Вы находитесь на странице: 1из 12

GAMBARAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA KELAS 3

MI AL-MUTMAINNAH

DESCRIPTION OF DENTAL CARIES IN THIRD CLASS


STUDENTS OF MI AL-MUTMAINNAH

Faihatul Mukhbitin
Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Email: faihatul.mukhbitin-2015@fkm.unair.ac.id

Abstract: Dental caries among children is an increasing health problem. Based on existing
data, the number of active dental caries in Indonesia in 2007 was 43.4%, then, in 2013
increased to 53.2%. East Java Province, is one of fourteen provinces that have active dental
caries above the national prevalence (43.4%). The prevalence of active caries in East Java
in 2013 was 76.2%. According to WHO, worldwide 60-90% of children have dental caries.
Primary school-aged children (aged 6-12 years) were among those who frequently have
dental and oral health problems, requiring good and proper vigilance and dental care.
Dental caries in Latin means rottenness caused by Streptococcus germs that erode the tooth
enamel region. Caries occurs due to several things, one of them because less to keep the
mouth and teeth cleaning. This study aims to describe of dental caries grade 3 children MI
Al-Mutmainnah Kedung Cowek Sub-district of Bulak Surabaya. The type of this research is
quantitative research with cross sectional design. The minimum sample size was 28
respondents drawn from 30 populations with sampling technique using slovin. The research
instruments used were checklist and observation sheet. The data analysis in this study using
Chi Square test. the results of this study indicate that there is a relationship between the
frequency of tooth brushing with the incidence of caries, this is evidenced by the value of ρ =
0.19.

Keyword: frequencies, tooth brushing, dental caries

Abstrak: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang ada, angka karies gigi aktif di Indonesia pada tahun 2007 sebesar
43,4%, meningkat menjadi 53,2% pada tahun 2013. Propinsi Jawa Timur, memiliki karies
gigi aktif di atas prevalensi nasional (43,4%). Pada tahun 2013 adalah 76,2%. Menurut
WHO, di seluruh dunia 60–90% anak mengalami karies gigi. Kelompok anak usia sekolah
dasar (usia 6-12 tahun) termasuk kelompok yang sering mengalami masalah kesehatan gigi
dan mulut, sehingga membutuhkan kewaspadaan dan perawatan gigi yang baik dan benar.
Salah satu faktor yang menyebakan terjadinya karies gigi adalah frekuensi gosok gigi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian keries gigi pada anak kelas 3
MI. Al-Mutmainnah Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Besar sampel minimal adalah 28
responden yang diambil dari 30 populasi dengan teknik sampling menggunakan slovin.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar checklist dan lembar observasi.
Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square. hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi gosok gigi dengan kejadian karies,
hal ini di buktikan dengan nilai ρ=0,19.

Kata Kunci: frekuensi, gosok gigi dan karies gigi

155
156 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

PENDAHULUAN lactobakterius dan yang lain akan


menerobos kebagian dentil dibawahnya
Masalah kesehatan gigi dan mulut dengan mudah dan menyebabkan
dapat terjadi pada orang dewasa maupun kehancuran gigi yang lebih lanjut.
anak. Akan tetapi, anak lebih rentan Kesehatan gigi dipengaruhi oleh
terkena masalah tersebut terutama anak kondisi kebersihan gigi dan mulut. Dewi
Sekolah Dasar (SD). (2011) menyatakan bahwa kebersihan gigi
Menurut data survei World Health dan mulut merupakan suatu keadaan gigi
Organization (WHO), tercatat bahwa di geligi dalam rongga mulut dalam keadaan
seluruh dunia 60–90% anak mengalami bersih, permukaan gigi bebas dari plak
karies gigi (WHO, 2003). Pada tahun dan kotoran lain seperti sisa makanan,
2010, Survei Departemen Kesehatan debris, karang gigi serta tidak tercium bau
Republik Indonesia (SDKI) menunjukkan busuk dalam mulut. Tjahyadi dan Andini
bahwa prevalensi penduduk Indonesia (2011) menjelaskan bahwa kondisi gigi
yang menderita karies gigi sebesar 80%– dan mulut yang bersih dan sehat
90%, diantaranya adalah golongan anak. dipengaruhi oleh perilaku perawatan gigi.
Prevalensi karies gigi di Indonesia Jika perilaku perawatan gigi anak buruk,
terus meningkat. Pada tahun 2007 maka akan menyebabkan anak sering
penderita karies gigi aktif sebesar 43,4%. mengalami masalah gigi yang salah
Kemudian, pada tahun 2013 meningkat satunya adalah karies. Adapun bagian gigi
menjadi 53,2%. Berdasarkan data yang mudah mengalami karies adalah
tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam mahkota geraham pada parit-parit yang
kurun waktu 6 tahun telah terjadi kecil dan daerah celah gigi yang sulit
peningkatan prevalensi karies gigi aktif di dicapai oleh sikat gigi karena daerah
Indonesia sebesar 9,8%. Propinsi Jawa tersebut merupakan bagian gigi yang sulit
Timur merupakan salah satu dari tiga dibersihkan.
propinsi yang mengalami peningkatan Karies terjadi karena beberapa hal,
masalah gigi dan mulut tertinggi di yaitu kurang menjaga kebersihan mulut
Indonesia. Masalah gigi di Jawa Timur dan gigi, cara menggosok gigi dan
meningkat sebesar 8,3% dari 20,3% pada penggunaan pasta gigi yang belum tepat
tahun 2007 menjadi 28,6% pada tahun serta kebiasaan waktu menggosok gigi
2013 (Riskesdas, 2013). Selain itu, data yang belum sesuai dengan yang
Riskesdas (2013) juga menjelaskan bahwa disarankan (Tjahyadi dan Andini, 2011).
prevalensi karies aktif di Propinsi Jawa Menurut Teori Blum, status kesehatan
Timur pada tahun 2013 adalah 76,2%. gigi dan mulut seseorang atau masyarakat
Angka tersebut menunjukkan bahwa di pengaruhi oleh 4 faktor penting, yakni
prevalensi karies gigi aktif di Propinsi keturunan, lingkungan (fisik maupun
Jawa Timur melebihi prevalensi nasional sosial budaya), perilaku dan pelayanan
yang hanya sebesar 43,4%. Di Kota kesehatan. Dari keempat faktor tersebut,
Surabaya, penelitian yang dilakukan oleh perilaku memegang peranan penting
Izzah, dkk (2012) di Kelurahan Kenjeran dalam mempengaruhi status kesehatan
Surabaya, menjelaskan bahwa angka gigi dan mulut. Di samping
kejadian karies gigi paling banyak diderita mempengaruhi status kesehatan gigi dan
oleh anak sekolah dasar berusia 7-12 mulut secara langsung, perilaku dapat
tahun. Dalam penelitian tersebut juga mempengaruhi faktor lingkungan
didapatkan frekuensi karies pada anak dan pelayanan kesehatan. (Spolsky,
sekolah dasar berusia 7-12 tahun sebesar 2000). Sehubungan dengan penjelasan
66%. tersebut, dapat disimpulkan bahwa baik
Sumawinata (2009) dalam buruknya kondisi kebersihan gigi dan
bukunya menjelaskan bahwa karies gigi mulut dipengaruhi oleh frekuensi gosok
dalam bahasa Latin berarti kebusukan gigi yang merupakan bentuk perilaku
yang disebabkan oleh kuman untuk mencegah kejadian karies gigi.
Streptococcus yang mengikis daerah Karies membawa dampak buruk
email gigi. Saat daerah email gigi sudah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup
berlubang, bakteri mulut terutama bagi anak. Menurut penelitian yang
Faihatul Mukhbitin, Gambaran Kejadian Karies Gigi… 157

