 juta

tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung. Sementara petani

swadaya mampu menyerap 4,6 juta orang. Sejak tahun 2000, sektor kelapa sawit

Indonesia membantu 10 juta orang keluar dari garis kemiskinan karena faktor-

faktor yang terkait dengan ekspansi kelapa sawit dan setidaknya 1,3 juta orang yang

hidup di pedesaan keluar dari garis kemiskinan secara langsung berkat kelapa sawit.

Namun sayangnya industri kelapa sawit di Indonesia tengah mengalami

tantangan. Menurut Wakil Ketua Umum Gabungan Kelapa Sawit Indonesia

(GAPKI) Togar Sitanggang yang dikutip dari artikel Tempo, Kamis, 23 Agustus

2018, beliau memperkirakan jumlah ekspor kelapa sawit pada 2019 tidak sebaik

tahun lalu yang salah satu penyebabnya adalah tuduhan subsidi biodiesel oleh

Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya Indonesia mendapatkan tuduhan dumping biodiesel dari Uni

Eropa yang mengakibatkan diberlakukannya bea masuk anti dumping sebesar 8,8

persen hingga 23,3 persen. Sejak saat itu, ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa

mengalami penurunan. Tantangan industri kelapa sawit menjadi semakin kompleks


4

sejak digaungkannya gagasan Renewable Energy Directive (RED) II oleh Uni

Eropa sejak November 2018. Adalah alasan utama parlemen Uuni Eropa menolak

produk sawit Indonesia karena berpotensi deforestasi atau penghilangan hutan

alam. Dengan permasalahan diatas penulis khawatir bahwa permasalahan tersebut

akan berdampak pada kinerja industri Crude Palm Oil, mengingat bahwa

sebelumnya proyeksi kebutuhan minyak dunia berpotensi akan naik pada 2020.

Menurut Derom Bangun dalam artikel Sawit Indoneisa , proyeksi kebutuhan

minyak dunia pada tahun 2020 merujuk kepada pertambahan penduduk dan

peningkatan permintaan dari masing-masing negara serta produksi jenis

minyaknya. Populasi penduduk dunia tahun 2020 berpotensi naik menjadi 7,72

miliar jiwa dari tahun 2010 yang berjumlah 6,92 miliar jiwa. Berdasarkan data

Oilworld, total produksi 17 jenis minyak nabati dan lemak dunia mencapai 236 juta

ton pada 2020, menurutnya kenaikan produksi minyak nabati di tahun 2020

diperkirakan akan terserap seiring tingginya permintaan global. Diperkirakan,

produksi akan naik secara linear tetapi permintaan tumbuh secara eksponen

sehingga permintaan akan tumbuh lebih cepat dari produksi.

Besarnya kebutuhan minyak dan lemak global direpresentasikan dari

kebutuhan dari India dan Cina. Pada 2012 saja, populasi penduduk Cina yang

mencapai 1,32 miliar jiwa mempunyai konsumsi minyak nabati dan lemak sebesar

25,32 kilogram per kapita. Total jumlah kebutuhan Cina dapat mencapai 34,29 juta

ton minyak dan lemak yang dominan disuplai minyak sawit dan minyak kedelai.

Sementara, konsumsi minyak dan lemak India sebesar 15,2 kilogram per kapita dari

jumlah penduduk mencapai 1,24 miliar. Dengan total kebutuhan sebanyak 18,87
5

juta. Maka dari itu untuk dapat memanfaatkan permintaan minyak kelapa sawit

industri Crude Palm Oil Indonesia, perlu melakukan kinerja terbaiknya untuk

memenuhi permintaan tersebut.

Penelitian ini berfokus pada analisis kinerja industri yang dilakukan dengan

menggunakan analisis Price Cost Margin (PCM). Kinerja pasar menggambarkan

kompetisi dalam sistem pemasaran yang berkaitan erat dengan teori kinerja

perusahaan. Tingkat perolehan laba ataupun rugi perusahaan merupakan salah satu

pengukuran yang sering digunakan untuk menilai hasil kinerja sebuah perusahaan.

Menurut Muslim dan Wardhani (2008), Semakin tinggi nilai tambah, maka

efisiensi kinerja industri semakin meningkat sehingga keuntungan yang didapat

akan semakin besar.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wiwit Fitriah

dengan studi kasus Industri Semen Indonesia, menunjukan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja industri yakni variabel struktur pasar, produktivitas,

ekspor dan impor semen. Dengan hasil variabel-variabel tersebut secara bersama-

sama berpengaruh signifikan terhadap price-cost margin industri semen di

Indonesia tahun 2000-2014.

Dengan referensi penelitian terdahulu tersebut penulis ingin mengaplikasikan

menjadi net ekspor dan menambahkan variabel nilai tukar dan tingkat inflasi untuk

mengetahui apakah variabel tersebut mempengaruhi kinerja industri Crude Palm

Oil Indonesia.

Alasan penulis menambahkan variabel nilai tukar dan tingkat inflasi yakni

karena kinerja industri yang diukur dengan price-cost margin merupakan


6

persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Maka

industri Crude Palm Oil yang sebagian besar produksinya di ekspor, dan apabila

nilai tukar rupiah mengalami perlemahan maka akan membuat harga komoditas

ekspor meningkat dan itu juga berarti price-cost margin akan mengalami kenaikan

dan sebaliknya apabila nilai tukar rupiah menguat maka price-cost margin akan

mengalami penurunan. Dan tingkat inflasi merupakan penentu dari biaya langsung,

apabila tingkat inflasi naik maka biaya produksi akan naik, sehingga persentase

keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsungpun akan berkurang.

Berkurangnya presentase keuntungan berarti kinerja industri menurun.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Industri Crude Palm Oil, dan

mengangkat judul “PENGARUH STRUKTUR PASAR, PRODUKTIVITAS,

NET EKSPOR, NILAI TUKAR RUPIAH DAN TINGKAT INFLASI

TERHADAP KINERJA INDUSTRI CRUDE PALM OIL INDONESIA“

Indentifikasi Masalah

Berdasarkan uraian masalah yang terdapat dalam latar belakang masalah,

maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaima struktur pasar industri Crude Palm Oil di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi secara parsial terhadap kinerja industri Crude Palm Oil?
7

3. Bagaimana pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi secara bersama– sama terhadap kinerja industri Crude Palm

Oil ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan diatas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui struktur pasar industri kelapa sawit di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar

rupiah dan tingkat inflasi secara parsial terhadap kinerja industri Crude Palm

Oil.

3. Mengetahui pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar

rupiah dan tingkat inflasi secara bersama– sama terhadap kinerja industri

Crude Palm Oil.

Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran lebih jelas mengenai industri Crude Palm Oil di Indonesia

terutama dari aspek struktur pasar dan kinerja industri Crude Palm Oil

2. Mengindentifikasi mengenai struktur pasar dan pengaruhnya terhadap kinerja

industri Crude Palm Oil


8

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau

informasi yang bersifat positif sebagai masukan dalam melaksanakan

peningkatan dan perbaikan pada industri Crude Palm Oil Indonesia

4. Sebagai bahan referensi dan bacaan untuk pengembangan penelitian

selanjutnya serta memperluas jaringan dan tambahan informasi.

Lokasi Dan Jadwal Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Indonesia melalui pengambilan data

dari website Badan Pusat Statistik, Kementrian Prindustrian, Komisi Pengawasan

Persaingan Usaha (KPPU), Direktorat Jendral Perkebunan, dan UN Comtrade yang

menyajikan data valid mengenai Industri Crude Palm Oil Indonesia.

1.5.2 Jadwal Skripsi

Penelitian dimulai sejak awal Februari 2019 diawali dengan pengajuan judul

kepada pihak jurusan/prodi Ekonomi Pembangunan. Berikut matriks jadwal

penelitian penulis.
9

Tabel 1.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2019
Keterangan
Februari Maret April Mei
Pengumpulan
Administrasi
Pengajuan Judul
Observasi Awal
Pembuatan
Skripsi
Seminar Skripsi
Revisi Skripsi
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Penyusunan
Skripsi
Sidang Skripsi
10

2 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Dalam menganalisis pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai

tukar rupiah, dan tingkat inflasi terhadap kinerja industri Crude Palm Oil Tahun

2002-2017, penelitian ini mendasar pada teori-teori yang relevan sehingga

mendukung bagi tercapainya hasil penelitian yang ilmiah.

2.1.1 Ekonomi Industri

Menurut Kuncoro (2007), Industri dalam arti sempit adalah kumpulan

perusahaaan yang menghasilkan produk sejenis dimana terdapat kesamaan dalam

bahan baku yang digunakan, proses, bentuk produk akhir, dan konsemen akhir .

Dalam arti yang lebih luas, industri dapat didefinisikan sebagai kumpulan

perusaahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan elastisitas silang yang

positif dan tinggi.

Ilmu ekonomi industri merupakan suatu cabang khusus dalam ilmu ekonomi

yang menjelaskan mengapa pasar disorganisasi dan bagaimana

pengorganisasiannya mempengaruhi cara kerja indusri. Teori ekonomi industri

relatif lebih menekankan analisis hubungan antara kegiatan yang satu dengan

kegiatan yang lain, saling ketergantungan antara satu sama lain didalam pasar dan

mata rantai antara kondisi pasar, perilaku perusahaan dan kinerja ekonomi dalam

suatu industri. Dalam ekonomi industri juga akan dipelajari mengenai langkah-
11

langkah apa yang dilakukan perusahaan terhadap para pesaingnya dan terhadap

konsumennya, dimana didalamnya meliputi harga, promosi atau periklanan, serta

penelitian dan pengembangan (Martin dalam Evertina (2008). Dengan demikian,

ekonomi industri pada dasarnya menganalisis keterkaitan antara struktur dan

perilaku perusahaan dalam penentuan kinerja perusahaan.

Dalam ekonomi industri terdapat dua sisi yang menarik. Pertama, ekonomi

industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan

monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada diantara keduanya. Kedua,

ekonomi industri juga berkaitan erat dengan pasar riil yang sangat diramaikan oleh

adanya persaingan antar perusahaan ( Winsih, 2007). Subyek utama ekonomi

sendiri adalah perilaku perusahaan dalam suatu industri.

Pada hakikatnya, analisis industri adalah upaya memanfaatkan peluang

bisnis dan mengindentifikasikan cara mendapatkan keuntungan jangka panjang.

Tujuannya tidak lain untuk memprediksi perilaku pasar dan para pesaing, baik yang

akan masuk ke pasar maupun yang sudah masuk, meetode dan teknologi baru, serta

pengaruh pembangunan dan perkembangan pada industri yang berhubungan.

Dengan kata lain, analisis industri bertujuan untuk menyajikan studi kasus yang

dapat digunakan untuk pembangunan masa depan industri.

2.1.2 Golongan dan Klasifikasi Industri

Penggolongan industri dengan pendekatan besar dan kecilnya skala usaha

dilakukan oleh beberapa lembaga, dengan kriteria yang berbeda. Biro Pusat
12

Statistik dalam Dumairy (1996) membedakan 4 lapisan industri berdasarkan jumlah

tenaga kerja per unit usaha, yaitu:

a. Industri besar: berpekerja 100 orang atau lebih.

b. Industri sedang: berpekerja antar 20 sampai 99 orang

c. Industri kecil: berpekerja antara 5 sampai 19 orang; dan

d. Industri/kerajinan rumah tangga: berpekerja < 5 orang.

Menurut Dumairy (1996), industri dapat digolong-golongkan berdasarkan

beberapa sudut tinjauan atau pendekatan. Di Indonesia industri digolongkan

berdasarkan kelompok komoditas, berdasarkan skala usaha, dan berdasarkan

hubungan arus produknya. Terdapat sembilan klasifikasi industri berdasarkan

International Standard of Industrial Classification (ISIC) dalam Dumairy (1996)

yakni :

a. Industri makanan, minuman dan tembakau.

b. Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit.

c. Industri kayu dan barang barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga.

d. Industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.

e. Industri kimia dan barang–barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bara,

karet, dan plastik.

f. Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi, dan batu bara.

g. Industri logam dasar.

h. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya.

i. Industri pengolahan lainnya.


13

2.1.3 Pendekatan Structure-Conduct-Perfomance

Dasar pardigma structure conduct performance (SCP) dicetuskan oleh

Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard tahun 1939,

mengemukakan bahwa struktur (structure) suatu industri akan menentukan

bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya

menentukan keragaman atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur

biasanya diukur dengan rasio konsentrasi yang dapat dilihat dari jumlah maupun

skala penjual dan pembeli, tingkat diferensiasi produk, ada tidak adanya hambatan

masuk ke pasar (barrier to entry).

Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan atau kolusi antar

produsen. Keragamaan atau kinerja suatu industri diukur antara lain dari derajat

inovasi, efisiesi dan profitabilitas. Menurut Kuncoro (2017), ada dua asumsi dalam

pendekatan structure conduct performance (SCP):

1. Hubungan yang stabil dan adanya arah kausalitas dari struktur-perilaku-kinerja

2. Pendekatan structure conduct performance (SCP) berawal dari premis bahwa

pengukuran kekuatan pasar dapat dihitung dari data yang tersedia.

Hubungan antara struktur perilaku dan kinerja dapat dilihat pada gambar berikut.

Struktur Perilaku Kinerja

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran SCP Sederhana
Sumber: Marin, 2002
Menurut Kuncoro (2007), dalam melakukan analisis organisasi industri, ada

empat cara untuk mengamati hubungan atau keterikaitan antara struktur, perilaku
14

dan kinerja. Pertama, hanya memperdalam dua aspek, yakni hanya memperhatikan

hubungan hubungan antara struktur dan kinerja tanpa memperhatikan perilaku.

Kedua, menelaah kaitan antara struktur terhadap perilaku, baru kemudian

mengamati kinerja industri. Ketiga, menelaah hubungan antara kinerja dan

perilaku, baru mengaitkannya dengan struktur. Keempat, tidak mengamti sama

sekali, karena dianggap sudah terjawab dari menelaah hubungan anatara perilaku

dan struktur.

Tabel 2.1
Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja
Structure Conduct Performance

Maksimalisasi keuntungan Efisiensi alokasi


Perfect Competition sumber daya
Tidak ada iklan

Monopolistic Maksimalisasi keuntungan Alokasi sumber


Competition daya tidak efisien
Ada iklan

Terdapat kemungkinan untuk


maksimalisasi keuntungan
Alokasi sumber
Oligopoly
Terdapat periklanan dan bentuk daya tidak efisien
persaingan non-harga lainnya

Terdapat kemungkinan untuk


maksimalisasi keuntungan Alokasi sumber
Monopoly daya tidak
Hanya terdapat beberapa iklan maksimal

Sumber: Gnadhea Karuni Esa

Pada Tabel 2.1 dijelaskan ciri produsen yang digambarkan dengan melihat

bagaimana kondisi maksimalisasi tingkat keuntungan dapat direalisasikan. Kinerja

digambarkan melalui pengertian terhadap alokasi sumber daya. Pandangan SCP


15

menyatakan bahwa hasil akhir dari struktur pasar terlihat pada kondisi perusahaan

yang ditunjukkan melalui kinerjanya (Shy, 1995).

