Вы находитесь на странице: 1из 93

PAKET SOAL BAHAS UMP

MATA KULIAH AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH-I


SOAL UTS GENAP TA. 2017-2018

SOAL PILIHAN GANDA

1. B 16. A
2. C 17. D
3. A 18. B
4. D 19. B
5. B 20. B
6. A 21. B
7. C 22. A
8. B 23. C
9. D 24. D
10. C 25. C
11. D
12. A
13. A
14. B
15. C

SOAL PROBLEM

1. JAWAB:
a. Hal ini melanggar prinsip Economy entitiy assumption. “ The economic entitiy
assumption means that economy activity can be identified with a particular unit of
accountability, In other words, a company keeps its activity separate and distinct from
its owners and any other business unit..” (Kieso,hal38). Jadi, perusahaan harus
memisahkan pencacatan antara pencatatan usaha dengan transaksi pribadi pemilik.
Jurnal:
Prive 500.000.000
Cash 500.000.000
b. “IFRS requires that companies account for and report many assets and liabilities on
the basis of acquisition price...”.(Kieso,hal 38). Sehingga jurnal ini melanggar prinsip
Historical cost dimana bahwa pengakuan yang benar berdasarkan jumlah yang
dibayar untuk mendapatkan assets tersebut.
Jurnal:
Equipment 225.000.000
Cash 225.000.000

c. Menyalahi aturan Full disclosure principle, karena jurnal tersebut tidak


mengungkapkan secara lengkap selling ecpense tersebut. Seharusnya jurnal tersebut
diberi Supplementary Information agar jurnal tersebut dapat dimengerti dan
dimaklumi sepenuhnya.
Jurnal:
Selling Expense 450.000.000
(For paying building)
Cash 450.000.000
d. Melanggar Revenue recognition principle. “ The revenue recognition principle
therefore requires that companies recognize revenue in the accounting periode in
which the performance obligation is satisfied...”.(Kieso,hal 42). Maka, penagkuan
pendapatan harusnya dilakukan pada saat pesanan tersebut dikirimkan yakni periode
2017. Maka jurnal tersebut dicatat pada periode 2017, bukan 2018

2. JAWAB:
a. Jurnal Penyesuaian:
a) Insurance expense 1.200
Prepaid insurance 1.200

b) Supplies expense 1.750


Supplies 1.750

c) Depreciation expense-building 6.750

Accumulated dep-building 6.750

(150.000-(150.000x10%)) x 5%

Depreciation expense-equipment 4.500

Accumulated dep-equipment 4.500


d) Cash 90
Loss on sale vehicle 20
Vehicle 110

e) Cash dividen 4.000


Dividend Payable 4.000

PT PRIMA KARYA NUSA


STATEMENT OF PROFIT OR LOSS AND
OTHER COMPREHENSIVE INCOME
For The Year ended December 31,2017

Sales Revenue Rp 125.000

Cost Of Goods Sold 95.000

Gross Profit 30.000

Selling and administrative expense

Salaries and wages expense Rp 5.500

Utilities expense 1.500 7.000

Other Income and expense

Loss on sale vehicle 20

Income from operation 22.980

Interest expense 1.750

Income before income tax 21.230

Income tax 5.307,5

Income from continuing operations 15.922,5

Gain on discontinued operations 200

Less: Aplicable income tax 50 150

Net Income 16.072,5


3.
PT DZAKKY
STATEMENT OF FINANCIAL POSITION
As of December 31,2016

Assets
Current Assets
Cash on hand in banks Rp 2.106.000.000
Account receivable 840.000.000
Inventories 420.000.000
Total current assets 3. 366.000.000
Noncurrent Assets
Intangible assets
Goodwill 150.000.000
Property,plant and equipment
Land 3.090.000.000
Long term investments:
Invesments in held
for-collection Securities 960.000.000
Total noncurrent assets 4.200.000.000
Total Assets 7.566.000.000
Equity
Share capital-ordinary 3.400.000.000
Share premium 500.000.000
Retained earnings* 336.000.000
*(7.566.000.000-3.330.000.000)
Total Equity 4.236.000.000
Liabilities
Current Liabilities
Account payable 1.200.000.000
Noncurrent Liabilities
Long term notes payable 300.000.000
Bonds payable 1.830.000.000
Total noncurrent liabilities 2.130.000.000
Total Liabilities 3.330.000.000
Total Liabilities and Equity 7.566.000.000
4. REKONSILIASI KAS
1.
PT. CERITA
BANK RECONCILIATION
Bank, March 31, 2016

Balance per bank statement (end of period) Rp 10.960.060


Add : Deposits in transit (b) Rp 8.773.340
Bank Error (a) 11.008.250 19.781.590
Deduct : Outstanding check (d) 450.000
Correct cash balance 9.175.150

Balance per books 6.904.650


Add : Interest collected by bank(c) 3.710.000
Deduct : Error in check (e) 270.000
Bank Service Charge(f) 40.000
NSF Check returned (g) 1.129.500 1.439.500
Correct cash balance 9.175.150

2. The journal entries:

Cash 3.710.000
Interest Revenue 3.710.000
(To record interest on PT. Cerita, bonds, collected by bank)

Cash 270.000

Accounts Payable 270.000


(To correct error in books)

Office expense (bank charge) 40.000


Cash 40.000
(To record bank service charge for March)

Accounts Receivable 1.129.500


Cash 1.129.500
(To record customer’s check returned NSF)
5. RECEIVABLES
GROSS METHOD NET METHOD
Sales of Rp 12.500.000, terms 2/10, n/30
Accounts Receivable 12.500.000 Accounts Receivable 12.250.000
Sales revenue 12.500.000 Sales revenue 12.250.000

Payment on Rp7.500.000 of sales received


Cash 7.350.000 Cash 7.500.000
Sales Discounts 150.000 Accounts Receivable 7.500.000
(7.500.000 x .02)
Accounts Receivable 7.500.000
Payment on Rp5.000.000 of sales received after discount periode
Cash 5.000.000 Accounts Receivable 100.000
Accounts Receivable 5.000.000 Sales Discounts 100.000
Forfeird (5.000.000 x.02)

Cash 5.000.000
Accounts Receivable 5.000.000

When you succeed, you earn something. When you fail, you learn something.
You need both. – Dr. Bilal Philips

Nurzafira Eriza
CP: 0821 8276 9839
JAWABAN PPh PotPut UTS Semester Ganjil
I. PILIHAN GANDA
1. D. Paling lama 1 bulan setelah tahun kalender berakhir atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja
Pemotong harus memberikan bukti potong PPh pasal 21 kepada pegawai tetap atau
penerima pensiun berkala 1 bulan setelah tahun kalender atau setelah yang
bersangkutan berhenti bekerja.
2. A. Setiap kali melakukan pemotongan pph pasal 21
Kepada selain pegawai tetap dan penerima pensiun berkala bukti pemotongan harus
diberikan setiap kali melakukan pemotongan. Dan dalam hal kepada penerima
penghasilan dilakukan lebih dari 1 kali pembayaran penghasilan, maka bukti
pemotongan dapat dibuat sekali untuk 1 bulan kalender.
3. A. Rp. 200.000/bulan sesuai bulan perolehan
Biaya pensiun maks Rp. 200.000/bulan atau Rp. 2.400.000/tahun
4. D. Pejabat perwakilan diplomatik dari negara asing
Yang dikecualikan dari penerima penghasilan yang dipotong pph pasal 21 :
- Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat dan orang-orang yang diperbantukan
bersama mereka dengan syarat bukan Subjek Pajak
- Pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan Subjek Pajak
5. C. Pemotong PPh pasal 21
6. B. 5% dari penghasilan bruto
7. A. Penghasilan bruto
DPP bagi WPLN adalah Ph. Bruto
8. D. Penghasilan bruto- biaya jabatan- iuran pensiun yang dibayar sendiri
9. D. 120% dari jumlah PPh pasal 21 yang seharusnya dipotong
Penerima Penghasilan yang tidak memiliki NPWP dengan syarat bukan final maka
besarnya PPh 21 lebih tinggi 20% dari seharusnya
10. B. Tarif pasal 17x Penghasilan Bruto Kumulatif
DPP bagi Komisaris, Mantan Pegawai dan penarikan dana pensiun oleh pegawai
adalah sebesar Ph. Bruto Kumulatif
11. D. Pemberian hadiah berupa susu selama satu tahun kepada Ny. Dini, oleh PT Susu
Segar
Hadiah berupa susu dari PT Susu Segar termasuk natura yang dikecualikan dari objek
pajak selama tidak diberikan oleh WP yang dikenakan PPh final atau deemed profit
dan yang tidak diberikan oleh bukan subjek pajak
12. C. Murtini, pegawai PT Mudah yang dipindahkan ke cabang Surabaya per tanggal 1
Agustus 2017
Pegawai pindah cabang maka perhitungnnya disetahunkan. Poin a belum menjadi
SPDN karena hanya 5 bulan diindonesia.
13. D. Melaporkan pemotongan ke KPP tempat karyawan terdaftar
14. D. Rp. 72.000.000,00 (asumsi suami tidak bepenghasilan)
15. C. 2 tahun kalender
16. A. 0%
Sersan adalah pangkat bintara dalam sistem pangkat ketentaraan
17. B. Gaji
Imbalan kepada bukan pegawai dapat berupa honorarium, upah, fee, komisi.
18. A. Rp. 200.000
Biaya pensiun maks Rp. 200.000/bulan atau Rp. 2.400.000/tahun
19. C. Dapat diperhitungkan PPh pasal 21 untuk masa pajak berikutnya
20. D. PPh Pasal 4 ayat (2)
Pph pasal 4 ayat (2) bersifat final sehingga tidak bisa dikreditkan

II. ESSAY
1. Pph pasal 21/26 adalah pajak penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi
Dasar Hukum : - Pasal 21 UU No. 7 tahun 1983 sttd UU No. 36 tahun 2008
- Pasal 1 PER 16/PJ/2016

2. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang
pribadi yang merupakan:
a. Pegawai;
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
c. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pemberian jasa contoh : dokter, arsitek, olahragawan, pemain musik dll
d. Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai
Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama
e. Mantan pegawai; dan/atau
f. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan seperti peserta lomba olahraga,
peserta rapat, konferensi, sidang dll.
Pasal 3 PER 16/PJ/2016

3. Natura/kenikmatan umumnya bukan merupakan objek pajak bagi si penerima.


Namun ada ketentuan-ketentuan yang menyebabkan natura menjadi objek pajak bagi
si penerima jika si pemberi natura adalah yang berikut ini :
- Bukan Subjek Pajak
- WP yang dikenakan PPh final/Norma Perhitungan Khusus (deemed profit)
Diluar 2 pemberi tersebut maka natura bukan merupakan objek pajak bagi si penerima
artinya tidak menambah jumlah penghasilan bruto si wajib pajak.
Pasal 5 ayat 2 PER 16/PJ/2016