dilakukan oleh Zetu (2013), karies akan dkk (2013) menunjukkan bahwa ada
menimbulkan rasa nyeri dan hubungan antara mengkonsumsi jajanan
ketidaknyamanan. Hal ini akan yang bersifat kariogenik dengan kejadian
mengganggu aktivitas anak di sekolah. karies. Hal ini terjadi karena umumnya
Anak mengalami penurunan kemampuan anak sering mengkonsumsinya dalam
dalam belajar, anak yang mengalami jumlah yang banyak dan sering, tetapi
nyeri gigi tidak akan mengerjakan tugas jarang menggosok gigi setelah
dan menjawab pertanyaan sebaik anak mengkonsumsi makanan tersebut.
yang tidak diganggu oleh nyeri gigi Kondisi ini juga menyebabkan mulut
(Sheiham, 2005). Dari penjelasan tersebut anak menjadi kotor. Jika makanan
dapat disimpulkan bahwa beberapa kariogenik dikonsumsi dengan frekuensi
dampak tersebut, secara langsung dan yang lebih sering maka kemungkinan
tidak langsung akan mempengaruhi anak lebih berpotensi mengalami karies
kualitas pembelajaran ketika di kelas. gigi dibandingkan dengan mengkonsumsi
Dampak lain yang muncul karena karies dalam jumlah banyak tetapi dengan
adalah anak dapat mengalami infeksi akut frekuensi yang tidak sering. Pada kasus
ataupun kronis, bahkan dapat anak yang frekuensi mengkonsumsi
menimbulkan kecacatan. Karies juga akan jajanan kariogenik lebih jarang tetapi
berpengaruh terhadap kualitas tidur anak tetap mengalami karies gigi, kondisi ini
dan pola makan anak karena rasa nyeri kemungkinan disebabkan karena cara
yang dirasakan. Kondisi ini akan menggosok gigi yang salah ataupun
mempengaruhi nutrisi, pertumbuhan dan waktu menggosok gigi yang tidak tepat.
pertambahan berat badan anak. Menurut Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa
Zetu (2013) bahwa karies juga merupakan karies mengancam kesehatan gigi anak,
salah satu penyakit yang membutuhkan sehingga orang tua terutama ibu perlu
biaya pengobatan tinggi, karena memiliki mengawasi pola jajan anak terutama
risiko tinggi untuk dirawat di Puskesmas ketika di sekolah. Apabila
atau Rumah Sakit. Oleh karena itu, perlu memungkinkan, anak tidak dibiasakan
adanya perhatian khusus terhadap untuk jajan di sekolah dan dibekali
kesehatan gigi dan mulut. makanan dari rumah (Worotitjan, 2013).
Kelompok anak sekolah dasar (usia Dari penjelasan di atas dapat
6-12 tahun) termasuk kelompok yang disimpulkan bahwa pada usia 6-12 tahun,
sering mengalami masalah kesehatan gigi anak sedang menjalani proses tumbuh
dan mulut, sehingga membutuhkan kembang, ditambah lagi anak pada usia
kewaspadaan dan perawatan gigi yang tersebut mulai banyak mengkonsumsi
baik dan benar. Pada usia 6-12 tahun gigi makanan yang bersifat kariogenik yang
anak memerlukan perawatan yang lebih dapat memicu timbulnya karies. Kondisi
intensif. Hal ini dikarenakan pada usia kesehatan gigi pada usia dewasa, salah
tersebut terjadi pergantian gigi. Gigi susu satunya dipengaruhi oleh kondisi
mulai tanggal, gigi permanen pertama kesehatan gigi ketika usia anak-anak. Jadi,
mulai tumbuh (usia 6-8 tahun). Keadaan peran orang tua sangat diperlukan untuk
ini menunjukkan bahwa gigi anak berada membiasakan anak dalam menjaga
pada tahap gigi campuran. Pada tahap ini, kebersihan gigi dan mulut terutama pada
gigi permanen akan mudah rusak, karena anak usia 6-12 tahun
kondisi gigi tersebut baru tumbuh belum Dari paparan di atas dapat
matang (Darwita dkk, 2011). disimpulkan bahwa karies gigi merupakan
Gigi permanen tumbuh hanya satu masalah kesehatan yang serius, selain itu
kali dalam seumur hidup, sehingga harus kejadian karies juga cukup tinggi dan
dijaga, dirawat dan dipelihara dengan sering terjadi pada anak usia sekolah
baik setiap hari agar terhindar dari dasar sehingga penulis tertarik untuk
masalah gigi. Di sekolah banyak jajanan meneliti lebih lanjut tentang gambaran
yang bersifat kariogenik, yakni manis dan perilaku gosok gigi dengan kejadian
lengket yang dapat menyebabkan karies karies di MI Al-Mutmainah Kota
gigi, sehingga risiko terjadi karies juga Surabaya. Adapun tujuan dari penelitian
makin tinggi. Hasil penelitian Khotimah, ini adalah mengetahui gambaran kejadian
158 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