2.1.4 Struktur Pasar

Struktur pasar adalah keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang

aspek- aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku usaha dan kinerja

pasar, antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar,

keragaman produk, sistem distribusi dan penguasaan pasar. Maka dari itu stuktur

pasar industri merupakan variabel yang penting untuk mempelajari ekonomi

industri karena struktur pasar industri akan mempengaruhi perilaku dan kinerja

perusahaan yang ada dalam industri.

Struktur pasar merupakan karakter suatu pasar yang mempengaruhi strategi

persaingan dan penentuan harga dari pasar. Struktur pasar dapat juga dipahami

sebagai bagian strategis yang relatif permanen dari lingkungan perusahaan yang

akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja perusahaan di suatu

pasar. Jadi struktur akan mempengaruhi pola perilaku perusahaan di pasar yang

selanjutnya akan mempengaruhi kinerja (Martin dalam Evertina 2008).

Struktur pasar berhubungan dengan karakteristik dan pentingnya pasar

tersebut di dalam perekonomian. Kondisi demikian dapat diidentifikasikan dengan

mengacu pada jumlah dan ukuran distribusi dan penjual dan pembeli dipasar

tersebut (konsentrasi pasar), batasan suatu produk memiliki perbedaan

(diferensiasi), dan tingkat kemudahan memasuki pasar bagi perusahaan baru. Untuk

mengukur konsentrasi pasar dapat meggunakan rasio konsentrasi 4 perusahaan

terbesar dalam suatu industri (CR4), yang merupakan rasio konsentrasi yang paling
16

sering dipakai dalam pengukuran. Meskipun demikian, tidak ada ketentuan khusus

mengenai berapa banyak perusahaan terbesar yang harus dimasukkan dalam

perhitungan CRn. Gwin dalam Arsyad & Kusuma (2014) memaparkan klasifikasi

umum pencapaian CR4 yang mengkaitkan CR4 dengan karakteristik struktur pasar

sebagai berikut:

Tabel 2.1
Karakteristik Struktur Pasar
Nilai CR4 Kategori Interpretasi Terkait
Struktur Pasar
CR4 = 0 Minimum Persaingan sempurna.
0 < CR4 < 40 Rendah Persaingan efektif atau
persaingan monopolistik.
40 ≤ CR4 < 60 Menengah ke bawah Persaingan monopolistik
atau oligopoly longgar.
60 ≤ CR < 90 Menengah ke atas Oligopoli ketat atau
perusahaan dominan
dengan competitive fringe.
CR4 ≥ 90 Tinggi Perusahaan dominan
dengan competitive fringe
atau monopoli efektif (near
monopoly).
CR4 = 100 Maksimum Monopoli Sempurna.
Sumber: Gwin dalam Arsyad & Kusuma (2014)

2.1.5 Konsentrasi Industri

Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan pasar dari perusahaan-

perusahaan “oligopolis” dimana mereka menyadari adanya ketergantungan.

Kombinasi pangsa pasar perusahaan membentuk suatu tingkat pemusatan dalam

pasar. Menurut Winsih (2007), konsentrasi dapat diukur menggunakan indeks

konsentrasi yaitu statistic yang dikembangkan untuk menghasilkan ukuran

ringkasan struktur pasar. Ukuran pasar konsentrasi yang umumnya digunakan

persentase dari seluruh jumlah pengiriman yang di pasok empat perusahaan


17

terbesar. Ukuran lainnya adalah Hirschmann- Herfindahl Index (IHH) yang

menimbang pangsa pasar rata-rata dari seluruh perusahaan dalam sebuah industri.

Menurut Kuncoro (2007) tingkat konsentrasi industri dan rintangan masuk

(barrier to entry) merupakan variabel struktur pasar. Pasar yang memiliki

konsentrasi rendah dan rintangan masuk kecil adalah pasar yang berstruktur

persaingan sebaliknya Pasar yag memiliki konsentrasi tinggi dan rintangan masuk

besar adalah struktur pasar yang berstruktur pasar oligopoli dan monopoli.

Menurut Martin dalam Evertina (2008), analisis struktur-perilaku-kinerja

(structure conduct performance) ,strukur pasar akan menentukan perilaku pasar

dalam industri, kemudian perilaku akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Sehingga konsentrasi industri yang merupakan variabel struktur pasar akan

mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan dalam industri.

2.1.6 Hambatan Masuk Pasar

Menurut Bain dalam Evertina (2008), Entry Barrier atau hambatan masuk

pasar adalah kondisi industri yang memberikan peluang kepada pemain yang ada

untuk menetapkan tarif diątas tingkat kompetitif tanpa menyebabkan tertariknya

pemain baru untuk masuk. Entry barrier dalam pengertian seperti ini disebut Entry

barrier yang bersifat struktural dimana karakteristik teknis dan struktural yang

siíatnya alamiah dari sebuah industri menjadi penghalang pemain baru yang ingin

masuk. Karakter-karakter tersebut tidak berada dibawah kontrol para pemain yang

sudah ada dałam industri tersebut. Struktur biaya yang berbeda antara pemain baru

dengan yang lama tercemin dari struktur biaya di antara mereka yang muncul
18

adanya first mover advantages, proses belajar dan akumulasi pengetahuan,

keterampilan serta pengalaman, hak paten penguasaan input (raw material staff

manajerial tenaga ahli riset), keunggulan lokasi dan faktor skala ekonomis, Bain

dalam Evertina (2008)sudiyat menyebufkan economies of scale, absolte cost

advanages, High Capital cost or capital requirement, dan product differentiaion

sebagai entry barrier.

Hambatan masuk pasar merupakan Segala sesuatu yang memungkinkan

terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru

merupakan hambatan untuk masuk pasar. Salah satu proyeksi yang dapat digunakan

untuk mengukur ini adalah MES.

MES =

2.1.7 Produkivitas Kerja

Produktivitas secara teori diartikan sebagai perbandingan antara output

(barang dan jasa) dengan input (tenaga kerja, bahan dan uang). Menurut Evertina

(2008), produktivitas merupakan hasil yang dicapai pertenaga kerja atau unit faktor

produksi dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya tingkat produktivitas

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi, dan keahlian (skill) yang

dimiliki olehtenanga kerja. Produktivitas merupakan perbandingan nilai output dan

input.

Hasibuan (2005) mengungkapkan produktivitas adalah perbandingan secara

ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang
19

dipergunakan selama produksi berlangsung. Sumber tersebut dapat berupa tanah,

bahan baku dan bahan pembantu, Pabrik, mesin-mesin dan alat-alat, dan tenaga

kerja.

Dalam meningkatkan produktivitas menurut Nasution (2001) terdapat lima

cara untuk meningkatkan produktvitas yaitu sebagai berikut :

1. Menerapkan program reduksi biaya

Reduksi biaya berarti dalam menghasikan output dengan kuantitas yang

sama kita menggunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Jadi

peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya berarti output yang

tetap dibagi dengan input yang lebih sedikit.

2. Mengelola petumbuhan

Peningkatan produktivitas dengan cara mengelola pertumbuhan berarti kita

meningkatkan output dalam kualitas yang lebih besar melalui peningkatan

penggunaan input daalam kuantitas yang lebih kecil. Artinya output meningkat

lebih banyak, sedangkan input meningkat lebih sedikit.

3. Bekerja lebih tangkas

Bekerja lebih tangkas akan dapat meningkatkan produktivitas. Jadi

produktivitas meningkat tetapi jumlah input tetap sehingga akan diperoleh biaya

produksi per unit output yang rendah.

4. Mengurangi aktivitas

Melalui pengurangan sedikit output dan mengurangi banyak input yang

tidak perlu akan dapat meningkatkan produktivitas.


20

5. Bekerja lebih efektif

Peningkatan produktivitas melalui jurus ini adalah dengan cara

meningkatkan output, tapi tidak mengurangi penggunaan input.

Produktvitas kerja yang tinggi atau cendrung meningkat sangat penting bagi

perusahaan, karena dengan meningkatnya produktivitas kerja karyawan, maka

efesiensi dan efektivitas perusahaan akan meningkat.

2.1.8 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai aktivitas

perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara

lain atas dasar kesepakatan bersama. penduduk negara yang dimaksud merupakan

antara individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah atau

pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan negara-negara melakukan perdagangan internasional namun

penyebab yang paling utama terletak pada perbedaan kekayaan sumber alam

berbentuk mineral, kesuburan tanah, kekayaan laut, iklim dan tenaga energi.

Teori Keunggulan Mutlak

Kaum klasik sebelum David Ricardo pada umumnya berpendapat bahwa suatu

negara mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa menghasilkan

barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih murah daripada negara lain

(yaitu karena mempunyai keunggulan mutlak dalam produksi barang tersebut).

Dalam teori keunggulan mutlak (absolut) menurut Adam Smith, dikemukakan ide-

ide sebagai berikut.


21

1. Adanya division of labor (pembagian kerja internasional) dalam menghasilkan

sejenis barang). Dengan adanya pembagian kerja, suatu negara dapat

memproduksi barang dengan biaya yang lebih murah dibandignkan dengan

negara lain, sehingga dalam mengadakan perdagangan negara tersebut

memperoleh keunggulan mutlak.

2. Spesialisasi Internasional dan Efisiensi Produksi. Dengan spesialisasi, suatu

negara akan mengkhususkan pada produksi barang yang memiliki keuntungan.

Suatu negara akan mengimpor barang-barang yang bila diproduksi sendiri

(dalam negeri) tidak efisien atau kurang menguntungkan, sehingga keunggulan

mutlak diperoleh bila suatu negara mengadakan spesialisasi dalam

memproduksi barang. Keuntungan mutlak diartikan sebagai keuntungan yang

dinyatakan dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat

barang-barang produksi. Suatu negara akan mengekspor barang tertentu karena

dapat menghasilkan barang tersebut dengan biaya yang secara mutlak lebih

murah daripada negara lain. Dengan kata lain, negara tersebut memiliki

keuntungan mutlak dalam produksi barang.

Jadi, keuntungan mutlak terjadi bila suatu negara lebih unggul terhadap satu macam

produk yang dihasilkan, dengan biaya produksi yang lebih murah jika dibandingkan

dengan biaya produksi di negara lain.


22

Teori Keunggulan Komperatif

Teori Keunggulan Komparatif (comparative advantage) dikemukakan oleh

David Ricardo pada tahun 1817. Teori ini merupakan salah satu hukum dalam

ekspor impor yang penting dan belum medapat banyak tantangan dalam aplikasi

dan praktik perdagangan internasional. Berbeda dengan teori keunggulan mutlak

yang mengutamakan keunggulan absolute dalam produksi tertentu yang dimiliki

oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini berpendapat bahwa

perdagangan internasional dapat terjadi walaupun suatu negara tidak mempunyai

keunggulan absolute, asalkan harga komparatif di kedua negara berbeda.

David Ricardo berargumen bahwa sebaiknya semua negara berspesialisasi

dalam komoditi-komoditi yang mempunyai kerugian komparatif. Teori ini

menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika

salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolute (atas suatu komoditi seperti

yang diungkapkan oleh Adam Smith), namun cukup memiliki keunggulan

komparatif (yaitu harga untuk suatu komoditi di negara yang satu dengan yang

lainnya relatif berbeda).

Faktor Produksi yang Tersedia (Hechkscher –Ohlin)

Menurut Teori modern dari Heckscher dan Ohlin (H-O), perdagangan

internasional terjadi karena opportunity cost yang berbeda di antara kedua negara

yang diakibatkan oleh perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimiliki kedua

negara tersebut. Teori ini sering disebut teori proporsi dan intensitas faktor

produksi.
23

Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) menyatakan bahwa penyebab perbedaan

produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki

(endowment factors) oleh masing-masing negara, selanjutnya faktor produksi

menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu,

teori modern H-O ini dikenal sebagai The Proportional Factor Theory. Negara-

negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam

memproduksi akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor

barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu

jika negara tersebut memiliki factor produksi yang relatif langka atau mahal dalam

memproduksinya. Menurut Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan

perdagangan dengan negara lain karena negara tersebut memiliki keunggulan

komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi.

2.1.9 Net Ekspor

Net ekspor adalah total ekspor dikurangi total impor. Menurut Mundell-

Fleming dalam Mankiw, nama lain untuk net ekspor adalah neraca perdagangan

karena menunjukkan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak

ukur kesamaan ekspor dan impor. Net ekspor merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pendapatan domestik bruto (PDB).

Net ekspor merangsang meningkatnya pendapatan dan merangsang

pertumbuhan ekonomi apabila jumlah ekspor lebih besar dari pada jumlah impor,

sebaliknya apabila jumlah ekspor lebih kecil dari impor maka, net ekspor akan

menurunkan pendapatan nasional.


24

Pada perekonomian suatu negara perlu adanya net ekspor, karena net ekspor

yang dilakukan suatu negara akan berdampak positif terhadap pertumbuhan

ekonomi apabila nilai ekspor lebih besar dibandingkan dengan nilai impor sehingga

akan meningkatkan pendapatan nasional dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

2.1.10 Nilai Tukar

Menurut Mankiw, nilai tukar mata uang antara dua negara adalah harga dari

mata uang yang digunakan oleh penduduk negara – negara tersebut untuk saling

melakukan perdagangan antara satu sama lain. Mata uang suatu negara dapat

ditukarkan atau diperjualbelikan dengan mata uang negara lainnya sesuai dengan

nilai tukar mata uang yang berlaku di Pasar mata uang atau yang sering disebut

dengan pasar valuta asing. Setiap perubahan kondisi ekonomi serta politik yang

terjadi di suatu negara, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang

negara lainnya dapat berubah secara substasional.

Sedangkan nilai tukar menurut Sudiyatno (2010), merupakan harga atau

nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing. Para pelaku dalam pasar

internasional amat peduli terhadap penentuan nilai tukar valuta asing (valas), karena

nilai tukar valas akan mempengaruhi biaya dan manfaat ”bermain” dalam

perdagangan barang, jasa dan surat berharga.

Menurut Mankiw nilai tukar atau kurs muncul sebagai akibat dari perbedaan

mata uang yang berlaku di negara-negara yang bersangkutan. Kurs dibedakan

menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs riil adalah harga barang-barang

kedua negara. Kurs riil disebut juga dengan return of trade, kurs riil merupakan

tingkat harga barang yang bisa diperdagangkan suatu negara untuk barang-barang
25

negara lain. Sedangkan kurs nominal adalah harga relative dari mata uang dua

negara.

Hubungan antara kurs riil dan ekspor adalah positif (Salvatore, 1997). Hal

ini berarti bahwa melemahnya nilai tukar rupiah akan membuat harga komoditas

ekspor meningkat. pelemahan nilai tukar akan berdampak meningkatkan daya saing

komoditas ekspor. Hal ini terjadi karena harga komoditas ekspor di negara tujuan

seolah-olah akan mengalami penurunan harga akibat nilai tukar Negara tersebut

yang menguat. Sedangkan bagi pihak yang melakukan ekspor, melemahnya nilai

tukar akan memberikan kesan seolah-olah harga ekspor barang mengalami

kenaikan harga.