4. Maret 2017 – Mulai bekerja


Juli 2017 - Pindah kerja ke perusahaan yang tidak ada hubungannya
Nov 2017 - Meninggalkan indonesia untuk selama lamanya
Secara kronologi maka sejak bulan maret s.d bulan mei di PT. X perhitungan pph pasal
21 sama seperti pegawai tetap biasa hanya basis perkalian gaji setahun (pengali 10)
karena sejak maret dan Pph terutang selama 10 bulan dibagi 10 untuk setiap bulannya.
Bulan Juni dilakukan perhitungan kembali sebelum pindah tanpa disetahunkan
karena perusahaan pegawai tersebut pindah (PT. Y) tidak ada hubungannya dengan
perusahaan sebelumnya (PT.X) . Hasilnya merupakan pajak kurang/lebih dipotong
selama di PT. X
Bulan Juli s.d agustus di PT. Y perhitungan seperti pegawai tetap biasa dengan basis
perkalian gaji setahun (pengali 6) karena sejak juli dan PPh terutang 6 bulan dibagi 6
untuk setiap bulannya.
Bulan September (akhir bulan sebelum meninggalkan indonesia selama-lamanya)
dilakukan perhitungan kembali PPh pasal 21 selama bekerja di PT. Y dengan
disetahunkan karena kewajiban subjektif pegawai tetap tersebut telah diketahui tidak
setahun penuh. Hasilnya merupakan pajak kurang/lebih dipotong selama di PT. Y

5. Perbedaan mendasar perhitungan PPh 21 atas bukan pegawai yang menerima


penghasilan berkesinambungan dan yang tidak berkesinambungan :

 Berkesinambungan
- Dari satu pemberi kerja (50%x Ph. Bruto)-PTKP Bulanan (Kumulatif)
- Lebih dari satu pemberi kerja (50%x Ph. Bruto (Kumulatif)

 Tidak Berkesinambungan (50%x Ph. Bruto)


Dari ilustrasi diatas jelas terlihat perbedaan bahwa bukan pegawai yang tidak
memberikan jasa secara berkesinambungan tidak dikenakan atas 50%x Ph. Bruto
Kumulatif nya karena oleh bukan pegawai ini hanya memperoleh satu kali penghasilan
dalam satu tahun kalender.
Berbeda dengan bukan pegawaai yang menerima imbalan yang bersifat
berkesinambungan baik itu dari satu pemberi kerja atau lebih, Phkp dikenakan atas
50%x Ph. Bruto secara kumulatif baik itu dari satu pemberi kerja maupun yang lebih
dari satu pemberi kerjanya. Bedanya jika satu pemberi kerja mendapat pengurangan
PTKP bulanan.

6. Secara Umum Pph 21 yang bersifat final ada 3 macam :


- Penerima Uang Pesangon yaitu uang yang diberikan kepada pekerja atas pemutusan
hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja, termasuk uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak.
Ph. Bruto Tarif
Rp.0- Rp.50.000.000 0%
Rp.50.000.000- Rp.100.000.000 5%
Rp.100.000.000- Rp.500.000.000 15%
Diatas Rp. 500.000.000 25%
-Penerima Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, Jaminan Hari Tua yang
dibayarkan sekaligus. Maksud dibayarkan sekaligus adalah meliputi :
 Pembayaran sebanyak banyaknya 20% dari manfaat pensiun yang dibayarkan
sekaligus saat pegawai memasuki masa pensiun atau meninggal dunia;
 Pembayaran manfaat pensiun bulanan yang lebih kecil dari suatu jumlah yang
ditetapkan dari waktu ke waktu oleh Menteri Keuangan yang dibayarkan secara
sekaligus
 Pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara
Dana Pensiun membeli anuitas seumur hidup.

Ph. Bruto Tarif


Rp.0- Rp.50.000.000 0%
Di atas Rp.50.000.000 5%

Tarif diatas bersifat kumulatif apabila dibayarkan dalam jangka waktu paling lama
2 tahun kalender. Di tahun ketiga dan tahun berikutnya pemotongan pph 21
dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) atas jumlah bruto seluruh penghasilan
dari msaing masing tahun kalender. PPh yang dipotong menjadi tidak final
- Pph 21 pejabat negara, PNS, TNI/Polri dan pensiunannya atas penghasilan yang
menjadi beban APBN/APBD
Uraian
1. PNS Golongan I dan II, TNI/Polri Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara dan
Pensiuannya (tarif 0%)
2. PNS Golongan III, TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan pensiunannya
(tarif 5%)
3. PNS Golongan IV, TNI/Polri Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi, dan pensiunannya (tarif 15%)
PP 68 Tahun 2009
PP 80 Tahun 2010
STUDI KASUS I

A. Pph 21 bulan Januari s.d Juni


Gaji sebulan 9.000.000
Premi JKK (0,5%x9.000.000) 45.000
Premi JKM (0,3%x9.000.000) 27.000
Penghasilan Bruto Sebulan 9.072.000

Biaya Jabatan 453.600


Iuran JHT (2%x9.000.000) 180.000
(asumsi iuran pensiun yang
Iuran Pensiun 500.000 dibayar sendiri 500.000)
Pengurang 1.133.600

Penghasilan neto sebulan 7.938.400


Penghasilan neto setahun 95.260.800
PTKP (TK/0) 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 41.260.800

5%x41.260.800 2.063.040
Pph 21 terutang setahun 2.063.040
Pph 21 terutang sebulan 171.920
pph 21 terutang sebulan tanpa
NPWP 206.304

Pph 21 bulan juli (atas rapel)


Perhitungan Pph 21 Kenaikan
B. gaji
Gaji sebulan 11.000.000
Premi JKK (0,5%x11.000.000) 55.000
Premi JKM (0,3%x11.000.000) 33.000
Penghasilan Bruto Sebulan 11.088.000

Biaya Jabatan 500.000


Iuran JHT (2%x11.000.000) 220.000
Iuran Pensiun 500.000
1.220.000

Penghasilan neto sebulan 9.868.000


Penghasilan neto setahun 118.416.000
PTKP (TK/0) 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 64.416.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x14.416.000 2.162.400
Pph 21 terutang setahun 4.662.400
Pph 21 terutang sebulan 388.533
Pph 21 terutang sebulan tanpa
NPWP 466.240
(120%X388.533)

Pph 21 seharusnya dipotong


(6x466.240) 2.797.440
Pph 21 telah dipotong
(6x206.304) 1.237.824
Pph 21 atas rapel 1.559.616

Pph 21 bulan juli 2.025.856


pph 21 bulan agustus 466.240

Pph 21 atas pendaftaran


NPWP(september)
Pph 21 terutang sebulan pada bulan bulan sebelumnya 466.240
Pemotongan karena tambahan
20% setiap bulan ketika tnpa 621.653
ada NPWP
(20%/120%x8x502.240)
Pph 21 yang dipotong bulan
september (155.413)

C. Pph 21 atas bonus (oktober)


Gaji Setahun (11.000.000x12) 132.000.000
Bonus 20.000.000
Premi JKK 660.000
Premi JKM 396.000
Ph. Bruto setahun 153.056.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran Pensiun 6.000.000
Iuran JHT 2.640.000
Pengurang 14.640.000

Penghasilan Neto Setahun 138.416.000


PTKP (TK/0) 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 84.416.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%*22.560.000 5.162.400
Pph 21 terutang setahun atas
ph. Teratur dan tidak 7.662.400
Pph 21 atas Ph. Teratur
Gaji Setahun (11.000.000x12) 132.000.000
Premi JKK 660.000
Premi JKM 396.000
Ph. Bruto 133.056.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran Pensiun 6.000.000
Iuran JHT 2.640.000
Pengurang 14.640.000

Penghasilan Neto Setahun 118.416.000


PTKP (TK/0) 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak 64.416.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x2.560.000 2.162.400
Pph 21 terutang atas Ph Teratur 4.662.400

Pph 21 atas bonus


Pph 21 terutang setahun atas ph. Teratur dan
tidak 7.662.400
Pph 21 terutang atas Ph Teratur 4.662.400
Pph 21 atas bonus 3.000.000

Pph 21 bulan oktober


Pph 21 atas ph. Teratur (setelah kenaikan
gaji) 388.533
Pph 21 atas bonus 3.000.000
Kompenasi lebih bulan september - 155.413
Pph 21 bulan oktober 3.233.120

Perhitungan akhir tahun (desember)


Gaji setahun 132.000.000
Premi JKK 660.000
Premi JKM 396.000
Bonus 20.000.000
Ph. Bruto 153.056.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran JHT 2.640.000
Iuran pensiun 6.000.000
Pengurang 14.640.000

Penghasilan neto setahun 138.416.000


PTKP(TK/0) 54.000.000
Phkp 84.416.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x34.416.000 5.162.400
Pph 21 setahun 7.662.400

Pph 21 bulan desember


Pph 21 setahun 7.662.400
Pph 21 dipotong bulan jan s.d juni 1.237.824
Pph 21 bulan juli 2.025.856
Pph 21 dipotong bulan agustus 466.240
Pph 21 dipotong bulan september -
Pph 21 dipotong bulan oktober 3.233.120
Pph 21 dipotong bulan november 388.533
Pph 21 bulan desember 310.827

Rekap Pemotongan Pph 21 setiap bulan


Januari 206.304
Februari 206.304
Maret 206.304
April 206.304
Mei 206.304
Juni 206.304
Juli 2.025.856
Agustus 466.240
September - 155.413
Oktober 3.233.120
November 388.533
Desember 310.827

*oktober = setelah dikurangi kompensasi bulan September

STUDI KASUS II
Pph 21 Terutang Setiap Bulan di
A. Jakarta
Gaji sebulan 10.000.000
Premi JKK 50.000
Premi JKM 30.000
Ph Bruto Sebulan 10.080.000

Biaya Jabatan 500.000


Iuran JHT 200.000
Iuran Pensiun 200.000
Pengurang 900.000

Penghasilan Neto Sebulan 9.180.000


Penghasilan Neto Setahun 110.160.000
PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 42.660.000
Pph 21 terutang setahun
5%*42.660.000 2.133.000
Pph 21 terutang sebulan 177.750

Pph 21 atas THR (Bulan Juli)


-
Pph 21 atas Ph. Teratur dan THR
Gaji Setahun(10.000.000x12) 120.000.000
THR 15.000.000
Premi JKK 600.000
Premi JKM 360.000
Ph. Bruto Setahun 135.960.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran JHT 2.400.000
Iuran Pensiun 2.400.000
Pengurang 10.800.000

Penghasilan Neto Setahun 125.160.000


PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 57.660.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%*7.660.000 1.149.000
Pph 21 Setahun atas Ph. Teratur dan
THR 3.649.000

Pph 21 atas Ph. Teratur


Gaji Setahun(10.000.000x12) 120.000.000
Premi JKK 600.000
Premi JKM 360.000
Ph. Bruto 120.960.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran JHT 2.400.000
Iuran Pensiun 2.400.000
Pengurang 10.800.000

Penghasilan Neto Setahun 110.160.000


PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 42.660.000

Pph 21 terutang setahun atas Ph.