caries gigi pada anak kelas 3 MI Al- frekuensi karakteristik tiap variebel yang
Mutmainah Kota Surabaya. diteliti.
Analisis berikutnya menggunakan
METODE analisis chi square untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antar variabel. Nilai
Penelitian ini bersifat deskriptif uji signifikasi pada penelitian dengan α
kuantitatif, dengan rancangan cross sebesar 5%. Hipotesis diterima jika α ≤
sectional. Responden dari penelitian ini 5%, sebaliknya hipotesis ditolak jika α ≥
adalah siswa kelas 3 di MI Al- 5%.
Mutmainnah yang terletak di Kelurahan
Kedung Cowek Kecamatan Bulak HASIL DAN PEMBAHASAN
Surabaya. Besar sampel dalam penelitian
ini sebanyak 28 responden yang diambil Gambaran Karakteristik Responden
dari 30 populasi dengan menggunakan Pada penelitian yang telah
teknik sampling untuk menghitung besar dilakukan, didapatkan data karakteristik
sampel minimal dengan menggunakan responden berdasarkan jenis kelamin.
metode Slovin. Alasan pemilihan siswa Data tersebut dapat dilihat dalam tabel
kelas 3 sebagai responden adalah karena berikut ini:
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas 3 MI Al-Mutmainnah yang Tabel 1. Gambaran karakteristik subyek
berjumlah 30 anak. Alasan penentuan penelitian berdasarkan jenis
populasi ini adalah karena usia siswa kelamin murid kelas 3 MI Al-
kelas 3 rata-rata telah mencapai 9 tahun. Mutmainnah
Usia ini berada pada range usia 6-12 Jenis Kelamin Frekuensi (%)
tahun. Pada usia ini, mereka juga masih Laki-laki 15 53,5
mengalami proses pergantian gigi dan Perempuan 13 46,4
riskan mengalami karies gigi. Selain itu,
siswa kelas 3 juga sudah bisa membaca Total 28 100
dengan lancar sehingga mampu mengisi Sumber: data primer 2017
instrumen yang telah disediakan.
Pada penelitian ini frekuensi Tabel 1 menunjukkan bahwa dari
gosok gigi merupakan variabel bebas, 28 murid yang menjadi subyek penelitian,
sedangkan variabel terikat adalah jumlah murid laki-laki adalah sebanyak
kejadian karies. Sumber data dalam 15 anak dan jumlah murid perempuan
penelitian ini ada 2, yakni data primer dan adalah sebanyak 13 anak.
data sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan pengisian instrumen Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gambaran
berupa checklist yang langsung diisi oleh Perilaku gosok gigi murid kelas 3
responden dan lembar observasi yang di MI Al-Mutmainnah
gunakan untuk melihat kondisi karies Distribusi frekuensi gambaran
pada gigi pasien. Adapun pengumpulan prilaku menggosok gigi
data sekunder didapatkan dari jurnal 1. Menggosok gigi setiap hari
ilmiah, buku, artikel pada skripsi, badan Ya 28 (100%)
pemerintah terkait kesehatan, dan Tidak 0 (0%)
sebagainya. 2. Menggunakan sikat gigi milik sendiri
Data yang telah didapatkan oleh Ya 28 (100%)
peneliti, dikumpulkan dan dijadikan satu. Tidak 0 (0%)
Data tersebut kemudian diolah mulai dari 3. Menggunakan pasta gigi
proses editing, memberikan coding pada Ya 28 (100%)
setiap lembar jawaban responden, lalu Tidak 0 (0%)
memasukkan data dalam tabulating, 4. Jenis sikat gigi yang digunakan
selanjutnya dilakukan analisis Benar 10 (36%)
menggunakan SPSS, menggunakan Salah 18 (64%)
analisis deskriptif dengan tujuan untuk Sumber: data primer 2017
mengetahui gambaran dan distribusi
Faihatul Mukhbitin, Gambaran Kejadian Karies Gigi… 159