2.1.11 Inflasi

Menurut Fahmi (2014), inflasi merupakan suatu kejadian yang

menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan

nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus

maka akan mengakibatkan pada memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh

serta mampu mengguncangkan tatanan stabilitas politik suatu Negara.

Inflasi merupakan faktor fundamental makro dari indikator makroekonomi

yang menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, karena harga harga

barang secara umum meningkat sehingga melemahkan daya beli masyarakat.

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan

likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi

dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga

termasuk kurangnya distribusi). Penyebab utama lebih dipengaruhi dari peran


26

negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua

lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini

dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/

pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

Untuk mengukur inflasi dapat digunakan indeks harga konsumen. Rumus

untuk menentukan indeks harga konsumen. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau

Consumer Price Index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari

barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 × 100


𝐼𝐻𝐾 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟

Rumus laju inflasi:

𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑖𝑛𝑖 − 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑙𝑎𝑙𝑢


𝐿𝑎𝑗𝑢 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖 = × 100%
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑙𝑎𝑙𝑢

Menurut penyebabnya inflasi dapat disebakan oleh:

a. Demand Pull Inflation

Yaitu inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan berbagai

barang terlalu kuat. Untuk ilustrasinya, perhatikan gambar 2.2


27

Sumber: Rahayu, Ani S. (2010)


Gambar 2.2
Demand Pull Inflation
Penjelasan:
Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1-

Q2 yang berakibat naiknya harga (P1-P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3)

menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan

menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.

b. Cost Push Inflation

Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terus menerus.

Untuk lebih lanjutnya perhatikan penjelasan gambar 2.3


28

S
D S
P
P
S
P2
P1

0 Q Q Q3 Q
Sumber: Rahayu, Ani S. (2010)
Gambar 2.3
Cost Push Inflation
Penjelasan:

Pergeseran kurva D1-D2 disebabkan adanya penambahan permintaan Q1-

Q2 yang berakibat naiknya harga (P1P2) jika permintaan bertambah terus (Q2-Q3)

menyebabkan harga akan terus naik (P2-P3), begitu seterusnya. Hal ini akan

menyebabkan kenaikan harga terus-menerus yang menyebabkan terjadinya inflasi.

c. Inflasi permintaan dan penawaran.

Inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan di satu sisi dan penawaran di sisi

lain. Timbulnya inflasi karena antara pelaku permintaan dan penawaran yang tidak

seimbang, artinya jika permintaan barang bertambah sementara penyediaan barang

mengalami kekurangan.

2.1.12 Kinerja ( Perfomance) Industri

Kinerja industri menurut Teguh (2010), merupakan hasil-hasil atau prestasi

yang muncul di dalam pasar sebagai reaksi akibat terjadinya tindakan-tindakan para

pesaing pasar yang menjalankan berbagai strategi perusahaannya guna bersaing dan

menguasai keadaan pasar. Kinerja secara lebih rinci dapat dilihat dari laba,
29

efisiensi, pertumbuhan (termasuk perluasan pasar), kesempatan kerja, prestise

profesional, kesejahteraan personalia, dan juga kebanggaan kelompok.

Menurut Jaya (2008), beberapa tujuan dari kinerja yaitu efisiensi dalam

pengalokasian sumber daya (meliputi efisiensi internal dan alokasi yang efisien),

kemajuan teknologi, keseimbangan dalam distribusi, dan dimensi lainnya (meliputi

kebebasan individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam, dan

keanekaragaman budaya yang ada).

Dalam praktiknya, menurut Kuncoro (2007) ukuran kinerja dapat

bermacam-macam tergantung pada jenis industrinya. Pertama, ukuran kinerja

berdasarkan sudut pandang manajemen, pemilik, atau pemberi pinjaman. Dalam

analisis internal, banyak perusahaan yang menerapkan sistem rasio dan standar

yang memisahkannya kedalam serangkaian komponen-komponen keputusan yang

mempengaruhi kinerja operasional, keseluruhan return, dan harapan pemegang

saham.

Kedua, kinerja suatu industri dapat diamati melalui nilai tambah (Value

added), yang merupakan merupakan selisih antara nilai input dengan nilai output.

Nilai input terdiri dari atas biaya bahan baku, biaya bahan bakar, jasa industri, biaya

sewa gedung, mesin dan alat-alat, serta jasa industri lainnya. Ketiga, produktivitas

yang merupakan hasil yang dicapai per tenaga kerja atau unit factor produksi dalam

jangka waktu tertentu. Sedangkan yang keempat adalah efisiensi, merupakan

perbandingan seberapa besar perusahaan dapat mengambil manfaat dari suatu

variabel untuk mendapatkan output sebanyak-banyaknya.


30

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah

dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Judul dan Variabel
No Persamaan Perbedaan Hasil
Penulis Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Analisis Variabel bebas: CR4, dan MES, X-eff, Industri makanan dan
Struktur, Price-Cost dan Growth minuman di
1. CR4.
Perilaku, Dan Margin Indonesia memiliki
2. MES.
Kinerja Industri bentuk pasar
3. X-eff
Makanan Dan persaingan
4. Growth
Minuman Di
5. Price-Cost monopolistik.
Indonesia. (Lilik
Margin Struktur pasar
Yuliawati,
industri dan perilaku
2017).
industri secara
serentak berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kinerja
industri.
2 Pengaruh Variabel bebas: CR4, Ekspor,dan Industri semen di
Struktur Pasar, Produktivita Impor. Indonesia berstruktur
1. CR4.
Produktivitas, s, dan Price- oligopoli. Variabel
2. Produktivita
Ekspor Dan Cost struktur pasar dan
s.
Impor Margin. impor tidak
3. Ekspor.
berpengaruh
Semen Terhadap 4. Impor.
signifikan, sementara
Kinerja Industri
Variabel terikat:
Semen produktivitas dan
6. Price-Cost ekspor berpengaruh
Margin. signifikan terhadap
kinerja industri
31

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Di Indonesia semen di Indonesia
Tahun 2000- tahun 2000-2014.
2014. Dan Secara bersama-
sama, struktur pasar,
(Wiwit Fitriah,
produktivitas, ekspor
2016).
dan impor semen
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja industri
semen di Indonesia
tahun 2000- 2014.
3 Analisis Variabel: CR4 CR8 dan Struktur pasar di
Struktur, R/C ratio sentra IKM mebel
1. CR4.
Perilaku Dan kayu di Desa
2. CR8.
Kinerja Industri Genjahanbersifat
3. R/C ratio.
Kayu Di oligopoli ketat, dan
struktur pasar di
Gunungkidul.
sentra IKM mebel
(Gnadhea kayu di Desa Kedung
Karuni Esa, Keris bersifat pasar
2016) dengan perusahaan
dominan. Sedangkan
strategi promosi
kedua sentra ini
belum efektif. Pada
analisis kinerja
mendapatkan nilai
R/C ratio 1,54 dan
1,59 yang berarti
usaha tersebut layak
dijalankan karena
menguntungkan.
4 Analisis Variabel bebas: CR4, dan Hirschman- Struktur Industri
struktur, Price-Cost Herfindahl semen Indonesia
1. CR4.
Perilaku, dan Margin. Index berstruktur oligopoli.
2. Utilitas
Kinerja Industri (HHI), Hasil regresi
kapasitas
Semen di Utilitas menunjukan bahawa
produksi.
Indonesia. kapasitas variabel CR4,
3. Efisiensi-X.
produksi, Utilitas kapasitas
produksi, dan
32

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


(Wilyo 4. Pertumbuha MES, Efisiensi-X
Marsden,2014). n output. Efisiensi-X berpengaruh positif
dan signifikan
Variabel terikat: (X-Eff), dan
terhadap tingkat
Petumbuhan
1. Price-Cost keuntungan (PCM),
output.
Margin. sedangkan variabel
pertumbuhan output
(GR) berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
PCM. Secara
bersama-sama,
variabel Utilitas
kapasitas produksi,
dan Efisiensi-X dan
pertumbuhan output
berpengaruh
signifikan terhadap
Price-Cost Margin
(PCM).

5 Analisis Struktur Variabel bebas: CR4. Pangsa Struktur pasar


Pasar, Perilaku, pasar (MS), industri perbankan
1. MES.
dan Kinerja Growth Indonesia pada
2. CR4.
Industri Asset, periode 2008-2012
3. Growth
Perbankan Capital adalah monopolistik.
Asset.
Indonesia.(Studi Adequancy Variabel pangsa
4. Capital
pada bank yang Ratio pasar berpengaruh
Adequancy
terdaftar di BEI (CAR), positif tetapi tidak
Ratio
tahun 2008- Loan to signifikan terhadap
(CAR).
2012). Deposit ROA. Variabel
5. Loan to
Ratio CR4.berpengaruh
(Rebeka Deposit
(LDR), dan negatif signifikan
Belangkaehe, Ratio.
Profit terhadap
Daisy Engka dan
Variabel terikat: (ROA). ROA.Variabel
Dennis
pertumbuhan
Mandeiji, 2014). 1. Return on berpengaruh negatif
Asset tetapi tidak
(ROA). signifikan,
sedangkan variabel
33

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


CAR berpengaruh
positif dan
signifikan,
6 Analisis Variabel: CR4, dan MES Struktur pasar yang
Struktur, Price-Cost terjadi pada sentra
1. MES.
Perilaku Dan Margin. industri bakpia
2. CR4.
Kinerja Pasar Yogyakarta adalah
3. Price-Cost
Pada Sentra oligopoli. Hal ini
Margin
Industri Bakpia ditunjukkan dengan
Yogyakarta. nilai CR4 sebesar
60%. Perilaku pasar
(Tri Candra
terjadi
Natalia, Panji
ketidakseragaman
Deoranto dan
harga dan sistem
Mas’ud
kelembagaan dengan
Effendi).
jalur distribusi yang
pendek
mengakibatkan
persaingan cukup
tinggi. Kinerja pasar
dianalisis dengan
nilai PCM masing-
masing perusahaan.
Nilai PCM tertinggi
adalah bakpia 541
sebesar 0,71.
Sementara nilai PCM
terkecil adalah
bakpia 78 sebesar
0,32.
7 Analisis Variabel bebas: CR4, dan MES, Struktur industri TPT
Structure, Price-Cost Efisiensi, di Indonesia periode
1. CR4.
Conduct, Dan Margin. dan Growth 2006-2013
2. MES.
Performance berstruktur oligopoli.
3. Efisiensi
(SCP) Industri
4. Growth Variabel independen
Tekstil Dan
yaitu MES, efisiensi
Produk Tekstil Variabel terikat:
(XEF), dan Growth
Di Indonesia,
1. Price-Cost berpengaruh secara
(Rezeki Margin. positif terhadap
Angriani variabel dependen
34

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Siregar, dan yaitu keuntungan
Irsyad Lubis SE, (PCM). Sementara
M.Soc.Sc, variabel CR4
Ph.D). berpengaruh negatif
terhadap PCM
industri TPT di
Indonesia. Dari
pengujian variabel
penelitian secara
parsial, didapati
bahwa variabel yang
berpengaruh
signifikan terhadap
keuntungan atau
PCM adalah variabel
efisiensi (XEF).
Sementara variabel
konsentrasi rasio
empat perusahaan
terbesar (CR4),
MES, dan
pertumbuhan nilai
output (Growth),
tidak signifikan
terhadap peningkatan
keuntungan atau
PCM pada industri
TPT.
8 Tingkat Suku Variabel bebas: Inflasi Suku bunga, Secara simultan
Bunga Dan dan tingkat suku bunga
1. suku bunga.
Inflasi kinerjanya dan inflasi secara
2. Inflasi
Pengaruhnya diukur signifikan uji F
Terhadap Return Variabel terikat: dengan berpengaruh
On Asset (Roa) ROA. terhadap
Pada Industri 1. ROA profitabilitas yang
Perbankan Yang diukur dengan return
Go Public Di on asset (ROA).
Bursa Efek Tingkat suku bunga
Indonesia. (X1) secara
signifikan uji t
berpengaruh
35

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


(Glenda terhadap terhadap
Kalengkongan) profitabilitas yang
diukur dengan
Return On Asset
(ROA).
9 Pengaruh Inflasi Variabel bebas: Inflasi dan kinerjanya Secara parsial Inflasi
Dan Nilai Tukar Nilai Tukar diukur dan Nilai Tukar
1. Inflasi
Rupiah Atas dengan
2. Nilai Tukar Rupiah tidak
Dollar As ROA.
berpengaruh dan
Variabel terikat:
Terhadap tidak signifikan
Kinerja Saham 1. ROA terhadap Harga
Perusahaan Saham pada
Property Dan Perusahaan
Real
Property dan Real
Estate Di Estate yang terdaftar
Indonesia. di Bursa Efek
Indonesia dan secara
(Linzzy Pratami
simultan,
Putri)
Inflasi dan Nilai
Tukar Rupiah
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
Return On Asset
pada Perusahaan
Property dan Real
Estate di Indonesia
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia.
10 Analisis Variabel bebas: CR4, dan MES, Variabel X2 dan X3
Struktur, Price-Cost Efisiensi,Gr berpengaruh positif
1. CR4.
Perilaku Dan Margin. owth, dan dan signifikan
2. MES.
Kinerja Industri JLP terhadap variabel
3. Growth
Transportasi Price-Cost Margin
4. Efisiensi
Antar Kota Di (PCM), sedangkan
Sulawesi Selatan variabel Pangsa
Pasar (X1) dan
36

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


5. JLP Jumlah Armada (X4)
(Jumlah berpengaruh positif
perusahaan) dan tidak signifikan
terhadap variabel
Variabel terikat:
PCM. Dari hasil
1. Price-Cost analisis ini kemudian
Margin. dapat dideteksi
bahwa struktur pasar
yang ada pada
industri transportasi
antarkota di Sulawesi
Selatan merupakan
tipe pasar persaingan
Oligopoli.
37

Kerangka Pemikiran

Dalam model kerangka analisis Structure-Conduct-Perfomance dinyatakan

bahwa ada hubungan antara struktur pasar, perilaku, dan kinerja perusahaan.

Disebutkan bahwa struktur pasar dalam suatu industri akan mempengaruhi perilaku

perusahaan yang ada di dalamnya.,kemudian perilaku akan mempengaruhi kinerja

dari industri tersebut.

Indikator dari struktur pasar merupakan tingkat konsentrasi, yakni apabila

tingkat konsentrasi dalam industri tinggi, maka tingkat persaingan antar perusahaan

dalam industri akan menjadi rendah, yang akan menunjukan adanya kekuatan untuk

mempengaruhi harga di pasar (market power) sehingga keuntungan perusahaan

menjadi tinggi. Penelitian ini dimulai dengan menganalisis struktur pasar industri

Crude Palm Oil dengan menggunakan rasio konsentrasi (CR4). Sementara itu,

perilaku Crude Palm Oil tidak dimasukan ke dalam penelitian karena untuk

menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara kuantitatif. Perilaku dapat

dilihat dari strategi perusahaan dalam menetapkan harga jual, diferensiasi

produk,melakukan promosi produknya, dan strategi distribusi.