Teratur
5%x42.660.000 2.133.000

Pph 21 atas THR


Pph 21 Setahun atas Ph. Teratur dan
THR 3.649.000
Pph 21 terutang setahun atas Ph.
Teratur 2.133.000
Pph 21 atas THR 1.516.000

Pph 21 akhir bulan sebelum pindah


Cabang
Gaji Januari s.d Agustus 80.000.000

15.000.000
THR
Premi JKK 400.000
Premi JKM 240.000
Ph. Bruto 95.640.000

Biaya Jabatan 4.000.000


Iuran JHT 1.600.000
Iuran Pensiun 1.600.000
Pengurang 7.200.000

Penghasilan Neto Januari s.d Agustus 88.440.000


Penghasilan Neto disetahunkan X12/8 132.660.000
PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 65.160.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x15.160.000 2.274.000
Pph 21 disetahunkan terutang 4.774.000
Pph 21 bulan Januari s.d Agustus x8/12 3.182.667

Pph 21 bulan Agustus


Pph 21 bulan Januari s.d Agustus x8/12 3.182.667
Pph 21 dipotong bulan Jan s.d Juni 1.066.500
Pph 21 dipotong bulan Juli 1.693.750
Pph 21 bulan Agustus (Lebih dipotong) 422.417

B. Pph 21 terutang setiap bulan di Bandung


(Sept, Okt, Nov)
Gaji sebulan 12.000.000
Premi JKK 60.000
Premi JKM 36.000
Ph Bruto Sebulan 12.096.000

Biaya Jabatan 500.000


Iuran JHT 240.000
Iuran Pensiun 200.000
Pengurang 940.000

Penghasilan Neto Sebulan 11.156.000

Penghasilan Neto di Bandung (x4) 44.624.000


Penghasilan Neto di Jakarta 88.440.000
Penghasilan Neto Setahun 133.064.000
PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 65.564.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x15.564.000 2.334.600
Pph 21 terutang setahun 4.834.600
Pph 21 dipotong di jakarta 3.182.667
Pph 21 4 bulan di bandung 1.651.933
Pph 21 sebulan 412.983

C.
Pph 21 bulan Desember di
Bandung
Gaji Sept s.d Des 48.000.000
Premi JKK 240.000
Premi JKM 144.000
Ph. Bruto 48.384.000

Biaya Jabatan 2.000.000


Iuran JHT 960.000
Iuran Pensiun 800.000
Pengurang 3.760.000

Penghasilan Neto 4 bulan 44.624.000


Penghasilan Neto di Jakarta 88.440.000
Penghasilan Neto setahun 133.064.000
PTKP (K/2) 67.500.000
Penghasilan Kena Pajak 65.564.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x15.564.000 2.334.600
Pph 21 terutang setahun 4.834.600
Pph 21 bulan Desember
Pph 21 terutang setahun 4.834.600
Pph 21 dipotong di Jakarta 3.182.667
Pph 21 dipotong Sept s.d Nov 1.238.950
Pph 21 bulan Des 412.983

Rekap Pemotongan Pph dikantor Jakarta dan bandung


Januari 177.750
Februari 177.750
Maret 177.750
April 177.750
Mei 177.750
Juni 177.750
Juli 1.693.750
Agustus 422.417
September 412.983
Oktober 412.983
November 412.983
Desember 412.983

STUDI KASUS 3

Mantan Komisaris - gaji yang diterima tetap dianggap sebagai pekerjaannya ketika menjadi
komisaris
Komisaris pegawai tetap - perlakuan perhitungan pph 21 sama seperti pegawai tetap

Mantan Komisaris
Honor
Pph 21 bulan juni =
Juni 10.000.000 5%x10.000.000= 500.000
Pph 21 bulan agustus =
September 20.000.000 5%x20.000.000= 1.000.000

Komisaris Sebagai Pegawai


Tetap
*asumsi komisaris sebagai pegawai dimulai sejak bulan januari jadi basis bulan tetap 12

a. Juni
Gaji sebulan 3.000.000
Tunjangan 7.000.000
Ph. Bruto sebulan 10.000.000

Biaya Jabatan 500.000


Iuran Pensiun 100.000
Pengurang 600.000

Ph. Neto Sebulan 9.400.000


Ph. Neto Setahun 112.800.000
PTKP (K/1) 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 49.800.000

5%x49.800.000 2.490.000
Pph 21 setahun 2.490.000
Pph 21 sebulan (bulan juni) 207.500

B. Honorarium(Ph tidak
teratur)
Gaji setahun 36.000.000
Tunjangan 84.000.000
Honorarium 30.000.000
Ph bruto sebulan 150.000.000

Biaya Jabatan 6.000.000


Iuran pensiun 1.200.000
Pengurang 7.200.000

Ph. Neto setahun 142.800.000


PTKP (K/1) 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak 79.800.000

5%x50.000.000 2.500.000
15%x29.800.000 4.470.000
Pph 21 setahun atas gaji
dan honorarium 6.970.000
Pph 21 setahun atas gaji 2.490.000
Pph 21 atas honorarium 4.480.000

Pph 21 bulan september 4.687.500

PT.Hijau Daun
PPh yang dipotong Bulan jumlah
Juni Rp 500.000
September Rp 1.000.000

PT.Biru Langit
PPh yang dipotong bulan jumlah
Juni Rp 207.500
September Rp 4.687.500
STUDI KASUS 4
Bulan Juni
Upah harian hingga hari ke 15 tidak dipotong Pph karena masih <= 450.000 yaitu 300.000

Hari ke-16 (kumulatif > 4.500.000)


Upah Kumulatif 16 hari 4.800.000
PTKP 16 hari 2.400.000
Phkp hari ke 11 2.400.000

Pph terutang hari ke 11 120.000

Hari ke-17 s.d 23


Upah Sehari 300.000
PTKP Sehari 150.000
Phkp sehari 150.000

Pph 21 hari ke-17 s.d 23 setiap hari 7.500

Bulan Juli
Tidak dipotong Pph 21 karena Ph. Harian tidak lebih 450.000 dan Ph. Kumulatif 1 bulan tidak lebih
4.500.000

“Ketika Belajar Dianggap Sebagai Ibadah, Prestasi akan Menjadi Sebuah


Dakwah”
CP : Zulfahmi
082283349536
I. SOAL PILIHAN GANDA
1. D. 29 agustus 2013
Jatuh tempo SKPKB 1 bulan sejak tanggal diterbitkan.
2. B. Berpangkat serendah rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a
- Syarat Juru Sita Pajak :
- Ijazah serendah rendahnya SMA/setingkat dengan itu
- Pangkat serendah rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a
- Berbadan Sehat
- Lulus Pendidikan dan latihan juru sita pajak
- Jujur, tanggung jawab dan penuh pengabdian
3. B. SKPKB – Surat Teguran – SP – SPMP – Pengumuman Lelang – Pelaksanaan
Lelang
4. C. Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak
5. B. Penangung pajak tidak melunasi utang pajak sekaligus dan mengajukan
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
SP diterbitkan jika :
- Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah terbit ST/Surat
Peringatan/sejenisnya
- Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan pajak seketika dan
sekaligus
- Penangung pajak tidak memenuhi ketentuan angsuran dan penundaan pembayaran
pajak
6. C. Tempat Pembayaran Tunggakan
7. A. Kurator
8. C. Pengadilan Pajak
9. C. 2x24 jam diterbitkannya surat paksa
10. B. Barang Penangung Pajak yang dapat dijadikan jaminan utang pajak
11. C. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari usaha
12. B. Akte Persetujuan Pengalihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari
penanggung pajak kepada pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan
tempat penyertaan modal.
13. C. Adik Kandung
Yang dilarang membeli barang sitaan:
-Pejabat dan Juru Sita
-Istri
-Anak Angkat
-Keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus
14. D. Penyitaan
15. C. Pimpinan bank yang bersangkutan
16. A. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan
pajak dan utang pajak’
17. C. Kolam ikan
18. A. Pengumuman Lelang dilakukan 14 hari setelah tanggal penyitaan
Jangka waktu pengumuman lelang pertama dan kedua untuk barang tidak bergerak
adalah 15 hari.
19. D. Nama pejabat lelang
20. B. 2 (dua)
21. A. Rp. 20.000.000,-
22. D. Kepala kantor Pelayanan Pajak
Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang untuk :
- menentukan dilepas atau tidaknya barang yang dilelang apabila harga
penawaran yang diajukan oleh calon pembeli lebih rendah dari harga limit yang
ditentukan
- menghentikan lelang apabila hasil lelang cukup untuk melunasi utang pajak dan
atau biaya penagihan pajak
23. D. Tetap dapat dilanjutkan
Lelang tetap dilaksanakan meskipun :
- Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan dan belum memperoleh keputusan
keberatan
- Wajib Pajak/ Penanggung pajak tidak hadir

24. Harus dihentikan pelaksanaan lelang


25. Uang
26. B. Tetap dapat dilaksanakan
27. C. Biaya Penagihan Pajak
28. D. Masuk dalam daftar 10 orang terkaya di Indonesia
29. A. Menteri Keuangan
30. C. Penanggung pajak melarikan diri ke Luar Negeri
31. B. Identitas Penanggung Pajak, alasan pencegahan, dan jangka waktu pencegahan.
32. -
33. D. Jawaban a, b dan c benar
34. A. Pengadilan Negeri
35. B. Rp. 100.000,- setiap hari selama masa penyanderaan yang dijalaninya atau jumlah
lain yang ditetapkan KMK.