Dari tabel 2 dapat diketahui usia tersebut rasa tanggung jawab


bahwa semua (100%) murid kelas 3 MI terhadap kebersihan diri sendiri juga
Al-Mutmainah sudah menerapkan mulai tumbuh. Sehingga orang tua dapat
perilaku gosok gigi setiap hari. Hal ini mengajarkan cara pemeliharaan gigi
tentu dipengaruhi oleh peran aktif orang secara lebih rinci dari sebelumnya.
tua. Peran aktif orang tua terutama ibu Pemeliharaan kesehatan gigi pada anak
terkait perilaku gosok gigi anak dimulai sangat bergantung kepada orang tua
dari membimbing anak untuk menggosok khususnya ibu sebagai orang terdekat
gigi dengan benar dan memberikan anak, sehingga ibu harus mengetahui cara
pengertian tentang pentingnya menggosok merawat gigi (Suciari, 2015). Penjelasan
gigi serta pemberian pemahaman yang lebih lanjut dalam buku Panduan
juga disesuaikan dengan tingkat berpikir Pelatihan Kader Kesehatan Gigi Dan
mereka. Selain itu, peran orang tua Mulut Di Masyarakat dijelaskan bahwa
diharapkan mampu menjadi role model anak dapat menggosok gigi tanpa
bagi anak.Orang tua dapat memberikan pengawasan orang tua mulai umur 9
contoh menggosok gigi dengan tepat. tahun, tetapi orang tua tetap harus
Orang tua juga perlu mengajak anak memastikan bahwa kegiatan anak terkait
untuk menggosok gigi bersama. Hal ini gosok gigi sudah benar dan orang tua juga
akan menjadikan kebiasaan menggosok harus mengetahui perkembangan cara
gigi yang baik. Apabila perilaku gosok gigi anak paling tidak sampai usia
menggosok gigi dilakukan dengan terarah 14 tahun (Kemenkes, 2012).
dan teratur, maka kejadian karies gigi Dari uraian di atas dapat
akan mengalami penurunan. Namun disimpulkan bahwa peran aktif orang tua,
sebaliknya. Apabila anak tidak terutama ibu dalam membiasakan anak
mendapatkan pengajaran dan panutan untuk menggosok gigi sedini mungkin
yang benar dari orang tua mengenai tidak dapat diacuhkan. Kebiasaan gosok
gosok gigi, maka perilaku tersebut akan gigi dapat dimulai saat gigi anak mulai
dapat meningkatkan kejadian karies gigi tumbuh. Proses pengajaran, baik teknik
pada anak. Seperti yang telah diketahui, gosok gigi ataupun pemberian edukasi
permasalahan gigi yang menyerang anak tentang segala hal terkait kesehatan gigi
usia dasar akan dapat menimbulkan dan mulut disesuaikan dengan usia dan
ketidaknyaman. Hal ini secara tidak kemampuan anak. semakin bertambah
langsung juga akan berpengaruh terhadap usia maka pemberian edukasi perlu
prestasi belajar, baik akademik maupun ditingkatkan dan diberikan dengan rinci.
non akademik anak ketika di sekolah. Hal ini bertujuan agar anak sangat faham
Suherman (2000) memaparkan bahwa hal cara menjaga kesehatan gigi. Selain itu,
yang tak kalah penting adalah untuk meningkatkan kesadaran dan
mengingatkan anak saat tiba waktu tanggung jawab dalam menjaga kesehatan
menggosok gigi, dan menyediakan gigi. Saat anak sudah mandiri dalam
fasilitas untuk gosok gigi bagi anak menggosok gigi, orang tua dianjurkan
termasuk sikat gigi dan pasta gigi yang untuk tetap memantau perkembangan cara
sesuai untuk anak. Dengan mengajari, gosok gigi anak setidaknya hingga anak
memberi contoh dan mengingatkan gosok berumur 14 tahun.
gigi pada anak maka diharapkan perilaku Berdasarkan data dari tabel 2 dapat
tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan diketahui bahwa semua (100%) murid
baik sehingga permasalahan gigi dan kelas 3 MI Al-Mutmainah menggosok
mulut terutama pada anak mengalami gigi dengan sikat gigi milik sendiri.
penurunan pada setiap tahun. Kondisi ini tentu dipengaruhi kebiasaan
Wong dkk (2008) menjelaskan atau budaya yang diterapkan di rumah.
bahwa pada usia 6-12 tahun anak telah Data tersebut secara tidak langsung
memperoleh berbagai pembelajaran yang menjelaskan bahwa orang tua telah
mudah diterima dan akan menjadi menyediakan sikat gigi sesuai dengan
pengalaman yang tak terlupakan karena jumlah anggota keluarga yang ada di
motorik halus dan kasar anak pada usia rumah, sehingga tidak ada budaya
tersebut berkembang pesat. Selain itu, di bergantian menggunakan sikat gigi.
160 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

Orang tua yang peduli terhadap kesehatan menyebabkan terjadinya karies. Flour
gigi dan mulut keluarga terutama anak, juga dapat menghambat pembentukan
memiliki pengetahuan yang baik plak dan pertumbuhan bakteri yang ada
mengenai kebersihan gigi. Dengan adanya dimulut. Penggunaan pasta gigi pada anak
kebiasaan seperti ini, maka dapat adalah sebesar kacang polong.
menurunkan penularan penyakit pada gigi Berdasarkan penjelasan di atas,
dan mulut. dapat disimpulkan bahwa menggunakan
Penggunaan sikat gigi bersama pasta gigi saat menggosok gigi jauh lebih
dapat membahayakan kesehatan karena efektif. Hal ini dikarenakan pasta gigi
saat sikat gigi digunakan untuk membantu membersihkan sisa makanan
menggosok gigi. Sikat gigi berpotensi yang menempel pada gigi. Pasta gigi juga
menjadi tempat menempelnya dapat membantu menghilangkan plak
mikroorganisme atau kuman yang yang merupakan faktor risiko penyebab
berbahaya dari sisi kesehatan. Jika sikat terjadinya karies gigi pada anak. Sehingga
gigi ini digunakan orang lain, maka kebiasaan gosok gigi menggunakan pasta
kemungkinan akan terjadi perpindahan gigi sejak kecil akan berpengaruh pada
mikroorganisme atau kuman ke orang lain kondisi gigi saat dewasa. Dalam hal ini
yang akan menggunakan sikat gigi pemilihan pasta gigi juga harus
tersebut. Apabila kuman atau diperhatikan. Pemilihan pasta gigi yang
mikroorganisme ini berbahaya, maka tepat juga berpengaruh pada kesehatan
sikat gigi akan menjadi sarana penularan gigi. Pasta gigi yang mengandung flour
penyakit. lebih dianjurkan karenadapat memberikan
Data pada tabel 2 menunjukkan perlindungan pada gigi sehingga gigi
bahwa seluruh (100%) murid kelas 3 MI lebih kuat.
Al Mutmainah juga selalu menggunakan Terkait jenis sikat gigi yang
pasta gigi saat menggosok gigi. Perilaku digunakan oleh murid kelas 3 MI Al-
ini tentu diajarkan dan diterapkan oleh Mutmainah, data tabel 2 diketahui bahwa
orang tua sejak dini sehingga mereka sebanyak 68% murid masih menggunakan
terbiasa menggunakan pasta gigi tiap sikat gigi yang salah. Mereka tidak
gosok gigi. menggunakan sikat gigi dengan ujung
Pada waktu menggosok gigi, sikat kecil. Menurut Wong dkk (2008),
penggunaan pasta gigi merupakan bentuk sikat gigi yang benar adalah yang
penunjang yang penting. Pasta gigi bulu sikatnya terbuat dari nilon yang
memilki banyak manfaat untuk kebersihan lembut dan memiliki ujung sikat yang
gigi serta mulut. Sukanto (2012) kecil.
menjelaskan bahwa pasta gigi merupakan Sikat gigi dengan bulu kasar dan
produk oral yang digunakan untuk kepala besar tidak dapat menjangkau gigi
membersihkan gigi dari sisa makanan, bagian dalam sehingga mempengaruhi
membantu menghilangkan plak, kebersihan gigi dan mulut. Selain itu,
mengurangi bahkan menghilangkan dapat menyebabkan gigi dan gusi terluka.
aroma tak sedap dan memberikan rasa Sikat gigi juga harus diganti tiap 3 bulan
segar pada mulut, memoles permukaan sekali atau jika bagian bulu sikat telah
gigi, memperkuat gigi serta memperindah rusak (melengkung) karena kondisi sikat
penampilan estetik gigi, mencegah karies seperti ini juga dapat menimbulkan luka.
gigi dan memelihara kesehatan gusi. Pendapat lain terkait penggunaan sikat
Menurut penelitian yang dilakukan gigi yang dijelaskan oleh Ambarwati dkk
oleh Tinanoff (2012), penggunaan pasta (2017) yang menyarankan untuk
gigi dapat menurunkan kejadian karies menggunakan sikat gigi yang berbulu
pada anak yang berumur 6-10 tahun. sikat medium karena lebih efektif dalam
Pasta gigi yang digunakan sebaiknya menjaga kebersihan gigi dan mulut karena
yang mengandung flour. Flour berguna tidak terlalu lembek dan keras. Menurut
untuk menambah kekuatan dentin dan Prasada (2014), dalam penelitiannya
email yang merupakan lapisan pelindung menjelaskan bahwa penggunaan sikat
gigi sehingga menambah daya tahan gigi yang salah pada anak terjadi karena
terhadap serangan asam yang dapat ketidaktahuan anak. Pada masa anak-anak
Faihatul Mukhbitin, Gambaran Kejadian Karies Gigi… 161