Analisis kinerja industri dapat dilihat dari perkembangan tingkat keuntungan

perusahaan melalui nilai Price-Cost-Margin (PCM). Langkah berikutnya adalah

menganalisi hubungan antara struktur pasar (CR4) dan faktor-faktor lainnya

(produktivitas tenaga kerja, net ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi)

dengan kinerja industri Crude Palm Oil Indonesia. Konsentrasi industri yang tinggi,

berbanding lurus dengan keuntungan perusahaan-perusahaan dalam suatu industri,

begitu pula dengan produktivitas. Produktivitas suatu industri yang semakin


38

meningkat, maka keuntungan yang didapatkan perusahaan-perusahaan dalam

industri Crude Palm Oil Indonesia semakin bertambah.

Net ekspor berpengaruh terhadap kinerja industri, hal ini dikarenakan

komponen penghitung net ekspor yaitu ekspor dan impor. Kegiatan ekspor yang

dilakukan dalam suatu industri akan menambahkan pangsa pasar bagi para

produsen dalam negeri sehingga akan meningkatkan keuntungan dan kinerja

industri. Dan kegiatan impor yang dilakukan juga berpengaruh terhadap

keuntungan perusahaan-perusahaan yang terdapat dalam industri crude palm oil.

Hal ini dikarenakan dengan adanya produk CPO dari luar negeri, maka jumlah

produsen meningkat sehingga persaingan semakin sengit dan berpotensi

menurunkan keuntungan.

Sedangkan hubungan nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi dapat

berhubungan negatif dengan kinerja industri Crude Palm Oil, hal ini dikarenakan

kinerja industri diukur oleh price-cost margin. Price-cost margin sendiri dihitung

dengan nilai tambah dikurangi upah total dan dibagi dengan nilai barang yang

dihasilkan, dimana komponen-kompenen perhitungan tersebut dipengaruhi oleh

nilai tukar rupiah maupun tingkat inflasi.

Apabila nilai tukar rupiah melemah maka nilai harga nominal barang dalam

negeri akan cenderung naik, kenaikan harga barang akan menyebabkan nilai

tambah, dan tingkat upah secara nominal akan naik. Kenaikan nilai tambah dan

tingkat upah secara nominal otomatis akan meningkatkan haga nilai barang yang

dihasilkan, karena mustahil apabila biaya produksi naik tetapi suatu perusahaan

mempertahankan harga yang sama dengan memberikan kondisi barang / jasa yang
39

sama. Kenaikan harga barang yang dijual akan menyebakan berkurangnya

permintaan dari masyarakat. Sehingga penjualan barangpun akan menurun.

Menurunnya penjualan otomatis mengurangi presentase price cost margin, dan

sebaliknya apabila nilai tukar rupiah terapresiasi maka presentase price cost margin

akan meningkat .

Hubungan tingkat inflasi dengan kinerja industri hampir sama dengan nilai

tukar rupiah terhadap kinerja industri, hal ini dikarenakan nilai rupiah dan tingkat

inflasi sejalan. Apabila nilai tukar rupiah melemah maka tingkat inflasi akan

cenderung naik, dan sebaliknya apabila nilai tukar rupiah menguat maka tingkat

inflasi cenderung turun. Berdasarkan paradigma tersebut, makamodel teoritis dalam

penelitian ini adalah:

PCM = f (Struktur Pasar, Produktivitas Tenaga Kerja, Net Ekspor, Nilai

Tukar Rupiah, Tingkat Inflasi)

Struktur Pasarss

Produktivitas

Net Ekspor Kinerja Industri

Nilai Tukar Rupiah

Tingkat Inflasi

. Gambar 2.4
Kerangka Pemikiran
40

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga secara parsial struktur pasar, produktivitas dan net ekpor

bepengaruh positif terhadap kinerja Industri Crude Palm Oil Indonesia,

sedangkan nilai tukar rupiah dan inflasi berpengaruh negatif terhadap

kinerja Industri Crude Palm Oil Indonesia.

2. Diduga secara bersama-sama struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai

tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap kinerja industri Crude

Palm Oil.
3 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah struktur pasar,

produktivitas, net ekspor industri Crude Palm Oil Indonesia , nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi terhadap kinerja industri Crude Palm Oil Indonesia tahun 2007-

2017. Variabel ini menggunakan variabel independen (bebas) dan variabel

dependen (terikat).

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah struktur pasar, produktivitas, net

ekspor industri Crude Palm Oil Indonesia , nilai tukar rupiah dan tingkat

inflasi.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja industri Crude Palm Oil

Indonesia.

Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan

tersebut diperlukan suatu metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskirptif analisis,

adapun pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiono (2009) adalah

suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul

41
42

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum

Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat

penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk

diambil kesimpulannya.

Data yang digunakan adalah data time series, yaitu data yang dikumpulkan

dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data struktur pasar, produktivitas, net ekspor industri Crude Palm Oil

Indonesia , nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap kinerja industri Crude

Palm Oil Indonesia dari tahun 2002-2017.

3.2.1 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel yaitu kegiatan menguraikan variabel menjadi

sejumlah variabel operasional (variabel indikator) yang langsung menunjukkan

pada hal-hal yang diamati atau diukur, sesuai judul yang dipilih yaitu “Pengaruh

Struktur Pasar, Produktivitas, Net Ekspor, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Inflasi

terhadap Kinerja Industri Crude Palm Oil Indonesia. Maka penulis menggunakan

dua variabel yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Besarnya

variabel bebas akan sangat berpengaruh terhadap perubahan dalam variabel terikat.
43

Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah struktur pasar,

produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Menurut Sugiyono (2009) Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitian ini variabel dependennya yaitu price cost margin (PCM). Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No. Variabel Definisi Operasional Notasi Satuan
1 Struktur Pasar (CR4). Besarnya konsentrasi 4 X1 Persen
perusahaan terbesar
berdasarkan pangsa pasar
dari industri Crude Palm
Oil. Dihitung dengan
menggunakan rumus :

2 Produktivitas Perbandingan antara nilai X2 Kg/Ha


output dan input (luas area
dengan hasil produksi).
3 Net ekspor Nilai komoditas Crude X3 US$
Palm Oil yang diekspor
dikurangi dengan nilai
Crude Palm Oil yang
diimpor.
4 Nilai Tukar (Kurs) riil Harga dari sebuah mata X4 Rupiah
rupiah terhadap dolar uang suatu negara, yang
US diukur atau dinyatakan
dalam mata uang lainnya.
5 Tingkat Inflasi Perubahan tingkat inflasi X5 Persen
dari waktu ke waktu di
Indonesia.
6 Kinerja Industri (Price- Presentase keuntungan Y Persen
Cost Margin) dari kelebihan atas
44

penerimaan biaya
langsung. PCM =

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu data sekunder

dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu berupa data tahunan dalam

bentuk angka dalam kurun waktu 2002 – 2017 ( lima belas tahun). Data sekunder

adalah data yang sudah berupa publikasi yang diterbitkan oleh lembaga yang

berkaitan dengan penelitian ini, yakni Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian

Perindustrian, Direktorat Jendral Perkebunan, Komisi Pengawas Usaha (KPPU),

dan UN Comtrade. Pungumpulan data juga dilakukan dengan mengambil dari

buku, skripsi, dan sumber bacaan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan, penulis melakukan studi

kepustakaan yaitu dengan membaca literatur-literatur dibidang ekonomi dan

pembangunan yang digunakan sebagai landasan kerangka berfikir dan teori yang

sesuai dengan topik penelitian. Sementara itu, pengolahan data yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan software Eviews 8.


45

Model Analisis

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

dengan dua pendekatan. Pertama, analisis yang dilakukan untuk mengetahui bentuk

struktur pasar industri Crude Palm Oil di Indonesia dengan menggunakan rasio

konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4.). Kedua analisis regresi berganda

untuk mengetahui pengaruh struktur pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar

rupiah, dan tingkat inflasi terhadap price-cost margin.

3.3.1 Analisis Struktur Pasar

Dua alat ukur konsentrasi penjual yang biasa digunakan dalam studi SCP

yakni:

1. Herfindahl-Hirschman Index (HHI) dan

Herfindahl-Hirschman Index merupakan tolak ukur tingkat konsentrasi

pasar yang memperhitungkan distribusi pangsa pasar di antara perusahaan-

perusahaan yang ada dalam suatu industri. Herfindahl-Hirschman Index adalah

jumlah dari kuadrat pangsa pasar untuk semua perusahaan dalam suatu pasar

industri . Empat klasifikasi struktur pasar dalam indeks herfindahl:

Tabel 3.2
Klasifikasi Struktur Pasar dalam Indeks Herfindahl

Struktur Pasar Kisaran Herfindahl

Pasar Persaingan Sem purna Biasanya dibawah 0,2

Pasar Monopolistik Biasanya dibawah 0,2


46

Pasar Oligopoli 0,2 sampai dengan 0,6

Pasar M onopoli 0,6 sampai dengan keatas

sumber : Economics Of Strategy

2. Rasio konsentrasi

Pada penelitian ini alat yang digunakan untuk mengukur struktur pasar

adalah rasio konsentrasi. Menurut Kuncoro (2007) pengertian rasio konsentrasi

adalah urutan berdasarkan pangsa pasar secara menurun, dari penjualan perusahaan

paling besar ke penjualan perusahaan terkecil. Perhitungan nilai konsentrasi dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

atau

Sehingga didapat rumus umum adalah sebagai berikut:

Rasio konsentrasi berkisar antara nol hingga satu dan biasanya dinyatakan

dalam persentase. Nilai konsentrasi yang mendekati angka nol mengindikasikan

bahwa sejumlah n perusahaan memiliki pangsa pasar yang relatif kecil. Sebaliknya,

angka rasio konsentrasi yang mendekati satu mengindikasikan tingkat konsentrasi

yang relatif tinggi.


47

3.3.2 Kinerja Pasar

Pada penelitian ini analisis kinerja dilakukan dengan menggunakan Price-

Cost Margin (PCM). Price-Cost Margin dinyatakan sebagai indikator kemampuan

perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya produksi. Price-Cost Margin

juga dapat didefinisikan sebagai prsentase keuntungan dari kelebihan penerimaan

atas biaya langsung. Pada penelitian ini, perhitungan Price-Cost Margin sama

seperti yang dilakukan Winish (2007), Suryanti (2009), Marsden (2013) dan Wiwit

(2016). Price-Cost Margin dapat dihitung dengan membagi nilai tambah yang telah

dikurangi upah dengan penjualan. Penyesuaian pada perhitungan dilakukan dengan

mengganti nilai penjualan dengan nilai barang yang dihasilkan. Price-Cost Margin

dapat dirumuskan sebagai berikut :

PCM =

Nilai tambah digunakan sebagai proksi keuntungan yang didapat oleh

perusahaan, namun harus dikurangi dengan biaya lainyaitu upah bagi pekerja.

Menurut Sepherd 1972 dalam Halida 1998, tingka PCM yang tinggi pada umumnya

dapat tercipta jika rasio konsentrasi pasar yang tinggi. Nilai PCM diatas 30 persen

mengambarkan keuntungan yang tinggi pada suatu industri. Sementara itu,

perhitungan produktivitas dalam penelitian ini adalah rasio antara nilai ouput dan

input dalam industri Crude Palm Oil, dan dilakukan dengan rumus:

Produktivitas =
48

3.3.3 Analisis Regresi

Berdasarkan operasionalisasi variabel dan landasan teori yang telah

dijelaskan sebelumnya maka penulis menggunakan model regresi berganda untuk

melihat hubungan struktur dan kinerja. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Price-Cost Margin (PCM). Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah

rasio konsentrasi, produktivitas, jumlah net ekspor, nilai tukar rupiah,dan tingkat

inflasi. Dalam penelitian ini, model yang digunakan untuk mengukur struktur pasar

dan variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi kinerja industri Crude Palm Oil

adalah:

Y = β0 + β1 X1 + β2 log X2 + β3 logX3+ β4 log X4 + β5 X5 + e

Dimana:
Y = Price-cost margin.

X1 = CR4.

X2 = Produktivitas.

X3 = Net ekspor.

X4 = Nilai tukar rupiah

X5 = Tingkat inflasi

β0 = Konstanta.

β1 = Koefisien regresi CR4 terhadap PCM.

β2 = Koefisien regresi produktivitas terhadap PCM.

β3 = Koefisien regresi net ekspor terhadap PCM.

β4 = Koefisien regresi nilai tukar rupiah terhadap PCM.

β5 = Koefisien regresi tingkat inflasi terhadap PCM.


49

e: = Error term.

Teknik Analisis Data

3.4.1 Metode Ordinary Least Square (OLS)

Metode analisis yang digunakan sebisa mungkin menghasilkan nilai

parameter model yang baik. Metode analisis dalam penelitian ini akan

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Beberapa studi menjelaskan

dalam penelitian regresi dapat dibuktikan bahwa metode OLS menghasilkan

estimator linier yang tidak bias dan terbaik (best linier unbias estimator) atau

BLUE. Namun ada beberapa syarat agar penelitian dapat diakatan BLUE,

persyaratan tersebut adalah model linier, tidak bias, memiliki tingkat varian yang

terkecil dapat disebut sebagai estimator yang efisien.

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari

teori-teori, analisis data baik dari penelitian-penelitian sebelumnya maupun dari

hasil observasi. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan

dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis

nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha)

menunjukan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.


50

Uji Signifikansi Parameter (Uji t)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui siginifikansi variabel independen yaitu

CR4, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi secara individu

terhadap variabel dependennya yaitu Price-Cost Margin (PCM) industri Crude

Palm Oil Indonesia. Uji t menggunakan hipotesis sebagai berikut:

𝛽𝑖
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝑆𝑒 (𝛽𝑖)

Dimana:

βi = Koefisien Regresi

Se = Standar Deviasi

Kriteria:

 H0 : βi ≤ 0 i= 1,2,3

Artinya perubahan CR4, produktivitas, dan net ekspor tidak berpengaruh positif

terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil Indonesia.

 Ha : βi ˃ 0 i=1,2,3

Artinya perubahan CR4, produktivitas, dan net ekspor berpengaruh positiff

terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil Indonesia.

Dengan demikian, keputusan yang diambil adalah:

1. Jika tHitung > tα bel dengan derajat keyakinan 90 persen (probability ˂ 0,1), maka

H0 ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara CR4,

produktivitas, dan net ekspor terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri

Crude Palm Oil Indonesia.

2. Jika tHitung ≤ tα bel dengan derajat keyakinan 90 persen (probability ˃ 0.1) maka

H0 tidak ditolak. Ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CR4,
51

produktivitas, dan net ekspor terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri

Crude Palm Oil Indonesia

 H0 : βi ˃ 0 i= 4,5

Artinya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi tidak berpengaruh negatif

terhadap variabel terikat Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil

Indonesia.

 Ha : βi ≤ 0 i= 4,5

Artinya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap

variabel terikat Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil Indonesia.

Dengan demikian, keputusan yang diambil adalah:

1. Jika tHitung > tα bel dengan derajat keyakinan 90 persen (probability ˃ 0.1) maka

H0 ditolak. Ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar

rupiah dan tingkat inflasi terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri Crude

Palm Oil Indonesia.