II. SOAL ESAI


1. STP, SKPKB, SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan
Peninjauan Kembali.
Khusus untuk PBB maka SPPT PBB, SKP PBB, STP PBB
2. Dapat karena terbit surat paksa sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 1 UU
19 tahun 2000 huruf b dan c, surat paksa dapat diterbitkan apabila :
- Terhadap PP telah dilakukan penagihan seketika sekaligus
Dalam hal ini surat paksa dapat diterbitkan sebelum atau sesudah surat
teguran/surat peringatan/surat lain yang sejenis
- PP tidak memenuhi ketentuan angsuran atau penundaan
Misal dalam hal WP mengalami kesulitan likuiditas, kepada PP atas dasar
permohonannya diberikan persetujuan pengangsuran atau penundaan melalui
keputusan pejabat. Dan kemudian apabila PP tidak memenuhi ketentuan angsuran
atau penundaan tersebut maka dapat diterbitkan SP sebelum Surat Teguran/surat
peringatan/surat lain yang sejenis
3. Dua upaya yang bisa dilakukan jika wp tidak mampu secara finasial melunasi
utang pajak :
- Menunggu hingga WP memiliki aset atau kemampuan finansial untuk melunasi
utang pajak
- Menghapus piutang pajak tersebut
Syarat penghapusan piutang pajak (PMK 68/PMK.03/2012)
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah
piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:
• Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak
mempunyai harta warisan atau kekayaan;
• Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
• hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
• dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah
dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan; atau
• hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak badan adalah piutang
pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena:
• Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;
• hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
• dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah
dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang perpajakan; atau
• hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan
karena kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan
dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
4. Tugas Jurusita Pajak :
Memberitahukan Surat Paksa
Melaksanakan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus
Melaksanakan penyitaan atas barang PP berdasar SPMP
Melaksanakan penyanderaan atas Surat Perintah Penyanderaan.
Wewenang Jurusita Pajak :
- memasuki dan memeriksa ruangan termasuk membuka lemari, laci, atau tempat lain
untuk menemukan objek sita.
- meminta bantuan kepada Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi
hukum dan perundang-undangan, Pemda setempat, BPN, Dirjen Perhubungan laut,
PN, Bank, atau pihak lain dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak.
- menjalankan tugasnya di wilayah kerja Pejabat yg mengangkatnya, kecuali
ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri/Kepala Daerah.
5. a. Jika PP menolak menerima SP maka Jurusita pajak meninggalkan surat paksa dan
mencatatnya dalam Berita Acara bahwa penanggung pajak tidak mau menerima Surat
Paksa dan surat paksa dianggap telah diberitahukan.
b. Jika PP sedang diluar kota maka Salinan Surat Paksa disampaikan kepada
penanggunng pajak melalui aparat Pemda setempat sekurang-kurangnya sekretaris
desa atau kelurahan.
c. Jika PP tidak dapat ditemukan maka SP dilaksanakan dengan cara menempelkan SP
pada papan pengumuman kantor pejabat yang menerbitkan SP, mengumumkan
melalui media massa atau cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri/Kepala Daerah.
6. Jika objek sita berada diluar wilayah kerja Pejabat tempat WP terdaftar maka Pejabat
yang menerbitkan SP meminta bantuan kepada pejabat yang wilayah kerjanya
meliputi letak objek sita berada untuk menerbitkan SPMP terhadap objek sita.
7. Proses penagihan pajak dalam hal PP sedang mengajukan upaya hukum banding dan
keberatan merujuk pada pasal 25 ayat 7 UU KUP (keberatan) dan pasal 27 ayat 5a UU
KUP (banding) :
Pasal 25 ayat 7 UU KUP :
Dalam hal WP mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak atas jumlah
pajak yang belum dibayar pada saat mengajukan keberatan, tertangguh sampai
dengan 1 bulan sejak tanggal diterbitkan SK Keberatan.
Pasal 27 ayat 5a UU KUP :
Dalam hal WP mengajukan Banding, jangka waktu pelunasan pajak atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat mengajukan keberatan, tertangguh sampai dengan 1
bulan sejak tanggal diterbitkan Putusan Banding.
8. Maksudnya adalah mempunyai kekuatan hukum eksekutorial dan kedudukan hukum
yang sama dengan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap. Dengan demikian, Surat Paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa bantuan
putusan pengadilan dan tidak dapat diajukan banding.
Pasal 7 ayat 1 UU 19 tahun 2000
9. Penanggung Pajak dilarang:
a. memindahkan hak, memindahtangankan, menyewakan, meminjamkan,
menyembunyikan,menghilangkan, atau merusak barang yang telah disita;
b. membebani barang tidak bergerak yang telah disita dengan hak tanggungan untuk
pelunasan utang tertentu;
c. membebani barang bergerak yang telah disita dengan fidusia atau diagunkan untuk
pelunasan utang tertentu; dan atau
d. merusak, mencabut, atau menghilangkan segelsita atau salinan Berita Acara
Pelaksanaan Sita yang telah ditempel pada barang sitaan
Pasal 23 ayat 1 UU 19 tahun 2000
10. Proses pelaksanaan penyitaaan :
- Dilaksanakan oleh jurusita pajak dalam hal PP tidak melunasi utang pajak dalam
jangka waktu 2x24 jam setelah surat paksa diberitahukan
- Penyitaan tersebut disaksikan oleh minimal 2 orang yang telah dewasa, penduduk
indonesia, dikenal jurusita pajak dan dapat dipercaya.
- setelah selesai melakukan penyitaan maka jurusita pajak membuat BAPS dengan
ditandatangani jurusita pajak, PP dan Saksi saksi. Jika badan maka ditandatangani oleh
: pengurus, kepala cabang, kepala perwakilan, penanggung jawab, pemilik modal, atau
pegawai tetap perusahaan.
- Jika PP tidak hadir maka penyitaan tetap dapat dilaksanakan dengan syarat :
• Salah seorang saksi berasal dari Pemda setempat
• BAPS hanya ditandatangani Jurusita pajak dan saksi saksi
- Salinan BAPS ditempelkan dibarang bergerak atau tidak bergerak yang disita atau
tempat barang berada atau tempat umum
- Atas barang yang disita diberi segel sita
Pasal 12 UU 19 tahun 2000
11. – Nilai barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dn utang
pajak; atau
-hasil lelang barang yang disita tidak cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan
utang pajak.
Pasal 21 UU 19 tahun 2000
12. Uang Jaminan Penawaran Lelang adalah sejumlah uang yang disetor kepada
Bendahara Penerimaan KPKNL atau Balai Lelang atau Pejabat Lelang oleh calon
Peserta Lelang sebelum pelaksanaan lelang sebagai syarat menjadi Peserta Lelang.
Pasal 1 PMK 27/PMK.06/2016
13. Lelang tidak dapat dilaksankan apabila:
- penaggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.
- berdasarkan keputusan pengadilan, yang mengabulkan gugatan pihak ketiga atas
kepemilikan barang yang disita
- putusan badan peradilan pajak yang mengabulkan gugatan PP atas pelaksanaan
penagihan pajak.
- objek lelang musnah
Pasal 27 ayat 3 UU 19 tahun 2000
14. Persyaratan kualitatif : Diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak
Persyaratan kuantitatif : memiliki utang pajak sekurang kurangnya sebesar Rp.
100.000.000
Pencegahan diperlukan sebagai salah satu upaya penagihan pajak. Namun agar
pelaksanaan pencegahan tidak sewenang-wenang, maka pelaksanaan pencegahan
sebagai upaya penagihan pajak harus diberikan syarat-syarat baik kualitatif maupun
kuantitatif agar selektif dan hati-hati
Pasal 29 UU 19 tahun 2000
15. Penanggung Pajak tidak merespon himbauan untuk melunasi utang pajak;
- Penanggung Pajak tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak baik
sekaligus maupun angsuran;
- Penanggung Pajak tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi utang
pajak;
- Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
berniat untuk itu;
- Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan
yang dilakukanhya di Indonesia;
- Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya atau menggabungkan
usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang
dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
Pasal 3 Kep Dirjen 218/PJ/2003
Catatan : Keputusan dirjen ini telah mengalami perubahan dengan Per 03/PJ/2018

Zulfahmi: 082283349536
Pembahasan PPnBM
1. D. Nilai ekonomi, nilai simbolik, nilai hedonik, nilai utilitarian
Keterangan:

2. B. Konsumsi

Pajak pertambahan nilai (PPN) atau Value Added Tax merupakan pajak atas konsumsi yang
mekanisme pengenaannya secara tidak langsung. PPN pada prinsipnya bukan memajaki
penjualan namun memajaki nilai tambah (value added).
Pajak penjualan (PPn) atau sales tax merupakan pajak atas konsumsi yang mekanisme
pengenaannya secara tidak langsung. PPn dikenakan atas penjualan barang atau jasa
tertentu yang ditentukan undang undang. Pemungutan PPn dilakukan oleh penjual
ketika melakukan penjualan barang atau jasa kepada konsumen.

Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
3. C. PMK Nomor 130/PMK.011/2013
Pertimbangan NOMOR 106/PMK.010/2015
Bahwa dalam rangka lebih memberikan kepastian hukum dan meningkatkan kepatuhan
dalam pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah dan mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, perlu menetapkan
kebijakan dengan mengganti Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 121/PMK.011/2013 tentang Jenis Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Selain
Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2013;
4. B. Motor Harley Davidson 250cc seharga Rp300.000.000
Pasal 2 ayat (7) PP No. 22 tahun 2014
Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah
dengan tarif sebesar 60% (enam puluh persen), adalah:
a. kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai
dengan 500 cc; dan
b. kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan
kendaraan semacam itu.
5. B. Wajib memungut PPN yang terutang meskipun jumlahnya tidak lebih dari Rp 10.000.000
No Deskripsi Bendahara Selain Bendahara

1 pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1 juta Rp10 juta


termasuk jumlah PPN atau PPn BM yang
terutang dan tidak merupakan pembayaran
yang terpecah-pecah
2 pembayaran untuk pembebasan tanah Diatur Tidak Diatur

3 pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang Ya Ya


mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau
dibebaskan*)
4 pembayaran atas penyerahan bahan bakar Ya Ya
minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh
PT Pertamina (Persero)

5 pembayaran atas rekening telepon Ya Ya

6 pembayaran atas jasa angkutan udara yang Ya Ya


diserahkan oleh perusahaan penerbangan

7 pembayaran lainnya untuk penyerahan Ya Ya


BKP/JKP yang tidak dikenai PPN dan/atau PPn
BM
6. B. Kantor Pusat Direktorat Jendral Pajak dengan kode transaksi Faktur Pajak 02
Kode Transaksi diisi dengan ketentuan sebagai berikut:
- 01
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang terutang PPN dan PPNnya
dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP. Kode ini
digunakan dalam hal bukan merupakan jenis penyerahan sebagaimana dimaksud
pada kode 04 sampai dengan kode 09.
- 02
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN Bendahara
Pemerintah yang PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
- 03
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP kepada Pemungut PPN Lainnya
(selain Bendahara Pemerintah) yang PPNnya dipungut oleh Pemungut PPN Lainnya
(selain Bendahara Pemerintah) . Pemungut PPN Lainnya selain Bendahara Pemerintah,
dalam hal ini adalah Kontraktor Kontrak Kerja Sama Pengusahaan Minyak dan Gas,
Kontraktor atau Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Sumber Daya
Panas Bumi, Badan Usaha Milik Negara atau Wajib Pajak lainnya yang ditunjuk
sebagai Pemungut PPN, termasuk perusahaan yang tunduk terhadap Kontrak Karya
Pertambangan yang di dalam kontrak tersebut secara
lex specialist ditunjuk sebagai Pemungut PPN.
- 04
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang menggunakan DPP Nilai Lain
yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
JKP.
- 05
Kode ini tidak digunakan.
- 06
digunakan untuk penyerahan lainnya yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual yang
melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP, dan penyerahan kepada orang pribadi
pemegang paspor luar negeri (turis asing) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E
Undang - Undang Pajak Pertambahan Nilai.
Kode ini digunakan atas penyerahan BKP dan/atau JKP selain jenis penyerahan
pada kode 01 sampai dengan kode 04 dan penyerahan BKP kepada orang
pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing), antara lain:
a. Penyerahan yang menggunakan tarif selain 10%.
b. Penyerahan hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha
Pabrik hasil tembakau atau hasil tembakau yang dibuat di luar negeri oleh importir hasil
tembakau dengan mengacu pada ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 62/KMK.03/2002 tentang Dasar Penghitungan, Pemungutan dan
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas Penyerahan Hasil Tembakau.
c. Penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis
asing) oleh PKP Toko Retail yang ditunjuk, terkait dengan penerbitan Faktur Pajak
Khusus.
- 07
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas PPN
Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP). Kode ini digunakan atas Penyerahan
yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP),
berdasarkan peraturan khusus yang berlaku, antara lain:
a. Ketentuan yang mengatur mengenai Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan,
Pajak pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak
Penghasilan Dalam Rangka Pelaksanaan Proyek Pemerintah Yang Dibiayai
Dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri.
b. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan bagi Pengusaha
Kena Pajak Berstatus Entrepot Produksi Tujuan Ekspor (EPTE) Dan Perusahaan Pengolahan
Di Kawasan Berikat (KB).
c. Ketentuan yang mengatur mengenai Tempat Penimbunan Berikat.
d. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Perpajakan di Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu.
e. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas
Penyerahan Avtur Untuk Keperluan Penerbangan Internasional.
f. Ketentuan yang mengatur mengenai Toko Bebas Bea.
g. Ketentuan yang mengatur mengenai Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung
Pemerintah Atas Penyerahan Bahan Bakar Nabati Di Dalam Negeri.
h. Ketentuan yang mengatur mengenai Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan
Cukai Serta Pengawasan Atas dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari Serta Berada Di
Kawasan Yang Telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.
i. Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pengawasan,
Pengadministrasian, Pembayaran, serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai
dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran dan/atau
Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas
Ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Tempat Lain Dalam Daerah
Pabean Ke Kawasan Bebas.
j. Ketentuan yang mengatur mengenai Tata Cara Pemasukan dan Pengeluaran
Barang Ke dan Dari Kawasan Yang Telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas.
- 08
digunakan untuk penyerahan BKP dan/atau JKP yang mendapat fasilitas
Dibebaskan dari pengenaan PPN. Kode ini digunakan atas penyerahan yang
mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN, berdasarkan peraturan khusus yang
berlaku antara lain:
a. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan
dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.
b. Ketentuan yang mengatur mengenai Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak
Pertambahan
Nilai.
c. Ketentuan yang mengatur mengenai pemberian pembebasan Pajak Pertambahan
Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah kepada Perwakilan Negara Asing
dan Badan Internasional serta pejabatnya
- 09
digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPNnya dipungut oleh PKP Penjual
yang melakukan penyerahan BKP.

Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh
PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar kepada
PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%). Namun demikian,
apabila yang bertindak sebagai pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli
Khusus), PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh
PKP Penjual, melainkan disetor langsung ke Kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut.
Dengan demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga
jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke Kas Negara.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
7. D. Pemberian restitusi fiskal
Pada tataran sederhana insentif pajak mudah dikenali.
Skema insentif adalah dapat berupa:
1. pengecualian, pengecualian secara khusus, atau
2. pembebanan biaya usaha khusus yang memberikan kredit pajak khusus, atau
3. tarif pajak istimewa atau
4. penundaan kewajiban pajak.
Insentif pajak bisa berupa juga tax holiday untuk jangka waktu yang terbatas, deductibility
saat ini untuk beberapa jenis pengeluaran, atau pengurangan tarif impor atau bea cukai
Sumber: Alex Easson and Eric M. Zolt. Tax Incentives Bulletin for International Fiscal
Documentation number 55 p. 266 (2001)
8. A. Tujuan program insentif harus dibuat fleksibel sehingga dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang dinamis sehingga masyarakat dapat memanfaatkan insentif
semaksimal mungkin
Pedoman Insentif pajak yang baik:
1. tujuan program insentif pajak harus ditetapkan dengan jelas.
2. jenis program harus dibuat agar sesuai dengan tujuan.
3. pemerintah harus memperkirakan biaya dan manfaat yang diantisipasi dari program
insentif dengan cara yang serupa dengan jenis analisis pengeluaran pajak lainnya.
4. harus dirancang untuk meminimalkan peluang korupsi dalam pemberian insentif dan
penyalahgunaan wajib pajak dalam memanfaatkan manfaat pajak.
5. rezim insentif pajak harus memiliki ketentuan "matahari terbenam" yang pasti untuk
memungkinkan penentuan manfaat program. Akhirnya, pemerintah harus mengevaluasi
dalam waktu tertentu untuk menilai keberhasilan dan kegagalan masing-masing
program insentif
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
9. A. Memperoleh fasilitas tidak dipungut
Pemasukan barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Berikat berupa:
a) barang untuk diolah lebih lanjut;
b) pemasukan kembali barang dalam rangka subkontrak;
c) pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding) yang dipinjam;
d) pengemas dan alat bantu pengemas;
e) pemasukan hasil produksi untuk digabungkan dengan barang hasil produksi Kawasan
Berikat dengan tujuan untuk diekspor;
f) Pengusaha tempat lain dalam Daerah Pabean wajib membuat Faktur Pajak dicap PPN
atau PPN dan PPnBM tidak dipungut.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
10. A. Pemasukan barang dari tempat lain dalam daerah pabean ke kawasan berikat
Dikenai PPN dan/atau PPnBM:
1) barang untuk dikonsumsi di Kawasan Berikat, seperti makanan, minuman, bahan bakar
minyak, dan pelumas;
2) barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke
tempat lain dalam Daerah Pabean, pengusaha Kawasan Berikat atau pengusaha di
Kawasan Berikat wajib membuat Faktur Pajak dan memungut PPN;
3) hasil produksi Kawasan Berikat yang bahan bakunya baik sebagian atau seluruhnya
berasal dari luar Daerah Pabean yang dikeluarkan ke tempat lain dalam Daerah Pabean;
4) penyerahan JKP di Kawasan Berikat;
5) penyerahan JKP ke Kawasan Berikat;
6) penyerahan JKP dari Kawasan Berikat.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
11. C.
Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996, Entrepot Produksi
untuk Tujuan Ekspor adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri
dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus
di bidang pabean, perpajakan, dan tata niaga impor, yang diperuntukkan bagi
pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal dari luar daerah pabean Indonesia,
Kawasan Berikat, kawasan EPTE lainnya, atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya,
yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
12. A. Dipersamakan dengan perlakuan perpajakan terhadap barang yang di ekspor
Sesuai dengan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996, ketika terjadi
penyerahan Barang Kena Pajak oleh produsen dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya
kepada perusahaan berstatus EPTE dan/atau Perusahaan Pengolahan di Kawasan Berikat
untuk diolah lebih lanjut, diberikan perlakuan perpajakan yang sama dengan perlakuan
perpajakan terhadap barang yang diekspor. Contohnya, PKP H yang berlokasi di Bandung
menyerahkan Barang Kena Pajak ke PKP M yang merupakan perusahaan EPTE untuk
selanjutnya diolah di EPTE menjadi barang siap jual. Atas penyerahan tersebut
dipersamakan dengan ekspor, sehingga terutang PPN dengan tarif 0% dan masuk ke dalam
formulir A1 SPT Masa PPN 1111 bagi PKP H.
13. D. 13
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2000 stdd. Peraturan Pemerintah Nomor 147
Tahun 2000 dinyatakan bahwa terdapat 13 daerah di Indonesia yang merupakan Kapet.
Beberapa daerah di antaranya adalah Kapet Bandar Aceh Darussalam, Kapet Batulicin,
Kapet Manado-Bitung, Kapet Biak, Kapet Pare-pare, Kapet Mbay, dan Kapet Bima.
14. B. Menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah untuk pemerataan pembangunan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) merupakan kawasan yang sengaja
dibentuk oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik secara lokal
maupun nasional bagi daerah-daerah yang memiliki potensi.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
15. D. Harus memiliki Surat Keteranagn Bebas
Seharusnya memiliki Surat Keterangan Tidak Dipungut, karena PPN nya tidak dipungut dan
dengan kode faktur pajak 07
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
16. A. Jasa angkutan kapal laut
Jasa Kena Pajak Tertentu yang atas penyerahannya tidak dipungut PPN dalam Pasal 3 PP
Nomor 69 Tahun 2015 adalah sebagai berikut:
a. jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional,
dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Nasional yang meliputi:
1) jasa persewaan kapal;
2) jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3) jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal;
b. jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:
1) jasa persewaan pesawat udara; dan
2) jasa perawatan dan reparasi pesawat udara; dan
c. jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara
Sarana Perkeretaapian Umum
17. D. Tidak dipungut atas PPN dan PPnBM
Dalam hal PT Batam Elektro sebagai pengusaha di kawasan bebas Batam melakukan
pembelian kawat dari PKP PT Kawat Kuwat di Surabaya, maka atas penyerahan ini tidak
dipungut PPN dalam hal melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk. Apabila
tidak melalui pelabuhan atau bandar udara yang ditunjuk, maka wajib dipungut PPN.
Akan tetapi, ketentuan ini tidak berlaku dalam hal terjadi pemasukan barang yang telah
dilunasi PPN dengan stiker lunas PPN, dan bahan bakar minyak bersubsidi. Sebagai contoh,
misalkan PT Batam Elektro membeli bahan bakar bersubsidi dari Pertamina di Riau, maka
atas penyerahan ini tetap dikenai PPN.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
18. D. Pajak Keluaran sebesar Rp 880.000
10%xRp 8.800.000=Rp 880.000
19. B.
a. memiliki penetapan sebagai Badan Usaha untuk membangun dan/atau mengelola KEK
dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya;
b. memiliki perjanjian pembangunan dan/atau pengelolaan KEK antara Badan Usaha
dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya; dan
c. membuat batas tertentu areal kegiatan KEK.
Pasal 5 ayat 2 PP 96 tahun 2015
20. C. Dikenakan PPN dan/atau PPnBM

URAIAN
1. Yang dimaksud dengan "Barang Kena Pajak yang tergolong mewah" adalah:
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi;
dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
Penjelasan Pasal 5 ayat (1) UU PPN
2.
No Deskripsi Bendahara Selain Bendahara

1 pembayaran yang jumlahnya paling Rp1 juta Rp10 juta


banyak termasuk jumlah PPN atau PPn BM
yang terutang dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah
2 pembayaran untuk pembebasan tanah Diatur Tidak Diatur

3 Kode faktur pajak 02 03

4 Batas pembayaran 7 hari setelah Tanggal 15 bulan


pembayaran berikutnya
melalui KPPN
5 Pembuatan fatur pajak dan SSP Saat Saat pemungutan
menyampaikan
tagihan ke
bendaharawan
pemerintah
3. Latar belakang penetapan PP Nomor 69 Tahun 2015 tentang impor dan penyerahan alat
angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak terkait alat angkutan tertentu yang
tidak dipungut pajak pertambahan nilai adalah untuk membuat biaya alat produksi industri
alat transportasi dalam negeri diharapkan dapat ditekan sehingga dapat bersaing
dengan produk asing. Hal ini merupakan salah satu bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi
Jilid II (Nawacita) yang sedang digencarkan di era Presiden Jokowi yang mempunyai tujuan
mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya peraturan ini, PP yang tidak
dipungut akan berdampak seperti layaknya ekspor. Atas PPN yang sudah dibayarkan pada
saat perolehan barang dapat dimintakan kembali kepada negara melalui restitusi. Jadi
pada intinya atas barang dan/atau jasa terkait ini yang diserahkan benar-benar bersih
dari PPN dan seperti tidak dikena pajak. Dengan demikian, harga barang yang dibayarkan
oleh konsumen dapat menjadi lebih murah.
Modul fasilitas PPN yang disusun oleh Bp Rachmad Utomo
Tujuan dan maksud diberikannya kemudahan pada hakikatnya untuk memberikan fasilitas
perpajakan yang benar-benar diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor kegiatan
ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia
usaha dan meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar
pembangunan nasional.
Penjelasan Pasal 16D UU PPN

4. 1. Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE)


Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1996, Entrepot Produksi
untuk Tujuan Ekspor adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri
dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus
di bidang pabean, perpajakan, dan tata niaga impor, yang diperuntukkan bagi
pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal dari luar daerah pabean Indonesia,
Kawasan Berikat, kawasan EPTE lainnya, atau dari dalam daerah pabean Indonesia lainnya,
yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Menurut penjelasan bagian umum PP 96 tahun 2015, Pengembangan Kawasan Ekonomi
Khusus dimaksudkan untuk percepatan pembangunan perekonomian nasional yang
berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Untuk itu Kawasan Ekonomi Khusus yang dibentuk
dan ditetapkan oleh Pemerintah harus memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis
sehingga dapat memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus maka
perkembangan daerah dapat lebih ditingkatkan sehingga dapat menjadi model terobosan
pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menciptakan
lapangan kerja.
5. 1. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN
2. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di dalam
Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN.
3. Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari Kawasan
Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN.
4. Perlakuan Penyerahan dan/ atau Pemanfaatan BKP TB dan JKP dari dan ke Kawasan
Bebas
Untuk memudahkan dalam memahami perlakuan penyerahan dan/ atau pemanfaatan BKPTB
dan JKP tersebut, kita akan menggunakan beberapa contoh. Apabila PT Batam Elektro
yang ada di Kawasan Bebas Batam membeli lisensi pembuatan produk lampu tahan lama
dari Philips Ltd. di Amerika (Luar Daerah Pabean), maka perlakuan PPN atas pemanfaatan
BKPTB ini dibebaskan. Demikian pula, apabila PT Batam Elektro memanfaatkan JKP dari luar
daerah pabean, maka akan dibebaskan PPN-nya.
Apabila PT Batam Elektro membeli lisensi pembuatan kabel anti karat dari PT Kabel Panjang,
yang keduanya sama – sama berada di kawasan bebas batam, maka atas PPN penyerahan
BKP ini dibebaskan dari pengenaan PPN.
Apabila PT Batam Elektro membeli lisensi pembuatan bahan semi konduktor tahan api dari
PT Bintan Tronik di Kawasan Bebas Bintan,maka atas PPN pemanfaatan BKPTB ini dibebaskan
dari PPN. Begitu pula apabila PT Batam Elektro memanfaatkan JKP dari kawasan bebas lain,
maka perlakuan PPN-nya dibebaskan.
Apabila PT Jakarta Tronik, PKP pembuatan lampu di Jakarta (Tempat Lain dalam Daerah
Pabean) memanfaatkan lisensi milik PT Batam Elektro yang ada di Kawasan Bebas Batam,
maka atas pemanfaatan BKPTB ini dikenai PPN. Hal tersebut juga berlaku dalam hal terjadi
pemanfaatan JKP dari kawasan bebas di tempat lain dalam daerah pabean. Akan tetapi
tidak berlaku apabila atas JKP yang dimanfaatkan mendapatkan fasilitas dibebaskan.
Apabila PT Batam Elektro yang berlokasi di kawasan bebas, membeli lisensi dari PT Jogja
Semi Konduktor, PKP yang berlokasi di Jogjakarta (Tempat Lain dalam daerah pabean),
maka atas pemanfaatan BKPTB ini mendapat fasilitas tidak dipungut
PPN. Akan tetapi akan berbeda halnya apabila yang dimanfaatkan adalah Jasa Kena
Pajak. Atas pemanfaatan jasa kena pajak dari tempat lain dalam daerah pabean di dalam
kawasan bebas akan dikenai PPN.
Apabila PT Batam Elektro membeli lisensi lampu tahan api dari PT Cakung Top di Kawasan
Berikat Cakung dan lisensi tabung lampu dari PT Indo Listrik di KEK Sei Mangkei, maka atas
pemanfaatan BKPTB ini tidak dipungut PPN. Akan tetapi, lain halnya apabila baik PT Cakung
Top maupun PT Indo Listrik memanfaatkan BKPTB dari PT Batam Elektro. Atas penyerahan
BKPTB dari kawasan bebas ke kawasan berikat/ KEK ini dipungut PPN. Aturan tersebut
berlaku pula dalam hal terjadi penyerahan JKP.
Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
STUDI KASUS
SOAL 1
a.
Nomor Pemungut Kode PPN Terutang
Transaksi Faktur
1 PT Tambang Timah 01 10%xRp 100.000.000= Rp 10.000.000
2 PT Indosteel 01 10%xRp 85.000.000= Rp 8.500.000
3 07 PPN tidak dipungut
4 08 PPN dibebaskan
5 07 PPN tidak dipungut
6 PT Indosteel 01 0%xRp 150.000.000= Rp 0
7 07 PPN tidak dipungut
8 PT Nusa Kabel 01 10%xRp 80.000.000=Rp 8.000.000
9 PT Indonesia Power 03 Rp 10.000.000
10 PT Indonesia Power 03 10%xRp 250.000.000=Rp 25.000.000
Penjelasan:
(1)Transaksi biasa antar PKP dalam daerah pabean
(2) PP 10 tahun 2012
Apabila Tn Natsir, PKP penjualan alat elektronik di
Jogja membeli satu kontainer barang semi konduktor
dari PT Batam Elektro, maka atas penyerahan ini
wajib dilunasi PPN atas satu kontainer barang semi
konduktor yang dipesan oleh Tn Natsir. Pelunasan
PPN atas pengeluaran barang ini dilakukan oleh Tn
Natsir dengan cara menyetorkan PPN yang terutang
dengan menggunakan SSP ke kantor pos atau bank
persepsi. SSP yang dilampiri invoice dan
pemberitahuan pabean merupakan dokumen yang
dipersamakan dengan faktur pajak, sehingga atas
PPN yang dilunasi tersebut dapat dikreditkan oleh
Tn Natsir.

(3) PMK 193/2015


Pasal 5
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan
P􀆩rusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional yang
meliputi:
1 . jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhan meliputi Jasa tunda, Jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3 . jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal;
b. jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:
1 . jasa persewaan pesawat udara; dan
2. jasa perawatan dan reparasi pesawat udara; dan
c. jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum.
(4) PP No. 10 tahun 2012
Pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya diberikan pembebasan bea
masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 Undang-Undang Pajak
Penghasilan, dan/atau pembebasan cukai.
(5) PP 96 tahun 2015
(7) Modul PPN dan PPnBM yang disusun oleh Anang Mury Kurniawan
Pemasukan barang dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Berikat tidak dipungut PPN
berupa:
a) barang untuk diolah lebih lanjut;
b) pemasukan kembali barang dalam rangka subkontrak;
c) pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding) yang dipinjam;
d) pengemas dan alat bantu pengemas;
e) pemasukan hasil produksi untuk digabungkan dengan barang hasil produksi Kawasan Berikat
dengan tujuan untuk diekspor;
f) Pengusaha tempat lain dalam Daerah Pabean wajib membuat Faktur Pajak dicap PPN atau PPN
dan PPnBM tidak dipungut.
(8) Transaksi biasa antar PKP dalam daerah pabean
(9) PT Indonesia Power adalah pemungut selain bendahara
(10)keduanya adalah pemungut, sehingga yang memungut PPN adalah yang membeli/menerima
JKP

b. PEROLEHAN
Nomor Transaksi Pajak Masukan
1 Rp 10.000.000
2 Rp 8.500.000

Jumlah PM Rp 18.500.000
PENYERAHAN
Nomor Transaksi Pajak Keluaran
6 Rp 0
8 Rp 8.000.000
9 PPN Dipungut pihak lain
Rp 8.000.000
PPN kurang bayar/(lebih bayar)= Rp 18.500.000-Rp 8.000.000=(Rp 10.500.000) lebih bayar
2.
A. C= JPY 100.000.000/JPY 100 x Rp 11.975,02=Rp 11.975.020.000
I= JPY 10.000.000/JPY 100xRp 11.975,02=Rp 1.197.202.000
F= JPY 10.000.000/JPY 1000x Rp 11.975,02=Rp 1.197.202.000
CIF= Rp 14.369.424.000
Bea Masuk= 50%x Rp 14.369.424.000= Rp 7.184.712.000
Nilai Impor = Rp 21.554.136.000
PPN Impor = 10% (CIF+Bea Masuk)
= 10% (Rp 14.369.424.000+ Rp 7.184.712.000)
= Rp 2.155.413.600 (PM)
PPnBM = 40%xNilai Impor
= 40%x(Rp 14.369.424.000+ Rp 7.184.712.000)
= Rp 8.621.654.400
Harga Pokok barang = Rp 21.554.136.000+ Rp 8.621.654.400
= Rp 30.175.790.400
Margin yang diinginkan= Rp 20%x Rp 21.554.136.000
= Rp 4.310.827.200
Harga Jual ke PT Jual mobil mewah eceran = Rp 30.175.790.400+ Rp 4.310.827.200
= Rp 34.486.617.600
PPN atas penyerahan ke PT Jual mobil mewah eceran = 10%x Rp 34.486.617.600
= Rp 3.448.661.760(PK)
PPnBM dan PPN yang dibayar ke kas negara oleh PT Mobil Sport Indonesia untuk bulan
Oktober sebesar:
PPnBM sebesar = Rp 8.621.654.400
PPN sebesar = PK-PM=Rp 3.448.661.760- Rp 2.155.413.600=Rp 1.293.248.160
B. Atas penyerahan dari PT Mobil sport Indonesia ke PT jual mobil mewah eceran tidak dikenai
PPnBM
Harga beli mobil per 10 unit = Rp 34.486.617.600
Margin yang diinginkan = Rp 10%x Rp 34.486.617.600= Rp 3.448.661.760
Harga jual per 10 unit = Rp 37.935.279.360
Harga Jual per unit = Rp 3.793.527.936
Jumlah PPN atau PPnBM yang harus dibayar PT Jual mobil mewah eceran
Transaksi Pemungut Nilai transaksi PPN(10%) PPnBM(40%)

1 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp


Eceran 7.587.055.872 758.705.587 3.034.822.348
2 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp
Eceran 3.793.527.936 379.352.793 1.517.411.174
3 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp
Eceran 3.793.527.936 379.352.793 1.517.411.174
4 PT Pertamina Rp Rp Rp
3.793.527.936 379.352.793 1.517.411.174
5 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp
Eceran 3.793.527.936 379.352.793 1.517.411.174
6 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp
Eceran 3.793.527.936 379.352.793 1.517.411.174
7 PT Jual Mobil Mewah Rp Rp Rp
Eceran 7.587.055.872 758.705.587 3.034.822.348
Sehingga PPN dan PPnBM yang dibayar ke kas negara oleh PT Jualan Mobil Mewah Eceran
Indonesia untuk bulan Oktober sebesar:
PPN = Rp 3.034.822.346(PK)- Rp 3.448.661.760(PM)
= Rp 413.839.414
PPnBM = Rp 12.139.289.392

“Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh), mencakup seluruh aspek kehidupan.
Maka, ia adalah negara dan tanah air atau pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan atau
kasih sayang dan keadilan, wawasan dan undang-undang atau ilmu pengetahuan dan
hukum, MATERI dan kekayaan alam atau PENGHASILAN dan KEKAYAAN, serta perjuangan dan
dakwah atau pasukan dan pemikiran.
Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang tidak
lebih.”
UTS KEUANGAN PUBLIK TAHUN 2016/2017