semua barang kebutuhan anak selalu dilakukan lebih dari 2 kali maka lebih
disediakan oleh orang tua. Anak tinggal baik.
menggunakannya saja.
Dari penjelasan tersebut dapat Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian
disimpulkan bahwa pengetahuan orang karies
tua berpengaruh terhadap penyediaan gigi berdasarkan jenis kelamin
sikat gigi yang tepat. Hal ini juga pada murid kelas 3 MI Al-
mempengaruhi kondisi kebersihan gigi Mutmainnah
anak. Dari uraian di atas dapat Kejadian karies
Jenis
disimpulkan bahwa orang tua berperan Kela- Karies
Karies
Total
penting dapat menyediakan sikat gigi Tidak
min
yang tepat bagi anak agar kebersihan gigi F % F % F %
anak tetap terjaga dan kegiatan gosok gigi Laki- 10 36 5 18 15 54
berlangsung aman tanpa menimbulkan laki
luka di area mulut anak.
Perem
puan 2 7 11 39 13 46
Tabel 3. Distribusi frekuensi menggosok Total 12 43 16 57 28 10
gigi murid kelas 3 MI Al- 0
Mutmainnah Sumber: Data primer 2017
Frekuensi
Jumlah
menggosok (%) Berdasarkan data pada tabel 4,
siswa
gigi dapat diketahui bahwa siswa laki-laki
< 2x sehari 11 39 lebih banyak mengalami karies gigi
≥ 2x sehari 17 61 dibandingkan dengan siswi perempuan
Total 28 100 yaitu sebesar 35,7% berbanding 7,1%.
Sumber: Data primer 2017 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Rosidi dkk (2013), dalam penelitiannya
Berdasarkan tabel 3 dapat menyatakan bahwa anak laki-laki lebih
disimpulkan bahwa 61% murid kelas 3 MI banyak mengalami karies dibandingkan
Al-Mutmainnah sudah melakukan gosok anak perempuan. Hal ini disebabkan
gigi ≥ 2 kali sehari. Berdasarkan hasil kerena anak laki-laki cenderung memiliki
penelitian Setyadi (2010), diketahui aktivitas yang lebih tinggi, yang memicu
bahwa baik atau buruknya kondisi timbulnya rasa lapar dan peningkatan
kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi nafsu makan, tetapi mereka tidak selektif
oleh frekuensi membersihkan gigi dan dalam memilih makanan (Ratnaningsih,
mulut. 2016). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Sondang (2008), dalam bukunya Indah (2013), menjelaskan bahwa anak
menyatakan bahwa dalam sehari frekuensi laki-laki lebih suka mengkonsumsi
minimal menggosok gigi adalah dua kali makanan kariogenik, yang memicu
yaitu setelah sarapan (pagi) dan sebelum timbulnya karies gigi. Dari uraian di atas,
tidur malam. Hal ini tentu mempengaruhi dapat disimpulkan bahwa sejak kecil anak
kebersihan gigi dan dapat meminimalkan perlu diberitahu tentang bagaimana
kejadian karies gigi. Frekuensi gosok gigi memilih makanan yang sehat dan tidak
yang tidak optimal dapat disebabkan mengganggu kesehatan gigi. Orang tua
karena anak tidak dibiasakan dan tidak harus membiasakan anak untuk lebih
tahu manfaat gosok gigi. Sehingga anak sering mengkonsumsi makanan yang
tidak mempunyai kesadaran dan motivasi berserat seperti buah dan sayur, serta
untuk memelihara kesehatan gigi dan mengurangi konsumsi minuman yang
mulut. Keadaan tersebut memudahkan manis. Orang tua terutama Ibu memiliki
gigi anak terkena resiko penyakit gigi dan andil cukup besar dalam pemilihan
mulut. Dalam sehari minimal gosok gigi makanan yang sesuai dengan
dilakukan 2 kali yakni setelah makan pagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
dan sebelum tidur malam tetapi jika Dalam hal ini, makanan yang menunjang
pertumbuhan dan kesehatan pada gigi
162 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