2. Jika tHitung ≤ tα bel dengan derajat keyakinan 95 persen (probability ˂ 0.1), maka

H0 tidak ditolak. Ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai

tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap Price-Cost Margin (PCM) industri

Crude Palm Oil Indonesia.

Uji Signifikansi Bersama-Sama (Uji F)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen

terhadap variabel dependen. Selain itu uji F dapat dilakukan untuk mengetahui
52

signifikansi koefisien determinasi R2. Nilai F hitung dapat diformulasikan sebagai


𝐸𝑆𝑆⁄
berikut: 𝐹𝑘−1,𝑛−𝑘 = 𝑘−1
𝑅𝑆𝑆⁄
𝑛−𝑘

Dimana: ESS = Explained Sum Square

RSS = Residual Sum Square

n = Jumlah observasi

k = Jumlah parameter estimasi termasuk intersip/konstanta

Sedangkan hipotesis dalam uji F ini adalah:

 H0 : β ≤ 0

Artinya secara besama-sama variabel independen CR4, produktivitas, net

ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil

Indonesia.

 Ha : β ˃ 0

Artinya, Secara bersama-sama variabel independen CR4, produktivitas, net

ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen Price-Cost Margin (PCM) industri Crude Palm Oil

Indonesia.

Dengan demikian, keputusan yang diambil adalah:

a. H0 ditolak jika nilai F statistic < nilai F table, yang artinya variabel CR4,

produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi berpengaruh
53

signifikan terhadap variabel dependen Price-Cost Margin (PCM) industri

Crude Palm Oil Indonesia.

b. H0 diterima jika nilai F statistic > nilai F table yang artinya variabel CR4,

produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, dan tingkat inflasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Price-Cost Margin (PCM)

industri Crude Palm Oil Indonesia.

3.4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur seberapa baik

garis regresi yang dimiliki. Dengan kata lain mengukur seberapa besar proporsi

variasi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen. R2 mengukur

proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model

regresi.

Keputusan R2 :

1. Jika nilai R2 mendekati nol, berarti antara variabel pengaruh yaitu struktur

pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi dan variabel

terpengaruh yaitu kinerja industri Crude Palm Oil Indonesia tidak ada

keterkaitan.

2. Jika nilai R2 mendekati satu, berarti antara variabel pengaruh yaitu struktur

pasar, produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah, tingkat inflasi dan variabel

terpengaruh yaitu kinerja industri Crude Palm Oil Indonesia ada keterkaitan.

Kaidah penafsiran nilai R2 adalah apabila nilai R2 semakin besar, maka

proporsi total dari variabel penjelas semakin besar dalam menjelaskan variabel
54

tergantung, dimana sisa dari nilai R2 menunjukan total variasi dari variabel penjelas

yang tidak dimasukan dalam model.

Uji Asumsi Klasik

Jika terjadi peyimpangan akan asumsi klasik digunakan pegujian statistik

non parametrik sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik

parametri untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus

terbebas dari multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Cara yang

digunakan untuk menguji penyimpangan klasik adalah sebagai berikut:

3.5.1 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Hal ini

sering ditemukan pada data runtun waktu (time series).

Digunakan uji statistik dari Breusch-Godfrey (BG Test) untuk mendeteksi

apakah ada serial korelasi (autokorelasi) atau tidak dalam data time series yang

digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam sekumpulan observasi

untuk model tertentu antara observasi yang satu dengan yang lain ada hubungan

atau korelasi. Pengujian ini dilakukan dengan meregresi variabel pengganggu

dengan menggunakan model autoregressive dan orde p sebagai berikut:


55

Ut = ρt Ut-1 + ρ2 Ut-2 + ..... ρ Ut-ρ + εt

Dengan H0 adalah ρ1 = ρ2 ... ρ, ρ = 0, dimana koefisien autoregressive

secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada

setiap orde. Secara manual, apabila Obs*R-squared tabel lebih kecil dibandingkan

dengan χ2, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi

dalam model dapat diterima.

3.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas menurut Gujarati (2015) bertujuan untuk menguji

apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Singkatnya, multikolineritas mengacu pada situasi dimana terdapat

hubungan linear yang hampir sempurna diantara variabel X. Uji multikolineritas

dapat silihat dari koefisien korelasi antar variabel bebas yang dapat dilihat melalui

matriks korelasi.

Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari (0,85) maka terdapat

gejala multikolineritas. Walaupun tidak ada metode yang pasti dalam mendeteksi

multikolineritas, namun terdapat beberapa indikator yaitu:

1. Tanda paling jelas ketika R2 sangat tinggi, teteapi tidak ada koefisien regresi

yang secara statistik signifikan berdasarkan uji t konvensional. Kasus ini tentu

saja ekstrem.

2. Jika R2 tinggi, teteapi korelasi parsial rendah, mungkin terdapat

multikolineritas. Pada kasus ini, satu atau lebih variabel mungkin tidak berguna.

Namun demikian, jika R2 tinggi dan koefisien korelasi parsial juga tinggi.

Mulikolineritas mungkin belum dapat dideteksi.


56

3. Alternatif yang bisa dilakukan adaah melakukan egresi setiap variabel Xi

terhadap variabel X sisanya pada model dan mencari tahu koefisien

determinasinya. Jika koefisien determinasi hasil dari regresi tersebut lebih besar

dari koefisien determinasi hasil regresi awal, maka terdapat gejala

multikolineritas. Sebaliknya jika koefisien determinasihasil regresi tersebut

lebih kecil dari koefisien determinasi awal, maka tidak terdapat gejala

multikolineritas.

3.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak

terjadi heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas yang lebih sering terjadi pada

data cross section.

Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan Uji

White. Secara manual, uji ini dilakukan dengan meregresi residual kuadrat (ut2)

dengan variabel bebas. Dapatkan nilai R2, untuk menghitung χ2, dimana χ2 = n*R2.

Kriteria yang digunakan adalah apabila χ2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan

nilai Obs*R-squared, maka terdapat gejala heteroskedastisitas di dalam persamaan

penelitian.

3.5.4 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang
57

terdistribusi nomal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing

variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu

bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang

tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada

masing-masing variabel penelitian.

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji

Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogov Smirnov. Tidak ada metode

yang paling baik atau paling tepat. Tipsnya adalah bahwa pengujian dengan metode

grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamatan,

sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan,

meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari

pada pengujian dengan metode man.

Jika residual tidak normal tetapi dekat dengan nilai kritis (misalnya

signifikasi Kolmogrov Smirnov sebesar 0,049) maka dapat dicoba dengan metode

lain yang mungkin memberikan justifikasi normal, tetapi jika jauh dari nilai normal,

maka dapat dilakukan beberapa langkah yaitu: melakukan transformasi data,

melakukan trimming data outliers atau menambah data observasi. Transformasi

dapat dilakukan ke dalam bentuk logaritma natural, akar kuadrat, inverse, atau

bentuk yang lain tergantung dari bentuk kurva normalnya, apakah condong ke kiri,

ke kanan, mengumpul di tengah atau menyebar ke samping kanan dan kiri.


58

4 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

4.1.1 Struktur Pasar Industri Crude Palm Oil Indonesia

Sesuai teori yang sudah dikemukakan, yaitu tingkat konsentrasi merupakan

barometer struktur suatu pasar. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka struktur

pasar semakin mengarah pada monopoli. Umumnya para ekonom, mengasumsikan

batasan tingkat konsentrasi suatu pasar yang dikatakan monopoli adalah di atas

70%, sedangkan untuk ukuran pasar itu merupakan oligopoli adalah sebesar 40%

ke atas.

Struktur pasar industri Crude Palm Oil dilakukan dengan penukuran rasio

konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), yang didasarkan pada nilai

konsentrasi empat perusahaan terbesar. Struktur pasar industri Crude Palm Oil

merupakan salah satu industri dengan tingkat konsentrasi cukup tinggi. Hal ini

terlihat pada tabel 4.1 rata-rata rasio konsentrasi industri minyak sawit pada periode

penelitian adalah 66.2%. Nilai CR4 terus berfluktuasi namun tetap dalam kisaran

angka 65-88%. Dapat diambil kesimpulan bahwa struktur industri minyak sawit

(Crude Palm Oil) adalah oligopoly dengan tingkat konsentrasi menengah ke atas.

Pada struktur pasar oligopoli dengan tingkat konsentrasi sedang,

memungkinkan untuk mematikan langkah perusahaan kecil atau perusahaan yang

baru berkembang dalam memasarkan produknya. Selain itu, hal ini dapat

menyebabkan kekuatan produsen dalam mengendalikan harga semakin besar


59

sehingga dapat mengakibatkan keseimbangan antara penawaran dan permintaan

minyak goreng mudah terganggu.

Tabel 4.1
Rasio Kosentrasi (CR4) Industri Crude Palm Oil Indonesia

Tahun Tingkat Konsentrasi


Penjualan dari Empat
Perusahaan Terbesar (%)
2002 66.0%
2003 67.5%
2004 45.3%
2005 52.6%
2006 52.6%
2007 55.1%
2008 57.7%
2009 60.5%
2010 63.4%
2011 66.5%
2012 69.6%
2013 73.0%
2014 76.5%
2015 80.1%
2016 84.0%
2017 88.0%
Sumber: Pengolahan data peneliti

Ditambah dalam kasus industri ini, pemerintah seolah-olah turut campur

tangan dengan menciptakan hambatan masuk pada industri minyak goreng sawit

atau demander dalam industri Crude Palm Oil, akibat ketetapan pemerintah
60

terhadap penyuplaian bahan baku CPO untuk pembuatan minyak goreng sawit yang

diserahkan pada hanya beberapa perusahaan pengolahan CPO.

Padahal sebagai contoh pada perusahaan pengolahan CPO sampai tahun

2007 mencapai 200an perusahaan. Disamping itu perusahaan yang mendapat jatah

terbesar dalam menyuplai CPO untuk minyak goreng merupakan perusahaan

terbesar juga pada industri minyak goreng sawit. Berikut merupakan tabel 4.2 yang

menjelaskan batasan jumlah pasokan CPO yang diperbolehkan para pelaku usaha

kelapa sawit berikan untuk industri minyak goreng sawit sebagai anggota GAPKI

(Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) dan non GAPKI.

Tabel 4.2. Pasokan CPO Untuk Minyak Goreng Sawit Menurut Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit (Ton)

Mei-07 Jun-07
No Nama Perusahaan
Target Realisasi Target Realisasi*

ANGGOTA GAPKI

1 Sinar Mas 15,000 14,979 15,000 19,825

2 Wimar 7,500 6,609 7,500 7,056


International

3 PTP Nusantara III 5,650 1,375 5,650 2,705

4 PTP Nuaantara IV 6,675 1,367 6,675 175

5 PTP Nuantara V 4,380 1,850 4,380 589

6 PTP Nusantara XIII 3,295 825 3,295 799

7 Astra Agro Lestari 6,000 6,000 6,000 6,602

8 Minamas Plantation 6,000 6,000 6,000 6,343

9 Musim Mas 6,000 6,000 6,000 6,455


61

10 Asian Agri 5,000 5,000 5,000 5,208

11 Duta Palma 5,000 5,000 5,000 8,463

12 Salim 5,000 5,000 5,000 5,326

13 LONSUM 4,000 - 4,000 -

14 Permata Hijau Sawit 3,000 3,000 3,000 3,000

15 Best Agro 2,000 2,000 2,000 2,782

16 Socfindo 2,000 2,000 2,000 3,539

17 Tolan Tiga 1,600 471 1,600 893

18 Bakrie Plantation 1,200 1,000 1,200 2,195

19 Sungai Budi 1,000 1,000 1,000 1,000

20 Hindoli – Cargill 1,000 300 1,000 595

21 Rea Kaltim 1,000 - 1,000 -

22 PT, Tasik Raja


PP PT, Tasik Raja 1,000 217 1,000 217

23 Lyman Agro 750 750 750 742

24 Gema Raksa Mekarsari 500 500 500 500

25 Makin 500 500 500 500

26 Sawindo Kencana 500 500 500 500

27 Unggul Widya 500 500 500 500

28 Asam Jawa 300 300 300 300

29 Triputra Agro Persada 300 300 300 300

30 First Mujur Plantation 250 250 250 250

31 Musirawas 200 200 200 200

32 Majuma Agro 100 - 100 -

33 Mopoli Raya 100 100 100 100

34 Korindo 100 - 100 -


62

35 Paya Pinang 75 75 75 75

36 Fajar Bajuri 50 50 50 50

JUMLAH 97,525 74,018 97,525 87,784

1
Tabel 4.2. Pasokan CPO Untuk Minyak Goreng Sawit Menurut Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit (Lanjutan)

Mei-07 Jun-07
No Nama Perusahaan
Target Realisasi Target Realisasi*

BUKAN ANGGOTA GAPKI

1 Incasi Raya 0 1200 -

2 Kencana Sawit Indonesia 0 1000 -

3 Sampoerna 0 800 -

4 Agro Indonesia 0 500 -

5 Gunung Maras Lestari 0 450 -

6 Gunung Sawit Bina 0 400 -


Lestari

7 Sime Indo Agro 0 350 -

8 Golden Hope 0 350 -

9 Kuala Lumpur Kepong 0 160 -


Bhd

10 Fetty Mina Jaya 0 50 -

JUMLAH 0 5,260 -
Sumber: Keputusan Menteri Pertanian dan Makalah Bambang Dradjat
disampaikan dalam diskusi dengan KPPU, 2007
Sebagian besar perusahaan besar minyak goring sawit merupakan anak perusahaan

dari grup perusahaan industri kelapa sawit terbesar. Dapat dilihat pada table 4.3

bahwa pada tahun 2001, ada 8 perusahaan terbesar minyak goring sawit dipegang
63

oleh perusahaam-perusahaan Crude Palm Oil terbesar di Indonesia. Hal inilah yang

membuat konsentrasi pasar 8 perusahaan Crude Palm Oil terbesar sangat

mendominasi industri minyak goreng sawit Indonesia.