Jawab

1. Pada tahun 1776, Adam Smith, seorang ekonom klasik, menerbitkan buku yang berjudul
The Wealth of Nations, dimana salah satu prinsip yang ditawarkan adalah kebebasan
pasar. Smith menyatakan bahwa dengan mengimplementasikan pasar bebas justru akan
mendorong teralokasinya sumber daya dengan efektif dan efisien. Permintaan dan
penawaran pasar adalah “tangan tak terlihat” (invisible hand) yang akan menstimulus
pasar menunju kesetimbangannya. Prinsip ini menolak campur tangan pemerintah, karena
justru akan mengganggu mekanisme pasar itu sendiri. Prinsip ini juga sering dikenal
dengan laissez-faire (let it be). Konsep ini berkembang pesat dan klimaksnya adalah
munculnya revolusi industry.
Namun ternyata, mekanisme pasar tidaklah selalu efektif dan efiesien. Mengapa?
Pertama, karena informasi yang dibutuhkan konsumen dan supplier tidaklah selalu
tersedia, sehingga adakalanya menimbulkan kelebihan atau kekurangan persediaan dalam
pasar. Informasi kebutuhan konsumen tidak selalu dapat ditangkap oleh supplier, dan
sebaliknya. Kedua, kompetisi juga tidaklah selalu efektif, persaingan yang tidak sehat
seperti adanya monopoli akan sangat menganggu keseimbangan pasar. Ketiga, lahirnya
dampak buruk industri seperti isu lingkungan. Keempat, akan muncul kebutuhan
masyarakat yang tidak bisa disediakan oleh pasar, seperti fasilitas-fasilitas publik. Contoh
dari kegagalan pasar tersebut adalah terjadinya Great Depression pada tahun 1930.
Pada tahun 1930s, John Maynard Keynes, perintis ilmu makroekonomi, mengeluarkan
buku yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money. Melalui
buku inilah, Keynes mengeluarkan gagasan tentang perlunya kebijakan intervensi
pemerintah. Gagasan ini dilatarbelakangi oleh peristiwa Great Drepession yang membuat
tingkat pengangguran luar bisa tinggi.
Keynes menyatakan bahwa cara terbaik untuk mengeluarkan suatu negara dari kondisi
resesi (kondisi permintaan dan penawaran di bawah kapasitas optimal) adalah dengan
melibatkan pemerintah terutama untuk mendorong kembali posisi permintaan dan
penawaran dalam pasar melalui kebijakan belanja dan investasi. Selain itu, untuk
mengendalikan dampak sosial dan lingkungan, pemerintah juga harus mulai menekan
produk-produk yang membahayakan sosial dan lingkungan dengan kebijakan pajak.
Pemerintah juga harus mengambil peranan dalam penyediaan barang-barang publik yang
tidak diminati oleh sektor privat, sehingga tentunya membutuhkan sumber-sumber
penerimaan. Kebijakan terkait pengeluaran dan penerimaan pemerintah inilah yang
sekarang kita kenal dengan istilah kebijakan fiskal.
(https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12670/Intervensi-Pemerintah-Dalam-
Perekonomian-Bagian-I-Ringkasan-Sejarah.html)
2. Crowding out effect terjadi ketika pemerintah meminjam dana dari negara lain untuk membiayai
pengeluaran pemerintah biasanya melalui kebijakan fiskal ekspansif. Hal ini menjadi perhatian karena
pemerintah overspending pendapatan yaitu yang dikumpulkan dari pajak dan transaksi lain yang relevan
yang kurang dari jumlah yang diajukan dalam anggaran. Ketika pemerintah meminjam dari negara lain,,
suku bunga di negara tersebut naik karena meningkatnya permintaan kredit, sehingga mendorong harga
dalam negeri. Karena tingkat bunga bank sentral selanjutnya mempengaruhi tingkat suku bunga dari
bank-bank komersial atau swasta, ini pada akhirnya akan mencegah pinjaman pribadi. Dengan
menggunakan Teori Efisiensi Modal Marjinal, perusahaan dengan rencana investasi akan memilih untuk
menunda investasi mereka dan begitu juga konsumen yang memiliki rencana untuk membeli skala besar
terhadap barang tahan lama. Oleh karena itu, istilah crowding out adalah Kenaikan keluar kerumunan
belanja pemerintah pada beberapa pinjaman pribadi. Tingkat keparahan efeknya sangat ditentukan oleh
besarnya crowding out yaitu efek jika efeknya signifikan, kebijakan fiskal yang dilakukan oleh
pemerintah sebagian besar akan menjadi tidak efektif.
(https://id.scribd.com/doc/220943540/Crowding-Out-Efect)
3. - Dengan berjalannya waktu, kebutuhan akan barang publik semakin meningkat, sedangkan
penyediaan yang dilakukan oleh pemerintah mulai tidak mencukupi.
(https://www.kompasiana.com/aprinitadh/58568350d49273fe2b51b5bb/pergeseran-
penyediaan-barang-publik-dari-pemerintah-ke-swasta)
- Pemerintah memiliki keterbatasan dana untuk menyediakan seluruh barang publik yang
diperlukan warganegaranya
- Pemerintah dapat mengajak rumah tangga perusahaan untuk menyediakan barang-barang
publik, terutama untuk barang-barang publik yang memiliki rivalry tinggi, seperti internet,
telepon selular, lapangan golf, TV cable, dll
- Untuk barang-barang publik yang memiliki tingkat rivalry rendah seyogyanya disediakan
oleh pemerintah.

(https://umrohmahmudah.wordpress.com/2014/05/12/resume-materi-pra-uts-ekonomi-
publik/)

4. a. eksternalitas negatif akan terjadi apabila pengaruh sampingannya bersifat


menganggu dapat berupa gangguan kecil hingga ancaman besar.
(http://muthiafirariani.blogspot.com/2013/11/ekonomi-publik-eksternalitas.html)
Merokok dapat mengganggu kesehatan lingkungan di sekitarnya.
b. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr Lily Sriwahyuni Sulistyowati mengatakan,
jumlah perokok di Indonesia saat ini mencapai 90 juta jiwa. Berdasarkan riset Atlas
Tobbaco, ujar Lily, Indonesia menduduki rangking satu dengan jumlah perokok
tertinggi di dunia.
Mengingat tingginya jumlah perokok di Indonesia, maka pemerintah harus
mengintervensi perilaku individu atas konsumsi rokok yang berlebihan

5. Hipotesis Tiebout mengatakan bahwa penyediaan barang publik akan lebih


efisien apabila dilakukan oleh pemerintah lokal. Hal ini terjadi karena pemerintah
lokal lebih mengetahui informasi tentang preferensi masyarakatnya dibandingkan
dengan pemerintah pusat. Adanya sistem desentralisasi fiskal memberikan
kewenangan bagi pemerintah lokal untuk mengelola aspek keuangannya dan
menyalurkannya untuk pelayanan publik yang sesuai dengan keinginan
masyarakatnya.
(http://repository.unpar.ac.id/bitstream/handle/123456789/955/Cover%20-
%20Bab1%20-%201112055sc-p.pdf?sequence=1&isAllowed=y)
"Love it or leave it". Tiebout menekankan bahwa tingkat dan kombinasi pembiayaan
barang publik bertaraf lokal dan pajak yang dibayar oleh masyarakat merupakan
kepentingan politisimasyakarat lokal dengan Pemdanya. Masyarakat akan memilih untuk
tinggaldi lingkungan yang anggaran daerahnya memenuhi preferensi yang paling tinggi
antara pelayanan publik dari Pemdanya dengan pajak yang dibayar olehmasyarakat.
Ketika masyarakat tidak senang pada kebijakan pemerintah lokaldalam pembebanan
pajak untuk pembiayaan barang publik bersifat lokal,maka hanya ada dua pilihan bagi
warga masyarakat, yaitu meninggalkanwilayah tersebut atau tetap tinggal di wilayah
tersebut dengan berusahamengubah kebijakan pemerintah lokal melalui DPRD-nya
(Hyman, 1993). Hipotesis tersebut memberikan petunjuk bahwa terdapat potensi
untukmencapai efisiensi ekonomi (maximizing social welfare) dalam penyediaanbarang
publik pada tingkat lokal.Model Tiebout ini menunjukkan kondisi yang diperlukan untuk
mencapaiefisiensi ekonomi dalam penyediaan barang publik yang bersifat lokal yangpada
gilirannya akan menciptakan kondisi yang dikenal sebagai "the market for local services
would be perfectly competitive" (Tresch, 1981: 576-577),(Aronson, 1985:153-161),
(Stiglitz, 1988:636-637). Disinilah arti pentingdesentralisasi dalam pengambilan
keputusan publik yang diperdebatkanantara pemerintah lokal dengan DPRD-nya.
(https://books.google.co.id/books?id=eQ6BDQAAQBAJ&pg=PA54&lpg=PA54&dq=%
22Love+it+or+leave+it%22.+tiebout&source=bl&ots=kndAppEXky&sig=dL8cPW2359
Yv-
DFzLMaw6mZ2TF8&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiG6v3xsZveAhVJp48KHaxnAN4Q
6AEwAHoECAkQAQ#v=onepage&q=%22Love%20it%20or%20leave%20it%22.%20ti
ebout&f=false)
6. a.
Belanja pendidikan

375

300

Belanja non pendidikan


0 700
Belanja pendidikan
b.

375

300

Belanja non pendidikan

0 700 775
(https://afrizalwszaini.wordpress.com/2011/10/18/pelimpahan-keuangan-dari-pemerintah-pusat-
ke-pemerintah-daerah/)
c. Rossen (2002) membagi grant menjadi dua macam, yaitu : Pertama, Conditional
grant, yaitu donor khusus yang diberikan kepada pemerintah sub nasional untuk
tujuan-tujuan khusus; dan Kedua, Unconditional grant diberikan kepada tingkat
pemerintahan yang lebih rendah untuk usaha-usaha produktif tanpa persyaratan
tertentu. (https://afrizalwszaini.wordpress.com/2011/10/18/pelimpahan-keuangan-dari-
pemerintah-pusat-ke-pemerintah-daerah/)
Untuk menyimpulkan jenis transfer yang mana yang lebih menyejahterakan warga
Tangsel bergantung pada keadaan wilayah tersebut. Apabila wilayah Tangsel memiliki
sektor untuk diprioritaskan, maka conditional block grant dapat efektif untuk Tangsel.
Namun apabila wilayah Tangsel sudah dianggap mampu untuk mengelola dana yang
diterima secara mandiri, maka block grant dapat efektif untuk Tangsel.
7.
Price
Marginal Social Cost

Marginal Private cost + Tax

A Marginal Private Cost

Price = Marginal Revenue


Tax Z

Z Tax Revenue

0 Quantity Walfare loss before tax


New Output Original Output A

Sebelum Pengenaan Pajak, Social Warefare yang hilang sebesar A. Pengenaan Pajak akan menggeser
kurva Marginal Private cost ke atas dan akan menghilangkan walfare loss

8.
9.
10.
11.
12.
13.

Marginal private cost digambarkan dengan kurva MPC, dimana equilibrium diperoleh pada
perpotongan antara kurva MSB (marginal social benefit) dengan kurva MPC yaitu pada kuantitas
QA dan harga PA. Private cost perusahaan atau individu tidak selalu sama dengan total cost
masyarakat (social cost) untuk produk, jasa, atau kegiatan yang dihasilkan, digambarkan dengan
kurva MSC (marginal social cost). Perbedaan antara private cost dan social cost dari produk,
jasa, atau kegiatan ini disebut external cost, digambarkan dengan kurva MEC (marginal external
cost). Pencemaran adalah salah satu external cost dari produk. External cost secara langsung
berhubungan dengan produksi barang atau jasa, tetapi tidak dibebankan langsung oleh
produsen. Ketika external cost muncul karena biaya lingkungan yang tidak dibayar, dapat
mengakibatkan kegagalan pasar dan inefisiensi ekonomi. Secara umum dapat dikatakan bahwa
eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain,
baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh pemerintah adalah kebijakan rencana tata ruang wilayah/kota, regulasi, penetapan pajak
pigouvian dan pemberian subsidi.
(http://kampus4u.blogspot.com/2016/04/eksternalitas.html)
14. Defenisi barang publik yang paling umum menekankan pada dua atribut yang kelihatannya
menjadi karakteristik dari banyak barang yang diproduksi pemerintah yang bersifat non eksklusif
atau non excludable dan non rivalry.
Barang semi publik merupakan barang yang dari aspek penggunaanya non rivalry tetapi perlu
biaya untuk mendapatkannya, namun ketika konsumen mengkonsumsi secara berlebihan maka
akan timbul kebosanan, misalnya : laut, taman, klub olah raga. Barang semi publik disediakan
oleh pemerintah maupun swasta.
(http://eng.unhas.ac.id/pwk/id/news/14-Barang-Publik-Perkotaan.html)
15.
16.
17.