serta mulut. Pemilihan sayur dan buah dan perilaku yang dimiliki oleh anak.
tepat dapat mengurangi dampak yang Apabila orang tua memiliki kemampuan
akan ditimbulkan dari kerusakan gigi dan baik dalam membedakan dalam
mulut. Selain itu, sebaiknya orang tua memberikan contoh dan penjelasan
juga membatasi frekuensi dan jumlah kepada anak laki-laki atau perempuan,
makanan kariogenik bagi anak. Orang tua maka hal tersebut akan membantu dalam
juga perlu membiasakan anak segera mengurangi angka kejadian penyakit pada
menggosok gigi setelah mengkonsumsi gigi. Dalam hal ini adalah karies. Akan
makanan tersebut untuk mencegah tetapi sebaliknya. Apabila orang tua
timbulnya karies. kurang dapat memahami perbedaan sikap
Penelitian lain yang dilakukan oleh maupun perilaku antara anak laki-laki dan
Moallemi (2012) pada anak sekolah di perempuan, maka akan dimungkinkan
Iran, memaparkan bahwa status bahwa hal tersebut akan dapat menambah
kebersihan mulut anak laki-laki lebih angka kesakitan gigi dan mulut pada anak.
buruk dari pada anak perempuan. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu yang
Keadaan ini disebabkan karena anak cukup untuk orang tua memahami dan
perempuan lebih baik dalam mengerti cara membedakan dalam
mempraktikan perilaku menjaga pemberian pengetahuan dan panutan
kebersihan mulut dibandingkan dengan kepada anak yang berbeda jenis kelamin.
laki-laki. Hasil penelitian lain yang Menurut penelitian yang dilakukan
dilakakan oleh Sari dkk (2012) oleh Al-Malik, dkk (2006) ditemukan
menjelaskan bahwa efektivitas kegiatan bahwa di Arab Saudi angka kejadian
menggosok gigi dipengaruhi oleh jenis karies pada anak perempuan lebih rendah
kelamin. Hal ini disebabkan karena anak dari pada laki-laki. Hal tersebut
perempuan lebih mudah diarahkan dan disebabkan karena orang tua lebih
lebih terampil dalam menyikat gigi, memberikan perhatian besar terhadap
dibandingkan dengan anak laki-laki. kebersihan dan estetika anak perempuan
Berdasarkan kedua penelitian tersebut mereka. Budaya lokal ini telah
dipaparkan bahwa laki-laki memiliki berlangsung lama. Budaya semacam ini
perilaku dalam menjaga kebersihan mulut sangat merugikan dan dapat
yang kurang. Hal ini dikarenakan oleh menyebabkan kejadian karies pada anak
beberapa sebab. Salah satu penyebabnya semakin tinggi. Seharusnya orang tua
adalah malas atau tidak ingin menjaga memberikan perhatian yang sama pada
kebersihan mulut dan gigi dengan anaknya, tanpa memandang jenis kelamin.
menggosok gigi. Hal ini dikarenakan karies gigi bisa
Zetu (2013) dan Ogunsile (2010), menimpa siapa saja baik anak laki-laki
dalam penelitiannya, keduanya ataupun perempuan. Orang tua yang
menyatakan bahwa anak perempuan memiliki pandangan seperti diatas, akan
memiliki perilaku yang lebih baik dalam mengakibatkan angka kejadian karies
menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi semakin meningkat setiap tahun.
dibanding anak laki-laki. Kondisi tersebut Perlu adanya pendampingan dari tenaga
disebabkan karena anak perempuan kesehatan, baik dokter gigi dan perawat
memiliki kemampuan motorik halus dan untuk dapat meluruskan perspektif yang
ketangkasan manual yang lebih baik kurang benar di masyarakat melalui KIE
dibanding anak laki-laki (Olivia, 2009). (komunikasi, informasi dan edukasi)
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Informasi yang diberikan kepada
bahwa orang tua membutuhkan usaha masyarakat terutama orang tua yang
yang berbeda dalam mengajarkan dan memiliki anak usia SD dapat diberikan
membiasakan anak laki-laki dan melalui poster maupun leaflet. Poster
perempuan untuk menggosok gigi. Orang berisi ajakan untuk menerapkan pola
tua harus mengetahui bahwa kemampuan hidup sehat dengan menggosok gigi setiap
motorik halus dan ketangkasan yang hari minimal 2 kali. Selain itu, leaflet juga
dimiliki anak laki-laki dan perempuan dapat digunakan untuk memberikan
memang berbeda. Orang tua perlu belajar informasi tentang pentingnya menjaga
dengan mencari informasi terkait sikap kesehatan gigi dan mulut pada anak serta
Faihatul Mukhbitin, Gambaran Kejadian Karies Gigi… 163

penyakit yang muncul karena kebersihan Sehari, yaitu sebesar 29% berbanding
gigi dan mulut tidak dipelihara dengan 14%. Hasil uji statistik dengan
baik. Adanya informasi tersebut, menggunakan chi square didapatkan nilai
diharapkan para orang tua menjadi lebih ρ = 0.19 (ρ < 0,05), sehingga dapat
tahu manfaat menjaga gigi dan mulut. disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Informasi tersebut juga perlu frekuensi gosok gigi dan kejadian karies
diberikan pada guru ketika di sekolah. Hal di MI Al-Mutmainnah.
ini dilakukan mengingat bahwa lebih dari Penelitian tersebut sejalan dengan
separuh waktu anak dihabiskan di hasil penelitian yang pernah dilakukan
sekolah. Tenaga kesehatan memberikan oleh Warni (2009) pada anak sekolah di
media berupa poster, buku maupun leaflet kelas V dan VI Kecamatan Deli Tua
mengenai kesehatan gigi dan mulut. Kebupaten Deli Serdang, bahwa ada
Selain itu, guru perlu menghimbau dan hubungan antara tindakan menggosok gigi
memberikan pengertian kepada anak dengan kejadian karies, sementara
untuk selalu memperhatikan kesehatan Anitasari dan Rahayu (2005) menjelaskan
gigi dan mulut terutama dengan bahwa semakin sering gosok gigi maka
menggosok gigi. Dengan melibatkan akan mempengaruhi tingkat kebersihan
tenaga kesehatan, guru dan orang tua, gigi dan mulut. Dalam penelitiannya, juga
maka hal ini akan dapat menurunkan dijelaskan bahwa anak yang menyikat gigi
kejadian karies gigi pada anak. dengan frekuensi 4 kali memiliki tingkat
Ketika anak mengalami sakit kebersihan gigi dan mulut yang jauh lebih
karena karies, maka orang tua akan baik dibandingkan anak yang hanya
disibukkan dengan urusan penyembuhan menyikat gigi 1 kali, 2 kali atau 3 kali.
yang tentu akan membutuhkan biaya, Semakin sering frekuensi gosok gigi anak
sehingga orang tua harus memberikan maka kebersihan gigi anak akan jauh lebih
perhatian yang sama terkait kebersihan baik. Kondisi kebersihan gigi dan mulut
dan estetika pada semua anak agar ini tentu akan berpengaruh terhadap
kejadian karies pada anak laki-laki kejadian karies.
ataupun perempuan dapat dihindari. Membiasakan anak untuk gosok
gigi minimal sehari 2 kali merupakan
Tabel 5. Distribusi frekuensi kejadian upaya termudah yang dapat dilakukan
karies oleh orang tua agar anak dapat terhindar
gigi berdasarkan frekuensi dari karies gigi. Selain itu memberikan
gosok gigi anak kelas 3 MI Al- pemahaman kepada anak agar menggosok
Mutmainnah gigi setelah mengkonsumsi makanan yang
Kejadian manis juga penting. Hal ini juga dapat
karies gigi Total mencegah karies pada anak. Karena
Frekuen
P semakin sering anak menggososk gigi
si
Tida Valu maka semakin bersih kebersihan mulut.
gosok
Kari k e Kondisi ini tentu mencegah terjadinya
gigi
es karie
karies.
s
F % F % s %
< 2x/ 8 29 3 1 11 39 SIMPULAN
Sehari 1
0,19 Berdasarkan hasil penelitian yang
≥ 2x/ 4
4 14 13 17 61 telah dilakukan pada murid kelas 3 MI Al-
Sehari 6
5 10 Mutmainnah Kelurahan Kedung Cowek
Total 12 43 16 28
7 0 Kecamatan Bulak Surabaya, maka
Sumber: Data primer 2017 didapatkan kesimpulan bahwa terdapat
hubungan antara Frekuensi gosok gigi
Berdasarkan hasil uji chi square, dengan kejadian karies gigi.
tabel 5, diketahui bahwa anak yang
menggosok gigi <2x/ Sehari lebih banyak DAFTAR PUSTAKA
yang mengalami karies dibandingkan
dengan anak yang menggosok gigi ≥ 2x/
164 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