Tabel 4.3 Perusahaan Minyak Goreng Sawit


Menurut Group-nya dan Penyebarannya Tahun 2001
(dalamTon)
I. MUSIM MAS VIII. PT PERKEBUNAN

PT Musim Sumatera 380.000 PT Riau 360.000


Mas Utara Agrintara

PT Sumatera 90.000 PTP II Sumatera 39.000


Siringo- Utara Utara
ringo

PT Inti Riau 420.000 PTP VII Kalimantan 25.355


Benua Barat

PT Bina Jawa 561.000 PT Pamina Sumatera 14.600


Karya Barat Adolina/PTP. Utara
Prima VII

PT Mega Jawa 210.000 Sub Total 438.955 5%


Surya Mas Timur

Sub Total 1.661.000 19% VIII. RAJA GARUDA MAS

II. BUKIT KAPUR REKSA PT Sumatera 62.000


Asianagro Utara
Agung
Jaya

PT Sumatera 450.000 PT DKI Jaya 275.280


Multimas Utara Asianagro
Nabati Agung
Asahan Jaya

PT Sinar Sumatera 396.000 Sub Total 337.280 4%


Alam Selatan
Permai

Bukit Riau 820.000 VIII. SALIM GROUP


Kapur
Reksa

Sub Total 1.666.000 19% PT Intiboga Jakarta 118.000


Sejahtera

III SINAR MAS GROUP PT Inti Boga Surabaya 130.000


Sejahtera

PT Ivo Medan 533.750 PT Sawit Medan 22.000


Mas Malinda
Tunggal
64

PT Mulyo Surabaya 118.800 Sub Total 270.000 3%


Rejo
Industrial

PT Surabaya 271.000 IX PERUSAHAAN LAIN *) 2.522.840 29%


SMART
Corporation

PT Sinar Jakarta 30.000 Sub Total-Minyak Goreng Sawit 8.761.125 100%


Meadow

Sub Total 953.550 11%

IV BERLIAN EKA SAKTI

PT Berlian Sumatera 230.500


Eka Sakti Utara
Tangguh

Bintang Jawa 200.000


Era Sinar Timur
Tama

Sub Total 430.500 5%

V SUNGAI BUDI

PT Tunas Sumatera 135.000


Baru Selatan
Lampung

PT Tunas Lampung 256.000


Baru
Lampung

PT Tunas Jawa 90.000


Baru Timur
Lampung

Sub Total 481.000 5%

Sumber: Depperindag, 2001 yang dikutip oleh Q-Data Media dan


dipublikasikan oleh KPPU, 2007
65

4.1.2 Kinerja Pasar

Pada penelitian ini, price cost margin digunakan untuk analisis kinerja

pasar. Price cost margin dapat dihitung dengan membagi nilai tambah yang telah

dikurangi upah dengan penjualan. Penyesuaian pada pehitungan dilakukan dengan

mengganti nilai penjualan dengan nilai barang yang dihasilkan:

PCM =

Analisis kinerja yang dilakukan dengan menggunakan analisis price cost

margin sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winsih (2007), Suryawati

(2009), Masden (2013), Yuliawati (2017) dan Fitriah (2016). Tabel dibawah ini

menunjukan hasil pengelolahan data penelitian mengenai price cost margin industri

Crude Palm Oil Indonesia.


66

Tabel 4.3
Price-Cost Margin Industri Crude Palm Oil Indonesia

Tahun Price-Cost Margin

2002 52.2%
2003 60.2%
2004 63.9%
2005 55.6%
2006 68.8%
2007 73.9%
2008 72.7%
2009 80.5%
2010 79.7%
2011 85.9%
2012 90.2%
2013 79.8%
2014 82.8%
2015 85.6%
2016 80.2%
2017 85.1%
Sumber: Pengolahan data peneliti

Berdasarkan data diatas nilai tambah selalu mengalami fluktuasi. Rata-rata

nilai tambah selama periode penelitian adalah 74.8%. Nilai tambah tertinggi terjadi

pada tahun 2012 yaitu sebesar 90.2% sementara nilai tambah terendah terjadi pada

tahun 2002 sebesar 52.2%.


67

4.1.3 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian

4.1.3.1 Struktur Pasar Industri Crude Palm Oil

Strukur pasar menurut Kuncoro (2007), apabila diartikan dalam konteks

ekonomi adalah sifat permintaan dan penawaran barang dan jasa yang

dipengaruhi oleh jenis barang dan jasa yang dipengaruhi oleh jenis barang yang

dihasilkan, jumlah dan ukuran distribusi penjual (perusahaan) dalam industri,

jumlah dan ukuran distribusi pembeli, diferensiasi produk, serta mudah atau

tidaknya masuk kedalam industri. Semakain besar hambataaan untuk masuk,

semakin tinggi tingkat konsentrasi struktur pasar.

Berdasarkan pengolahan data menggunakan rasio konsentrasi empat

perusahaan terbesar (CR4) pada tahun 2002 nilai CR4 Industri Crude Palm Oil

sebesar 66.0%. Lalu, pada tahun 2003 CR4 mengalami peningkatan menjadi

67.5%. Meningkatnya angka CR4 disebabkan oleh mulai membaknya

perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi tahun 1998. Hal ini menyebabkan

berbagai proyek pembangunan kembali bergulir, sehingga meningkatkan angka

penjualan Crude Palm Oil dan angka CR4 meningkat.

Pada tahun 2004 angka CR4 mengalami penurunan menjadi 45.3%.

Selanjutnya pada tahun 2005-2006, persentase CR4 memiliki angka yang sama

yaitu diangka 52.6%. Hal ini menandakan penjualan Crude Palm Oil Indonesia

terus stabil tanpa peningkatan maupun penurunan. Tahun 2005, CR4 meningkat

menjadi 55.1% dari tahun 2006. Angka CR4, meningkat kembali menjadi 57.7%

pada tahun 2008. Tahun 2009, CR4 mengalami peningkatan dari tahun
68

sebelumnya menjadi 60.5%. Dan angka CR4 terus meningkat di tahun 2010, yaitu

CR4-nya sebesar 63.4%.

Meningkatnya angka CR4 terus berlanjut hingga akhir tahun periode

penelitian yaitu 2017. Mulai tahun 2011 yang angka CR4-nya 66.5%, tahun 2012
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

sebesar 69.6%, tahun 2013 sebesar 73.0%, tahun 2014 sebesar 76.5%, tahun 2015

sebesar 80.1%, tahun 2016 sebesar 84.0%dan tahun akhir periode penelitian yaitu

tahun 2017 sebesar 88.0%. Gambar 4.1 menujnjukan perkembangan struktur pasar

industri Crude Palm Oil Indonesia tahun 2002-2017.

Gambar 4.1
CR4 Industri Crude Palm Oil Indonesia
Sumber: Pengolahan data peneliti
Berdasakan data diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur pasar industri Crude

Palm Oil di Indonesia adalah oligopoli dengan rata-rata rasio konsentrasi pada

periode penelitian sebesar 70.9%.

4.1.3.2 Produktivitas

Produktivitas menurut Guild (dalam kuncoro 2017) mempresentasikan

efisiensi penggunaan sumberdaya ekonomi yang diukur berdasarkan rasio antara


69

output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Jika produktivitas terus

meningkat, maka efisiensi pun semakinmeningkat. Tahun 2002, produktivitas

industri Crude Palm Oil sebesar 2,923 Kg/Ha. Dan terus mengalami peningkatan

tiap tahunnya hingga tahun 2007, dengan tingkat produktivitas sebesar 3,557

Kg/Ha. Di tahun 2008 tingkat produktivitas mengalami penurunan menjadi 3,512

Kg/Ha, hal ini disebakan meneurunnya produktivitas Perkebunan Besar Swasta

(PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Pada tahun 2009 tingkat produktivitas

mengalami kenaikan sebesar 3,578 Kg/Ha.

Di tahun 2010 produktivitas industri Crude Palm Oil mengalami kenaikan

kembali menjadi 3,605 Kg/Ha, kenaikan ini tidak terlalu besar akibat produktivitas

Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Rakyat hanya mengalami kenaikan

tingkat produktivitas yang kecil ditambah menurunnya produktivitas Perkebunan

Besar Swasta.

Setelah mengalami kenaikan tingkat produktivitas di tahun 2009 dan 2010,

pada tahun 2011 produktivitas industri Crude Palm Oil mengalami penurunan

walaupun tidak banyak menjadi 3,583 Kg/Ha, hanya berbeda 22 Kg/Ha dari tahun

2010. Namun penurunan produtivitas tidak berlanjut di tahun selanjutnya. Di tahun

2012 produktivitas industri Crude Palm Oil mengalami kenaikan kembali dengan

kenaikan yang lumayan besar menjadi 3,808 Kg/Ha, meningkat sebesar 225 Kg/Ha

dari tahun sebelumnya.

Penurunan tingkat produktivitaspun terjadi kembali pada tahun 2013, yakni

menjadi 3,575 Kg/Ha. Penurunan ini dapat dibilang cukup besar karena menurun
70

sebesar 233 Kg/Ha. Untungnya penurunan produktivitas tidak terjadi lagi di tahun

2014. Produktivitas di tahun 2014 mengalami kenaikan menjadi 3,645 Kg/Ha.

Sayangnya di tahun 2015 dan 2016 penurunan tingkat produktivitas terjadi kembali

menjadi 3,632 Kg/Ha dan 3,393 Kg/Ha.

Di akhir tahun periode penelitian yakni tahun 2017 tingkat produktivitas

industri Crude Palm Oil mengalami kenaikan menjadi 3,475 Kg/Ha. Kenaikan

4,000
3,500
3,000
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

tingkat produtivitas pada tahun ini disumbangkan oleh kenaikan produktivitas

Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN)

Gambar 4.2
Produktivitas Industri Crude Palm Oil Indonesia (Kg/Ha)
Sumber: Badan Pusat Statistik

4.1.3.3 Net Ekspor

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki peranan sangat

penting dalam perdagangan minyak sawit dunia. Saat ini Indonesia menempati

urutan kedua setelah Malaysia sebagai eksportir minyak sawit. Dari tahun ke tahun,

volume ekspor minyak sawit mengalami peningkatan, bahkan semenjak krisis

ekonomi volume ekspor komoditi tersebut mengalami perkembangan yang cukup


71

pesat. Ekspor merupakan komponen yang dibutuhkan dalam menghitung net

ekspor.

Cara menghitung net ekspor adalah total ekspor dikurangi total impor.

Menurut Departemen Perindustrian dan perdagangan, yang dimaksud dengan

ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, sedangkan impor

adalah memasukan barang ke daerah pabean. Mengeluarkan dan memasukan

barang yang dimaksud disini adalah barang dalam bentuk fisik dan bentuk jasa.

Dengan adanya ekspor kita dapat memanfaatkan surplus barang untuk dijual ke

pasar yang lebih luas, sedangkan dengan adanya impor bermanfaat untuk mengisi

kekosongan barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi dalam negeri.

Menurut Mundell-Fleming dalam Mankiw, nama lain untuk net ekspor

adalah neraca perdagangan karena menunjukkan bagaimana perdagangan barang

dan jasa melenceng dari tolak ukur kesamaan ekspor dan impor. Tahun 2002 nilai

net ekspor Crude Palm Oil sebesar US$ 2,089,137,000, nilai ini hampir dua kali

lipat dari tahun sebelumnya yang hanya US$ 1,080,846,000. Hal ini disebakan

karena nilai ekspor yang meningkat drastis.

Kemudian di tahun 2003 nilai net ekspor Crude Palm Oil tetap meningkat

menjadi 2,452,425,000 US$. Peningkatan net ekspor terus terjadi hingga tahun

2008, yang nilai net ekspornya sebesar US$ 12,370,556,000. Di tahun 2009 nilai

net ekspor mengalami penurunan sebesar US$ 2,016,061,000, menjadi

10,354,495,000 US$, hal ini terjadi akibat menurunnya ekspor dari US$

12,375,569,000 menjadi US$ 10,367,621,000 dan di tahun 2009 nilai impor


72

mengalami peningkatan drastis, yang di tahun 2008 hanya sebesar US$ 5,013,000

menjadi US$ 13,126,000. Tetapi penurunan nilai net ekspor tidak berlanjut, di

tahun 2010 nilai net ekspor Crude Palm Oil meningkat kembali menjadi US$

13,431,165.00, walaupun nilai impor pada tahun ini kembali meninkat tinggi

menjadi US$ 37,801,000, tetapi tetap diimbangi dengan meningkatnya nilai ekspor

yang tinggi. Perkembangan nilai net ekspor Crude Palm Oil Indonesia dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.

20,000,000,000

15,000,000,000

10,000,000,000

5,000,000,000

0
2002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017

Gambar 4.3
Net Ekspor Industri Crude Palm Oil Indonesia (US$)
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Tahun 2011-2012 nilai net ekspor terus meningkat menjadi US$

17,236,255,000 dan US$ 17,601,337,000, di tahun 2013 nilai impor Crude Palm

Oil mengalami penurunan yang cukup drastis dari US$ 24,993,000 menjadi US$

831,000. Dan di tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 nilai net ekspor terus

berfluktuasi dari US$ 14,362,638,000 - US$ 17,464,361,000.

Pada akhir tahun periode penelitian yakni tahun 2017 nilai net ekspor Crude

Palm Oil Indonesia mengalami peningkatan sebesar US$ 4,148,671,000 dari tahun

sebelumnya yakni US$ 14,362,638,000, menjadi US$ 18,511,309.00. Kenaikan net


73

ekspor yang cukup tinggi ini terjadi akibat meningkatnya nilai ekspor dan

menurunnya nilai impor yang cukup tinggi.

4.1.3.4 Nilai Tukar

Menurut teori bahwa hubungan antara keuntungan industri berbanding

terbalik dengan niai tukar, semakin rendah nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.

Pesatnya ekspor minyak sawit Indonesia terjadi akibat lemahnya nilai tukar

mata uang Indonesia terhadap mata uang dolar. Dengan melemahnya rupiah

membuat pendapatan dari hasil jual ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

jual di dalam negeri. Hal ini diakibatkan oleh selisih antara nilai tukar rupiah

terhadap dolar yang cukup besar dibandingkan dengan menjual komoditi di dalam

negeri. Hal ini jugalah yang mendorong para produsen untuk meningkatkan tingkat

produksi minyak sawit, terutama untuk ekspor.

Di tahun 2002 nilai tukar dolar ke rupiah adalah Rp. 9,261/US$, dengan nilai

ekspor yang dihasilkan adalah US$ 2,092,404,000. Artinya hasil yang dapat

dirasakan eksportir Crude Palm Oil Indonesia adalah sebesar Rp.

19,378,109,152,680. Nilai tukar dolar ke rupiah tahun 2003 adalah Rp.8,571/US$,

nilai ekspor yang dihasilkan adalah US$ 2,454,626,000. Dengan perbedaan volume

ekspor sebesar 52,701 ton dari 2012, hasil ekspor yang dapat dirasakan eksportir

Crude Palm Oil Indonesia adalah sebesar Rp. 21,039,016,732,420. Apabila kita

bandingkan nilai ekspor tahun 2013 menggunakan kurs di tahun 2012 maka hasil

yang akan dihasilkan oleh eksportir Crude Palm Oil Indonesia adalah Rp.

22,732,708,672,420 yakni berbeda Rp. 1,693,691,940,000 dengan hasil yang


74

dirasakan apa bila menggunakn nilai tukar rupiah pada tahun 2013. Hal ini sesuai

dengan teori semakin rendah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, maka

semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.

Volume ekspor pada periode penelitian nilainya berfluktuasi, namun bukan

berarti meningkat atau menurunnya volume ekspor dapat otomatis meningkatkan

atau menurunkan nilai ekspor. Sebagai contoh pada tahun 2010 volume ekspor

Crude Palm Oil adalah 16,436,202 ton, lebih kecil dari volume ekspor pada tahun

2009 yang jumlahnya 16,829,206 ton.

Namun nilai ekspornya lebih tinggi pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun

2009, yaitu US$ 13,468,966,000 dengan US$ 10,367,621,000, hal ini disebabkan

oleh naiknya harga CPO dunia. Walaupun begitu hasil nilai ekspor yang dirasakan

oleh eksportir Crude Palm Oil Indonesia tetap tergantung juga oleh nilai tukar

rupiah. Di tahun 2009 nilai tukar rupiah adalah Rp. 10,356/US$ Sedangkan tahun

2010 nilai tukar rupiah sebesar Rp. 9,078/US$ Apabila mengitung nilai ekspor yang

dikonversikan dalam menggunakan kedua tahun nilai tukar rupiah, hasilnya adalah

Rp. 139,486,901,620,220 menggunakan kurs tahun 2009 dan Rp.