CP : Abdul Azis Raufansyah 081295069134


PAKET SOAL BAHAS UMP
MATA KULIAH BUDAYA NUSANTARA
SOAL UTS GENAP TA. 2017-2018

BAGIAN I

1. B 11. B
2. S 12. B
3. S 13. S
4. B 14. B
5. S 15. B
6. B 16. S
7. S 17. B
8. S 18. B
9. S 19. S
10. B 20. B

BAGIAN II

1. A. Sistem Budaya (Sumber ppt pertemuan 2-b)


2. B. Akulturasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Akulturasi)
3. A. Gampong (penjelasan dosko)
4. B, Tarombo (https://id.wikipedia.org/wiki/Tarombo_Batak)
5. B, Betawi Ora (https://jakarta.go.id/artikel/konten/254/wilayah-budaya-betawi)
6. C. Tabuik (https://id.wikipedia.org/wiki/Tabuik)
7. B. Segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam
(https://pendidikandankebudayaan.wordpress.com/tag/culture/)
8. D. Difusi (http://www.ssbelajar.net/2014/01/faktor-internal-penyebab-perubahan-sosial-
budaya.html)
9. D. Tengku (https://acehtourismagency.blogspot.com/2012/11/9-gelar-dalam-kerajaan-
aceh.html)
10. B, Tamu harus menghormati pemilik rumah (http://zuppa-
seoul.blogspot.com/2015/06/uraian-mengenai-kebudayaan-batak.html)
11. D. Portugis (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/keroncong-tugu-warisan-
budaya-takbenda-indonesia-2016/)
12. B, Perkawinan dalam suku (https://id-id.facebook.com/notes/minang-kabau-
beutiful/bentuk-perkawinan-matrilineal/74729152710/)
13. C. Tondi, Sahala, Begu (https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak)
14. A. Panglima Uteuen (https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Aceh)
15. B. Berpikir kritis demi masa depan bangsa, tidak membenci atau menolak tetapi membuat
filter yang ampuh dalam menghadapi budaya asing dan “sense of belonging” terhadap
budaya sendiri
16. D. Hasil Cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
kompleks yang meliputi pengetahuan, sistem, kebiasaan
(https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/)
17. A. Ki Hajar Dewantara
18. C. Culture Lag (http://nurkholifahhh17.blogspot.com/2016/12/peristiwa-peristiwa-
perubahan-kebudayaan.html)
19. C. Bertemu dua kebudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang dipengaruhi oleh
kedua budaya yang bertemu
20. C. Hati yang menyatukan akal budi, intuisi dan perasaan

BAGIAN III

1. Menurut Albion Small

Menurut Albion Small, peradaban merupakan kemampuan yang dimiliki manusia dalam
mengendalikan dorongan dari dasar kemanusiaannya. Dimana peradaban ini bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Sedangkan kebudayaan lebih
mengacu kepada kemampuan yang dimiliki manusia dalam mengendalikan alam.
Pengendalian alam ini melalui ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Menurutnya,
peradaban memiliki hubungan dengan perbaikan yang sifatnya kualitatif. Peradaban
menyangkut kondisi batin dari manusia dan kebudayaan lebih mengacu pada hal yang
bersifat faktual, material, relevan dan juga konkret.

Menurut Alfred Weber

Perbedaan kebudayaan dan peradaban menurut Alfred Weber yaitu peradaban lebih
mengacu pada pengetahuan dan juga intelektual. Dimana peradaban juga merupakan
kumpulan cara yang sifatnya teknis dan digunakan untuk mengendalikan alam.
Sementara kebudayaan adalah serangkaian nilai, ide, prinsip normatif yang bersifat unik.
Menurutnya, peradaban memiliki sifat yang lebih kumulatif dan juga lebih siap untuk
disebar. Namun lebih rentan terhadap adanya penilaian dan juga lebih berkembang
dibandingkan kebudayaan.
Menurut Spengler

Menurut Spengler, peradaban merupakan kebudayaan yang sudah mencapai taraf yang
tinggi ataupun kompleks. Menurutnya, peradaban merupakan kebudayaan yang tidak lagi
mempunyai aspek produktif, sudah membeku dan mengkristal. Sementara kebudayaan
sendiri merupakan sesuatu yang mengacu pada hal yang hidup dan juga kreatif.
Perbedaan kebudayaan dan peradaban menurutnya adalah, kebudayaan merupakan
sesuatu yang sedang terjadi. Sedangkan peradaban merupakan sesuatu yang telah selesai.
Contoh dari kebudayaan antara lain yaitu makanan, minuman, pakaian dan lain
sebagainya. Sedangkan contoh dari peradaban yaitu candi Prambanan, Tembok Besar
Cina dan lain sebagainya.

Menurut Daed Joesoef

Menurutnya, kebudayaan merupakan sesuatu yang memiliki ciri dan juga sifat budaya.
Sementara budaya itu sendiri merupakan sistem nilai yang dihayati. Sedangkan
peradaban merupakan gabungan dari kesatuan budaya dan juga sejarah yang membentuk
suatu kondisi masyarakat.

Menurut Ibu Riani Budiarsih

Peradaban merupakan bagian dari Kebudayaan

2. Makna Ondel-ondel
Dulunya, ondel-ondel memiliki makna sebagai penolak bala atau semacam azimat. Saat
itu, ondel-ondel dijadikan personifikasi leluhur penjaga kampung. Tujuannya untuk mengusir
roh-roh halus yang bergentayangan mengganggu manusia. Oleh karena itu tidak heran kalau
wujud ondel-ondel dahulu, menyeramkan. Seiring perjalanan waktu, fungsinya bergeser dan
kini ondel-ondel menjelma menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Biasanya
disajikan dalam acara hajatan rakyat Betawi, penyambutan tamu kehormatan, dan
penyemarak pesta rakyat. Di beberapa daerah di Nusantara, terdapat juga pertunjukan
kesenian yang mirip ondel-ondel, seperti di Bali jenis kesenian yang mirip ondel-ondel ini
disebut dengan barong landung dan di Jawa Tengah yang dikenal masyarakat sana dengan
sebutan barongan buncis.

3. Bangsa Indonesia pada awalnya menganut sistem kepercayaan kepada roh-roh leluhur
maupun kekuatan gaib yang diwariskan secara turun temurun. Namun, kini telah terkikis
dengan adanya ajaran agama yang menekankan kepada satu tujuan penyembahan yakni
Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun demikian bukan berarti sistem religi tradisional yang
merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia telah punah. Hal ini tampak dalam bentuk
upacara adat tradisional yang telah mengalami penyesuaian dengan sistem religi yang
berdasarkan agama. Misal: upacara sedekah laut, upacara sekaten, dan upacara yaqowiyu,
merupakan bentuk-bentuk kebudayaan yang menggabungkan unsur religi tradisional dengan
agama.

4. Budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-
lahan semakin punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam
konteks modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para
individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya terjadi sifat
individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini semua
sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya memuaskan kehidupan
semata. Sebuah kebobrokan ketika bangsa Indonesia telah pudar dalam bingkai kenafsuan
belaka berprilaku yang sebenarnya tidak mendapatkan manfaat sama sekali jika dipandang
dari sudut keislaman. Artinya dizaman Edan sekarang ini manusia hidup dalam tingkat
Hidonisme yang sangat tinggi berpikir dalam jangka pendek hanya mencari kepuasaan
belaka dimana kepuasaan tersebut yang menyesatkan umat islam untuk berprilaku. Salah satu
contoh Serdehana sesuai dengan kenyataan, Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita
yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan
pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak
kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.
Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka
jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan
kepribadian bangsa. Jika pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya Moral generasi bangsa kita,
timbul tindakan anarkis antara golongan muda. dengan adanya budaya barat atau budaya
asing di Indonesia, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Dampak masuknya budaya
asing antara lain. terjadi perubahan kebudayaan, pembauran kebudayaan, modernisasi,
keguncangan budaya, melemahnya nilai-nilai budaya bangsa. Dampak tersebut membawa
pengaruh besar bagi Indonesia, baik dari segi postif, maupun negatif. Indonesia, masih terlalu
lemah dalam menyaring budaya yang baik di ambil dengan yang tidak, "maka kita semua
sebagai warga Indonesia wajib membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita
sendiri"
5. JAWAB:

a. 5 sebab mengapa Aceh menyandang gelar mulia itu.

1. Aceh merupakan daerah perdana masuk Islam di Nusantara, tepatnya di kawasan


pantai Timur, Peureulak, dan Pasai. Dari Aceh Islam berkembang sangat cepat ke
seluruh nusantara sampai ke Philipina.

2. Kedua, daerah Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan di Nusantara dengan
hadirnya Jami’ah Baiturrahman (Universitas Baiturrahman) lengkap dengan berbagai
fakultas.
3. Kerajaan Aceh Darussalam pernah mendapat pengakuan dari Syarif Makkah atas
nama Khalifah Islam di Turki bahwa Kerajaan Aceh adalah “pelindung” kerajaan-
kerajaan Islam lainnya di Nusantara.
4. Daerah Aceh pernah menjadi pangkalan/pelabuhan Haji untuk seluruh nusantara.
5. Banyak persamaan antara Aceh (saat itu) dengan Makkah, sama-sama Islam,
bermazhab Syafi’i, berbudaya Islam, berpakaian Islam, berhiburan Islam, dan
berhukum dengan hukum Islam.
b. Alasan Aceh sebagai daerah istimewa:
1. Kita tahu dan ingat sejak dari dulu Aceh adalah salah satu daerah yg sangat ditakuti
penjajah. Belandapun tak bisa menaklukkan Aceh dengan perang, dan Aceh
ditaklukkan dikarenakan pengkhianatan.
2. Cut Nyak Dien, Teuku Umar dan Cut Meutia adalah beberapa tokoh perjuangan
rakyat Aceh yg sangat terkenal dengan kegigihannya berjuang melawan penjajah.
3. Jasa rakyat Aceh terhadap negeri ini sungguh amat besar. Ketika pemerintah pusat di
Yogya ditangkap Belanda dalam perang mempertahankan kemerdekaan, dibentuklah
PDRI (Pemerintahan Darurat RI) yang berpusat di Bukittingi, Sumatera Barat. Yang
tidak diketahui khalayak banyak, semua pengeluaran dan dana operasionil PDRI ini
dibiayai oleh rakyat Aceh. Dari dana operasionil Staf Angkatan Laut, dan Staf
Angkatan Udara, misi diplomasi Dr. Soedarsono ke India dan L. N. Palar di markas
besar PBB di New York, AS, dana operasional perwakilan RI di Penang dan
Singapura, ongkos pengeluaran duta keliling RI Haji Agus Salim dan biaya
konferensi Asia di New Delhi, India, seluruhnya juga ditanggung oleh rakyat Aceh.
Semua itu dilakukan rakyat Aceh dengan ikhlas.
4. Rakyat Aceh juga dengan ikhlas membeli dua buah pesawat terbang untuk
dihibahkan kepada pemerintah pusat. Pembelian pesawat ini memakai mata uang
dollar yang diperoleh dari hasil sumbangan rakyat Aceh.
5. Para perempuan Aceh melepas cincin, kalung, anting, dan segala perhiasan emas
peraknya yang kemudian dikumpulkan untuk ditukar dengan uang. Uang itulah yang
digunakan untuk membeli pesawat yang diberi nama Seulawah yang berarti “Gunung
Emas

"Setiap pejuang bisa kalah dan terus-menerus kalah tanpa kemenangan, dan
kekalahan itulah gurunya yang terlalu mahal dibayarnya. Tetapi biarpun kalah,
selama seseorang itu bisa dinamai pejuang dia tidak akan menyerah. Bahasa
Indonesia cukup kaya untuk membedakan kalah daripada menyerah (Prahara
Budaya, h. 187)"

Nurzafira Eriza
CP: 0821 8276 9839
Aplikasi Komputer I

1. C
2. D
3. B
4. C
5. A
6. C
7. A
8. C
9. A
10. C
11. C
12. B
13. B
14. A
15. A
16. D
17. D
18. D
19. B
20. C
21. A
22. D
23. B
24. C
25. B
26. C
27. C
28. A
29. A
30. D
31. D
32. A
33. B
34. D
35. A
36. B
37. A
38. C
39. D
40. B
41. C
42. C
43. D
44. D
45. A
46. B
47. A
48. B
49. A
50. D

Вам также может понравиться