Ambarwati, T., Fathonah, A, Samiaji., Dewi, P., 2011. Gigi Sehat Merawat Gigi
2017. Perbedaan Menyikat Gigi Sehari-Hari. Jakarta: Penerbit Buku
Menggunakan Bulu Sikat Medium dan Kompas.
Soft terhadap Debris Index pada
Mahasiswa Jurusan Keperawatan
Gig.Jurnal Actual Research Science Harlina., 2011. Kesehatan Gigi dan
Academic. 2(2). [e-journal]. Tersedia di: Mulut. Bandung: PT. Remaja
<http://edukasional.com/index.php/ARSA Rosdakarya.
/article/view/79> [diakses tanggal 20
November 2017]. Hollins, C. 2008. Leviso’s textbook for
dental nurse. (10 th Edotion). Oxford :
Al-Malik, M. I., and Rehbini, Y. A., Willey-Blackwell.
2006. Prevalence of Dental caries,
severity and Pattern in Age 6 to 7 Year Husna, A., 2016. Peranan Orang Tua
old Children in A Selected Community In Dan Perilaku Anak Dalam Menyikat Gigi
Saudi Arabia. Contemporary Dental Dengan Kejadian Karies Anak. Jurnal
Practice, 7 (2): pp. 1-8.[e- Vokasi Kesehatan, [e-journal] II (1):
journal]Tersedia di: pp.17-23. Tersedia di:
<www.jaypeejournals.com/.../ShowText.a <http://ejournal.poltekkes-
spx?.../images/... >[diakses pada tanggal pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/do
20 November 2017]. wnload/58/34> [diakses tanggal 20
November 2017].
Andini, A., dkk., 2011. Gigi Sehat Ibadah
Dasyat . Yogjakarta: Pro-U Media Ilyas .M., dkk., 2012. Efek Penyuluhan
Metode Demonstrasi Menyikat Gigi
Anitasari, S,dkk., 2005. Hubungan Terhadap Penurunan Indeks Plak Gigi
Frekuensi Menyikat Gigi Dengan Tingkat Pada Murid Sekolah Dasar Makassar.
Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa SDN Dentofasial , 11(2): pp 91-95, [e-journal].
Di Kecamatan Palaran Kotamadya Tersedia di <http://repository.unhas.ac.id/
Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. handle/ 123456789/8953> [diakses pada
Majalah Kedokteran Gigi, 38(2): pp. 88- tanggal 20 November 2017].
90. [e-journal]Tersedia di:
<http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENT Indah, Z dkk., 2013. Penyakit Gigi, Mulut
J-38-2-10.pdf> [diakses pada tanggal 20 Dan THT. Yogyakarta: NuhaMedika
November 2017].
Izzah, Qomarul, dkk., 2012. Faktor-
Ariningrum, R., 2000. Beberapa Cara Faktor yang Mempengaruhi Angka
Menjaga Kebersihan Gigi Dan Mulut. Kejadian Karies Gigi Pada Anak Usia
Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. Sekolah Dasar 7-12 Tahun Di Kelurahan
Kenjeran Surabaya. (diakses pada tanggal
Darwita, R.R, dkk., 2010. Penerimaan 20 November 2017)
Guru SDN 03 Senen Terhadap Program
Sikat Gigi Bersama Di Dalam Kelas Pada Kemenkes RI., 2012. Buku Panduan
Murid Kelas 1 Dan 2. Cakradonya Pelatihan Kader Kesehatan Gigi Dan
Dental, 2: pp 159-250. Mulut Di Masyarakat.

Depkes RI., 2010. Laporan Hasil _________________. Rencana Program


RISKESDAS Indonesia Tahun 2010. Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut.

___________., 2013. Laporan Hasil Khotimah, K., Suhadi, M., dan Purnomo.,
RISKESDAS Indonesia Tahun 2013. 2013. Faktor – Faktor Yang
Jakarta: Badan Penelitian dan Berhubungan Dengan Kejadian Karies
Pengembangan Kesehatan. Gigi Pada Anak Usia 6-12 Tahun Di SDN
Karangayu 03 Semarang, [e-journal].
Tersedia di: <http://ejournal.
Faihatul Mukhbitin, Gambaran Kejadian Karies Gigi… 165

stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukepe <http://intisarisainsmedis. weebly. com>