122,274,640,589,500 menggunakan kurs tahun 2010, hal ini membuktikan nilai

tukar rupiah mempengaruhi keuntungan ekportir dalam negeri.

Di tahun 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami apresiasi menjadi

Rp. 9,078/US$. Berbeda dengan rata – rata tahun 2011, pada tahun 2012 nilai tukar

rupiah terdepresiasi menjadi Rp. 8,773/ US$, tentu saja ini bukan hal yang baik bagi

eksportir Crude Palm Oil Indonesia. Hal yang baik kembali hadir untuk para
75

eksportir Crude Palm Oil Indonesia di tahun 2013, 2014 dan 2015 rata – rata nilai

tukar rupiah sepanjang tahun tersebut terus mengalami pengutan sebesar Rp.

10,563, Rp. 11,885 dan Rp. 13,458/ US$. Sayangnya di tahun rata – rata 2016 nilai

tukar rupiah terapresiasi kembali menjadi Rp. 13,330/ US$. Dan untuk tahun

terakhir pada periode penelitian nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi menjadi

Rp. 13,398/ US$. Perkembangan nilai net ekspor Crude Palm Oil Indonesia dapat

dilihat pada gambar dibawah ini.

16,000

14,000

12,000

10,000

8,000

6,000

4,000

2,000

0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika


Sumber: Badan Pusat Statistik
Nilai tukar rupiah pada tahun 2017 cenderung terdepreiasi dengan rata-rata

nilai tukar terhadap dollar sepanjang tahun ini sebesar Rp.13,398 / US$. Bank

Indonesia (BI) menyatakan, nilai tukar rupiah cenderung stabil sepanjang tahun

2017. Tekanan terhadap nilai rupiah ini berasal dari sisi eksternal,menyusul rencana

perpajakan Amerika Serikat.


76

4.1.3.5 Inflasi

Crude Palm Oil atau CPO memegang peranan penting dalam perekonomian

Indonesia. Sebagai bahan baku minyak goreng yang merupakan kebutuhan pokok,

harga CPO berpengaruh secara nyata dengan tingkat inflasi.

Pada tahun awal periode penelitian yakni tahun 2002, rata-rata tingkat

inflasi di tahun ini sebesar 10.3%, angka ini menurun sebesar 2.52% dari tahun

2001. Komoditas yang memberi andil terbesar dalam inflasi pada tahun ini adalah

tarif listrik sebesar 0.7%. Selanjutnya di tahun 2003 rata-rata tingkat inflasi di tahun

ini adalah 5.6% menurun sebesar 4.7% dari tahun sebelumnya. Angka ini berada di

nilai terendah jika dilihat dari data 1989-2003.

Untuk laju inflasi kalender januari-desember 2004 atau inflasi year on year,

tingkat inflasinya sebesar 6.4% naik sebesar 0.8% dari tahun sebelumnya. Tahun

2005 Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat laju inflasi year on year (desember

2005 dibanding dengan desember 2004) yakni 17.11%. Angka ini cukup tinggi

yakni naik sebesar 10.71%. Kelompok yang memberikan andil inflasi tertinggi

selama 2005 adalah perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar, yakni sebesar

3.89%.

Tahun 2006, inflasi tahunan atau year on year periode januari-desember

2006 mencapai 6.6%, turun sebesar 10.51% dari tahun sebelumnya. Dan di tahun

2007 tidak ada perbedaan yang cukup besar terhadap inflasi tahunan atau year on

year 2007, yaitu sebesar 6.59%. Sedangkan inflasi tahun 2008 mengalami

perbedaan yang cukup besar kembali yaitu sebesar 11.06%, kenaikan inflasi ini
77

disebabkan oleh kenaikan harga BBM yang mendorong perubahan indeks harga

konsumen.

Di tahun 2009, laju inflasi pada tahun ini tercatat merupakan terendah

sepanjang sejarah Indonesia yaitu sebesar 2.78%. Sebelumnya pemerintah

menargetkan laju inflasi sepanjang tahun 2009 sebesar mencapai 4.5%, hal ini

dikarenakan selama ini, inflasi Indonesia cenderung berada di angka 5%.

Selanjutnya tahun 2010 tingkat inflasi kembali mengalami kenaikan

menjadi 6.96%. Ditahun-tahun selanjunya pun tingkat inflasi tetap mengalami

fluktuasi, sebagai contoh di tahun 2011 tingkat inflasi menurun kembali menjadi

3.79% dan di tahun 2012 naik kembali menjadi 4.3%. Untuk melihat pergerakan

tingkat inflasi Crude Palm Oil Indonesia dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

18.0%
16.0%
14.0%
12.0%
10.0%
8.0%
6.0%
4.0%
2.0%
0.0%
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4.5
Tingkat Inflasi Year on Year
Sumber: Badan Pusat Statistik

Di tahun 2013 tingkat inflasi kembali naik menjadi 8.38%, meningkat

sebesar 4.08% dibandingkan tahun 2012. Tahun 2014 tingkat inflasi terbilang

cukup stabil karena hanya berbeda 0.02% dengan tahun 2013 yaitu sebesar 8.36%.
78

Tahun 2015 perubahan tingkat inflasi terbilang cukup besar dari tahun

sebelumnya sebesar 5.01% menjadi 3.35%. Pada tahun 2016 dan 2017 tingkat

inflasi cukup stabil berkisar diangka 3%. Tingkat inflasi pada tahun 2016 sebesar

3.02% dan di tahun 2017 sebesar 3.61%, hanya mengalami peningkatan sebesar

0.59%.

4.1.3.6 Price-Cost Margin

Price-Cost margin mencerminkan keuntungan industri yang mencerminkan

kelebihan penerimaan. Tahun 2002, price-cost margin industri Crude Palm Oil

sebesar 52.2%. Kemudian pada tahun 2003, price-cost margin industri Crude Palm

Oil meningkat menjadi 60.2%. Tahun selanjutnya pun price-cost margin industri

Crude Palm Oil mengalami peningkatan menjadi 63.9%.Price cost margin industri

Crude Palm Oil mengalami penurunan pada tahun 2005, sehingga nilainya menjadi

55.6%.

Di tahun 2006-2007 price-cost margin industri Crude Palm Oil kembali

mengalami peningkatan, dengan price-cost margin sebesar 68.8% dan 73.9%.

Sayangnya tahun selanjutnya yakni 2008 2007 price-cost margin industri Crude

Palm Oil kembali mengalami penurunan sebesar 1.2% menjadi 72.7%. Tahun 2009

price-cost margin industri Crude Palm Oil kembali mengalami peningkatan,

menjadi 80.5%. Dan tahun 2010 kembali terjadi penurunan pada price-cost margin
79

industri Crude Palm Oil menjadi 79.7%. Untuk melihat pergerakan price-cost

margin industri Crude Palm Oil dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4.5
Price-Cost Margin Industri Crude Palm Oil Indonesia
Sumber: Pengolahan data peneliti

Pada tahun 2011 dan 2012 price-cost margin industri Crude Palm Oil

mengalami peningkatan, yaitu 85.9% dan 90.2%. Namun di tahun 2013 price-cost

margin industri Crude Palm Oil mengalami penurunan sebesar 3.0%, menjadi

79.8%. Di tahun selanjutnya, yakni 2014 price-cost margin industri Crude Palm

Oil kembali mengalami peningkatan, menjadi 82.8%. Tahun 2016 price-cost

margin mengalami penurunan sebesar 5.4%, menjadi 80.2%. Dan di akhir tahun

periode penlitian price-cost margin industri Crude Palm Oil kembali mengalami

peningkatan, menjadi 85.1%.

4.1.4 Analisi Regresi Berganda

Berdasarkan hasil pengelolahan data menggunakan E-views 9 didapatkan

persamaan regresi dalam bentuk persamaan ekonometrika sebagai berikut:

Y = β0 + β1 X1 + β2 log X2 + β3 logX3+ β4 log X4 + β5 X5 + e


80

Y = -5.056120 + 0.141142 + 0.639383 + 0.069603 -0.059589 -0.915605

Prob t-stat (0.0159) (0.0002) (0.0002) (0.0576) (0.0000)

R-squared (0.994798)

F-statistik (382.4337)

Prob. F-statistik (0.000000)

Berdasarkan hasil regresi tersebut, diketahui bahwa koefisien untuk setiap variabel

adalah:

 Nilai konstanta (β0) adalah -5.056120 berarti ketika variabel struktur pasar,

produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi bernilai

konstanta maka price-cost margin (kinerja) perusahaan-perusahaan da%lam

industri Crude Palm Oil menurun sebesar -5.056120

 Struktur Pasar (X1) koefisien sebesar 2.895780, berarti ketika struktur pasar

meningkat sebesar 1%, maka price-cost margin dalam industri Crude Palm

Oil menurun sebesar 2.895780.

 Produktivitas (X2) mempunyai koefisien sebesar 5.554449, berarti ketika

produktivitas semakin meningkat, maka price-cost margin dalam industri

Crude Palm Oil meningkat sebesar 5.554449%.

 Net Ekspor (X3) mempunyai koefisien sebesar 5.713080, berarti ketika net

ekspor mengalami kenaikan, maka price-cost margin dalam industri

meningkat sebesar 5.713080%.

 Nilai Tukar Rupiah (X4) koefisien sebesar -2.144582, berarti ketika nilai

tukar rupiah mengalami apresiasi, maka price-cost margin dalam industri

Crude Palm Oil menurun sebesar -2.144582%.


81

 Tingkat Inflasi (X5) koefisien sebesar -11.27604, berarti ketika tingkat

inflasi meningkat sebesar 1%, maka price-cost margin dalam industri

Crude Palm Oil menurun sebesar -2.144582%.

4.1.4.1 Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah koefisien

determinasi, uji signifikansi parameter / individual (Uji t) dan uji bersama-sama

(Uji F). variabel terikat sangat

4.1.4.1.1 Koefisien Determinasi


Koefien diterminasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi

variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi berkisar dari 0

sampai 1. Semakin mendekati angka 1, maka variabel bebas berkontribusi besar

terhadap variabel terikat. Sedangkan jika mendekati angka 0, maka kemampuan

model dalam menerangkan kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat

sangat terbatas. Dari hasil regresi dapat dilihat bahwa besarnya koefisien

determinasi adalah (0.994798), berarti variabel struktur pasar, produktivitas, net

ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi dapat menjelaskan perubahan variabel

price-cost margin sebesar 99.5%, sedangkan sisanya sebesar 5% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak dianalisis dalam model penelitian ini.

4.1.4.1.2 Uji Signifikansi Parameter Individual / Parsial


Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi variabel bebas terhadap variabel

terikat secara parsial. Signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat dapat

dilihat dengan membandingkan Prob. (t-statistik) dengan tingkat signifikansi atau


82

dengan membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Berdasarkan hasil regresi,

penulis dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini

berpengaruh signifikan Berikut hasil uji t.

Tabel 4.4
Hasil Uji t Variabel Struktur Pasar (CR4), Produktivitas, Net Ekspor,
Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Inflasi terhadap Price-Cost Margin Industri
Crude Palm Oil di Indonesia Tahun 2002-2017
Variabel Prob. (t-statistik) Tingkat Signifikansi

Struktur Pasar 0.0159 Signifikan


Produktivitas 0.0002 Signifikan
Net Ekspor 0.0002 Signifikan
Nilai Tukar Rupiah 0.0576 Signifikan
Tingkat Inflasi 0.0000 Signifikan
Sumber: Hasil pengolahan E-views 9.

Dari hasil interpretasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

 Variabel struktur pasar (CR4), berpengaruh positif signifikan terhadap

variabel price-cost margin. Hal ini dapat dilihat dari prob. Variabel struktur

pasar berpengaruh positif signifikan terhadap variabel price-cost margin.

Hal ini dapat dilihat dari prob. yang lebih kecil dari tingkat signifikansi

(0.0159 < 0.1), atau t-hitung > t-tabel (2.895780 > 1.81246 )

 Variabel produktivitas berpengaruh positif signifikan terhadap variabel

price-cost margin. Hal ini dapat dilihat dari prob. Variabel produktivitas

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel price-cost margin. Hal ini

dapat dilihat dari prob. yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (0.0002 <

0.1), atau t-hitung > t-tabel (5.554449 > 1.81246)


83

 Variabel net ekpor berpengaruh positif signifikan terhadap variabel price-

cost margin. Hal ini dapat dilihat dari prob. Variabel net ekspor berpengaruh

positif signifikan terhadap variabel price-cost margin. Hal ini dapat dilihat

dari prob. yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (0.0002 < 0.1), atau t-

hitung > t-tabel (5.713080 > 1.81246)

 Variabel nilai tukar rupiah berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel

price-cost margin. Hal ini dapat dilihat dari prob. Variabel net ekspor

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel price-cost margin. Hal ini

dapat dilihat dari prob. yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (0.0576 <

0.1), atau t-hitung > t-tabel (2.144582 > 1.81246 )

 Variabel Tingkat Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel

price-cost margin. Hal ini dapat dilihat dari prob. Variabel net ekspor

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel price-cost margin. Hal ini

dapat dilihat dari prob. yang lebih kecil dari tingkat signifikansi (0.0576 <

0.1), atau t-hitung > t-tabel (11.27604 > 1.81246)

4.1.4.1.3 Uji Bersama-sama (Uji F)


Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu struktur pasar,

produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi secara bersama-sama

terhadap variabel terikat price-cost margin. Signifikansi variabel bebas secara

bersama-sama dapat dilihat dengan membandingkan Prob. (F-statistik) dengan

tingkat signifikansi atau membandingkan dengan F-hitung dengan F-tabel. Dari

hasil regresi dapat disimpukan bahwa secara bersama-sama variabel struktur pasar

(CR4), produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh..
84

4.1.4.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus memenuhi uji asumsi klasik. Uji asumsi

klasik dilakukan untuk melihat apakah model regresi dalam penelitian ini

terdistribusi normal dan tidak terjadi multikolineritas, heteroskedastis, serta

autokorelasi:

4.1.4.2.1 Uji Multikolineritas


Menurut Gujarati (2015), uji multikolineritas dilakukan untuk melihat apakah

terdapat korelasi antara variabel bebas, model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika koefisien korelasi cukup tinggi yaitu

diatas 0,85 maka terdapat multikolineritas dalam model. Sebaliknya jika koefisien

korelasi relatif rendah maka model tidak mengandung unsur multikolineritas.

Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolineritas
X1 X2 X3 X4 X5
1.000000 0.212934 0.690678 0.807415 -0.452368
0.212934 1.000000 0.783698 0.245206 -0.298020
0.690678 0.783698 1.000000 0.570066 -0.440993
0.807415 0.245206 0.570066 1.000000 -0.384239
-0.452368 -0.298020 -0.440993 -0.384239 1.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 8

Berdasarkan output di atas dapat kita lihat bahwa tidak terdapat variabel

yang memiliki nilai lebih dari 0,85 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas dalam model regresi.