rawatan/article/view/177> [diakses [diakses tanggal 20 November 2017].
tanggal 20 November 2017].
Rahim, R., 2015. Hubungan Kebiasaan
Moallemi, Z.S., 2001. Oral Health among Menggosok Gigi Malam Hari dan
Iranian Preadolescents: A School-Based Kejadian Karies Gigi Pada Anak SDN
Health Education Intervention . Karang Tengah 07 Tangerang. Forum
Dissertation. University of Helsinki. Ilmiah ,12 (1) : pp.69-79.[e-journal]
Tersedia di: Tersedia di: <http://ejurnal.
<https://helda.helsinki.fi/bitstream/ esaunggul.ac.id/>diakses pada tanggal 20
handle/ November 2017].
10138/20269/oralheal.pdf?sequence=1>
[diakses pada tanggal diakses pada Ratnaningsih, T., 2016. Hubungan Pola
tanggal 20 November 2017] Makan Dengan Kejadian Karies Gigi
Pada Anak Usia 7 – 9 Tahun. Jurnal
Tinanof, N., 2012. Potential To Improve Kesehatan Bhamada, 7(2). [e-journal]
Oral Health Care Through Evidence, Tersedia di:
Protocols, And Payment Models. Jurnal <http://ojs.stikesbhamada.ac.id/ojs/index.
Of Public Health Densitry. [e-journal]. php/jitk/article/view/108> [diakses
Tersedia di tanggal 20 November 2017].
<http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.11 Resti, EI-Auerkari, Sarwono, A.T., 2008.
11/j.1752- Pengaruh Pasta Gigi Mengandung Xylitol
7325.2012.00325.x/abstract>[diakses Terhadap Pertumbuhan Streptococcus
pada tanggal 20 November 2017]. Mutans Serotipe E (In Vitro).Indonesia
Jurnal Of Dentistry, 15 (1): pp. 15-22. [e-
Nurlia, R. U., 2011. Faktor Penyebab journal] Tersedia di:
Terjadinya Karies Gigi Pada Murid SDN <http://www.fkg.ui.edu> [diakses tanggal
1 Raha Kabupaten Muna, [e-journal]. 20 November 2017].
Tersedia
di:<http://ejournal.iainkendari.ac.id> Sari. K.E., dkk., 2012. Pengaruh
[diakses pada tanggal 20 November Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi
2017]. Dengan Metode Simulasi Ular Tangga
Terhadap Perubahan
Olivia, F., 2008. Membantu Anak Punya Pengetahuan,Sikap,Dan Aplikasi
Ingatan Super . Jakarta: Gramedia. Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah
Di SD Wilayah Paron Ngawi. [e-journal].
Ongunsile, S.E., Ojo. l., 2010. Oral Tersedia di <http://journal.unair.ac.id>
Hygiene Status Of Adolescents In A [diakses pada tanggal 20 November
Local Government Area Of Oyo State 2017].
Nigeria. Journal of Science and
Technology3 (30): pp. 81-86., [e-journal] Setyadi, D.A., 2010. Analisis Pengaruh
Tersedia di: <https://www.ajol.info/index. Faktor Hilangnya Gigi Pasien
php/just/article/view/64647>diakses pada Menggunakan Metode Regresi Logistic
tanggal 20 November 2017]. Berbasis Komputer. Tesis. Universitas
Binus. Tersedia di
Potter dan Perry., 2010. Fundamental <http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-
Keperawatan Buku 3. Edisi 7. Jakarta : 2-0066
Salemba Medika. 9%20STIF%20Bab%202.pdf>[diakses
pada tanggal 20 November 2017].
Prasada, I. D.G.B.D., 2016.,Gambaran
Perilaku Menggosok Gigi pada Siswa SD Sheiham, A., 2005. Oral Health, General
Kelas Satu dengan Karies Gigi di Wilayah Health and Quality Of Life. Bulletin Of
Kerja Puskesmas Rendang Karangasem The World Health Organization
Bali Oktober 2014. ISM, 6 (1): pp.23-33
[e-journal] Tersedia di:
166 Jurnal Promkes Vol. 6 No. 2 Desember 2018 : 155 – 166

Soebroto., 2009. Apa Yang Tidak Wong, Donna L., dkk., 2008. Buku Ajar
Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Keperawatan Pediatrik.Ed. 6, Vol.1.
Gigi Anda. Yogyakarta: Book Marks. Jakarta: EGC.

Sondang, P., dkk., 2008. Menuju Gigi Yanti, G. N., dkk., 2005. Pemilihan Dan
dan Mulut Sehat. Medan: USU Press. Pemakaian Sikat Gigi Pada Murid-Murid
SMA Di Kota Medan. Dentika Dental
Suciari, A.,Arief, Y.S., dan Rachmawati, Journal, 10(1): pp. 28-30.
P.D., 2015. Peran Orang Tua Dalam
Membimbing Menyikat Gigi Dengan Zetu, I., Zetu, L., Dogaru, C. B., Duta, C.,
Kejadian Karies Gigi Anak Prasekolah, Dumitrescu, A.L., 2014.Gender Varietion
[e-journal]. Tersedia In Psychological Factor As Defined By
di<http://journal.unair.ac.id> [diakses The Theory Of Planned Of Oral Hygiene
pada tanggal 20 November 2017]. Behavior. Procedia-Social And
Behavioral, [e-journal]124 (22): pp. 353-
Suherman., 2000. Buku Saku 357. Tersedia di:
Perkembangan Anak. Jakarta: EGC. <http://www.sciencedirect.com/science/ar
ticle /pii/S1877042814023611>[diakses
Sukanto., 2012.Metode Pemilihan Pasta pada tanggal 20 November 2017].
Gigi Yang Tepat Untuk Anak Usia Dini.
IDJ, 1 (2): pp.27-31. [e-journal] Tersedia
di:
<http://download.portalgaruda.org/article.
php?
n...Metode%20Pemilihan%20Pasta%20Gi
gi%2...>[diakses pada tanggal 20
November 2017].

Sumawinata, N., 2011. Senarai Istilah


Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Syarifudin dan Yudhia F., 2009. Promosi


Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: TIM
Utami, S., 2013. Hubungan Natara Plak
Gigi Dengan Tungkat Keparahan Karies
Gigi Anak Usia Prasekolah .IDJ 2(2): pp.
8-15. [e-journal] Tersedia di: <http://
download.portalgaruda.org/article.php?...
Hubungan%20Antara%20Plak%20Gigi%
20...>[diakses pada tanggal 20 November
2017].

Worotitjan, I., dkk., 2013. Pengalaman


Karies Gigi Serta Pola Makan Dan
Minum Pada Anak Sekolah Dasar.
Journal e-Gigi (eG), 1(1): pp. 59-68. [e-
journal]Tersedia di:
<https://ejournal.unsrat.ac.id>[diakses
pada tanggal 20 November 2017].

WHO. 2003. The World Oral Health


Report. http:// www.who.int/oral
health/media/en/orh-report03- en.pdf
(diakses pada tanggal 20 November 2017)

Вам также может понравиться