85

4.1.4.2.2 Uji Auto korelasi


Uji autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan metode Breusch

Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika ɑ = 10% (0.1), maka keputusan yang

diambil adalah:

 Prob. Chi-Square > 0.1 maka tidak terdapat autokorelasi.

 Prob. Chi-Square < 0.1 maka terdapat gejala autokorelasi.

Berdasarkan pengelolahan data, nilai Prob. Chi-Square < lebih besar dari

tingkat signifikansi (0.7498 > 0.1 ), sehingga dapat disimpulkan model

regeresi tersebut bebas dari gejala autokorelasi. Hasil pengelolahan data

untuk mendeteksi autokorelasi dalam model regresi disajikan dalam tabel

4.1.4.2.3 Uji Heteroskedastis


Uji heteroskedastis dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang memenuhi asumsi

homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedasititas) atau memenuhi ragam error

yang sama. Jika ɑ = 10% (0,1), maka keputusan yang diambil adalah:

 Prob. Chi-Square > 0.1 maka tidak terdapat gejala heteroskedastis.

 Prob. Chi-Square < 0.1 maka terdapat gejala heteroskedastis.

Dari hasil uji heteroskedastis, diketahui bahwa nilai Prob. Chi-Square

0.2453 > 0.1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas dalam

model penelitian ini.


86

4.1.4.2.4 Uji Normalitas


Uji normalitas data bertujuan untuk mengujiapakah dalam model regresi,

baik variabel dependen maupun variabel independennya memiliki distribusi normal

atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi

normal.

Dari uji normalitas, diketahui bahwa nilai probability > tingkat signifikansi

(0.729669 > 0.05), sehingga model regresi terdistribusi normal. Hasil uji normalitas

terlampir.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Struktur Pasar Secara Parsial terhadap Kinerja Industri

Crude Palm Oil

Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat signifikansi 1% dapat disimpulkan

bahwa variabel struktur pasar berpengaru positif signifikan terhadap variabel price-

cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Hubungan ini sesuai dengan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Berarti ketika struktur pasar semakin

meningkat (terkonsentrasi) maka tingkat keuntungan yang dihasilkan juga akan

semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pendekatan Structur-Conduct-

Perfomance, yang menyatakan bahwa hubungan yang linear antara struktur,

perilaku dan kinerja.

Tingkat konsentrasi yang tinggi dalam struktur pasar (oligopoli atau

monopoli), meningkatkan keuntungan bagi para produsennya. Hal ini disebabkan

oleh terbatasnya jumlah produsen, sehingga persaingan yan terjadi dalam pasar

tersebut relatif lebih rendah. Berbeda dalam pasar persaingan monopolistik atau
87

dalam pasar persaingan sempurna, jumlah produsen yang terdapat dalam pasar

tersebut sangat banyak, sehingga persaingan yang terjadi diantara produsen sangat

tinggi yang mengakibatkan tingkat keuntungan yang diperoleh rendah.

Selain itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Wilyo Marsden dengan judul “Analisis, Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri

Semen di Indonesia Tahun 1990-2013” dan penelitian yang dilakukan oleh Lilik

Yuliawati “Analisis Struktur, Perilaku, Dan Kinerja Industri Makanan Dan

Minuman Di Indonesia”.

4.2.2 Pengaruh Produktivitas Secara Parsial terhadap Kinerja Industri

Crude Palm Oil

Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat signifikansi 5%, dapat

disimpulkan bahwa variabel produktivitas berpengaruh positif signifikan terhadap

variabel price-cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Hubungan ini

sesuai dengan hipotesis yang diajkukan dalam penelitian . Berarti ketika

produktivitas industri Crude Palm Oil meningkat, maka tingkat keuntungan yang

dihasilkan juga akan semakin meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Amytha Alistair dengan judul

“Analisis Pendekatan Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Tepung Terigu Pasca

Penghapusan Monopoli Bulog” dan penelitian yang dilakukan Etika Layung

Prastiwi dengan judul “Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Inndustri Minuman

Ringan di Indonesia”.
88

Produktivitas merupakan rasio antara nilai output yang dihasilkan dengan

nilai input yang digunakan. Produktivitas yang digunakan dalam penelittian ini

adalah perbandingan antara volume CPO (Kg) dan luas area yang digunakan untuk

menghasilkan produk Crude Palm Oil. Semakin produktif, maka penggunaan

sumberdaya semakin efisien dan akan meningkatkan keuntungan perusahaan-

perusahaan dalam Industri Crude Palm Oil. Penggunaan output yang semakin

efisien menunjukan bahwa perusahaan dapat mengetahui kombinasi yang tepat

untuk menghasilkan output tanpa ada sumberdaya yang terbuang sehingga akan

semakin meminalisasi kerugian.

4.2.3 Pengaruh Net Ekspor Secara Parsial terhadap Kinerja Industri Crude

Palm Oil

Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat signifikansi 5%, dapat

disimpulkan bahwa variabel net ekspor berpengaruh positif terhadap variabel price-

cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Hubungan ini sesuai dengan

hipotesis yang diajkukan dalam penelitian . Berarti ketika net ekspor industri Crude

Palm Oil meningkat, maka tingkat keuntungan yang dihasilkan juga akan semakin

meningkat.

Apabila net ekspor tinggi berarti hasil ekspor suatu komoditas lebih besar

dibandingkan dengan hasil impornya. Hubungan ini sesuai dengan hipotesis yang

diajukan dalam penelitian. Berarti, ketika ekspor Crude Palm Oil semakin

meningkat maka tingkat keuntungan yang dihasilkan juga akan semakin meningkat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Armytha Alistair dengan judul

“Analisis Pendekatan Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Tepung Terigu Pasca
89

Penghapusan Monopoli Bulog” dan penelitian yang dilakukan Nurul Maisharah

S.F. dengan judul “Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Non Migas di

Indonesia”. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia menjangkau lima benua yaitu

Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa utama di Asia. Pada

tahun 2017, lima besar negara pengimpor CPO Indonesia adalah India, Belanda,

Singapura, Italia, dan Spanyol. Volume ekspor ke India mencapai 4,63 juta ton atau

65,40 persen dari total volume ekspor CPO Indonesia dengan nilai US$ 3.068 juta.

4.2.4 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Secara Parsial terhadap Kinerja

Industri Crude Palm Oil

Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat signifikansi 10%, dapat

disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah berpengaruh Negatif terhadap

variabel price-cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Hubungan ini

sesuai dengan hipotesis yang diajkukan dalam penelitian . Berarti ketika nilai tukar

rupiah industri Crude Palm Oil menurun (terdepresiasi) , maka tingkat keuntungan

yang dihasilkan juga akan semakin meningkat.

Menurut teori bahwa hubungan antara keuntungan industri berbanding

terbalik dengan niai tukar, semakin rendah nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Kardiman dengan judul “Analisis Struktur, Perilaku

Dan Kinerja Industri Kelapa Sawit Di Malaysia Dan Implikasinya Bagi

Pengembangan Industri Kelapa Sawit Indonesia”, dan Ulfa Sarofah dengan judul

“Pengaruh Inflasi Dan Kurs Rupiah Terhadap Kinerja Keuangan”.


90

Pesatnya ekspor minyak sawit Indonesia terjadi akibat lemahnya nilai tukar

mata uang Indonesia terhadap mata uang dolar. Dengan melemahnya rupiah

membuat pendapatan dari hasil jual ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

jual di dalam negeri. Hal ini diakibatkan oleh selisih antara nilai tukar rupiah

terhadap dolar yang cukup besar dibandingkan dengan menjual komoditi di dalam

negeri. Hal ini jugalah yang mendorong para produsen untuk meningkatkan tingkat

produksi minyak sawit, terutama untuk ekspor.

4.2.5 Pengaruh Tingkat Inflasi Secara Parsial terhadap Kinerja Industri

Crude Palm Oil

Berdasarkan hasil regresi dengan tingkat signifikansi 1%, dapat

disimpulkan bahwa variabel tangkat inflasi berpengaruh negatif terhadap variabel

price-cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Hubungan ini sesuai

dengan hipotesis yang diajkukan dalam penelitian . Berarti ketika tingkat inflasi

menurun (rendah) , maka tingkat keuntungan yang dihasilkan juga akan semakin

meningkat.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ulfa Sarofah dengan judul “Pengaruh

Inflasi Dan Kurs Rupiah Terhadap Kinerja Keuangan” . Secara umum ada beberapa

pengaruh yang dialami oleh perusahaan sehubungan dengan kondisi inflasi yang

stabil dan terkendali terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan, yaitu :

a Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki

peluang untuk bisa memperoleh keuntungan sesuai dengan target dalam

rencana bisnis.
91

b Dalam kondisi inflasi yang stabil dan terkendali, memungkinkan

perusahaan meminjam uang ke perbankan dalam bentuk kredit jangka

menengah dan panjang. Karena pihak manajer bisa memperhitungkan

kemampuan pengembalian angsuran kredit secara tepat waktu, dan

agunan yang diberikan sebagai jaminan bisa diperoleh kembali. Bahkan

jika perolehan keuntungan tinggi perusahaan bisa melunaskan kredit

lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

c Dengan kondisi inflasi yang stabil, perusahaan cenderung memiliki

peluang untuk mengalokasikan sebagian perolehan keuntungan untuk

melakukan ekspansi usaha, seperti membuka kantor cabang baru,

menciptakan produk baru, meningkatkan kompetensi karyawan dengan

memberikan pelatihan dan pendidikan , dan lain-lain.

4.2.6 Pengaruh Struktur Pasar, Produktivitas, Net Ekspor, Nilai Tukar

Rupiah dan Tingkat Inflasi terhadap Kinerja Industri Crude Palm

Oil Secara Bersama-sama.

Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa hasil regresi variabel

struktur pasar (CR4), produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi

Crude Palm Oil secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan

(nyata) terhadap price-cost margin industri Crude Palm Oil di Indonesia. Dari hasil
92

perhitungan dengan tingkat keyakinan 90%, diperoleh F-Stastistik sebesar

382.4337

dan F-tabel 3,48. Berdasarkan hasil perhitungan, maka dapat disimpulkan bahwa

pengaruh variabel struktur pasar (CR4), produktivitas, net ekspor, nilai tukar rupiah

dan tingkat inflasi Crude Palm Oil secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel price-cost margin.


93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data dan pembahasan pada bab-

bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1 Industri Crude Palm Oil di Indonesia termasuk ke dalam struktur pasar

oligopoli dengan konsentrasi sedang selama tahun 2002-2017.

2 Secara parsial, dapat disimpulkan bahwa variabel struktur pasar , produktivitas,

dan net ekspor berpengaruh positif signifikan, sedangkan nilai tukar rupiah dan

tingkat inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja industri Crude

Palm Oil di Indonesia tahun 2002-2017 (Semuanya sesuai dengan hipotesis).

3 Secara bersama-sama, struktur pasar , produktivitas, net ekspor, nilai tukar

rupiah dan tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja industri

Crude Palm Oil di Indonesia tahun 2002-2017.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka penulis dapat memberikan beberapa saran. Saran yang dapat

penulis sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, aspek yang dikaji lebih diperluas lagi. Ruang

lingkup pembahasan dan gambaran mengenai industri Crude Palm Oil tidak

hanya dipandang dari segi ekonomi tetapi dari aspek-aspek lainnya yang
94

mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan industri Crude Palm Oil.

Selain itu, variabel penelitian yang digunakan tidak hanya terbatas kepada

struktur pasar dan kinerja industri Crude Palm Oil namun bisa ditambah

dengan menambahkan variabel-variabel lainnya yang tidak terdapat dalam

penelitian ini.

2. Bagi masyarakat penelitian ini akan memberikan gambaran dan penjelasan

secara umum dan singkat mengenai industri Crude Palm Oil . Masyarakat

yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai industri Crude Palm

Oil dapat menambahkan beberapa aspek, misalnya mengenai tingkat

kesejahteraan masyarakat di sekitar pabrik Crude Palm Oil dan

perkembangan ekonomi daerah tersebut atau mengkaji dari sudut pandang

kelestarian alam seperti perkembangan lingkungan masyarakat di daerah

pabrik Crude Palm Oil .

3. Pemerintah sebagai regulator harus terus mengawasi dan mengendalikan

harga jual dan sistem perdagangan Crude Palm Oil melalui berbagai

instansi untuk menjaga dan memantau agar terjadi persaingan yang sehat

antara produsen Crude Palm Oil sehingga tidak terbentuk kartel.

4. Bagi kepentingan akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan dorongan, dan menjadi sumber referensi bagi kegiatan

penelitian lebih lanjut mengenai industri Crude Palm Oil di Indonesia

sehingga memberikan kontribusi terhadap pengembangan disiplin ilmu

serta memperkaya literatur terutama di bidang ekonomi industri. Penelitian


95

selanjutnya diharapkan menggunakan metode, data, periode, maupun teknis

analisis data yang berbeda.


96

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. & Stephanus, E.K. (2014). Ekonomika Industri: Pendekatan Struktur,


Perilaku, dan Kinerja. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik: Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2017.

Boediono. 2013. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: 1996.

Evertina,Vivi. 2008. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Minyak


Goreng Sawit Indonesia Menggunakan Paradigma Structur Conduct
Perfomance (SCP). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Teknik. Universitas
Indonesia: Depok

Ekananda, Mahyus, 2015. Ekonomi Internasional. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Fahmi, Irham, 2014. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung.

Fitriah , Wiwit. 2016. Pengaruh Struktur Pasar, Produktivitas, Ekspor dan Impor
Crude Palm Oil Terhadap Kinerja Industri Crude Palm Oil di Indonesia
Tahun 2000-2014. U niversitas Siliwangi, Tasikmalaya.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
20. Semarang: Badan Penerbit – Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar dan Dawn C. Porter. 2015. Dasar-Dasar Ekonometrika. Edisi


kelima.Jakarta: Salemba Empat.

Hasibuan, Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.
Bumi Aksara, Jakarta.

Indonesia-Investment: Minyak Kelapa Sawit.

Jaya, Wihana Kirana . 2008. Ekonomi Industri edisi 2.

Kuncoro, Mudrajad. 2007 . Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta: Penerbit


Andi

Mankiw, N Gregory, 2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat (diterjemahkan


oleh Imam Nurmawan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
97

Mankiw, N Gregory, Euston Quah, Peter Wilson, 2014. Pengantar Ekonomi


Makro: Edisi Asia (diterjemaahkan oleh Biro Bahasa Alkemis). Jakarta:
Salemba Empat.

Palm Oil Analytic : Essential Palm Oil Statistic 2017.

Winsih. 2007. Analisis Struktur,Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur


Indonesia. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ekonomi. IPB: Bogor

Salvatore, Dominick, 1997. Ekonomi Internasional Edisi ke 5 (diterjemaahkan


oleh Haris Munandar). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Shy, O., 1995. Industrial Organization: Theory and Application, MIT Press,
Cambridge
Sudiyanto, 2010. Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan Pengaruh
Faktor Fundamental Makro Ekonomi, Sistimatis dan Kebijakan
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alifabeta.

Teguh, M. 2010. Ekonomi Industri. Rajawali Pers, Jakarta.

Вам также может понравиться